Anda di halaman 1dari 14

LAPORAN PENDAHULUAN

BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)


DI RUANG PERINATAL LEVEL 2
RSUD RAA SOEWONDO PATI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Individu Profesi Ners Stase Anak

DISUSUN OLEH :
SRI ASTUTIK, S.Kep
NIM : N520184151

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)

A. Pengertian

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram. (Mansjoer, 2014).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram atau 2,5 kg (Wiknjosastro, 2009).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir 2500
gram atau kurang, tanpa memperhatikan lama kehamilan ibunya (Manuaba, 2010).
Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan yang dikutip oleh
Wiknjosastro (2009) yaitu sebagai berikut :
1. Bayi kurang bulan (prematur) : bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu atau
< 259 hari.
2. Bayi cukup bulan : bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 - 42 minggu atau 259 -
293 hari.
3. Bayi lebih bulan : bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu atau > 293 hari.

B. Etiologi

Faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR yang dikutip oleh Wiknjosastro (2009)
yaitu :
1. Faktor ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang.
b. Umur kurang dari 20 tahun atau di atas 30 tahun, multiparitas
c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
d. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok),
ginjal kronik, pyelonephiritis
e. Peregangan uterus yang tidak normal (Hidramnion, hamil kembar)
f. Adanya komplikasi hamil : pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini dan
perdarahan ante partum.
2. Faktor plasenta
Insufisiensi plasenta, plasenta previa, solusio plasenta
3. Faktor bayi
a. Infeksi
b. Kelainan bawaan

1
C. Manifestasi Klinis
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan
lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat, gerakan janin
lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat tidak sesuai menurut yang seharusnya.
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligihidromion atau hidramnion, hiperemesis
glavidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia atau perdarahan antepartum
(Mochtar, 2009).
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah :
tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak
ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat, abdomen cekung, jaringan
lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan warna kehijauan.
c. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
d. Vernik kaseosa ada, jaringan lembek bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak
mudah begerak, muka seperti boneka (doll – like) abdomen buncit, tali pusat
tebal dan segar, manangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, merah,
transparan.
e. Bayi small, for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin.
f. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, karena itu
sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi
dan sebagainya (Mochtar, 2009).

D. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan
yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “Primary gasping” yang kemudian
akan berlanjut dengan pernafasan (Wiknjosastro, 2009).
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan
persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi
ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi
dimulai dengan suatu periode apnea (Primary apnea) disertai dengan penurunan frekuensi
jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian
2
diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak
dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnea kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini
ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran
gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh
bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang, asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya
akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya
hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya
asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung
sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat
akan menyebabkan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke
paru dan ke sistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel
otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya
(Manuaba, 2010).

E. Pathway
Faktor ibu Faktor
3 bayi Faktor plasenta
Umur kehamilan < 37 minggu

Kelahiran prematur

BBLR pada bayi

Sistem System saraf Nervus Sistem Imaturitas


Kardiovaskuler pusat glascopharingeal Respiratory Sistem
Imunitas
vasopresor
Pengatur suhu Imaturitas otot-otot
Reflek pernapasan, Daya tahan
tubuh pada menghisap dan tubuh lemah
hipotalamus kurangnya
Aliran darah menelan lemah surfaktan
turun
Imaturitas pusat
Ekpansi paru  Resti
regulasi tubuh
Gangguan Infeksi
Perfusi jaringan Pola Penumpukan
turun Makan
Termoregulasi/pusa sekret
t pengaturan suhu
tidak mampu
Nadi, tekanan mempertahankan
Bersihan Jalan
darah turun panas tubuh
Nafas Tidak Efektif

Sianosis Hipotermia

Sumber : Wiknjosastro (2009), (Manuaba, 2010)

F. Pemeriksaan Penunjang

4
Pemeriksaan penunjang pada bayi dengan BBLR menurut Saifudin (2008) yaitu
sebagai berikut :
1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, 
hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2. Hematokrit (Ht) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl ( kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan ).
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
5. Destrosix : tetes glukosa pertama  selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi dengan asfiksia menurut Wiknjosastro (2009) adalah sebagai
berikut :
1. Penatalaksaan bayi prematur
a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, oleh
karena itu bayi prematuritas harus dirawat di  dalam  inkubator sehingga panas
badannya mendekati  dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam  inkubator maka suhu
bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat
badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas,
sehingga panas badannya dapat dipertahankan.
b. Makanan bayi premature
Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori
110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi
sekitar 3 jam  setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks
menghisap masih lemah,sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit,
tetapi frekwensi yang lebih  sering. ASI merupakan makanan  yang paling
utama,sehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan.

c. Menghindari infeksi

5
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehinggatidak terjadi persalinan prematuritas ( BBLR).
Dengan demikian perawatan dan pengawasan  bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
2. Penatalaksanaan dismaturitas
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan  perkembangan janin intra uterina serta menemukan
gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi.
b. Memeriksa kadar gula darah ( true  glukose ) dengan dextrostix atau laboratorium
kalau hipoglikemia perlu diatasi.
c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori.
e. Melakukan tracheal-washing  pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium.
f. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan  dan bila frekwensi lebih dari
60x/menit dibuat foto thorax.

H. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Manuaba (2010) yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi).
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki.
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara
residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang
berikutnya.
4. Asfiksia neonatorum
5. Hiperbilirubinemia : bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini
mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.

I. Proses/Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, tidur sehari rata-rata 20 jam.
Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis,
bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
b. Riwayat kehamilan
1) Mulai HPHT – umur kehamilan < 37 minggu
6
2) Ibu menderita : hipertensi (toksemia gravidarum), kelainan jantung, DM,
penyakit menular
3) Riwayat obstetric kurang baik
4) Kehamilan multigravida dengan jarak kelahiran < 2 tahun
5) Umur ibu < 20 tahun dan < 35 tahun
6) Nutrisi ibu kurang
7) Pemeriksaan/pengawasan antenatal tidak teratur
c. Penentuan usia kehamilan
Usia kehamilan < 37 minggu, dengan pemeriksaan:
1) Kepala relative lebih besar dari pada badan
2) Kulit tipis transparan, lanugo dan verniks caseosa banyak, lemak subkutan
kurang
3) Oksifikasi tengkorak sedikit, ubun – ubun dan sutura lebar
4) Tulang rawan dan daun telinga belum matur sehingga kurang elastis
5) Gusi : makroglosia
6) Jaringan mamae belum sempurna, demikian pula putting susu belum terbentuk
dengan baik
7) Posisi masih posisi fetal (dekubitus lateral)
8) Lipatan bawah kaki lebih sedikit
9) Pergerakan kurang dan masih lemah (tonus otot kurang)
10) Desensus testikulorum (bayi laki-laki)
11) Klitoris dan labia minora belum tertutup labia mayora (bayi perempuan)
d. Pemeriksaan fisik
1) Antropometri: Berat badan < 2500 gr, panjang badan < 45 cm, lingkar dada <
30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
2) Suhu
Suhu tubuh bayi hipotermi.
Penyebabnya adalah :
a) Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.
b) Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat
terjadinya perubahan suhu.
c) Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.
e. Neurosensori Pemeriksaan Refleks
1) Tubuh panjang, kurus, lemah dengan perut agak gendur
2) Ukuran kepala besar dengan hubungannya dengan tubuh,sutura mungkin
mudah digerakkan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.
3) Edema kelopak mata umum terjadi, mungkin merapat (tergantung usia gestasi)

7
4) Refleks moro : komponen pertama dari refleks morro ekstensi lateral dari
ekstremitas atas dengan membuka tangan tampak pada gestasi minggu ke – 28,
komponen kedua fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar yang
tampak pada usia gestasi minggu ke 32.
5) Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara 24 – 37 minggu.
6) Refleks roting terjadi dengan baik pada gestasi 32 minggu, koordinasi refleks
untuk mengisap,menelan dan berfnafas biasanya terbentuk pada gestasi
minggu ke 32
7) Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputer
f. Sistem pernafasan
1) Frekuensi pernafasan bervariasi/ belum teratur terutama pada hari – hari
pertama,pernafasan diagfragmatik intermiten atau periodic ( 40 – 60x/m)
2) Sering terjadi apnue
3) Refleks batuk lemah
4) Mengorok, pernafasan cuping hidung,retraksi suprasternal atau substernal atau
berbagai derajat sianosis mungkin ada
5) Adanya bunyi “ampeles” pada auskultasi, menandakan Respirasi Distress
Syndrome (RDS)
g. Sirkulasi
1) Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang dapat berubah sesuai
perubahan posisi menjadi lebih nyata sesuadah 24 – 48 jam
2) Kulit tampak mengkilat dan licin
3) Pembuluh darah kulit banyak terlihat
h. Makanan / cairan
1) Refleks menelan masih lemah (kurang)
2) Refleks mengisap masih lemah
3) Kesulitan menyusui
i. Eliminasi
1) Urine Pada bayi 24 jam I < 15 – 20 cc, 26 hari < 200 cc ( fungsi pemekatan
urine lemah)
2) Mekonium ( + )
j. Integumen
Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak
jaringan sedikit (tipis).

2. Diagnosa Keperawatan

8
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas
otot-otot pernapasan, kurangnya surfaktan
b. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas pusat regulasi tubuh
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur
d. Gangguan pola makan bayi berhubungan dengan prematuritas
sistem pencernaan bayi
3. Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tujuan dan kriteria


No Intervensi (NIC)
Keperawatan hasil (NOC)
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas :
tidak efektif tindakan keperawatan 1. Buka jalan napas
berhubungan selama, diharapkan 2. Posisikan bayi untuk
dengan Imaturitas bersihan jalan nafas memaksimalkan ventilasi
otot-otot efektif dengan kriteria dan mengurangi dispnea
pernapasan, hasil : 3. Auskultasi suara napas, catat
kurangnya Status Respirasi : adanya suara tambahan
surfaktan
1. Pernapasan pasien 30- 4. Identifikasi bayi perlunya
60X/menit. pemasangan alat jalan napas

2. Pengembangan dada buatan

simetris. 5. Keluarkan sekret dengan

3. Irama pernapasan suction

teratur 6. Monitor respirasi dan ststus

4. Tidak ada retraksi oksigen bila memungkinkan

dada saat bernapas Monitor Respirasi :


5. Inspirasi dalam tidak 1. Monitor kecepatan, irama,
ditemukan kedalaman dan upaya
6. Saat bernapas tidak bernapas
memakai otot napas 2. Monitor pergerakan,
tambahan kesimetrisan dada, retraksi
7. Bernapas mudah tidak dada dan alat bantu
ada suara napas pernapasan
tambahan 3. Monitor adanya cuping
hidung
4. Monitor pada pernapasan:
bradipnea, takipnea,
hiperventilasi, respirasi
kusmaul, cheyne stokes,

9
apnea
5. Monitor adanya penggunaan
otot diafragma
6. Auskultasi suara napas, catat
area penurunan dan
ketidakadanya ventilasi dan
bunyi napas.
2. Hipotermi Setelah dilakukan 1. Pindahkan bayi dari
berhubungan tindakan keperawatan, lingkungan yang dingin ke
dengan imaturitas hipotermi teratasi dengan tempat yang hangat (di dalam
pusat regulasi tubuh kriteria hasil : incubator atau di bawah
Termoregulasi lampu sorot)
Neonatus: 2. Bila basah segera ganti
1. Suhu axila 36,5- pakaian bayi dengan yang
37,5˚C hangat dan kering, beri
2. RR : 30-60 X/menit selimut
3. Warna kulit merah 3. Monitor suhu bayi
muda 4. Monitor gejala hipotermi :
4. Tidak ada distress fatigue, lemah, apatis,
respirasi perubahan warna kulit.
5. Tidak menggigil 5. Monitor status pernapasan
6. Bayi tidak gelisah 6. Monitor intake/output
7. Bayi tidak letargi
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan Mengontrol Infeksi :
berhubungan tindakan keperawatan, 1. Bersihkan box / incubator
dengan respon imun bayi diharapkan terhindar setelah dipakai bayi lain
imatur dari tanda dan gejala 2. Pertahankan teknik isolasi
infeksi dengan kriteria bagi bayi ber-penyakit
hasil : menular
Status Imun : 3. Batasi pengunjung
1. RR : 30 - 60 x/menit 4. Instruksikan pada
          Irama napas teratur pengunjung untuk cuci
2. Suhu 36,5 - 37,5˚ C tangan sebelum dan sesudah
3. Integritas kulit baik berkunjung
4. Integritas mukosa baik 5. Gunakan sabun antimikroba
5. Leukosit dalam batas untuk cuci tangan
normal 6. Cuci tangan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan

10
keperawatan
7. Pakai sarung tangan dan baju
sebagai pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV perifer dan
line kontrol dan dressing
sesuai ketentuan
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Kolaborasi dengan dokter :
antibiotik bila perlu.
Mencegah Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Batasi pengunjung
3. Skrining pengunjung
terhadap penyakit menular
4. Pertahankan teknik aseptik
pada bayi beresiko
5. Bila perlu pertahankan
teknik isolasi
6. Beri perawatan kulit pada
area eritema
7. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, dan drainase
8. Dorong masukan nutrisi
yang cukup

11
4. Gangguan pola Setelah dilakukan Enteral Tube Feeding :
makan bayi tindakan keperawatan, 1. Pasang NGT / OGT
berhubungan kebutuhan nutrisi dalam 2. Monitor ketepatan insersi
dengan tubuh adekuat dengan NGT / OGT
prematuritas kriteria hasil : 3. Cek peristaltic usus
Status Nutrition : 4. Monitor terhadap muntah /
1. distensi abdomen
menghisap, menelan 5. Cek residu 4 - 6 jam sebelum
nutrisi yang masuk pemberian enteral
2. 6. Evaluasi BB bayi
3.

12
DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2009. Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial. Jakarta : Depkes RI.

Manuaba Ida Bagus Gde, DSOG. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arief. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Media
Aesculapius.

Mochtar Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta : EGC.

Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

Anda mungkin juga menyukai