Menstruasi (sebelmnya isebut gangguan disforia di akhir fase luteal). Diperkirakan terjadi
pada 3% sampai 5% wanita usia subur (jensvold,1993). Panik, kehilangan kontrol atau
prilaku kekerasan, peningkatan angka kecelakaan atau cedera dan ide bunuh diri merupakan
gejala yang jarang terjadi.
Hubungan antara siklus menstruasi dan gejala psiko-emosional masih belum jelas. Mungkin
terdapat edema, hipoglikemia, penurunan kadar beta endorfin atau defisiensi serotonin
(Menkes et al.,1992). PMS digambarkan sebagai suatu “perubahan keadaan” yang ditandai
dengan gejala mood disforia, retensi cairan dan peningkatan rangsangan otonom dan
rektivitas stres. Kondisi ini menyebabkan perubahan persepsi dan respon terhadap lingkungan
serta perubahan prilaku kongnitif. Perubahan siklik steroid ovurium dapat memunculkan
serangkaian peristiwa neuroendokrin yang mengubah persepsi stres dan menghasilkan gejala
stres. (Woods et al.,1995). Wanita yang menderita PMS tidak menunjukkan penurunan proses
kongnitif atau peruahan kongnitif depresif (kurang dapat mengingat, performa lambat, mudah
terdistraksi, penurunan kemampuan menyelesaikan masalah ; Rapkin et al., 1989,Haas,
1993).
Instrumen pengkajian yang membantu adalah catatan harian gejala yang berisi derajat
menstruasi dan gejala yang muncul setiap hari selama satu bulan. Wanita dapat mengisi
semua catatan harian gejala selama 2-3bulan, secara cermat perhatikan tipe, waktu, dan
keparahan setiap gejala pramenstruasi. Tinjauan catatan harian gejala dapat membatu
mengidentifiasikan gejala yang aling sering muncul dan mengganggu serta mengidentifikasi
waktu pemberian terapi yang tepat.
Pengkajian fisik mengidentifikasi adanya pembesaran uterus dan ovarium, tanda-tanda
endometriosis, dan abnormalitas struktur saluran reproduksi.
Diagnosis Keperawatan
Diagnosis keperawatan yang berhubungan dengan PMS mencangkup masalah yang terjadi
akibat tanda dan gejala yang dialami klien.
Diagnosis Keperawatan
Sindrom Pramenstruasi
Nyeri berhubugan dengan kram dan spasme
Ansietas berhubungan dengan :
Kesalahpahaman tentang sindrom pramenstruasi ( PMS)
Stres akibat gangguan
Gangguan dalam beraktivitas
Ketidakefektifan koping keluarga yang berhubungan dengan PMS
Kelebihan volume cairan yang berhubungan dengan retensi cairan
Defesiensi pengetahuan yang berhubungan dengan penyebab, faktor penunjang, terapi
dan tindakan perawatan diri
Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan lapar dan
lewah makan
Perubahan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh yang berhubungan dengan penurunan
nafsu makan dan kembung abdomen
Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan pengaruh emosional PMS dan
gangguan tingkat aktivitas
Perubahan pola seksualitas yang berhubungan dengan :
Gangguan aktivitas normal dan ekspresi seksual
Pengaruh PMS
Hambatan dalam berhubungan dengan orang terdekat.
Perencanaan dan Intervensi Keperawatan
Tujuan intervensi pada kasus PMS adalah meningkatkan gaya hidup sehat meredakan gejala
dan memperbaiki koping. Penanganan PMS bervariasi sesuai dengan gejala yang paling
mengganggu klien. Teapi keperawatan yang paling efektif meliputi diet gaya hidup dan
penyusuaian prilaku. Gejala menurun bermakna pada 36% sampai 75% wanita penderita
PMS yang mmendapatkan intervensitersebut (Goodale et al.,1990; Hass, 1993). Teknik
relaksasi juga bermanfaat dalam menanggani gejala PMS ,seperti iritabilitas, depresi dan
ansietas.
Konseling nutrisi berfokus pada anjuran menghindari kafein, coklat, dan turunan xantin
karena cenderung meningkatkan mood dan geja emosional. Mengurangi konsumsi daging
merah segardan lemak dan meningkatkan konsumsi karbohidrat komples, sayuran nasi,
polong-poongan, serta serat dapat meningkatkan kesehatan dan mengurangi gejala.
Gejala hipogglikemia , seperti mengurangi keletihan, kepala sakit, pusing, dan lapar makanan
tertentu dikrangi dengan menghindari makanan manis dan karbohidrat murni dan dengan
mengonsumsi makanan tinggi protein dan karbohidrat kompleks. Makan sedikit tapi sering
dapat membantu menurunkan glukosa darah.
Vitamin B6 (Piridoksin), sejenis koenzim dalam sintesis neurotransmiter tertenu, sering kali
direkomendasikan untuk mengurangi irritabilitas dan depresi. Vit. B 6 dalam dosis besar
(>1g/d) dapat menyebabkan neuropati perifer. Data mengenai kefektifan Vit. B 6 masih
kontradiktif. Vitamin lain seperti vit. A dan Vit. E dan mineral seperti alsium, agnesium,
kromium, triptofan telah digunakan tetapi data mengenai keefektifan masih kurang
(Chical,1990).
Evaluasi
Asuhan keperawatan untuk PMS dianggap efektif jika gejala PMS berkurang, prilaku klien
lebih positif, dan klien lebih mampu melakukan tuggas dan peran dalam keluarga.
Berkurangnya stres selama pramenstruasi mengindikasikan keberhasilan program terapeuik.
Kemungkinan hasil akhir yang akan kita capai adalah sebagai berikut :
Klien melaporkan penurunan rasa nyeri dan gejala penyerta PMS.
Klien menyebutkan informasi yangbenar tentang penyebab, faktor penunjang terapi
dan tindakan perawatan diri.
Klien menunjukkan mekanisme koping yang positif
Klien mendemonstrasikan keterampilan tindakan perawatan diri yang diintegritasan
ke dalam gayahidupnya
Klien melaporkan adanya perbaikan harga diri, citra tubuh, dan pola seksualitas