Anda di halaman 1dari 33

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.

M
DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RUANG PERINATAL LEVEL 2
RSUD RAA SOEWONDO PATI

Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Profesi Ners Stase Anak

Disusun Oleh :

1 Agus Prayitno, S.Kep 8. Siti Nurkanah, S.Kep


2. Agus Suparjo, S.Kep 9. Siti Nuryati I, S.Kep
3. Dewi Larasati, S.Kep 10 Sri Astutik, S.Kep
.
4. Dini Purwanti, S.Kep 11 Sri Susanti, S.Kep
.
5. Dwi Rini H, S.Kep 12 Tatik, S.Kep
.
6. Dwi Sulistia, S.Kep 13 Wiwin Maryani, S.Kep
.
7. Endang Mujiati, S.Kep 14 Yusminah, S.Kep
.

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH KUDUS
2019

KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala

limpahan rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini

yang berjudul "ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.M DENGAN BERAT BADAN

LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATAL LEVEL 2 RSUD RAA SOEWONDO PATI ".

Makalah ini digunakan dalam rangka memenuhi tugas keperawatan Ners stase anak.

Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan

berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepada:

1. Direktur RSUD RAA Soewondo Pati, yang telah memberikan kesempatan kepada kami

praktek dan melakukan studi di ruang Perinatal.

2. Para pembimbing, baik dari lahan maupun dari institusi pendidikan yang selalu memberi

dorongan kepada penulis untuk pembuatan makalah ini.

3. Seluruh perawat di RSUD RAA Soewondo Pati.

4. Seluruh anggota kelompok yang selalu kompak.

5. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.

Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak

dan kami sangat bersyukur apabila makalah ini dapat dijadikan pedoman bagi pembaca.

Pati, Januari 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
A. Pengertian...........................................................................................3
B. Etiologi...............................................................................................3
C. Manifestasi Klinis..............................................................................4
D. Patofisiologi.......................................................................................4
E. Pathway..............................................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................7
G. Penatalaksanaan.................................................................................7
H. Komplikasi.........................................................................................8
I. Penatalaksanaan Keperawatan .........................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................15
A. Pengkajian..........................................................................................15
B. Analisa Data.......................................................................................21
C. Masalah Keperawatan ( Sesuai Diagnosa Prioritas )........................22
D. Rencana Asuhan Keperawatan...........................................................22
E. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan...................................................25
F. Evaluasi..............................................................................................28
BAB IV PENUTUP...............................................................................................30
A. Kesimpulan........................................................................................30
B. Saran...................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................31

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Angka kematian bayi terutama perinatal di Indonesia masih sangat tinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. Di Indonesia menurut Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2008, angka kematian bayi adalah 46/1000 kelahiran hidup
(Depkes RI, 2009).

Gambaran kematian perinatal tersebut disebabkan antara lain sebagai berikut :


Asfiksia Neonatorum 49 – 60%, infeksi 24 –34%, prematuritas / BBLR 15 – 20%, trauma
persalinan 2 – 7% dan cacat bawaan 1 – 3 % (Manuaba, 2010). Berdasarkan hal-hal diatas
maka di dalam rencana strategik nasional making pregency safer (MPS) di Indonesia 2001-
2020 disebutkan bahwa dalam kontek rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia
sehat 2010. Misi MPS adalah menurunkan kesakitan dan kematian maternal dan neonatal
melalui pemantapan sistem kesehatan untuk menjamin akses terhadap intervensi yang cost
effective berdasarkan bukti ilmiah yang berkualitas, memberdayakan wanita, keluarga dan
masyarakat melalui kegiatan yang mempromosikan kesehatan ibu dan bayi baru lahir, serta
menjamin agar kesehatan maternal dan neonatal dipromosikan dan dilestarikan sebagai
prioritas pembangunan nasional. Salah satu sasaran yang ditetapkan untuk tahun 2010
adalah menurunkan angka kematian maternal menjadi 125 per 100.000 kelahiran hidup dan
angka kematian neonatal menjadi 16 per 1000 kelahiran hidup (Saifuddin, 2008).
Penyebab kematian perinatal yang terjadi pada minggu pertama sampai satu bulan
pertama setelah lahir sebagai akibat dari kurangnya perawatan kehamilan dan pertolongan
persalinan yang tidak tepat. Angka kematian ini erat kaitannya dengan keadaan gizi ibu
sewaktu hamil dimana keadaan gizi ibu umumnya masih rendah dan hal ini akan
mengakibatkan bayi lahir dengan berat badan rendah. Bayi ini mempunyai tingkat kematian
perinatal 8 kali lebih besar dan bayi normal pada umur kehamilan yang sama (Mochtar,
2009).
Berat badan lahir rendah kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya,
karena itu sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi,
dsb. Pemberian makanan yang cukup sangat penting untuk pertumbuhan dan perkembangan
fisik, mental dan kecerdasan bayi terutama pada neonatus dengan BBLR, dampak
kekurangan makanan pada masa bayi akan diderita seumur hidup (Mochtar, 2009).
Berikut data yang diperoleh dari laporan persalinan di RSUD RAA Soewondo Pati
dengan berat badan lahir rendah di Bulan September 2018 sampai November 2018. Pada
Bulan September 2018 diperoleh 15 bayi baru lahir dengan BBLR, Bulan Oktober 2018

1
diperoleh 18 bayi baru lahir dengan BBLR dan Bulan November 2018 diperoleh 21 bayi
baru lahir dengan BBLR.
Dengan masih tingginya kasus bayi dengan berat badan lahir rendah di RSUD
RAA Soewondo Pati yang merupakan indikator kematian bayi maka penulis mengambil
kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. M Dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati”.

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan seminar kurang lebih 60 menit diharapkan mahasiswa dapat
melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi Ny. M dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di Ruang Perinatal Level 2 RSUD RAA Soewondo Pati.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui dan memahami tentang konsep dasar bayi dengan BBLR.
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada bayi dengan BBLR.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat untuk membuat rencana
tindakan pada bayi dengan BBLR.
d. Mampu menetapkan rencana dan tindakan keperawatan pada bayi dengan BBLR.
e. Mampu merumuskan evaluasi keperawatan pada bayi dengan BBLR.

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram. (Mansjoer, 2014).

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram atau 2,5 kg (Wiknjosastro, 2009).

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir 2500
gram atau kurang, tanpa memperhatikan lama kehamilan ibunya (Manuaba, 2010).

Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan yang dikutip oleh
Wiknjosastro (2009) yaitu sebagai berikut :

1. Bayi kurang bulan (prematur) : bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu atau
< 259 hari.
2. Bayi cukup bulan : bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 - 42 minggu atau 259 -
293 hari.
3. Bayi lebih bulan : bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu atau > 293 hari.

B. Etiologi

Faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR yang dikutip oleh Wiknjosastro (2009)
yaitu :

1. Faktor ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang.
b. Umur kurang dari 20 tahun atau di atas 30 tahun, multiparitas
c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
d. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok),
ginjal kronik, pyelonephiritis
e. Peregangan uterus yang tidak normal (Hidramnion, hamil kembar)
f. Adanya komplikasi hamil : pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini dan
perdarahan ante partum.
2. Faktor plasenta
Insufisiensi plasenta, plasenta previa, solusio plasenta

3. Faktor bayi
a. Infeksi
b. Kelainan bawaan

3
C. Manifestasi Klinis
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan
lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat, gerakan janin
lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat tidak sesuai menurut yang seharusnya.
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidromion atau hidramnion, hiperemesis
gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia atau perdarahan antepartum
(Mochtar, 2009).
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah :
tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak
ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat, abdomen cekung, jaringan
lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan warna kehijauan.
c. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
d. Vernik kaseosa ada, jaringan lembek bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak
mudah begerak, muka seperti boneka (doll – like) abdomen buncit, tali pusat
tebal dan segar, manangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, merah,
transparan.
e. Bayi small, for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin.
f. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, karena itu
sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi
dan sebagainya (Mochtar, 2009).

D. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan
yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “Primary gasping” yang kemudian
akan berlanjut dengan pernafasan (Wiknjosastro, 2009).

Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan


persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi fungsi sel
tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan gangguan fungsi

4
ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi
dimulai dengan suatu periode apnea (Primary apnea) disertai dengan penurunan frekuensi
jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian
diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak
dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnea kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini
ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.

Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran
gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh
bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang, asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya
akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya
hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya
asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung
sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat
akan menyebabkan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke
paru dan ke sistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel
otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya
(Manuaba, 2010).

5
E. Pathway

Faktor ibu Faktor bayi Faktor plasenta

Umur kehamilan < 37 minggu

Kelahiran prematur

BBLR pada bayi

Sistem System saraf Nervus Sistem Imaturitas


Kardiovaskuler pusat glascopharingeal Respiratory Sistem
Imunitas

vasopresor Pengatur suhu Daya tahan


Imaturitas otot-otot
tubuh pada Reflek tubuh lemah
pernapasan,
hipotalamus menghisap dan kurangnya
menelan lemah surfaktan
Aliran darah
turun Imaturitas pusat Resti
regulasi tubuh Ekpansi paru  Infeksi
Gangguan
Pola
Perfusi jaringan Termoregulasi/pusa Makan Penumpukan
turun t pengaturan suhu sekret
tidak mampu Gangguan
mempertahankan pola nafas
panas tubuh
Nadi, tekanan
darah turun Bersihan Jalan
Nafas Tidak Efektif

Hipotermia
Sianosis

Sumber : Wiknjosastro (2009), (Manuaba, 2010)

6
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bayi dengan BBLR menurut Saifudin (2008) yaitu
sebagai berikut :

1. Jumlah sel darah putih : 18.000/mm3, netrofil meningkat sampai 23.000-24.000/mm3, 


hari pertama setelah lahir (menurun bila ada sepsis).
2. Hematokrit (Ht) : 43%- 61 % ( peningkatan sampai 65 % atau lebih menandakan
polisitemia, penurunan kadar menunjukkan anemia atau hemoragic prenatal/perinatal).
3. Hemoglobin (Hb) : 15-20 gr/dl ( kadar lebih rendah berhubungan dengan anemia atau
hemolisis berlebihan ).
4. Bilirubin total : 6 mg/dl pada hari pertama kehidupan, 8 mg/dl 1-2 hari, dan 12 mg/dl
pada 3-5 hari.
5. Destrosix : tetes glukosa pertama  selama 4-6 jam pertama setelah kelahiran rata-rata
40-50 mg/dl meningkat 60-70 mg/dl pada hari ketiga.
6. Pemantauan elektrolit (Na, K, Cl) : biasanya dalam batas normal pada awalnya.

G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi dengan asfiksia menurut Wiknjosastro (2009) adalah sebagai
berikut :

1. Penatalaksaan bayi prematur


a. Pengaturan suhu badan bayi prematuritas/ BBLR
Bayi prematuritas dengan cepat akan kehilangan panas badan dan menjadi
hipotermia, karena pusat pengaturan panas badan belum berfungsi dengan baik, oleh
karena itu bayi prematuritas harus dirawat di  dalam  inkubator sehingga panas
badannya mendekati  dalam rahim. Bila bayi dirawat dalam  inkubator maka suhu
bayi dengan berat badan , 2 kg adalah 35 derajat celcius dan untuk bayi dengan berat
badan 2-2,5 kg adalah 33-34 derajat celcius. Bila inkubator tidak ada bayi dapat
dibungkus dengan kain dan disampingnya ditaruh botol yang berisi air panas,
sehingga panas badannya dapat dipertahankan.

b. Makanan bayi premature


Alat pencernaan bayi prematur masih belum sempurna, lambung kecil, enzim
pencernaan belum matang, sedangkan kebutuhan protein 3-5 gr/kg BB dan kalori
110 kal/kg BB sehingga pertumbuhannya dapat meningkat. Pemberian minum bayi
sekitar 3 jam  setelah lahir dan didahului dengan menghisap cairan lambung. Refleks
menghisap masih lemah, sehingga pemberian minum sebaiknya sedikit demi sedikit,
tetapi frekwensi yang lebih  sering. ASI merupakan makanan  yang paling utama,s
ehingga ASI lah yang paling dahulu diberikan.

7
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehinggatidak terjadi persalinan prematuritas ( BBLR).
Dengan demikian perawatan dan pengawasan  bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.

2. Penatalaksanaan dismaturitas
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan  perkembangan janin intra uterina serta menemukan
gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi.
b. Memeriksa kadar gula darah ( true  glukose ) dengan dextrostix atau laboratorium
kalau hipoglikemia perlu diatasi.
c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori.
e. Melakukan tracheal-washing  pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium.
f. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan  dan bila frekwensi lebih dari
60x/menit dibuat foto thorax.

H. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Manuaba (2010) yaitu :

1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi).


2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki.
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara
residu dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang
berikutnya.
4. Asfiksia neonatorum
5. Hiperbilirubinemia : bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini
mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.

I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, tidur sehari rata-rata 20 jam.
Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis,
bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.

8
b. Riwayat kehamilan
1) Mulai HPHT – umur kehamilan < 37 minggu
2) Ibu menderita : hipertensi (toksemia gravidarum), kelainan jantung, DM,
penyakit menular
3) Riwayat obstetric kurang baik
4) Kehamilan multigravida dengan jarak kelahiran < 2 tahun
5) Umur ibu < 20 tahun dan < 35 tahun
6) Nutrisi ibu kurang
7) Pemeriksaan/pengawasan antenatal tidak teratur
c. Penentuan usia kehamilan
Usia kehamilan < 37 minggu, dengan pemeriksaan:

1) Kepala relative lebih besar dari pada badan


2) Kulit tipis transparan, lanugo dan verniks caseosa banyak, lemak subkutan
kurang
3) Oksifikasi tengkorak sedikit, ubun – ubun dan sutura lebar
4) Tulang rawan dan daun telinga belum matur sehingga kurang elastis
5) Gusi : makroglosia
6) Jaringan mamae belum sempurna, demikian pula putting susu belum terbentuk
dengan baik
7) Posisi masih posisi fetal (dekubitus lateral)
8) Lipatan bawah kaki lebih sedikit
9) Pergerakan kurang dan masih lemah (tonus otot kurang)
10) Desensus testikulorum (bayi laki-laki)
11) Klitoris dan labia minora belum tertutup labia mayora (bayi perempuan)
d. Pemeriksaan fisik
1) Antropometri: Berat badan < 2500 gr, panjang badan < 45 cm, lingkar dada <
30 cm, lingkar kepala < 33 cm.
2) Suhu
Suhu tubuh bayi hipotermi. Penyebabnya adalah :

a) Pusat pengatur panas belum berfungsi dengan sempurna.


b) Kurangnya lemak pada jaringan subcutan akibatnya mempercepat
terjadinya perubahan suhu.
c) Kurangnya mobilisasi sehingga produksi panas berkurang.
e. Neurosensori Pemeriksaan Refleks
1) Tubuh panjang, kurus, lemah dengan perut agak gendur
2) Ukuran kepala besar dengan hubungannya dengan tubuh,sutura mungkin
mudah digerakkan, fontanel mungkin besar atau terbuka lebar.

9
3) Edema kelopak mata umum terjadi, mungkin merapat (tergantung usia gestasi)
4) Refleks moro : komponen pertama dari refleks morro ekstensi lateral dari
ekstremitas atas dengan membuka tangan tampak pada gestasi minggu ke – 28,
komponen kedua fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar yang
tampak pada usia gestasi minggu ke 32.
5) Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara 24 – 37 minggu.
6) Refleks roting terjadi dengan baik pada gestasi 32 minggu, koordinasi refleks
untuk mengisap,menelan dan berfnafas biasanya terbentuk pada gestasi
minggu ke 32
7) Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputer
f. Sistem pernafasan
1) Frekuensi pernafasan bervariasi/ belum teratur terutama pada hari – hari
pertama,pernafasan diagfragmatik intermiten atau periodic ( 40 – 60x/m)
2) Sering terjadi apnue
3) Refleks batuk lemah
4) Mengorok, pernafasan cuping hidung,retraksi suprasternal atau substernal atau
berbagai derajat sianosis mungkin ada
5) Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan Respirasi Distress
Syndrome (RDS)
g. Sirkulasi
1) Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang dapat berubah sesuai
perubahan posisi menjadi lebih nyata sesuadah 24 – 48 jam
2) Kulit tampak mengkilat dan licin
3) Pembuluh darah kulit banyak terlihat
h. Makanan / cairan
1) Refleks menelan masih lemah (kurang)
2) Refleks mengisap masih lemah
3) Kesulitan menyusui
i. Eliminasi
1) Urine Pada bayi 24 jam I < 15 – 20 cc, 26 hari < 200 cc ( fungsi pemekatan
urine lemah)
2) Mekonium ( + )
j. Integumen
Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak
jaringan sedikit (tipis).

10
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas
otot-otot pernapasan, kurangnya surfaktan
b. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas pusat regulasi tubuh
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur
d. Gangguan pola makan bayi berhubungan dengan prematuritas
sistem pencernaan bayi

3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan kriteria


Intervensi (NIC)
Keperawatan hasil (NOC)
1. Bersihan jalan nafas Setelah dilakukan Manajemen Jalan Napas :
tidak efektif tindakan keperawatan 1. Buka jalan napas
berhubungan selama, diharapkan 2. Posisikan bayi untuk
dengan Imaturitas bersihan jalan nafas memaksimalkan ventilasi
otot-otot efektif dengan kriteria dan mengurangi dispnea
pernapasan, hasil : 3. Auskultasi suara napas, catat
kurangnya adanya suara tambahan
Status Respirasi :
surfaktan 4. Identifikasi bayi perlunya
1. Pernapasan pasien 30- pemasangan alat jalan napas
60X/menit. buatan
2. Pengembangan dada 5. Keluarkan sekret dengan
simetris. suction
3. Irama pernapasan 6. Monitor respirasi dan ststus
teratur oksigen bila memungkinkan
4. Tidak ada retraksi
Monitor Respirasi :
dada saat bernapas
1. Monitor kecepatan, irama,
5. Inspirasi dalam tidak
kedalaman dan upaya
ditemukan
bernapas
6. Saat bernapas tidak
2. Monitor pergerakan,
memakai otot napas
kesimetrisan dada, retraksi
tambahan
dada dan alat bantu
7. Bernapas mudah tidak
pernapasan
ada suara napas
3. Monitor adanya cuping
tambahan
hidung
4. Monitor pada pernapasan:
bradipnea, takipnea,

11
hiperventilasi, respirasi
kusmaul, cheyne stokes,
apnea
5. Monitor adanya penggunaan
otot diafragma
6. Auskultasi suara napas, catat
area penurunan dan
ketidakadanya ventilasi dan
bunyi napas.
2. Hipotermi Setelah dilakukan
1. Pindahkan bayi dari
berhubungan tindakan keperawatan,
lingkungan yang dingin ke
dengan imaturitas hipotermi teratasi dengan
tempat yang hangat (di dalam
pusat regulasi tubuh kriteria hasil :
incubator atau di bawah
Termoregulasi lampu sorot)
Neonatus: 2. Bila basah segera ganti
pakaian bayi dengan yang
1. Suhu axila 36,5-
hangat dan kering, beri
37,5˚C
selimut
2. RR : 30-60 X/menit
3. Monitor suhu bayi
3. Warna kulit merah
4. Monitor gejala hipotermi :
muda
fatigue, lemah, apatis,
4. Tidak ada distress
perubahan warna kulit.
respirasi
5. Monitor status pernapasan
5. Tidak menggigil
6. Monitor intake/output
6. Bayi tidak gelisah
7. Bayi tidak letargi
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan Mengontrol Infeksi :
berhubungan tindakan keperawatan, 1. Bersihkan box / incubator
dengan respon imun bayi diharapkan terhindar setelah dipakai bayi lain
imatur dari tanda dan gejala 2. Pertahankan teknik isolasi
infeksi dengan kriteria bagi bayi ber-penyakit
hasil : menular
3. Batasi pengunjung
Status Imun :
4. Instruksikan pada
1. RR : 30 - 60 x/menit
pengunjung untuk cuci
          Irama napas teratur
tangan sebelum dan sesudah
2. Suhu 36,5 - 37,5˚ C berkunjung
3. Integritas kulit baik 5. Gunakan sabun antimikroba

12
4. Integritas mukosa baik untuk cuci tangan
5. Leukosit dalam batas 6. Cuci tangan sebelum dan
normal (10.000- sesudah melakukan tindakan
26.000/ ul) keperawatan
7. Pakai sarung tangan dan baju
sebagai pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV perifer dan
line kontrol dan dressing
sesuai ketentuan
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Kolaborasi dengan dokter :
antibiotik bila perlu.
Mencegah Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Batasi pengunjung
3. Skrining pengunjung
terhadap penyakit menular
4. Pertahankan teknik aseptik
pada bayi beresiko
5. Bila perlu pertahankan
teknik isolasi
6. Beri perawatan kulit pada
area eritema
7. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, dan drainase
8. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
Enteral Tube Feeding :

4. Gangguan pola Setelah dilakukan 1. Pasang NGT / OGT


makan bayi tindakan keperawatan, 2. Monitor ketepatan insersi
berhubungan kebutuhan nutrisi dalam NGT / OGT
dengan tubuh adekuat dengan 3. Cek peristaltic usus
prematuritas kriteria hasil : 4. Monitor terhadap muntah /

13
Status Nutrition :
distensi abdomen
1.
5. Cek residu 4 - 6 jam sebelum
menghisap, menelan
pemberian enteral
nutrisi yang masuk
6. Evaluasi BB bayi
2.
3.

BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY. M DENGAN BBLR

DI RUANG PERINATAL LEVEL 2 RSUD RAA SOEWONDO PATI

Nama Mahasiswa : Sri astutik

Tempat Praktek : Ruang Perinatal level 2 RSUD RAA Soewondo Pati

14
Tanggal Pengkajian : 03-01-2019 Jam 14.00 WIB

A. PENGKAJIAN

DATA BAYI
Namabayi : By. Ny. M
Tanggal dirawat : 15-12-2018
Jeniskelamin : Laki-laki
Alamat : Ngemplak kidul 6/4 Margoyoso
Tanggal lahir : 15-12-2018 Jam 10.40 WIB
Nama orang tua : Ny. M
Pendidikan ayah/ibu : SMP/SMP
Pekerjaan ayah/ibu : Petani/ibu rumah tangga
Usia ayah/ibu : 36 tahun/30 tahun
Diagnosa medis : BBLR

RIWAYAT BAYI
Apgar Score : (1 menit : 3), (5 menit : 4), (10 menit : 5)
Usia gestasi : 31 minggu
Berat badan : 1.400 Gram Panjang badan : 38 cm
Komplikasi persalinan : tidak ada
a. Aspirasi mekoneum ( - )
b. Denyut jantung janin abnormal ( - )
c. Masalah lain : Asfiksia berat
d. Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat ( - )
e. Ketuban pecah dini ( - )
RIWAYAT IBU
Usia Gravida Partus Abortus
30 tahun 3 2 0

Jenis persalinan :
 Pervaginam ( - )
 Sectio caesarea( √ ) alasan : induksi gagal
Komplikasi Kehamilan : Tidak ada
 Ruptur plasenta/plasenta previa ( - )
 Preeklamsia ( - )
 Suspect Sepsis ( - )
 Persalinan prematur/postmatus ( √ )
 Masalah lain : -

15
Perawatan antenatal ( √ )
PENGKAJIAN FISIK NEONATUS

1. Reflek
Moro ( √ ) menghisap ( √ ) kuat/lemah
Menggenggam ( √ ) kuat/lemah

2. Tonus/aktivitas
a. Aktif ( √ ) tenang ( - )
letargi ( √ ) kejang ( - )
b. Menangis keras ( - ) melengking ( - )
lemah ( √ ) sulit menangis ( - )

3. Kepala/leher
a. fontanel anetrior :
lunak ( √ ) tegas ( - ) datar ( - ) menonjol ( - ) cekung ( - )
b. Sutura sagitalis :
tepat ( √ ) menjauh ( - ) terpisah ( - ) tumpang tindih ( - )
c. Gambaran wajah :
simetris ( √ ) asimetris ( - )
d. Molding ( - ) Caput succedanium ( - )
Cephalhematom ( - )
4. Mata
Bersih ( √ ) sekresi ( - )
5. THT
a. Telinga : normal ( √ ) abnormal( - )
b. Hidung : simetris ( √ ) asimetris( - )
Sekresi ( - ) napas cuping hidung ( - )

6. Wajah
a. Bibir sumbing ( - )
b. Sumbing palatum ( - )

7. Abdomen
a. Lunak ( √ ) tegas ( - ) datar ( - ) kembung ( - )
b. Lingkar perut 27 cm
c. Liver : teraba ( - ) kurang dari 2 cm ( - )
lebih dari 2 cm( - ) Tidak teraba ( √ )

8. Toraks
a. Simetris ( √ )

16
b. Retraksi dada ( √ )
c. Klavikula normal ( √ ) abnormal ( - )

9. Paru-paru
a. Suara napas kanan kiri sama ( √ ) tidak sama ( - )
b. Suara napas bersih ( √ ) ronchi ( - )
sekresi ( - ) Wheezing ( - ) vesikuler ( √ )
c. Respirasi spontan ( √ ) tidak spontan ( - )
Alat bantu pernapasan: ( - ) CPAP, F1 O2 50, PEEP 6cmH2O
( √ ) Nasal canul 1 lpm
( - ) T.Piece , PEEP
d. RR : 53x/ menit retraksi dada ( + )
e. Saturasi O2 : 98%
10. Jantung
a. Bunyi Normal Synus Rhythm ( NSR)( √ )
b. Mur mur ( - )
c. Waktu pengisian kapiler : 2 detik
d. Denyut nadi : 130x/menit

Nadi Perifer Keras Lemah Tidak ada

Branchial kanan √ _ _

Branchial kiri √ _ _

Femoral kanan √ _ _

Femoral kiri √ _ _

11. Ekstremitas
a. Gerakan : bebas ( √ ) ROM terbatas ( - ) tidak terkaji
( - )
b. Ekstremitas atas : normal ( √ ) abnormal ( - )
c. Ekstremitas bawah : normal ( √ ) abnormal ( - )
d. Panggul : normal ( √ ) abnormal ( - )
12. Umbilikus : normal ( √ ) abnormal ( - )
inflamasi ( - ) drainase ( - )

13. Genital : laki-laki normal ( √ )


14. Anus : paten ( √ ) imperforata ( - )
15. Spina : normal ( √ ) abnormal ( - )
16. Kulit
a. warna pink ( - ) pucat ( √ ) jaundice ( - )

17
sianosis pada : kuku ( -) sikumoral ( - ) periorbital ( - ) seluruh tubuh ( - )
b. kemerahan ( rash ) :( - )
c. tanda lahir :( - )
d. turgor kulit: elastis ( - ) tidak elastis ( √ ) edema ( - )
e. lanugo ( - )
17. Suhu
a. Lingkungan
Penghangatan radian ( - ) pengaturan suhu ( - )
Inkubator ( √ ) Suhu inkubator ( 340C )
b. Suhu kulit : 36,30C (manual)

RIWAYAT SOSIAL

a. Antisipasi vs pengalaman nyata kelahiran : datang ke Puskesmas sebelum bayi lahir


b. Budaya : Jawa
c. Suku : Jawa
d. Agama : Islam
e. Bahasa Utama : Jawa
f. Perencanaan makanan bayi : ASI
g. Masalah sosial yang penting : Keuangan
h. Hubungan orang tua dan bayi :
IBU TINGKAH LAKU AYAH
√ Menyentuh √
- Memeluk -
√ Berbicara -
√ Berkunjung √
- Memanggil nama -
√ Kontak nama -

i. Orang terdekat yang dapat dihubungi : Ayah / Ibu bayi


j. Orang tua berespon terhadap penyakit : Ya ( √ ) Tidak ( - )
k. Berespon : Memeriksakan segera bila ada keluarga yang sakit
l. Orang tua berespon terhadap hospitalisasi: Ya ( √ ) Tidak ( - )
m. Berespon : Ibu selalu mengunjungi bayinya dan berharap bisa segera menyusui bayinya

RIWAYAT ANAK LAIN :


Jenis kelamin anak Riwayat persalinan Riwayat immunisasi
Laki-laki Normal Dasar lengkap
Perempuan Normal Dasar lengkap

18
PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM
Prosedur Tanggal Indikasi & Hasil Nilai Analisa
Diagnostik/ pemeriksaan Tujuan Normal
Laboratorium
Hematologi :
Gol darah 15-12-2018 Persiapan jika tranfusi A
Leukosit 15-12-2018 Untuk mengetahui 7.100/ ul 10.000- Normal
20-12-2018 infeksi dalam tubuh 7.600/ ul 26.000/ ul Normal
27-12-2018 11.100/ ul Normal
Hemoglobin 15-12-2018 Untuk mengetahui 16.4 10-17g/dl Normal
20-12-2018 anemia defisiensi zat 15.4 Normal
27-12-2018 besi 14.6 Normal

Eritrosit 15-12-2018 Untuk mengetahui sel 4.12 4.7-6.1 .106 / Dibawah normal
20-12-2018 darah merah 3.90 ul Dibawah normal
27-12-2018 3.87 Dibawah normal
Hematokrit 15-12-2018 Mengetahui 45.0 40-52% Normal
20-12-2018 kekentalan darah 43.3 Normal
27-12-2018 43.0 Normal
Trombosit 15-12-2018 Untuk mengetahui 311.000 150- Normal
20-12-2018 pembekuan darah 248.000 400.103/ul Normal
27-12-2018 340.000 Normal
MCV 15-12-2018 Untuk mengetahui 109.2 82-92 fL Diatas Normal
20-12-2018 volume rata rata satu 111.0 Diatas Normal
27-12-2018 sel darah merah 111.1 Diatas Normal
MCH 15-12-2018 Menilai masa dari 39.8 p 27-31 pg Diatas Normal
20-12-2018 hemoglobin dari 39.5 Diatas Normal
27-12-2018 satuan sel darah merah 37.7 Diatas Normal
MCHC 15-12-2018 Untuk mengetahui dan 36,4 32 -36 % Diatas Normal
20-12-2018 menentukan derajat 35.6 Normal
27-12-2018 anemia 34.0 Normal
RDW SD 15-12-2018 Menentukan kondisi 72.5 35-47 fL Diatas Normal
20-12-2018 mikrostosis 70.8 Diatas Normal
27-12-2018 dibandingkan 68.0 Diatas Normal
makrostosis
MPV 15-12-2018 Menentukan volume 10.3 6.8-10.0 fL Diatas Normal
20-12-2018 rata rata eritrosit 9.7 Normal
27-12-2018 11.9 Diatas Normal
GDS 15-12-2018 Deteksi hipoglikemia 103 70-160 mg/dl Normal

Hasil USG abdomen tgl 15-12-2018 : Meteorismus


Hasil rontgen thorax tgl 15-12-2018 : Cor dan pulmo dalam batas normal

19
B. ANALISA DATA
No Tanda dan gejala Problem Etiologi
1 DS : - Ketidakefektifan Hipoventilasi
DO : - Terpasang O2 nasal canul 1 lpm pola nafas
- RR : 53x/ menit
- Saturasi O2 : 98%
- Usia kehamilan 31 minggu
- Retraksi dada ( + )

2 DS : - Hipotermi Imaturitas pusat


DO : - BB : 1400 gr regulasi tubuh
- Usia kehamilan 31 minggu
- Suhu : 36,3 oC
- Suhu incubator : 34 oC

20
- Bayi terlihat pucat

3 DS : - Gangguan pola Prematuritas


DO : - Reflek hisap masih lemah menyusu bayi
- Terpasang OGT
- BB : 1400 gram
- Diit Asi 18cc/3 jam
- Terpasang Infus D5 ¼ NS 4cc/jam
- Turgor kulit tidak elastis

4 DS : - Resiko infeksi Respon imun


imature
DO : - Lekosit:11.100/ul

- Terpasang OGT
- Terpasang infus D5 ¼ NS 4cc/jam
ditangan kanan
- Usia kehamilan 31 minggu
- BB : 1400 gr

C. MASALAH KEPERAWATAN ( SESUAI DENGAN PRIORITAS)


NO Tgl/jam Diagnosa Keperawatan Paraf Tgl/jam paraf
ditemukan belum
teratasi
1 03-01-2019 Ketidakefektifan pola nafas 03-01-2019
14.30 berhubungan dengan hipoventilasi Jam 14.30

2 03-01-2019 Hipotermi berhubungan dengan 03-01-2019


14.30 imaturitas pusat regulasi tubuh Jam 14.30

3 03-01-2019 Gangguan pola menyusu bayi 03-01-2019


14.30 berhubungan dengan prematuritas Jam 14.30

4 03-01-2019 Resiko infeksi berhubungan dengan 03-01-2019


14.30 respon imun imature Jam 14.30

21
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan, Kriteria hasil, Intervensi keperawatan Paraf
Keperawatan evaluasi (NOC) (NIC)
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway management
pola nafas keperawatan selama 3 x 24 1. Atur posisi bayi untuk
berhubungan jam diharapkan pola nafas memaksimalkan ventilasi
dengan efektif dengan kriteria dengan posisi extensi
hipoventilasi hasil : 2. Berikan rangsangan taktil
1. Tanda tanda vital 3. Monitor saturasi O2 dengan
dalam rentang normal oxymetri Oxygen therapy
RR : 40-60 x/mnt 4. Pertahankan jalan nafas
HR : 120- 160 x/mnt yang paten
Suhu : 365 -375 c 5. Kolaborasi dengan dokter
Sp O2: 95 % runtuk pemberian O2
2. Bayi menangis 6. Observasi tanda tanda vital
dan keadaan umum
7. Pantau irama kedalaman
dan frekuensi pernafasan

2 Hipotermi Setelah dilakukan NIC :


berhubungan tindakan keperawatan Temperature Regulation
dengan selama 1 x 7 jam (pengaturan suhu)
imaturitas pusat diharapkan hipotermi 1. Monitor suhu minimal tiap
regulasi tubuh teratasi dengan kriteria 2 jam
hasil: 2. Rencanakan monitoring
1. Suhu axila 36,5- suhu secara kontinyu
37,5˚C 3. Monitor warna dan suhu
2. RR : 30-60x/menit kulit
3. Warna kulit merah 4. Monitor tanda-tanda
muda hipertermi dan hipotermi
4. Tidak ada distress 5. Gunakan alat kesehatan
respirasi yang diperlukan untuk
5. Tidak menggigil pemantauan suhu secara
6. Bayi tidak gelisah otomatis
7. Bayi tidak letargi 6. Pasang skin sensor
temperature.

22
7. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi

3 Gangguan pola Setelah dilakukan NIC:


menyusu bayi tindakan keperawatan Enteral Tube Feeding

berhubungan selama 3 x 24 jam 1. Monitor ketepatan insersi

dengan diharapkan nutrisi bayi OGT

prematuritas terpenuhi dengan kriteria 2. Berikan asupan nutrisi dan

hasil : infus sesuai program dokter

1. Reflek menghisap 3. Berikan diet ASI lewat

kuat / mampu OGT sesuai advis dokter

menghisap, menelan 4. Monitor terhadap muntah/

nutrisi yang masuk distensi abdomen

2. BB meningkat 5. Cek peristaltik usus

3. Masukan nutrisi 6. Cek Residu sebelum

adekuat pemberian diet enteral

4 Resiko infeksi Setelah dilakukan tindakan NIC :


berhubungan keperawatan selama 3 x 24 Mengontrol Infeksi
dengan respon jam diharapkan tidak 1. Bersihkan box / incubator
imun imature terjadi infeksi dengan setelah dipakai bayi lain

kriteria hasil: 2. Pertahankan teknik isolasi

1. Tidak terdapat tanda bagi bayi berpenyakit

dan gejala infeksi menular

(tumor, dolor, kalor, 3. Batasi pengunjung

rubor, fungsiolaesa) 4. Instruksikan pada

2. Jumlah lekosit dalam pengunjung untuk mencuci

batas normal (10.000- tangan saat berkunjung dan

26.000/ ul) setelah berkunjung


meninggalkan pasien
5. Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
keperawatan
6. Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat

23
pelindung
7. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
8. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
9. Tingkatkan intake nutrisi
10. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
11. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
12. Ajarkan keluarga tanda dan
gejala infeksi
13. Ajarkan keluarga cara
menghindari infeksi

E. PELAKSANAAN ASUHAN KEPERAWATAN


No No.DX Tgl / Jam Implementasi Respon Paraf
1. 03-01-2019
1,2,3,4 14.30 Memonitor KU dan DS : -
mengukur tanda-tanda DO : Bayi terlihat lemah,
vital pucat, terpasang OGT,
terpasang infuse di tangan
kanan, terpasang O2 nasal
canul 1 lpm, Suhu 36,3 oC,
RR:53x/menit, HR:130x/menit
SpO2 : 98%
4 14.50 Mencuci tangan DS : -
sebelum melakukan DO : Perawat selalu
tindakan melakukan cuci tangan
3 15.00 Memberi ASI 18cc DS : -
lewat OGT DO : Diet masuk 18cc, bayi
terlihat tenang, tidak ada
muntah
2,4 16.00 Monitor warna kulit DS : -

24
DO : Tidak ada tanda tanda
ikterik, kulit terlihat pucat,
tidak ada kemerahan di sekitar
area pemasangan infuse
1 16.30 Memonitor tanda2 DS : -
sianosis dan DO : Bayi tidak sianosis,
memposisikan bayi canul oksigen terpasang
untuk memaksimalkan dengan baik O2 1 lpm
ventilasi
2 17.00 DS : -
Mengatur suhu
DO : Suhu incubator : 33 oC
incubator
3 18.00 DS : -
Memberi ASI 18cc
DO : Diet masuk 18cc, tidak
lewat OGT
ada muntah
2. 04-01-2019
1,2,3,4 14.00
Memonitor KU dan DS : -
mengukur tanda tanda DO : Bayi terlihat pucat,
vital terpasang OGT, terpasang O2
nasal canul 1 lpm, Suhu 36,1
o
C , RR: 58x/menit,
HR:136x/menit, SpO2:98%
DS : -
4 14.30
Mencuci tangan DO : Perawat selalu
sebelum melakukan melakukan cuci tangan
tindakan DS : -
1,2 14.45
Memonitor status DO : RR:58 x/menit, retraksi
respirasi dan adanya dada(+), SpO2:98%, sianosis(-)
sianosis DS : -
3 15.00
Memberi ASI 18cc DO : Diet masuk 18cc, tidak
lewat OGT ada muntah
DS : -
1,2 16.00
Mengatur suhu DO : Suhu incubator 32 oC
incubator DS : -
1,2,3,4 17.00
Mengecek tetesan infus DO : Terpasang infus D5¼NS
dan oksigenasi 4cc/jam, tidak ada kemerahan
di sekitar area pemasangan
infuse, terpasang O2 nasal
canul 1 lpm

25
DS : -
3,4 17.50 Mengecek peristaltik DO : Peristaltik usus bayi
usus dan memonitor positif, posisi OGT baik
ketepatan insersi OGT DS : -
3 18.00 Memberi ASI 18cc DO : Diet masuk 18 cc, tidak
lewat OGT ada muntah, bayi terlihat
tenang

3 05-01-2019 DS : -
1,2,3,4 14.00 Memonitor KU dan DO:Suhu36,5oC,
mengukur tanda tanda RR:54x/menit, HR:132x/menit,
vital SpO2 : 98%, kulit terlihat
pucat, terpasang OGT,
terpasang O2 nasal canul 1 lpm
DS : -
4 14.15 Mencuci tangan DO : Perawat selalu
sebelum melakukan melakukan cuci tangan
tindakan
DS : -
1,2,4 14.30 DO : Bayi tidak sianosis,
Memonitor tanda2 canul oksigen terpasang
sianosis dan dengan baik O2 1 lpm, retraksi
memposisikan bayi dada (-)
untuk memaksimalkan DS : -
1,2 14.45 ventilasi DO : Suhu incubator 32 oC
O2 nasal canul 1 lpm
Monitor suhu incubator
DS : -
dan mengecek
3 15.00 DO : Diet masuk 18 cc, tidak
oksigenasi
ada muntah, bayi terlihat
Memberi ASI 18cc
tenang
lewat OGT
DS : -
1,2,4 16.00 DO : Suhu 36,4 oC
RR : 52x/menit
Mengukur tanda-tanda
HR :130x/menit
vital
SpO2 : 98%

Medical Management
a. IVF, O2 Therapy

26
Medical management Tanggal therapi Respon pasien
 D5 ¼ NS 4cc/jam 03-01-2019 Obat masuk dengan lancar
 O2 Nasal canul 1 lpm 03-01-2019 Nasal canul terpasang baik
b. Obat-obatan

NAMA OBAT Tgl. Therapy Cara kerja obat,fungsi Respon pasien


dan klasifikasi

Injeksi Ceftazidime 03-01-2019 intravena, 75mg/12 jam Pasien tidak ada alergi obat

Injeksi Gentamicyn 03-01-2019 intravena, 8mg/24 jam Pasien tidak ada alergi obat

Injeksi Aminophilin 03-01-2019 intravena, 8mg/8 jam Pasien tidak ada alergi obat

c. Diet
Jenis diet Tanggal terapi Penjelasan Indikasi dan Makanan Respon klien
umum tujuan spesifik
ASI 18cc/3jam 03-01-2019 Pemenuhan Pemenuhan ASI ASI masuk
nutrisi bayi nutrisi bayi lewat OGT,
tidak ada
residu
F. EVALUASI
No Tgl / Jam DX Keperawatan Perkembangan Paraf
1 05-01-2019 Ketidakefektifan pola S : -
17.00 nafas berhubungan O: KU : aktif, menangis
dengan hipoventilasi TTV : Suhu 36,4 oC
RR : 52x/menit
HR :130x/menit
SpO2 : 98%
RR masih rentang normal tapi masih
ada ekspansi dada
Terpasang O2 nasal canul 1 lpm
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengatur posisi bayi untuk
memaksimalkan ventilasi dengan
posisi extensi
2. Memonitor saturasi O2 dengan
oxymetri
3. Mempertahankan jalan nafas
yang paten
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian O2

27
5. Mengobservasi tanda tanda vital
dan keadaan umum
6. Memantau irama kedalaman dan
frekuensi pernafasan
2 05-01-2019 Hipotermi berhubungan
17.00 dengan imaturitas pusat S : -
regulasi tubuh O: TTV : Suhu 36,4 oC
RR : 52x/menit
HR :130x/menit
SpO2 : 98%
Kulit terlihat pucat
Terpasang O2 nasal canul 1 lpm
Bayi dalam incubator dengan suhu
32 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi

1. Monitor gejala hipotermi:


fatigue, lemah, apatis
2. Monitor perubahan suhu dan
warna kulit
3. Pertahankan bayi dalam
inkubator
3 05-01-2019 Gangguan pola
17.00 menyusu bayi S : -
berhubungan dengan O: Terpasang OGT
prematuritas Terpasang infus D5 ¼ NS 4cc/jam
Diet ASI 18cc/3jam
Reflek menghisap masih lemah
BB : 1.400gram
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Berikan nutrisi dan infuse sesuai
program dokter
2. Berikan Diet ASI lewat OGT
sesuai waktu pemberian
3. Monitor adanya muntah / distensi
abdomen

28
4 05-01-2019 Resiko infeksi
17.00 berhubungan dengan S : -
respon imun imature O: Suhu axila 36,4 oC
Suhu incubator : 32 oC
Terpasang OGT
Terpasang infus D5 ¼ NS 4cc/jam di
tangan kanan
Tidak terdapat kemerahan di area
sekitar pemasangan infus
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pertahankan teknik isolasi
2. Batasi pengunjung
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan
4. Gunakan APD saat melakukan
tindakan keperawatan
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada Bayi Ny.M tanggal 03 Januari 2019 didapatkan RR : 53 x/ menit, HR :
130 x/mnt, ada retraksi dada, terpasang O2 nasal canul 1 lpm, Suhu 36,3˚C, kulit
tampak pucat, suhu incubator 34 ˚C, Saturasi O2 98%.
2. Diagnosa yang dapatkan yaitu ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
hipoventilasi, hipotermi berhubungan dengan imaturitas pusat regulasi tubuh, gangguan
pola menyusu bayi berhubungan dengan prematuritas, resiko infeksi berhubungan
dengan respon imun immature.
3. Diagnosa yang didapat di atas dilaksanakan pembuatan intervensi sesuai NIC NOC
dengan implementasi keperawatan yang mengacu pada intervensi oleh penulis.
4. Evaluasi diagnosa pertama masalah belum teratasi dan planingnya lanjutkan intervensi.
Evaluasi diagnosa kedua masalah belum teratasi dan planingnya lanjutkan intervensi.
Evaluasi diagnosa ketiga masalah belum teratasi dan planingnya lanjutkan intervensi.
Evaluasi diagnosa keempat masalah belum teratasi dan planingnya lanjutkan intervensi
B. Saran
1. Bagi Penulis

29
Manfaat bagi penulis yaitu selain sebagai pemenuhan syarat tugas profesi ners
stase anak, makalah ini juga sebagai pengalaman yang realita serta sebagai motivasi
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR.
2. Bagi Instansi Rumah Sakit
Mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yang memadai guna terpenuhinya
perawatan dan tindakan yang sesuai dengan prosedur keperawatan khususnya pada bayi
dengan BBLR.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Mampu meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi
dengan BBLR dan perawat harus memprioritaskan bagi bayi yang membutuhkan
penanganan segera sehingga bayi mendapatkan perawatan yang optimal untuk
meningkatkan kesembuhan bayi.

DAFTAR PUSTAKA

Departemen Kesehatan. 2009. Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial. Jakarta : Depkes RI.

Manuaba Ida Bagus Gde, DSOG. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arief. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Media
Aesculapius.

Mochtar Rustam. 2009. Sinopsis Obstetri. Edisi 2. Jilid 1. Jakarta : EGC.

Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.

Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.

30

Anda mungkin juga menyukai