Disusun oleh :
Kelompok 4
Kelas : 2A S1 Keperawatan
Dendi KHGC19010
Fitra Nur Fadila KHGC19012
Sarah Mutiara KHGC19040
Satria Fajar S KHGC19041
Sintiah KHGC19042
Syanu Yulianti KHGC19043
Bismillahirrahmanirrahiim.
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, kami
panjatkan puji serta syukur atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan
inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini guna memenuhi
tugas kelompok untuk mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah II tentang “Asuhan
Keperawatan Pasien dengan Hipertiroid”.
Shalawat serta salam semoga tetap tercurah limpahkan kepada junjunan kita Nabi besar
Nabi Muhammad SAW beserta keluarganya, para sahabatnya, para tabiin dan tabiatnya, dan
semoga kepada kita selaku umatnya, Amiin.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai
pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan
banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah
ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan terbuka
kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah
ini.
Akhir kata, kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat maupun
inspirasi terhadap khususnya bagi kami dan umumnya bagi pembaca, Amiin.
Penyusun
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................................... i
DAFTAR ISI.............................................................................................................................ii
BAB 1 ........................................................................................................................................ 2
PENDAHULUAN .................................................................................................................... 2
BAB 2 ........................................................................................................................................ 4
PEMBAHASAN ....................................................................................................................... 4
2.2.2 Fisiologi........................................................................................................ 5
BAB 3 ...................................................................................................................................... 13
ii
3.3 Intervensi dan Rasional ........................................................................................ 15
BAB 4 ...................................................................................................................................... 28
PENUTUP............................................................................................................................... 28
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
2
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa definisi Hipertiroid?
2. Bagaimana anatomi dan fisiologi Kelenjar Tiroid?
3. Apa saja etiologi atau penyebab Hipertiroid?
4. Apa saja manifestasi klinik atau tanda dan gejala Hipertiroid?
5. Bagaimana patofisiologi Hipertiroid?
6. Apa saja kompliakasi Hipertiroid?
7. Bagaimana pencegahan Hipertiroid?
8. Apa saja pemeriksaan diagnostik Hipertiroid?
9. Apa saja penatalaksanaan medis Hipetiroid?
10. Bagaimana konsep asuhan keperawatan Hipertiroid?
3
BAB 2
PEMBAHASAN
4
2.2 Anatomi dan Fisiologi
2.2.1 Anatomi
5
(T4). Hormon ini dihasilkan dari iodin yang didapatkan tubuh dari makanan dan
garam beryodium.
Walaupun kelenjar tiroid adalah satu-satunya kelenjar yang memproduksi
hormon T3 dan T4, namun yang mengirimkan isyarat pada kelenjar tiroid untuk
mengurangi atau melebihi produksi hormon adalah kelenjar hipotalamus dan
pituitari. Kelenjar hipotalamus melepaskan hormon pelepas TSH untuk
merangsang kelenjar pituitari agar memproduksi hormon tirotropin atau TSH
(Thyroid Stimulating Hormone), sehingga kelenjar tiroid mampu memproduksi
hormon T3 dan T4.
6
Tiroditis dikelompokan menjadi tiroiditis subakut, tiroiditis posetpartum, dan
tiroiditis tersembunyi. Pada tiroiditis subakut terjadi pembesaran kelenjar tiroid dan
biasanya hilang dengan sendirinya setelah beberapa bulan. Tiroiditis pesetpartum
terjadi sekitar 8% wanita setelah beberapa bulan melahirkan. Penyebabnya diyakini
karena autoimun. Seperti halnya dengan tiroiditis subakut, tiroiditis wanita dengan
posetpartum sering mengalami hipotiroidisme sebelum kelenjar tiroid benar-benar
sembuh. Tiroiditis tersembunyi juga disebabkan juga karna autoimun dan pasien
tidak mengeluh nyeri, tetapi mungkin juga terjadi pembesaran kelenjar. Tiroiditis
tersembunyi juga dapat mengakibatkan tiroiditis permanen.
4. Konsumsi yodium yang berlebihan, yang mengakibatkan peningkatan sistesis
hormon tiroid.
5. Terapi hipertiroid, pemberian obat obatan hipotiroid untuk menstimulasi sekresi
hormon tiroid. Penggunaan yang tidak tepat menimbulkan kelebihan jumlah
hormon tiroid.
Selain beberapa penyebab di atas, ada faktor-faktor lain yang dapat meningkatkan
risiko seseorang terkena hipertiroidisme. Faktor risiko tersebut meliputi: Berjenis
kelamin wanita, memiliki anggota keluarga yang menderita penyakit Graves, dan
menderita penyakit kronis, seperti diabetes tipe 1, anemia, atau gangguan kelenjar
adrenal.
7
Meningkatnya peristaltik usus, peningkatan nafsu makan, penurunan berat
badan, diare, peningkatan penggunaan cadangan adifose dan protein, penurunan
serum lipid, peningkatan sekresi gastrointestinal, hiponatremia, muntah, dan keram
abdomen.
5. Sistem muskuloskeletal
Keseimbangan protein negatif, kelemahan otot, kelelahan,
6. Sistem integumen
Berkeringat yang berlebihan, kulit lembab, merah, hangat, tidak toleransi
panas, kedaan rambut lurus, lembut, halus dan mungkin terjadi kerontokan rambut.
7. Sistem endokrin
Sistem endokrin biasanya terjadi pembesaran kelenjar tiroid.
8. Sistem saraf
Gugup, gelisah, emosi tidak stabil; seperti kecemasan, curiga, tegang dan
emosional.
9. Sistem reproduksi
Amenorahea, anovulasi, mens tidak teratur, menurunya libido, impoten.
10. Eksoftalmus
Eksoftalmus yaitu keadaan dimana bola mata menonjol kedepan seperti mau
keluar. Eksoftalmus terjadi karena adanya penimbunan karbohidrat kompleks yang
menahan air dibelakang mata. Retensi cairan ini mendorong bola mata kedepan
sehingga bola mata nampak menonjol keluar rongga orbita. Pada keadaan ini dapat
terjadi kesulitan dalam menutup mata secara sempurna sehingga mata menjadi
kering, iritasi atau kelainan kornea.
8
peningkatan produksi panas tubuh sehingga pasien mengeluarkan banyak keringat dan
penurunan toleransi terhadap panas. Laju metabolisme yang meningkat menimbulkan
peningkatan kebutuhan metabolik, sehingga berat badan pasien akan berkurang karena
membakar cadangan energi yang tersedia. Keadaan ini menimbulkan degradasi simpanan
karbohidrat, lemak dan protein sehingga cadangan protein otot juga berkurang.
Peningkatan aktivitas saraf simpatis dapat terjadi pada sistem kardiovaskuler yaitu
dengan menstimulasi peningkatan reseptor beta adrenergik, sehingga denyut nadi lebih
cepat, peningkatan kardiak output, stroke volume, aliran darah perifer serta respon
adenergik lainnya. Peningkatan hormon tiroid juga berpengaruh terhadap sekresi dan
metabolisme hipothalamus, hipofisis dalam mensekresi hormon gonad, sehingga pada
individu yang belum pubertas mengakibatkan keterlambatan dalam fungsi seksual,
sedangkan pada usia dewasa mengakibatkan penurunan libido, infertile dan menstruasi
tidak teratur. Eksopthalmus yang terjadi merupakan reaksi inflamasi autoimun yang
mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot ekstraokuler, akibatnya bola mata
terdesak keluar.
Pathway
9
2.6 Komplikasi Hipertiroid
Menurut Tarwoto,dkk (2012):
1. Eksoftalmus, keadaan dimana bola mata pasien menonjol benjol keluar, hal ini
disebabkan karena penumpukkan cairan pada rongga orbita bagian belakang bola
mata. Biasanya terjadi pasien dengan penyakit graves.
2. Penyakit Jantung, terutama kardioditis dan gagal jantung.
3. Stromatiroid (tirotoksikosis), pada periode akut pasien mengalami demam tinggi,
takikardia berat, derilium, dehidrasi, dan iritabilitas ekstrim. Keadaan ini
merupakan keadaan emergency sehingga penganganan lebih khusus. Faktor
presipitasi yang berhubungan dengan tiroksikosis adalah hipertiroidisme yang
tidak terdiagnosis dan tidak tertangani, infeksi, ablasitiroid, pembedahan, trauma,
miokardiak infark, overdosis obat. Penanganan pasien dengan stromatiroid adalah
dengan menghambat produksi hormon tiroid, menghambat konfersi T4 menjadi T3
dan menghambat efek hormon terhadap jaringan tubuh. Obat-obatan yang
diberikan untuk menghambat kerja hormon tersebut diantaranya sodium ioded
intravena, glococorticoid, dexamethasone, dan propylthiouracil oral. Beta-blockers
diberikan untuk menurunkan efek stimulasi saraf simpatik dan takikardia.
10
Untuk mencegah terjadinya hipertiroid adalah melakukan pemeriksaan kelenjar
tiroid secara berkala, tes ini dilakukan dengan mendeteksi adanya benjolan atau
pembengkakan sekitar leher. Apabila tidak ada benjolan tetapi ada gejal-gejala
tiroid, seperti mudah berkeringat, lebih sensitif dengan panas, siklus menstruasi
dan nafsu makan berubah, segera periksakan diri ke dokter.
11
2.9 Penatalaksanaan Medis Hipertiroid
Menurut Tarwoto,dkk (2012) tujuan pengobatan adalah untuk membawa tingkat
hormon tiroid keadaan normal, sehingga mencegah komplikasi jangka panjang, dan
mengurangi gejala tidak nyaman. Tiga pilihan pemberian obat-obatan, terapi radioiod,
dan pembedahan.
1. Obat-obatan antitiroid
a) Propylthiouracil (PTU), merupakan obat antihipertiroid pilihan, tetapi
mempunyai efek samping agranulocitosis sehingga sebelum di berikan harus
dicek sel darah putihnya. PTU tersedia dalam bentuk tablet 50 dan 100 mg.
b) Methimozole (Tapazole), bekerja dengan cara memblok reaksi hormon tiroid
dalam tubuh. Obat ini mempunyai efek samping agranulositosis, nyeri
kepala, mual muntah, diare, jaundisce, ultikaria. Obat ini tersedia dalam
bentuk tablet 3 dan 20 mg.
c) Adrenargik bloker, seperti propanolol dapat diberikan untuk mengkontrol
aktifitas saraf simpatetik.
d) Pada pasien graves yang pertama kali diberikan OAT dosis tinggi PTU 300-
600mg/hari atau methimazole 40-45mg/hari.
2. Radioiod Terapi
Radio aktif iodin-131, iodium radio aktif secara bertahap akan melakukan
sel-sel yang membentuk kelenjar tiroid namun tidak akan menghentikan produksi
hormon tiroid.
3. Bedah Tiroid
Pembedahan dan pengangkatan total atau parsial (tiroidektomy). Operasi
efektif dilakukan pada pasien dengan penyakit graves. Efek samping yang mungkin
terjadi pada pembedahan adalah gangguan suara dan kelumpuhan saraf kelenjar
tiroid.
4. Pemenuhan kebutuhan nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein, 3000-4000
kalori.
12
BAB 3
3.1 Pengkajian
Data-data yang perlu dikaji pada asuhan keperawatan dengan hipertiroid Tarwoto,
dkk. (2012) ialah sebagai berikut :
1. Data Demografi
Data demografi yang penting di kaji adalah usia dan jenis kelamin, karena
merupakan faktor yang berpengaruh terhadap hipertiroid
2. Riwayat Kesehatan
a. Riwayat keluarga dengan faktor genetik, penyakit tiroid dan kanker
b. Riwayat kesehatan sekarang : riwayat penyakit tiroid yang dialami, riwayat
pengobatan dengan radiasi dileher, adanya tumor, adanya riwayat trauma
kepala, infeksi, riwayat penggunaaan obat-obatan seperti thionamide,
lithium, amiodarone, interferon alfa.
c. Riwayat sosial ekonomi : kemampuan memelihara kesehatan, konsumsi dan
pola makan, porsi makan.
3. Keluhan Utama
a. Kaji yang berhubungan dengan hipermetabolisme
• Penurunan berat badan
• Peningkatan suhu tubuh
• Kelelahan
• Makan dengan porsi banyak atau sering
b. Kaji yang berhubungan dengan aktivitas
• Cepat lelah
• Intoleransi aktivitas
• Tremor
• Insomnia
c. Kaji yang berhubungan dengan gangguan persarafan
• Iritabilitas
• Emosi tidak stabil seperti cemas atau mudah tersinggung
13
d. Kaji yang berhubungan dengan gangguan penglihatan
• Gangguan tajam penglihatan
• Pandangan ganda
e. Kaji yang berhubungan dengan gangguan seksual
• Amenorrhea, menstruasi tidak teratur
• Menurunnya infertile, resiko aborsi spontan
• Menurunnya libido
• Menurunnya perkembangan fungsi seksual
• Impoten
f. Kaji yang berhubungan dengan gangguan graves
• Eksoftalmus
• Pembesaran kelenjar tiroid
4. Pengkajian psikososial
Pasien dengan hipertiroid biasanya menampakkan suasana hati yang tidak
stabil, penurunan terhadap perhatian dan menunjukkan perilaku maniak. Sering
juga didapatka gangguan tidur.
5. Pemeriksaan fisik
Keadaan umum : lemah, TD : tekanan darah biasanya meningkat, BB : pada
pasien hipertiriodisme biasanya terjadi BB yang turun, N : meningkat.
a. Observasi dan pemeriksaan kelenjar tiroid
Palpasi kelenjar tiroid dan kaji adanya massa atau pembesaran. Observasi
ukuran dan kesimetrisan pada goiter pembesaran dapat terjadi empat kali dari
ukuran normal.
b. Optalmopathy (penampilan dan fungsi mata yang tidak normal)
Pada hipertiroid sering ditemukan adanya retraksi kelopak mata dan
penonjolan kelopak mata. Pada tiroksikosis kelopak mata mengalami
kegagalan untuk turun ketika klien melihat kebawah.
c. Observasi adanya bola mata yang menonjol karena edema pada otot
ektraokuler dan peningkatan jaringan dibawah mata. Penekanan pada saraf
mata dapat mengakibatkan kerusakan pandangan seperti penglihata ganda,
tajam penglihatan. Adanya iritasi mata karena kesulitan menutup mata secara
sempurna perlu dilakukan pengkajian.
d. Pemeriksaan jantung
14
Komplikasi yang sering timbul pada hipertiroid adalah gangguan jantung
seperti kardioditis dan gagal jantung, oleh karenanya pemeriksaan jantung
perlu dilakukan seperti tekanan darah, takikardia, distritmia, bunyi jantung.
e. Muskuloskeletal
Biasanya ditemukan adanya kelemahan otot, hipeeraktif pada reflex tendon
dan tremor, iritabilitas.
15
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Hindari makanan yang dapat 1. Peningkatan multilitas saluran cerna
meningkatkan peristaltic usus. dapat mengakibatkan diare dan
ganguan absorpsi nutris yang
diperlukan.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Konsultasi dengan ahli gizi untuk 1. Mungkin memerlukan bantuan untuk
memberikan diet kalori tinggi. menjamin pemasukan zat-zat
makanan yang adekuat dan
mengidentifikasi makanan pengganti
yang paling sesuai.
Observasi : Observasi :
1. Auskultasi bising usus 1. Bising usu hiperaktif mencerminkan
peningkatkan motilitas lambung yang
menurnkan atau mengubah fungsi
absorpsi.
2. Pantau masukan makanan setiap hari 2. Penurunan berat badan terus menerus
dan timbang berat badan tiap hari. dalam keadaan masukan kalori yang
cukup merupakan indikasi kegagalan
terhadap terapi antitiriod.
Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien makan dan 1. Membantu menjaga pemasukan
meningkatkan jumlah makan. kalori cukup tinggi untuk
menambah kalori tetap tinggi.
16
Intervensi Rasional
Mandiri :
1. Auskultasi bunyi nafas dan catat 1. Bunyi nafas menurun / tak ada bila
adanya bunyi nafas adventisius, jalan nafas obstruksi sekunder
seperti krekels, mengi, gesekan terhadap perdarahan, bekuan atau
pleural. kolaps jalan nafas kecil (atelektasis).
Ronki dan mengi menyertai obstruksi
jalan nafas/kegagalan pernafasan.
2. Tinggikan kepala dan bantu 2. Duduk tinggi memungkinkan
mengubah posisi. Bangunkan klien ekspansi paru dan memudahkan
turun tempat tidur dan ambulasi pernafasan.
sesegera mungkin.
3. Dorong/bantu klien dalam nafas 3. Dapat meningkatkan / banyaknya
dalam dan latihan batuk. sputum dimana gangguan ventilasi
Penghisapan per oral atau dan ditambah ketidaknyamanan
nasotrakeal bila diindikasikan. upaya bernafas.
Kolaborasi :
1. Berikan oksigen tambahan. 1. Memaksimalkan bernafas dan
menurunkan kerja nafas.
Observasi :
1. Observasi frekuensi, kedalaman 1. Kecepatan biasanya meningkat.
pernafasan dan ekspansi dada. Catat Dispnea dan terjadi peningkatan
upaya pernafasan, termasuk kerja nafas.
penggunaan otot bantu / pelebaran
nasal.
2. Observsi pola batuk dan karakter 2. Kongesti alveolar mengakibatkan
sekret. batuk kering/iritasi.
17
3. Penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid tidak terkontrol dan
peningkatan aktifitas saraf simpatik
Tujuan: Setelah diberikan tindakan keperawatan 2x24 jam curah jantung menjadi
adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh.
Kriteria Hasil: Tanda vital stabil, denyut nadi perifer normal, pengisian kapiler <
3 detik, tidak ada distritnea.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Catat atau perhatikan kecepatan 1. Takirkardi mungkin merupakan
irama jantung dan adanya distrirnea. cerminan langsung stimulasi otot
jantung oleh hormone tiroid distritnea
sering kali terjadi dan dapat
membahnyakan fungsi jantung atau
curah jantug.
2. Auskultasi suara jantung, perhatikan 2. S1 dan mumur yang menonjol yang
adanya bunyi jantung tambahan, berhubungan dengan curah jantung
adanya orama gallop dan mumur meningakat pada keadaan metabolic.
sistolik. adanya S3 sebagai tanda kemungkinan
gagal jantung
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan cairan IV sesuai indikasi. 1. Pemberian cauiran melalui IV dengan
Cepat untuk memperbaiki volum
sirkulasi
2. Berikan sesuai indikasi. 2. Mempertahankan curah jantung yang
adekuat.
Observasi : Observasi :
1. Observasi tanda dan gejala haus 1. Hidrasi yang cepat dapat terjadi yang
yang hebat, mukosa membran akan menurunkan volum sirkulasi
kering yang lemah. dan menurunkan curah jantung.
18
2. Observasi nadi atau denyut jantung 2. Memberikan hasil pengkajian yang lebih
pada pada pasien saat tidur. akurat untuk menentukan takikardi.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Terima persepsi diri klien dan berikan 1. Untuk memvalidasi perasaannya.
jaminan bahwa klien dapat mengatasi
krisis ini.
Observasi : Observasi :
1. Kaji kesiapan klien kemudian libatkan 1. keterlibatan dapat memberikan rasa
klien dalam mengambil keputusan kontrol dan meningkatkan harga diri.
tentang keperawatan, bila
memungkinkan.
Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien melakukan perawatan diri. 1. Untuk meningkatkan rasa kemandirian
2. Dorong klien untuk mengungkapkan dan kontrol.
kedukaan tentang kehilangan. 2. Kedukaan harus mendahului penerimaan
3. Dorong klien untuk tetap menuliskan 3. Catatan tertulis dapat membantu
perasaan, tujuan, keluhan, dan kemajuan menunjukkan kemajuan klien.
yang terjadi pada dirinya.
19
4. Diskusikan kemajuan klien dan tunjukan 4. Untuk meningkatkan sikap positif.
bagaimana kondisinya telah meningkat.
5. Dorong klien untuk berpartisipasi dalam 5. Untuk membantu mendapatkan
kelompok pendukung, bila perlu, dukungan dan pemahaman atau
membuat suatu perjanjian dengan profesi konseling tambahan.
kesehatan mental.
6. Dorong klien untuk menggambarkan 6. Untuk meningkatkan harga diri dan
perkembangan klien melalu hospitalisasi. untuk mendemontrasikan bagaimana
klien telah beradaptasi terhadap
perubahan citra tubuh.
7. Ajarkan dan dorong strategi koping yang 7. Untuk membantu klien mengatasi
sehat. perilaku yang tidak produktif.
20
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan cairan parenteral 1. Untuk membantu mempertahankan
sesuai intruksi. keseimbangan cairan.
Observasi : Observasi :
1. Periksa membran mukosa 1. Membran mukosa kering
mulut setiap hari. merupakan suatu indikasi dehidrasi.
2. Pantau kadar elektrolit serum. 2. Perubahan niali elektrolit dapat
menandakan ketidakseimbangan
cairan.
3. Ukur asupan cairan dan 3. Penurunan asupan atau peningkatan
haluaran urine untuk haluaran mengakibatkan defisit
mendapatkan status cairan. cairan dan mengakibatkan kelebihan
cairan.
Edukasi : Edukasi :
1. Dorong klien untuk mematuhi 1. Untuk membantu mencapai
diet yang diinstrusikan. keseimbangan cairan dan elektrolit.
2. Ajarkan klien dan anggota 2. Tindakan ini mendorong klien dan
keluarga cara pemberian asuhan untuk
mempertahankan asupan berpartisipasi dalam perawatan,
cairan yang tepat, termasuk sehingga meningkatkan kontrol.
mencatat berat badan setiap
hari, mengukur asupan dan
haluaran, dan mengenal tanda-
tanda ketidakseimbangan
cairan.
21
INTERVENSI RASIONAL
Mandiri : Mandiri :
1. Monitor suhu tubuh setiap 4 jam 1. Meyakinkan perbandingan data yang
akurat
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan antipiretik sesuai indikasi 1. Dapat menurunkan demam
Observasi : Observasi :
1. Pantau dan catat denyut dan irama 1. Peningkatan deyut nadi, penurun
nadi, tekanan vena sentral, tekanan tekanan vena sentral dan penurunan
darah, frekuensi nafas, tingkat tekanan darah dapat mengindikasikan
responsivitas, dan suhu kulit setiap 4 hipovollemia yang mengarah
jam. penurunan perfusi jaringan.
2. Perubahan tingkat kesadaran dapat
2. Observasi adanya konfusi merupakan akibat dari hipoksia
disorientasi jaringan.
Edukasi : Edukasi :
1. Anjurkan klien untuk minum sebayak 1. Asupan cairan berlebih dapat
mungkin air jika tidak mengakibatkan kelebihan cairan atau
dikontraindikasikan dekompensasi jantung yang dapat
memperburuk kondisi pasien
22
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Pantau tanda vital dan catat nadi baik 1. Nadi meningkat dan bahkan pada
pada istirahat dan melakukan istirahat ( Takikardi ).
aktivitas.
2. Berikan sentuhan atau message, 2. Dapat menurunkan energy dalam saraf
bedak yang sejuk. yang selanjutnya meningkatkan
relaksasi.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi. 1. Untuk mengurangi kelelahan dan
meningkatkan energi.
Observasi : Observasi :
1. Catat perkembangan takipneu, 1. Kebutuhan dan konsumsi oksigen akan
dispneu, pucat dan sianosis. ditingkatkan pada keadaan
hipemetabolik.
Edukasi : Edukasi :
1. Sarankan klien untuk mengurangi 1. Membantu melawan pengaruh dari
aktivitas dan meningkatkan istirahat peningkatan metabolisme.
.
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Bagian kepala tempat tidur 1. Menurunkan edema jaringan bila ada
ditinggikan dan batasi pemasukan komplikasi seperti GJK yang mana
garam jika ada indikasi. dapat memperberat esoftalmus.
23
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan obat sesuai indikasi 1. Untuk tindakan pengobatan medis.
Observasi : Observasi :
1. Evaluasi ketajaman mata. 1. Oftalmolpati infiltraftif akibat dari
penigkatan jaringan retroorbits yang
menciptakan eksoftalmus.
2. Observasi edema periobital, 2. Manifestasi umum dari stimulasi
gangguan penutupan kelopak aderenergik yang berlebihan dengan
mata. berhubungan dengan tirotoksikosis
yang memerlukan intervensi
pendukung sampe resolusi krisis dapat
menghilangkan simtomatologis.
Edukasi : Edukasi :
1. Anjurkan klien menggunakan 1. Melindungi kerusakan kornea jika
kacamata gelap ketika terbangun pasien tidak dapat menutup mata
dan tutup dengan penutup mata dengan sempurna karena edema atau
selama tidur sesuai dengan fibrosis bantalan lemak.
kebutuhan.
24
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Sediakan lingkungan yang tidak 1. Tindakan ini mendorong klien untuk
mengancam, dan dorong klien untuk bertanya tentang hal khusus yang
bertanya tentang seksualitas pribadi. berkaitan dengan keadaan saat ini.
10. Ganguan pola tidur berhubungan dengan kurang control tidur dan peningkatan
metabolism
Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2x24 jam gangguan pola
tidur dapat di atasi
Kriteria hasil: klien mengidentifikasi faktor-faktor yang dapat menghalangi atau
mengganggu tidur.klien tidur 5-6 jam dimalam hari
Intervensi Rasional
Mandiri : Mandiri :
1. Berikan bantuan tidur kepada klien, 1. Susu dan beberapa kudapan tinggi
seperti bantal, mandi sebelum tidur, protein, seperti keju dan kacang,
makanan atau minuman dan bahan mengandung L-trytophan, yang
bacaan. dapat mempermudah tidur.
25
Higiene pribadi secara rutin dapat
mempermudah tidur bagi sejumlah
klien.
2. Ciptakan lingkungan tenang yang 2. Tindakan ini dapat mendorong
kondusif untuk tidur contohnya, istirahat dan tidur klien.
tutup gorden, sesuaikan pencahayaan
atau tutup pintu.
Kolaborasi : Kolaborasi :
1. Berikan pengobatan yang 1. Agenhipnotik memicu tidur: obat
diprogramkan untuk penenang menurunkan ansietas
meningkatkan pola tidur normal
klien. Pantau dan catat reaksi yang
tidak diharapkan.
Observasi : Observasi :
1. Catat lamanya tidur klien 1. Mengetahui perubahan prosentase
pola tidur
Edukasi: Edukasi:
1. Berikan pendidikan kesehatan kepada 1. Upaya relaksasi yang bertujuan
klien tentang teknik relaksasi biasanya dapat membantu
seperti imajinasi terbimbing, meningkatkan tidur
relaksasi oto progresif, dan
meditasi.
Discharge planing :
1. Atur pola nutrisi dengan tinggi kalori dan tinggi protein 3000-4000 kalori
2. Minum obat-obatan antitiroid secara teratur dan sesuai dosis
3. Hindari hal-hal pemicu terjadinya peningkatan hormon tiroid, contohnya:
mengkonsumsi makanan tinggi iodium.
26
3.4 Implementasi
Implementasi merupakan tahap keempat dalam tahap proses keperawatan dengan
melaksanakan berbagai strategi keperawatan (tindakan keperawatan) yang telah
direncanakan dalam rencana tindakan keperawatan (Hidayat, 2004). Dalam tahap ini
perawat harus mengetahui berbagai hal seperti bahaya fisik dan perlindungan pada klien,
tehnik komunikasi, kemampuan dalam prosesdur tindakan, pemahaman tentang hak-hak
pasien serta memahami tingkat perkembangan pasien.
Pelaksanaan mencakup melakukan, membantu atau mengarahkan kinerja aktivitas
sehari-hari. Setelah dilakukan, validasi, penguasaan keterampilan interpersonal,
intelektual dan tehnik intervensi harus dilakukan dengan cermat dan efisien pada situasi
yang tepat, keamanan fisik dan psikologi dilindungi dan dokumentasi keperawatan
berupa pencatatan dan pelaporan (Nursalam, 2008).
3.5 Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dari proses keperawatan dengan cara
melakukan identifikasi sejauh mana tujuan dari rencana keperawatan tercapai atau tidak
(Hidayat, 2004).
Evaluasi yang digunakan mencakup 2 bagian yaitu evaluasi formatif yang disebut
juga evaluasi proses dan evaluasi jangka pendek adalah evaluasi yang dilaksanakan
secara terus menerus terhadap tindakan yang telah dilakukan. Sedangkan evaluasi
sumatif yang disebut juga evaluasi akhir adalah evaluasi tindakan secara keseluruhan
untuk menilai keberhasilan tindakan yang dilakukan dan menggambarkan perkembangan
dalam mencapai sasaran yang telah ditentukan. Bentuk evaluasi ini lazimnya
menggunakan format “SOAP”. Tujuan evaluasi adalah untuk mendapatkan kembali
umpan balik rencana keperawatan, nilai serta meningkatkan mutu asuhan keperawatan
melalui hasil perbandingan standar yang telah ditentukan sebelumnya (Nursalam 2008)
27
BAB 4
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Hipertiroidisme (hipersekresi hormon tiroid) adalah peningkatan produksi dan
sekresi hormon tiroid oleh kelenjar tiroid. Hipertiroidisme adalah keadaan dimana terjadi
peningkatan hormon tiroid lebih dari yang dibutuhkan tubuh. Tirotoksikrosis merupakan
istilah yang digunakan dalam manifestasi klinkis yang terjadi ketika jaringan tubuh
distimulasi oleh peningkatan hormone tiroid. Angka kejadian pada hipertiroid lebih
banyak pada wanita dengan perbandingan 4:1 dan pada usia antara 20-40 tahun.
Penyebab hipertiroid diantaranya adenoma hipofisis, penyakit graves, modul tiroid,
tiroiditis, konsumsi banyak yodium dan pengobatan hipotiroid. Pasien dengan hipertiroid
menunjukan adanya sekresi hormon tiroid yang lebih banyak, pernah berbagai faktor
penyebab yang tidak dapat dikontrol melalui mekanisme normal. Peningkatan hormon
tiroid menyebabkan peningkatan metabolisme rate, meningkatnya aktivitas saraf
simpatis. Komplikasi Hipertiroid adalah Eksoftalmus, Penyakit Jantung, terutama
kardioditis dan gagal jantung, Stromatiroid (tirotoksikosis).
4.2 Saran
Saran kami yaitu dari kelompok 4 kepada pembaca agar membaca, memahami,
serta mencermati makalah kami mengenai Asuhan Keperawatan Pasien dengan
Hipertiroid. Sebagai seorang tenaga kesehatan haru dapat menimba ilmu sebanyak-
banyaknya mengenai penyakit yang sering terjadi pada masyarakat dan disarankan agar
makalah kami menjadi referensi untuk mempelajari penyakit hipertiroid dan
dikembangkan kembali agar selalu mutakhir.
28
DAFTAR PUSTAKA
29