SKRIPSI
Diajukan sebagai salah satu syarat
untuk menyelesaikan Progam Sarjana (S1)
pada Progam Sarjana Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Universitas PGRI Semarang
Disusun oleh :
FIRA PUTRI ANJANI
20810314
Dalam era globalisasi saat ini, setiap perusahaan pasti menginginkan hasil maksimal
yang diperoleh secara efektif dan efisien baik pada bagian pengelolaan sumber daya alam,
sumber daya manusia dan sumber daya modal. Satu dari tiga sumber daya tersebut yang paling
mempengaruhi kinerja atau output perusahaan adalah sumber daya manusia. Pada perusahaan
yang bergerak dibidang produksi, kinerja sumber daya manusia dituntut untuk bekerja secara
maksimal demi kemajuan perusahaannya. Manusia sebagai penggerak perusahaan merupakan
faktor utama karena eksistensi perusahaan tergantung pada manusia-manusia yang terlibat di
belakangnya. Untuk dapat mencapai tujuan dari perusahaan diperlukan sumber daya manusia
yang kompeten dalam melaksanakan tugasnya, dimana saat ini persaingan pasar sumber daya
manusia berjalan cukup ketat, untuk itu perlu adanya peningkatan kinerja sumber daya manusia
yang optimal.
Kinerja merupakan hal yang penting, yang harus dicapai oleh setiap perusahaan, karena
kinerja merupakan cerminan bagi kemampuan perusahaan dalam mengelola dan
mengalokasikan karyawannya. Faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan adalah
lingkungan kerja. Lingkungan kerja dalam suatu organisasi mempunyai arti penting bagi
individu yang bekerja di dalamnya, karena lingkungan kerja ini akan mempengaruhi secara
langsung maupun tidak langsung manusia yang ada didalamnya. Lingkungan kerja yang
dimaksud adalah segala sesuatu yang ada disekitar para pekerja yang dapat mempengaruhi
dirinya dalam menjalankan tugas- tugas yang dibebankan. Kondisi lingkungan kerja yang
kondusif akan mempengaruhi pegawai lebih fokus dalam bekerja dan menyelesaikan tugas-
tugas yang di berikan padanya.
Ukuran keberhasilan suatu unit organisasi sangat tergantung dari kinerja seluruh
karyawan pada unit organisasi tersebut, mulai dari karyawan terendah sampai kepada
pimpinan. Salah satu indikator dari keberhasilan itu dapat dilihat dari hasil capaian yang
ditetapkan dalam rencana strategis. Kinerja ini juga sangat dipengaruhi oleh faktor manusia
sebagai pelaksana kegiatan, oleh karena itu peranan kinerja sangat penting dalam menentukan
keberhasilan dalam pencapaian tujuan organisasi tersebut.
Beban kerja seseorang sudah ditentukan dalam bentuk standar kerja perusahaan
menurut jenis pekerjaannya. Beban kerja karyawan dapat terjadi dalam tiga kondisi. Pertama,
beban kerja sesuai standar. Kedua, beban kerja yang diatas standar Ketiga, beban kerja yang
dibawah standar. Berdasarkan jumlah output atau hasil kerja yang mampu dihasilkan oleh
setiap karyawan, dapat diketahui berapa jumlah karyawan yang sesungguhnya diperlukan oleh
perusahaan untuk mencapai target. Hal tersebut dapat dilakukan melalui suatu pengukuran
beban kerja, sehingga karyawan dapat bekerja optimal sesuai kemampuannya.
Lingkungan kerja merupakan kondisi dimana para kayawan bekerja baik secara fisik
dan non fisik yang memberikan suasana kerja yang nyaman. Menurut Indrawati (dalam
Dotulog dkk, 2018) menyatakan kondisi lingkungan kerja dalam suatu perusahaan merupakan
suatu kondisi pekerjaan untuk memberikan suasana konduktif dan situasi kerja karyawan yang
nyaman dalam pencapaian tujuan yang diinginkan oleh suatu perusahaan. Lingkungan kerja
yang tidak kondusif akan membuat karyawan mudah jatuh sakit, mudah stres, sulit
berkonsentrasi dan menurunnya produktivitas kerja. Menurut Sedarmayanti (2001) adalah
kondisi lingkungan kerja bisa disebut baik atau sesuai jika manusia bisa menjalankan aktivitas
dengan optimal, sehat, aman dan nyaman.
Menurut Sedarmayanti (2001) lingkungan kerja terbagi menjadi dua, yaitu Lingkungan
kerja fisik dan non fisik. Lingkungan kerja fisik adalah semua keadaan berbentuk fisik yang
terdapat disekitar tempat kerja dan dapat mempengaruhi karyawan terdiri dari bangunan
tempat kerja, peralatan kerja yang memadai, fasilitas dan tersedianya sarana angkutan.
Sedangkan lingkungan kerja non fisik adalah terciptanya hubungan kerja yang harmonis antara
karyawan dan atasan, lingkungan kerja non fisik terdiri dari hubungan rekan kerja setingkat,
hubungan atasan dengan karyawan, dan kerjasama antar karyawan. Lingkungan kerja juga bisa
diartikan sebagai keseluruhan dari faktor-faktor ekstern yang mempengaruhi baik organisasi
maupun kegiatannya. Menurut Kurniawidjaja (dalam Henani, 2018) jika tempat kerja aman
dan sehat, setiap orang dapat melanjutkan pekerjaan mereka secara efektif dan efisien. Beban
kerja yang ditanggung oleh pegawai, kompensasi yang diberikan dan lingkungan kerja yang
baik tentu membutuhkan kedisiplinan dalam bekerja. Meskipun beban kerja sedikit,
kompensasi memuaskan pegawai dan lingkungan kerja yang baik tanpa kedisiplinan, maka
aktivitas pekerjaan tersebut tidak akan selesai.
Berikut adalah tabel Empirical Gap/Riset Gap yang peneliti lakukan dalam pembuatan
penelitian ini :
Tabel 1.1
Nama
No Judul Jurnal Variabel Hasil/Kesimpulan
Penulis
1 Pengaruh kompensasi, (Syardiansah X1: Kompensasi X1→Y: Berpengaruh
beban kerja dan & Maulana X2: Beban kerja
disiplin kerja terhadap Rahman, X3: Disiplin kerja X2→Y: Berpengaruh
kinerja karyawan 2022)
Y : Kinerja karyawan X3→Y: Berpengaruh
2 Pengaruh kompensasi (Paparang et X1: Kompensasi finansial X1→Y: Tidak
finansial, beban kerja al., 2020) X2 : Beban kerja berpengaruh
dan lingkungan kerja X3 : Lingkungan kerja
terhadap intention X2→Y: Tidak
karyawan pada Harper Y : Turnover intention berpengaruh
Hotel Kuta
X3→Y: Berpengaruh
Berdasarkan penjelasan latar belakang diatas dan membandingkan beberapa hasil dari
penelitian terdahulu maka judul penelitian ini mengenai “Analisis Pengaruh Beban Kerja,
Kompensasi Serta Lingkungan Kerja Terhadap Kinerja Karyawan ( PT. Temprina
Media Grafika Kabupaten Semarang )”.
1. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh beban kerja terhadap kinerja karyawan
PT. Temprina Media Grafika Kabupaten Semarang
2. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh kompensasi terhadap kinerja karyawan
PT. Temprina Media Grafika Kabupaten Semarang
3. Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh lingkungan kerja terhadap kinerja
karyawan PT. Temprina Media Grafika Kabupaten Semarang
Sistematika pembahasan yang digunakan pada penulisan proposal ini adalah sebagai
berikut:
BAB I : Merupakan bab pendahulan yang terdiri dari hal-hal yang menjadi alasan yang
melatar belakangi munculnya judul penelitian, rumusan masalah, tujuan, dan
kegunaan penulisan serta sistematika pembahasan.
BAB III : Metode penelitian yang digunakan dalam penulisan yang terdiri dari tempat
penelitian, jenis dan sumber data, identifikasi variabel penelitian dan
pengukuran, populasi dan sampel penelitian, metode pengumpulan data, teknik
analisis data, definisi operasional variabel dan kerangka berpikir.
BAB IV : Pembahasan dan hasil penelitian yang meliputi analisis beban kerja, kompensasi,
dan lingkungan terhadap kinerja karyawan. Pada bagian ini diuraikan obyek
penelitian, analisis data, dan pembahasan dari analisis data.
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kinerja Karyawan
2.1.1 Definisi Kinerja Karyawan
Kinerja berasal dari pengertian performance. Ada pula yang memberi pengertian
performance sebagai hasil kerja atau prestasi kerja. Namun, sebenarnya kinerja mempunyai
makna yang lebih luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana proses pekerjaan
berlangsung. Dengan demikian, kinerja adalah tentang melakukan pekerjaan dan hasil yang
dicapai dari pekerjaan tersebut. Kinerja adalah tentang apa yang dikerjakan dan bagaimana
cara mengerjakannya. (Wibowo, 2013:7)
Menurut Fajar Nur'aini Df (2017) kinerja adalah hasil seseorang secara keseluruhan
selama periode tertentu dalam melaksanakan tugasnya. Dalam proses pelaksanaan tugas
tersebut tentu memiliki standar hasil kerja, target, atau sasaran atau kriteria yang telah
ditentukan terlebih dahulu dan disepakati bersama. Kinerja yang dihasilkan oleh seseorang
tentu sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing karyawan, kinerja
tersebut juga mengacu pada upaya pencapaian tujuan perusahaan.
Menurut Nuraini T (2013:150) kinerja adalah sebagai hasil dari suatu proses
pekerjaan yang pengukurannya dilakukan dalam kurun waktu tertentu.
Dan dapat disimpulkan dari beberapa pengertian menurut pakar ahli diatas kinerja
karyawan yaitu dimana karyawan bekerja untuk menghasilkan input atau output dan dapat
disebut pula hasil kerja secara kuantitas dan kualitas untuk mencapai target yang ditentukan
perusahaan agar kinerja diperusahaan tersebut dapat mencapai kesuksesan.
Penilaian kinerja meliputi beberapa hal, sesuai dengan yang telah ditetapkan
perusahaan sebelumnya. Masing-masing perusahaan memiliki standar dan kriteria tertentu
untuk menilai kinerja karyawannya. Dalam praktiknya penilaian kinerja antara satu
perusahaan dengan perusahaan lainnya relatif tidak jauh berbeda.
Jadi dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja sangat penting guna pencapaian
target perusahaan shingga mampu meningkatkan laba yang pada akhirnya mampu
memberikan kesejahteraan bag seluruh karyawannya. Penilaian kerja merupakan salah satu
bentuk evaluasi kinerja bagi karyawan yang ditentukan apakah sudah sesuai dengan target
ditetapkan atau belum hanya saja dalam melakukan penilaian kinerja ada beberapa hal yang
perlu diketahui yaitu:
1. Mengukur kemampuan karyawan apakah sesuai kemampuan dengan target yang telah
ditetapkan
2. Memperhatikan faktor lingkungan, karena sekalipun karyawan ampu, tetapi
lingkungan dalam dan luar tidak mendukung, maka kecil kemungkinan kinerja akan
meningkat.
3. Dalam melakukan penilaian kinerja harus benar-benar dilakukan secara objektif dan
adil, shingga hail yang diperoleh sesuai dengan yang diharapkan.
Dari beberapa pendapat ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa penilaian kinerja
adalah penilaian yang dilakukan secara sistematis untuk mengetahui hasil pekerjaan
karyawan dan kinerja organisasi. Disamping itu, juga untuk menentukan kebutuhan
pelatihan kerja secara tepat, memberikan tanggung jawab yang sesuai dengan karyawan
sehingga dapat melaksanakan pekerjaan yang lebih baik dimasa mendatang dan sebagai
dasar untuk menentukan kebijak dalam hal promosi jabatan atau penentuan imbalan.
Mengetahui manfaat dilakukannya suatu penilaian kinerja menjadi hal yang sangat
penting diketahui oleh seluruh elemen yang terlibat dalam proses penilaian. Sesungguhnya
setiap elemen yang terlibat dalam proses penilaian ini memiliki manfaat tersendiri sesuai
dengan perannya. Penilaian tersebut dibagi menjadi tiga peran yaitu:
1. Perbaikan seluruh elemen yang ada dalam perusahaan akan memperoleh hasil sebagai
berikut:
• Komunikasi mengenai tujuan perusahaan dan nilai yang tercermin dalam budaya
perusahaan menjadi lebih efektif.
• Meningkatkan sense of belonging atau rasa kebersamaan antar karyawan dan
perusahaan.
• Meningkatkan loyalitas karyawan
• Meningkatkan kemampuan dan kemauan manajer untuk menggunakan
keterampilan produktivitas karyawan dapat terus meningkat.
2. Meningkatkan pandangan setiap elemen dalam perusahaan menyangkut tugas yang
dilakukan oleh masing-masing karyawan.
3. Meningkatkan kualitas komunikasi antar karyawan dalam departemen khususnya, atau
lintas departemen umumnya.
4. Meningkatkan motivasi karyawan secara menyeluruh.
5. Meningkatkan keharmonisan hubungan dalam upaya pencapaian tujuan bersama.
Menurut Robbins (2016:260) indikator kinerja adalah alat untuk mengukur sejauh
mana pencapain kinerja karyawan. Berikut beberapa indikator untuk mengukur kinerja
karyawan adalah: (1) Kualitas Kerja; (2) Kuantitas; (3) Ketepatan Waktu; (4) Efektifitas; (5)
Kemandirian.
Kualitas kerja karyawan dapat diukur dari persepsi karyawan terhadap kualitas
pekerjaan yang dihasilkan serta kesempurnaan tugas terhadap keterampilan dan kemampuan
karyawan (Robbins, 2016: 260). Kualitas kerja dapat digambarkan dari tingkat baik
buruknya hasil kerja karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan juga kemampuan dan
keterampilan karyawan dalam mengerjakan tugas yang diberikan padanya.
Kuantitas merupakan jumlah yang dihasilkan dinyatakan dalam istilah jumlah unit,
jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan (Robbin, 2016: 260). Kuantitas yaitu ukuran jumlah
hasil kerja unit maupun jumlah siklus aktivitas yang diselesaikan oleh karyawan sehingga
kinerja karyawan dapat diukur melalui jumlah (unit/siklus) tersebut. misalnya karyawan
dapat menyelesaikan pekerjaannya dengan cepat dari batas waktu yang ditentukan
perusahaan.
Ketepatan waktu merupakan tingkat aktivitas diselesaikan pada awal waktu yang
dinyatakan, dilihat dari sudut koordinasi dengan hasil output serta memaksimalkan waktu
yang tersedia untuk aktivitas lain (Robbins, 2016: 261). Kinerja Karyawan juga dapat diukur
dari ketepatan waktu karyawan dalam menyelesaikan pekerjaan yang ditugaskan kepadanya.
Sehingga tidak mengganggu pekerjaan yang lain yang merupakan bagian dari tugas
karyawan tersebut.
Efektifitas disni merupakan tingkat penggunaan sumber daya organisasi (tenaga, uang,
teknologi dan bahan baku) dimaksimalkan dengan maksud menaikan hasil dari setiap unit
dalam penggunakan sumber daya (Robbins, 2016: 261). Bahwa dalam pemanfaatan sumber
daya baik itu sumber daya manusia itu sendiri maupun sumber daya yang berupa teknologi,
modal, informasi dan bahan baku yang ada di organisasi dapat digunakan semaksimal
mungkin oleh karyawan.
a. Task performance
Kinerja karyawan dilihat berdasarkan pada hasil pekerjaan yang diselesaikan oleh
karyawan. Semakin berkualitas hasil pekerjaan menunjukkan bahwa kinerja karyawan
adalah tinggi.
b. Citizenship
Kinerja karyawan didasarkan pada evaluasi terhadap perilaku positif karyawan di
tempat kerja. Perilaku yang positif adalah berbagai bentuk perilaku yang mengikuti
aturan atau tata tertib di perusahaan dan karyawan bisa memberikan contoh yang baik
kepada karyawan lainnya di tempat kerja.
c. Counterproductivity
Counterproductivity merupakan bentuk perilaku menyimpang dari karyawan,
kemampuan karyawan untuk mengurangi berbagai bentuk perilaku yang menyimpang
menunjukkan bahwa kinerja karyawan adalah tinggi.
a. Kemampuan Teknis
Kemampuan teknis adalah kemampuan karyawan untuk menggunakan pengetahuan
atau keterampilan yang dimiliki untuk meningkatkan hasil pekerjaan. Kemampuan
teknis juga menyangkut pengetahuan secara teknis mengenai seluk beluk pekerjaan
yang ditangani oleh karyawan.
b. Kemampuan Konseptual
Kemampuan konseptual adalah bentuk kemampuan karyawan dalam penguasaan materi
pekerjaan. Karyawan memiliki pengetahuan yang baik mengenai teori-teori dari
berbagai hal yang berhubungan dengan pekerjaan yang ditangani oleh karyawan.
c. Kemampuan Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal adalah hubungan yang terjalin antara karyawan dengan
karyawan lainnya maupun karyawan dengan atasan. Kemampuan interpersonal
merupakan bagian dari komponen kinerja karena melalui komunikasi interpersonal akan
mampu meningkatkan koordinasi kerja sehingga bisa meningkatkan hasil pekerjaan.
Dalam praktiknya tidak selamanya bahwa kinerja karyawan dalam kondisi seperti
yang dinginkan baik oleh karyawan itu sendiri ataupun organisasi. Banyak kendala yang
memengaruhi kinerja, baik kinerja organisasi maupun kinerja individu. Ada baiknya
seorang pemimpin harus terlebih dulu mengkaji faktor-faktor yang dapat memengaruhi
kinerjs karyawannya.
Adapun faktor-faktor yang memengaruhi kinerja baik hasil maupun perilaku kerja
adalah sebagai berikut (Kasmir 2016:189) sebagai berikut:
Menurut Kasmir dalam Sari Yolanda (2016:40) Beban kerja adalah adalah
pembandingan antara total waktu baku untuk menyelesaikan tugas pekerjaan terhadap total
waktu standar dikalikan dengan 100%.
Beban kerja adalah salah satu aspek yang harus diperhatikan oleh setiap perusahaan,
karena beban kerja salah satu yang dapat meningkatkan produktifitas karyawan (Rubiarti
Nadia, 2018:7)
Beban keria adalah keadaan apabila karyawan dihadapkan pada banyak pekerjaan
yang harus dikerjakan dan tidak mempunyai cukup waktu untuk menyelesaikan beban
pekerjaan yang diberikan, karyawan merasa tidak memiliki kemampuan untuk
menyelesaikan pekerjaan karena standar pekerjaan yang tinggi (Sari Kiki, 2018:39).
Beban kerja adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit
organisasi dan merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu (Sitepu
Agripa,2013)
Dalam menganalisis beban kerja, suatu Lembaga atau perusahaan tentunya memiliki
harapan agar beban yang diterima seorang karyawan tidak memberatkan dan sesuai dengan
kemampuan/kompetensi seorang karyawan pada umumnya(Suci R Mar'ih
Koesomowidjojo, 2017). Untuk itu, perusahaan hendaknya memerhatikan faktor-faktor
memengaruhi beban kerja, antara lain:
1) Faktor internal
Faktor internal yang memengaruhi beban kerja adalah faktor yang berasal dari dalam
tubuh akibat dari reaksi beban kerja eksternal seperti berupa jenis kelamin, usia, postur
tubuh, status kesehatan (faktor somatis) dan motivasi, kepuasan keinginan atau persepsi
(faktor psikis). Selain faktor fisik yang akan memengaruhi beban kerja, faktor psikis
yang berupa motivasi, kepuasan, keinginan, atau persepsi juga akan ikut memengaruhi
beban kerja seorang karyawan.
2) Faktor eksternal
Faktor eksternal dalam dunia kerja juga akan memengaruhi beban kerja karyawan.
Faktor eksternal yang dimaksud adalah faktor yang berasal dari luar tubuh karyawan
seperti:
a) Lingkungan kerja
Lingkungan kerja yang nyaman tentunya akan berpengaruh terhadap kenyamanan
karyawan menyelesaikan pekerjaanya.
b) Tugas-tugas fisik
Tugas-tugas fisik yang dimaksud adalah hal-hal yang berhubungan dengan alat-alat
dan sarana bantu dalam menyelesaikan pekerjaan, tanggung jawab pekerjaan,
bahkan hingga tingkat kesulitan yang dihadapi Ketika menyelesaikan pekerjaan.
c) Organisasi kerja
Seorang karyawan tentunya membutuhkan jadwal kerja yang teratur dalam
menyelesaikan pekerjaanya sehingga lamanya waktu bekerja, shift kerja, istirahat,
dan perencanaan karir. Sehingga penggajian tau pengupahan akan turut memberikan
kontribusi terhadap bean kerja yang dirasakan oleh masing-masing karyawan.
Menurut Sitepu (2013) menjelaskan bahwa dalam penelitiannya bahwa beban kerja
adalah besaran pekerjaan yang harus dipikul oleh suatu jabatan/unit organisasi dan
merupakan hasil kali antara volume kerja dan norma waktu. Jika kemampuan pekerja lebih
tinggi daripada tuntutan pekerjaan, akan muncul perasaan bosan. Namun sebaliknya, jika
kemampuan pekerja lebih rendah daripada tuntutan pekerjaan, maka akan muncul kelelahan
yang lebih. Beban kerja yang dibebankan kepada karyawan dapat dikategorikan kedalam tiga
kondisi, yaitu beban kerja yang sesuai standar, beban kerja yang terlalu tinggi (over capacity)
dan beban kerja yang terlalu rendah (under capacity). Indikator dari beban kerja dalam
penelitiannya adalah waktu kerja, jumlah pekerjaan, faktor internal tubuh dan faktor
eksternal tubuh.
Sama halnya dengan pendapat Anita (2013) menjelaskan beban kerja diatas, dapat
disimpulkan bahwa beban kerja merupakan suatu rangkaian kegiatan yang harus
diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.
Dimensi beban kerja menurut Suwatno (2003) menggunakan indikator-indikator, antara lain
: Jam kerja efektif , Latar Belakang Pendidikan, Jenis pekerjaan yang diberikan. Menurut
Murti (2013) beban kerja adalah sekumpulan atau sejumlah kegiatan yang harus
diselesaikan oleh suatu unit organisasi atau pemegang jabatan dalam jangka waktu tertentu.
Indikator-indikator beban kerja mencakup:
Dalam penelitian ini indikator beban kerja yang digunakan mengadopsi indikator
beban kerja yang ada didalam lingkungan peneliti, maka indikator yang digunakan dalam
penelitian ini meliputi:
Dampak dari beban kerja yang berlebihan akan mengakibatkan stres pada karyawan
secara fisiki maupun pisikis, reaksi emosional seperti gangguan pencernaan, mudah marah,
dan sakit kepala. Adapun dampak dari beban kerja yang terlalu sedikit adalah menimbulkan
kebosanan terhadap bekerja karna tugas dan pekerjaan terlalu sedikit. Hal ini juga akan
mengakibatkan karyawan merasa kurang diperhatikan pada pekerjaan sehingga memiiki
kemungkinan besar dapat membahayakan pekerjaan.
Beban kerja juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi karyawan, dampak
negatif tersebut dapat berupa:
2.3 Kompensasi
Kompensasi merupakan salah satu faktor penting dan menjadi perhatian pada banyak
organisasi dalam mempertahankan dan menarik sumber daya manusia yang berkualitas.
Berbagai organisasi berkompetisi untuk memperoleh sumber daya manusia berkualitas,
karena kualitas hasil pekerjaan ditentukan oleh kompetensi yang dimiliki sumber daya
manusianya. Alasan ini membuat banyak organisasi mengeluarkan sejumlah dana yang
relatif besar untuk mengembangkan sumber daya manusianya agar memiliki kompensasi
sesuai kebutuhan, Bangun (dalam Kadarisman, 2012:43).
1. Tunjangan
Tunjangan merupakan komponen kompensasi finansial tidak langsung, yang meliputi
semua imbalan yang tidak tercakup dalam kompensasi langsung (gaji, upah, komisi)
2. Insentif
ada beberapa bentuk dalam pemberian insentif, yaitu sebagai berikut:
a. Piecework merupakan pembayaran diukur menurut banyaknya unit atau satuan
barang atau jasa yang dihasilkan.
b. Production bonus merupakan penghargaan yang diberikan atas prestasi yang
melebihi target yang telah ditetapkan.
c. Commissions merupakan presentasi harga jual atau jumlah tetap atas barang yang
dijual.
d. Maturity Curves merupakan pembayaran berdasarkan kinerja yang dirangking
menjadi: marginal, below average, average, good, outstanding.
e. Merit raises merupakan pembayaran kenaikan upah diberikan setelah evaluasi
kinerja.
f. Non-maturity incentives, merupakan penghargaan diberikan dalam bentuk plakat,
sertivikat, liburan dan lain-lain.
g. Executive incentives, merupakan insentif yang diberikan kepada eksekutif yang
perlu mempertimbangkan keseimbangan hasil jangka pendek dengan kinerja
jangka panjang.
h. International incentives, diberikan karena penempatan eseorang untuk penempatan
di luar negeri.
3. Penghargaan
intrinsik.
1) Kinerja
Pemberian kompensasi melihat besarnya kinerja yang disumbangkan oleh karyawan
kepada pihak perusahaan. Untuk itu, semakin tinggi tingkat output, maka akan semakin
besar pula kompensasi yang diberikan oleh perusahaan kepada karyawan.
2) Kemampuan untuk membayar
Secara logis, ukuran pemberian kompensasi sanga tergantung kepada kemampuan
perusahaan dalam membayar gaji atau upah tenaga kerja. Karena sangat mustahil bila
perusahaan membayar kompensasi diatas kemampuan yang ada.
3) Kesediaan untuk membayar
Walaupun perusahaan mempunyai kemampuan membayar kompensasi, tapi belum
tentu perusahaan tersebut memiliki kesediaan membayar kompensasi tersebut dengan
layak dan adil.
4) Penawaran dan permintaan tenaga kerja
Penawaran dan permintaan tenaga kerja berpengaruh terhadap pemberian kompensasi.
Jika permintaan tenaga kerja banyak perusahaan, maka kompensasi akan cenderung
tinggi, demikian sebaliknya bila penawaran tenaga kerja ke perusahaan anyak
(oversuplay) maka pembayaran kompensasi cenderung rendah.
5) Organisasi karyawan
Organisasi karyawan yang ada dalam perusahaan seperti serikat kerja akan turut
mempengaruhi kebijakan besar atau kecilnya pemberian kompensasi.
6) Peraturan dan perundang-undangan
Adanya peraturan perundang-undangan yang ada mempengaruhi kebijakan perusahaan
dalam pemberian kompensasi, misal berlakunya kebijakan pemberian Upah Minimal
Regional (UMR).
sebagai berikut.
1. Gaji, yaitu balas jasa dalam bentuk uang yang diterima karyawan sebagai konsekuensi
dari kedudukannya sebagai seorang karyawan yang memberikan sumbangan tenaga dan
pikiran dalam mencapai tujuan perusahaan. Atau dapat juga dikatakan sebagai bayaran
tetap yang diterima seseorang dari keanggotaannya dalam sebuah perusahaan.
2. Upah, yaitu imbalan finansial langsung yang dibayarkan kepada karyawan berdasarkan
jam kerja, jumlah barang yang dihasilkan atau banyaknya pelayanan yang diberikan.
3. Insentif, yaitu imbalan langsung yang dibayarkan kepada karyawan karena kinerjanya
melebihi standar yang ditentukan. Insentif merupakan kompensasi tetap, yang biasa
disebut kompensasi berdasarkan kinerja.
4. Kompensasi Tidak langsung (Fringe Benefit), yaitu kompensasi tambahan yang
diberikan berdasarkan kebijakan perusahaan terhadap semua karyawan sebagai upaya
meningkatkan kesejahteraan para karyawan. Contohnya berupa fasilitasfasilitas, seperti
asuransi-asuransi, tunjangan-tunjangan, dan uang pensiunan.
Suatu kegiatan yang dilakukan biasanya ada tujuan yang ingin dicapai, atau minimal
kegiatan tersebut diusahakan mengarah atau mendekati hal yang ingin dicapai. Menurut
Singodimedjo (2000:186), pemberian kompensasi kepada para karyawan juga mempunyai
tujuan, antara lain menjamin sumber nafkah karyawan beserta keluarganya, meningkatkan
prestasi kerja, meningkatkan harga diri para karyawan, mempererat hubungan kerja antar
karyawan, mencegah karyawan meninggalkan perusahaan, meningkatkan disiplin kerja,
efisiensi tenaga karyawan yang potensial, perusahaan dapat bersaing dengan tenaga kerja di
pasar, mempermudah perusahaan mencapai tujuan, melaksanakan peraturan
perundangundangan yang berlaku, dan perusahaan dapat memberikan teknologi baru.
Sesuai dengan pendapat yang telah dikemukakan diatas, maka dapat disimpulkan
bahwa lingkungan kerja adalah komponen-komponen yang merujuk pada lembaga atau
kekuatan yang berinteraksi langsung maupun tidak langsung menurut pola tertentu
mengenai organisasi atau perusahaan yang tidak akan lepas dari pada lingkungan dimana
organisasi atau peruasahaan itu berada.
Dari uraian di atas, kita dapat mengetahui betapa besar pengaruh lingkungan kerja
terhadap pegawai ataupun karyawan dalam melaksanakan pekerjaan atau tugas-
tugasnya karena lingkungan kerja adalah lingkungan yang erat dan langsung
mempengaruhi diri kita dan merupakan kenyataan yang pertama dijumpai oleh pegawai
atau karyawan. Dengan lingkungan kerja yang bersih, tenang, nyaman pegawai ataupun
karyawan akan merasa legah dan betah dalam melaksanakan pekerjaan dan akan
menyenangi tempat dimana dia bekerja.
Menurut Robbins (2017) lingkungan kerja fisik juga merupakan faktor penyebab
stress kerja pegawai yang berpengaruh pada prestasi kerja. Faktor-faktor yang
mempengaruhi lingkungan kerja fisik adalah:
1. Suhu
Suatu variable dimana terdapat perbedaan individual yang besar. Memaksimalkan
produktivitas adalah penting bahwa pegawai bekerja di suatu lingkungan dimana suhu
diatur sehingga berada di antara rentang kerja yang dapat diterima setiap individu.
2. Kebisingan
Bukti tentang suara menunjukan bahwa suara-suara yang konstan dapat diramalkan tidak
menyebabkan penurunan prestasi kerja sebaliknya efek dari suara-suara yang tidak dapat
diramalkan memberikan pengaruh negatif dan gangguan konsentrasi pegawai.
3. Penerangan
Bekerja dengan ruang yang gelap akan menyebabkan ketegangan mata. Intensitas cahaya
yang bagus tentu akan membantu pegawai dalam melakukan aktivitas kerjanya.
4. Mutu uadara
Fakta yang tidak bisa diabaikan jika menghirup udara yang tercemar membawa efek yang
merugikan pada Kesehatan pribadi. Udara yang tercemar dapat menggangu kesehatan
karyawan. Udara yang tercemar di lingkungan kerja dapat menyebabkan sakit kepala,
mata perih, kelelahan, dan depresi.
1. Suasana kerja
Suasana kerja adalah kondisi yang ada disekitar karyawan yang sedang melakukan
pekerjaan yang dapat mempengaruhi pelaksanaan pekerjaan itu sendiri. Suasana kerja
ini akan meliputi tempat kerja, fasilitas dan alat bantu pekerjaan, kebersihan,
pencahayaan, ketenangan termasuk juga hubungan kerja antara orangorang yang ada
ditempat tersebut (Saydam, 1996:381).
2. Hubungan dengan rekan kerja
Hubungan dengan rekan kerja yaitu hubungan dengan rekan kerja harmonis dan tanpa
ada saling intrik diantara sesama rekan sekerja. Salah satu faktor yang dapat
mempengaruhi karyawan tetap tinggal dalam satu organisasi adalah adanya hubungan
yang harmonis diantara rekan kerja. Hubungan yang harmonis dan kekeluargaan
merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja karyawan.
3. Tersedianya fasilitas kerja
Hal ini dimaksudkan bahwa peralatan yang digunakan untuk mendukung kelancaran
kerja lengkap/mutakhir. Tersedianya fasilitas kerja yang lengkap, walaupun tidak baru
merupakan salah satu penunjang proses dalam bekerja.
Komponen dari lingkungan kerja juga dinyatakan oleh dan Brand (2005, p. 324),
lingkungan kerja secara umum berbagai hal yang berhubungan dengan karyawan di tempat
kerja yang mencakup: kebisingan (noise), pencahayaan (lighting), temperatur (temperature),
dan berbagai komponen fasilitas fisik lainnya yang mempengaruhi sikap, perilaku, kepuasan,
dan kinerja karyawan.Komponen lingkungan kerja dalam pendapat tersebut juga bisa
dikelompokkan sebagai lingkungan kerja fisik dan lingkungan kerja non fisik.
Menurut Noah dan Steve (2012, p. 37), lingkungan kerja terdiri dari tiga komponen
utama, yaitu: lingkungan teknologi, lingkungan manusia, dan lingkungan organisasional.
Penjelasan dari tiap komponen lingkungan kerja tersebut adalah sebagai berikut:
a. Lingkungan teknologi
Lingkungan teknologi meliputi: peralatan, infrastruktur teknologi di tempat kerja, dan
elemen fisik lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan yang ditangani oleh
karyawan.
b. Lingkungan manusia
Lingkungan kerja manusia meliputi: teman kerja, tim kerja, kepemimpinan, manajemen,
maupun interaksi yang terjalin antara karyawan dan orang-orang di tempat kerja.
c. Lingkungan organisasional
Lingkungan organisasional meliputi: sistem, prosedur, praktik, value (nilai organisasi),
maupun filosofi manajemen dalam perusahaan.
Secara umum dapat dikatakan bahwa beban kerja semakin tinggi maka kinerja
semakin rendah, sebaliknya beban kerja semakin rendah maka kinerja semakin meningkat.
Beban kerja sangat mempengaruhi kinerja karyawan, karena apabila beban kerja yang
diterima semakin tinggi maka hal tersebut dapat membuat kinerja karyawan kurang optimal
atau bahkan semakin menurun. Akibat beban kerja yang terlalu berat atau kemampuan fisik
yang terlalu lemah dapat mengakibatkan seorang pegawai menderita gangguan atau
penyakit akibat kerja. Pada dasarnya beban kerja merupakan salah satu unsur yang harus
diperhatikan bagi seorang tenaga kerja untuk mendapatkan keserasian dan produktivitas
kerja yang tinggi selain unsur beban tambahan akibat lingkungan kerja dan kapasitas kerja
(Sudiharto, 2010). Dalam penelitian yang dilakukan oleh Syardiansyah & Maulana
Rahman, 2022, Paparang et al., 2020, Nainggolan, n.d., Wati & Parmita, 2022, dan Yunanda
& Indriati,2022 mengemukakan bahwa beban kerja berpengaruh positif terhadap kinerja
karyawan.
Lingkungan kerja sebagai salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kinerja
karyawan juga harus diperhatikan oleh perusahaan. Hal ini dikarenakan kondisi lingkungan
kerja yang baik akan memberikan motivasi kerja bagi para karyawan dalam menyelesaikan
beban tugasnya. Musriha (2011), bahwa lingkungan kerja memiliki dampak positif terhadap
kinerja karyawan. Lingkungan kerja yang nyaman menyebabkan tingkat konsentrasi
karyawan dalam bekerja meningkat, dan kondisi tersebut menyebabkan tingkat
produktivitas kerja karyawan meningkat. Dalam penelitian yang dilakukan oleh Yulius rt
al., 2020, Notty, 2021, Nainggolan,n.d., Wati & Parmita ,2022, dan Deni & Heliyani,2020,
mengemukakan bahwa lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kinerja karyawan.
2.6.4 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara yang kebenaranya masih harus diuji, atau
rangkuman kesimpulan teoritis yang diperoleh dari tinjauan pustaka. Hipotesis juga
merupakan proposisi yang akan diuji keberlakuanya atau merupakan suatu jawaban
sementara atas pertanyaan penelitian (Nanang Martono,2011). Disini kesimpulan
sementaranya adalah:
Berdasarkan landasan teori tersebut diatas, maka dapat diajukan model kerangka
pemikiran seperti pada Gambar 2.1 dibawah ini:
Gambar 2.1
Beban Kerja
(X1)
H1
(X2) (Y)
Lingkungan Kerja
H3
(X3)
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif, karena
berfokus pada pengujian hipotesis dan penggunaan data terukur dan alat analisis statistik.
Dalam pendekatan penelitian memerlukan pengukuran yang cermat terhadap variabel -
variabel dari objek yang diteliti. Menurut Sugiono (2016) metode penelitian kuantitatif dapat
diartikan sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya
dilakukan secara random, pengumpulan data dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah
ditetapkan.
Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah beban kerja, kompensasi, lingkungan
kerja, dan variabel terikat (Y) adalah kinerja karyawan. Skala pengukuran yang digunakan
untuk mengoperasionalkan variabel bebas (X) dan terikat (Y) adalah likert skala dengan 5
(lima) tingkat skala sebagai berikut: Sangat setuju (Skor 5), Setuju (Skor 4), Cukup (Skor 3),
Tidak setuju (Skor 2), Sangat tidak setuju (Skor 1 ).
3.2.1 Populasi
Menurut Sugiyono ( 2016 ) populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas:
obyek/subyek, yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang di tetapkan oleh
peneliti untuk mempelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi juga bukan
sekedar jumlah yang ada pada obyek atau subyek yang dipelajari, tetapi meliputi seluruh
karakteristik yang dimiliki oleh subyek atau obyek itu. Populasi yang akan diteliti dalam
penelitian ini adalah PT. Temprina Media Grafika Kabupaten Semarang.
3.2.2 Sampel
Sugiyono ( 2016) sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki
oleh populasi tersebut. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari
semua yang ada pada populasi, misalnya karena keterbatasan dana, tenaga, waktu maka
peneliti dapat menggunakan sampel yang diambil dari populasi itu. Sampel dalam
penelitian ini adalah Karyawan PT. Temprina Media Grafika Kabupaten Semarang. Apa
yang dipelajari dari sampel itu, kesimpulannya akan dapat diberlakukan untuk populasi.
Untuk itu sampel yang diambil dari populasi harus betul-betul representative (mewakili).
Populasi responden PT. Temprina Media Grafika berjumlah 250 pegawai, maka sampel
yang kita ambil sebagai penelitian jika menggunakan rumus Slovin dengan tingkat
kepercayaan 95%, dan tingkat error 5% adalah:
e2 = (5%)100 = 0,05
250
N = 1 + (250 x 0,052)
= 250/1,625
Berdasarkan hail perhitungan dengan rums Slovin, maka jumlah sampel ditetapkan 159
pegawai. Adapun penarikan sampel dilakukan secaraacak ( Simpel random sampling).
Penelitian ini menggunakan empat variabel, yaitu Beban Kerja (X1), Kompensasi (X2) dan
Lingkungan Kerja (X3) sebagai variabel independen serta Kinerja Karyawan (Y) sebagai
variabel dependen. Secara operasional keempat variabel tersebut dapat dijelaskan sebagai
berikut:
Skala
No Variabel Definisi Operasional Indikator Variabel
Likert
1 Beban Kerja (X1) Beban kerja adalah 1. Perbaikan yang terus menerus Likert
tugas-tugas yang dalam bekerja
diberikan pada tenaga 2. Peningkatan mutu hasil
kerja atau karyawan pekerjaan
untuk diselesaikan 3. Sikap terhadap pegawai
pada waktu tertentu 4. Pemahaman substansi dasar
dengan menggunakan tentang bekerja
keterampilan dan 5. Etos kerja
potensi dari tenaga 6. Perilaku ketika bekerja
kerja. 7. Menyelesaikan tugas yang
Budiasa (2021:30) menantang
8. kondisi fisik tempat bekerja,
dan sikap terhadap waktu
Murti (2013)
2 Kompensasi Kompensasi adalah 1. Tunjangan Likert
segala sesuatu yang 2. Insentif
diterima para karyawan a. Piecework
sebagai balas jasa b. Production Bonus
untuk kerja mereka, c. Commissions
kompensasi penting d. Maturity Curves
bagi karyawan karena e. Merit Raises
besarnya kompensasi f. Non Maturity Incentives
mencerminkan ukuran g. Executive Incentives
nilai karya mereka h. International Incentives
3. Penghargaan
diantara para karyawan a. Penghargaan Ekstrinsik
itu sendiri. b. Penghargaan Intrinsik
T. Hani Handoko Dharmawan (2011)
(2008:155)
3 Lingkungan Kerja Lingkungan kerja 1. Suasana kerja Likert
adalah lingkungan 2. Hubungan dengan rekan kerja
dimana pegawai 3. Tersedianya fasilitas kerja
melakukan Nitisemito (1992:159)
pekerjaannya sehari-
hari. 1. Penerangan/ cahaya di tempat
Siagian (2014:56) kerja
2. Sikulasi udara ditempat kerja
3. Kebisingan di tempat kerja
4. Bau tidak sedap di tempat
kerja
5. Keamanan di tempat kerja
Sedarmayanti (2009:28)
4 Kinerja Karyawan Kinerja karyawan 1. Kualitas kerja Likert
adalah suatu hasil yang 2. Kuantitas
dicapai seseorang 3. Ketepatan waktu
dalam melaksanakan 4. Efektifitas
tugas-tugas yang 5. Kemandirian
diberikan kepadanya Robbins (2016:260)
yang didasar atas
kecakapan,
pengalaman dan
kesanggupan serta
waktu.
Supriyono (2010:281)
3.4 Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan dalam penilitian ini adalah kuisioner atau angket. Kuisioner yaitu
metode pengumpulan data dengan menyebarakan kuisioner ( daftar pertanyaan) kepada
responden yang dijadikan sampel untuk mendapatkan data yang diperlukan yang akan
digunakan untuk menjawab permasalahan yang diangkat. Skala yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Skala Likert. Menurut Siregar ( 2013), skala Likert adalah skala yang
dapat digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang tentang suatu obyek
atau fenomena tertentu. Pernyataan dalam kuisioner dibuat menggunakan skala 1-5 untuk
mewakili pendapat responden.
Penyebaran kuisoner dilakukan melalui email atau media sosial yang ditujukan kepada
seluruh Karyawan PT. Temprina Media Grafika Semarang.
a. Mengadakan studi pustaka dengan membaca beberapa acuan pustaka mengenai beban
kerja, kompensasi dan lingkungan kerja serta buku, arsip dandokumen- dokumen.
b. Melakukan penelitian atau pengambilan sampel yang dilakukan secara online dengan
menyebarkan kuisioner kepada responden. Pengumpulan data-data yang tela didapat dari
hasil penelitian.
c. Menghitung pengaruh beban kerja, kompensasi, dan lingkungan kerja terhadap kinerja
karyawan PT. Temprina Media Grafika
d. Menggunakan metode proyeksi yang dipakai yaitu metode proyeksi dengan regresi linier
sederhana
e. Melakukakan pembahasan dari keterangan di atas, sehingga didapatkann hasil akhir untuk
dijadikan kesimpulan dalam penelitian.
b. Uji Reliabilitas
Reliabilitas adalah alat untuk mengukur suatu kuesioner yang merupakan
indikator dari perubahan atau kontruk. Suatu kuesioner dinyatakan reliable atau
handal jika jawaban seseorang terhadap pernyataan adalah konsisten atau stabil dari
waktu ke waktu (Ghozali 2009).
Menurut Sugiyono (2014) pengertian reliabilitas dalam penelitian kuantitatif
sangat berbeda dengan reabilitas dalam kualitatif. Hal ini terjadi karena terdapat
perbedaan paradigma dalam melihat realitas. Menurut penelitian kualitatif, suatu
realitas itu bersifat majemuk atau ganda, dinamis atau selalu berubah, sehingga tidak
ada yangkonsisten, dan berulang seperti semula.
Y'=a+bX
Keterangan:
Y= subyek dalam variabel dependen yang diprediksi
a = harga Y ketika harga X= 0 (harga konstan)
b = angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun
penurunan variabel dependen yang didasarkan pada perubahan variabel independen.
Bila (+) arah garis naik, dan bila (-) maka arah garis turun.
X = subyek pada variabel independen yang mempunyai nilai tertentu.
b. Uji T
Uji T digunakan bila peneliti ingin mengevaluasi perbedaan antara efek
(Darmawan, 2013). Teknik analisis yang banyak digunakan adalah membandingkan
dua kelompok dan uji T akan mengindikasikan apakah perbedaan antara kedua
kelompok tersebut signifikan secara statistika.
c. Koefisien Determinasi
Koefisien determinasi (R) pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan
model dalam menerangkan variasi variabel dependen. Semakin besar nilai R, maka
semakin tepat model regresi yang dipakai sebagai alat permainan karena total variasi
dapat menjelaskan variabel tidak bebas (Imam Ghozali: 2009). Uji korelasi
digunakan untuk mengetahui penjelasan tentang interprestasi koefisien kolerasi:
0.0 - 0.199 = Sangat Rendah
0.20 - 0.399 = Rendah
0.40 - 0.599 = Sedang
0.60 - 0.799 = Kuat
0.80 - 1.000 = Sangat Kuat