Anda di halaman 1dari 88

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi ini, kegiatan ekonomi berkembang sangat pesat

yang diikuti dengan perkembangan lembaga keuangan. Bank berperan

penting dalam perekonomian, hingga saat ini perekonomian dunia tidak

dapat dipisahkan dari dunia perbankan. Hampir setiap aktivitas

perekonomian memanfaakan perbankan sebagai lembaga keuangan

yang dapat menjamin berjalannya suatu usaha maupun bisnis.

Bank Syariah adalah bank yang beroperasi tidak menggunakan

sistem bunga atau riba. Perbankan syariah pada dasarnya merupakan

sistem perbankan yang didasarkan pada prinsip-prinsip syariah dengan

mengacu pada Al-Qur’an dan Al-Hadist. Sistem yang sesuai dengan

syariah Islam yaitu beroperasi sesuai ketentuan-ketentuan yang ada

dalam syariah Islam, khususnya yang menyangkut tata cara

bermuamalat, misalnya dengan menjauhi praktik-praktik riba. Dimana

Allah SWT telah berfirman dalam Surah Ali Imran (3): 130 berikut ini:

1
2

َ ‫یَاأَیُّھَاالَّ ِذینَآ َمنُوااَل تَأْ ُكلُواال ِّربَاأَضْ َعافًا ُم‬


-‫ضا َعفَةً َواتَّقُواللهََّلَ َعلَّ ُك ْمتُ ْفلِحُون‬

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan

Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kamu kepada Allah

supaya kamu menjadi beruntung”.1

Perkembangan bank-bank berdasarkan prinsip non ribawi pada

akhirnya berpengaruh ke Indonesia. Masyarakat muslim di Indonesia di

era tahun 1970-an telah diliputi pengharapan untuk dapat melakukan

transaksi yang berbasis syariah, sejak beberapa negara lain yang

mayoritas penduduknya beragama Islam telah mendirikan perbankan

yang berbasis syariah.2

Profitabilitas perbankan syariah dalam kegiatan bisnisnya dapat

dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor eksternal yang terkait dengan

kondisi makro ekonomi dalam kegiatan bisnis syariah diantaranya

meliputi tingkat inflasi, tingkat suku bunga (BI rate) dan kurs. Indikator

keuangan bisa dijadikan sebagai dasar penilaian bagi perusahaan yaitu

dengan perhitungan rasio keungan perusahaan yang bisa dijadikan

sebagai dasarpenilaian kinerja suatu perusahaan. Peningkatan rasio

profitabilitas tentunya dapatdipengaruhi oleh banyak faktor.Faktor

penentu profitabilitas dapat dilihat dari faktor internal maupuneksternal.

Faktor internal menggambarkan kondisi bank dan kinerja bank

selamamenjalankan aktivitasnya sebagai lembaga intermediasi.

Gambaran mengenaikinerja bank dapat dilihat dari laporan keuangan

1
Departemen Agama Ri, Al- Kafi Mushaf Al-Quran Dan Terjemahnya, Bandung: (CvPenerbit Diponegoro,
(2013), H. 66.)
2
Jundiani, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, (Malang: Uin-Malang
Press, 2009), Hlm. 19.
3

yang bersangkutan.Sedangkanfaktor eksternal yaitu faktor diluar kendali

bank meliputi kebijakan moneter,tingkat inflasi, fluktuasi nilaitukar

(kurs), volatilitas tingakat bunga, globalisasi,perkembangan teknologi,

persaingan antar bank maupun lembaga keuangan nonbank dan inovasi

intstrumen keuangan.

Salah satu faktor eksternal untuk mengetahui kinerja bank adalah

inflasi. Inflasiadalah kecenderungan meningkatnya harga barang-barang

umum secara terusmenerus.3Dimana kenaikan harga-harga barang

tersebut tidak semuanya denganpresentase yang sama atau dapat terjadi

kenaikan tersebut tidak bersamaan akan tetapi terjadi secara terus-

menerus. Semakin tinggi inflasi semakin tinggi pulaharga-harga barang

dan jasa dalam perekonomian.Berikut adalah data inflasi Indonesia

tahun 2015-2019.

Gambar 1.1

Data Inflasi Indonesia 2014-2019

4.00%
3.50% 3.35% 3.61%
3.00% 3.02% 3.13%
2.50% 2.48%
2.00%
1.50%
1.00%
0.50%
0.00%
2015 2016 2017 2018 2019

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa inflasi yang terjadi di

Indonesia tergolong ringan. Hal tersebut berdasarkan jenis inflasi yang


3
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada, 2008),
4

dikemukakan oleh Paul A Samuelson.4 Inflasi yang meningkat akan

menyebabkan nilai riil tabungan merosot karena masyarakat akan

mempergunakan hartanya untuk mencukupi biaya pengeluaran akibat

naiknya harga-harga barang, hal tersebut akan mempengaruhi

profitabilitas.5Sehingga kestabilan inflasi sangat penting karena inflasi

yang tidak stabil dapat memicu melemahnya nilai tukar rupiah (kurs)

dan menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya krisis moneter6.

Faktor yang lain sebagai pemicu yang menyebabkan kondisi

keuangan yaitu nilai tukar, dimana nilai tukar itu sendiri berpengaruh

pada kinerja keuangan. Nilai tukar uang (exchange Rate) atau lebih

populer dengan sebutan kurs mata uang adalah catatan (quotation) harga

pasar dari mata uang asing (foreign currency) dalam harga mata uang

domestik (domestic currency) atau resiprokalnya yaitu harga mata uang

domestik dalam mata uang asing.7 Pertukaran uang mempresentasikan

tingkat harga dari satu mata uang ke mata uang yang lainnya dan

digunakan dalam berbagai transaksi, antara lain transaksi perdagangan

internasional, turisme, investasi internasional, ataupun aliran uang

jangka pendek antar negara yang melewati batas-batas geografis

ataupun batas-batas hukum.nilai tukar satu mata uang mempengaruhi

perekonomian apabila nilai tukar mata uang tersebut terapresiasi atau

terdepresiasi. Berikut adalah data nilai kurs rupiah tahun 2015-20198


4
Tania Puteri “Jenis-Jenis Inflasi” Dalam Www.Kaskus.Co.Id Diakses 27 September 2020
5
Sadono Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Makro, (Jakarta: Pt. Raja Grafindo
Persada, 2003), Hlm. 11.
6
Karim, Adimarwan A. 2016. Bank Islam :Analisis Fiqh Dan Keuangan. Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada
7
Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami,(Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada, 2008),
Hlm.157.
8
Index Nilai Tukar Rupiah Tahun 2015-2019.Bps.Go.Id Diakses Tanggal 27 September 2020
5

Gambar 1.2

Nilai Kurs Rupiah tahun 2015-2019

14600
14481
14400
14200
14000
13901
13800 13795
13600 13548
13400 13436
13200
13000
12800
2015 2016 2017 2018 2019

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa belum lama ini, yakni pada

tahun 2018 terjadi pelemahan nilai rupiah tertinggi terhadap Dollar

Amerika Serikat yakni sebesar 14.481 per USD. Hal tersebut

dikarenakan pada tahun 2018 Bank sentral AS Federal Reserve

melakukan peningkatan suku bunga acuan. Selain itu, faktor internal

yang menyebabkan melemahnya rupiah pada tahun tersebut adalah

karena besarnya defisit transaksi berjalan ketimbang transaksi modal

dan finansial untuk menutupinya.9

Sebagai lembaga yang memfasilitasi perdagangan

internasional,perbankan syariah tidak dapat menghindarkan diri dari

keterlibatannya padapasar valuta asing. Dalam hal ini bank syariah

harus menyusun pedoman kerjaoperasionalnya agar mempunyai akses

yang luas ke pasar valuta asing tanpaharus terlibat pada mekanisme

perdagangan yang bertentangan pada prinsip-prinsip syariah.


9
Kompas.com. Menurut BI, Ini Sumber Utama Penyebab Rupiah Melemah. Di akses pada 4 oktober 2020
6

Perdagangan valuta asing harus terbebas dari unsur riba, maisir, dan

gharar.10Salah satu indikator yang paling tepat untuk menilai kinerja

keuangan suatu bank adalah melihat tingkat profitabilitas. Karena tujuan

utama perbankan adalah mencapai profit yang maksimal.11Rasio Return

on Asset (ROA) dipergunakan untuk mengukur profitabilitas bank

karena Bank Indonesia sebagai bank pembina dan pengawas perbankan

lebih mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank yang diukur dengan

asset yang dananya sebagian besar dari dana simpanan masyarakat.

Semakin besar Return on Assets (ROA) suatu bank, semakin besar pula

tingkat keuntungan yang dicapai bank, dan semakin baik posisi bank

tersebut dari segi penggunaan asset. Artinya ROA dapat menunjukkan

seberapa efisien penggunaan aset untuk menghasilkan keuntungan. Oleh

karena itu, dalam penelitian ini Return on Asset (ROA) digunakan

sebagai alat ukur kinerja keuangan perbankan syariah.12

Dengan melihat latar belakang tersebut, maka peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “Pengaruh Inflasi dan Kurs

Rupiah terhadap Return On Asset (ROA) Bank Umum Syariah di

Indonesia”. Studi dilakukan pada Perbankan Syariah yang terdaftar di

Bank Indonesia periode 2014 - 2018.

B. Rumusan Masalah

1. Adakah pengaruh yang signifikan Inflasi dan kurs terhadap ROA

pada Bank Umum syari’ah periode 2015-2019?


10
Amalia Nuril Hidayati, Pengaruh Inflasi, Bi Rate Dan Kurs Terhadap Profitabilitas
Bank Syariah Di Indonesia, (Jurnal An-Nisbah, Iain Tulungagung Vol. 01, 2014), Hlm.73
11
Sofyan Syafri. 2013. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Pt Raja Grafindo Persada.
12
Dendawijaya, Lukman. (2005). Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia Indonesia
7

2. Apakah Inflasi, dan Kurs Rupiah secara persial dan simultan

berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum syari’ah periode

2015-2019?

C. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui pengaruh yang signifikan Inflasi dan kurs

terhadap ROA pada Bank Umum syari’ah periode 2015-2019

2. Untuk mengetahui apakah Inflasi, dan Kurs Rupiah secara persial

dan simultan berpengaruh terhadap ROA pada Bank Umum syari’ah

periode 2015-2019

D. Manfaat Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas,

maka penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut :

1. Bagi Bank Umum Syariah

Sebagai masukan dalam rangka untuk mendorong

pengembangan Bank Umum Syariah guna memenuhi kebutuhan

masyarakat yang sesuai dengan syariah.

2. Bagi Praktisi

Penelitian ini memfokuskan pada pengaruh Inflasi dan Kurs

Rupiah terhadap ROA Bank Umum Syariah, sehingga hasil


8

penelitian dapat menjadi acuan untuk mengetahui faktor yang dapat

meningkatkan ROA pada Bank Umum Syariah.

3. Bagi Penulis

Menambah pengetahuan dan pelatihan intelektual untuk

meningkatkan kompetensi keilmuan yang sesuai dengan bidang

yang sedang dipelajari dalam melakukan penganalisaan laporan

keuangan khususnya mengenai ROA.serta sebagai salah satu syarat

untuk meraih gelar sarjana S1.

E. Penelitian terdahuu

Toufan Aldian Syah “Pengaruh Inflasi, BI Rate, Npf dan Bopo


Terhadap Profitabilitas Bank Umum Syariah Di Indonesia” Penelitian
ini dilakukan pada seluruh bank umum syariah di Indonesia tahun 2012
sampai Agustus 2017. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh
inflasi, BI rate, Npf, Bopo terhadap profit bank syariah. Sedangkan
Metode analisis dalam penelitian ini adalah analisis regresi linier
sedangkan Jenisdata yang digunakan yaitu data sekunder yang berupa
data bulanan selama 6 tahun, sehingga diperoleh 68 observasi. Hasil uji
(F) yang membuktikan bahwa Inflasi, BI rate, NPF dan BOPO secara
simultan berpengaruh signifikan terhadap ROA pada Perbankan Syariah
di Indonesia. Hasil ujiMetode analisis dalam penelitian ini adalah
analisis regresi linier (T) Inflasi tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap ROA, BI Rate memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap ROA, NPF memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA
dan BOPO memiliki pengaruh yang signifikan terhadap ROA.
Perbedaan terletak di variabel dependen yaitu penulis menggunakan
profitabilitas perbankan syariah. Metode analisis dalam penelitian ini
9

adalah analisis regresi linier berganda sedangkan penulis menggunkan


metodologi deskriptif.13

Puguh, Rony dan Budi “Analisis Pengaruh Inflasi, Suku Bunga dan
Nilai Tukar Terhadap Profitabilitas Perbankan” tahun 2014-2016.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah inflasi, suku
bunga dan nilai tukar berpengaruh terhadap profiabilitas bank.
Sedangkan metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode
analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
tingkat inflasi secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap
profitabilitas perbankan periode 2014-2016, suku bunga secara parsial
tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas perbankan periode
2014-2016, dan nilai tukar secara parsial tidak berpengruh signifikan
terhadap profitabilitas perbankan periode 2014-2016.Perbedaan
penelitian penulis dengan penelitian diatas terletak pada sampel
penelitiannya, peneliti menggunakan sampel Bank Umum Syariah yang
terdapat dalam Statistik Perbankan. 14

Amalia nurul hidayati dengan judul “ pengaruh inflasi BI Rate dan


Kurs terhadap profitabilitas Bank syariah di Indonesia tahun 2014.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh tingkat inflasi,
tingkat suku bunga (BI Rate) dan Kurs terhadap profitabilitas bank
syriah di Indonesia. Adapun objek penelitianya meliputi 11 bank umum
Syariah dan 24 unit usaha syariah. Teknik analisis yang digunakan
dalam penelitian ini adalah regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukan bahwa variable tingkat inflasi dan kurs mempunyai
pengaruh yang signifikan terhadap profitabilitas bank syariah.
Sedangkan variable Bi Rate tidak mempunyai pengaruh yang signifikan.

13
Taupan aldian syah, “pengaruh inflasi, BI rate, Npf, Bopoterhadap profitabilitas bank syariah” (2018).
14
Puguh Rony dan Budi, “analisis pengaruh inflasi, suku bunga, dan nilai tukar terhadap profitabilitas
perbankan”, (2017).
10

Perbedaan penelitian penulis dengan penelitian diatas adalah, penulis


tidak menggunakan variable BI Rate dalam penelitiannya.15
F. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan skripsi ini adalah sebagai berikut:

1. BAB I Pendahuluan

Berisi penjelasan mengenai latar belakang yang memuat informasi

tentang inflasi, kurs rupiah serta teori-teori dasar tentang

profitabilitas. Rumusan masalah, tujuan, batasan masalah,

metodelogi, serta sistematika penulisan yang digunakan untuk

menyusun laporan penelitian.

2. BAB II Tinjauan Pustaka

Berisi tinjauan pustaka, dan landasan teori yang digunakan dalam

melakukan analisis, perancangan, dan implementasi skripsi yang

dilakukan pada bab-bab selanjutnya. Dalam bab ini memuat

penjelasan singkat tentang perbankan syariah. Selain itu, bab ini

juga membahas teori-teori yang digunakan diantaranya adalah teori

tentang inflasi, kurs rupiah, serta teori tentang profitabilitas

perbankan syariah. Dalam bab ini pula memuat tentang kerangka

konseptual dan hipotesis yang diajukan dalam penelitian.

3. BAB III Metode Penelitian

Berisitentang jenis penelitian, jenis data, metode pengumpulan data,

serta teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian.

4. BAB IV Hasil dan Pembahasan

15
Amalia nurul hidayati, “pengaruh inflasi, BI rate, dan kurs rupiah terhadap profitabilitas bank syariah
diindonesia”, 2015.
11

Memuat tentang hasil olah data beserta interpretasi dari hasil

pengolahan yang telah dilakukan. Selain itu, dalam bab ini

membahas mengenai hasil pengujian hipotesis serta pembahasan

yang relavan dengan hasil hipotesis yang telah ditentukan.

5. BAB V Kesimpulandan Saran

Memuat tentang kesimpulan dan saran-saran berdasarkan hasil

pembahasan yang diproleh.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Inflasi

1. Pengertian Inflasi
12

Definisi inflasi banyak ragamnya seperti yang dapat kita

temukandalam literatur ekonomi. Definisi tersebut terjadi karena

luasnya pengaruh inflasi terhadap berbagai sector perekonomian.

Inflasi adalah suatu keadaan yang mengindikasikan semakin

lemahnya daya beli yang diikuti dengan semakin merosotnya nilai

riil (intrinsik) mata uang suatu negara.16

Inflasi adalah naiknya harga barang komoditi secara umum

yang disebabkan oleh tidak sinkronnya antara program system

penggandaan komoditi (produksi, penentuan harga, percetakan

uang) dengan tingkat pendapatan yang dimiliki oleh masyarakat.

Oleh karena itu menyebabkan harga barang mengalami kenaikan

dan menyebabkan nilai mata uang rupiah mengalami pelemahan.

Jika ini terjadi secara terus menerus maka akan mengakibatkan

memburuknya ekonomi secara menyeluruh.17

2. Teori Inflasi

Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi yaitu18:

1. Teori Kuantitas 12

16
Takjul Khalwaty, Inflasi Dan Solusinya (Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama, 2000), H.5.
17
Saefudin Mucamad, pengaruh inflasi, bi rate dan kurs rupiahTerhadap Profitabilitas Pada Pt. Bni Syariah
Periode 2013-2018 (jurnal, 27 september 2020).
18
Ibid., h. 423-424
13

Teori kuantitas adalah teori yang paling tua mengenai

inflasi namun teori ini masih sangat berguna untuk

menerangkan proses inflasi dijaman modern, terutama di

negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini menyoroti

peranan dalam proses inflasi dari jumlah uang yang beredardan

psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga-harga.

2. Teori Keynes

Teori Keynes mengenai inflasi didasarkan atas teori

makronya, teori ini menyoroti aspek lain dan inflasi. Menurut

teori ini, inflasi terjadi karena suatu masyarakat ingin hidup

diluar batas kemampuan ekonominya. Proses inflasi menurut

pandangan ini adalah proses perebutan bagian rezeki diantara

kelompok-kelompok yang menginginkan bagian yang lebih

besar dari pada yang biasa disediakan oleh masyarakat.

Perebutan ini akhirnya diterjemahkan menjadi keadaan dimana

permintaan masyarakat akan barang-barang selalu melebihi

jumlah barang yang tersedia.19

3. Teori Struktural

Teori Struktural adalah teori mengenai inflasi yang

didasarkan atas pengalaman di negara-negara Amerika Latin.

Teori ini memberikantekanan pada ketegaran dari struktur

perekonomian negara-negara berkembang. Teori struktual

adalah teori jangka panjang disebut teori jangka panjang

19
Boediono, Seri Synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2 Ekonomi Makro (Yogyakarta:
Bpfe- Yogyakarta, 2001), H. 161.
14

karena teori ini mencari faktor-faktor jangka panjang manakah

yang bias mengakibatkan inflasi.20

3. Teori Inflasi Islam

Dalam Islam tidak dikenal dengan inflasi, karena mata uang

yang dipakai adalah dinar dan dirham, yang mana mempunyai nilai

yang stabil dan dibenarkan oleh Islam. Penuruan nilai dirham atau

dinar memang masih mungkin terjadi, yaitu ketika nilai emas yang

menopang nilai nominal dinar itu mengalami penurunan. Diantaranya

akibat ditemukannya emas dalam jumlah yang besar, tetapi keadaan

ini kecil sekali kemungkinannya. Kondisi defisit pernah terjadi pada

masa Rasulullah dan ini hanya terjadi satu kali yaitu sebelum perang

Hunain, yaitu karena kekeringan atau karena peperangan.21Ekonom

Islam Taqiuddin Ahmad ibn al-Maqrizi (1364M – 1441 M), yang

merupakan salah satu murid Ibn Khaldun, menggolongkan inflasi

dalam dua golongan yaitu natural inflation dan human error

inflation.22

a. Natural Inflation

Sesuai dengan namanya natural inflation, inflasi ini

disebabkan oleh sebab alamiah yang yang diakibatkan oleh

turunnya penawaran agregat (AS) atau naiknya permintaan agregat

(AD), orang tidak mempunyai kendali atasnya (dalam hal

20
Ibid, H. 162
21
Nurul Huda, Et. Al,.Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta: Kencana, 2008), H. 189-190.
22
Nurul huda, et. al,. Ekonomi makro Islam: Pendekatan teoritis, (Jakarta: Kencana, 2008), h. 189-190.
15

mencegahnya)23.

MV = PT = Y

Dimana:

M = jumlah uangberedar

V =kecepatan peredaran uang

P = tingkatharga

T = jumlah barang dan jasa(Q)

Y = tingkat pendapatan nasional(GDP)

Maka natural inflation dapat diartikan sebagai gangguan

terhadap jumlah barang dan jasa (T) yang diproduksi dalam suatu

perekonomian. Misal T turun, sedangkan M dan V tetap, maka

konsekuensinya P akannaik. Naiknya daya beli masyarakat secara

riil, misalnya nilai ekspor lebih besar dari nilai impor sehingga

secara netto terjadi impor uang yang mengakibatkan M naik,

sehingga jika V dan T tetap, maka P akan naik.24

b. Human ErrorInflation

Human error inflation adalah inflasi yang terjadi karena

kesalahan- kesalahan yang dilakukan oleh manusia sendiri. Adapun

beberapa penyebabnya diantaranya:

a) Korupsi dan administrasi yangburuk

b) Pajak yang berlebihan (excessive tax). Dapat mengakibatkan


23
Ridwan, et. al., Ekonomi. h. 187.

24
Ibid.h.188
16

terjadinya efficency loss atau dead weightloss.

c) Pencetakan uang dengan maksud menarik keuntungan yang

berlebihan.25

4. Macam-Macam Inflasi

1. Inflasi Permintaan

Inflasi permintaan timbul apabila terjadi kenaikan harga

dalamkeseluruhan permintaan.26 Dengan kata lain inflasi terjadi

pada keadaan perekonomian berkembang pesat. Kesempatan

kerja yang tinggi menghasilkan pendapatan yang tinggi pula.

Selanjutnya diiringi pengeluaran yang melebihi kemapuan

ekonomi dalam memproduksi barang dan jasa. Pengeluaran yang

berlebihan ini menimbulkan inflasi.

2. Inflasi Penawaran

Meskipun pergeseran dan pergerakan permintaan dapat

menciptakan infalsi, namun inflasi juga dapat terjadi meski kurva

permintaan tidak berubah. Kenaikan harga yang terus menerus

inilah yang disebut inflasi penawaran. Dengan demikian naiknya

harga dan disertai turunnya pendapatan (stagflasi)

menggambarkan keadaan yang semakin menurun, pengangguran

semakin tinggi dan pada waktu yang sama proses kenaikkan

harga-harga semakin cepat. Inflasi penawaran mengakibatkan

para pengambil keputusan menghadapi dilema yang tidak

25
Ibid.h.189
26
Ibid, H. 187
17

nyaman. Seperti diketahui, bahwa kebijakan fiskal dan moneter,

keduanya bekerja melalui pergeseran kurva permintaan agregat.27

3. Inflasi Campuran

Infalsi campuran (mixed inflation) adalah inflasi yang

disebabkan oleh campuran dari tarikan permintaan dan dorongan

biaya (cost push).28

4. Inflasi Rendah

Inflasi rendah dicirikan oleh harga yang naik perlahan-

lahandan dapat diramalkan. Dapat mendefinisikannya sebagai

tingkat inflasi tahunan dengan digit tunggal. Ketika harga relatif

stabil orang mempercayai uang karena uang mempertahankan

nilainya dari bulan kebulan dan tahun ke tahun.

5. Inflasi Melambung

Inflasi dalam cangkupan digit ganda atau triple misalnya

20,100 atau 200 persen pertahun disebut inflasi melambung. Dari

tahunke tahun, negara industri maju seperti Italia atau Jepang

mengalami sindrom ini

6. Hiperinflasi

Ketika ekonomi nampak sehat dari inflasi yang melambung,

ketegangan ketiga dan yang mematikan mengambil alih ketika

kanker hiperinflasi menyerang. Tidak ada hal yang dapat

dikatakan tentang sebuah perekonomian pasar dimana harga-

harga meningkat jutaan bukan miliaran persen pertahun.29


27
Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro (Jakarta Jakarta: Prenadamedia Grop, 2016), H. 191-192
28
Ibid H. 193
29
N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), H. 385
18

5. Jenis-jenis Inflasi

Inflasi terbagi atas beberapa pandangan dalam menentukan jenis-

jenis atau macam-macam inflasi seperti jenis- jenis inflasi

berdasarkan tingkat keparahannya,berdasarkan penyebabnya,

berdasarkan asalnya dan berdasarkan pengaruh terhadap harga

barang.30

a. Jenis-jenis Inflasi Berdasarkan Tingkat Keparahannya.

Menurut Paul A. Samuelson, seperti sebuah penyakit, inflasi

dapat digolongkan berdasarkan tingkat keparahannya yaitu sebagai

berikut:

1) Inflasi Ringan, adalah inflasi yang belum terlalu menggangu

keadaan ekonomi. Inflasi ringan mampu dikendalikan dengan

tingkatnilai dibawah 10% pertahun. Karakteristiknya adalah

kenaikan tingkat harga yang lambat. Umumnya disebut sebagai

inflasi satu digit. Pada tingkat inflasi seperti ini orang-orang

masih mau untuk memegang uang dan menyimpan

kekayaannya dalam bentuk uang daripada dalam bentuk

assetriil.

2) Inflasi Sedang, adalah inflasi yang dapat menurunkan

kesejahteraan masyarakat bagi penghasilan tetap dengan

tingkat laju inflasi sebesar 10%- 30% per tahun. Tingkat

sedang ini sudah mulai membahayakan kegiatan ekonomi.

Perlu diingat laju inflasi ini secara nyata dapat dilihat gerak

kenaikan harga. Pendapatan riil masyarakat terutama


30
Tania Puteri “Jenis-Jenis Inflasi” Dalam Www.Kakus.Co.Iddiunduh Pada 24 September 2020
19

masyarakat yang berpenghasilan tetap seperti buruh, mulai

turun dan kenaikan upah selalu lebih kecil bila dibandingkan

dengan kenaikan harga.

3) Inflasi Berat, adalah inflasi yang mampu mengacaukan

perekonomian yang berakhibat pada kurangnya masyarakat

dalam menabung karena bunga bank lebih rendah dari laju

angkat inflasi. Inflasi berat memiliki laju sekitar 30%-100%

pertahun. Pada tingkatan seperti ini orang hanya mau

memegang uang seperlunya saja, sedangkan kekayaan

disimpan dalam bentuk asset-aset riil. Orang akan menumpuk

barang-barang, membeli rumah dan tanah. Pasar uang akan

mengalami penyusutan dan pendanaan akan dialokasikan

melalui cara-cara selain dari tingkat bunga serta orang tidak

akan memberikan pinjaman kecuali dengan tingkat bunga yang

sangat tinggi. Perekonomian seperti ini cenderung

mengakibatkan terjadinya gangguan- gangguan besar pada

perekonomian karena orang- orangakan cenderung

mengirimkan dananya untuk berinvestasi di luar negeri

daripada berinvestasi di dalam negeri.

4) Inflasi Sangat Berat atau Hyper Inflation, adalah inflasi yang

telah mengacaukan kondisi perekonomian dan sulit

dikendalikan walaupun dengan melakukan kebijakan moneter

atau kebijakan fiskal, laju inflasi tersebut sudah melebihi dari

100% per tahun. Inflasi ini terjadi apabila setiap saatharga-


20

harga terus berubah dan meningkat sehingga orang tidak dapat

menahan uang lebih lama disebabkan nilai uang

terusmerosot.31

b. Jenis- jenis Inflasi Berdasarkan Penyebabnya.

1) Cost Push Inflation, disebabkan oleh kenaikan biaya- biaya

yang timbul akibat dari biaya produksi barang danjasa.

2) Demand-pull Inflation, adalah inflasi yang timbul akibat dari

kenaikan permintaan masyarakat yang berlebihan dan

mendorong kenaikan tingkat harga umum.32

3) Policy Induced, disebabkan oleh kebijakan ekspansi moneter

yang juga bisa merefleksikan devisit anggaran yang berlebihan

dan cara pembiayaan.

4) Inertial Inflation, cenderung untuk berlanjut pada tingkat yang


sama sampai kejadian ekonomi yang menyebabkan berubah.
Jika inflasi terus bertahan, dan tingkat ini diantisipasi dalam
bentuk kontrak finansial dan upah, kenaikan inflasi akan terus
berlanjut.33
c. Jenis- Jenis Inflasi Berdasarkan Asal atau Sumbernya.

Inflasi dari segi asalnya dapat dibedakan sebagai berikut:

1) Inflasi yang berasal dari dalam negeri, adalah inflasi

yang terjadi akibat devisit anggaran belanja Negara

(APBN) yang terus- menerus, sehingga dalam keadaan

seperti ini biasanya pemerintah mengintruksikan Bank

Indonesia mencetak uang baru dalam jumlah besar


31
Adiwarman, Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua., H. 137
32
Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teorietis.,H. 177.
33
Amalia nurul hidayati, “pengaruh inflasi, BI rate, dan kurs rupiah terhadap profitabilitas bank syariah
diindonesia”, 2015
21

untuk memenuhi kebutuhanpemerintah.

2) Inflasi yang berasal dari luar negeri, inflasi ini timbul

karena adanya inflasi dari luar negeri yang

mengakibatkan naiknya harga barang- barang impor

yang berasal dari biaya produksi barang di luar negeri

yang tinggi atau naiknya tarif impor barang. Inflasi

sepertiini biasanya banyak dialami oleh Negara-

Negara yang sedang berkembang yang notabene

sebagian besar usaha produksinya mempergunakan

bahan dan alat dari luar negeri yang timbul karena

adanya perdagangan internasional.20

d. Jenis-jenis Inflasi Berdasarkan Pengaruh terhadap Harga

Barang.

1) Inflasi Tututp (Closed Inflation), adalah inflasi yang terjadi

akibat kenaikan harga antara satu atau dua barangtertentu.

2) Inflasi Terbuka (Open Inflation), adalah inflasi yang terjadi

akibat kenaikan harga semuabarang.34

B. Kurs

1. Pengertian Kurs

Kurs adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara

denganmata uang negara asing atau perbandingan nilai tukar valuta


34
Tania Puteri “Jenis-Jenis Inflasi” Dalam Www.Kakus.Co.Iddiunduh Pada 24 September 2020
22

antar negara.Kurs Bank Indonesia (kurs standard = kurs pajak) kurs

yang ditetapkan olehBank Indonesia pada bursa valuta di Jakarta.35

Kurs jual adalah perbandingan nilai tukar mata uang suatu negara

dengan mata uang negara asing jika bank yang akan menjualnya atau

masyarakat yang akan membelinya. Kurs beli adalah nilai tukar mata

uang suatu negara dengan mata uang negara asing jikabank yang

akan membelinya atau masyarakat yang akan menjualnya.

a. Dengan adanya kurs maka perdagangan internasional (ekspor-

impor)dapat dilakukan.

b. Dengan adanya kurs maka pembayaran transaksi komersial dan

financial antar negara dapat terlaksana.

c. Dengan adanya kurs maka kerjasama lalu lintas pembayaran

anatar bank devisa di dunia dapat terlaksana.

d. Dengan adanya kurs maka transaksi jual beli valuta asing dapat

dilakukan.

e. Dengan adanya kurs maka uang kartal berfungsi juga sebagai

barang komoditif yang dapat diperjual belikan.

f. Karena adanya kurs maka cek perjalanan (traveller cheque)

valas dapat diterbitkan dan di edarkan oleh bank-bank devisa

dunia.

g. Dengan adanya kurs orang dapat berpergian antar negara.36

2. Teori Kurs
35
Oktavia Rosana Dewi, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Inflasi, Bi Rate Dan Kurs Terhadap
Profitabilitas Perbankan Syariah Periode 2013-2017”. (Skripsi Program Perbankan Syariah Universitas
Islam Raden Intan Lampung, Lampung, 2018), H. 52
36
Melayu S.P Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Pt Bumi Aksara, 2001), H.14.
23

1. Teori Keynes

Teori ini menerangkan mengenai peranan uang dalam

mempengaruhi kegiatan perekonomian, Keynes berpendapat

uang tidak netral, uang mempunyai peranan dalam

mempengaruhi kegiatan perekonomian. Perubahan-perubahan

penawaran uang akan mempengaruhi kegiatan perekonomian

dan pendapatan nasional melalui mekanisme transmisi yaitu:

a) Pertambahan penawaran uang akan menurunkan suku bunga.

b) Pengurangan suku bunga akan menambahkan investasi.

Kenaikan investasi akan menimbulkan proses multiplier

sehinggapendapatan nasional meningkat lebih besar dari

kenaikan investasi yang pada mulanya berlaku.

2. Teori Kuantitas

Teori kuantitas mengamsusikan bahwa perubahan dalam

penawaran uang akan menyebabkan peubahan yang sama

proporsinya dengan perubahan tingkat harga tetapi tidak akan

mempengaruhi tingkat produksi nasional riil.37

3. Sistem Kurs

Sistem kurs yang ditetapkan dua negara tidaklah sama

tergantung kepada kebijakan moneter negara yang bersangkutan.38

37
Ibid, H. 487
38
Ibid, H. 487
24

1. Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate System), suatu

system kurs yang dimana nilai kurs yang berlaku adalah

teteap antara mata uang Negara terhadap mata uang negara

asing, misalnya terhadap dolar Amerika (USD).

2. Sistem Kurs Mengambang (Floating Exhange Rate system),

dalam system kurs mengambang walaupun terjadi gejolak

moneter, bank sentral secara relative tidak melakukan

intervensi, berapapun nilai kurs diserahkan pada kekuatan

pasar.

3. Sistem Kurs Mengambang Terkendali (Managed floating


exchange rate system), merupakan kurs yang ditentukan
terlebih dahulu nilai tukar tetapnya terhadap mata uang asing
(misalnya USD) kemudian di biarkan mengambang terhadap
mata uang asing lainnya. Selama nilai kurs berada diantara
terendah dan tertinggi maka nilai kurs diserahkan pada
kekuatan pasar saja. Namun apabila nilai kurs berada dbawah
atau diatas yang ditentukan maka Bank Indonesia melakukan
intervensi dengan cara membeli atau menjal USD dengan
tujuan mengembalikan USD di nilai yang ditentukan.39

4. Faktor-faktor yang mempengaruhi Kurs

39
Melayu S.P Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Pt Bumi Aksara, 2001).
25

Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valuta

yangselanjutnya mengakibatkan perubahan dalam kurs valuta

Adapun faktor-faktoryang mempengaruhi kurs sebagai berikut40:

1. Perubahan dalam Citrarasa Masyarakat.

Citrarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi

mereka,maka perubahan citra masyarakat akan mengubah corak

konsumsi merekaatas barang-barang yang diproduksi di dalam

negeri maupun yang diimpor. Perbaikan kualitas barang-barang

dalam negeri menyebabkankeinginan mengimpor berkurang

dan dapat pula menaikkan ekspor.Sedangkan perbaikan kualitas

barang-barang impor menyebabkankeinginan masyarakat

mengimpor betambah besar, perubahan ini akanmempengaruhi

akan permintaan dan penawaran valuta asing.

2. Perubahan Barang Ekspor dan Impor

Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting

yangmenentukan apakah suatu barang akan di impor atau di

ekspor. Barang-barangdalam negeri yang akan dijual dengan

harga yang relative murahakan menaikkan ekspor apabila

harganya naik maka ekspornya akanberkurang. Pengurangan

barang impor akan menambah jumlah impor, dansebaliknya.

Dengan demikian pengurangan barang-barang ekspor danimpor

akan menyebabkan perubahan dalam penawaran dan

permintaanatas mata uang suatu negara.

3. Kenaikan Harga Umum (inflasi)


40
Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Makro, h. 402.
26

Inflasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs

pertukaran valutaasing. Inflasi yang berlaku pada umumnya

cenderung untuk menurunkannilai suatau valuta asing.

4. Pertumbuhan ekonomi
Efek yang diakibatkan suatu kemajuan kepada nilai
mata uangnyatergantung pada ekonomi pertumbuhan yang ada
di negara tersebut.Apabila kemajuan tersebut di akibatkan oleh
perkembangan ekspor makapermintaan dan penawaran atas
mata uang negara lebih cepat karena nilaimata uang negara itu
naik, sebaliknya apabila kemajuan tersebutmenyebabkan impor
berkembang lebih cepat dari pada ekspor,mengakibatkan
merosotnya mata uang negara tersebut.41

C. Profitabilitas Bank

1. Pengertian Profitabilitas

Tujuan akhir yang ingin dicapai suatu perusahaan yang

terpenting adalah memperoleh laba atau keuntungan yang maksimal,

disamping hal lainnya. Dengan memperoleh laba yang maksimal

seperti yang telah ditargetkan, perusahaan dapat berbuat banyak bagi

kesejahteraan pemilik, karyawan serta meningkatkan mutu produk

dan melakukan investasi baru. Oleh karena itu, manajemen

perusahaan dalam praktiknya dituntut harus mampu untuk

memenuhi target yang telah ditetapkan, artinya besarnya keuntungan

haruslah dicapai sesuai dengan yang diharapkan dan bukan bearti

asal untung. Untuk mengukur tingkat keuntungan suatu perusahaan

digunakan rasio keuntungan atau rasio profitabilitas. Profitabilitas

41
Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Makro, h. 402
27

merupakan kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan dan

menghasilkan laba secara efektif dan efisien. Hal ini ditunjukkan

oleh laba yang dihasilkan perusahaan berasal dari penjualan dan

pendapatan investasi yang dilakukan oleh perusahaan. Intinya

profitabilitas menunjukkan efisiensi perusahaan. Dengan semakin

banyak laba yang dihasilkan oleh suatu bank, menunjukkan bahwa

kinerja keuangan pada bank tersebut bisa dikatakan baik.42

Profitabilitas atau keuntungan merupakan hasil dari

kebijaksanaan yang diambil oleh manajemen. Rasio keuntungan

untuk mengukur seberapa besar tingkat keuntungan yang dapat

diperoleh perusahaan. Semakin besar tingkat keuntungan

menunjukkan semakin baik manajemen dalam mengelola

perusahaan.43

2. Rasio Profitabilitas

Masalah yang penting dalam mengelola bank adalah bagaimana

situasikegiatan operasi bank, apakah telah menghasilkan keuntungan

yang dianggapmemadai dan bagaimana risiki yang dihadapi untuk

mencapai hasil tersebut.

1. Return On Assets (ROA) adalah rasio untuk mengukur

kemampuanmanajemen bank dalam memperoleh keuntungan

secara keseluruhan.Semakin besar ROA suatu bank maka

semakin besar tingkat keuntunganbank dan semakin baik


42
Kasmir, Manajemen Perbankan, Edisi 1, Cetakan 1 (Jakarta: Pt. Raja Grafindo Persada,
2000), H. 196.
43
Sutrisno, Manajemen Keuangan Teori, Konsep Dan Aplikasi (Yogyakarta: Ekonisia, 2005),H. 238.Profitabiltas
28

posisi bank dari segi asset. Rumus dari Return On Assets

(ROA) adalah44:

Laba bersih setelah pajak


ROA=
Total Aktiva

2. Return On Equity (ROE) adalah rasio untuk mengukur

kemampuan bankdalam memperoleh keuntungan bersih

bikaitkan dengan pembayarandeviden. Semakin besar rasio ini

maka semakin besar kenaikan laba bersihbank menyebabkan

naiknya harga saham bank dan semakin besar puladeviden

yang diterima investor. Rumus ROE adalah45:

laba bersih setelah pajak


ROE=
penjualan bersih

3. Net Profit Margin (NPM) adalah rasio yang menggambarkan

tingkatkeuntngan yang diperoleh bank di bandingkan dengan

pendapatan yangditerima dari kegiatan operasionalnya.

Pendapatan operasional berasal daripemberian kredit dengan

risiko kredit macet, selisih kurs valas jika kreditdalam valas

dan lain-lain. Rumus NPM adalah46:

laba bersih setelah pajak


NPM=
modal sendiri

4. BOPO adalah rasio yang menunjukkan tingkat efisiensi

kinerjaoperasional bank.Dalam penelitian ini indikator yang

digunakan untuk mengukurprofitabilitas adalah Return on


44
Houston, Brigham.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. (Salemba Empat: Jakarta. (2011).
45
Ibid
46
Ibid
29

Asset (ROA). Alasan menggunakanpendekatan Return on

Asset (ROA) dalam penelitian ini adalah rasio Returnon Asset

(ROA) mengukur bagaimana kemampuan manajemen bank

dalammemperoleh laba secara keseluruhan. Tingkat

profitabilitas yang diukur olehReturn on Asset (ROA)

bertujuan untuk mengukur kemampuan manajemenbank dalam

mengelola aktiva untuk menghasilkan laba. Rumus BOPO

adalah47:

BebanOperasional
BOPO=
Pendapatan Operasional

3. Faktor-faktor yang mempengaruhi Profitabilitas

Ada banyak faktor yang mempengaruhi perubahan laba

bersih sebagaiberikut:

1. Naik turunnya jumlah unit yang dijual dan harga jual per unit.

2. Naik turunnya harga pokok penjualan, perubahan harga pokok

penjualandipengaruhi oleh jumlah unit yang dibeli atau

diproduksi.

3. Naik turunnya biaya usaha yang dipengaruhi oleh jumlah unit

yang dijual,variasi dalam tingkat harga dan efisiensi operasi

perusahaan.

4. Naik turunnya penghasilan atau biaya non operasional yang

dipengaruhijumlah unit yang dijual, variasi dalam tingkat

harga dan perubahankebijaksanaan dalam pemberian atau

penerimaan diskon.

47
Houston, Brigham. (2011). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Salemba Empat: Jakarta
30

5. Naik turnnya pajak perseroan yang dipengaruhi oelh besar

kecilnya labayang diperoleh atau tinggi rendahnya tarif pajak.

6. Adanya perubahan dalam metode akuntansi.48

D. Perbankan Syariah

1. Bank Syariah

Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari

masyarakatdalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada

masyarakat dalam bentuk keredit dan atau bentuk lainnya dalam

rangka meningkatkan taraf hiduprakyat.49Perbankan syariah adalah

sesuatu yang menyangkut tentang BankSyariah dan Unit Usaha

Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, sertacara dan

proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Bank

Syariahmenurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah (BUS)

dan BankPembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).Bank Syariah

adalahbank yang beroperasi dengan tidakmengandalkan pada

bunga. Bank Islam atau biasa disebut bank tanpa bunga,adalah

lembaga keuangan/perbankan yang operasional dan

produknyadikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Al-

Hadist. Bank syariahadalah lembaga keuangan yang usaha

pokoknya memberikan pembiayaan danjasa-jasa lainnya dalam

lalu lintas pembayaran serta peredaran uang

yangpengoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat

48
Ibid
49
Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, H. 3.
31

Islam.50Dalam pengertian lain disebutkan bahwa yang dimaksud

bank syariahadalah bank yang dalam aktivitasnya, baik

dalampenghimpunan dana maupundalam rangkamenyalurkan

dananya, memberikan dan mengenakan imbalanatas dasar prinsip

syariah.51

Jadi, yang dimaksud dengan bank syariah adalah bank

yangkegiatannya menghimpun dana, menyalurkan dana dan

memberikan fasilitas lalu lintas pembayaran yang landasan dan

tata cara operasionalnya menggunakan prinsi-prinsip syariah dan

ketentuan Al- Qur’an dan Al-Hadist serta tidak mengandalkan

bunga atau riba.

2. Dasar Hukum Perbankan Syariah

a. Bank Syariah yang dalam operasional kegiatannya berdasarkan

Al-Qur’an dan Hadist sebagai dasar hukum. Ayat yang menjadi

landasan hukum perbankan syariah adalah Q.S Ali Imran: 130

َ ‫یَاأَیُّھَاالَّ ِذینَآ َمنُوااَل تَأْ ُكلُواال ِّربَاأَضْ َعافًا ُم‬


-‫ضا َعفَة َواتَّقُواللهََّلَ َعلَّ ُك ْمتُ ْفلِحُون‬

50
Muhammad, Bank Syariah: Problem Dan Prospek Perkembangan Di Indonesia (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2005), H. 1.
51
Ahmad Rodoni Dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta: Zikrul Hakim,
2008), H. 14.
32

“Hai orang-orang yang beriman janganlah kamu

memakan Riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah

kamu kepada Allah supaya kamu menjadi beruntung”.52

b. Peraturan Perundang-undangan tentang Perbankan

SyariahPeraturan perundang-undangan yang menjadi pedoman

kegiatanperbankan syariah adalah sebagai berikut:

a) Undang-undang No. 10 Tahun 1998 tentang perubahan

atas Undang-undangNo. 7 Tahun 1992 tentang

Perbankan. Pada pembagianpenjelasan Undang-undang

perbankan No. 10 Tahun 1998 dinyatkan pada peranan

bank dalam menyelenggarakan kegiatan

usahaberdasarkan prinsip syariah perlu di tingkatkan

untuk menampungaspirasi dan kebutuhan masyarakat.

Pemberlakuan Undang-undangmemberikan kesempatan

yang seluas-luasnya bagi masyarakat untuk mendirikan

bank yang menyelenggarakan kegiatan usaha

berdasarkan prinsip syariah, termasuk pemberian

kesempatan kepada Bank Umum Syariah untuk

membuka kantor cabang yang khusus melakukan

kegiatan berdasarkan prinsip syariah.

b) Undang-undang N0. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan

Syariah. Pemberlakuan Undang-undang ini di

maksudkan khusus menjadi dasar hukum yang mengatir

52
Departemen Agama Ri, Al- Kafi Mushaf Al-Quran Dan Terjemahnya, Bandung:: Cv
Penerbit Diponegoro, 2013, H. 66.
33

kegiatan usaha perbankan syariah. Sebagai dasar hukum

dalam undang-undang juga memuat masalah kepatuhan

syariah yang kewenangannya berada pada Dewan

Syariah Nasional-Majelis Ulama Indonesia (DSN-MUI)

melalui masing-masing Bnak Syariah dan Unit Usaha

Syariah (UUS). 53

3. Tujuan Perbankan Syariah

Berdasarkan pasal 4 Undang-undang No. 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah bahwa bank syariah wajib

menjalankan fungsi menghimpun dan menyalurkan dana

masyarakat. Dalam pembukaan standard akuntansi yang

dikeluarkan oleh AAOIFI ( Accounting and Auditing

Organization for Islamic Finansial Institution) di jelaskan

tentang fungsi dan tujuan perbankan syariah sebagai berikut:

a. Manajer investasi, bank syariah dapat mengelola investasi

dana nasabahdalam dana tersebut dapat disalurkan pada

penyaluran yang produktif, sehingga dana menghasilkan

keuntungan yang dibagikan antara banksyariah dan pemilik

dana. Imabalan banksyariah kepada deposan

sangattergantung pada pendaptan yang diperoleh oleh bank

yang dapatdibagihasilkan.

b. Investor bank syariah, sebagai pemilik dana penanaman dana

yangdilakukan oleh bank sayarih harus dilakukan pada sektor

53
Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2010),
H. 31-39.
34

yang produktifdengan resiko yang minim dan tidak

melanggar ketentuan syariah.

c. Fungsi sosial, sesuatu yang melekat pada bank syariah. Ada

duainstrument yang digunakan oleh bank syariah dalam

menjalankan fungsisosialnya yaitu instrument Zakat, Infak,

Sadaqah dan Waqaf (ZISWAF)dan instrument qardhul

hasan. Sebagai ciri yang melekat pada entitaskeuangan

syariah, bank syariah juga memiliki kewajiban

untukmengeluarkan dan mengelola zakat serta dana-dana

sosial lainnya.

d. Fungsi jasa keuangan, yang dijalankan oleh bank syariah

tidak berbedadengan konvensional seperti memberikan

layanan kliring, transfer, inkaso,pembayaran gaji, letter of

guarantee, letter of credit dan lainnya. Dalamhal mekanisme

keuntungan yang didapat dari transaksi tersebut banksyariah

tetap harus menggunakan skema yang sesuai dengan

prinsipsyariah.54

Bank syariah dan bank konvensional dalam

menjalankanfungsinya sebenarnya sama yaitu menghimpun dana

dan menyalurkan danakepada masyarakat serta menyediakan

jasa layanan perbankan lainnya.Perbedaan diantara keduanya

hanya terletak pada prinsip operasional yangddigunakan. Bank

syariah beroperasi berdasarkan prinsip bagi hasilsedangkan bank

54
Rizal Yaya, Aji Erlangga Mertawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi Perbankan Syariah
Teori Praktik Komtemporer (Jakarta: Salemba Empat, 2014), H. 49-50.
35

konvensional berdasarkan prinsip bunga. Kedudukanbank

syariah dalam hubungannya dengan nasabah sebagai mitra

investordan pedagang atau pengusaha, sedangkan paa bank

konvensional sebagaikreditur dan debitur.

E. HIPOTESIS

Kerangka Konseptual

Berdasarkan landasan teori di atas, kerangka konseptual dari

penelitian ini adalah sebagai berikut:

Gambar 2.1

Kerangka Konseptual

Inflasi
(X1)
H1

H3 ROA
(Y)

H2
Kurs Rupiah
(X2)

Keterangan :

: Pengaruh Interaksi antar variabel

: Hubungan simultan

Dari kerangka konseptual di atas, kemudian akan terbentuk

beberapa hipotesis. Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap

rumusan masalah penelitian, Dimana rumusan masalah penelitian


36

telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan, Dikatakan

sementara karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori

yang relevan, Belum didasarkan pada fakta-fakta yang empiris yang

diperoleh melalui pengumpulan data55. Hipotesis yang diajukan

penulis dalam penelitian ini dirumuskan sebagai berikut:

1. H0 : Diduga Inflasi tidak berpengaruh signifikan secara

parsial terhadap ROA bank Syariah

2. Ha : Diduga inflasi berpengaruh signifikan secara parsial

terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia.

3. H0 : Diduga kurs rupiahtidak berpengaruh signifikan

terhadap ROA bank Syariah

Ha : Diduga kurs rupiah berpengaruh signifikan secara

parsial terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia.

4. H0 : Diduga inflasi dan kurs rupiah tidak berpengaruh

secara simultan terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia.

Ha : Diduga inflasi dan kurs rupiah berpengaruh secara

simultan terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia.

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode

penelitian asosiatif dengan menggunakan pendekatan kuantitatif yaitu

55
Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
37

penelitian yang kemudian diolah dan dianalisis untuk mengambil

kesimpulan. Artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian yang

menekankan analisisnya pada data-data numeric (angka) yang diolah

dengan menggunakan metode penelitian ini, akan diperoleh hubungan

yang signifikan antar variabel yang diteliti 56. Metode deskriptif

merupakan metode yang digunakan untuk menggambarkan atau

menganalisis suatu hasil penelitian tetapi tidak digunakan untuk

membuat kesimpulan yang lebih luas tujuan.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan terhadap Perbankan Syariah di Indonesia

dimana data diperoleh dari website Otoritas Jasa Keuangan

(www.ojk.go.id) dan website Bank Indonesia (www.bi.go.id) yang

telah di publikasikan pada bulan Januari 2015 sampai Desember 2019.

Waktu penelitian dilaksanakan mulai dari Agustus 2020 sampai

Oktober 2020.

C. Populasi dan Sampel

Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan

kuantitatif. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini adalah

metode asosiatif, Sedangkan populasinya adalah seluruh banksyariah

di Indonesia. Metode pemilihan sampel yang digunakan adalah

metode pemilihan sampel non acak (non probability sampling) yakni

tipe sampel bertujuan (purposive sampling). Tipe sampel bertujuan


56
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
38

merupakan tipe pengambilan sampel di mana sampel yang diambil

adalah mudah untuk diambil keterangannya dan sesuai dengan tujuan

penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan keuangan

perbankan syariah yang diperoleh dari Statistik Perbankan Syariah

dari 2014-2019. Dimana terdapat 14 Bank Umum Syariah dan 20 Unit

Usaha Syariah yang tercantum di laporan statistik perbankan syariah.

Sampel adalah sebagian dari jumlah dan karakteristik yang

dimiliki oleh populasi tersebut, ataupun bagian kecil dari anggota

populasi yang diambil menurut prosedur tertentu sehingga dapat

mewakili populasinya.57Sampel dalam penelitian ini ditentukan secara

purposive. Oleh karena itu sampel penelitian ini adalah laporan

keuangan bulanan 14 Bank Umum Syariah dalam periode Januari

2015 sampai Desember 2019 dengan jumlah 60 sampel yang terdapat

pada Statistik Perbankan Syariah.

D. Devinisi Operasional Variabel

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari variabel

bebas (independent variable) dan variabel terikat (dependent variable).

Variabel bebas (X) meliputi variabel inflasi (X1), dan kurs (X2).

Sedangkan variabel terikatnya (Y) adalah ROA bank syariah di

Indonesia dengan indikator ROA. Pendeskripsian masing-masing

variabel bebas yaitu:

57
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
39

1. inflasi adalah kecenderungan meningkatnya harga-harga secara

umum dan terus menerus. Data inflasi dalam penelitian ini

merupakan data bulananyang diperoleh dari laporan Badan Pusat

Statistik (BPS) selama periode yang bersangkutan.

2. Kurs merupakan nilai tukar mata uang domestik terhadap mata uang

asing. Dengan kata lain, kurs adalah harga mata uang suatu negara

yang dinilai dengan mata uang negara lain. Data nilai tukar dalam

penelitian ini menggunakan kurs tengah selama periode 2015-2019

yang diperoleh dari situs resmi Bank Indonesia.

3. Return On Assets (ROA) adalah rasio untuk mengukur

kemampuanmanajemen bank dalam memperoleh keuntungan secara

keseluruhan.Semakin besar ROA suatu bank maka semakin besar

tingkat keuntunganbank dan semakin baik posisi bank dari segi

asset. Adapun data dalam penelitian ini dipeoleh dari Bursa Efek

Indonesia.

E. Sumber Data

1. Data Primer

Data primer adalah data yang diperoleh lansung dari

sumbernya, diamati dan dicatat untuk pertama kalinya.58

2. Data Sekunder

Data sekunder adalah sekumpulan data yang didapat dari

58
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung. Alfabeta.
40

sumber atau instansi yang terkait dengan penelitian59. Adapun

data sekunder dalam penelitian ini diperoleh dari beberapa

sumber diantaranya adalah data nilai tukar diperoleh dari rilis

bank Indonesia melalui laman www.bi.go.id Kemudian, data

inflasi yang terjadi di Indonesia diperoleh dari situs Badan Pusat

Statistik melalui laman www.bps.go.idSelain dari kedua situs

tersebut, data ROA bank syariah diperoleh melalui laporan

keuangan masing-masing Bank Syariah yang diperoleh dari

Bursa Efek Indonesia melalui situs www.idx.co.id

F. Metode pengumpulan data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini adalah metode

dokumentasi. Metode dokumentasi merupakan sebuah metode

pengumpulan data yang dilakukan dengan mengumpulkan berbagai

dokumen yang berkaitan dengan masalah penelitian60. Pengumpulan

data dimulai dengan tahap penelitian terdahulu, yaitumelakukan

pembelajaran buku-buku dan jurnal-jurnal. Kemudian dilakukan

pengumpulan data masing-maisng variabel peneltian yakni inflasi, kurs

rupiah serta tingkat ROA bank syariah dalam rentan waktu tahun 2015

sampai dengan tahun 2019 melalui masing-masing sumber yang telah

disebutkan dalam sumber data.

G. Teknik Analisis Data

Analisis data merupakan kegiatan setelah data dari seluruh

responden terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah

59
Sugiyono. 2016. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif Dan R&D. Bandung. Alfabeta.
60
Martono, Arista. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Return Saham.Jurnal Stie Totalwin:
Semarang
41

mengelompokkan data berdasarkan variabel dari seluruh responden,

menyajikan data dari setiap variabel yang diteliti, melakukan

perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan

perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan61.

1. Uji Asumsi Klasik

Uji asumsi klasik bertujuan untuk mengetahui kondisi

data yang dipergunakan dalam penelitian. Hal tersebut

dilakukan agar diperoleh model analisis yang tepat.62

a. Uji Normalitas

Unormalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi, variabel penganggu atau residual memiliki

distribusi normal. Uji normalitas dapat dilakukan dengan

beberapa cara salah satunya dengan menggunakan analisis

statistik. Uji statistik sederhana dapat dilakukan dengan

melihat nilai Kurtosis dan Skeweness dari residual.

 Jika signifikansi α>0,05%, maka data terdistribusi

normal.

 Jika signifikansi α<0,05%, maka data tidak terdistribusi

normal.63

61
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Dan R&D. Bandung: Alfabeta.
62
Ghozali, I. (2011). Analisis Multivariate Dengan Program Spss. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
63
Ghozali, I. (2011). Analisis Multivariate Dengan Program Spss. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
42

b. Uji Heterokedastisitas

Uji ini digunakan untuk melihat ketidaksamaan

varians, menyebabkan penyimpangan asumsi ketika ragam

galat tidak konstan. Salah satu cara pengujiannya bisa

melalui Uji Park Glejser yaitu dengan cara mengorelasikan

nilai absolut residualnya dengan tiap variabel

independen.64Apabila hasil nilai probabilitasnya memiliki

nilai signifikan lebih dari nilai α=0,05, maka model tersebut

tidak memiliki heterokedastisitas.

c. Uji Multikolinearitas

Uji ini dilakukan pada regresi linear berganda untuk

mencari hubungan yang signifikan antara variabel

independen. Melakukan uji multikolinearitas melalui SPSS

dilakukan dengan uji regresi dan berpatokan dengan VIF

(Variance Inflation Factor) dan koefisien korelasi antar


65
variabel independen. Kriteria yang digunakan adalah

sebagai berikut:

 Jika nilai VIF <10 atau memiliki tolerance>10, maka

dikatakan tidak terdapat masalah multikolinearitas

dalam model regresi

64
Ghozali, I. (2011). Analisis Multivariate Dengan Program Spss. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
65
Ghozali, I. (2011). Analisis Multivariate Dengan Program Spss. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
43

 Jika koefisien korelasi antar variabel independen

kurang dari 0,5, maka tidak terdapat masalah

multikolinearitas.

d. Uji Autokorelasi

Gejala autokorelasi dideteksi dengan melakukan uji

DurbinWatson (d) . Hasil perhitungan Durbin Watson (d)

dibandingkandengan nilai d tabel pada α = 0,05. Tabel d

memiliki dua nilai,yaitu nilai batas atas ( dU ) dan nilai

batas bawah ( dL ) untukberbagai nilai n dan k66.

Jika d <dL : terjadi autokorelasi positif

d> 4 – dL : terjadi autokorelasi negative

dU< d < 4 – dU : tidak terjadi autokorelasi

dL ≤ d ≤ dU atau 4 – dU ≤ d ≤ 4 – dL : pengujian tidak

meyakinkan.67

2. Uji Hipotesis

a. Uji Persial ( uji statistik t)

Uji t terhadap masing-masing koeisien regresi diperlukan

untuk mengetahui signifikan tidaknya pengaruh dari masing-

masing variabel independen (X1) terhadap variabel dependent

(Y)68. Jika t-statistik > t tabel maka variabel bebas

mempengaruhi variabel terikat secara signifikan, artinya dengan

tingkat (α) secara persial variabel bebas berpengaruh secara

66
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Pt Alfabeta.
67
Ibid
68
Ibid
44

signifikan terhadap variabel terikat. Kriteria pengambilan

keputusan dalam uji t sebagai berikut:

1. Jika t hitung > t tabel dan tigkat signifikan (α)< 0,05, maka

H0 di tolak dan menyatakan bahwa terdapat pengaruh

signifikan variabel independen secara parsial terhadap

variabel independen.

2. Jika t hitung < t tabel dan tingkat signifikan (α)> 0,05, maka

H0 diterima dan menyatakan bahwa variabel independen

secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel

dependen.

b. Uji Simultan (Uji StatistikF)

Uji statistik F dilakukan untuk menunjukkan apakah

semua variabel independen atau bebas yang dimasukkan dalam

model mempunyai pengaruh secara bersama-sama terhadap

variabel dependen/terikat. Uji statistik F juga dapat digunakan

untuk mengetahui apakah model regresi dapat digunakan untuk

memprediksi variabel dependen atau tidak.

Jika hasilnya signifikan, berarti hubungan yang terjadi

dapat berlaku untuk populasi (dapat digenaralisasikan) dengan

melihat pada nilai sig (p-value) atau membandingkan nilai F

hitung dengan F tabel.

Kriteria pengambilan keputusan mengikuti aturan sebagai

berikut:
45

1) Jika nilai sig > α atau Fhitung ≤ Ftabel maka H0 diterima,

artinya variasi dari model regresi tidak berhasil menerangkan

variasi variabel secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya

terhadap variabelterikat.

2) Jika nilai sig < α atau Fhitung > Ftabel maka Ha diterima,

artinya variasi dari model regresi berhasil menerangkan

variasi secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap

variabelterikat.

c. Uji Koefisien Determinasi

Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa

jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel

dependen. Nilai koefisien determinasi adalah dari 0-1. Pada

penggunaan koefisien determinasi, terdapat kelemahan

mendasar yang terletak pada biasnya terhadap jumlah variabel

yang dimasukkan kedalam model. Dalam hal ini, setiap

penambahan satu variabel independen, maka R Square pasti

meningkat, walaupun variabel tersebut berpengaruh secara

signifikan terhadap variabel dependen. Hal inilah yang

menyebabkan banyak peneliti menganjurkan untuk

menggunakan nilai Adjust R Square saat mengevaluasi mana

model regresi terbaik.


46

3. Regresi Linear Berganda

Penelitian ini bertujuan untuk menguji hipotesis yang diajukan

dimana menyoroti pengaruh variabel independen terhadap variabel

dependen.Metode analisis yang digunakan adalah analisis regresi

berganda.

Analisis regresi linear berganda adalah hubungan secara linear

antara dua atau lebih variabel independen (X1,X2,,Xn) dengan variabel

dependen (Y)69. analisis ini untuk mengetahui arah hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen apakah masing-masing

variabel independen berhubungan positif atau negatif dan untuk

memprediksi nilai dari variabel dependen apabila nilai variabel

independen mengalami kenaikan atau penurunan. Data yang digunakan

biasanya berskala interval atau rasio.Analisis regresi berganda

digunakan untuk menjawab hipotesis 1, hipotesis 2, dan hipotesis 3.

Model regresi yang digunakan untuk menguji hipotesis dalam penelitian

ini yakni70 :

ROA = a + b1 X1 + b2 X2

Keterangan :

Y = ROA

X1 = Inflasi

X2 = Kurs Rupiah

69

70
Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif Dan R&D. Bandung: Pt Alfabeta.
47

a = Konstanta (nilai Y apabila X1, X2= 0)

b1,b2= Koefisien Regresi (nilai peningkatan atau penurunan)

BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Perbankan Syariah di Indonesia

Inisiatif pendirian bank Islam Indonesia dimulai pada tahun

1980 melalui diskusi-diskusi bertemakan bank Islam sebagai pilar


48

ekonomi Islam. Tahun 1990, Majelis Ulama Indonesia (MUI)

membentuk kelompok kerja untuk mendirikan Bank Islam di

Indonesia. Kelompok kerja dimaksud disebut Tim Perbankan MUI

dengan diberi tugas untuk melakukan pendekatan dan konsultasi

dengan semua pihak yang terkait.

Sebagai hasil kerja Tim Perbankan MUI tersebut adalah

berdirilah bank syariah pertama di Indonesia yaitu PT Bank Muamalat

Indonesia(BMI),yangsesuai akte pendiriannya, berdiri pada tanggal 1

November 1991.Sejak tanggal1 Mei 1992, BMI resmi beroperasi

dengan modal awal sebesarRp 106.126.382.000. Pada awal masa

operasinya, keberadaan banksyariah belummemperoleh perhatian

yang optimal dalam tatanan sektor perbankannasional.Landasan

hukum operasi bank yang menggunakan sistem syariah, saat

ituhanyadiakomodir dalam salah satu ayat tentang "bank dengan

sistem bagi hasil" pada UUNo.7 Tahun1992 tanpa rincian landasan

hokum syariah serta jenis-jenis usaha yang diperbolehkan. Pada tahun

1998, pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat melakukan

penyempurnaan UU No. 7/1992 tersebut menjadi UU No. 10 Tahun

1998, yang secara tegas menjelaskan bahwa terdapat dua sistem dalam
48
perbankan di tanah air (dual banking system), yaitu sistem perbankan

konvensional dan sistem perbankan syariah. Peluang ini disambut

hangat masyarakat perbankan, yang ditandai dengan berdirinya

beberapa Bank Islam lain, yakni Bank IFI, Bank Syariah Mandiri,

Bank Niaga, Bank BTN, Bank Mega, Bank BRI, Bank Bukopin, BPD
49

Jabar dan BPD Aceh dll71.

Pengesahan beberapa produk perundangan yang memberikan

kepastian hukum dan meningkatkan aktivitas pasar keuangan syariah,

seperti:

1. UU No.21 tahun 2008 tentang PerbankanSyariah

2. UU No.19 tahun 2008 tentang Surat Berharga Syariah

Negara(sukuk)

3. UU No.42 tahun 2009 tentang Amandemen Ketiga UU No.8 tahun

1983 tentang PPN Barang danJasa.

Menurut UU No 21 tahun 2008 Perbankan Syariah adalah

segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank Syariah dan Unit

Usaha Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara

dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya. Perbankan

syariah bertujuan menunjang pelaksanaan pembangunan naional

dalam rangka meningkatkan keadilan, kebersamaan dan pemerataan

kesejahteraan rakyat. Perbankan syariah dalam melakukan kegiatan

usahanya berasaskan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip

kehati-hatian. Kegiatan usaha yang berasaskan prinsip syariah adalah

kegiatan yang tidak mengandung unsur riba, maisir, gharar, haram dan

zalim.72

Perbankan syariah bertujuan menunjang pelaksanaan

pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan keadilan,

71
OJK. Sejarah Perbankan Syariah, https://www.ojk.go.id di akses pada 3 Oktober 2020
72
Undang Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah
50

kebersamaan dan pemerataan kesejahteraan. Dalam mencapai tujuan

menunjang pelaksanaan pembangunan nasional, perbankan syariah

tetap berpegang pada prinsip syariah secara menyeluruh (kaffah) dan

konsisten (istiqamah). Dalam UU No 21 Tahun 2008 pada pasal 4

perbankan syariah mempunyai fungsi, sebagai berikut:73

1. Bank syariah dan UUS wajib menjalankan fungsi menghimpun

dana dan menyalurkan danamasyarakat.

2. Bank syariah dan UUS dapat menjalankan fungsi sosial dalam

bentuk lembaga baitul mal, yaitu menerima dana yang berasal dari

zakat, infak, sedekah, hibah atau dana sosial lainnya dan

menyalurkannya kepada organisasi pengelolazakat.

3. Bank syariah dan UUS dapat menghimpun dana sosial yang

berasal dari wakaf uang dan menyalurkannya kepada pengelola

wakaf (nazhir) sesuai dengan kehendak pemberi wakaf(wakif).

Dengan telah diberlakukannya Undang-Undang No.21 Tahun

2008 tentang Perbankan Syariah yang terbit tanggal 16 Juli 2008,

maka pengembangan industri perbankan syariah nasional semakin

memiliki landasan hukum yang memadai dan akan mendorong

pertumbuhannya secara lebih cepat lagi. Dengan progres

perkembangannya yang impresif, yang mencapai rata-rata

pertumbuhan aset lebih dari 65% pertahun dalam lima tahun terakhir,

maka diharapkan peran industri perbankan syariah dalam mendukung

perekonomian nasional akan semakin signifikan. Lahirnya UU

73
Ibid
51

Perbankan Syariah mendorong peningkatan jumlah BUS dari

sebanyak 5 BUS menjadi 11 BUS dalam kurun waktu kurang dari dua

tahun (2009-2010).

Karakteristik sistem perbankan syariah yang beroperasi

berdasarkan prinsip bagi hasil memberikan alternatif sistem

perbankan yang saling menguntungkan bagi masyarakat dan bank,

serta menonjolkan aspek keadilan dalam bertransaksi, investasi yang

beretika, mengedepankan nilai-nilai kebersamaan dan persaudaraan

dalam berproduksi, dan menghindari kegiatan spekulatif dalam

bertransaksi keuangan. Dengan menyediakan beragam produk serta

layanan jasa perbankan yang beragam dengan skema keuangan yang

lebih bervariatif, perbankan syariah menjadi alternatif sistem

perbankan yang kredibel dan dapat dinimati oleh seluruh golongan

masyarakat Indonesia tanpaterkecuali.

B. Deskripsi Data Penelitian

1. ROA Bank Syariah

Profitabiltas bank syariah dalam penelitian ini diukur

menggunakan Return On Asset. Penggunaan indkator tersebut

didasarkan karena profitabilitas merupakan pengungkap posisi

kompetitif sebuah bank di pasar perbankan. Kemudian, kemampuan

manajemen bank dalam memperoleh laba diukur menggunakan

ROA74. ROA digunakan untuk mengukur profitabilitas bank karena

Bank Indonesia sebagai pembina dan pengawas perbankan lebih

74
Muhammad, Manajemen Bank Syariah, (Yogyakarta: UPP AMPY YKPN, 2005). h.265
52

mengutamakan nilai profitabilitas suatu bank, diukur dengan asset

yang dananya sebagian besar dari simpanan masyarakat.

Adapun data ROA yang digunakan dalam penelitian ini

merupakan data dari 14 Bank Umum syariah dan 34 unit usaha

syariah yang ada di Indonesia dalam periode Januari 2015 sampai

dengan Desember 2019.

Tabel 4.1

ROA Perbankan Syari’ah

ROA BANK SYARIAH


TAHUN 2015-2019
  2015 2016 2017 2018 2019
Jan 1.93 2.08 2.66 2.82 2.47
Feb 1.94 2.08 2.67 2.23 1.68

Mar 2.39 2.27 2.61 2.40 1.82

Apr 2.42 1.87 2.54 2.47 1.76


Mei 2.40 2.06 2.61 2.43 1.76
Jun 2.00 2.09 2.49 2.40 1.83
Jul 2.05 2.16 2.43 2.45 1.88
Ags 2.14 2.22 2.47 2.46 1.90
Sep 2.15 2.23 2.45 2.43 1.88
Okt 2.22 2.35 2.49 2.25 1.96
Nov 2.15 2.34 2.57 2.22 2.02
Des 1.81 1.77 2.47 2.24 2.04
Sumber : www.ojk.id. Diolah Peneliti, 2020

Adapun fluktuasi ROA perbankan syariah pada periode yang

dimaksud adalah sebagai berikut:


53

Fluktuasi ROA
Perbankan Syariah
3

Gambar 4.1
Fluktuasi ROA Perbankan Syariah
Periode Januari 2015-Desember 2019

Berdasarkan gambar 4.1 diatas, dapat dilihat bahwa

perkembangan ROA pada perbankan syariah di Indonesia dalam

periode januari 2015 samapai dengan desember 2019 cendrung

fluktuatif. Hal tersebut dapat dilihat dari diagram garis tersebut yang

mengindikasikan setiap tahunnya terjadi peningkatan dan penurunan

nilai ROA. Tingkat ROA tertinggi terjadi pada bulan januari 2018

dengan persentase ROA sebesar 2,80%. Sedangkan persentase ROA

terendah terjadi di bulan april dan mei tahun 2019 dengan persentase

1,76%. Rata-rata peningkatan persentase ROA terjadi antara tahun

2017-2018 dan cendrung stabil. Akan tetapi terjadi penurunan

signifikan pada tahun 2019 dengan rata-rata persentase ROA sebesar

1.92%.

2. Inflasi di Indonesia

Inflasi adalah suatu keadaanyang mengindikasikan semakin

lemahnya daya beli yang diikuti dengansemakin merosotnya nilai riil


54

(intrinsik) mata uang suatu negara75.

Dalam penelitian ini, data inflasi yang digunakan adalah data

inflasi periode yang sama dengan periode pada ROA perbankan

syariah yakni januari 2015 sampai Desember 2019 dengan satuan

persen.

Tabel 4.2
Inflasi di Indonesia
INFLASI INDONESIA TAHUN 2015-2019
Bula

n 2015 2016 2017 2018 2019


Jan -0.24 0.51 0.97 0.62 0.32
Feb -0.36 -0.09 0.23 0.17 -0.08
Mar 0.17 0.19 -0.02 0.20 0.11
Apr 0.36 -0.45 0.09 0.10 0.44
Mei 0.50 0.24 0.39 0.21 0.68
Jun 0.54 0.66 0.69 0.59 0.55
Jul 0.93 0.69 0.22 0.28 0.31
Ags 0.39 -0.02 -0.07 -0.05 0.12
Sep -0.05 0.22 0.13 -0.18 -0.27
Okt -0.08 0.14 0.01 0.28 0.02
Nov 0.21 0.47 0.20 0.27 0.14
Des 0.96 0.42 0.71 0.62 0.34
Sumber : www.bps.go.id. Diolah Peneliti, 2020

Adapun gambaran fluktuasi inflasi yang terjadi di Indonesia pada

periode yang dimaksud adalah sebagai berikut:

75
Takjul Khalwaty, Inflasi Dan Solusinya (Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka Utama, 2000), H.5.
55

Fluktuasi Inflasi
di Indonesia

Gambar 4.2
Fluktuasi inflasi di Indonesia
Periode Januari 2015-Desember 2019

Berdasarkan gambar di atas, dapat dilihat bahwa fluktuasi

inflasi yang terjadi di Indonesia sangat ekstrim. Hal tersebut dapat

dinilai dari turun naiknya grafik garis di atas. Inflasi tertinggi di

Indonesia terjadi pada tahun 2013 dengan tingkat inflasi tahunan

mencapai 3.35% dan terendah terjadi pada tahun 2016 dengan tingkat

inflasi tahunan sebesar 3.02%. Jika diamati dari tingkat inflasi

indonsia pada periode 2015-2019, maka inflasi tahunan Indonesia

tergolong ringan dan stabil. Hal tersebut dikarenakan rentan tingkat

inflasi sangat rendah yaitu stagnan pada angka 3%.

3. Kurs Rupiah

Exchange Rate (nilai tukar uang) atau kurs mata uang adalah

catatan (quotation) harga pasar dari mata uang asing (foreign

currency) dalam harga mata uang domestik (domestic currency) atau

resiprokalnya, yaitu harga mata uang domestik dalam mata uang

asing. Nilai tukar Rupiah (kurs) adalah nilai yang menunjukkan


56

jumlah mata uang dalam negeri yang diperlukan untuk

mendapatkansatu unit mata uang asing76. Perbabdingan nilai tukar

yang digunakan adalah rupiah dengan dollar Amerika Serikat karena

merupakan mata uang yang digunakan untuk perdagangan

internasional

Tabel 4.3
Nilai Kurs Rupiah
KURS RUPIAH TERHADAP DOLAR AMERIKA

TAHUN 2015-2019
Bulan 2015 2016 2017 2018 2019
Jan 12579 13889 13358 13380 14605
Feb 12749 13515 13340 13590 13967
Mar 13066 13193 13345 13758 14244
Apr 12947 13179 13306 13802 14149
Mei 13140 13419 13323 14059 14464
Jun 13313 13355 13298 14036 14175
Jul 13374 13118 13342 14414 14025
Ags 13781 13165 13341 14559 14194
Sep 14396 13118 13303 14868 14165
Okt 13795 13017 13526 15178 14130
Nov 13672 13310 13527 14696 14092
Des 13854 13417 13556 14496 14105
Sumber : www.bi.go.id. Diolah Peneliti, 2020

Berikut adalah grafik fluktuasi kurs rupiah terhadap dollar

Amerika serikat periode Januari 2015 sampai dengan Desember

2019.

76
Sadono Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Makro, (Jakarta: Grafindo Persada, 2003),h. 397.
57

Flutktuasi Kurs Rupiah


Terhadap Dollar Amerika Serikat
2

Gambar 4.3
Fluktuasi Kurs Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat
Periode Januari 2015-Desember 2019

Dari grafik di atas, dapat kita simpulkan bahwa milai tukar

rupiah terhadap dolar cendrung meningkat seiring tahun. Hal tersebut

dibuktikan dengan rata-rata nilai tukar Rupiah terhadap Dollar pada

tahun 2015 adalah sebesar 13.389 per Dollar Amerika Serikat.

Sedangkan, pada tahun terakhir dari periode penelitian rata-rata nilai

tukar Rupiah terhadap Dollar Amerika Serikat sebesar 14.193.

Fluktuasi nilai tukar Rupiah dipengaruhi oleh keadaan dalam negri

dan defisit perdagangan Indonesia. Jika neraca perdagangan defisit

jauh, maka nilai tukar rupiah akan merosot juga. Selain itu, banyak

faktor lain yang juga menyebabkan nilai tukar menurun dan

meningkat.

C. Uji Asumsi Klasik

1. Uji Normalitas
58

Uji normlitas dilakukan untuk menguji apakah dalam suatu

model regresi variabel dependen, variabel independen atau keduanya

memiliki distribusi data yang normal atau tidak. Untuk menguji

normalitas, peneliti menggunakan uji Kolmogrov-Sminrov. Uji ini

dilakukan dengan membandingkan probabilitas yang diperoleh

dengan derajat kerpercayaan 95%. Berikut adalah hasil uji

normalitas pada penelitian ini.

Tabel 4.4

Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized

Residual
N 60
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .27085858
Most Extreme Differences Absolute .094
Positive .078
Negative -.094
Kolmogorov-Smirnov Z .729
Asymp. Sig. (2-tailed) .663
a. Test distribution is Normal.
Sumber : Output SPSS 16

Dari tabel di atas, dapat kita lihat bahwa nilai probabilitas

signifikansi (Asymp. Sig. (2-tailed) sebesar 0.663. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa model regresi dalam penelitian ini


59

terdistribusi normal. Artinya, model dalam peneitian ini memenuhi

syarat asumsi normalitas.

2. Uji Multikoleniaritas

Uji multikoleniaritas bertujuan untuk menguji apakah dalam

model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel77. Jika variabel

independen saling berkorelasi, maka variabel-variabel ini tidak

orthogonal. Variabel orthogonal adalah variabel independen yang nilai

korelasi antar sesame variabel independen yang lainnya sama dengan

nol. Berikut adalah hasil uji multikoleniaritas dalam penelitian ini.

Tabel 4.5

Hasil Uji Multikoleniaritas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)

INFLASI 1.000 1.000


KURS 1.000 1.000
a. Dependent Variable: ROA
Sumber : Output SPSS 16

Dalam pengujian multikoleniaritas, sebuah data yang tidak terjadi

multikoleniaritas dapat dilihat dari nilai Tolerance dan nilai VIF. Jika

nilai Tolerance> 0.10 dan nilai VIF < 10 maka data tersebut tidak terjadi

multikoleniaritas. Sedangkan jika nilai Tolerance< 0.10 dan nilai VIF >

10 maka data dalam penelitian terjadi multikoleniaritas. Dari tabel di

atas, dapat disimpulkan bahwa data dalam penelitian ini sudah

memenuhi asumsi multikoleniaritas.

77
Ghozali, I. (2011). Analisis Multivariate Dengan Program Spss. Semarang: Badan Penerbit Universitas
Diponegoro
60

3. Uji Heterokesedtisitas

Uji heteroskedastisitas digunakan untuk menguji apakah dalam

model regresi terjadi ketidaksamaan varian dari residual satu

pengamatan ke pengamatan yang lain. Untuk mendeteksi ada atau

tidaknya masalah heterokedastisitas digunakan uji Gledser dengan

bantuan program SPSS 16. Hasil uji dapat dilihat pada bagian koefisien

antara variabel independen dengan absolute residual apabila hasil

regresi dari masing-masing variabel menunjukan nilai signifikan lebih

besar dari 0,05, maka dalam model regresi tidak terjadi

heteroskedastisitas. Sebaliknya apabila nilai signifikan lebih kecil dari

0,05, maka dalam model regresi terjadi heteroskedastisitas.

Tabel 4.6

Hasil Uji Heterokedestisitas

Coefficientsa
Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constan
-.063 .443 -.143 .887
t)
INFLASI .028 .057 .065 .496 .622
KURS 2.105 .000 .086 .651 .518
a. Dependent Variable: Abs_RES

Sumber : Output SPSS 16

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi

heteroskedastisitas pada semua variabel independen karena nilai

signifikan semua variabel dalam penelitian lebih dari 0.05.

4. Uji Autokorelasi
61

Autokorelasi muncul dikarenakan observasi yang berurutan

sepanjang waktu dan berkaitan antara satu dengan yang lainnya.

Maslaah ini timbul karena kesalahan residual tidak bebas dari satu

observasi ke observasi lainnya. Uji autokorelasi dilakukan dengan uji

Durbin Watson yaitu dengan membandingkan nilai Durbin Watson (d)

dengan nilainilai kritisnya. Jika nilai (d) terletak antara batas atas atau

upperbound (du) dan (4-du), maka koefisien autokorelasi sama dengan

nol berarti tidak ada autokorelasi.

Tabel 4.7

Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the

Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson


1 a
.202 .041 .470 .27557 1.740
a. Predictors: (Constant), KURS, INFLASI
b. Dependent Variable: ROA

Sumber : Output SPSS 16

Berdasarkan tabel di atas, diketahui nilai Durbin Watson (d)

adalah sebesar 1.740. kemudian, dari jumlah variabel (k =3) dan jumlah

sampel (n = 60) maka akan didapatkan nilai dL dan dU dari tabel

distribusi Durbin Watson adalah sebesar 1.479 dan 1.688. hasil analisis

yang telah dilakukan diketahui bahwa nilai dU = 1.479 < dW 1.740 <

2.312 (4-dU), maka tidak terjadinya autokorelasi antar variabel

independen.
62

D. Uji Hipotesis

1. Uji Parsial (Uji T)

Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh masing-

masing variabel independen terhadap variabel dependen. Caranya

adalah dengan membandingkan nilai statistik thitung dengan nilai

statistik ttabel pada nilai signifikan (a) sebesar 5%

Dalam menentukan kriteria dalam uji parsial dapat dilihat

sebagai berikut:

a.Uji hipotesis dengan membandingkan thitung dengan ttabel

Apabila thitung<ttabelatau thitung> ttabel, maka H0ditolak dan Ha diterima,

artinya variabel independen secara parsial mempunyai pengaruh

yang signifikan terhadap variabel dependen.

b. Uji hipotesis berdasarkan signifikansi

Jika angka sig > 0,05 maka H0diterima

Jika angka sig < 0,05 maka H0ditolak

Adapun cara cera mencari ttabel ditentukan berdasarkan Tabel

Distribusi Nilai t dengan tingkat signifikan 5% dengan jumlah variabel

x (k =3). Dengan rumus taraf signifikan ttabel = t (α/3 : n-k):

n = 60

t = (α/3 : n-k)

t = ( 0,05/3 :60-3)

t = (0,01: 57)

t = 2.393 (n=60)

Tabel 4.8
63

Hasil Uji T
Coefficientsa
Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta T Sig.
1 (Constant) 3.446 .889 3.877 .000
INFLASI .081 .114 .092 .709 .481
KURS -9.082 .000 -.182 -1.401 .167
a. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan table di atas, dapat ditarik kesimpulan sebagai

berikut:

a. Pengaruh inflasi terhadap ROA

Berdasarkan hasil Uji T di atas, pegaruh inflasi terhadap

ROA diperoleh nilai signifikansi sebesar 0.481 dan nilai thitung

sebesar 0.709. Berdasarkan hipotsesi yang ada, maka dapat

disimpulkan bahwa H0diterima dan Ha ditolak. Artinya, Inflasi

tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap ROA perbankan

syariah di Indonesia pada periode Januari 2015 sampai dengan

Desember 2019.

b. Pengaruh Kurs terhadap ROA

Berdasarkan output corfficiens di atas, dapat dilihat bahwa

nilai signifikansi kurs terhadap ROA adalah sebesar 0.167 dan

thitung sebesar -1.401. Berdasarkan hal tersebut, maka H 0 diterima

dan Ha ditolak. Maka dapat disimpulkan bahwa kurs rupiah

tidakberpengaruh signifikan terhadap ROA perbankan syarah di

Indonesia periode Januari 2015 sampai dengan Desember 2019.

2. Uji Simultan (Uji F)


64

Uji F atau biasa disebut dengan uji simultan dilakukan untuk

menunjukkan apakah semua variable independen yang dimasukkan

dalam model mempunyai pengaruh secara bersamaan terhadap

variable dependen. Krietria pengambilan keputusan dalam uji ini

adalah:

a. Jika nilai sig > α atau Fhitung≤Ftabel maka H0 diterima, artinya variasi

dari model regresi tidak berhasil menerangkan variasi variabel

secara keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap

variabelterikat.

b. Jika nilai sig< α atau Fhitung> Ftabelmaka Haditerima, artinya variasi

dari model regresi berhasil menerangkan variasi secara

keseluruhan, sejauh mana pengaruhnya terhadap variabelterikat.

Adapun penentuan nilai Ftabel dalam penelitian ini adalah sebafai

berikut:

df1 =k–1

df1 =3–1

df1 =2

df2 =n–k

df2 = 60 – 3

df2 = 57

Dari kedua hasil tersebut, maka diperoleh nilai Ftabel sebesar 3.16.

Berikut adalah hasil uji F pada penelitian in:

Tabel 4.9

Hasil Uji F
65

ANOVAb
Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
1 Regression .184 2 .092 1.211 .305a
Residual 4.328 57 .076
Total 4.512 59
a. Predictors: (Constant), KURS, INFLASI
b. Dependent Variable: ROA

Dari tabel di atas, dapat dilihat bahwa nilai signifikansi pada

penelitian ini adalah sebesar 0.305 atau lebih besar dari nilai α yang

sebesar 0.05. Sedangkan, Fhitung dalam penelitian ini menghasilkan nilai

1.211 atau lebih kecil dari Ftabel yang sebesar 3.16. Dari kedua hal

tersebut, maka Ha ditolak. Kemudian dapat disimpulkan bahwa inflasi

dan kurs rupiah tidak berpengaruh secara simultan terhadap ROA

perbankan syariah di Indonesia.

3. Uji Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien Determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh

kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen.

Nilai koefisien determinasi adalah dari 0-1. Pada penggunaan

koefisien determinasi, terdapat kelemahan mendasar yang terletak

pada biasnya terhadap jumlah variabel yang dimasukkan kedalam

model. Dalam hal ini, setiap penambahan satu variabel independen,

maka R Square pasti meningkat, walaupun variabel tersebut

berpengaruh secara signifikan terhadap variabel dependen. Hal inilah

yang menyebabkan banyak peneliti menganjurkan untuk

menggunakan nilai Adjust R Square saat mengevaluasi mana model

regresi terbaik. Berikut adalah hasil uji koefisien determinasi pada


66

penelitian ini.

Tabel 4.10

Hasil Uji R2

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the

Model R R Square Square Estimate


1 .202a .041 .700 .27557
a. Predictors: (Constant), KURS, INFLASI

b. Dependent Variable: ROA

Berdasarkan R square sebesar 0.401 artinya bahwa pengaruh

variabel independen inflasi dan kurs rupiah secara bersamaan

terhadap variabel ROA (Y) adalah sebesar 4.1% dan sisanya 95.9%

dipengaruhi oleh faktor lain. Dengan kata lain, variabel ROA dapat

dijelaskan dengan menggunakan variabel inflasi dan kurs rupiah

sebesar 4.1%.

4. Uji Model

Uji model yang digunakan dalam penelitian ini adalah regresi

linier berganda. Regresi linier berganda yaitu suatu model linier

regresi yang variabel dependennya merupakan fungsi linier dari

beberapa variabel bebas. Analisis regresi berganda digunakan untuk

mengetahui keakuratan hubungan ROA (variabel dependen) dengan

inflasi dan nilai tukar mata uang asing sebagai variabel yang

mempengaruhi (variabel independen). Hasil pengolahan data

menggunakan SPSS 16 sebagaiberikut:


67

Tabel 4.11

Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.446 .889 3.877 .000
INFLASI .081 .114 .092 .709 .481
KURS -9.082 .000 -.182 -1.401 .167
a. Dependent Variable: ROA

Dari hasil tersebut dapat diperoleh persamaan regresi berganda sebagai

berikut:

Y= 3.446+ 0.081X1 – 9.082 + e

Koefisien regresi merupakan angka yang menunjukkan besar

tidaknya pengaruh masing-masing variabel independen terhadap

variabel dependen. Besar tidaknya pengaruh dari masing-masing

variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:

a. Konstanta (a) ini berarti jika semua variabel bebas memiliki nilai

(0), maka nilai variabel terikat (beta) sebesar 3.446.

b. Inflasi (X1) terhadap ROA (Y)

Nilai koefisien Inflasi (X1) sebesar 0.081. Hal ini menunjukkan

bahwa setiap kenaikan Inflasi satu satuan maka variabel ROA (Y)

akan naik sebesar 0,081 dengan asumsi bahwa variabel bebas yang

lain tetap atau tidak mengalami peningkatan.

c. Kurs Rupiah (X2) terhadap ROA (Y)


68

Nilai koefisien Kurs Rupiah (X2) sebesar -9.082. Hal ini

menunjukkan bahwa setiap kenaikan Kurs Rupiah satu kesatuan

maka variabel ROA (Y) akan turun sebesar 9.082 dengan asumsi

variabel bebas yang lain tetap atau tidak mengalami peningkatan.

E. Pembahasan Hasil Penelitian

1. Pengaruh Inflasi Terhadap ROA

Hasil analisis uji t yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

variabel inflasi tidak berpengaruh secara signifikan secara parsial

terhadap ROA Perbankan syariah di Indonesia periode Januari 2015

sampai dengan Desember 2019. Hal ini dapat dilihat dari t-hitung

pada variabel inflasi sebesar 0.709 lebih kecil dari nilai t-tabel

sebesar 2.393. Maka, dapat disimpulkan bahwa tingginya tingkat

inflasi di Indonesia tidak memiliki pengaruh terhadap ROA

pebankan syariah.

Hasil penelitian ini searah dengan hasil penlitian yang

dilakukan oleh Cahyani yang menyatakan bahwa variabel inflasi

secara parsial tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap

ROA perbankan syariah. Pada saat inflasi tinggi, maka masyarakat

lebih percaya terhadap perbankan syariah dibandingkan dengan

perbankan konvensional. Kepercayaan masyarakat tersebut juga

dimungkinkan dengan pengalaman historis saat krisis moneter tahun

1998 yang menyebabkan perbankan konvensional mengalami

kebangkrutan akibat tingginya inflasi.78


78
Cahyani, Yutisa Tri. 2018. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga (BI Rate), Produk Domestik Bruto (PDB) Terhadap
ROA (Studi Pada Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Tahun 2009-2016, Iqtishadia: Jurnal
69

Pada dasaranya, inflasi yang tinggi mencerminkan kenaikan

barang-barang yang menjadikan nilai peredaran uang dapat

berkurang akibat harga yang meningkat. Namun demikian dampak

negatif dari inflasi nampaknya belum signifikan pada taraf 5%. Hal

ini menunjukkan bahwa adanya inflasi tidak banyak mengurangi

deposito maupun tabungan pada bank syariah. Hasil ini

mengisyaratkan bahwa ada sedikit daya tahan bank syariah terhadap

inflasi.

Kenaikan harga-harga menimbulkan efek yang buruk terhadap

perdagangan. Komoditas ekspor tidak akan dapat bersaing di pasar

internasional, karena volumenya menurun. Sementara itu dilain

pihak, harga komoditas dalam negeri naik dan impor justru menjadi

relatif murah. Akibatnya kuantitas impor akan lebih banyak daripada

ekspor, sehingga cadangan devisa makin berkurang dan neraca

pembayaran akan menjadi lebih buruk. Inflasi juga cenderung

menurunkan kesejahteraan individu dan masyarakat. Inflasi biasanya

berjalan lebih cepat dari pada kenaikan upah para pekerja. Upah riil

para pekerja akan merosot disebabkan oleh inflasi, dan ini berarti

tingkat kesejahteraan/kemakmuran sebagian besar masyarakat

dengan sendirinya akan turut merosot.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa faktor eksternal tidak

memiliki andil yang cukup besar dalam mempengaruhi ROA

perbankan syariah. Akan tetapi, baiknya pengelolaan manajemen

Ekonomi dan Perbankan Syariah, P-ISSN: 2354-7057; E-ISSN: 2442-3076, Vol. 5 No. 1 Juni 2018
70

pada Bank merupakan faktor penentu tinggi atau rendahnya ROA

pada perbankan syariah.

2. Pengaruh Kurs Rupiah Terhadap ROA

Hasil analisis uji t yang telah dilakukan menunjukkan bahwa

variabel kurs rupiah tidak berpengaruh secara signifikan secara

parsial terhadap ROA Perbankan syariah di Indonesia periode

Januari 2015 sampai dengan Desember 2019. Hal ini dapat dilihat

dari t-hitung pada variabel inflasi sebesar -1.401 lebih kecil dari nilai

t-tabel sebesar 2.393. sedangkan, nilai signifikansinya sebesar 0.167

lebih besar dari krietria signifikansi sebesar 0.05. Maka, dapat

disimpulkan bahwa tingginya tingkat kursrupiah tidak memiliki

pengaruh terhadap ROA pebankan syariah di Indonesia.

Hasil penelitian ini searah dengan hasil penelitian yang

dilakukan oleh Asrina yang menyatakan bahwa secara parsial nilai

tukar rupiah tidak memiliki pengaruh yang signifikaan terhadap

ROA perbankan syariah di Indonesia.79 Sebab, memperdagangkan

valuta asing pada dasarnya sangat menguntungkan karena transaksi

menghasilkan keuntungan berupa selisih kurs. Hal itu terjadi karena

para pelaku perdagangan valuta asing selalu menawarkan dua harga

nilai tukar.

Kenaikan nilai tukar mata uang asing terhadap perbankan

syariah relatif tidak terdampak, karena pangsa pasar perbankan

syariah masih kecil dibandingkan bank konvensional. Stok valuta


79
Asrina, Putri. 2015. “Analisis Pengaruh PDB, Nilai Tukar Rupiah, Non Performing Finance (NPF), BOPO
Terhadap Profitabilitas (ROA) Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2008-2013”, Faculty of Economics Riau
University, Jom FEKON Vol. 2 No. 1. Februari 2015
71

asing bank syariah lebih sedikit dibanding bank konvensional.

Hanya ada sedikit bank syariah yang memiliki stok valas sedangkan

selebihnya menyimpan mata uangnya dalam bentuk rupiah sehingga

dampak tekanan rupiah rendah terhadap bank syariah. Orientasi

pembiayaan bank syariah juga masih sebatas pembiayaan di level

domestik. Berdasarkan hal tersebut maka kenaikan nilai tukar mata

uang asing terhadap perbankan syariah tidak begitu signifikan.

3. Pengaruh Inflasi dan Kurs Rupiah Terhadap ROA secara

simultan.

Dari hasil uji F yang telah dilakukan, dapat diketahui bahwa nilai

signifikansi pada penelitian ini adalah sebesar 0.305 atau lebih besar

dari nilai α yang sebesar 0.05. Sedangkan, Fhitung dalam penelitian ini

menghasilkan nilai 1.211 atau lebih kecil dari Ftabel yang sebesar 3.16.

Dari kedua hal tersebut, maka Ha ditolak. Kemudian dapat

disimpulkan bahwa inflasi dan kurs rupiah tidak berpengaruh secara

simultan terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia.

Kesimpulan dalam penelitian ini didukung juga dengan tingkat

laba bersih perbankan syariah di Indonesia yang berawanan dengan

tingkat inflasi dan kurs rupiah dalam periode yang sama. Data inflasi

dan kurs rupiah dalam rentan tahun 2015-2019 cendrung fluktuatif dan

menurun di akhir 2019 (gambar 4.1 dan gambar 4.2). Akan tetapi,

tingkat laba bersih pada perbankan syariah cendrung menigkat di akhir


72

periode. Berikut adalah data laba bersih perbankan syariah di

Indonesia tahun 2015-2019.

Tabel 4.12
Laba bersih perbankan syariah di Indonesia periode 2015-2019
(dalam miliar rupiah)
2015 LABA 2016 LABA 2017 LABA 2018 LABA 2019 LABA
Januari 1.745 Januari 2.113 Januari 2.514 Januari 1.190 Januari 4.712
Februari 1.544 Februari 1.712 Februari 2.489 Februari 2.125 Februari 4.121
Maret 1.371 Maret 1.853 Maret 2.823 Maret 3.557 Maret 4.588
April 1.227 April 1.698 April 2.801 April 3.581 April 4.778
Mei 1.247 Mei 343 Mei 2.844 Mei 3.799 Mei 4.895
Juni 988 Juni 1.549 Juni 2.848 Juni 3.997 Juni 5.079
Juli 1.004 Juli 1.335 Juli 2.714 Juli 3.941 Juli 5.115
Agustus 918 Agustus 1.034 Agustus 2.557 Agustus 3.950 Agustus 5.209
Septembe Septembe
986 September 1.296 September 2.631 September 4.145 5.263
r r
Oktober 1.015 Oktober 1.025 Oktober 1.859 Oktober 3.735 Oktober 5.275
November 1.039 November 1.505 November 1.933 November 3.742 November 5.375
Desember 977 Desember 1.426 Desember 1.697 Desember 3.806 Desember 5.598

6,000

5,000

4,000

3,000

2,000

1,000

Gambar 4.3
FluktuasivLaba bersih perbankan syariah di Indonesia
periode 2015-2019
(dalam miliar rupiah)

Dari data di atas, dapat dilihat bahwa pada akhir periode

penelitian terjadi peingkatan yang sangat signifikan. Hal tersebut

mengindikasikan bahwa kinerja perbankan syariah terus meningkat


73

selama periode 2015-2019. Artinya bahwa, tinggi atau tidaknya inflasi

dan menguat atau melemahnya rupiah tidak berpengaruh terhadap

ROA perbankan syariah di Indonesia.

Hasil penelitian ini berlawanan dengan hasil peneltian yang

dilakukan oleh Nur Hidayah yang menyebutkan bahwa Inflasi dan BI

Rate dan nilai tukar mata uang asing berpengaruh secara simltan

terhadap profitabilitas perbankan syariah di Indonesia80.

Ketidakterdukungan hipotesis ini didukung juga dengan hasil uji

R-Square yang dalam penelitian ini memiliki nilai R-square 0.401. Hal

tersebut mengindikasikan bahwa inflasi dan kurs rupiah hanya

mewakili sebesar 4,1% terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia.

80
Nur Hidayah Lailiyah, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar Mata Uang Asing terhadap
Profitabilitas pada Bank BRI Syariah Periode 2011-2015” (Skripsi, FEBI IAIN Surakarta, 2017).
74

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan maka

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Berdasarkan hasil uji regresi liniar berganda secara parsial inflasi

tidak berpengaruh secara signifikan terhadap ROA perbankan

syariah di Indonesia. Tinggi rendahnya inflasi tidak memberikan

andil penting terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia.

2. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara parsial nilai

tukar mata uang asing tida berpengaruh signifikan terhadap ROA

perbankan syariah di Indonesia. hal ini dapat diindikasikan bahwa

kenaikan kurs terhadap bank syariah tidak begitu signifikan karena

pangsa pasar dan stok valuta asing bank syariah tidak sebesar bank
75

konvensional. Dan orientasi pembiayaan bank syariah masih di

level domestik.

3. Berdasarkan hasil uji regresi linier berganda secara simultan inflasi

dan nilai tukar mata uang asing tidak berpengaruh secara

signifikan terhadap ROA perbankan syariah di Indonesia. sehingga

dapat dikatakan bahwa inflasi dan nilai tukar mata uang asing tidak

memiliki andil yang besar terhadap naik turunnya tingkat ROA

perbankan syariah di Indonesia.

B. Saran
76

1. Dengan adanya penelitian ini dapat menjadi informasi tambahan

terhadap perbankan syariah di Indonesia untuk meningkatkan

pertumbuhan ROA perusahaanya. Perbankan syariah harus

memperhatikan faktor-faktor eksternal seperti inflasi, suku bunga,

kurs dan faktor-faktor lainnya dalam meningkatkan pertumbuhan

ROA perbankan syariah. Perbankan syariah harus terus mengawasi

laporankeuangannya agar nasabah percaya untuk berinvestasi atau

menggunakan jasa perbankan syariah. Dengan demikian

perbankan syariah juga dapat mencapai tujuannya yaitu sebagai

penunjang pelaksaan pembangunan nasional.

2. Penelitian ini bisa dijadikan pembanding bagi penelitian

selanjutnya. Bagi penelitian selanjutnya diharapkan agar

menambah jumlah variabel dan menambah periode penelitian agar

penelitian selanjutnya bisa lebih akurat. Peneliti selanjutnya juga

bisa menggunakan metode analisis yang berbeda dan software olah


76

data yang lain agar nantinya dapat memperoleh hasil penelitian

yang lebih baiklagi.

3. Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan informasi

terhadap nasabah dan masyarakat untuk menganalisa faktor

apasaja yang dapat mempengaruhi ROA bank syariah. Oleh karena

itu nasabah dapat mengetahui kapan mereka dapat berinvestasi dan

kapan mereka dapat menarikinvestasinya.

4. Bank Indonesia dan pemerintah diharapkan dapat menjaga

kestabilan moneter dan memperhatikan kondisi makro ekonomi.

dengan adanya kestabilan di bidang moneter dapat mempengaruhi

kinerja perbankan syariah di Indonesia menjadi lebih baik lagi.

Bank Indonesia juga harus membuat kebijakan-kebijakan yang

bersifat ekspansif terhadap keberadaan bank syariah agar bank

syariah dapat bersaing dengan lembaga keuangan lainnya.


77

DAFTAR PUSTAKA

Adiwarman, Karim, Ekonomi Makro Islam (Jakarta: Pt. Raja Grafindo

Persada, 2008)

Adiwarman Karim, Ekonomi Makro Islami,(Jakarta: Pt Raja Grafindo

Persada, 2008), Hlm.157.

Adiwarman, Ekonomi Makro Islami Edisi Kedua., H. 137

Ahmad Dahlan, Bank Syariah, (Yogyakarta: Teras,( 2012)), Hlm. 100

Ahmad Rodoni Dan Abdul Hamid, Lembaga Keuangan Syariah (Jakarta:

Zikrul Hakim, 2008), H. 14.

Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro (Jakarta Jakarta: Prenadamedia Grop,

2016), H. 191-192

Ali Ibrahim Hasyim, Ekonomi Makro (Jakarta: Prenadamedia Grop, 2016),

H. 186.
78

Amalia Nuril Hidayati, Pengaruh Inflasi, Bi Rate Dan Kurs Terhadap

Profitabilitas Bank Syariah Di Indonesia, (Jurnal An-Nisbah, Iain

Tulungagung Vol. 01, 2014), Hlm.73

Asrina, Putri. 2015. “Analisis Pengaruh PDB, Nilai Tukar Rupiah, Non

Performing Finance (NPF), BOPO Terhadap Profitabilitas (ROA)

Perbankan Syariah Di Indonesia Periode 2008-2013”, Faculty of Economics

Riau University, Jom FEKON Vol. 2 No. 1. Februari 2015

Boediono, Seri Synopsis Pengantar Ilmu Ekonomi No. 2 Ekonomi Makro

(Yogyakarta:Bpfe- Yogyakarta, 2001), H. 161.

Burhanuddin, Aspek Hukum Lembaga Keuangan Syariah (Yogyakarta:

Graha Ilmu, 2010), H. 31-39.

Cahyani, Yutisa Tri. 2018. “Pengaruh Inflasi, Suku Bunga (BI Rate),

Produk Domestik Bruto (PDB) Terhadap ROA (Studi Pada Bank

Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS) di Indonesia Tahun 2009-2016,

Iqtishadia: Jurnal Ekonomi dan Perbankan Syariah, P-ISSN: 2354-7057;

E-ISSN: 2442-3076, Vol. 5 No. 1 Juni 2018

Dendawijaya, Lukman. (2005). Manajemen Perbankan. Bogor: Ghalia

Indonesia

Departemen Agama RI, Al- Kafi Mushaf Al-Quran Dan Terjemahnya,

Bandung: (CvPenerbit Diponegoro, (2013), H. 66.)

Departemen Agama Ri, Al- Kafi Mushaf Al-Quran Dan Terjemahnya,

Bandung: CvPenerbit Diponegoro, 2013, H. 66.


79

Ghozali, I. (2011). Analisis Multivariate Dengan Program Spss. Semarang:

Badan Penerbit Universitas Diponegoro

Houston, Brigham. (2011). Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Salemba

Empat: Jakarta

Houston, Brigham.Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. (Salemba Empat:

Jakarta . (2011).

Jundiani, Pengaturan Hukum Perbankan Syariah Di Indonesia, (Malang:

Uin-MalangPress, 2009), Hlm. 19.

Karim, Adimarwan A. 2016. Bank Islam :Analisis Fiqh Dan Keuangan.

Jakarta : Pt Raja Grafindo Persada

Kasmir, Manajemen Perbankan, Edisi 1, Cetakan 1 (Jakarta: Pt. Raja

Grafindo Persada, 2000), H. 196.

Kompas.com. Menurut BI, Ini Sumber Utama Penyebab Rupiah Melemah.

Di akses pada 4 oktober 2020

Martono, Arista. (2012). Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi

Return Saham.Jurnal Stie Totalwin: Semarang

Melayu S.P Hasibuan, Dasar-Dasar Perbankan (Jakarta: Pt Bumi Aksara,

2001), H.14.

Muhammad, Bank Syariah: Problem Dan Prospek Perkembangan Di

Indonesia (Yogyakarta:Graha Ilmu, 2005), H. 1.


80

N. Gregory Mankiw, Makro Ekonomi (Jakarta: Penerbit Erlangga, 2007), H.

385

Nur Hidayah Lailiyah, “Analisis Pengaruh Inflasi, BI Rate dan Nilai Tukar

Mata Uang Asing terhadap Profitabilitas pada Bank BRI Syariah Periode

2011-2015” (Skripsi, FEBI IAIN Surakarta, 2017).

Nurul Huda, Ekonomi Makro Islam Pendekatan Teorietis.,H. 177.

Nurul Huda, Et. Al,.Ekonomi Makro Islam: Pendekatan Teoritis, (Jakarta:

Kencana, 2008), H. 189-190.

Nurul huda, et. al,. Ekonomi makro Islam: Pendekatan teoritis, (Jakarta:

Kencana, 2008), h. 189-190.

OJK. Sejarah Perbankan Syariah, https://www.ojk.go.id di akses pada 3

Oktober 2020

Oktavia Rosana Dewi, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Inflasi, Bi Rate Dan

Kurs Terhadap

Oktavia Rosana Dewi, “Pengaruh Dana Pihak Ketiga, Inflasi, Bi Rate Dan

Kurs Terhadap Profitabilitas Perbankan Syariah Periode 2013-2017”.

(Skripsi Program Perbankan Syariah Universitas Islam Raden Intan

Lampung, Lampung, 2018), H. 52

Rizal Yaya, Aji Erlangga Mertawireja, Ahim Abdurahim, Akuntansi

Perbankan Syariah Teori Praktik Komtemporer (Jakarta: Salemba Empat,

2014), H. 49-50.
81

Sadono Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Makro, (Jakarta: Pt. Raja

Grafindo Persada, 2003), Hlm. 11.

Saefudin Mucamad, pengaruh inflasi, bi rate dan kurs rupiahTerhadap

Profitabilitas Pada Pt. Bni Syariah Periode 2013-2018 (jurnal, 27

september 2020).

Sofyan Syafri. 2013. Analisa Kritis Atas Laporan Keuangan. Jakarta: Pt

Raja Grafindo Persada.

Sugiyono. (2014). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sugiyono. (2016). Metode Penelitian Pendekatan Kuantitatif Dan R&D.

Bandung: Alfabeta.

Sukirno, Teori Pengantar Ekonomi Makro, h. 402.

Sutrisno, Manajemen Keuangan Teori, Konsep Dan Aplikasi (Yogyakarta:

Ekonisia, 2005), H. 238. Profitabiltas

Takjul Khalwaty, Inflasi Dan Solusinya (Jakarta: Pt. Gramedia Pustaka

Utama, 2000), H.5.

Tania Puteri “Jenis-Jenis Inflasi” Dalam www.kakus.co.iddiunduh Pada 24

September 2020

Tania Puteri “Jenis-Jenis Inflasi” Dalam Www.Kaskus.co.id Diakses 27

September 2020
82

Undang Undang Republik Indonesia Nomor 21 Tahun 2008 Tentang

Perbankan Syariah

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 Tentang Perbankan Syariah, H. 3

www.ojk.co.id

www.bi.go.id

www.bps.go.id
83

LAMPIRAN

Lampiran 1 : Data Time Series

TAHUN BULAN ROA INFLASI KURS


Janari 1.93 -0.24 12579
Februari 1.94 -0.36 12749
Maret 2.39 0.17 13066
April 2.42 0.36 12947
Mei 2.40 0.50 13140
Juni 2.00 0.54 13313
2015
Juli 2.05 0.93 13374
Agustus 2.14 0.39 13781
September 2.15 -0.05 14396
Oktober 2.22 -0.08 13795
November 2.15 0.21 13672
Desember 1.81 0.96 13854
Janari 2.08 0.51 13889
Februari 2.08 -0.09 13515
Maret 2.27 0.19 13193
April 1.87 -0.45 13179
Mei 2.06 0.24 13419
Juni 2.09 0.66 13355
2016
Juli 2.16 0.69 13118
Agustus 2.22 -0.02 13165
September 2.23 0.22 13118
Oktober 2.35 0.14 13017
November 2.34 0.47 13310
Desember 1.77 0.42 13417
Janari 2.66 0.97 13358
2017 Februari 2.67 0.23 13340
Maret 2.61 -0.02 13345
84

April 2.54 0.09 13306


Mei 2.61 0.39 13323
Juni 2.49 0.69 13298
Juli 2.43 0.22 13342
Agustus 2.47 -0.07 13341
September 2.45 0.13 13303
Oktober 2.49 0.01 13526
November 2.57 0.20 13527
Desember 2.47 0.71 13556
Janari 2.82 0.62 13380
Februari 2.23 0.17 13590
Maret 2.40 0.20 13758
April 2.47 0.10 13802
Mei 2.43 0.21 14059
Juni 2.40 0.59 14036
2018
Juli 2.45 0.28 14414
Agustus 2.46 -0.05 14559
September 2.43 -0.18 14868
Oktober 2.25 0.28 15178
November 2.22 0.27 14696
Desember 2.24 0.62 14496
Janari 2.47 0.32 14605
Februari 1.68 -0.08 13967
Maret 1.82 0.11 14244
April 1.76 0.44 14149
Mei 1.76 0.68 14464
Juni 1.83 0.55 14175
2019
Juli 1.88 0.31 14025
Agustus 1.90 0.12 14194
September 1.88 -0.27 14165
Oktober 1.96 0.02 14130
November 2.02 0.14 14092
Desember 2.04 0.34 14105
85

Lampiran 2 : Objek Penelitian

Bank Umum Syariah


1 PT. Bank Aceh Syariah
2 PT BPD Nusa Tenggara Barat Syariah
3 PT. Bank Muamalat Indonesia
4 PT. Bank Victoria Syariah
5 PT. Bank BRISyariah
6 PT. Bank Jabar Banten Syariah
7 PT. Bank BNI Syariah
8 PT. Bank Syariah Mandiri
9 PT. Bank Mega Syariah
10 PT. Bank Panin Dubai Syariah
11 PT. Bank Syariah Bukopin
12 PT. BCA Syariah
13 PT. Bank Tabungan Pensiunan Nasional Syariah
14 PT. Maybank Syariah Indonesia

Unit Usaha Syariah


15 PT Bank Danamon Indonesia, Tbk
16 PT Bank Permata, Tbk
17 PT Bank Maybank Indonesia, Tbk
18 PT Bank CIMB Niaga, Tbk
19 PT Bank OCBC NISP, Tbk
20 PT Bank Sinarmas
21 PT Bank Tabungan Negara (Persero), Tbk.
22 PT BPD DKI
23 PT BPD Daerah Istimewa Yogyakarta
24 PT BPD Jawa Tengah
25 PT BPD Jawa Timur, Tbk
26 PT BPD Sumatera Utara
27 PT BPD Jambi
28 PT BPD Sumatera Barat
29 PT BPD Riau dan Kepulauan Riau
30 PT BPD Sumatera Selatan dan Bangka Belitung
31 PT BPD Kalimantan Selatan
32 PT BPD Kalimantan Barat
33 PD BPD Kalimantan Timur
34 PT BPD Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat
86

Lampiran 2 :Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test


Unstandardized

Residual
N 60
Normal Parametersa Mean .0000000
Std. Deviation .27085858
Most Extreme Differences Absolute .094
Positive .078
Negative -.094
Kolmogorov-Smirnov Z .729
Asymp. Sig. (2-tailed) .663
a. Test distribution is Normal.

Lampiran 3 Hasil Uji Multikoleniaritas

Coefficientsa
Collinearity Statistics
Model Tolerance VIF
1 (Constant)

INFLASI 1.000 1.000


KURS 1.000 1.000
a. Dependent Variable: ROA

Lampiran 4 Hasil Uji Heterokedestisitas


87

Coefficientsa
Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constan
-.063 .443 -.143 .887
t)
INFLASI .028 .057 .065 .496 .622
KURS 2.105 .000 .086 .651 .518
a. Dependent Variable: Abs_RES

Lampiran 5 Hasil Uji Autokorelasi

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the

Model R R Square Square Estimate Durbin-Watson


1 .202 a
.041 .470 .27557 1.740
a. Predictors: (Constant), KURS, INFLASI
b. Dependent Variable: ROA

Lampiran 6 Hasil Uji T

Coefficientsa
Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.446 .889 3.877 .000
INFLASI .081 .114 .092 .709 .481
KURS -9.082 .000 -.182 -1.401 .167
a. Dependent Variable: ROA

Lampiran 7 Hasil Uji F


88

ANOVAb
Model Sum of Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression .184 2 .092 1.211 .305a
Residual 4.328 57 .076
Total 4.512 59
a. Predictors: (Constant), KURS, INFLASI
b. Dependent Variable: ROA

Lampiran 8 Hasil Uji R2

Model Summaryb

Adjusted R Std. Error of the

Model R R Square Square Estimate


a
1 .202 .041 .700 .27557
a. Predictors: (Constant), KURS, INFLASI
b. Dependent Variable: ROA

Lampiran 9 Hasil Uji Regresi Linear Berganda

Coefficientsa
Unstandardized Standardized

Coefficients Coefficients
Model B Std. Error Beta t Sig.
1 (Constant) 3.446 .889 3.877 .000
INFLASI .081 .114 .092 .709 .481
KURS -9.082 .000 -.182 -1.401 .167
a. Dependent Variable: ROA

Anda mungkin juga menyukai