02 Pebruari 2017
www.stiepasim.ac.id
Abstrak
Sebuah perusahaan harus sebisa mungkin membuat para karyawan dapat bekerja dengan tenang dan nyaman tanpa ada
ketegangan dan kecemasan yang dirasakan sehingga setiap karyawan mempunyai kinerja yang baik. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh stres kerja, kejenuhan dan kompensasi terhadap kinerja karyawan pada
CV. Berkah Makmur Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian regresi. Jenis data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah kuantitatif dan sumber data yang digunakan termasuk dalam data primer dan
sekunder. Variabel yang menjadi obyek penelitian ini yaitu stress kerja (X1), kejenuhan (X2), kompensasi (X3), dan
kinerja karyawan (Y). Teknik analisa yang digunakan yaitu menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa secara simultan stress kerja (X1), kejenuhan (X2), kompensasi (X3) berpengaruh terhadap kinerja
karyawan (Y). Besaran pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat yaitu 86.3% sedangkan 13.7% dipengaruhi oleh
variabel lain yang tidak diteliti. Secara parsial variabel stres kerja (X1) dan kejenuhan (X2) berpengaruh terhadap kinerja
karyawan (Y). Sedangkan secara parsial variabel kompensasi tidak berpengaruh terhadap kinerja karyawan (Y). Stres
kerja merupakan variabel bebas yang dominan mempengaruhi variabel terikat yaitu kinerja karyawan.
Abstract
A company must make as much effort as possible for employees to work calmly and comfortably without any tension and
anxiety felt so that each employee has good performance. The purpose of this study was to analyze the effect of work
stress, saturity and compensation on employee performance on the CV. Berkah Makmur the research method used in this
study is regression research. The type of data used in this study is quantitative and data sources used are included in
primary and secondary data. The variables that are the object of this research are work stress (X1), saturation (X2),
compensation (X3), and employee performance (Y). The analysis technique used is using multiple linear regression
analysis. The results showed that simultaneous work stress (X1), saturation (X2), compensation (X3) affect employee
performance (Y). The magnitude of the influence of independent variables on the dependent variable is 86.3% while
13.7% is influenced by other variables not examined. Partially work stress variables (X1) and saturation (X2) affect
employee performance (Y). While partially the compensation variable has no effect on employee performance (Y). Job
stress is the independent variable that is dominant in influencing the dependent variable, namely employee performance.
Keadaan yang diciptakan tidak hanya menyangkut buruh bangunan, petani, kerja toko dan pekerja
kondisi fisik seorang karyawan saja, melainkan rumah tangga (tanpa menggunakan mesin). Kerja
berhubungan erat dengan orang lain dan suasana berat adalah jenis pekerjaan petani tanpa mesin, kuli
psikologis yang tercipta di tempat kerja. angkat dan angkut, pekerja tambang, tukang kayu
Pengertian Kinerja (prestasi kerja) adalah hasil tanpa mesin, tukang besi, penari dan atlit.
kerja secara kualitas dan kuantitas yang dicapai oleh kejenuhan kerja (Burnout) adalah suatu
seorang pegawai dalam melaksanakan tugasnya kondisi fisik, emosi dan mental yang sangat drop
sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan yang diakibatkan oleh situasi kerja yang sangat
kepadanya. Jadi yang dimaksud kinerja dalam hal ini menuntut dalam jangka panjang (Muslihudin, 2009).
adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseorang Kinerja yang akan dihasilkan oleh seorang karyawan
atau sekelompok orang dalam suatu organisasi, berkaitan erat juga dengan kompensasi yang
sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab diberikan oleh perusahaan. Semakin baik
masing-masing, dalam rangka upaya mencapai kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada
tujuan organisasi (Mangkunegara, 2011). karyawan maka akan memotivasi karyawan untuk
Berdasarkan analisis beban kerja, seorang meningkatkan kinerjanya. Kompensasi merupakan
pimpinan dapat memberikan beban kerja kepada sesuatu yang diterima karyawan sebagai pengganti
karyawan dengan adil, netral dan tidak ada tujuan jasa kontribusi mereka pada perusahaan.
pribadi. Menempatkan karyawan dengan dua tugas Kompensasi menurut Malayu (2009) merupakan
atau tanggung jawab yang melebihi job description, semua pendapatan yang berbentuk uang, barang
akan menjadikan karyawan tersebut bekerja langsung atau tidak langsung yang diterima
melebihi beban kerja yang diberikan sehingga akan karyawan sebagai imbalan atas jasa yang diberikan
berakibat pada stres kerja. Menurut Selye H. (dalam kepada perusahaan. Mondy dan Noe (2005)
sunaryo; 2004:204) ”stres merupakan respon berpendapat bahwa kompensasi merupakan
manusia yang bersifat nonspesifik terhadap setiap keseluruhan dari semua hadiah yang diberikan
tuntutan kebutuhan yang ada pada dirinya”. Stres kepada karyawan sebagai imbalan atas jasa mereka.
kerja adalah stres terjadi pada semua pekerja, baik Sedangkan dalam bukunya Manajemen Sumber
tingkat pimpinan maupun pelaksana. Kondisi kerja Daya Manusia, Dessler (2009) mendefinisikan
yang lingkungannya tidak baik sangat potensial tentang kompensasi yaitu merujuk kepada semua
untuk menimbulkan stres bagi pekerjanya. Stres di bentuk bayaran atau hadiah bagi karyawan dan
lingkungan kerja memang tidak bisa di hindarkan, berasal dari pekerjaan mereka.
yang dapat dilakukan adalah bagaimana mengelola, Kompensasi mencerminkan status, pengakuan,
mengatasi atau mencegah terjadinya stres tersebut, dan tingkat pemenuhan kebutuhan yang dinikmati
sehingga tidak mengganggu pekerjaan (Notoatmojo, oleh karyawan dan keluarganya, sehingga dapat
2003). mempengaruhi kepuasan kerja karyawan.
Kejenuhan kerja dapat disebabkan oleh Kompensasi merupakan pengeluaran dan biaya bagi
kekurangan kontrol, ekspektasi kerja yang tidak perusahaan. Perusahaan mengharapkan agar
jelas, dinamika ruang kerja yang disfungsional, kompensasi yang dibayarkan memperoleh imbalan
ketidaksesuaian dalam nilai, pekerjaan yang tidak kinerja yang lebih baik dari karyawan. Pemberian
disukai, dan aktivitas ekstrem (Muslihudin, 2009). kompensasi dimaksudkan agar karyawan dapat
Kejenuhan kerja memiliki hubungan terhadap bekerja secara maksimal sehingga menghasilkan
kelelahan mental, kehilangan komitmen, dan kinerja yang optimal. Kompensasi memegang peran
penurunan motivasi seiring waktu. yang sangat penting dalam meningkatkan kinerja
Kejenuhan kerja merupakan suatu masalah karyawan, karena salah satu alasan utama seseorang
yang dapat menyebabkan seseorang mencoba bekerja adalah untuk memenuhi kebutuhan
mencapai suatu tujuan yang tidak realistis dan pada hidupnya. Seorang karyawan akan berusaha
akhirnya mereka kehabisan energi dan perasaan mencapai kinerja yang maksimal agar mendapat
tentang dirinya dan orang-orang disekitarnya kompensasi yang sesuai.
(Gehmeyr, 2003). Akibat dari kejenuhan kerja itu CV. Berkah Makmur bergerak di usaha
sendiri dapat muncul dalam bentuk berkurangnya pemecahan batu. Melayani permintaan batu pecahan
kepuasan kerja, memburuknya kinerja, dan untuk pembangunan jalan raya, gedung, bantalan rel
produktivitas yang rendah. Apapun penyebabnya, kereta api dan lain-lain. CV. Berkah Makmur Target
kejenuhan kerja berakibat kerugian di pihak pekerja produksi untuk memenuhi pesanan menjadi
maupun organisasi. Menurut WHO dalam Santoso prioritas. Keadaan ini menuntut karyawan untuk
(2004) penggolongan pekerjaan/beban kerja selalu bekerja maksimal agar hasil produski sesuai
meliputi kerja ringan yaitu jenis pekerjaan di kantor, dengan permintaan dan selesai tepat waktu.
dokter, perawat, guru dan pekerjaan rumah tangga Berdasarkan alasan tersebut maka penulis
(dengan menggunakan mesin). Kerja sedang adalah mengambil judul : “pengaruh stres kerja, kejenuhan
jenis pekerjaan pada industri ringan, mahasiswa,
dan kompensasi terhadap kinerja karyawan pada merasa sangat bosan atau jenuh dengan
CV. Berkah Makmur pekerjaannya mungkin akan mengalami suatu
ketegangan, rasa lemah, cepat marah, sulit
Rumusan Masalah berkonsentrasi maupun sulit bekerja secara efektif
Berdasarkan latar belakang diatas, (Anitawidanti, 2010).
permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut Indikator kejenuhan antara lain ;
: 1. Kelelahan fisik
1. Apakah stress kerja, kejenuhan dan kompensasi 2. Kelelahan emosional
berpengaruh secara simultan terhadap kinerja 3. Kelelahan mental
karyawan di CV. Berkah Makmur ? 4. Rendahnya penghargaan terhadap diri
2. Apakah stress kerja, kejenuhan dan kompensasi 5. Depersonalisasi
berpengaruh secara parsial terhadap kinerja Kompensasi adalah seluruh imbalan yang
karyawan di CV. Berkah Makmur ? diterima karyawan atas hasil kerja tersebut pada
3. Variabel manakah yang berpengaruh dominan organisasi. Kompensasi bisa berupa fisik maupun
terhadap kinerja karyawan ? non fisik dan harus dihitung dan diberikan kepada
karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah
Tujuan Penelitian diberikan kepada organisasi / perusahaan tempat ia
Adapun tujuan dari penelitian ini adalah : bekerja (Agustin, 2015).
1. Untuk mengetahui stress kerja, kejenuhan dan Kompensasi adalah semua pendapatan yang
kompensasi berpengaruh secara simultan berbentuk uang, barang langsung atau tidak
terhadap kinerja karyawan di CV. Berkah langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan
Makmur atas jasa yang diberikan kepada perusahaan (Malayu
2. Untuk mengetahui stress kerja, kejenuhan dan S.P. Hasibuan, 2002:54).
kompensasi berpengaruh secara parsial terhadap Indikator kompensasi antara lain ;
kinerja karyawan di CV. Berkah Makmur 1. Tingkat Bayaran
3. Untuk mengetahui variabel yang berpengaruh 2. Struktur Pembayaran
dominan terhadap kinerja karyawan di CV. 3. Penentuan Bayaran Individu
Berkah Makmur 4. Metode Pembayaran
5. Kontrol Pembayaran
Kinerja atau performance merupakan
Kerangka Pemikiran gambaran mengenai tingkat pencapaian pelaksanaan
Menurut Schuler, stres adalah suatu kondisi suatu program kegiatan atau kebijakan dalam
dinamis dimana individu dihadapkan pada mewujudkan sasaran, tujuan, visi dan misi
kesempatan, hambatan, keinginan dan hasil yang organisasi yang dituangkan melalui perencanaan
diperoleh sangatlah penting tetapi tidak dapat strategis suatu organisasi (Moeheriono, 2012).
dipastikan (Robbins, 2003:557). Kinerja merupakan gambaran pencapaian
Beehr dan Franz (dikutip Bambang Tarupolo, pelaksanaan (achievement) suatu program kegiatan
2002:17), mendefinisikan stres kerja sebagai suatu perencanaan strategis dan operasional organisasi
proses yang menyebabkan orang merasa sakit, tidak (efforts) oleh seseorang atau sekelompok orang
nyaman atau tegang karena pekerjaan, tempat kerja dalam suatu organisasi baik secara kuantitas dan
atau situasi kerja yang tertentu. kualitas, sesuai dengan kewenagan dan tugas
Indikator stress kerja antara lain ; tanggung jawabnya, legal dan tidak melanggar
1. Peran dalam organisasi hukum, etika dan moral (Nursalam, 2015).
2. Beban Kerja
3. Pengembangan Karir Indikator kinerja antara lain ;
4. Hubungan dalam Pekerjaan 1. Hasil kerja
5. Struktur dan Iklim Organsasi 2. Perilaku
Kebosanan atau kejenuhan kerja merupakan 3. Atribut dan kompetensi
suatu hal yang kompleks dan individual sifatnya. 4. Komparatif
Tidak semua individu dapat bertahan terhadap jenis Untuk lebih memperjelas keterkaitan antar
pekerjaan yang berulang–ulang atau pada pekerjaan variabel maka dapat dijelaskan melalui gambar
yang sama. Kebosanan atau kejenuhan kerja adalah paradigma penelitian sebagai berikut ;
suatu sumber frustasi fundamental bagi karyawan.
Karyawan atau pegawai yang merasa jenuh terhadap Stress kerja
suatu pekerjaan yang rutin dan sederhana akan (X1)
berakibat karyawan tersebut melakukan kesalahan,
lamban dalam bekerja, dan cenderung bercakap–
cakap dalam bekerja. Seorang tenaga kerja yang
Kejenu Kinerja
han (X2) karyawan
Jurnal Ekonomi STIE PASIM SUKABUMI(Y) 3
Kompen
sasi (X3)
Jurnal Ekonomedia : ISSN 2252-8369; STIE Pasim Sukabumi; Vol. 6 No.02 Pebruari 2017
www.stiepasim.ac.id
mempelajari dari awal dan menyesuaikan diri 3) Karakteristik kepribadian bawaan, Faktor
dengan itu. individu yang penting mempengaruhi stres
b. Faktor Organisasi adalah kodrat kecenderungan dasar seseorang.
Banyak sekali faktor didalam organisasi yang Artinya gejala stres yang diungkapkan pada
dapat menimbulkan stres. Tekanan untuk pekerjaan itu sebenarnya berasal dari dalam
menghindari kekeliruan atau menyelesaikan tugas kepribadian orang itu.
dalam kurun waktu terbatas, beban kerja berlebihan, 5. Indikator Stres Kerja
bos yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja Kehidupan saat ini dengan persaingan yang
yang tidak menyenangkan. Dari beberapa contoh ketat bisa membuat orang mengalami stres, salah
diatas, penulis mengkategorikan menjadi beberapa satu penyebabnya adalah beban pekerjaan yang
faktor terkandung di dalamnya, yaitu : semakin menumpuk. Menurut Gaffar (2012 : 11)
1) Tuntutan tugas merupakan faktor yang terkait beberapa indikator yang bisa dijadikan acuan untuk
dengan tuntutan atau tekanan untuk mengetahui stres yang disebabkan oleh pekerjaan,
menunaikan tugasnya secara baik dan benar. diantaranya :
2) Tuntutan peran berhubungan dengan tekanan a. Peran dalam organisasi
yang diberikan pada seseorang sebagai fungsi Setiap tenaga kerja bekerja sesuai dengan
dari peran tertentu yang dimainkan dalam perannya dalam organsasi, artinya setiap tenaga
organisasi itu. kerja mempunyai kelompok tugasnya yang harus
3) Konflik peran menciptakan harapan-harapan dilakukan sesuai dengan aturan-aturan yang ada
yang sulit dirujukkan atau dipuaskan. sesuai dengan yang diharapkan oleh atasannya.
Karyawan diharapkan untuk melakukan lebih b. Beban Kerja
dari pada yang dimungkinkan oleh waktu. Jika seorang pekerja tidak memilki cukup
Ambiguitas peran tercipta bila harapan peran informasi untuk dapat melaksanakan tugasnya, atau
tidak dipahami dengan jelas dan karyawan tidak mengerti atau merealisasi harapan-harapan
tidak pasti mengenai apa yang harus yang berkaitan dengan peran tertentu. Faktor-faktor
dikerjakan. yang dapat menimbulkan peran yang tidak jelas
4) Tuntutan antar pribadi adalah tekanan yang meliputi :
diciptakan oleh karyawan lain. 1) Ketidakjelasan dari saran-saran (tujuan-tujuan
5) Kurangnya dukungan sosial dari rekan-rekan kerja).
dan hubungan antar pribadi yang buruk dapat 2) Kesamaran tentang tanggung jawab.
menimbulkan stres yang cukup besar, 3) Ketidakjelasan tentang prosedur kerja.
khususnya di antara para karyawan yang 4) Kesamaran tentang apa yang diharapkan oleh
memiliki kebutuhan sosial yang tinggi. orang lain.
6) Struktur Organisasi menentukan tingkat 5) Kurang adanya balikan, atau ketidakpastian
diferensiasi dalam organisasi, tingkat aturan tentang produktifitas kerja.
dan peraturan dan dimana keputusan itu c. Pengembangan Karir
diambil. Aturan yang berlebihan dan kurangnya Pengembangan karir merupakan aspek-aspek
berpartisipasi dalam pengambilan keputusan sebagai hasil dari interaksi antara individu dengan
yang berdampak pada karyawan merupakan lingkungan organisasi yang mempengaruhi persepsi
potensi sumber stres. seseorang terhadap kualitas dari pengembangan
c. Faktor Individu karirnya. Stres ini dapat terjadi jika pekerja
Faktor ini mencakup kehidupan pribadi merasakan kehilangan akan rasa aman terhadap
karyawan terutama persoalan keluarga, masalah pekerjaannya. Promosi yang dirasakan tidak sesuai
ekonomi dan karakteristik kepribadian bawaan. yang secara umum disebabkan karena adanya
1) Faktor persoalan keluarga, Survei nasional ketidaksesuain antara karir yang diharapkan dengan
secara konsisten menunjukkan bahwa orang apa yang diperoleh selama ini atau juga tidak ada
menganggap bahwa hubungan pribadi dan kejelasan perkembangan karir. Terbatasnya peluang
keluarga sebagai sesuatu yang sangat berharga. karir tidak akan menimbulkan stres pada tenaga
Kesulitan pernikahan, pecahnya hubungan dan kerja yang tidak memiliki aspirasi karir.
kesulitan disiplin anak-anak merupakan contoh d. Hubungan dalam Pekerjaan
masalah hubungan yang menciptakan stres bagi Hubungan kerja yang tidak baik terungkap
karyawan dan terbawa ketempat kerja. dalam gejala-gejala adanya kepercayaan yang
2) Masalah Ekonomi, Diciptakan oleh individu rendah, dan minat yang rendah dalam pemecahan
yang tidak dapat mengelola sumberdaya masalah dalam organisasi. Ketidakpercayaan secara
keuangan mereka merupakan satu contoh positif berhubungan dengan ketaksaan peran yang
kesulitan pribadi yang dapat menciptakan stres tinggi, yang mengarah ke komunikasi antar pribadi
bagi karyawan dan mengalihkan perhatian yang tidak sesuai antara pekerja dan ketegangan
mereka dalam bekerja. psikologikal dalam bentuk kepuasan pekerjaan yang
rendah, penurunan dari kondisi kesehatan, dan rasa 2. Faktor Faktor Penyebab Kebosanan Kerja
diancam oleh atasan dan rekan-rekan kerjanya. Banyak faktor yang dapat menyebabkan
e. Struktur dan Iklim Organsasi seorang pekerja atau karyawan bersikap bosan, acuh,
Faktor stres yang dikenali dalam kategori ini dan tidak bergairah melakukan pekerjaannya ini,
adalah stres yang timbul oleh bentuk struktur antara lain tidak cocok dengan pekerjaannya, tidak
organisasi yang berlaku di lembaga yang tahu bagaimana melakukan pekerjaan yang baik,
bersangkutan. Apabila bentuk atau struktur kurang insentif, lingkungan kerja yang tidak
organisasi kurang jelas dan jangka waktu yang lama menyenangkan, dan lain–lain. Kebosanan dapat
tidak ada perubahan atau pembaharuan, maka hal terjadi pada tenaga kerja yang bekerja secara
tersebut dapat menjadi sumber stres. Posisi individu monoton, berulang–ulang, serta pelaksanaan atau
dalam suatu struktur organsiasi juga dapat kegiatan yang tidak menarik. Namun ada kalanya
menggambarkan bagaimana stres yang dialami. kebosanan juga dapat ditimbulkan oleh hal–hal yang
semula dianggap mengasyikkan.
B. Konsep Kejenuhan Banyak faktor yang dapat menyebabkan
1) Definisi seorang pekerja atau karyawan bersikap bosan :
Kejenuhan adalah efek dari kerja berulang 1) Faktor individu
yang berupa gugup, gelisah, dan emosional serta Acuh dan tidak bergairah melakukan
terjadi hyperactiviation fisiologis. Sama halnya pekerjaan, antara lain tidak cocok dengan
dengan monoton, kejenuhan menghilang pekerjaannya, tidak tahu bagaimana melakukan
sepenuhnya dengan perubahan aktivitas tubuh. Di pekerjaan yang baik, kurang intensif, lingkungan
sisi lain kejenuhan di akibatkan oleh banyaknya kerja yang tidak menyenangkan, dan lain–lain.
tugas yang dikerjakan. 2) Faktor lingkungan kerja
Kebosanan atau kejenuhan kerja merupakan Kebosanan dapat terjadi pada karyawan yang
suatu hal yang kompleks dan individual sifatnya. bekerja secara monoton, berulang–ulang, serta
Tidak semua individu dapat bertahan terhadap jenis pelaksanaan atau kegiatan yang tidak menarik.
pekerjaan yang berulang–ulang atau pada pekerjaan 3) Faktor pekerjaan itu sendiri
yang sama. Kebosanan atau kejenuhan kerja adalah Namun ada kalanya kebosanan juga dapat
suatu sumber frustasi fundamental bagi karyawan. ditimbulkan oleh hal–hal yang semula dianggap
Karyawan atau pegawai yang merasa jenuh terhadap mengasyikkan.
suatu pekerjaan yang rutin dan sederhana akan 3. Dampak Kebosanan Kerja
berakibat karyawan tersebut melakukan kesalahan, Kebosanan kerja telah menjadi masalah yang
lamban dalam bekerja, dan cenderung bercakap– semakin penting dan kecenderungan ini diduga akan
cakap dalam bekerja. Seorang tenaga kerja yang terus meningkat pada masa yang akan datang.
merasa sangat bosan atau jenuh dengan Kebosanan kerja, penyebabnya bisa bermacam-
pekerjaannya mungkin akan mengalami suatu macam, salah satunya adalah rutinitas atau pekerjaan
ketegangan, rasa lemah, cepat marah, sulit yang dirasakan monoton sebab selalu harus
berkonsentrasi maupun sulit bekerja secara efektif dikerjakan setiap hari dalam bentuk yang sama.
(Anitawidanti, 2010). Kebosanan memiliki dampak terhadap
Suatu pekerjaan agar tidak menimbulkan produktivitas atau kinerja karyawan, yang pada
kebosanan, tidak hanya ditentukan oleh kemampuan akhirnya juga merupakan masalah bagi perusahaan
dan ketrampilan yang dimiliki oleh pekerja atau ataupun organisasi. Apabila tidak ditanggulangi
karyawan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh dengan segera, pada awalnya kebosanan dapat
penguasaan prosedur kerja, uraian kerja yang jelas, mengurangi produktivitas, tetapi lama-kelamaan
persyaratan jabatan yang jelas untuk mendukung juga dapat berpotensi mengakibatkan kecelakaan
uraian jabatan tersebut, peralatan kerja yang tepat kerja. Kebosanan berhubungan dengan
atau sesuai lingkungan kerja, dan sebagainya. ketidaknyamanan kerja dan tugas rutin. Menurut
Menurut Papu (2002) dalam Oktaria (2009), banyak Geiwitz (1996) dalam Anitawidanti (2010),
perusahaan yang melakukan berbagai tindakan kebosanan kerja merupakan suatu hal yang
pencegahan kebosanan kerja untuk membuat para kompleks dan individual sifatnya. Tidak semua
pekerja tidak merasa bosan dan jenuh dengan individu dapat bertahan terhadap jenis pekerjaan
kegiatan yang harus dilakukan sehari-hari, dengan yang berulang–ulang atau pada pekerjaan yang
cara melakukan rotasi kerja, melibatkan pekerja sama. Kebosanan kerja adalah suatu sumber frustasi
dalam pengambilan keputusan melaksanakan fundamental bagi karyawan.
pertemuan semua karyawan, memberikan Karyawan atau pegawai yang merasa bosan
kesempatan untuk melakukan cuti, dan masih terhadap suatu pekerjaan yang rutin dan sederhana
banyak lagi hal lainnya. Semua kegiatan tersebut akan berakibat karyawan tersebut melakukan
bertujuan untuk mencegah atau mengurangi kesalahan, lamban dalam bekerja, dan cenderung
kebosanan kerja pada karyawan. bercakap–cakap dalam bekerja. Seorang tenaga
kerja yang merasa sangat bosan atau jenuh dengan Kompensasi adalah semua pendapatan yang
pekerjaannya mungkin akan mengalami suatu berbentuk uang, barang langsung atau tidak
ketegangan, rasa lemah, cepat marah, sulit langsung yang diterima karyawan sebagai imbalan
berkonsentrasi maupun sulit bekerja secara efektif. atas jasa yang diberikan kepada perusahaan (Malayu
4. Indikator Kejenuhan Kerja S.P. Hasibuan, 2002:54). Kompensasi berbentuk
Yanuar dan Hary (2010) menyatakan uang, artinya gaji dibayar dengan sejumlah uang
kejenuhan kerja memiliki lima indikator yaitu : kartal kepada karyawan yang bersangkutan.
Kelelahan fisik, ditandai dengan serangan sakit Kompensasi berbentuk barang, artinya gaji dibayar
kepala, mual, susah tidur, kurangnya nafsu makan, dengan barang. Misalnya gaji dibayar 10% dari
dan individu merasakan adanya anggota badan yang produksi yang dihasilkan. Di Jawa Barat penunai
sakit. padi upahnya 10% dari hasil padi yang ditunai.
Kelelahan emosional, ditandai dengan depresi, Perusahaan dalam memberikan kompensasi
merasa terperangkap di dalam pekerjaannya, mudah kepada para pekerja terlebih dahulu melakukan
marah, dan cepat tersinggung. penghitungan kinerja dengan membuat sistem
Kelelahan mental, ditandai dengan bersikap penilaian kinerja yang adil. Sistem tersebut
sinis terhadap orang lain, bersikap negatif, umumnya berisi kriteria penilaian setiap pegawai
cenderung merugikan diri sendiri, pekerjaan maupun yang ada misalnya mulai dari jumlah pekerjaan yang
organisasi. bisa diselesaikan, kecepatan kerja, komunikasi
Rendahnya penghargaan terhadap diri, ditandai dengan pekerja lain, perilaku, pengetahuan atas
dengan individu tidak merasa pernah merasa puas pekerjaan, dan lain sebagainya.
dengan hasil kerja sendiri, dan merasa tidak pernah Para karyawan mungkin akan menghitung
merasa puas dengan hasil kerjanya. kinerja dan pengorbanan dirinya dengan kompensasi
Depersonalisasi, dtitandai dengan menjauhnya yang diterima. Apabila karyawan merasa tidak puas
individu dari lingkungan sosial, dan tidak perduli dengan kompensasi yang didapat, maka dia dapat
dengan lingkungan dan orang-orang sekitarnya. mencoba mencari pekerjaan lain yang memberi
5. Cara Menghilangkan Kebosanan kompensasi lebih baik. Hal itu cukup berbahaya bagi
Suatu pekerjaan agar tidak menimbulkan perusahaan apabila pesaing merekrut / membajak
kebosanan, tidak hanya ditentukan oleh kemampuan karyawan yang merasa tidak puas tersebut karena
dan ketrampilan yang dimiliki oleh pekerja atau dapat membocorkan rahasia perusahaan / organisasi
karyawan saja, tetapi juga dipengaruhi oleh (Agustin, 2015)
penguasaan prosedur kerja, uraian kerja yang jelas, 2) Efek Pemberian Kompensasi
persyaratan jabatan yang jelas untuk mendukung Kompensasi yang baik akan memberi beberapa
uraian jabatan tersebut, peralatan kerja yang tepat efek positif pada organisasi / perusahaan sebagai
atau sesuai lingkungan kerja, dan sebagainya. berikut di bawah ini :
Menurut Papu (2002) dalam Oktaria (2009), banyak a. Mendapatkan karyawan berkualitas baik
perusahaan yang melakukan berbagai tindakan b. Memacu pekerja untuk bekerja lebih giat dan
pencegahan kebosanan kerja untuk membuat para meraih prestasi gemilang
pekerja tidak merasa bosan dan jenuh dengan c. Memikat pelamar kerja berkualitas dari
kegiatan yang harus dilakukan sehari-hari, dengan lowongan kerja yang ada
cara melakukan rotasi kerja, melibatkan pekerja d. Mudah dalam pelaksanaan dalam administrasi
dalam pengambilan keputusan melaksanakan maupun aspek hukumnya
pertemuan semua karyawan, memberikan e. Memiliki keunggulan lebih dari kompetitor
kesempatan untuk melakukan cuti, dan masih 3. Tujuan Pemberian Kompensasi
banyak lagi hal lainnya. Semua kegiatan tersebut Tujuan dari kebijakan pemberian kompensasi
bertujuan untuk mencegah atau mengurangi meliputi :
kebosanan kerja pada karyawan. a. Menghargai prestasi karyawan
b. Menjamin keadilan gaji karyawan
c. Mempertahankan karyawan atau mengurangi
C. Konsep Kompensasi turnover karyawan
1) Definisi Kompensasi d. Memperoleh karyawan yang bermutu
Kompensasi adalah seluruh imbalan yang e. Pengendalian biaya
diterima karyawan atas hasil kerja tersebut pada f. Memenuhi peraturan-peraturan.
organisasi. Kompensasi bisa berupa fisik maupun 4. Macam-Macam / Jenis-Jenis Kompensasi
non fisik dan harus dihitung dan diberikan kepada Macam-macam / jenis-jenis kompensasi yang
karyawan sesuai dengan pengorbanan yang telah diberikan pada karyawan :
diberikan kepada organisasi / perusahaan tempat ia a. Imbalan Ektrinsik
bekerja (Agustin, 2015). 1) Imbalan ektrinsik berbentuk uang antara lain
misalnya :
struktur administratif yang mengatur hubungan dengan yang bersangkutan misal, sesama sales
otoritas wewenang dan tanggung jawab orang yang berapa besar omset penjualan selama satu bulan.
menduduki jabatan. Selain itu, berkaitan dengan (Meoheriono, 2012)
kinerja mekanisme aliran informasi antarunit kerja 5. Model Sistem Pengukuran Kinerja
dalam organisasi. Dalam merancang sistem pengukuran kinerja
Kinerja strategi (strategic performance), organisasi dibutuhkan model yang cocok dan
kinerja ini berkaitan atas kinerja perusahaan mampu mengukur kinerja secara keseluruhan dari
dievaluasi ketepatan perusahaan dalam memilih organisasi itu sendiri. Tergantung dengan situasi dan
lingkungannya dan kemampuan adaptasi perusahaan kondisi dari organisasi, artinya tidak semua model
khususnya secara strategi perusahaan dalam pengukuran kinerja tepat untuk mengukur. Berikut
menjalankan visi dan misinya. ini ada beberapa contoh sistem pengukuran kinerja
(Moeheriono, 2012) terintegrasi yang berhasil dibuat oleh para akademisi
3. Faktor yang Mempengaruhi Kinerja dan praktisi. Tetapi penentuan penggunaan sistem
Kinerja individu pada dasarnya dapat pengukuran kinerja tetap tergantung pada organisasi.
dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu : Balanced Scorecard Model dari Harvard
a. Harapan mengenai imbalan Business School oleh Robert S. Kaplan dan David R
b. Dorongan Norton, pada model ini menggunakan empat
c. Kemampuan perspektif dengan titik awal strategi sebagai dasar
d. Kebutuhan perancangannya.
e. Persepsi terhadap tugas Integrated Performance, Measurement Sistem
f. Imbalan internal (IPMS) model dari Centre for Strategic
g. Eksternal Manufacturing, University of Strathdyde Glasgow
h. Persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan oleh Bititci et al. pada model sistem pengukuran
kerja kinerja ini dengan titik awal (starting point dan
(Meoheriono, 2012) stakeholder) sebagai landasan menentukan Key
Sedangkan menurut Nursalam (2015) ada 3 Performance Indicator-nya atau KPI.
faktor yang berpengaruh terhadap kinerja, yaitu : Cambridge model dari Cambridge University
a. Faktor individu, kemampuan, ketrampilan, latar oleh Neely, pada model ini dititik beratkan
belakang keluarga, pengalaman kerja, tingkat menggunakan product group sebagai dasar untuk
sosial dan demografi seseorang. mengidentifikasi Key Performance Indicator-nya
b. Faktor psikologis, persepsi, peran, sikap, atau KPI.
kepribadian, motivasi dan kepuasan kerja. Performance PRISM adalah hasil kolaborasi
c. Faktor organisasi, struktur organisasi, desain antara Chris Adams dan Andy Nelly dari centre for
pekerjaan, kepemimpinan, sistem penghargaan business performance pada cranfield school of
(reward system). management United Kingdom. Model ini dibuat
4. Indikator Penilaian Kinerja dengan mencoba melakukan penyempurnaan
Penilaian kerja merupakan proses yang terhadap metode sebelumnya, yaitu model
berkelanjutan untuk menilai kualitas kerja personal pengukuran kinerja yang mencoba memadukan
dalam organisasi. antara kerangka kerja pengukuran yang berorientasi
Penilaian adalah aspek-aspek yang diukur strategi dengan metodologi pengukuran yang
dalam proses penilaian kerja individu. Faktor memperhatikan kepentingan stakeholder.
penilaian tersebut terdiri dari empat aspek, yakni Pengukuran Kinerja Supply Chain adalah
sebagai berikut. merupakan sistem pengukuran kinerja yang
Hasil kerja, yaitu keberhasilan karyawan dalam bertujuan untuk membantu monitoring jalannya
pelaksanaan kerja (output) biasanya terukur, aplikasi Supply Chain Management (SCM) agar
seberapa besar yang telah dihasilkan, berapa berjalan dengan baik.
jumlahnya dan berapa besar kenaikannya. Analytical Hierarchy Process (AHP),
Perilaku yaitu aspek tindak tanduk karyawan dikenalkan oleh Thomas L. Saat pada tahun 1980,
dalam melaksanakan pekerjaan, pelayanannya metode ini digunakan untuk mendapatkan bobot
bagaimana, kesopanan, sikapnya, dan perilakunya kinerja berdasarkan bagaimana preferensi dari
baik terhadap sesama karyawan maupun kepada pengambilan keputusan (direksi dan manajer)
pelanggan. terhadap tingkat kepentingan dari masing-masing
Atribut dan kompetensi, yaitu kemahiran dan perspektif kelompok metric dan KPI (Meoheriono,
penguasaan karyawan sesuai tuntutan jabatan, 2012).
pengetahuan, keterampilan dan keahlian, seperti
kepemimpinan, inisiatif, dan komitmen.
Komparatif yaitu membandingkan hasil kinerja III. METODOLOGI DAN DESAIN
karyawan dengan karyawan lainnya yang selevel PENELITIAN
regresi linier berganda. Persamaan regresi linier Untuk melihat pengaruh secara parsial antara
berganda yaitu sebagai berikut: variabel bebas stres (X1), kejenuhan (X2), dan
Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 + e kompensasi (X3) terhadap variabel terikat yaitu
Di mana: kinerja karyawan (Y) digunakan uji t.
Y = Keputusan pembelian Langkah-langkahnya adalah sebagai berikut:
a = Konstanta dari persamaan regresi Menentukan hipotesa
b1,b2,b3 = Koefisien regresi Ho: b1 = 0, artinya bahwa variabel bebas (X) tidak
X1 = Stres ada pengaruh secara parsial terhadap veriabel
X2 = Kejenuhan terikat (Y).
X3 = Kompensasi Ho: b1 ≠ 0, artinya bahwa variabel bebas (X) ada
e = Standard error pengaruh secara parsial terhadap veriabel
terikat (Y).
1) Uji Hipotesis Menentukan taraf signifikansi
Pengujian Hipotesis Pertama (Uji F) Taraf signifikansi menggunakan 0.05 (α =5%)
Pengujian koefisien regresi ini bertujuan Menentukan derajat bebas (df)
untuk melihat pengaruh secara simultan antara Derajat bebas yang digunakan dalam
variabel bebas stres (X1), kejenuhan (X2), dan penelitian ini adalah df = n – k – 1, dimana n =
kompensasi (X3) terhadap variabel terikat yaitu jumlah pengamatan, k = jumlah variabel dalam
kinerja karyawan (Y) digunakan uji F. penelitian.
Langkah-langkah pengujian sebagai berikut: Menentukan t hitung
Menentukan formulasi Ho dan Ha Perhitungan uji t dilakukan dengan rumus:
Ho : Tidak ada pengaruh antara antara variabel b−B
bebas stres (X1), kejenuhan (X2), dan t hitung =
kompensasi (X3) terhadap variabel terikat Sb
yaitu kinerja karyawan (Y) Keterangan:
Ha : Ada pengaruh antara variabel bebas stres (X1), b = Koefisien regresi parsial sampel
kejenuhan (X2), dan kompensasi (X3) B = Koefisien regresi parsial populasi
terhadap variabel terikat yaitu kinerja Sb = Standart error koefisien regresi sampel
karyawan (Y)
Tabel 4.1
Hasil Analisis Regresi Linier Berganda
Arikunto, Suharsimi. 2006. Prosedur Penelitian. Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Administrasi.
Jakarta : Rineka Cipta Bandung : Alfabeta.
Edi Sutrisno. 2014. Manajemen Sumber Daya Umar, Husein. 2001. Metode Riset Perilaku
Manusia, Edisi Pertama. Jakarta : Kencana. Organisasi. Jakarta : Gramedia.