Anda di halaman 1dari 62

LAPORAN PENDAHULUAN

MIOMA UTERI

Disusun untuk memenuhi tugas stase Maternitas

Disusun oleh
Kelompok 1
Ida Rohmawati, S.Kep 2008047
Widati Dwi Y, S.Kep 2008098
Sri Utami, S.Kep 2008085
Andini Widanti, S.Kep 2008010
Yoga Andriyanto, S.Kep 2008106
Sodik Doni Prasetyo, S.Kep 2008083
Mustaqim, S.Kep 2008066
Nurhidayah, S.Kep 2008070
Ahmad Fauzi, S.kep 2008005

PROFESI NERS
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA SEMARANG
2020
LAPORAN PENDAHULUAN

A. Konsep Dasar Mioma Uteri


1. Pengertian Mioma Uteri
Mioma uteri adalah suatu tumor jinak berbatas tegas tidak berkapsul yang
berasal dari otot polos dan jaringan ikat fibrous. Biasa juga disebut
fibromioma uteri, leiomioma uteri atau uterine fibroid. Tumor jinak ini
merupakan neoplasma jinak yang sering ditemukan pada traktus genitalia
wanita, terutama wanita sesudah produktif (menopouse). Mioma uteri jarang
ditemukan pada wanita usia produktif tetapi kerusakan reproduksi dapat
berdampak karena mioma uteri pada usia produktif berupa infertilitas, abortus
spontan, persalinan prematur dan malpresentasi (Aspiani, 2017).
2. Etiologi
Menurut Aspiani ada beberapa faktor yang diduga kuat merupakan faktor
predisposisi terjadinya mioma uteri.
a. Umur
Mioma uteri ditemukan sekitar 20% pada wanita usia produktif dan sekitar
40%-50% pada wanita usia di atas 40 tahun. Mioma uteri jarang
ditemukan sebelum menarche (sebelum mendapatkan haid).
b. Hormon Endogen (endogenous hormonal)
Konsentrasi estrogen pada jaringan mioma uteri lebih tinggi dari pada
jaringan miometrium normal.
c. Riwayat keluarga
Wanita dengan garis keturunan dengan tingkat pertama dengan penderita
mioma uteri mempunyai 2,5 kali kemungkinan untuk menderita mioma
dibandingkan dengan wanita tanpa garis keturunan penderita mioma uteri.
d. Makanan
Makanan di laporkan bahwah daging sapi, daging setengah matang (red
meat), dan daging babi meningkatkan insiden mioma uteri, namun sayuran
hijau menurunkan insiden menurunkan mioma uteri.
e. Kehamilan
Kehamilan dapat mempengaruhi mioma uteri karena tingginya kadar
estrogen dalam kehamilan dan bertambahnya vaskularisasi ke uterus. Hal
ini mempercepat pembesaran mioma uteri. Efek estrogen pada
pertumbuhan mioma mungkin berhubungan dengan respon dan faktor
pertumbuhan lain. Terdapat bukti peningkatan produksi reseptor
progesteron, dan faktor pertumbuhan epidermal.
f. Paritas Mioma uteri lebih sering terjadi pada wanita multipara
dibandingkan dengan wanita yang mempunyai riwayat melahirkan 1
(satu) kali atau 2 (2) kali
Faktor terbentuknya tomor:
1) Faktor internal
Faktor internal adalah faktor yang terjadinya reflikasi pada saat sel-sel
yang mati diganti oleh sel yang baru merupakan kesalahan genetika
yang diturunkan dari orang tua. Kesalahan ini biasanya mengakibatkan
kanker pada usia dini. Jika seorang ibu mengidap kanker payudara,
tidak serta merta semua anak gandisnya akan mengalami hal yang sama,
karena sel yang mengalami kesalahan genetik harus mengalami
kerusakan terlebih dahulu sebelum berubah menjadi sel kanker. Secara
internal, tidak dapat dicegah namun faktor eksternal dapat dicegah.
Menurut WHO, 10% – 15% kanker, disebabkan oleh faktor internal dan
85%, disebabkan oleh faktor eksternal (Apiani, 2017).
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal yang dapat merusak sel adalah virus, polusi udara,
makanan, radiasi dan berasala dari bahan kimia, baik bahan kimia yang
ditam,bahkan pada makanan, ataupun bahan makanan yang bersal dari
polusi. Bahan kimia yang ditambahkan dalam makanan seperti
pengawet dan pewarna makanan cara memasak juga dapat mengubah
makanan menjadi senyawa kimia yang berbahaya.
Kuman yang hidup dalam makanan juga dapat menyebarkan racun,
misalnya aflatoksin pada kacang-kacangan, sangat erat hubungannya
dengan kanker hati. Makin sering tubuh terserang virus makin besar
kemungkinan sel normal menjadi sel kanker. Proses detoksifikasi yang
dilakukan oleh tubuh, dalam prosesnya sering menghasilkan senyawa
yang lebih berbahaya bagi tubuh,yaitu senyawa yang bersifat radikal
atau korsinogenik. Zat korsinogenik dapat menyebabkan kerusakan
pada sel.
Berikut faktor-faktor yang mempengaruhi pertumbuhan tumor pada
mioma, disamping faktor predisposisi genetik.
a) Estrogen
Mioma uteri dijumpai setelah menarke. Sering kali, pertumbuhan
tumor yang cepat selama kehamilan terjadi dan dilakukan terapi
estrogen eksogen. Mioma uteri akan mengecil pada saat menopouse
dan oleh pengangkatan ovarium. Mioma uteri banyak ditemukan
bersamaan dengan anovulasi ovarium dan wanita dengan sterilitas.
Enzim hidrxydesidrogenase mengungbah estradiol (sebuah estrogen
kuat) menjadi estrogen (estrogen lemah). Aktivitas enzim ini
berkurang pada jaringan miomatous, yang juga mempunyai jumlah
reseptor estrogen yang lebih banyak dari pada miometrium normal.
b) Progesteron
Progesteron merupakan antogonis natural dari estrogen. Progesteron
menghambat pertumbuhan tumor dengan dua cara, yaitu
mengaktifkan hidroxydesidrogenase dan menurunkan jumlah reseptor
estrogen pada tumor.
c) Hormon pertumbuhan (growth hormone)
Level hormon pertumbuhan menurun selama kehamilan, tetapi
hormon yang mempunyai struktur dan aktivitas biologik serupa, yaitu
HPL, terlihat pada periode ini dan memberi kesan bahwa
pertumbuhan yang cepat dari leimioma selama kehamilan mungkin
merupakan hasil dari aksi sinergistik antara HPL dan estrogen.
3. Klasifikasi Mioma
Mioma umunya digolongkan berdasarkan lokasi dan kearah mana
mioma tumbuh.
a. Lapisan Uterus
Mioma uteri terdapat pada daerah korpus. Sesuai dengan lokasinya,
mioma ini dibagi menjadi tiga jenis.
1) Mioma Uteri Intramural
Mioma uteri merupakan yang paling banyak ditemukan. Sebagian
besar tumbuh diantara lapisan uterus yang paling tebal dan paling
tengah (miometrium). Pertumbuhan tumor dapat menekan otot
disekitarnya dan terbentuk sampai mengelilingi tumor sehingga akan
membentuk tonjolan dengan konsistensi padat. Mioma yaang terletak
pada dinding depan uterus dalam pertumbuhannya akan menekan dan
mendorong kandung kemih ke atas, sehingga dapat menimbulkan
keluhan miksi.
2) Mioma Uteri Subserosa
Mioma uteri ini tumbuh keluar dari lapisan uterus yang paling luar
yaitu serosa dan tumbuh ke arah peritonium. Jenis mioma ini
bertangkai atau memiliki dasar lebar. Apa bila mioma tumbuh keluar
dinding uterus sehingga menonjol kepermukaan uterus diliputi oleh
serosa. Mioma serosa dapat tumbuh di antara kedua lapisan
ligamentum latum menjadi mioma intraligamenter. Mioma subserosa
yang tumbuh menempel pada jaringan lain, misalnya ke ligamentum
atau omentum kemudian membebaskan diri dari uterus sehingga
disebut wandering parasitis fibroid.
3) Mioma Uteri Submukosa
Mioma ini terletak di dinding uterus yang paling dalam sehingga
menonjol ke dalam uterus. Jenis ini juga dapat bertangkai atau
berdasarkan lebar. Dapat tumbuh bertangkai menjadi polip, kemudian
di keluarkan melalui saluran seviks yang disebut mioma geburt.
Mioma jenis lain meskipun besar mungkin belum memberikan keluhan
perdarahan, tetapi mioma submukosa walaupun kecil sering
memberikan keluhan gangguan perdarahan. Tumor jenis ini sering
mengalami infeksi, terutama pada mioma submukosa pedinkulata.
Mioma submukosa pedinkulata adalah jenis mioma submukosa yang
mempunyai tangkai. Tumor ini dapat keluar dari rongga rahim ke
vagina, dikenal dengan nama mioma geburt atau mioma yang
dilahirkan.
4. Patofisiologi
Mioma uteri mulai tumbuh sebagai bibit yang kecil didalam
miometrium dan lambat laun membesar karena pertumbuhan itu
miometrium mendesak menyusun semacam pseudokapsula atau sampai
semua mengelilingi tumor didalam uterus mungkin terdapat satu mioma
akan tetapi mioma biasanya banyak. Bila ada satu mioma yang tumbuh
intramural dalam korpus uteri maka korpus ini tampak bundar dan
konstipasi padat. Bila terletak pada dinding depan uterus mioma dapat
menonjol kedepan sehingga menekan dan mendorong kandung kemih
keatas sehingga sering menimbulkan keluhan miksi (Aspiani, 2017).
Secara makroskopis, tumor ini biasanya berupa massa abu-abu
putih, padat, berbatas tegas dengan permukaan potongan
memperlihatkan gambaran kumparan yang khas. Tumor mungkin
hanya satu, tetapi umumnya jamak dan tersebar di dalam uterus, dengan
ukuran berkisar dari benih kecil hingga neoplasma masif yang jauh
lebih besar dari pada ukuran uterusnya. Sebagian terbenam didalam
miometrium, sementara yang lain terletak tepat di bawah endometrium
(submukosa) atau tepat dibawah serosa (subserosa). Terakhir
membentuk tangkai, bahkan kemudian melekat ke organ disekitarnya,
dari mana tumor tersebut mendapat pasokan darah dan kemudian
membebaskan diri dari uterus untuk menjadi leimioma “parasitik”.
Neoplasma yang berukuran besar memperlihatkan fokus nekrosis
iskemik disertai daerah perdarahan dan perlunakan kistik, dan setelah
menopause tumor menjadi padat kolagenosa, bahkan mengalami
kalsifikasi (Robbins, 2007).
5. WOC
6. Manifitasi Klinis
Hampir separuh dari kasus mioma uteri ditemukan secara kebetulan
pada pemeriksaan pelvik rutin. Penderita memang tidak mempunyai keluhan
apaapa dan tidak sadar bahwa mereka sedang mengalami penyakit mioma uteri
dalam rahim.
a. Faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya gejala klinik meliputi hal-hal
berikut.
1) Besarnya mioma uteri.
2) Lokalisasi mioma uteri.
3) Perubahan-perubahan pada mioma uteri.
4) Gejala klinik terjadi hanya sekitar 35%-50% dari pasien yang terkena.
b. Gejalah klinis lain yang dapat timbul pada mioma uteri adalah sebagai
berikut.
1) Perdarahan abnormal merupakan gejala klinik yang sering ditemukan
(30%). Bentuk perdarahan yang ditemukan berupa menoragia,
metroragia, dan hipermenorhe. Perdarahan dapat menyebabkan
anemia defisiensi Fe. Perdarahan abnormal ini dapat dijelaskan oleh
karena bertambahnya areah permukaan dari endometrium yang
menyebabkan gangguan kontraksi otot rahim, distorsi, dan kongesti
dari pembuluh darah disekitarnya dan ulserasi dari lapisan
endometrium.
2) Penekanan rahim yang membesar.
3) Terasa berat di abdomen bagian bawah.
4) Terjadi gejalah traktus urinarius: urine freqency, retensi urine,
obstruksi ureter, dan hidronefrosis.
5) Terjadi gejalah intestinal: kontipasi dan obstruksi intestinal.
6) Terasa nyeri karena saraf tertekan.
c. Sedangkan rasa nyeri pada kasus mioma dapat disebabkan oleh
beberapa hal berikut.
1) Penekanan saraf.
2) Torsi bertangkai.
3) Submukosa mioma terlahir.
4) Infeksi pada mioma.
d. Perdarahan kontinu pada pasien dengan mioma submukosa dapat
berakibat pada hal-hal berikut.
1) Menghalangi implantasi terdapat peningkatan insiden aborsi dan
kelahiran prematur pada pasien dengan mioma intramural dan
submukosa. Kongesti vena terjadi karena kompresi tumor yang
menyebabkan edema ekstermitas bawah, hemorrhoid, nyeri, dan
dyspareunia. Selain itu terjadi gangguan pertumbuhan dan
perkembangan kelahiran.
2) Kehamilan dengan disertai mioma uteri menimbulkan proses saling
mempengaruhi.
3) Keguguran dapat terjadi.
4) Persalinan prematuritas.
5) Gangguan proses persalinan.
6) Tertutupnya saluran indung telur menimbulkan infentiritas.
7) Gangguan pelepasan plasenta dan perdarahan.
8) Biasanya mioma akan mengalami involusi yang nyata setelah
kelahiran.

7. Penanganan Mioma Uteri


Penanganan mioma uteri dilakukan tergantung pada umur, paritas,
lokasi, dan ukuran tumor. Oleh karena itu penanganan mioma uteri terbagi
atas kelompok-kelompok berikut.
a. Penanganan konservatif dilakukan jika mioma yang kecil muncul pada
pra dan postmenopause tanpa adanya gejala. Cara penanganan
konsevatif adalah sebagai berikut.
1) Observasi dengan pemeriksaan pelvis secara periodik setiap 3-6
bulan.
2) Jika terjadi anemia kemungkinan Hb menurun.
3) Pemberian zat besi.
b. Penggunaan agonis GnRH (gonadotropin-releasing hormone)
leuprolid asetat 3,75 mg IM pada hari pertama sampai ketiga
menstruasi setiap minggu, sebanyak tiga kali. Obat ini mengakibatkan
pengerutan tumor dan menghilangkan gejala. Obat ini menekan sekresi
gonodotropin dan menciptakan keadaan hipoestrogenik yang serupa
ditemukan pada periode postmenopause. Efek maksimum dalam
mengurangi ukuran tumor diobsevasi dalam 12 minggu. Penanganan
operatif, dilakukan bilah terjadi hal-hal berikut.
1) Ukuran tumor lebih besar dari ukuran uterus 12-14 minggu.
2) Pertumbuhan tumor cepat.
3) Mioma subserosa bertangkai dan torsi.
4) Dapat mempersulit kehamilan berikutnya.
5) Hiperminorea pada mioma submukosa.
6) Penekanan organ pada sekitarnya.
c. Jenis operasi yang dilakukan untuk mengatasi mioma uteri dapat
berupa langkah-langkah berikut.
1) Enukleusi Mioma
Enuklesia mioma dilakukan pada penderita yang infertil yang masih
menginginkan anak, atau mempertahankan uterus demi kelangsungan
fertilitas. Enukleasi dilakukan jika ada kemungkinan terjadinya
karsinoma endometrium atau sarkoma uterus dan dihindari pada masa
kehamilan. Tindakan ini seharusnya dibatasi pada tumor dengan
tangkai dan tumor yang dengan mudah dijepit dan diikat. Bila
miomektomi menyebabkan cacat yang menembus atau sangat
berdekatan dengan endometrium, maka kehamilan berikutnya harus
dilahirkan dengan seksio sesarea.
d. Menurut american college of Obstetricans gynecologists (ACOG),
kriteria preoperasi adalah sebagai berikut.
1) Kegagalan untuk hamil atau keguguran berulang.
2) Terdapat leimioma dalam ukuran yang kecil dan berbatas tegas.
3) Alasan yang jelas dari penyebab kegagalan kehamilan dan keguguran
yang berulang tidak ditemukan.
e. Histeroktomi Histerektomi dilakukan jika pasien tidak menginginkan
anak lagi dan pada pasien yang memiliki leimioma yang simptomatik
atau yang sudah bergejala. Kriteria ACOG untuk histerektomi adalah
sebagai berikut.
1) Terdapat satu sampai tiga leimioma asimptomatik atau yang dapat
teraba dari luar dan dikelukan oleh pasien.
2) Perdarahan uterus berlebihan.
3) Perdarahan yang banyak, bergumpal-gumpal, atau berulang-ulang
selama lebih dari delapan hari.
4) Anemia akut atau kronis akibat kehilangan darah.
f. Rasa tidak nyaman pada daerah pelvis akibat mioma meliputi hal-hal
berikut.
1) Nyeri hebat dan akut.
2) Rasa tertekan yang kronis dibagian punggung bawah atau perut bagian
bawah.
3) Penekanan buli-buli dan frekuensi urine yang berulang-ulangdan tidak
disebabkan infeksi saluran kemih.
g. Penanganan radioterapi
Tujuan dari radioterapi adalah untuk menghentikan perdarahan. Langkah
ini dilakukan sebagai penanganan dengan kondisi sebagai berikut.
1) Hanya dilakukan pada pasien yang tidak dapat dioperasi (bad risk
patient).
2) Uterus harus lebih kecil dari usia kehamilan 12 minggu.
3) Bukan jenis submukosa.
4) Tidak disertai radang pelvis atau penekanan pada rektum.
5) Tidak dilakukan pada wanita muda karena dapat menyebabkan
menopause.
A. Konsep Asuhan Keperawatan Pada pasien mioma uteri
1. Pengkajian
a. Anamnesa
1) Identitas Klien: meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, suku
bangsa, status pernikahan, pendidikan, pekerjaan, alamat.
2) Identitas Penanggung jawab: Nama, umur, jenis kelamin,
hubungan dengan keluarga, pekerjaan, alamat.
b. Riwayat Kesehatan
1) Keluhan Utama Keluhan yang paling utama dirasakan oleh pasien
mioma uteri, misalnya timbul benjolan diperut bagian bawah yang
relatif lama. Kadang-kadang disertai gangguan haid
2) Riwayat penyakit sekarang Keluhan yang di rasakan oleh ibu
penderita mioma saat dilakukan pengkajian, seperti rasa nyeri
karena terjadi tarikan, manipulasi jaringan organ. Rasa nyeri
setelah bedah dan adapun yang yang perlu dikaji pada rasa nyeri
adalah lokasih nyeri, intensitas nyeri, waktu dan durasi serta
kualitas nyeri.
3) Riwayat Penyakit Dahulu Tanyakan tentang riwayat penyakit yang
pernah diderita dan jenis pengobatan yang dilakukan oleh pasien
mioma uteri, tanyakan penggunaan obat-obatan, tanyakan tentang
riwayat alergi, tanyakan riwayat kehamilan dan riwayat persalinan
dahulu, penggunaan alat kontrasepsi, pernah dirawat/dioperasi
sebelumnya.
4) Riwaya Penyakit Keluarga Tanyakan kepada keluarga apakah ada
anggota keluarga mempunyai penyakit keturunan seperti diabetes
melitus, hipertensi, jantung, penyakit kelainan darah dan riwayat
kelahiran kembar dan riwayat penyakit mental.
5) Riwayat Obstetri Untuk mengetahui riwayat obstetri pada pasien
mioma uteri yang perlu diketahui adalah
a) Keadaan haid
Tanyakan tentang riwayat menarhe dan haid terakhir, sebab mioma
uteri tidak pernah ditemukan sebelum menarhe dan mengalami
atrofi pada masa menopause.
b) Riwayat kehamilan dan persalinan
Kehamilan mempengaruhi pertumbuhan mioma uteri, dimana
mioma uteri tumbuh cepat pada masa hamil ini dihubungkan
dengan hormon estrogen, pada masa ini dihasilkan dalam jumlah
yang besar.
c. Faktor Psikologi
1) Tanyakan tentang persepsi pasien mengenai penyakitnya, faktorfaktor
budaya yang mempengaruhi, tingkat pengetahuan yang dimiliki
pasien mioma uteri, dan tanyakan mengenai seksualitas dan
perawatan yang pernah dilakukan oleh pasien mioma uteri.
2) Tanyakan tentang konsep diri : Body image, ideal diri, harga diri,
peran diri, personal identity, keadaan emosi, perhatian dan hubungan
terhadap orang lain atau tetangga, kegemaran atau jenis kegiatan yang
di sukai pasien mioma uteri, mekanisme pertahanan diri, dan interaksi
sosial pasien mioma uteri dengan orang lain.
d. Pola Kebiasaan sehari-hari
Pola nutrisi sebelum dan sesudah mengalami mioma uteri yang harus
dikaji adalah frekuensi, jumlah, tanyakan perubahan nafsu makan yang
terjadi.
e. Pola eliminasi
Tanyakan tentang frekuensi, waktu, konsitensi, warna, BAB terakhir.
Sedangkan pada BAK yang harus di kaji adalah frekuensi, warna, dan bau.
f. Pola Aktivitas, Latihan, dan bermain
Tanyakan jenis kegiatan dalam pekerjaannya, jenis olahraga dan
frekwensinya, tanyakan kegiatan perawatan seperti mandi, berpakaian,
eliminasi, makan minum, mobilisasi
g. Pola Istirahat dan Tidur
Tanyakan waktu dan lamanya tidur pasien mioma uteri saat siang dan
malam hari, masalah yang ada waktu tidur.
h. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
Kaji tingkat kesadaran pasien mioma uteri
2) Tanda-tanda vital : Tekanan darah, nadi,suhu, pernapasan.
3) Pemeriksaan Fisik Head to toe
a) Kepala dan rambut : lihat kebersihan kepala dan keadaan rambut.
b) Mata : lihat konjungtiva anemis, pergerakan bola mata simetris
c) Hidung : lihat kesimetrisan dan kebersihan, lihat adanya
pembengkakan konka nasal/tidak.
d) Telinga : lihat kebersihan telinga.
e) Mulut : lihat mukosa mulut kering atau lembab, lihat kebersihan
rongga mulut, lidah dan gigi, lihat adanya penbesaran tonsil.
f) Leher dan tenggorokan : raba leher dan rasakan adanya
pembengkakan kelenjar getah bening/tidak.
g) Dada atau thorax : paru-paru/respirasi, jantung/kardiovaskuler dan
sirkulasi, ketiak dan abdomen.
h) Abdomen Infeksi: bentuk dan ukuran, adanya lesi, terlihat
menonjol, Palpasi: terdapat nyeri tekan pada abdomen Perkusi:
timpani, pekak Auskultasi: bagaimana bising usus
i) Ekstremitas/ muskoluskletal terjadi pembengkakan pada
ekstremitas atas dan bawah pasien mioma uteri
j) Genetalia dan anus perhatikan kebersihan,adanya lesi, perdarahan
diluar siklus menstruasi.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Nyeri akut berhubungan dengan nekrosis atau trauma jaringan dan
refleks spasme otot sekunder akibat tumor
b. Resiko syok berhubungan dengan perdarahan
c. Resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh
sekunder akibat gangguan hematologis (perdarahan)
d. Retensi urine berhubungan dengan penekanan oleh massa jaringan
neoplasma pada organ sekitarnya, gangguan sensorik motorik.
e. Resiko Konstipasi berhubungan dengan penekanan pada rectum
(prolaps rectum)
f. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam status peran,
ancaman pada status kesehatan, konsep diri (kurangnya sumber
informasi terkait penyakit).
1. Rencana keperawatan

Tabel 2.2 Diagnosa dan Intervensi Keperawatan NANDA Internasional (2015-2017), NIC-NOC (2013)

N Diagnosa Keperawatan Intervensi


O NOC NIC
1. Nyeri akut berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Nyeri
dengan nekrosis atau trauma selama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri 1) Lakukan pengkajian nyeri
jaringan dan refleks spasme mampu mengontrol nyeri dibuktikan komprehensip yang meliputi lokasi,
otot sekunder akibat tumor dengan kriteria hasil: karakteristik, onset/durasi, frekuensi,
kualitas, intensitas atau beratnya nyeri
dan faktor pencetus
Mengontrol Nyeri
2) Observasi adanya pentunjuk nonverbal
Definisi: 1) Mengenali kapan nyeri terjadi
mengenai ketidak nyamanan terutama
Pengalaman sensori dan 2) Menggambarkan faktor penyebab nyeri
pada mereka yang tidak dapat
emosional tidak menyenangkan 3) Menggunakan tindakan pencegahan nyeri
berkomunikasi secara efektif
yang muncul akibat kerusakan 4) Menggunakan tindakan pengurangan nyeri
3) Pastikan perawatan analgesik bagi
jaringan aktual atau potensial (nyeri) tanpa analgesik
pasien dilakukan dengan pemantauan
atau yang digambarkan sebagai 5) Menggunakan analgesik yang
yang ketat
kerusakan (International direkomendasikan
4) Gunakan strategi komunikasi
Association for the Study of 6) Melaporkan perubahan terhadap gejalah
pain) awitan yang tiba-tiba atau nyeri pada profesional kesehatan terapeutik untuk mengetahui
lambat dari intensitas ringan 7) Melaporkan gejalah yang tidak terkontrol pengalaman nyeri dan sampaikan
hingga berat dengan akhir yang pada profesional kesehatan penerimaan pasien terhadap nyeri
dapat diantisipasi atau diprediksi. 8) Menggunakan sumber daya yang tersedia 5) Gali pengetahuan dan kepercayaan
untuk menangani nyeri pasien mengenai nyeri
Batasan karakteristik: 9) Mengenali apa yang terkait dengan gejala 6) Pertimbangkan pengaruh budaya
a) Bukti nyeri dengan nyeri terhadap respon nyeri
menggunakan standar daftar 10) Melaporkan nyeri yang terkontrol 7) Tentukan akibat dari pengalaman nyeri
periksa nyeri untuk pasien terhadap kualitas hidup pasien
yang tidak dapat (misalnya, tidur, nafsu makan,
mengungkapannya pengertian, perasaan, performa kerja
b) Ekspresi wajah nyeri (misal: dan tanggung jawab peran)
mata kurang bercahaya, 8) Gali bersama pasien faktor-faktor yang
tampak kacau, gerakan mata dapat menurunkan atau memperberat
berpencar atau tetap pada satu nyeri
fokus, meringis) 9) Evaluasi pengalaman nyeri dimasa lalu
c) Fokus menyempit (misal: yang meliputi riwayat nyeri kronik
persepsi waktu, proses individu atau keluarga atau nyeri yang
menyebabkan disability/ ketidak
berpikir, interaksi dengan mampuan/kecatatan, dengan tepat
orang dan lingkungan) 10) Evaluasi bersama pasien dan tim
d) Fokus pada diri sendiri kesehatan lainnya, mengenai efektifitas,
e) Keluhan tentang intensitas pengontrolan nyeri yang pernah
menggunakan standars kala digunakan sebelumnya
nyeri 11) Bantu keluarga dalam mencari dan
f) Keluhan tentang menyediakan dukungan
karakteristik nyeri dengan 12) Gunakan metode penelitian yang sesuai
menggunakan standar dengan tahapan perkembangan yang
instrumen nyeri memungkinkan untuk memonitor
g) Laporan tentang perilaku perubahan nyeri dan akan dapat
nyeri/ perubahan aktivitas membantu mengidentifikasi faktor
h) Perubahan posisi untuk pencetus aktual dan potensial (misalnya,
menghindari nyeri catatan perkembangan, catatan harian)
i) Putus asa 13) Tentukan kebutuhan frekuensi untuk
j) Sikap melindungi area nyeri melakukan pengkajian ketidak
nyamanan pasien dan
mengimplementasikan rencana monitor
Faktor yang berhubungan:
a) Agens cidera biologis
b) Agens cidera fisik 14) Berikan informasi mengenai nyeri,
Agens cidera kimiawi seperti penyebab nyeri, berapa nyeri
yang dirasakan, dan antisipasi dari
ketidak nyamanan akibat prosedur
15) Kendalikan faktor lingkungan yang
dapat mempengaruhi respon pasien dari
ketidaknyamanan (misalnya, suhu
ruangan, pencahayaan, suara bising)
16) Ajarkan prinsip manajemen nyeri
17) Pertimbangkan tipe dan sumber nyeri
ketika memilih strategi penurunan nyeri
18) Kolaborasi dengan pasien, orang
terdekat dan tim kesehatan lainnya
untuk memilih dan
mengimplementasikan tindakan
penurunan nyeri nonfarmakologi,
sesuai kebutuhan
19) Gunakan tindakan pengontrolan nyeri
sebelum nyeri bertambah berat
20) Pastikan pemberian analgesik dan atau
strategi nonfarmakologi sebelum
prosedur yang menimbulkan nyeri
21) Periksa tingkat ketidaknyamanan
bersama pasien, catat perubahan dalam
cacatan medis pasien, informasikan
petugas kesehatan lain yang merawat
pasien
22) Mulai dan modifikasi tindakan
pengontrolan nyeri berdasarkan respon
pasien
23) Dukung istirahat/tidur yang adekuat
untuk membantu penurunan nyeri
24) Dorong pasien untuk mendiskusikan
pengalaman nyerinya, sesuai kebutuhan
25) Beritahu dokter jika tindakan tidak
berhasil atau keluhan pasien saat ini
berubah signifikan dari pengalaman
nyeri sebelumnya
26) Gunakan pendekatan multi disiplin
untuk menajemen nyeri, jika sesuai

Pemberian analgesik
1) Tentukan lokasi, karakteris, kualitas dan
keparahan nyeri sebelum mengobati
pasien
2) Cek perintah pengobatan meliputi obat,
dosis, dan frekuesi obat analgesik yang
diresepkan
3) Cek adanya riwayat alergi obat
4) Pilih analgesik atau kombinasi analgesik
sesuai lebih dari satu kali pemberian
5) Monitor tanda vital sebelum dan setelah
memberikan analgesik pada
pemberian dosis pertama kali atau jika
ditemukan tanda-tanda yang tidak
biasanya
6) Berikan kebutuhan kenyamanan dan
aktivitas lain yang dapat membantu
relaksasi untuk memfasilitasi penuruna
nyeri
7) Berikan analgesik sesuai waktu
paruhnya, terutama pada nyeri yang
berat
8) Dokumentasikan respon terhadap
analgesik dan adanya efek samping
9) Lakukan tindakan-tindakan yang
menurunkan efek samping analgesik
(misalnya, konstipasi dan iritasi
lambung)
10) Kolaborasikan dengan dokter apakah
obat, dosis, rute, pemberian, atau
perubahan interval dibutuhkan, buat
rekomendasi khusus bedasarkan
prinsip analgesik

2. Resiko syok berhubungan NOC: Setelah dilakukan perawatan selama 1x Pencegahan Syok
dengan perdarahan 24 jam diharapkan tidak terjadi syok 1) Monitor adanya respon konpensasi
hipovolemik dengan kriteria: terhadap syok (misalnya, tekanan darah
Definisi: beresiko terhadap 1) Tanda vital dalam batas normal. normal, tekanan nadi melemah,
ketidak cukupan aliran darah 2) Tugor kulit baik. perlambatan pengisian kapiler, pucat/
kejaringan tubuh, yang dapat 3) Tidak ada sianosis. dingin pada kulit atau kulit kemerahan,
mengakibatkan disfungsi seluler 4) Suhu kulit hangat. takipnea ringan, mual dan munta,
yang mengancam jiwa. 5) Tidak ada diaporesis. peningkatan rasa haus, dan kelemahan)
Faktor resiko 6) Membran mukosa kemerahan. 2) Monitor adanya tanda-tanda respon
1) Hipotensi. sindroma inflamasi sistemik (misalnya,
2) Hipovolemi peningkatan suhu, takikardi, takipnea,
3) Hipoksemia hipokarbia, leukositosis, leukopenia)
4) Hipoksia 3) Monitor terhadap adanya tanda awal
5) Infeksi reaksi alergi (misalnya, rinitis, mengi,
6) Sepsis stridor, dipnea, gatal-gatal disertai
7) Sindrom respon inflamasi kemerahan, gangguan saluran
sestemik pencernaan, nyeri abdomen, cemas dan
gelisa)
4) Monitor terhadap adanya tanda ketidak
adekuatan perfusi oksigen kejaringan
(misalnya, peningkatan stimulus,
peningkatan kecemasan, perubahan
status mental, egitasi, oliguria dan akral
teraba dingin dan warna kulit tidak
merata)
5) Monitor suhu dan status respirasi
6) Periksa urin terhadap adanya darah dan
protein sesuai kebutuhan
7) Monitor terhadap tanda/gejalah asites
dan nyeri abdomen atau punggung.
8) Lakukan skin-test untuk mengetahui
agen yang menyebabkan anaphiylaxis
atau reaksi alergi sesuai kebutuhan
9) Berikan saran kepada pasien yang
beresiko untuk memakai atau
membawa tanda informasi kondisi
medis
10) Anjurkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejala syok yang mengancam
jiwa
11) Anjurkan pasien dan keluarga mengenai
langkah-langkah timbulnya gejala syok

3. Resiko Infeksi berhubungan NOC: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Manajemen Alat terapi per vaginam
dengan penurunan imun tubuh selama 1 x 24 jam, pasien mioma uteri 1) Kaji ulang riwayat kontraindikasih
sekunder akibat gangguan menunjukkan pasien mampu melakukan pemasangan alat pervaginam pada
hematologis pencegahan infeksi secara mandiri, pasien (misalnya, infeksi pelvis,
(perdarahan) ditandai dengan kriteria hasil: laserasi, atau adanya massa sekitar
1) Kemerahan tidak ditemukan pada vagina)
Definisi: tubuh 2) Diskusikan mengenai aktivitas-
Mengalami peningkatan resiko 2) Vesikel yang tidak mengeras aktivitas seksual yang sesuai sebelum
terserang organisme patogenik permukaannya memilih alat yang dimasukan
3) Cairan tidak berbauk busuk 3) Lakukan pemeriksaan pelvis
Faktor yang berhubungan: 4) Piuria/nanah tidak ada dalam urin 4) Intruksikan pasien untuk melaporkan
1) Penyakit kronis 5) Demam berkurang ketidaknyamanan, disuria, perubahan
a. Diabetes melitus 6) Nyeri berkurang warna, konsistensi, dan frekuensi cairan
b. Obesitas 7) Nafsu makan meningkat vagina
2) Pengetahuan yang tidak 5) Berikan obat-obat berdasarkan resep
cukup untuk menghindari dokter untuk mengurangi iritasi
pemanjanan patogen 6) Kaji kemampuan pasien untuk
3) Pertahanan tubuh primer yang melakukan perawatan secara mandiri
tidak adekuat 7) Observasi ada tidaknya cairan vagina
a. Gangguan peritalsis yang tidak normal dan berbau
b. Kerusakan integritas kulit 8) Infeksi adanya lubang, laserasi, ulserasi
(pemasangankateter pada vagina
intravena, prosedur
invasif)
Kontrol Infeksi
c. Perubahan sekresi PH
1) Bersihkan lingkungan dengan baik
d. Penurunan kerja siliaris
setelah digunakan untuk setiap pasien
e. Pecah ketuban dini
2) Isolasi orang yang terkena penyakit
f. Pecah ketuban lama
menular
g. Merokok
3) Batasi jumlah pengunjung
h. Stasis cairan tubuh
4) Anjurkan pasien untuk mencuci tangan
i. Trauma jaringan yang benar
(misalnya, 5) Anjurkan pengunjung untuk mencuci
trauma destruksi jaringan) tangan pada saat memasuki dan
meninggalkan ruangan pasien
4) Ketidak ada kekuatan 6) Gunakan sabun antimikroba untuk cuci
jaringan sekunder tangan yang sesuai
a. Penurunan hemoglobin 7) Cuci tangan sebelum dan sesudah
b. Supresi respon inflamasi kegiatan perawatan pasien
5) Vaksinasi tidak adekuat 8) Pakai sarung tangan sebagaimana
6) pemajanan terhadap patogen dianjurkan oleh kebijakan pencegahan
lingkungan meningkat universal
7) prosedur invasif 9) Pakai sarung tangan steril dengan tepat
8) malnutrisi 10) Cukur dan siapkan untuk daerah
persiapan prosedur invasif atau opersai
sesuai indikasi
11) Pastikan teknik perawatan luka yang
tepat
12) Tingkatkan inteke nutrisi yang tepat
13) Dorong intake cairan yang sesuai
14) Dorong untuk beristirahat
15) Berikan terapi anti biotik yang sesuai
16) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
tanda dan gejalah infeksi dan kapan
harus melaporkannya kepada penyedia
perawatan kesehatan
17) Ajarkan pasien dan keluarga mengenai
bagaimana menghindari infeksi

4. Retensi urine berhubungan NOC: setelah dilakukan tindakan keperawatan 1x Manajemen eliminasi urin:
dengan penekanan oleh massa 24 jam diharapkan eliminasi urin kembali normal 1) Monitor eliminasi urin termasuk
jaringan neoplasma pada dengan kriteria hasil: frekuensi, konsistensi, bau, volume dan
organ sekitarnya, gangguan 1) Pola eliminasi kembali normal warna urin sesuai kebutuhan.
sensorik motorik. 2) Bau urin tidak ada 2) Monitor tanda dan gejala retensio urin.
3) Jumlah urin dalam batas normal 3) Ajarkan pasien tanda dan gejala infeksi
Definisi: pengosongan kantung 4) Warna urin normal saluran kemih.
kemih tidak komplit 5) Intake cairan dalam batas normal 4) Anjurkan pasien atau keluarga untuk
6) Nyeri saat kencing tidak ditemukan melaporkan urin uotput sesuai
Batasan karakteristik: kebutuhan.
1) Tidak ada keluaran urin 5) Anjurkan pasien untuk banyak minum
2) Distensi kandung kemih saat makan dan waktu pagi hari.
3) Menetes 6) Bantu pasien dalam mengembangkan
4) Disuria rutinitas toileting sesuai kebutuhan.
5) Sering berkemih 7) Anjurkan pasien untuk memonitor tanda
6) Inkontinensia aliran berlebih dan gejalah infeksi saluran kemih.
7) Residu urin
8) Sensasi kandung kemih Kateterisasi Urin
penuh 1) Jelaskan prosedur dan alasan dilakukan
9) Berkemih sedikit kateterisasi urin.
2) Pasang kateter sesuai kebutuhan.
3) Pertahankan teknik aseptik yang ketat.
Faktor yang berhubungan 4) Posisikan pasien dengan tepat
1) Sumbatan (misalnya, perempuan terlentang
2) Tekanan ureter tinggi dengan kedua kaki diregangkan atau
3) Inhibishi arkus reflex fleksi pada bagian panggul dan lutut).
5) Pastikan bahwa kateter yang
dimasukan cukup jauh kedalam
kandung kemih untuk mencegah trauma
pada jaringan uretra dengan inflasi
balon
6) Isi balon kateter untuk menetapkan
kateter, berdasarkan usia dan ukuran
tubuh sesuai rekomendasi pabrik
(misalnya, dewasa 10 cc, anak 5 cc)
7) Amankan kateter pada kulit dengan
plester yang sesuai.
8) Monitor intake dan output.
9) Dokumentasikan perawatan termasuk
ukuran kateter, jenis, dan pengisian bola
kateter
5. Konstipasi berhubungan NOC: setelah dilakukan perawatan selama 1 x 24 Manajemen saluran cerna
dengan penekanan pada jam pasien diharapkan konstipasi tidak ada 1) Monitor bising usus
rectum (prolaps rectum) dengan kriteria hasil: 2) Lapor peningkatan frekuensi dan bising
1) Tidak ada irita bilitas usus bernada tinggi
Definisi: penurunan pada 2) Mual tidak ada 3) Lapor berkurangnya bising usus
frekuensi normal defekasi yang 3) Tekanan darah dalam batas normal 4) Monitor adanya tanda dan gejalah
disertai oleh kesulitan atau 4) Berkeringat diare, konstipasi dan impaksi
pengeluaran tidak lengkap feses 5) Catat masalah BAB yang sudah ada
atau pengeluaran feses yang sebelumnya, BAB rutin, dan
kering, keras, dan banyak. Keparahan Gejala penggunaan laksatif
Batasan karakteristik 1) Intensitas gejala 6) Masukan supositorial rektal, sesuai
1) Nyeri abdomen 2) Frekuensi gejala dengan kebutuhan
2) Nyeri tekan abdomen dengan 3) Terkait ketidak nyamanan 7) Intruksikan pasien mengenai makanan
teraba resistensi otot 4) Gangguan mobilitas fisik tinggi serat, dengan cara yang tepat
3) Nyeri tekan abdomen tanpa 5) Tidur yang kurang cukup 8) Evaluasi profil medikasi terkait dengan
teraba resistensi otot 6) Kehilangan nafsu makan efek samping gastrointestinal
4) Anoraksia
5) Penampilan tidak khas pada
Manajemen konstipasi/inpaksi
lansia
1) Monitor tanda dan gejala konstipasi
6) Darah merah pada feses
2) Monitor tanda dan gejala impaksi
7) Perubahan pola defekasi
3) Monitor bising usus
8) Penurunan frekuensi
4) Jelaskan penyebab dari masalah dan
9) Penurunan volume feses
rasionalisasi tindakan pada pasien
10) Distensia abdomen
5) Dukung peningkatan asupan cairan,
11) Rasa rektal penuh
jika tidak ada kontraindikasi
12) Rasa tekanan rektal 6) Evaluasi pengobatan yang memiliki
13) Keletihan umum efek samping pada gastrointestinal
14) Feses keras dan berbentuk 7) Intruksikan pada pasien dan atau
15) Sakit kepala keluarga untuk mencatat warna,
16) Bising usus hiperaktif volume, frekuensi dan konsistensi dari
17) Bising usus hipoaktif feses
18) Peningkatan tekanan 8) Intruksikan pasien atau keluarga
abdomen mengenai hubungan antara diet latihan
19) Tidak dapat makan, mual dan asupan cairan terhadap kejadian
20) Rembesan feses cair konstipasi atau impaksi
21) Nyeri pada saat defekasi 9) Evaluasi catatan asupan untuk apa saja
22) Massa abdomen yang dapat nutrisi yang telah dikonsumsi
diraba 10) Berikan petunjuk kepada pasien untuk
Faktor yang berhubungan dapat berkonsultasi dengan dokter jika
1) Funfsional konstipasi atau impaksi masih tetap
a. Kelemahan otot abdomen terjadi
b. Ketidak adekuatan 11) Informasukan kepada pasien mengenai
toileting prosedur untuk mengeluarkan feses
c. Kurang aktifitas fisik secara manual jika di perlukan
d. Kebiasaan defekasi tidak 12) ajarkan pasien atau keluarga mengenai
teratur proses pencernaan normal
2) Psikologis
a. Defresi, stres, emosi
b. Konfusi mental
3) Farmakologi
4) Mekanis
5) fiologis
Sumber : NANDA International, (2015- NIC-NOC (2013)
DAFTAR PUSTAKA

Apriyani, Yosi. 2003. Analisa Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Mioma
Uteri di RSUD dr. Adhyatma Semarang. Jurnal Kebidanan. Vol. 2 No. 5

Aspiani, Y, R. (2007). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: TIM

Aimee, et al. (2007). Association of Intrauterine and Early-Life Exposures with


Diagnosis of Uterine Leimyomata by 35 Years of Age in the Sister Study.
Environmental Health Perpectives. Volume 118. No 3 pages 375-

Bararah, T., Mohammad Jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan; panduan Lengkap menjadi
Perawat Profesional. Jilid 2. Jakarta : Prestasi Pustaka.

Copaescu, C. (2007). Laparoscopic Hysterectomy. Chirurgia (Bucur). Volume 102. No.


2. Romanian

Manuaba. (2007). Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Manuaba. (2009). Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita. Edisi 2. Jakarta: EGC

NANDA. (2015). Diagnosa Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 edisi (Budi
Anna Keliat dkk, penerjemah). Jakarta: EGC

Nugroho, T. (2012). Obstetri dan Ginekologi. Yokyakarta: Nuha Medika

Robbins. (2007). Buku Ajar Patologi. Edisi 7. Jakarta: EGC

RSUP. Dr. M. Djamil.(2016). Laporan Catatan Rekam Medik (RM): Mioma Uteri

Setiati, Eni. (2009). Waspadai 4 Kanker Ganas Pembunuh Wanita. Yokyakarta: Andi

Prawirohardjo, Sarwono. (2010).Ilmu Kebidanan.Jakarta: PT Bina Pustaka Sarwono


Prawirohardjo

Wise, L, et al. (2009). A Prospective Study of Dairy Intake and Risk of Uterine
Leimoyomata. American Journal of Epidemiologi. Vol.171. No. 2. Page 221 .
LAPORAN KASUS

A. PENGKAJIAN
Pengkajian dilakukan pada tanggal 19 Oktober 2020 jam 08.00WIB
1. IDENTITAS
Nama klien : Ny.T Nama Suami : Tn. S
Umur : 45 tahun Umur : 50 tahun
Suku : Jawa Suku : Jawa
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan :- Pendidikan :-
Pekerjaan : Petani Pekerjaan : Petani
Alamat : Wonosobo Alamat : Wonosobo
Status Perkawinan: Kawin Lama menikah : 23 Tahun
Diagnosa medis : Mioma Uteri
No. RM : 100000
2. KELUHAN UTAMA
Klien mengatakan perdarahan dari vagina dan tidak berhenti sudah satu bulan yang
lalu.
3. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
Klien masuk RSUD KRT Setjonegoro pada tanggal 18 Oktober 2020 pukul 07.30
WIB dengan perdarahan dari vagina dan tidak berhenti sudah satu bulan yang lalu.
Dari hasil anamnesa, klien mengatakan perut membesar sudah 2 tahun yang lalu,
bila menstruasi sebulan bisa 2 kali dan tidak teratur. Klien belum berobat ke
puskesmas ataupun rumah sakit lainnya. Dari hasil pemeriksaan fisik didapatkan
hasil : Palpasi : teraba massa padat dengan ukuran batas atas 2 jari diatas pusat, batas
bawah masuk panggul, batas kanan dan kiri linea axilaris anterior kanan/kiri.
Pemeriksaan dalam didapatkan hasil servik utuh, mencucu, teraba massa padat
dengan ukuran 20x20x15 cm. 3 Klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir 1
bulan yang lalu. Klien mengatakan keluar darah dari jalan lahir 1 bulan yang lalu
dan perut dirasakan semakin membesar 2 tahun yang lalu. Riwayat Menstruasi
adalah Menarche usia 11 tahun dengan Siklus tidak teratur tiap bulan, Banyaknya :
normal, Lamanya: 3-5 hari..
4. RIWAYAT KESEHATAN DAHULU
Ibu dan keluarga tidak pernah menderita penyakit tekanan darah tinggi, kencing manis dan penyakit jantung lainnya.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Pasien mengatakan tidak ada keluarga yang menderita penyakit menular atau menurun.
6. Riwayat psikososial
Hubungan dengan anggota keluarga klien cukup akrab. Hubungan dengan masyarakat sekitar cukup baik, klien menggunakan bahasa
Jawa dalam berinteraksi.
7. Riwayat spiritual
Klien beragama Islam. Klien yakin akan adanya Allah SWT yang akan memberikan kesembuhan kepada klien, klien yakin bahwa
penyakit yang dideritanya merupakan gangguan kesehatan bukan berasal dari kekuatan supranatural.

8. Riwayat obstetric
Anak ke Kehamilan Persalinan Anak
Umur Perda
No umur Penyulit Jenis Penolong Penyulit laserasi infeksi Jenis BB Pj
kehamilan rahan
3
1 24 9 bulan - spontan - - P 43
kg
3
2 22 9 bulan - spontan - - L 43
kg
9. Riwayat menarche
Siklus : tidak teratur tiap bulan
Lamanya : 3-5 hari
Jumlahnya : Normal
Warna : merah
Bau : amis
Usia menarche : 11 tahun

10. Pola pengkajian kesehatan


a. Aktivitas kehidupan sehari-hari
1) Nutrisi
Sebelum sakit : makan 3 kali sehari, jenis nasi, tahu atau tempe,
sayur, kadang ikan atau ayam.
Saat pengkajian : makan 3x sehari. Klien mengatakan siang ini
menghabiskan ¾ porsi makanan yang diberikan
RS.
2) Cairan
Sebelum sakit : klien mengatakan minum 2,5 botol aqua besar
(3500cc – 4000cc), minum es teh di warung milik
klien sekitar 2-3 gelas 200cc sehari.
Saat pengkajian : klien sejak masuk RS (±600cc).
3) Eliminasi
a. Pola defekasi
Sebelum sakit : klien mengatakan BAB 1-2x/hari.
Saat pengkajian : klien mengatakan belum ada BAB.
b. Pola berkemih
Sebelum sakit : klien mengatakan BAK 4-5 kali/hari.
Saat pengkajian : klien mengatakan sudah BAK 2 kali.
4) Istirahat tidur
Sebelum sakit : klien mengatakan tidur mulai jam 21.00 sampai
jam 04.30 (7,5 jam) tiap hari.
Saat sakit : klien mengatakan selama di RS tidur dari jam
20.00 sampai jam 05.00, lalu setelah sarapan pagi
jam 07.00 klien tidur kembali sekitar 1 jam atau
sampai dokter datang periksa pagi. (pengkajian
istirahat tidur saat sakit didapatkan tanggal
14/10/2015 jam 08.00)
5) Aktivitas dan rekreasi
Di Rumah : klien biasanya jaga warung milik klien di depan
rumah tempat tinggal klien, memasak di rumah dan
berperan sebagai ibu rumah tangga
Saat pengkajian : saat masuk rumah sakit aktivitas klien dibantu,
dan hanya terbaring di tempat tidur.
6) Personal hygiene
Sebelum sakit : Mandi 2x/hari menggunakan sabun, Cuci rambut
1x sehari menggunakan shampoo, menggosok gigi
2x/hari menggunakan pasta gigi
Saat pengkajian : klien belum mandi, biasanya klien mandi jam 5
sore.
b. Pemeriksaan fisik
1) Keadaan umum klien
Kesadaran Composmentis, GCS 15 (E4 M6 V5)
2) Tanda-tanda vital
TD : 120/70 mmHg
Nadi : 88x/menit, kuat regular
Suhu : 36,70C
RR : 18 x/ menit, teratur
3) Pendekatan Head to Toe
a) Kepala
rambut warna hitam beruban, kebersihan cukup, tidak teraba
massa/benjolan.
b) Wajah
simetris kiri dan kanan, ekspresi wajah kadang meringis.
c) Mata
pupil bulat/isokor, konjungtiva anemis, sclera tidak icterus
d) Telinga
tidak ada serumen dan, kebersihan cukup, tidak ada gangguan
pendengaran.
e) Hidung
bersih, tidak ada polip, tidak ada perdahrahan/benda asing, tidak
ada secret, tidak ada penyumbatan
f) Mulut dan tenggorokan
Rongga mulut : tidak ada peradangan, tidak stomatitis, ada bau
Gigi : tidak berluang, tidak ada karies gigi, bersih.
Lidah : beersih, tidak ada iritasi, tidak ada jamur
Tonsil : tidak ada pembengkakan dan tanda peradangan
g) Leher
Inspeksi : tidak ada distensi vena jugularis.
Palpasi : tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada
pembengkakan kalenjar getah bening.
h) Dada dan axilla
Inspeksi : bentuk normal, simetris, pernafasan teratur, tidak
ada gangguan nafas, payudara tidak membesar, tidak bengkak,
simetris, papilla mamae menonjol, areola mamae tidak
hiperpigmentasi
Palpasi : vocal vremitus : normal, pengembangan paru
normal, payudara teraba lunak.
Perkusi : suara paru sonor/ normal, bunyi jantung norma
Auskultasi : suara nafas normal, suara jantung normal.
i) Abdomen
Inspeksi : abdomen buncit
Auskultasi : bising usus ada 8 x/menit
Palpasi : teraba massa padat
Perkusi : tympani
j) Genetalia
Perineum / vulva: Bersih, tidak ada oedema, tidak ada iritasi dan
perdarahan.
Vesika urinaria: tidak ada tanda retensi urin, terpasang dower
kateter.
k) Integument
Turgor kulit baik, Warna kulit: bersih kering, keringat tidak keluar,
anemis, tidak sianosis, CRT: < 2 detik, akral hangat
l) Ekstremitas atas
Inspeksi : bentuk simetris, ROM baik, tidak ada edema,
tidak ada tremor, tidak ada lesi, terpasang infus
pada tangan kiri RL 20 tts/menit, kekuatan otot 5/5.
Palpasi : acral hangat, tonus otot lentur, massa otot cukup
padat, sensasi rasa baik, tidak ada edema.
m) Ekstremitas bawah
Inspeksi : bentuk simetris, ROM baik, pigmen ada, tremor
tidak ada, tidak ada pelebaran pembuluh darah,
kekuatan otot 5/5.
Palpasi : acral hangat, tonus otot lentur, massa otot cukup
padat, nyeri tekan tidak ada, sensasi rasa ada, tidak
ada edema.

11. PEMERIKSAAN PENUNJANG


a. HASIL LAB, tanggal 18 Oktober 2020
Jenis Pemeiksaan Hasil Satuan Nilai Normal
Hemoglobin 8,9 g/Dl 11,7-15,15
Lekosit 8,9 10/UL 3,6-11,0
Diff Count
Eosinofil 7,10 % 2,00-4,00
Basophil 0,20 % 0-1
Netrofil 75,20 % 50-70
Limfosit 11,90 % 25-40
Monosit 5,60 % 2-8
Hematocrit 30 % 35-47
Eritrosit 4,0 10^6/dl 3,80-5,20
Trombosit 120 Ribu 150-400
MCV 76
MCHC 23
Ureum 17,1 Mg/dl <50
Creatinine 0,70 Mg/dl 0,40-0,90
Cholesterol total 116 Mg/dl <200
Triglisedira 153 Mg/dl 70-140
SGOT 47,0 U/L 0-35
SGPT 33,0 U/L 0-35
Total Protein 6,24 g/dl 6,7-8,3
Globulin 2,74 Mg/dl
b. USG abdomen
Hepar : besar normal, struktur enchoparenchima homogen, system vaskuler
dan billare tak melebar
Lien : besar normal, struktur enchoparenchima homogen
Ren dx : besar normal, PCS tak melebar, tidak ada batu, parenchima baik
Ren sin : besar normal, PCS tak melebar, tidak ada batu, parenchima baik
Vesica urinaria: dinding reguler, tidak ada endapan, tidak ada batu
Uterus : besar normal, tak tampak massa hyperechoic, besar tak terjangkau
transducer intreuterine
Kesan : myoma uteri
c. Rontgent thorak
Cor : kesan suspek membesar
Pulmo : corakan bronchovaskuler bertambah
Paru : gbr. bronkhitis
d. Diet TKTP 1700 kal
B. ANALISA DATA
HARI /
MASALA
No TANGG DATA FOKUS ETIOLOGI
H
AL
1 19 DS Perdarahan dari vagina dan tidak kehilangan Resiko
Oktober berhenti sudah satu bulan yang lalu cairan secara hipovolmi
2020 DO aktif k
KU lemah sekunder
TD : 120/70 mmHg terhadap
Nadi : 88x/menit, kuat regular adanya
Suhu : 36,70C perdarahan.
RR : 18 x/ menit, teratur
Hb : 8,9 g/Dl
Hasil pemeriksaan USG positif masaa
2 19 DS: penurunan resiko
Oktober Perdarahan dari vagina dan tidak berhenti imun tubuh infeksi
2020 sudah satu bulan yang lalu sekunder
DO: akibat
KU lemah, gangguan
Konjungtiva anemis hematologis
Nadi : 88x/menit, kuat regular (perdarahan)
Suhu : 36,70C
Hb : 8,9 g/Dl
3 19 DS: Ketidak Pemelihara
Oktober - Klien mengatakan perut semakin mampuan an
2020 membesar sudah 2 tahun yang lalu. mengatasi kesehatan
-Klien mengatakan belum berobat ke masalah tidak
puskesmas ataupun ke rumah sakit efektif
lainnya,
-Riwayat persalinan
dengan dukun
DO: -
C. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Resiko hipovolmik berhubungan dengan kehilangan cairan secara aktif sekunder
terhadap adanya perdarahan.
b. resiko infeksi berhubungan dengan penurunan imun tubuh sekunder akibat gangguan
hematologis (perdarahan)
c. Pemeliharaan kesehatan tidak efektif berhubungan dengan ketidakmampuan
mengatasi masalah
D. RENCANA KEPERAWATAN (INTERVENSI)
NO TUJUAN &Kriteria Hasil Intervensi Keperawatan TANDA
DP (SLKI) (SIKI) TANGAN
Dx.1 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan 1.Manajemen hipovolemia (1.03116)
selama 3x24 jam maka Observasi
Status hipovolemik tidak terjadi dgn kriteria -Periksa tanda dan gejala hypovolemia( mis. frekuensi nadi
hasil: meningkat, nadi teraba lemah, tekanan darah menurun,
Kadar Hb membaik tekanan nadi menyempit, turgor kulit menurun, membrane
Kadar Ht membaik mukosa kering, volume urin menurun, hematocrit meningkat,
Tingkat perdarahan menurun haus, lemah.
dengan Kriteria hasil : -Monitor intake dan output.
- Kelembapan kulit meningkat Terapetik
- Perdarahan vagina menurun -Hitung kebutuhan cairan
- Hb membaik - Berikan asupan oral
- Ht membaik Edukasi
- Kekuatan nadi meningkat -Anjurkan memperbanyak asupan cairan oral
Kolaborasi
-Kolaborasi pemberian cairan IV isotonis ( mis. Nacl, RL)
- Kolaborasi pemberian produk darah
2.Pemantauan cairan (1.03121)
Observasi
-Monitor frekuensi nafas
-Monitor waktu pengisian kapiler
-Identifikasi factor resiko (perdarahan)
Terapetik
-Atur interval pemantauan sesuai dengan kondisi klien.
-Dokumentasikan hasil pemantauan
Edukasi
-Jelaskan tujuan dan prosedur pemantauan
-Informasikan hasil pemantauan
3.Manajemen perdarahan
Pervagina (1.02044)
Observasi
-Identifikasi keluhan ibu (mis. keluar darah banyak, pusing,
pandangan tidak jelas)
-Monitor kesadaran dan tanda vital
- Monitor kehilangan darah
-Monitor kadar Hb, Ht
Terapetik
-Pasang IV line dengan selang tranfusi
-Pasang kateter untuk mengosongkan kandung kemih
Kolaborasi -Kolaborasi pemberian antikoagulan

Dx.2 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan Pencegahan infeksi


selama 3x24 jam maka Tingkat infeksi menurun Observasi
dengan Kriteria hasil: -Monitor tanda dan gejala infeksi local dan sistemik
- Kebersihan tangan meningkat Terapetik
- Nafsu makan meningkat -Batasi jumlah pengunjung
-Kadar sel darah putih membaik -Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak dengan pasien dan
Demam menurun lingkungan
Edukasi
-Jelaskan tanda dan gejala infeksi
-Ajarkan cara mencuci tangan degan benar
-Ajarkan meningkatkan asupan nutrisi
- Ajarkan meningkatkan asupan cairan
Dx.3 Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan Promosi perilaku upaya kesehatan
selama 3x24 jam maka Pemeliharaan kesehatan Tindakan
meningkat dengan Kriteria hasil: Observasi
- Perilaku mencari bantuan meningkat -Identifikasi perilaku upaya kesehatan yang dpt dilakukan
- Menunjukan pemahaman perilaku Terapetik
kesehatan -Orientasi pelayanan kesehatan yang dapat dimanfaatkan
- Menunjukan menjalankan perilaku
kesehatan
E. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
HARI&
NO TANDA
TANGGAL IMPLEMENTASI RESPON PASIEN
DP TANGAN
PUKUL
1 19 Oktober - Memeriksa tanda dan gejala DS : Pasien mengatakan masih
2020 hypovolemia:turgor kulit ,membrane mukosa keluar darah dari jalan lahir
kering, volume urin menurun, haus, lemah. DO: mukosa lembab, turgor kulit
baik, warna urine kuning jernih
KU lemah
-Monitor intake dan output. DS: pasien mengatakan minum
sehari bisa kurang lebih 1,5 liter
DO : -
-Mengukur kesadaran dan TTV DS:-
DO: Kesadaran composmentis
-T : 130/80 mmHg
Nadi : 84x/mnt
Suhu : 36,6
RR: 20x/mt
- memberikan therapy cairan DS: pasieng mengatakan terpasang
infus
DO: terpasang infus RL 20 tpm
- Mengidentifikasi keluhan ibu DS: Pasien mengatakan lemes, tidak
- Monitor kehilangan darah pusing, keluar darah lewat vagina
DO: vagina keluar darah
memberikan produk darah DS: pasien mengatakan sudah
dimasukan darah, tidak ada alergi
DO: terpasang PRC 1 kolf
2 19 Oktober -Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan DS: - Pasien mengatakan masih
2020 sistemik keluar darah dari jalan lahir
DO:- Hb 8,9 g/dl
Nadi : 84x/mnt
Suhu : 36,6 oC
-Membatasi jumlah pengunjung DS: -
DO: batasi pengunjung
-Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak DS:-
dengan pasien dan lingkungan DO:-
-Menjelaskan tanda dan gejala infeksi
DS: Pasien mengerti jika ada tanda
infeksi
o
-Mengajarkan cara mencuci tangan degan DO: Suhu : 36,6 C, terdapat
benar perdarahan di vagina, berbau amis
DS: Pasien mengatakan sudah bisa
-Mengajarkan meningkatkan asupan nutrisi mencuci tangan dengan benar
DO:-
DS: Pasien mengatakan makan
hanya setengah porsi yang diberikan
dari RS
DO: -
3 19 Oktober -Mengidentifikasi perilaku upaya kesehatan DS:- Pasien mengatakan perut
2020 yang dapat dilakukan semakin membesar sudah 2 tahun
-Mengorientasikan pelayanan kesehatan yang yang lalu.
dapat dimanfaatkan - Pasien mengatakan mengerti
tentang pelayanan kesehatan yang
bisa didatangi jika ada masalah
kesehatan.
DO: - Riwayat persalinan dengan
dukun

HARI&
NO TANDA
TANGGAL IMPLEMENTASI RESPON PASIEN
DP TANGAN
PUKUL
1 20 Oktober - Memeriksa tanda dan gejala DS : Pasien mengatakan masih
2020 hypovolemia:turgor kulit ,membrane mukosa keluar darah dari jalan lahir
kering, volume urin menurun, haus, lemah. DO: mukosa lembab, turgor kulit
baik, warna urine kuning jernih
KU lemah
-Monitor intake dan output. DS: pasien mengatakan minum
sehari bisa kurang lebih 1,5 liter
DO : -
-Mengukur kesadaran dan TTV DS:-
DO: Kesadaran composmentis
-T : 130/80 mmHg
Nadi : 84x/mnt
Suhu : 36,6
RR: 20x/mt
DS: pasieng mengatakan terpasang
- memberikan therapy cairan infus
DO: terpasang infus RL 20 tpm
DS: Pasien mengatakan lemes, tidak
- Mengidentifikasi keluhan ibu pusing, keluar darah lewat vagina
- Monitor kehilangan darah DO: vagina keluar darah
DS: pasien mengatakan sudah
- memberikan produk darah dimasukan darah, tidak ada alergi
DO: terpasang PRC 1 kolf
2 20 Oktober -Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan DS: - Pasien mengatakan masih
2020 sistemik keluar darah dari jalan lahir
DO:- Hb 8,9 g/dl
Nadi : 84x/mnt
Suhu : 36,6 oC
-Membatasi jumlah pengunjung DS: -
DO: batasi pengunjung
DS:-
-Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak DO:-
dengan pasien dan lingkungan DS: Pasien mengerti jika ada tanda
-Menjelaskan tanda dan gejala infeksi infeksi
o
DO: Suhu : 36,6 C, terdapat
perdarahan di vagina, berbau amis
-Mengajarkan cara mencuci tangan degan DS: Pasien mengatakan sudah bisa
benar mencuci tangan dengan benar
DO:-
-Mengajarkan meningkatkan asupan nutrisi DS: Pasien mengatakan makan
hanya setengah porsi yang diberikan
dari RS
DO: -
3 20 Oktober -Mengidentifikasi perilaku upaya kesehatan DS:- Pasien mengatakan perut
2020 yang dapat dilakukan semakin membesar sudah 2 tahun
-Mengorientasikan pelayanan kesehatan yang yang lalu.
dapat dimanfaatkan - Pasien mengatakan mengerti
tentang pelayanan kesehatan yang
bisa didatangi jika ada masalah
kesehatan.
DO: - Riwayat persalinan dengan
dukun

HARI&
NO TANDA
TANGGAL IMPLEMENTASI RESPON PASIEN
DP TANGAN
PUKUL
1 21 Oktober - Memeriksa tanda dan gejala DS : Pasien mengatakan masih
2020 hypovolemia:turgor kulit ,membrane mukosa keluar darah dari jalan lahir sudah
kering, volume urin menurun, haus, lemah. berkurang
DO: mukosa lembab, turgor kulit
baik, warna urine kuning jernih
KU lemah
-Monitor intake dan output. DS: pasien mengatakan minum
sehari bisa kurang lebih 1,5 liter
DO : -
-Mengukur kesadaran dan TTV DS:-
DO: Kesadaran composmentis
-T : 130/80 mmHg
Nadi : 84x/mnt
Suhu : 36,6
RR: 20x/mt
DS: pasieng mengatakan terpasang
- memberikan therapy cairan infus
DO: terpasang infus RL 20 tpm
DS: Pasien mengatakan lemes, tidak
- Mengidentifikasi keluhan ibu pusing, keluar darah lewat vagina
- Monitor kehilangan darah DO: vagina keluar darah

2 21 Oktober -Memonitor tanda dan gejala infeksi local dan DS: - Pasien mengatakan masih
2020 sistemik keluar darah dari jalan lahir
DO:- Hb 9,9 g/dl
Nadi : 84x/mnt
Suhu : 36,6 oC
-Membatasi jumlah pengunjung DS: -
DO: batasi pengunjung
-Mencuci tangan sebelum dan sesudah kontak DS:-
dengan pasien dan lingkungan DO:-
-Menjelaskan tanda dan gejala infeksi DS: Pasien mengerti jika ada tanda
infeksi
o
DO: Suhu : 36,6 C, terdapat
-Mengajarkan cara mencuci tangan degan perdarahan di vagina, berbau amis
benar DS: Pasien mengatakan sudah bisa
mencuci tangan dengan benar
DO:-
DS: Pasien mengatakan makan
-Mengajarkan meningkatkan asupan nutrisi hanya setengah porsi yang diberikan
dari RS
DO: -
3 21 Oktober -Mengidentifikasi perilaku upaya kesehatan DS:- Pasien mengatakan perut
2020 yang dapat dilakukan semakin membesar sudah 2 tahun
-Mengorientasikan pelayanan kesehatan yang yang lalu.
dapat dimanfaatkan - Pasien mengatakan mengerti
tentang pelayanan kesehatan yang
bisa didatangi jika ada masalah
kesehatan.
DO: - Riwayat persalinan dengan
dukun

F. CATATAN PERKEMBANGAN
NO HARI &
TANDA
DP TANGGAL RESPON PERKEMBANGAN
TANGAN
PUKUL
1 19 Oktober 2020 S : Pasien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir
O :-T : 128/79 mmHg
Nadi : 88 x/mnt
Suhu : 36,7 oC, teraba kuat
RR: 20x/mt
-Turgor kulit baik, kulit lembab
Hb 8.9
Hematokrit 30
A : syok tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi
2 19 Oktober 2020 S: - Pasien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir
O:- Hb 8,9 g/dl
- Kebersihan tangan meningkat
- Nafsu makan meningkat
-Kadar sel darah putih 8.9
Suhu 36,6 oC
A : infeksi tidak terjadi
P : Lanjut Intervensi
3 19 Oktober 2020 S:- Klien mengatakan perut semakin membesar sudah 2 tahun yang lalu.
-Klien mengatakan mengerti tentang pelayanan kesehatan yang bisa didatngai
jika ada masalah kesehatan.
O: -Riwayat persalinan dengan dukun
A : Pemeliharaan kesehatan meningkat
P : Lanjutkan intervensi

NO HARI &
TANDA
DP TANGGAL RESPON PERKEMBANGAN
TANGAN
PUKUL
1 20 Oktober 2020 S : Pasien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir
O :-T : 120/70 mmHg
Nadi : 86 x/mnt
Suhu : 36,5 oC, teraba kuat
RR: 20x/mt
-Turgor kulit baik, kulit lembab
Hb 8.9
Hematokrit 30
A : hipovolemik tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi
2 20 Oktober 2020 S: - Pasien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir
O:- Hb 8,9 g/dl
- Kebersihan tangan meningkat
- Nafsu makan meningkat
-Kadar sel darah putih 8.9
Suhu 36,5 oC
A : infeksi tidak terjadi
P : Lanjut Intervensi
3 20 Oktober 2020 S:- Klien mengatakan perut semakin membesar sudah 2 tahun yang lalu.
-Klien mengatakan mengerti tentang pelayanan kesehatan yang bisa didatngai
jika ada masalah kesehatan.
O: -Riwayat persalinan dengan dukun
A : Pemeliharaan kesehatan meningkat
P : Lanjutkan intervensi
NO HARI &
TANDA
DP TANGGAL RESPON PERKEMBANGAN
TANGAN
PUKUL
1 21 Oktober 2020 S : Pasien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir
O :-T : 125/75 mmHg
Nadi : 84x/mnt
Suhu : 36,6 oC, teraba kuat
RR: 20 x/mt
-Turgor kulit baik, kulit lembab
Hb 9.9
Hematokrit 35
A : hipovolemik tidak terjadi
P : Lanjutkan intervensi
2 21 Oktober 2020 S: - Pasien mengatakan masih keluar darah dari jalan lahir sudah berkurang
O:- Hb 9,9 g/dl
- Kebersihan tangan meningkat
- Nafsu makan meningkat
-Kadar sel darah putih 8.9
Suhu 36,6 oC
A : infeksi tidak terjadi
P : Lanjut Intervensi
3 21 Oktober 2020 S:- Klien mengatakan perut semakin membesar sudah 2 tahun yang lalu.
-Klien mengatakan mengerti tentang pelayanan kesehatan yang bisa didatngai
jika ada masalah kesehatan.
O: -Riwayat persalinan dengan dukun
A : Pemeliharaan kesehatan meningkat
P : Lanjutkan intervensi

Anda mungkin juga menyukai