M
DENGAN BERAT BADAN LAHIR RENDAH (BBLR)
DI RUANG PERINATAL LEVEL 2
RSUD RAA SOEWONDO PATI
Disusun Oleh :
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah ini
yang berjudul "ASUHAN KEPERAWATAN PADA BAYI NY.M DENGAN BERAT BADAN
LAHIR RENDAH DI RUANG PERINATAL LEVEL 2 RSUD RAA SOEWONDO PATI ".
Makalah ini digunakan dalam rangka memenuhi tugas keperawatan Ners stase anak.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu dalam kesempatan ini penulis menyampaikan rasa hormat dan terima
1. Direktur RSUD RAA Soewondo Pati, yang telah memberikan kesempatan kepada kami
2. Para pembimbing, baik dari lahan maupun dari institusi pendidikan yang selalu memberi
5. Semua pihak yang telah membantu penulis yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi banyak pihak
dan kami sangat bersyukur apabila makalah ini dapat dijadikan pedoman bagi pembaca.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL..................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................1
A. Latar Belakang...................................................................................1
B. Tujuan Penulisan................................................................................2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................3
A. Pengertian...........................................................................................3
B. Etiologi...............................................................................................3
C. Manifestasi Klinis..............................................................................4
D. Patofisiologi.......................................................................................4
E. Pathway..............................................................................................6
F. Pemeriksaan Penunjang.....................................................................7
G. Penatalaksanaan.................................................................................7
H. Komplikasi.........................................................................................8
I. Penatalaksanaan Keperawatan .........................................................8
BAB III ASUHAN KEPERAWATAN.................................................................15
A. Pengkajian..........................................................................................15
B. Analisa Data.......................................................................................21
C. Masalah Keperawatan ( Sesuai Diagnosa Prioritas )........................22
D. Rencana Asuhan Keperawatan...........................................................22
E. Pelaksanaan Asuhan Keperawatan...................................................25
F. Evaluasi..............................................................................................28
BAB IV PENUTUP...............................................................................................30
A. Kesimpulan........................................................................................30
B. Saran...................................................................................................30
DAFTAR PUSTAKA...............................................................................................31
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian bayi terutama perinatal di Indonesia masih sangat tinggi bila
dibandingkan dengan negara-negara di ASEAN. Di Indonesia menurut Survey Kesehatan
Rumah Tangga (SKRT) tahun 2008, angka kematian bayi adalah 46/1000 kelahiran hidup
(Depkes RI, 2009).
1
diperoleh 18 bayi baru lahir dengan BBLR dan Bulan November 2018 diperoleh 21 bayi
baru lahir dengan BBLR.
Dengan masih tingginya kasus bayi dengan berat badan lahir rendah di RSUD
RAA Soewondo Pati yang merupakan indikator kematian bayi maka penulis mengambil
kasus dengan judul “Asuhan Keperawatan Pada Bayi Ny. M Dengan Berat Badan Lahir
Rendah (BBLR) di Ruang Perinatal RSUD RAA Soewondo Pati”.
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Setelah dilaksanakan seminar kurang lebih 60 menit diharapkan mahasiswa dapat
melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi Ny. M dengan Berat Badan Lahir Rendah
(BBLR) di Ruang Perinatal Level 2 RSUD RAA Soewondo Pati.
2. Tujuan Khusus
a. Mampu mengetahui dan memahami tentang konsep dasar bayi dengan BBLR.
b. Mampu melaksanakan pengkajian pada bayi dengan BBLR.
c. Mampu merumuskan diagnosa keperawatan yang tepat untuk membuat rencana
tindakan pada bayi dengan BBLR.
d. Mampu menetapkan rencana dan tindakan keperawatan pada bayi dengan BBLR.
e. Mampu merumuskan evaluasi keperawatan pada bayi dengan BBLR.
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan
lahir kurang dari 2500 gram. (Mansjoer, 2014).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) merupakan bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2500 gram atau 2,5 kg (Wiknjosastro, 2009).
Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat lahir 2500
gram atau kurang, tanpa memperhatikan lama kehamilan ibunya (Manuaba, 2010).
Klasifikasi menurut masa gestasi atau umur kehamilan yang dikutip oleh
Wiknjosastro (2009) yaitu sebagai berikut :
1. Bayi kurang bulan (prematur) : bayi dilahirkan dengan masa gestasi < 37 minggu atau
< 259 hari.
2. Bayi cukup bulan : bayi dilahirkan dengan masa gestasi antara 37 - 42 minggu atau 259 -
293 hari.
3. Bayi lebih bulan : bayi dilahirkan dengan masa gestasi > 42 minggu atau > 293 hari.
B. Etiologi
Faktor yang menyebabkan terjadinya BBLR yang dikutip oleh Wiknjosastro (2009)
yaitu :
1. Faktor ibu
a. Gizi saat hamil yang kurang.
b. Umur kurang dari 20 tahun atau di atas 30 tahun, multiparitas
c. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat.
d. Penyakit menahun ibu : hipertensi, jantung, gangguan pembuluh darah (perokok),
ginjal kronik, pyelonephiritis
e. Peregangan uterus yang tidak normal (Hidramnion, hamil kembar)
f. Adanya komplikasi hamil : pre-eklamsia/eklamsia, ketuban pecah dini dan
perdarahan ante partum.
2. Faktor plasenta
Insufisiensi plasenta, plasenta previa, solusio plasenta
3. Faktor bayi
a. Infeksi
b. Kelainan bawaan
3
C. Manifestasi Klinis
1. Sebelum bayi lahir
a. Pada anamnesa sering dijumpai adanya riwayat abortus, partus prematurus, dan
lahir mati.
b. Pembesaran uterus tidak sesuai dengan tuanya kehamilan.
c. Pergerakan janin yang pertama (quickening) terjadi lebih lambat, gerakan janin
lebih lambat walaupun kehamilannya sudah agak lanjut.
d. Pertambahan berat badan ibu lambat tidak sesuai menurut yang seharusnya.
e. Sering dijumpai kehamilan dengan oligohidromion atau hidramnion, hiperemesis
gravidarum dan pada hamil lanjut dengan toksemia atau perdarahan antepartum
(Mochtar, 2009).
2. Setelah bayi lahir
a. Bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin
b. Secara klasik tampak seperti bayi yang kelaparan. Tanda-tanda bayi ini adalah :
tengkorak kepala keras, gerakan bayi terbatas, verniks kaseosa sedikit atau tidak
ada, kulit tipis, kering, berlipat-lipat, mudah diangkat, abdomen cekung, jaringan
lemak bawah kulit sedikit, tali pusat tipis, lembek dan warna kehijauan.
c. Bayi premature yang lahir sebelum kehamilan 37 minggu
d. Vernik kaseosa ada, jaringan lembek bawah kulit sedikit, tulang tengkorak lunak
mudah begerak, muka seperti boneka (doll – like) abdomen buncit, tali pusat
tebal dan segar, manangis lemah, tonus otot hipotoni, kulit tipis, merah,
transparan.
e. Bayi small, for date sama dengan bayi dengan retardasi pertumbuhan intra uterin.
f. Bayi prematur kurang sempurna pertumbuhan alat-alat dalam tubuhnya, karena itu
sangat peka terhadap gangguan pernafasan, infeksi, trauma kelahiran, hipotermi
dan sebagainya (Mochtar, 2009).
D. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia ringan
yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap sangat perlu untuk
merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar terjadi “Primary gasping” yang kemudian
akan berlanjut dengan pernafasan (Wiknjosastro, 2009).
4
ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya asfiksia. Asfiksia yang terjadi
dimulai dengan suatu periode apnea (Primary apnea) disertai dengan penurunan frekuensi
jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan usaha bernafas (gasping) yang kemudian
diikuti oleh pernafasan teratur. Pada penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak
dan bayi selanjutnya berada dalam periode apnea kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini
ditemukan bradikardi dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula gangguan metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan pertukaran
gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila gangguan berlanjut dalam tubuh
bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen tubuh, sehingga
glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkurang, asam organik terjadi akibat
metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis metabolik. Pada tingkat selanjutnya
akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya
hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya
asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung
sehinga menimbulkan kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat
akan menyebabkan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi darah ke
paru dan ke sistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan gangguan
kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak. Kerusakan sel
otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada kehidupan bayi selanjutnya
(Manuaba, 2010).
5
E. Pathway
Kelahiran prematur
Hipotermia
Sianosis
6
F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang pada bayi dengan BBLR menurut Saifudin (2008) yaitu
sebagai berikut :
G. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan bayi dengan asfiksia menurut Wiknjosastro (2009) adalah sebagai
berikut :
7
c. Menghindari infeksi
Bayi prematuritas mudah sekali terkena infeksi, karena daya tahan tubuh
yang masih lemah, kemampuan leukosit masih kurang dan pembentukan anti bodi
belum sempurna. Oleh karena itu, upaya preventif sudah dilakukan sejak
pengawasan antenatal sehinggatidak terjadi persalinan prematuritas ( BBLR).
Dengan demikian perawatan dan pengawasan bayi prematuritas secara khusus dan
terisolasi dengan baik.
2. Penatalaksanaan dismaturitas
a. Pemeriksaan pertumbuhan dan perkembangan janin intra uterina serta menemukan
gangguan pertumbuhan misalnya dengan pemeriksaan ultra sonografi.
b. Memeriksa kadar gula darah ( true glukose ) dengan dextrostix atau laboratorium
kalau hipoglikemia perlu diatasi.
c. Pemeriksaan hematokrit dan mengobati hiperviskositasnya.
d. Bayi membutuhkan lebih banyak kalori.
e. Melakukan tracheal-washing pada bayi yang diduga akan menderita aspirasi
mekonium.
f. Sebaiknya setiap jam dihitung frekwensi pernafasan dan bila frekwensi lebih dari
60x/menit dibuat foto thorax.
H. Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Manuaba (2010) yaitu :
I. Penatalaksanaan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas/Istirahat
Bayi sadar mungkin 2-3 jam beberapa hari pertama, tidur sehari rata-rata 20 jam.
Gerakan bayi pasif dan tangis hanya merintih, walaupun lapar bayi tidak menangis,
bayi lebih banyak tidur dan lebih malas.
8
b. Riwayat kehamilan
1) Mulai HPHT – umur kehamilan < 37 minggu
2) Ibu menderita : hipertensi (toksemia gravidarum), kelainan jantung, DM,
penyakit menular
3) Riwayat obstetric kurang baik
4) Kehamilan multigravida dengan jarak kelahiran < 2 tahun
5) Umur ibu < 20 tahun dan < 35 tahun
6) Nutrisi ibu kurang
7) Pemeriksaan/pengawasan antenatal tidak teratur
c. Penentuan usia kehamilan
Usia kehamilan < 37 minggu, dengan pemeriksaan:
9
3) Edema kelopak mata umum terjadi, mungkin merapat (tergantung usia gestasi)
4) Refleks moro : komponen pertama dari refleks morro ekstensi lateral dari
ekstremitas atas dengan membuka tangan tampak pada gestasi minggu ke – 28,
komponen kedua fleksi anterior dan menangis yang dapat didengar yang
tampak pada usia gestasi minggu ke 32.
5) Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara 24 – 37 minggu.
6) Refleks roting terjadi dengan baik pada gestasi 32 minggu, koordinasi refleks
untuk mengisap,menelan dan berfnafas biasanya terbentuk pada gestasi
minggu ke 32
7) Dapat mendemonstrasikan kedutan atau mata berputer
f. Sistem pernafasan
1) Frekuensi pernafasan bervariasi/ belum teratur terutama pada hari – hari
pertama,pernafasan diagfragmatik intermiten atau periodic ( 40 – 60x/m)
2) Sering terjadi apnue
3) Refleks batuk lemah
4) Mengorok, pernafasan cuping hidung,retraksi suprasternal atau substernal atau
berbagai derajat sianosis mungkin ada
5) Adanya bunyi “ampelas” pada auskultasi, menandakan Respirasi Distress
Syndrome (RDS)
g. Sirkulasi
1) Seringkali terdapat edema pada anggota gerak yang dapat berubah sesuai
perubahan posisi menjadi lebih nyata sesuadah 24 – 48 jam
2) Kulit tampak mengkilat dan licin
3) Pembuluh darah kulit banyak terlihat
h. Makanan / cairan
1) Refleks menelan masih lemah (kurang)
2) Refleks mengisap masih lemah
3) Kesulitan menyusui
i. Eliminasi
1) Urine Pada bayi 24 jam I < 15 – 20 cc, 26 hari < 200 cc ( fungsi pemekatan
urine lemah)
2) Mekonium ( + )
j. Integumen
Kulit keriput, tipis, penuh lanugo pada dahi, pelipis, telinga dan lengan, lemak
jaringan sedikit (tipis).
10
2. Diagnosa Keperawatan
a. Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan dengan imaturitas
otot-otot pernapasan, kurangnya surfaktan
b. Hipotermi berhubungan dengan imaturitas pusat regulasi tubuh
c. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan respon imun imatur
d. Gangguan pola makan bayi berhubungan dengan prematuritas
sistem pencernaan bayi
3. Intervensi Keperawatan
11
hiperventilasi, respirasi
kusmaul, cheyne stokes,
apnea
5. Monitor adanya penggunaan
otot diafragma
6. Auskultasi suara napas, catat
area penurunan dan
ketidakadanya ventilasi dan
bunyi napas.
2. Hipotermi Setelah dilakukan
1. Pindahkan bayi dari
berhubungan tindakan keperawatan,
lingkungan yang dingin ke
dengan imaturitas hipotermi teratasi dengan
tempat yang hangat (di dalam
pusat regulasi tubuh kriteria hasil :
incubator atau di bawah
Termoregulasi lampu sorot)
Neonatus: 2. Bila basah segera ganti
pakaian bayi dengan yang
1. Suhu axila 36,5-
hangat dan kering, beri
37,5˚C
selimut
2. RR : 30-60 X/menit
3. Monitor suhu bayi
3. Warna kulit merah
4. Monitor gejala hipotermi :
muda
fatigue, lemah, apatis,
4. Tidak ada distress
perubahan warna kulit.
respirasi
5. Monitor status pernapasan
5. Tidak menggigil
6. Monitor intake/output
6. Bayi tidak gelisah
7. Bayi tidak letargi
3. Resiko infeksi Setelah dilakukan Mengontrol Infeksi :
berhubungan tindakan keperawatan, 1. Bersihkan box / incubator
dengan respon imun bayi diharapkan terhindar setelah dipakai bayi lain
imatur dari tanda dan gejala 2. Pertahankan teknik isolasi
infeksi dengan kriteria bagi bayi ber-penyakit
hasil : menular
3. Batasi pengunjung
Status Imun :
4. Instruksikan pada
1. RR : 30 - 60 x/menit
pengunjung untuk cuci
Irama napas teratur
tangan sebelum dan sesudah
2. Suhu 36,5 - 37,5˚ C berkunjung
3. Integritas kulit baik 5. Gunakan sabun antimikroba
12
4. Integritas mukosa baik untuk cuci tangan
5. Leukosit dalam batas 6. Cuci tangan sebelum dan
normal (10.000- sesudah melakukan tindakan
26.000/ ul) keperawatan
7. Pakai sarung tangan dan baju
sebagai pelindung
8. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
9. Ganti letak IV perifer dan
line kontrol dan dressing
sesuai ketentuan
10. Tingkatkan intake nutrisi
11. Kolaborasi dengan dokter :
antibiotik bila perlu.
Mencegah Infeksi
1. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
2. Batasi pengunjung
3. Skrining pengunjung
terhadap penyakit menular
4. Pertahankan teknik aseptik
pada bayi beresiko
5. Bila perlu pertahankan
teknik isolasi
6. Beri perawatan kulit pada
area eritema
7. Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, dan drainase
8. Dorong masukan nutrisi
yang cukup
Enteral Tube Feeding :
13
Status Nutrition :
distensi abdomen
1.
5. Cek residu 4 - 6 jam sebelum
menghisap, menelan
pemberian enteral
nutrisi yang masuk
6. Evaluasi BB bayi
2.
3.
BAB III
14
Tanggal Pengkajian : 03-01-2019 Jam 14.00 WIB
A. PENGKAJIAN
DATA BAYI
Namabayi : By. Ny. M
Tanggal dirawat : 15-12-2018
Jeniskelamin : Laki-laki
Alamat : Ngemplak kidul 6/4 Margoyoso
Tanggal lahir : 15-12-2018 Jam 10.40 WIB
Nama orang tua : Ny. M
Pendidikan ayah/ibu : SMP/SMP
Pekerjaan ayah/ibu : Petani/ibu rumah tangga
Usia ayah/ibu : 36 tahun/30 tahun
Diagnosa medis : BBLR
RIWAYAT BAYI
Apgar Score : (1 menit : 3), (5 menit : 4), (10 menit : 5)
Usia gestasi : 31 minggu
Berat badan : 1.400 Gram Panjang badan : 38 cm
Komplikasi persalinan : tidak ada
a. Aspirasi mekoneum ( - )
b. Denyut jantung janin abnormal ( - )
c. Masalah lain : Asfiksia berat
d. Prolaps tali pusat/lilitan tali pusat ( - )
e. Ketuban pecah dini ( - )
RIWAYAT IBU
Usia Gravida Partus Abortus
30 tahun 3 2 0
Jenis persalinan :
Pervaginam ( - )
Sectio caesarea( √ ) alasan : induksi gagal
Komplikasi Kehamilan : Tidak ada
Ruptur plasenta/plasenta previa ( - )
Preeklamsia ( - )
Suspect Sepsis ( - )
Persalinan prematur/postmatus ( √ )
Masalah lain : -
15
Perawatan antenatal ( √ )
PENGKAJIAN FISIK NEONATUS
1. Reflek
Moro ( √ ) menghisap ( √ ) kuat/lemah
Menggenggam ( √ ) kuat/lemah
2. Tonus/aktivitas
a. Aktif ( √ ) tenang ( - )
letargi ( √ ) kejang ( - )
b. Menangis keras ( - ) melengking ( - )
lemah ( √ ) sulit menangis ( - )
3. Kepala/leher
a. fontanel anetrior :
lunak ( √ ) tegas ( - ) datar ( - ) menonjol ( - ) cekung ( - )
b. Sutura sagitalis :
tepat ( √ ) menjauh ( - ) terpisah ( - ) tumpang tindih ( - )
c. Gambaran wajah :
simetris ( √ ) asimetris ( - )
d. Molding ( - ) Caput succedanium ( - )
Cephalhematom ( - )
4. Mata
Bersih ( √ ) sekresi ( - )
5. THT
a. Telinga : normal ( √ ) abnormal( - )
b. Hidung : simetris ( √ ) asimetris( - )
Sekresi ( - ) napas cuping hidung ( - )
6. Wajah
a. Bibir sumbing ( - )
b. Sumbing palatum ( - )
7. Abdomen
a. Lunak ( √ ) tegas ( - ) datar ( - ) kembung ( - )
b. Lingkar perut 27 cm
c. Liver : teraba ( - ) kurang dari 2 cm ( - )
lebih dari 2 cm( - ) Tidak teraba ( √ )
8. Toraks
a. Simetris ( √ )
16
b. Retraksi dada ( √ )
c. Klavikula normal ( √ ) abnormal ( - )
9. Paru-paru
a. Suara napas kanan kiri sama ( √ ) tidak sama ( - )
b. Suara napas bersih ( √ ) ronchi ( - )
sekresi ( - ) Wheezing ( - ) vesikuler ( √ )
c. Respirasi spontan ( √ ) tidak spontan ( - )
Alat bantu pernapasan: ( - ) CPAP, F1 O2 50, PEEP 6cmH2O
( √ ) Nasal canul 1 lpm
( - ) T.Piece , PEEP
d. RR : 53x/ menit retraksi dada ( + )
e. Saturasi O2 : 98%
10. Jantung
a. Bunyi Normal Synus Rhythm ( NSR)( √ )
b. Mur mur ( - )
c. Waktu pengisian kapiler : 2 detik
d. Denyut nadi : 130x/menit
Branchial kanan √ _ _
Branchial kiri √ _ _
Femoral kanan √ _ _
Femoral kiri √ _ _
11. Ekstremitas
a. Gerakan : bebas ( √ ) ROM terbatas ( - ) tidak terkaji
( - )
b. Ekstremitas atas : normal ( √ ) abnormal ( - )
c. Ekstremitas bawah : normal ( √ ) abnormal ( - )
d. Panggul : normal ( √ ) abnormal ( - )
12. Umbilikus : normal ( √ ) abnormal ( - )
inflamasi ( - ) drainase ( - )
17
sianosis pada : kuku ( -) sikumoral ( - ) periorbital ( - ) seluruh tubuh ( - )
b. kemerahan ( rash ) :( - )
c. tanda lahir :( - )
d. turgor kulit: elastis ( - ) tidak elastis ( √ ) edema ( - )
e. lanugo ( - )
17. Suhu
a. Lingkungan
Penghangatan radian ( - ) pengaturan suhu ( - )
Inkubator ( √ ) Suhu inkubator ( 340C )
b. Suhu kulit : 36,30C (manual)
RIWAYAT SOSIAL
18
PROSEDUR DIAGNOSTIK DAN LABORATORIUM
Prosedur Tanggal Indikasi & Hasil Nilai Analisa
Diagnostik/ pemeriksaan Tujuan Normal
Laboratorium
Hematologi :
Gol darah 15-12-2018 Persiapan jika tranfusi A
Leukosit 15-12-2018 Untuk mengetahui 7.100/ ul 10.000- Normal
20-12-2018 infeksi dalam tubuh 7.600/ ul 26.000/ ul Normal
27-12-2018 11.100/ ul Normal
Hemoglobin 15-12-2018 Untuk mengetahui 16.4 10-17g/dl Normal
20-12-2018 anemia defisiensi zat 15.4 Normal
27-12-2018 besi 14.6 Normal
Eritrosit 15-12-2018 Untuk mengetahui sel 4.12 4.7-6.1 .106 / Dibawah normal
20-12-2018 darah merah 3.90 ul Dibawah normal
27-12-2018 3.87 Dibawah normal
Hematokrit 15-12-2018 Mengetahui 45.0 40-52% Normal
20-12-2018 kekentalan darah 43.3 Normal
27-12-2018 43.0 Normal
Trombosit 15-12-2018 Untuk mengetahui 311.000 150- Normal
20-12-2018 pembekuan darah 248.000 400.103/ul Normal
27-12-2018 340.000 Normal
MCV 15-12-2018 Untuk mengetahui 109.2 82-92 fL Diatas Normal
20-12-2018 volume rata rata satu 111.0 Diatas Normal
27-12-2018 sel darah merah 111.1 Diatas Normal
MCH 15-12-2018 Menilai masa dari 39.8 p 27-31 pg Diatas Normal
20-12-2018 hemoglobin dari 39.5 Diatas Normal
27-12-2018 satuan sel darah merah 37.7 Diatas Normal
MCHC 15-12-2018 Untuk mengetahui dan 36,4 32 -36 % Diatas Normal
20-12-2018 menentukan derajat 35.6 Normal
27-12-2018 anemia 34.0 Normal
RDW SD 15-12-2018 Menentukan kondisi 72.5 35-47 fL Diatas Normal
20-12-2018 mikrostosis 70.8 Diatas Normal
27-12-2018 dibandingkan 68.0 Diatas Normal
makrostosis
MPV 15-12-2018 Menentukan volume 10.3 6.8-10.0 fL Diatas Normal
20-12-2018 rata rata eritrosit 9.7 Normal
27-12-2018 11.9 Diatas Normal
GDS 15-12-2018 Deteksi hipoglikemia 103 70-160 mg/dl Normal
19
B. ANALISA DATA
No Tanda dan gejala Problem Etiologi
1 DS : - Ketidakefektifan Hipoventilasi
DO : - Terpasang O2 nasal canul 1 lpm pola nafas
- RR : 53x/ menit
- Saturasi O2 : 98%
- Usia kehamilan 31 minggu
- Retraksi dada ( + )
20
- Bayi terlihat pucat
- Terpasang OGT
- Terpasang infus D5 ¼ NS 4cc/jam
ditangan kanan
- Usia kehamilan 31 minggu
- BB : 1400 gr
21
D. RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
No Diagnosa Tujuan, Kriteria hasil, Intervensi keperawatan Paraf
Keperawatan evaluasi (NOC) (NIC)
1 Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway management
pola nafas keperawatan selama 3 x 24 1. Atur posisi bayi untuk
berhubungan jam diharapkan pola nafas memaksimalkan ventilasi
dengan efektif dengan kriteria dengan posisi extensi
hipoventilasi hasil : 2. Berikan rangsangan taktil
1. Tanda tanda vital 3. Monitor saturasi O2 dengan
dalam rentang normal oxymetri Oxygen therapy
RR : 40-60 x/mnt 4. Pertahankan jalan nafas
HR : 120- 160 x/mnt yang paten
Suhu : 365 -375 c 5. Kolaborasi dengan dokter
Sp O2: 95 % runtuk pemberian O2
2. Bayi menangis 6. Observasi tanda tanda vital
dan keadaan umum
7. Pantau irama kedalaman
dan frekuensi pernafasan
22
7. Tingkatkan intake cairan
dan nutrisi
23
pelindung
7. Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
8. Ganti letak IV perifer dan
line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum
9. Tingkatkan intake nutrisi
10. Berikan terapi antibiotik
bila perlu
11. Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
12. Ajarkan keluarga tanda dan
gejala infeksi
13. Ajarkan keluarga cara
menghindari infeksi
24
DO : Tidak ada tanda tanda
ikterik, kulit terlihat pucat,
tidak ada kemerahan di sekitar
area pemasangan infuse
1 16.30 Memonitor tanda2 DS : -
sianosis dan DO : Bayi tidak sianosis,
memposisikan bayi canul oksigen terpasang
untuk memaksimalkan dengan baik O2 1 lpm
ventilasi
2 17.00 DS : -
Mengatur suhu
DO : Suhu incubator : 33 oC
incubator
3 18.00 DS : -
Memberi ASI 18cc
DO : Diet masuk 18cc, tidak
lewat OGT
ada muntah
2. 04-01-2019
1,2,3,4 14.00
Memonitor KU dan DS : -
mengukur tanda tanda DO : Bayi terlihat pucat,
vital terpasang OGT, terpasang O2
nasal canul 1 lpm, Suhu 36,1
o
C , RR: 58x/menit,
HR:136x/menit, SpO2:98%
DS : -
4 14.30
Mencuci tangan DO : Perawat selalu
sebelum melakukan melakukan cuci tangan
tindakan DS : -
1,2 14.45
Memonitor status DO : RR:58 x/menit, retraksi
respirasi dan adanya dada(+), SpO2:98%, sianosis(-)
sianosis DS : -
3 15.00
Memberi ASI 18cc DO : Diet masuk 18cc, tidak
lewat OGT ada muntah
DS : -
1,2 16.00
Mengatur suhu DO : Suhu incubator 32 oC
incubator DS : -
1,2,3,4 17.00
Mengecek tetesan infus DO : Terpasang infus D5¼NS
dan oksigenasi 4cc/jam, tidak ada kemerahan
di sekitar area pemasangan
infuse, terpasang O2 nasal
canul 1 lpm
25
DS : -
3,4 17.50 Mengecek peristaltik DO : Peristaltik usus bayi
usus dan memonitor positif, posisi OGT baik
ketepatan insersi OGT DS : -
3 18.00 Memberi ASI 18cc DO : Diet masuk 18 cc, tidak
lewat OGT ada muntah, bayi terlihat
tenang
3 05-01-2019 DS : -
1,2,3,4 14.00 Memonitor KU dan DO:Suhu36,5oC,
mengukur tanda tanda RR:54x/menit, HR:132x/menit,
vital SpO2 : 98%, kulit terlihat
pucat, terpasang OGT,
terpasang O2 nasal canul 1 lpm
DS : -
4 14.15 Mencuci tangan DO : Perawat selalu
sebelum melakukan melakukan cuci tangan
tindakan
DS : -
1,2,4 14.30 DO : Bayi tidak sianosis,
Memonitor tanda2 canul oksigen terpasang
sianosis dan dengan baik O2 1 lpm, retraksi
memposisikan bayi dada (-)
untuk memaksimalkan DS : -
1,2 14.45 ventilasi DO : Suhu incubator 32 oC
O2 nasal canul 1 lpm
Monitor suhu incubator
DS : -
dan mengecek
3 15.00 DO : Diet masuk 18 cc, tidak
oksigenasi
ada muntah, bayi terlihat
Memberi ASI 18cc
tenang
lewat OGT
DS : -
1,2,4 16.00 DO : Suhu 36,4 oC
RR : 52x/menit
Mengukur tanda-tanda
HR :130x/menit
vital
SpO2 : 98%
Medical Management
a. IVF, O2 Therapy
26
Medical management Tanggal therapi Respon pasien
D5 ¼ NS 4cc/jam 03-01-2019 Obat masuk dengan lancar
O2 Nasal canul 1 lpm 03-01-2019 Nasal canul terpasang baik
b. Obat-obatan
Injeksi Ceftazidime 03-01-2019 intravena, 75mg/12 jam Pasien tidak ada alergi obat
Injeksi Gentamicyn 03-01-2019 intravena, 8mg/24 jam Pasien tidak ada alergi obat
Injeksi Aminophilin 03-01-2019 intravena, 8mg/8 jam Pasien tidak ada alergi obat
c. Diet
Jenis diet Tanggal terapi Penjelasan Indikasi dan Makanan Respon klien
umum tujuan spesifik
ASI 18cc/3jam 03-01-2019 Pemenuhan Pemenuhan ASI ASI masuk
nutrisi bayi nutrisi bayi lewat OGT,
tidak ada
residu
F. EVALUASI
No Tgl / Jam DX Keperawatan Perkembangan Paraf
1 05-01-2019 Ketidakefektifan pola S : -
17.00 nafas berhubungan O: KU : aktif, menangis
dengan hipoventilasi TTV : Suhu 36,4 oC
RR : 52x/menit
HR :130x/menit
SpO2 : 98%
RR masih rentang normal tapi masih
ada ekspansi dada
Terpasang O2 nasal canul 1 lpm
A: Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Mengatur posisi bayi untuk
memaksimalkan ventilasi dengan
posisi extensi
2. Memonitor saturasi O2 dengan
oxymetri
3. Mempertahankan jalan nafas
yang paten
4. Kolaborasi dengan dokter untuk
pemberian O2
27
5. Mengobservasi tanda tanda vital
dan keadaan umum
6. Memantau irama kedalaman dan
frekuensi pernafasan
2 05-01-2019 Hipotermi berhubungan
17.00 dengan imaturitas pusat S : -
regulasi tubuh O: TTV : Suhu 36,4 oC
RR : 52x/menit
HR :130x/menit
SpO2 : 98%
Kulit terlihat pucat
Terpasang O2 nasal canul 1 lpm
Bayi dalam incubator dengan suhu
32 oC
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
28
4 05-01-2019 Resiko infeksi
17.00 berhubungan dengan S : -
respon imun imature O: Suhu axila 36,4 oC
Suhu incubator : 32 oC
Terpasang OGT
Terpasang infus D5 ¼ NS 4cc/jam di
tangan kanan
Tidak terdapat kemerahan di area
sekitar pemasangan infus
A : Masalah belum teratasi
P : Lanjutkan intervensi
1. Pertahankan teknik isolasi
2. Batasi pengunjung
3. Cuci tangan sebelum dan sesudah
melakukan tindakan keperawatan
4. Gunakan APD saat melakukan
tindakan keperawatan
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Pengkajian pada Bayi Ny.M tanggal 03 Januari 2019 didapatkan RR : 53 x/ menit, HR :
130 x/mnt, ada retraksi dada, terpasang O2 nasal canul 1 lpm, Suhu 36,3˚C, kulit
tampak pucat, suhu incubator 34 ˚C, Saturasi O2 98%.
2. Diagnosa yang dapatkan yaitu ketidakefektifan pola nafas berhubungan dengan
hipoventilasi, hipotermi berhubungan dengan imaturitas pusat regulasi tubuh, gangguan
pola menyusu bayi berhubungan dengan prematuritas, resiko infeksi berhubungan
dengan respon imun immature.
3. Diagnosa yang didapat di atas dilaksanakan pembuatan intervensi sesuai NIC NOC
dengan implementasi keperawatan yang mengacu pada intervensi oleh penulis.
4. Evaluasi diagnosa pertama masalah belum teratasi dan planingnya lanjutkan intervensi.
Evaluasi diagnosa kedua masalah belum teratasi dan planingnya lanjutkan intervensi.
Evaluasi diagnosa ketiga masalah belum teratasi dan planingnya lanjutkan intervensi.
Evaluasi diagnosa keempat masalah belum teratasi dan planingnya lanjutkan intervensi
B. Saran
1. Bagi Penulis
29
Manfaat bagi penulis yaitu selain sebagai pemenuhan syarat tugas profesi ners
stase anak, makalah ini juga sebagai pengalaman yang realita serta sebagai motivasi
dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada bayi dengan BBLR.
2. Bagi Instansi Rumah Sakit
Mampu meningkatkan pelayanan kesehatan yang memadai guna terpenuhinya
perawatan dan tindakan yang sesuai dengan prosedur keperawatan khususnya pada bayi
dengan BBLR.
3. Bagi Profesi Keperawatan
Mampu meningkatkan kualitas asuhan keperawatan yang diberikan pada bayi
dengan BBLR dan perawat harus memprioritaskan bagi bayi yang membutuhkan
penanganan segera sehingga bayi mendapatkan perawatan yang optimal untuk
meningkatkan kesembuhan bayi.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan. 2009. Pelayanan Kesehatan Neonatal Essensial. Jakarta : Depkes RI.
Manuaba Ida Bagus Gde, DSOG. 2010. Ilmu Kebidanan Penyakit Kandungan dan Keluarga
Berencana. Jakarta : EGC.
Mansjoer, Arief. 2014. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Jakarta : Penerbit Media
Aesculapius.
Saifuddin, Abdul Bari. 2008. Pelayanan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo.
Wiknjosastro, Hanifa. 2009. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawiroharjo.
30