Anda di halaman 1dari 4

Membedah Modal Sosial (Social Kapital) kelompok Jemaah Islamiyah melalui metode Analisa Jejaring

Sosial.

Pada kesempatan ini kita akan coba membedah jejaring sosial sebuah kelompok dengan melakukan
analisis sel Jemaah Islamiyah yang bertanggung jawab atas bom Bali tahun 2002. Data lengkapnya
bisa dilihat dalam Koschade, Stuart. 2006. A Social Network Analysis of Jemaah Islamiyah: The
Applications to Counterterrorism and Intelligence . Studies in Conflict and Terrorism. Vol. 29 Issue 6,
pp. 559 – 575.

Sebelum membedah lebih lanjut kita akan bedah dalam dua tingkatan yaitu analisa kekuatan inividu
di dalam kelompok yakni : Derajat (degree), Kedekatan (closeness) , dan antara(betweenness) serta
analisa pialang(brokerage) dan Ketertutupan (closure).

Kita mulai yang pertama dengan menganalisa kekuatan individu dalam jaringan apapun dapat
dipertimbangkan dalam tiga dimensi: Derajat, kedekatan dan antara.

Derajat adalah jumlah koneksi yang dimiliki dari satu titik (node) ke titik yang lain didalam suatu
jaringan; misalnya jumlah orang di keluarga Anda, atau di tim Anda di tempat kerja, atau jumlah
"teman" yang dilampirkan ke akun Facebook Anda. Untuk sebuah organisasi itu bisa menjadi jumlah
afiliasi penjualan atau mitra bisnis. Nilai derajat tinggi adalah potensi: potensi untuk terhubung dan
berinteraksi dengan sejumlah besar node lain dalam jaringan.

Kedekatan adalah ukuran seberapa mudah sebuah titik dapat terhubung dengan titk lainnya.
Misalnya Anda mungkin sangat dekat dengan tim Anda di tempat kerja karena mudah untuk
terhubung dengan mereka: Anda dapat menghubungi siapa saja kapan saja. Tetapi Anda mungkin
lebih jauh dari orang lain di perusahaan. Nilai kedekatan adalah kemudahan koneksi: Semakin
pendek jarak antara Anda dan node lain, semakin mudah bagi Anda untuk membuat koneksi saat
Anda membutuhkannya.

Keantaraan menunjukkan sejauh mana sebuah simpul membentuk jembatan atau hubungan kritis
antara simpul-simpul lainnya. Misalnya, banyak eksekutif dilindungi dari gangguan oleh asisten
eksekutif atau sekretaris yang bertindak sebagai penjaga gerbang (gate keeper), yang mengontrol
akses untuk pemanfaatan waktu dan perhatian eksekutif. Nilai antara adalah kekuatan yang Anda
miliki untuk memblokir atau memberikan akses kepada orang lain. Semakin banyak node yang
bergantung pada Anda untuk membuat koneksi untuk mereka, semakin besar nilai potensial Anda
kepada mereka dan dengan demikian semakin besar kekuatan Anda. Berikut hasil perhitungan yang
sudah di normalisasi.
Derajat Keterdekatan Keterantaraan
Muklas 0.5625 0.70 0.04
Amrozi 0.2500 0.55 0.01
Imron 0.5625 0.70 0.03
Samudra 0.9375 0.94 1.02
Dulmatin 0.5625 0.70 0.03
Idris 0.6250 0.73 0.10
Mubarok 0.1875 0.53 0.00
Azhari 0.5625 0.70 0.03
Ghoni 0.5625 0.70 0.03
Amasan 0.3125 0.57 0.00
Rauf 0.3125 0.57 0.00
Octavia 0.3125 0.57 0.00
Hidayat 0.3125 0.57 0.00
Junaedi 0.3125 0.57 0.00
Patek 0.5625 0.70 0.03
Feri 0.3750 0.48 0.00
Sarijo 0.5625 0.70 0.03

Dan bagan atau gambaran jejaring sosial yang terjadi adalah :

Tampak dari nilai derajat, keterdekatan dan keantaraan, Samudra nilainya dominan, dan pada bagan
Samudra menjadi tokoh sentral jejaring ini. Bandingkan dengan nilai Amrozi dan Mubarok yang
tidak menonjol sebagai figur dalam kelompok ini. Kesimpulan untuk potensi keterhubungan,
kemudahan hubungan dan kekuatan pemberian akses dan pengawasan berada di tangan Samudra
dan Idris untuk kelompok ini.

Analisa kita lanjutkan ketahap 2, pembedahan ditahap dua sesuai dengan anatomi sebuah jaringan
ada yang digagas oleh Ron Burt yang teridentifikasi dua jenis kegiatan yang menciptakan nilai dalam
jaringan sosial: Pialang(Brokerage) dan Ketertutupan.
Pialang adalah berbicara tentang membangun jembatan dan hubungan antar klaster. Pialang berada
dalam posisi untuk melihat perbedaan antar kelompok, untuk melakukan pertukaran ide, dan untuk
mengembangkan perbedaan yang terjadi menjadi ide dan peluang baru untuk inovasi.

Ketertutupan adalah tentang mengembangkan ikatan yang kuat: membangun keselarasan,


kepercayaan, reputasi, dan komunitas di dalam klasternya. Pembangun kepercayaan berada dalam
posisi untuk memahami hubungan mendalam yang mengikat orang-orang yang secara bersama-
sama dan memberi mereka identitas dan tujuan yang sama dalam kelompoknya

Kedua jenis aktivitas ini, menjembatani dan membangun kepercayaan, menunjukkan dua cara yang
sangat berbeda bahwa orang dan organisasi dapat membawa nilai ke jaringan sosialnya:
Menjembatani mengarah pada inovasi dan pembangunan kepercayaan mengarah pada kinerja
kelompok. Nilai yang berasal dari kegiatan tersebut dikenal sebagai modal sosial atau Sosial Kapital.
Seperti setiap bentuk modal lainnya, modal sosial mewakili nilai yang tersimpan — dalam hal ini,
nilai hubungan — yang dapat diterjemahkan ke dalam manfaat yang berarti dan nyata ke depannya.

Betw bridging constraint eff_size efficiency


Muklas 0.04 0.0022 0.3309 2.33 0.15
Amrozi 0.01 0.0026 0.4626 1.50 0.09
Imron 0.03 0.0022 0.3630 1.67 0.10
Samudra 1.02 0.0060 0.2141 9.40 0.59
Dulmatin 0.03 0.0022 0.3630 1.67 0.10
Idris 0.10 0.0021 0.3093 3.60 0.22
Mubarok 0.00 0.0029 0.5527 1.00 0.06
Azhari 0.03 0.0022 0.3630 1.67 0.10
Ghoni 0.03 0.0022 0.3630 1.67 0.10
Amasan 0.00 0.0031 0.5826 1.00 0.06
Rauf 0.00 0.0031 0.5826 1.00 0.06
Octavia 0.00 0.0031 0.5826 1.00 0.06
Hidayat 0.00 0.0031 0.5826 1.00 0.06
Junaedi 0.00 0.0031 0.5826 1.00 0.06
Patek 0.03 0.0022 0.3630 1.67 0.10
Feri 0.00 0.0018 0.4033 1.00 0.06
Sarijo 0.03 0.0022 0.3630 1.67 0.10

Nilai Modal Sosial (Social Kapital) tertinggi diraih oleh Samudra, dan Idris dimana menurut teori yang
dikembangkan oleh Ron Burt,

Jembatan atau Bridging adalah ukuran lubang structural (structural holes) yang sederhana dan
intuitif dalam sebuah jaringan. Jembatan didefinisikan sebagai hubungan antara dua individu jika
tidak ada hubungan tidak langsung antara mereka melalui kontak yang timbal balik. Angka ini
menginidkasikan potensi untuk hubungan pialang. Samudra memiliki potensi yang tinggi, disusul
oleh Amasan, Rauf, Octavia, Hidayat dan Junaedi akan tetapi ke empat ini memiliki betweenes yang
rendah sehingga menjadikan mereka lemah jika diangkat dalam posisi pialang.

Individu yang memiliki constraint atau hambatan yang terendah adalah Samudra dan Idris, dimana
mereka memiliki waktu dan energi terkonsentrasi dalam satu cluster. Ini terdiri dari dua komponen:
langsung, ketika kontak menghabiskan sebagian besar waktu dan energi jaringan, dan tidak
langsung, ketika kontak mengontrol individu lain, yang menghabiskan sebagian besar waktu dan
energi jaringan, semakin singkat waktunya maka constraintnya semakin rendah, hal ini akan
mempengaruhi efektifitas dan efisiensi dalam mengembangkan kelompoknya, dalam hal ini Samudra
dan Idris adalah yang memiliki nilai yang tinggi.
Kesimpulan : dari sisi nilai modal sosial (social capital), dan ukuran terpusat yang mengukur kekuatan
individu dalam jejaring kelompok (closure) dan keterhubungan (Brokerage), tokoh Samudra dan Idris
menjadi tokoh sentral pada kelompok ini.

Rekomendasi : Menjadi menarik ketika metode ini diterapkan dalam mengembangkan bisnis di
ranah psikologi Industri dan organisasi, dimana struktur organisasi yang bersifat hirarki dan rigid
akan dilengkapi dengan sistem jaringan sosial, sehingga dalam mempelajari organisasi dikenal
dengan hybrid system seperti yang dikenalkan oleh Kotter dalam bukunya XL8, dan untuk perubahan
perilaku dalam organisasi Kotter lebih menekankan peranan sistem jaringan sosial yang berpengaruh
ketimbang sistem yang hirarki. Ron Burt menggambarkan dalam sebuah grafik pengaruh network
constraint dan modal sosial terhadap kinerja dengan grafik ini.

Anda mungkin juga menyukai