1 466080 3tahunan 9
1 466080 3tahunan 9
Gambar 1.1 Struktur Organisasi Eselon I dan Eselon II Direktorat Jenderal Pelayanan
Kesehatan berdasarkan SOTK baru .................................................................................... 14
Gambar 1.2 Dimensi Universal Health Coverage ................................................................. 18
Gambar 1.3 Peta Strategis Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan ................................ 21
Gambar 3.1 Rapat Kerja Komisi Akreditasi FKTP Tahun 2019 ............................................ 37
Gambar 3.2 Pelatihan Calon Surveior Akreditasi FKTP ....................................................... 37
Gambar 3.3 Pelatihan Pelatih Pendamping Akreditasi Klinik Tahun 2019 ............................ 38
Gambar 3.4 Lokakarya Standar dan Instrumen Akreditasi ................................................... 38
Gambar 3.5 Lokakarya Standar dan Instrumen Akreditasi Edisi I ........................................ 39
Gambar 3.6 Pertemuan Teknis Percepatan Upaya Peningkatan ......................................... 40
Gambar 3.7 Pertemuan Pembahasan Implementasi Pembinaan Terpadu ........................... 40
Gambar 3.8 Kegiatan Penyusunan Indikator Mutu Pelayanan Kesehatan ........................... 41
Gambar 3.9 Kegiatan Uji Coba Indikator .............................................................................. 41
Gambar 3.10 Bimtek Pelaksanaan Mutu dan Akreditasi ...................................................... 42
Gambar 3.11 Kegiatan Koordinasi Percepatan Akreditasi Klinik Tahun 2019 ...................... 42
Gambar 3.12 Kegiatan Bimtek Pelaksanaan Mutu dan Akreditasi Klinik .............................. 43
Gambar 3.13 Surat Edaran Direktur Jenderal Pelayanan Kesehatan................................... 46
Gambar 3.14 Pakta Integritas Surveior Akreditasi FKTP ...................................................... 47
Gambar 3.15 Pendampingan Akreditasi RSUP dr. M. Hoesin .............................................. 55
Gambar 3.16 Workshop Pembimbing Teknis Mutu dan Akreditasi di RS Prioritas yang diikuti
perwakilan RS terakreditasi paripurna. ................................................................................ 55
Gambar 3.17 Peserta Lokakarya Percepatan Akreditasi RS ................................................ 56
Gambar 3.18 Peserta Lokakarya Implementasi Akreditasi RS untuk Regional Tengah foto
bersama Direktur Mutu dan Akreditasi Yankes .................................................................... 56
Gambar 3.19 Peserta Lokakarya Penyusunan Rencana Aksi Implementasi Kebijakan dan
Strategi Mutu Nasional di Wilayah Tengah foto bersama Direktur Mutu dan Akreditasi Yankes.
............................................................................................................................................ 57
Gambar 3.20 Pendampingan evaluasi RSUD Undata Palu .................................................. 57
Gambar 3.21 Rapat koordinasi Direktorat Mutu dan Akreditasi Yankes ............................... 58
Gambar 3.22 Kegiatan Penyusunan Regulasi ..................................................................... 59
Gambar 3.23 Kegiatan Revisi Permenkes 11/2017 .............................................................. 59
Gambar 3.24 Penyempurnaan Pedoman Penyelenggara Mutu ........................................... 60
Gambar 3.25 Penyusunan Pedoman Pemantauan dan Evaluasi ......................................... 60
A. Latar Belakang
Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, dalam menjalankan tugas dan fungsinya,
senantiasa berusaha melaksanakan sistem kerja pemerintahan secara bijaksana, akuntabel,
transparan, efektif, dan efisien. Hal ini sesuai dengan prinsip good governance seperti yang
tertuang dalam Undang-Undang Nomor 28 tahun 1999 tentang Penyelenggaraan Negara
yang Bersih dan Bebas Korupsi, Kolusi, dan Nepotisme.
Laporan kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan disusun berdasarkan perjanjian
kinerja yang telah ditetapkan oleh Menteri Kesehatan, terdiri atas 1 (satu) sasaran program,
yaitu meningkatnya akses pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi
masyarakat. Adapun pengukuran kinerja untuk sasaran program tersebut berupa 2 (dua)
indikator, yaitu:
1. Jumlah Kecamatan yang memiliki minimal 1 (satu) puskesmas yang tersertifikasi
akreditasi,
2. Jumlah Kabupaten/kota yang memilki minimal 1 (satu) RSUD tersertifikasi akreditasi
nasional.
Laporan kinerja ini disusun sebagai bentuk pertanggungjawaban Direktorat Jenderal
Pelayanan Kesehatan atas pelaksanaan tugas dan fungsi selama Tahun 2019. Di samping
merupakan pelaksanaan amanat peraturan perundang-undangan terkait, yakni Peraturan
Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi
Pemerintah, Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2014 tentang Sistem
Akuntabilitas Kinerja Instansi Pemerintah, serta Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur
Negera dan Reformasi Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian
Kinerja, Pelaporan Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Pemerintah. Laporan
Kinerja ini juga sekaligus menjadi bahan evaluasi guna meningkatkan kinerja Direktorat
Jenderal Pelayanan Kesehatan di masa yang akan datang.
8.000
6.358 6.356 6.371 6.375 6.158
6.000
3.979
3.396 3.411 3.454 3.618
4.000
2.000
-
Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Th. 2019
Grafik 1.1. menunjukkan pertumbuhan jumlah Puskesmas di Indonesia Tahun 2015 sampai
2019 secara keseluruhan. Puskesmas Rawat Inap mengalami rata-rata penambahan setiap
tahun sebesar 4,11 %, sedangkan pada Puskesmas non rawat inap terjadi penurunan pada
tahun 2016 dan 2019 sehingga selama 5 tahun terjadi penuruan dengan rata-rata 0,78% per
tahun.
Grafik 1.2 Tren Jumlah Rumah Sakit Berdasarkan Jenis Tahun 2015-2019
1.500
1.000
537 556 578 544 533
500
0
Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Th. 2019
RS Umum RS Khusus
3.500
2.776 2.813 2.877
3.000 2.601
2.488
2.500
2.000
1.500
1.000
500
-
Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Th. 2019
1.600
1.400
1.200
1.000
800
600
400
200
-
Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Th. 2019
Kelas A 57 63 71 63 60
Kelas B 328 637 397 411 428
Kelas C 837 1.037 1.340 1.451 1.484
Kelas D dan D Pratama 423 548 737 799 846
Kelas belum ditetapkan 843 550 231 89 59
2.000
1.800
1.600
1.400
1.200
1.000
800
600
400
200
-
Th. 2015 Th. 2016 Th. 2017 Th. 2018 Th. 2019
Kemkes 33 33 33 33 34
Pemprop 113 120 136 141 143
Pemkab 469 480 508 529 548
Pemkot 98 97 84 90 97
TNI/POLRI 167 167 171 165 164
BUMN/KL 70 77 77 68 61
Swasta 1.538 1.627 1.767 1.787 1.830
Peta strategi disusun untuk mencapai visi Ditjen Pelayanan Kesehatan 2019 menciptakan
Akses pelayanan kesehatan yang terjangkau dan berkualitas bagi masyarakat. Visi tersebut
dapat dijabarkan dalam bentuk sebuah tujuan strategis (outcome), yaitu: terwujudnya akses
pelayanan kesehatan dasar dan rujukan yang berkualitas bagi masyarakat (akreditasi
fasyankes primer dan rujukan).
D. Sistematika
Mengacu pada Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi
Birokrasi Nomor 53 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Perjanjian Kinerja, Pelaporan
Kinerja, dan Tata Cara Reviu atas Laporan Kinerja Instansi Pemerintah, format penyusunan
Laporan Kinerja Instansi Pemerintah adalah sebagai berikut:
A. Perencanaan Kinerja
Perencanaan Kinerja merupakan proses penetapan kegiatan tahunan dan indikator kinerja
berdasarkan program, kebijakan dan sasaran yang telah ditetapkan dalam sasaran strategis.
Dalam rencana kinerja Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan tahun 2019, sebagaimana
telah ditetapkan dalam Rencana Strategis Kementerian Kesehatan dan target masing-masing
indikator untuk mencapai sasaran strategis organisasi.
Berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan No. 52 Tahun 2015 tentang Rencana Strategis
Kementerian Kesehatan RI Tahun 2015-2019 yang telah direvisi dengan Keputusan Menteri
Kesehatan No. HK.01.07/MENKES/422/2017 tentang Revisi Rencana Strategis Kementerian
Kesehatan RI Tahun 2015-2019, Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan melaksanakan
program pembinaan pelayanan kesehatan
Sasaran strategis dan sasaran program/kegiatan yang ingin dicapai selama kurun waktu 5
tahun, adalah sebagai berikut:
Tabel 2.2 Perjanjian Kinerja yang Berisi Sasaran Program, Indikator Kinerja dan
Target Tahun 2019 Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
Target
No Sasaran Program Indikator Kinerja
2019
1. Meningkatnya akses 1. Jumlah kecamatan yang memiliki 5.600
pelayanan kesehatan minimal 1 Puskesmas yang
dasar dan rujukan yang tersertifikasi akreditasi
berkualitas bagi 2. Jumlah Kabupaten/kota yang memiliki 481
masyarakat minimal 1 RSUD yang tersertifikasi
akreditasi nasional
* Revisi I Renstra 2017 Kepmenkes No. HK.01.07/MENKES/422/2017
b. Cara Perhitungan
Cara perhitungan capaian adalah dengan menjumlah seluruh kecamatan yang
memiliki minimal 1 Puskesmas yang terakreditasi pada tahun berjalan
dibandingkan dengan target dikalikan 100%. Sedangkan cara mengukur adalah
dibuktikan dengan adanya sertifikat akreditasi untuk Puskesmas yang dikeluarkan
oleh Komisi Akreditasi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Dari 9.153 Puskesmas yang terakreditasi pada tahun 2019, masih di dominasi
oleh status kelulusan madya dan dasar, dengan rincian dasar 2.177 (24%), 5.073
madya (55%), 1.664 utama (18%), dan 239 paripurna (3%).
239 1.664
(3%) (18%)
2.177
(24%)
5.073
(55%)
Untuk distribusi capaian indikator per provinsi pada tahun 2019 dapat dilihat
pada grafik 3.2 di bawah ini:
Dari grafik 3.4 diatas menunjukan bahwa baik capaian Renstra Kemenkes 2015
– 2019 maupun capaian RPJMN 2015 – 2019 masih on the track sesuai target
yang telah ditetapkan.
Pada grafik 3.5 diatas menunjukan tren persentase status kelulusan akreditasi
mulai dari tahun 2015 sampai dengan 2019. Untuk dasar mengalami penurunan
e. Analisa Keberhasilan
Keberhasilan capaian kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan dalam pencapaian
target indikator IKU kecamatan yang memiliki minimal 1 Puskesmas tersertifikasi
akreditasi tahun 2019, dikarenakan:
1) Penyiapan regulasi dan NSPK tahun 2019 dilakukan melalui revisi Permenkes
46 tahun 2015, revisi standar dan instrumen puskesmas, penyusunan indikator
mutu pelayanan di Puskesmas, pedoman pembinaan terpadu puskesmas oleh
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota. Hal ini dilakukan dalam rangka
mengakomodir adanya perbaikan sistem, kebutuhan pengguna,
perkembangan ilmu pengetahuan dan perubahan kebijakan untuk peningkatan
mutu dan pelaksanaan akreditasi Puskesmas.
2) Kegiatan pertemuan koordinasi, bimbingan teknis dan monitoring evaluasi
tahun 2019 dilakukan dalam rangka memperoleh dukungan sekaligus
penguatan peran dari stakeholder terkait meliputi Dinas Kesehatan Provinsi,
Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota, FKTP, Organisasi Profesi, swasta. Hal ini
dilakukan karena akreditasi Fasyankes termasuk dalam program prioritas
nasional yang tercantum sebagai indikator Renstra dan RPJMN sehingga
dalam pencapaian targetnya perlu kerjasama dengan stakeholder terkait.
3) Kegiatan pertemuan koordinasi, bimbingan teknis, monitoring evaluasi tahun
2019 juga dilakukan dalam upaya percepatan akreditasi FKTP baik puskesmas
maupun klinik pratama. Hal ini dilakukan karena akreditasi fasyankes
merupakan salah satu persyaratan kredensialing dan rekredensialing dalam
bekerjasama dengan BPJS sebagaimana tercantum dalam Permenkes
Permenkes No. 71 tahun 2013 dan Permenkes No. 99 tahun 2015 tentang
Pelayanan Kesehatan pada JKN.
4) Kegiatan pelatihan dan lokakarya TOT pendamping dan surveior tahun 2019
dilakukan dalam upaya pemenuhan kebutuhan SDM dan peningkatan
kompetensi SDM dalam pelaksanaan akreditasi..
5) Pemberdayaan tenaga TOT pendamping, pendamping dan surveior dalam
memenuhi kebutuhan akan narasumber, proses pendampingan dan survei
akreditasi dengan menggunakan dana DAK dan DEKON.
h. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi untuk pelaksanaan kegiatan akreditasi FKTP
pada tahun 2019 antara lain:
1) Walaupun pencapaian target nasional secara kumulatif tercapai sebesar 111%,
tapi di beberapa provinsi realisasi akreditasi akhir tahun 2019 lebih rendah dari
rencana awal di tahun 2019. Khususnya di provinsi Papua Barat dan Papua.
Untuk Papua Barat dari rencana 51 puskesmas hanya terealisasi 33
puskesmas (64,7%), sedangkan untuk Papua dari rencana awal 68 hanya
terealisasi 49 puskesmas (72,1%). Adapun alasannya antara lain:
(a) Faktor keamanan
(b) Kekurangan SDM pendamping aktif karena mutasi pegawai
(c) Renovasi puskesmas yang belum selesai
(d) Keterlambatan pengajuan usulan survei di SIAF
Capaian kumulatif akreditasi Puskesmas secara nasional dapat tercapai
meskipun realisasi Provinsi Papua dan Papua Barat rendah karena capaian
beberapa Provinsi melampaui target yakni Provinsi Jawa Tengah, Jawa Timur,
Sulawesi Selatan, Jambi dan Kalimantan Selatan. Target di provinsi tersebut
dapat terlampaui antara lain karena adanya dukungan anggaran melalui APBD
II untuk kegiatan pendampingan dan survei akreditasi.
2) Pelaksanaan survei akreditasi sebagian masih dengan pola lama, dimana
usulan survei menumpuk pada tribulan akhir 2019 antara bulan September –
November 2019. Hal ini terjadi karena waktu pendampingan dilakukan pada
tahun yang sama dengan survei akreditasi, dimana pendampingan prasurvei
umumnya membutuhkan waktu 6 – 9 bulan.
i. Pemecahan Masalah
Dengan adanya masalah-masalah yang dihadapi sebagaimana di atas, upaya
pemecahan masalah yang dilakukan yakni:
1) Untuk puskesmas yang gagal survei di tahun 2019 diharapkan melakukan
pengusulan survei akreditasi kembali pada tahun 2020. Untuk Kabupaten/Kota
yang mendapatkan dana DAK sejak tahun 2019 maka Kepala Dinas
b. Cara Perhitungan
Cara perhitungan capaian indikator ini adalah dengan menjumlahkan
Kabupaten/Kota yang memiliki minimal 1 RSUD yang tersertifikasi akreditasi
nasional. Sedangkan cara pengukuran hasil adalah dengan menghitung jumlah
Kabupaten/Kota yang memiliki RSUD yang tersertifikasi akreditasi nasional
berdasarkan data RSUD terakreditasi dari KARS atau melalui website KARS.
Untuk Kabupaten/Kota dengan lebih dari 1 RSUD terakreditasi, maka hanya
dihitung sebagai satu Kabupaten/Kota.
712 RS
0
2016 2017 2018 2019
e. Analisa Keberhasilan
Keberhasilan capaian kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan dalam pencapaian
target indikator kabupaten/kota yang memiliki minimal 1 RSUD tersertifikasi
akreditasi nasional tahun 2019, dikarenakan:
G
a
m
b
a
r
…
P
e
n
d
a
m
p
i
n
Gambar 3.20 Pendampingan evaluasi RSUD Undata Palu
g
a
8) Melakukan koordinasi lintas program dan lintas sektor terkait dengan mutu dan n
akreditasi pelayanan kesehatan rujukan dengan unit kerja di lingkungan e
v
Kementerian Kesehatan, Kementerian Keuangan, Kementerian Pertahanan, a
l
Kementerian Hukum dan HAM, Kementerian Pendidikan, Pusat Kesehatan u
TNI, Pusat Kedokteran dan Kesehatan POLRI, Pemda dan/atau Dinas a
s
Kesehatan, BPJS Kesehatan, KARS, PERSI, ARSADA, ARSSI, PB IDI, i
R
organisasi profesi, RS UPT vertikal Kementerian Kesehatan dan RS lain yang S
sudah terakreditasi nasional dan/atau internasional. Koordinasi ini U
D
dilaksanakan untuk percepatan akreditasi RS dalam upaya peningkatan mutu U
n
pelayanan menuju Universal Health Coverage (UHC). d
a
t
a
P
a
Laporan Akuntabilitas Kinerja Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2019 57 l
u
.
G
Gambar 3.21 Rapat koordinasi Direktorat Mutu dan Akreditasi Yankes
dengan stake holder dalam upaya percepatan akreditasi RS.
9) Mengalokasikan Dana Alokasi Khusus (DAK) Non Fisik akreditasi rumah sakit
tahun 2019 sebesar Rp 43.975.665.000,- untuk 90 RS untuk melaksanakan
workshop, bimbingan, survei simulasi dan survei akreditasi.
10) Mengalokasikan dana Dekonsentrasi untuk Sosialisasi Standar Akreditasi dan
Evaluasi Mutu Pelayanan Kesehatan di RS tahun 2019 sebesar Rp
3.508.580.000,-. Kegiatan diselenggarakan oleh 16 Dinas Kesehatan Propinsi
untuk sosialisasi Standar Nasional Akreditasi Rumah Sakit (SNARS) edisi 1
dan indikator mutu pelayanan RS.
11) Penyusunan regulasi di bidang mutu pelayanan rumah sakit antara lain:
• Revisi Permenkes 34 tahun 2017 tentang Akreditasi RS untuk
penyempurnaan sistem akreditasi RS dengan melakukan sinkronisasi dan
harmonisasi dengan kebijakan perumahsakitan serta perkembangan
global, kebutuhan dan tuntutan stake holder.
• Finalisasi Kebijakan dan Strategi Mutu Nasional dengan melibatkan lintas
unit/program, rumah sakit, puskesmas dan faskes lain serta Dinas
Kesehatan. Kegiatan bertujuan untuk mendapatkan masukan terhadap
draft Kebijakan dan Strategi Mutu Nasional.
13) Penyusunan Pedoman Pemantauan dan Evaluasi Mutu Pelayanan RS, yang
akan digunakan sebagai acuan bagi Kementerian Kesehatan, Dinkes Provinsi
/ Kabupaten / Kota maupun RS dalam melaksanakan monitoring dan evaluasi
mutu pelayanan di RS. Kemenkes melakukan uji coba instrumen monev di RS
untuk mendapatkan masukan Dinkes Provinsi, Dinkes Kabupaten/Kota dan RS
terhadap implementasi Pedoman dan Instrumen Pemantauan dan Evaluasi
Pelayanan RS.
h. Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi, antara lain:
1) Faktor Anggaran
• Belum semua Pemerintah Daerah mengalokasikan anggaran yang
mendukung pelaksanaan akreditasi RSUD di wilayahnya.
• RKA DAK Non Fisik Akreditasi 2019 di RS memerlukan waktu untuk
disesuaikan dengan DPA Daerah, dan keterlambatan pencairan anggaran
DAK Non Fisik di Pemerintah Daerah yang disebabkan oleh keterlambatan
penyampaian pertanggungjawaban DAK tahun sebelumnya kepada
Kementerian Keuangan.
• Adanya pemotongan APBD untuk pemenuhan sarana, prasarana dan alat
kesehatan, sehingga belum mendukung persiapan akreditasi RS.
• RS milik Pemerintah Daerah yang belum terakreditasi belum berstatus
BLUD dan hanya menggunakan APBD dan/atau DAK Nonfisik Akreditasi.
2) Faktor Waktu
• Proses akreditasi merupakan rangkaian yang panjang dan memakan waktu
yang lama, mulai dari pelatihan atau workshop sampai survei akreditasi
agar dapat mengimplementasikan standar akreditasi dengan baik. Namun
banyak RS yang mempersiapkan akreditasi dalam waktu kurang dari satu
tahun, sehingga persiapan survei menjadi kurang optimal.
C. Realisasi Anggaran
Realisasi Ditjen Pelayanan Kesehatan sampai dengan tanggal 27 Januari 2020
sebesar Rp. 17,524,372,008,857 (90,12%). Persentase realisasi anggaran yang paling
rendah adalah kantor pusat. Hal ini disebabkan lamanya revisi DIPA di kantor pusat
yang berdampak pada realisasi anggaran.
Tabel 3.10 Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2019
Berdasarkan Kegiatan
2051 Pembinaan
1 Fasilitas Pelayanan 465.694.299.000 426,807,633,514 91,65
Kesehatan
2087 Pembinaan
2 Pelayanan 46,853,171,000 35,884,339,312 76,59
Kesehatan Primer
2090 Pembinaan
3 Pelayanan 66,606,852,000 54,107,002,276 81,23
Kesehatan Rujukan
2094 Dukungan
Manajemen dan
Pelaksanaan Tugas
4 Teknis Lainnya pada 130,431,182,000 103,595,704,854 79,43
Program Pembinaan
Pelayanan
Kesehatan
5835 Pembinaan
Pelayanan
5 25,016,224,000 23,423,071,861 93,63
Kesehatan
Tradisional
5836 Mutu dan
6 Akreditasi Pelayanan 47,206,874,000 42,141,011,305 89,27
Kesehatan
Tabel 3.14 Jumlah Kalibrasi Alat Kesehatan di BPFK dan LPFK tahun 2019
No Satker Jumlah Alat yang Dikalibrasi
1 BPFK Jakarta 30.030
2 BPFK Medan 29.276
3 BPFK surabaya 44.255
4 BPFK Makassar 26.890
5 LPFK Surakarta 22.731
6 LPFK Banjarbaru 14.583
Total 167.755
Tujuan dari penilaian ini adalah terkait dengan salah satu sasaran strategis dalam Peta
Strategi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan, yaitu optimalisasi fungsi UPT Vertikal.
Sebagai unit pelaksana teknis maka UPT Vertikal melakukan tugas dan fungsi sebagai
perpanjangan tangan Kementerian Kesehatan (Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
sebagai pengampu satker-satker tersebut).
Keterangan:
Seluruh lokus
Pembangunan
RS Pratama
sudah
melakukan
konstruksi
bangunan
dengan
melampirkan
Kontrak
pemenang
konstruksi,
laporan progres
dan
dokumentasi.
TARGET B12: B12: 100% Data Dukung:
Terbangunnya 3 RS Laporan Progres
Pratama Pembangunan
RS Pratama
Permasalahan:
RSUD Teluk Wondama sudah didukung dengan ketersediaan aliran listrik 24
jam dan koneksi internet yang baik. Namun, pantauan pada Dashboard
TEMENIN belum ada aktivitas pengiriman telemedicine.
2 Pengembangan Hingga 2019: Target 2019: TARGET B04: B04: 100% Data Dukung:
jaringan Terselenggaranya Terselenggaranya Penetapan lokus Puskesmas Dokumen Penetapan Lokus SK Dirjen
telemedicine di Pembinaan pembinaan sebagai Puskesmas
Puskesmas Pelayanan pelayanan Diampu pelayanan
Telemedicine di 20 telemedicine di 20 telemedicine
Puskesmas: Puskesmas
TARGET B06: B06: 100% Data Dukung:
1. Pusk Makbon, 2.
Dilakukannya pelatihan SDM Undangan, Laporam, Absensi dan foto - foto kegiatan
Puskesmas
Penyelenggara Pelayanan
Klafdalim. 3.
Telemedicine di 20
Puskesmas
Puskesmas
Mayamuk, 4.
Puskesmas TARGET B09: B09: 95% Data Dukung: SK SDM Telemedicine masing - masing lokus dan terdaftar
Aimas, Terlaksananya uji coba menerima username dan ID (bagi yang tersedia akses internet) diperlukan
5. Puskesmas pelayanan telemedicine Dukungan BAKTI Kominfo
Warmare, 6.
Puskesmas SP IV Permasalahan:
Prafi, 7. Dari 20 lokus, 19 lokus yang sudah mengirimkan SK SDM Telemedicine.
Puskesmas Masni, Sementara 1 lokus yg belum lengkap terdapat kendala jaringan komunikasi
8. Puskesmas listrik dan internet serta kondisi keamanan di Papua yang tidak kondusif
Sidey, 9. sehingga kesulitan bagi kami untuk melakukan follow up.
Puskesmas Babo
10. Puskesmas Rencana Tindak Lanjut:
Bintuni Akan segera mengirimkan surat ke lokus yang belum menyerahkan SK SDM
11. Puskesmas Telemedicine
Aranday, 12. TARGET B12: B12: 45% Data Dukung:
Puskesmas Tercapainya kesiapan laporan pelaksanaan pelayanan telemedicine hasil evaluasi Dashbord
Merdey, 13. pelaksanaaan pelayanan monitoring lokus yang melaksanakan telemediicin bagi yang sudah memiliki
Puskesmas telemedicine akses internet, laporan kendala pelayanan bagi lokus yang belum
Waigama, 14. melaksanakan telemedicine terutama bagi yang belum memiliki akses
Puskesmas Deer, internet.
15. Puskesmas
Kabare, 16. Permasalahan:
Puskesmas Peef, Dari 20 Puskesmas, hanya 9 Puskesmas yang memiliki aliran listrik dan
17. Puskesmas koneksi internet yang cukup untuk melakukan pelayanan Telemedicine.
Miyah, 18.
Puskesmas Abun, RTL:
19. Puskesmas
- Kemenkes sudah melakukan koordinasi serta bersurat secara resmi ke
Kwoor, 20.
BAKTI Kominfo untuk 11 Puskesmas berdasarkan ketersediaan aliran listrik
Puskesmas Kebar
PLN.
- Mohon bantuan KSP dapat membantu percepatan penyediaan akses
internet dan listrik ke masing-masing lokus telemedicine.
TARGET B09: B09: 50% Data Dukung: SK SDM Telemedicine masing - masing lokus dan terdaftar menerima
Terlaksananya uji coba (RSUD username dan ID (bagi yang tersedia akses internet) diperlukan Dukungan BAKTI
pelayanan telemedicine di 4 Paniai dan Kominfo
RS RS Begerak
Boven Permasalahan:
Digoel) Untuk 2 lokus yg belum lengkap terdapat kendala jaringan komunikasi listrik dan internet
serta kondisi keamanan di Papua yang tidak kondusif sehingga kesulitan bagi kami
untuk melakukan follow up.
Permasalahan:
Dari 4 lokus yg ditetapkan, hanya RSUD Paniai saja yang memilikii ketersediaan aliran
listrik 24 jam dan internet. Sedangkan RSUD Boven Digoel aliran listrik tidak tersedia 24
jam. Untuk RSUD Waghete dan RSUD Angguruk belum menyerahkan SK SDM
Telemedicine, aliran listrik tidak tersedia 24 jam serta koneksi internet tidak mendukung.
RTL:
- Kemenkes sudah melakukan koordinasi serta bersurat secara resmi ke BAKTI
Kominfo untuk penyediaan akses internet pada 3 RS (RSUD Boven Digoel, RSUD
Waghete, RSUD Angguruk) berdasarkan ketersediaan aliran listrik PLN.
- Mohon bantuan KSP dapat membantu percepatan penyediaan akses internet dan
listrik ke masing-masing lokus telemedicine
12 Pengembangan Hingga 2019: Target 2019: TARGET B04: B04: 100% Data Dukung:
jaringan Terselenggaranya Terselenggaranya Penetapan lokus Puskesmas Dokumen Penetapan Lokus SK Dirjen yankes
telemedicine di Pembinaan Pelayanan pembinaan sebagai Puskesmas Diampu
Puskesmas Telemedicine di 50 pelayanan pelayanan telemedicine
Puskesmas telemedicine di 50
TARGET B06: B06: 100% Data Dukung:
Puskesmas
Dilakukannya pelatihan SDM Undangan, Laporam, Absensi dan foto - foto kegiatan
Penyelenggara Pelayanan
Telemedicine di 50
Puskesmas
TARGET B09: B09: 88% Data Dukung: SK SDM Telemedicine masing - masing lokus dan terdaftar menerima
Terlaksananya uji coba username dan ID (bagi yang tersedia akses internet) diperlukan Dukungan BAKTI
pelayanan telemedicine Kominfo
Permasalahan:
Dari 50, ada 44 lokus yang sudah mengirimkan SK SDM Telemedicine. Sementara 6
lokus yg belum lengkap terdapat kendala jaringan komunikasi listrik dan internet serta
kondisi keamanan di Papua yang tidak kondusif sehingga kesulitan bagi kami untuk
melakukan follow up.
Permasalahan:
Dari 50 Puskesmas, hanya 19 Puskesmas yang sudah memiliki koneksi internet dan
aliran listrik yang cukup untuk mendukung pelayanan telemedicine.
TARGET B09: B09: 50% Data Dukung: SK SDM Telemedicine masing - masing lokus dan terdaftar menerima
Terlaksananya uji coba (RSUD username dan ID (bagi yang tersedia akses internet) diperlukan Dukungan BAKTI
pelayanan telemedicine di 4 Paniai dan Kominfo
RS RS Begerak
Boven Permasalahan:
Digoel) Untuk 2 lokus yg belum lengkap terdapat kendala jaringan komunikasi listrik dan internet
serta kondisi keamanan di Papua yang tidak kondusif sehingga kesulitan bagi kami
untuk melakukan follow up.
Permasalahan:
Dari 4 lokus yg ditetapkan, hanya RSUD Paniai saja yang memilikii ketersediaan aliran
listrik 24 jam dan internet. Sedangkan RSUD Boven Digoel aliran listrik tidak tersedia 24
jam. Untuk RSUD Waghete dan RSUD Angguruk belum menyerahkan SK SDM
Telemedicine, aliran listrik tidak tersedia 24 jam serta koneksi internet tidak mendukung.
RTL:
- Kemenkes sudah melakukan koordinasi serta bersurat secara resmi ke BAKTI
Kominfo untuk penyediaan akses internet pada 3 RS (RSUD Boven Digoel, RSUD
Waghete, RSUD Angguruk) berdasarkan ketersediaan aliran listrik PLN.
- Mohon bantuan KSP dapat membantu percepatan penyediaan akses internet dan
listrik ke masing-masing lokus telemedicine
12 Pengembangan Hingga 2019: Target 2019: TARGET B04: B04: 100% Data Dukung:
jaringan Terselenggaranya Terselenggaranya Penetapan lokus Puskesmas Dokumen Penetapan Lokus SK Dirjen yankes
telemedicine di Pembinaan Pelayanan pembinaan sebagai Puskesmas Diampu
Puskesmas Telemedicine di 50 pelayanan pelayanan telemedicine
Puskesmas telemedicine di 50
TARGET B06: B06: 100% Data Dukung:
Puskesmas
Dilakukannya pelatihan SDM Undangan, Laporam, Absensi dan foto - foto kegiatan
Penyelenggara Pelayanan
Telemedicine di 50
Puskesmas
TARGET B09: B09: 88% Data Dukung: SK SDM Telemedicine masing - masing lokus dan terdaftar menerima
Terlaksananya uji coba username dan ID (bagi yang tersedia akses internet) diperlukan Dukungan BAKTI
pelayanan telemedicine Kominfo
Permasalahan:
Dari 50, ada 44 lokus yang sudah mengirimkan SK SDM Telemedicine. Sementara 6
lokus yg belum lengkap terdapat kendala jaringan komunikasi listrik dan internet serta
kondisi keamanan di Papua yang tidak kondusif sehingga kesulitan bagi kami untuk
melakukan follow up.
Permasalahan:
Dari 50 Puskesmas, hanya 19 Puskesmas yang sudah memiliki koneksi internet dan
aliran listrik yang cukup untuk mendukung pelayanan telemedicine.
Bengkulu
Lampung
Maluku
Kepulauan Riau
Banten
Papua
Bali
Riau
Jambi
Kalimantan Barat
Sumatera Barat
Jawa Barat
Jawa Tengah
Kalimantan Timur
Kalimantan Selatan
Sumatera Selatan
Papua Barat
D.I. Yogyakarta
Jawa Timur
Kalimantan Utara
Aceh
Sulawesi Tengah
Sulawesi Barat
Gorontalo
Maluku Utara
Kep. Bangka Belitung
Kalimantan Tengah
Sulawesi Selatan
Sulawesi Tenggara
T R T R T R
Jika dibandingkan dengan target yang telah ditetapkan, maka realisasi tahun
2019 mencapai 171 kab/kota di 28 Provinsi, dari 150 kab/kota yang ditargetkan
(114%). Data capaian diperoleh dari kumulatif tahun sebelumnya. Pencapaian
tahun 2019 bila dibandingkan dengan tahun 2018 meningkat 123%.
Capaian kab/kota yang melakukan Pelayanan Kesehatan Bergerak tahun 2019
ditampilkan pada gambar berikut:
TARGET/TAHUN
NO PROGRAM/KEGIATAN SASARAN INDIKATOR
2015 2016 2017 2018 2019
1 Pembinaan Upaya Meningkatnya Pemetaan, Presentase RS Regional 3% 6% 12% 20% 32%
Penunjang Medik dan mutu pelayanan penunjang sebagai pengampu
Sarana Kesehatan medik, sarana prasarana dan Pelayanan Telemedicine
peralatan kesehatan
Cara Perhitungan :
Jumlah RS rujukan regional yang memberikan pelayanan sebagai pengampu
telemedicine) / (jumlah seluruh RS rujukan regional) x 100
4. Sehatpedia
SehatPedia merupakan aplikasi online yang menyediakan komunikasi,
informasi dan edukasi kepada masyarakat untuk menerapkan gaya hidup sehat. Hal
ini sejalan dengan Program Indonesia Sehat dalam mendukung upaya promotif dan
preventif yang dilaksanakan melalui tiga pilar utama yaitu paradigma hidup sehat,
penguatan pelayanan kesehatan dan jaminan kesehatan nasional.
Salah satu strategi inovasi dalam peningkatan akses pelayanan kesehatan
kepada masyarakat yaitu pemanfaatan teknologi dan informasi untuk memudahkan
masyarakat dalam mengakses pelayanan kesehatan. Oleh karena itu, dalam upaya
mendekatkan dan memudahkan masyarakat terhadap akses pelayanan kesehatan
melalui pendekatan teknologi, Kementerian Kesehatan RI menghadirkan aplikasi
SehatPedia dengan jumlah dokter SehatPedia 638 terdiri dari 54 dokter umum, 72
dokter gigi dan 512 dokter spesialis dari 33 RS Vertikal. Jumlah artikel kesehatan
sebanyak 1927 artikel.
Pada tanggal 21 Agustus 2019, aplikasi SehatPedia mendapatkan
penghargaan juara 1 pada Kompetisi Inovasi Pelayanan Publik, Kolaborasi Dalam
Kegiatan Penyelenggaraan Pelayanan Publik oleh Menteri Kesehatan RI.
Pengembangan inovasi SehatPedia bersinergi dengan Pelaku Usaha Digital
Bidang Kesehatan dalam bentuk penandatanganan MOU antara Kementerian
Kesehatan dengan Enam Pelaku Usaha Digital Bidang Kesehatan, yaitu (1) PT.
Gambar 3.46 Tampilan aplikasi Rumah Sakit Online versi 2 setelah login
6. Pengembangan SIPDAH
Sistem Informasi Pelayanan Darah (SIPDAH) merupakan sistem pelaporan dan
pengolahan data kegiatan pelayanan darah di Unit Transfusi Darah (UTD) berbasis
web yang dikembangkan oleh Ditjen Pelayanan Kesehatan. Layanan data dalam
SIPDAH meliputi data umum UTD, donasi darah lengkap dan apheresis, pendonor,
uji saring Infeksi Menular Lewat Transfusi Darah (IMLTD), darah yang dimusnahkan,
komponen darah, permintaan darah, pelayanan darah di rumah, ketenagaan UTD
Sampai dengan tahun 2019, terdapat 458 UTD yang tersebar di 34 provinsi
Indonesia, terdiri dari 231 UTD milik Rumah Sakit, 3 UTD milik Dinas Kesehatan
dan 234 UTD milik Palang Merah Indonesia (PMI). Manfaat yang diperoleh dari
Dalam rangka memperkenalkan SIPDAH kepada user UTD, pada tahun 2019
telah dilakukan sosialisasi sistem tersebut dalam acara Workshop Sistem Informasi
Pelayanan Darah. Acara ini diselenggarakan oleh Direktorat Pelayanan Kesehatan
Primer pada tanggal 4-6 November 2019 di Makassar dan 25-27 November 2019 di
Yogyakarta, dihadiri oleh 70 peserta perwakilan UTD yang bertanggung jawab
terhadap pelaporan pelayanan darah.
9. FKTP Berprestasi
Penyelenggaraan Lomba FKTP Berprestasi. Kegiatan ini dilaksanakan berdasarkan
Permenkes No. 24 tahun 2015 tentang Penilaian FKTP Berprestasi. Kegiatan ini
telah berjalan sejak tahun 2012 sebagai rangkaian peringatan Hari Kesehatan
Nasional tahun 2019. Penghargaan Menteri Kesehatan kepada FKTP Berprestasi
merupakan pengakuan pemerintah terhadap kinerja dan kualitas pelayanan
Puskesmas secara institusi sebagai pemberi layanan kesehatan strata pertama,
dengan tujuan:
✓ Pemberian pengakuan dan penghargaan dari Menteri Kesehatan atas
prestasi FKTP dalam memberikan pelayanan kesehatan yang aman dan
bermutu, sekaligus memberikan outcome sesuai tujuan
Tabel L2.1 Alokasi dan Realisasi Anggaran Ditjen Pelayanan Kesehatan Tahun 2018
Berdasarkan Sumber Dana
Berdasarkan tabel L2.1 terlihat perbandingan antara alokasi dan realisasi anggaran
menurut sumber dana, menjadi jelas bahwa alokasi Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan
sebagian besar bersumber dari pendapatan BLU UPT Vertikal, sebanyak 12,4 M atau 72,58%
dari total alokasi anggaran. Hal ini justru menggambarkan bahwa UPT Vertikal merupakan
faktor penambah alokasi dan di masa depan memberi gambaran positif terkait kemandirian
UPT Vertikal dalam hal sumber penganggaran.
Anggaran kantor daerah terdiri dari 13,60% belanja pegawai, 74,51% belanja barang
dan 11,89% belanja modal. Belanja barang digunakan untuk biaya operasional perkantoran,
penyediaan barang habis pakai dan obat-obatan. Sedangkan belanja modal digunakan untuk
pengadaan barang investasi (alat kesehatan, pembangunan gedung, dll). Belanja modal ini
digunakan untuk meningkatkan mutu pelayanan kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan
tersebut.
Tabel L2.3 Perbandingan antara alokasi dan realisasi masing-masing satker UPT Vertikal
Tabel L2.4 Kinerja Dinkes Provinsi sebagai salah satu penerima alokasi anggaran
REALISASI
SATKER PAGU %
SP2D
019008 | DINAS KESEHATAN
563.200.000 556.065.000 98,73%
PROVINSI DKI JAKARTA
029016 | DINAS KESEHATAN PROP.
2.066.009.000 1.871.871.415 90,60%
JAWA BARAT
039023 | DINAS KESEHATAN
2.246.341.000 2.094.961.620 93,26%
PROPINSI JAWA TENGAH
049005 | DINAS KESEHATAN
1.406.958.000 1.251.507.879 88,95%
PROVINSI D.I. YOGYAKARTA
059007 | DINAS KESEHATAN
2.501.471.000 2.136.193.080 85,40%
PROVINSI JAWA TIMUR