Anda di halaman 1dari 3

Menjadi Guru, Pendidik dan Pelatih yang cerdas di era Digital

Memanfaatkan Kekuatan Kecerdasan Buatan: Menggunakan Chatbot dan Generative AI dalam


Pendidikan

Workshop interaktif ini terdiri dari dua bagian dan bertujuan untuk memberdayakan pendidik,
guru dan pelatih agar dapat memahami dan memanfaatkan teknologi chatbot dan generative AI
dalam meningkatkan efektifitas peran mereka. Peserta akan diajak untuk berpetualang
menjelajahi teknik inovatif untuk meningkatkan produktivitas, mendukung pembelajaran yang
berbeda, menyederhanakan perencanaan pelajaran, dan mengkurasi sumber daya berkualitas
tinggi dengan bantuan alat AI seperti ChatGPT, Bings dan Bard.

Sesi ini ditujukan bagi pendidik pendidik, guru dan pelatih yang bekerja langsung dengan siswa,
mendukung guru dalam peran belajar mengajar atau administratif, atau ingin lebih memahami
potensi penggunaan kecerdasan buatan dalam dunia pendidikan. Bergabunglah dengan kami
saat kami mengungkapkan potensi kecerdasan buatan yang luar biasa untuk mengubah
lanskap pendidikan dan mendorong keberhasilan siswa.

Siapa yang harus hadir?

Kepala Sekolah
Guru Bidang studi
Penilik sekolah
Kepala Departemen

Tingkatan sekolah;
Mencakup sekolah dasar, menengah pertama dan atas, perguruan tinggi.

Narasumber:

Heru Wiryanto adalah seorang psikolog kecerdasan buatan dan Ilmuwan data di bidang
pengelolaan sumber daya manusia, anggota fakultas di beberapa corporate university dan pusat
pelatihan, dan pendiri psikoupdate. Sebagai seorang Trainer dan fasililator beberapa workshop,
dia menggunakan alat dengan teknologi digital yang termuktahir untuk menciptakan
pengalaman belajar yang menarik dan berbeda untuk memenuhi kebutuhan unik siswa atau
pesertanya. Beliau telah memimpin lokakarya dan webinar serta menyampaikan presentasi
utama kepada guru, pelatih instruksional, administrator, dan penggemar teknologi dalam
berbagai konferensi.
Pro dan Kontra : Pembatasan pada penggunaan generative AI seperti ChatGPT, Bing dan Bard di
sekolah: Adakah nilainya?

Saat ini, kita hidup di era teknologi yang semakin maju dan canggih. Alat-alat pintar dan
kecerdasan buatan semakin merasuki kehidupan sehari-hari kita. Salah satu bentuk kecerdasan
buatan yang semakin populer adalah kecerdasan buatan yang generatif seperti ChatGPT, Bing
dan Bard yang merupakan sebuah program yang mampu berkomunikasi seperti manusia.
Banyak orang menggunakan aplikasi ini untuk berbagai keperluan, termasuk untuk membantu
dalam pembelajaran di sekolah.

Namun, muncul pertanyaan: apakah melarang, memblokir penggunaan aplikasi ChatGPT di


sekolah adalah kegiatan yang tidak berarti? Mengapa kita tidak sebaliknya untuk
memanfaatkannya sebaik mungkin?

Ada pendapat yang menganggap membatasi penggunaan ChatGPT, Bing dan Bard di sekolah
adalah sebuah tindakan yang tidak tepat. Mereka berargumen bahwa dengan menggunakan
ChatGPT, siswa dapat dengan mudah mendapatkan informasi yang dibutuhkan dengan cepat.
Selain itu, ChatGPT dapat membantu siswa dalam memahami materi pelajaran dengan cara
yang lebih menarik dan interaktif. Dalam dunia yang terus berkembang, di mana teknologi telah
menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan kita, mengintegrasikan aplikasi ini di dalam
proses pembelajaran dapat memberikan keuntungan yang besar.

Namun demikian, pendapat ini tidaklah sepenuhnya benar. Memang benar bahwa ChatGPT
dapat memberikan akses cepat terhadap informasi, tetapi apakah kita melupakan pentingnya
proses belajar itu sendiri? Apakah hanya tentang mencari jawaban tanpa usaha dan
pemahaman yang sebenarnya?

Penting untuk diingat bahwa pembelajaran adalah tentang proses dan pengembangan
keterampilan berpikir yang kritis. Mengandalkan ChatGPT untuk semua jawaban akan
mengurangi kemampuan siswa untuk berpikir secara mandiri dan mengeksplorasi ide-ide baru.
Keterampilan seperti analisis, sintesis, dan evaluasi akan menjadi kurang berkembang jika kita
terlalu bergantung pada kecerdasan buatan.

Lebih baik kita memberdayakan ChatGPT, Bing dan Bard sebagai alat bantu, bukan sebagai
pengganti pengajaran yang ada. Guru tetap harus memainkan peran penting dalam
pembelajaran, dan siswa harus diberi kesempatan untuk berpikir secara kritis, berdiskusi, dan
bekerja sama dalam mengatasi tantangan yang kompleks. Melalui interaksi dengan guru dan
teman sekelas, siswa akan dapat mengasah keterampilan sosial dan kolaboratif yang tidak dapat
diberikan oleh aplikasi aplikasi tersebut.

Dapat disimpulkan bahwasanya, membatasi penggunaan ChatGPT di sekolah bukanlah kegiatan


yang tidak berarti. Sebaliknya, ini adalah langkah penting untuk memastikan bahwa siswa tetap
terlibat dalam proses belajar yang sebenarnya. Dengan memanfaatkan ChatGPT sebagai alat
bantu, siswa akan dapat mengembangkan keterampilan berpikir yang kritis, berkolaborasi
dengan baik, dan menjadi individu yang lebih mandiri.

Mau lebih jauh berdiskusi, tanya jawab secara interaktif dengan narasumber yang kompeten,
nantikan workshop Menjadi Guru, Pendidik dan Pelatih yang cerdas di era Digital:
Memanfaatkan Kekuatan Kecerdasan Buatan: Menggunakan Chatbot dan Generative AI dalam
Pendidikan. Tanggal 5 Agustus 2023.

Anda mungkin juga menyukai