Anda di halaman 1dari 19

PROPOSAL PENELITIAN

ANALISIS IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PELAYANAN KESEHATAN PROGRAM


RUJUK BALIK SELAMA PANDEMI COVID 19
(Studi Kasus Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Program Rujuk Balik Pada Program Jaminan
Kesehatan Nasional di RS WATES HUSADA GRESIK dan RSI NASHRUL UMMAH
LAMONGAN Tahun 2021)

Oleh:
Farichah Septiana Arindani, drg

2021

0
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Rumah Sakit adalah suatu organisasi layanan kesehatan yang tidak akan pernah menjadi
suatu organisasi yang soliter atau terisolir dari lingkungannya, akan tetapi merupakan
organisasi yang hidup dalam lingkungan dinamis dan syarat dengan dinamika persaingan.

Dari Tabel tersebut dapat dilihat jika sebelum masa pandemi covid-19 pertumbuhan RS di
Indonesia semakin meningkat sehingga persaingan rumah sakit akan semakin kompleks. Pola
pengelolaan rumah sakit saat ini telah mengalami perubahan terutama pada peningkatan mutu
pelayanan kesehatan yang berkualitas sehingga memberikan kepuasan terhadap pasien dan
kunjungan pasien juga akan meningkat (Munafi’ah, 2017). Direktur Utama RSUP Dr. Kariadi
Semarang, Agus Suryanto (2020) menyampaikan bahwa kesadaran masyarakat terhadap
standar pelayanan kesehatan semakin tinggi. Pada saat yang bersamaan, tuntutan terhadap hak-
hak pasien sebagai konsumen juga kian meningkat.
Rumah Sakit terus berusaha meningkatkan kualitas pelayanannya serta tetap mengarahkan
orientasi pelayanan kesehatannya kepada pasien sebagai pengguna jasa layanan kesehatan
(consumer oriented), antara lain dengan menyelenggarakan Program BPJS Kesehatan
(Sudradjat, 2020). BPJS sendiri merupakan hasil implementasi dari Kebijakan Pemerintah
Indonesia melalui Undang-undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang juga merupakan implementasi dari kesepakatan World Health

1
Organization (WHO) dalam mencapai Universal Health Coverage di Tahun 2014
(Ginting,2016).
Salah satu program unggulan BPJS yang mengacu pada Permenkes RI Nomor 28 Tahun
2014 guna meningkatkan kualitas pelayanan kesehatan bagi peserta BPJS Kesehatan serta
memudahkan akses pelayanan kesehatan kepada peserta penderita penyakit kronis yaitu
program rujuk balik (BPJS, 2014). Program Rujuk Balik (PRB) merupakan pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih
memerlukan pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di
fasilitas kesehatan tingkat pertama atas rekomendasi/rujukan dari dokter spesialis/sub spesialis
yang merawat (BPJS, 2020). Jenis penyakit yang termasuk dalam program rujuk balik adalah
diabetus mellitus, hipertensi, jantung, asma, penyakit paru obstruktif kronik (PPOK), epilepsy,
schizophrenia, stroke dan systemic lupus erythematous (SLE). Peserta program rujuk balik
adalah peserta dengan diagnosa penyakit kronis yang telah ditetapkan dalam kondisi
terkontrol/stabil oleh dokter spesialis/sub spesialis (BPJS, 2014).
Sejak ditemukannya kasus positif Covid-19 pertama di Indonesia pada tanggal 2 Maret
2020, hingga kini penyebaran virus tersebut masih terus berlanjut bahkan telah mencapai
seluruh provinsi di Indonesia. Data dari PHEOC Kementerian Kesehatan sendiri telah mencatat
1.791.221 Kasus Konfirmasi dan 49.771 Kasus Meninggal (2,8%) per 26 Mei 2021 (Kemkes
RI, 2021). Dengan mempertimbangkan penyebaran Covid-19 dan dampaknya pada aspek
politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di
Indonesia, maka Presiden Joko Widodo menetapkan Kepres 11/2020 tentang penetapan
kedaruratan kesehatan masyarakat Covid-19. Kepala BNPB juga menetapkan status Keadaan
Tertentu Darurat Bencana Wabah Penyakit Akibat Virus Corona di Indonesia melalui Surat
Keputusan Nomor 13.A tahun 2020. Dengan keputusan ini, maka status keadaan tertentu
berlaku selama 91 hari, terhitung sejak 29 Februari 2020 sampai dengan 29 Mei 2020.

2
Dari data DJSN BPJS Kesehatan tahun 2020 tersebut bisa dilihat bahwa Pandemi COVID-
19 memberikan dampak pada sistem kesehatan termasuk berkurangnya pelayanan kesehatan
bukan COVID-19 di fasilitas Kesehatan Tingkat Lanjut (FKTL). Dibuktikan dengan
kunjungan rawat jalan FKTL dari yang awalnya sejak tahun 2014 sampai 2019 meningkat
(terakhir tahun 2019 sebesar 84,7 juta) dan menurun pada tahun 2020 menjadi sebesar 69,6 juta
(DJSN, 2020).
Laporan BPJS menyatakan bahwa jumlah rujukan pasien yang dirujuk ke FKRTL pada
tahun 2015 ada sebanyak 11,9 juta kunjungan dengan tingkat rasio rujukan 11,87% (BPJS,

3
2016). Pada tahun 2017 jumlah pencapaian PRB terjadi peningkatan sebanyak 818,804 peserta.
Sedangkan, jumlah rujukan pasien yang dirujuk ke FKRTL pada tahun 2017 ada sebanyak 18.9
juta kunjungan dengan tingkat rasio 12,57% (BPJS, 2018). Berdasarkan data BPJS Kesehatan
pada September 2020 menunjukkan angka peserta PRB sejumlah 966.719 pada Januari 2019
dan meningkat menjadi 1.658.411 pada September 2020 (BPJS,2020). Hal tersebut
menunjukkan peningkatan kinerja rekrutmen peserta PRB meski memasuki masa pandemi
COVID-19. Bahkan peningkatannya lebih signifikan dibandingkan dengan sebelum pandemi
COVID-19.
Hal tersebut tentu menjadi pertanyaan karena angka kunjungan pasien ke Rumah
Sakit/FKTL menurun namun angka rekrutmen PRB meningkat. Namun pada kondisi di
lapangan tingkat pencapaian rekrutmen PRB bervariasi tiap FKTL. Faktor dan pelaksanaannya
seperti apa peneliti ingin mengetahuinya lebih lanjut.
Tabel Pencapaian Peserta PRB di wilayah KC Jawa Barat Tahun 2019

Tabel Pencapaian Peserta PRB di wilayah KC Jawa Barat Tahun 2019

Sumber: Hasil Olah Luaran Aplikasi SSBI per 29 Juni 2020

4
Dari data tersebut dapat dilihat bahwa angka rata-rata pencapaian PRB di kantor cabang
wilayah Jawa barat pada tahun 2019 sebesar 47% dan meningkat di masa pandemi COVID-19
tahun 2020 sebanyak 66%. Namun pada tiap kantor cabang memiliki angka rata-rata
pencapaian yang bervariasi. Ada yang meningkat dibanding tahun sebelumnya dan ada pula
yang menurun.
Ginting (2016) menjelaskan hasil penelitiannya tentang analisis pelaksanaan program rujuk
balik di Puskesmas Plus Perbaungan bahwa tenaga kesehatan pelaksana rujuk balik di
Puskesmas Plus Perbaungan memiliki pengetahuan cukup baik mengenai PRB. Petugas/tenaga
kesehatan juga siap dalam pelaksanaan PRB. Ketersediaan obat mencukupi untuk pelayanan
kesehatan PRB. Namun prosedur dan proses pelaksanaan rujuk balik di Puskesmas Plus
Perbaungan belum berjalan dengan baik. Hambatan dalam pelaksanaan rujukbalik adalah
masih banyak masyarakat Kecamatan Perbaungan belum mengerti manfaat PRB Monitoring
pelaksanaan PRB hanya dilakukan oleh kepala puskesmas. Dinas Kesehatan dan BPJS
Kesehatan belum pernah melakukan evaluasi dan pengawasan PRB di Puskesmas Plus
Perbaungan.
Penelitian yang lain dilakukan oleh Pertiwi (2017) menunjukkan bahwa pelaksanaan
program rujuk balik di RSUD Tidar Kota Magelang belum optimal dari faktor komunikasi
(dokter spesialis di FKTL dengan dokter umum di FKTP) di aspek kejelasan. Hal ini terbukti
dengan informasi yang seharusnya disampaikan oleh dokter spesialis melalui surat rujuk balik
tidak dituliskan. Surat rujuk balik yang digunakan oleh FKTL juga masih berubah-ubah.
Sumber daya belum memenuhi (SDM secara kuantitas masih kurang mencukupi, tetapi secara
kualitas sudah mampu, sedangkan segi fasilitas terkendala pada persediaan obat yang masih
sering kosong). Disposisi pelaksana program sudah mendukung. Struktur birokrasi dari segi
SOP sudah tersedia tetapi belum dilaksanakan dengan baik. Struktur organisasi untuk PRB
belum dibentuk dan koordinasi dilakukan secara langsung.
Sudradjat (2020) dalam penelitiannya menemukan bahwa program rujuk balik ini dalam
proses pelaksanaanya masih ditemukan kendala, dalam pelaksanaaan kebijakannya belum
konsisten atau optimal dikarenakan beban kerja yang berlebih dan waktu yang tidak mencukupi
menjadikan dokter spesialis sulit melengkapi formulir rujuk balik. Selain itu, persepsi dokter
spesialis masih merasa kurang percaya terhadap kompetensi dan kualitas rujukan dokter FKTP,
serta kurangnya komunikasi dan koordinasi antara dokter spesialis dengan dokter FKTP dalam
penanganan pasien.
Pandemi Covid-19 telah mendorong bangsa Indonesia melakukan inovasi di berbagai hal,
mulai dari bidang industri kesehatan, obat, bidang riset, teknologi, bahkan hingga bidang

5
pelayanan publik dalam memberikan pelayanan kesehatan yang paripurna. Oleh karena itu
peneliti tertarik untuk meneliti dan menganalisis implementasi kebijakan pelaksanaan program
rujuk balik di RS Wates Husada yang merupakan rumah sakit dengan Angka Rujuk Balik
tertinggi di wilayah Gresik pada masa pandemi COVID 19 dan di RSI Nashrul Ummah
Lamongan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana implementasi kebijakan program rujuk balik di RS Wates Husada Gresik?
2. Bagaimana implementasi kebijakan program rujuk balik di RSI Nashrul Ummah
Lamongan?
3. Bagaimana Pengaruh Faktor Isi/Konten Kebijakan terhadap keberhasilan program
rujuk balik di RS Wates Husada?
4. Bagaimana Pengaruh Faktor Isi/Konten Kebijakan terhadap keberhasilan program
rujuk balik di RSI Nashrul Ummah?
5. Bagaimana Pengaruh faktor implementator/pelaksana dan kelompok sasaran terhadap
keberhasilan program rujuk balik di RS Wates Husada?
6. Bagaimana Pengaruh faktor implementator/pelaksana dan kelompok sasaran terhadap
keberhasilan program rujuk balik di RSI Nashrul Ummah?
7. Bagaimana pengaruh faktor lingkungan terhadap keberhasilan program rujuk balik di
RS Wates Husada?
8. Bagaimana pengaruh faktor lingkungan terhadap keberhasilan program rujuk balik di
RSI Nashrul Ummah?
1.3 Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk menganalisis implementasi PRB di RS Wates Husada dan RSI Nashrul Ummah
dan menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh, yaitu faktor isi atau konten kebijakan, faktor
implementator atau pelaksana dan kelompok sasaran, serta faktor lingkungan dimana kebijakan
tersebut di implementasikan
2. Tujuan Khusus
1) Untuk mengetahui implementasi kebijakan program rujuk balik di RS Wates Husada
Gresik.
2) Untuk mengetahui implementasi kebijakan program rujuk balik di RSI Nashrul Ummah
Lamongan.

6
3) Untuk mengetahui pengaruh Faktor Isi/Konten Kebijakan terhadap keberhasilan
program rujuk balik di RS Wates Husada.
4) Untuk mengetahui Pengaruh Faktor Isi/Konten Kebijakan terhadap keberhasilan
program rujuk balik di RSI Nashrul Ummah.
5) Untuk mengetahui pengaruh faktor implementator/pelaksana dan kelompok sasaran
terhadap keberhasilan program rujuk balik di RS Wates Husada.
6) Untuk mengetahui pengaruh faktor implementator/pelaksana dan kelompok sasaran
terhadap keberhasilan program rujuk balik di RSI Nashrul Ummah.
7) Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap keberhasilan program rujuk
balik di RS Wates Husada.
8) Untuk mengetahui pengaruh faktor lingkungan terhadap keberhasilan program rujuk
balik di RSI Nashrul Ummah.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan memberi konstribusi bagi perkembangan ilmu kesehatan
masyarakat khususnya pengembangan ilmu masyarakat kesehatan bidang administrasi
kesehatan.
2. Manfaat Praktis
a. Rumah Sakit
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan evaluasi bagi Rumah Sakit
untuk meningkatkan kinerja dalam pelaksanaan sistem rujukan balik.
b. Dinas Kesehatan
Sebagai masukan dan evaluasi pada bidang atau seksi yang mengurusi sistem rujukan
pelayanan kesehatan sehingga terjadi pemerataan pemanfaatan pelayanan kesehatan di
Gresik.
c. BPJS
Sebagai masukan untuk membuat mengevaluasi pelaksanaan sistem rujukan balik sehingga
tidak terjadi penumpukan pelayanan di rumah sakit dan dapat menekan dan pemerataan
pembiayaan kesehatan di setiap fasilitas kesehatan.
d. Rumah Sakit Lain
Sebagai masukan dan sumber inspirasi dalam melaksanakan dan mengevaluasi kinerja
pelayanan sistem rujuk balik di instansi masing – masing.

7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sistem Rujukan
2.1.1 Definisi
Sistem rujukan adalah suatu sistem penyelenggaraan kesehatan yang melaksanakan
pelimpahan tanggung jawab yang timbale balik terhadap suatu kasus penyakit atau masalah
kesehatan secara vertikal dalam arti dari unit yang berkemampuan kurang kepada unit yang
lebih mampu atau secara horizontal dalam unit-unit yang setingkat kemampuannya (Kemenkes
RI, 2013).
2.1.2 Macam
Menurut Sugiyono (2015), terdapat dua macam rujukan yakni:
1. Rujukan Kesehatan
Rujukan Kesehatan adalah rujukan pelayanan yang umumnya berkaitan dengan upaya
peningkatan promosi kesehatan (promotif) dan pencegahan (preventif). Misalnya, merujuk
pasien dengan masalah gizi ke klinik konsultasi gizi (pokok gizi puskesmas), atau pasien
dengan masalah kesehatan kerja ke klinik sanitasi puskesmas (pos Unit Kesehatan Kerja).
Rujukan ini mencakup rujukan teknologi, sarana dan operasional. Adapun rujukan yang
menyangkut masalah kesehatan yang sifatnya preventif dan promotif meliputi kegiatan:
a. Terjadinya KLB atau terjangkitnya penyakit menular.
b. Pemberian bantuan pangan atas terjadinya bahaya kelaparan atau korban bencana alam.
c. Sarana dan teknologi untuk penyediaan air bersih.
d. Pemeriksaan spesimen air di lab kesehatan.
2. Rujukan Medik
Rujukan ini berkaitan dengan upaya penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan
pasien. Disamping itu juga mencakup rujukan pengetahuan (konsultasi medis) dan bahan-
bahan pemeriksaan. Pelimpahan tanggung jawab secara timbal balik atas satu kasus yang lebih
berwenang dan mampu menanganinya secara rasional. Jenis rujukan medik antara lain:
a. Transfer of patient
Konsultasi penderita untuk keperluan diagnostik, pengobatan, tindakan operatif dan
lain-lain
b. Transfer of specimen
Pengiriman bahan (spesimen) untuk pemeriksaan laboraturium yang lebih lengkap.
c. Transfer of knowledge/personel

8
Mengirim tenaga yang lebih kompeten atau ahli untuk meningkatkan mutu layanan
pengobatan setempat.
2.1.3 Manfaat
Beberapa pihak (termasuk tenaga kesehatan) belum banyak mengetahui manfaat yang
didapatkan bila sistem rujukan berjenjang dilaksanakan secara efektif. Manfaat tersebut antara
lain (Michael, 2018):
1. Memastikan hubungan yang erat antar pelaku sistem kesehatan di segala tingkatan. Sistem
rujukan berjenjang yang efektif secara tidak langsung akan mendorong seluruh faskes dan
tenaga kesehatan untuk saling berkoordinasi dalam penanganan medis pasien. Hubungan
profesi antar tenaga kesehatan dapat diperkuat dengan sistem rujukan tersebut.
2. Memastikan pasien mendapatkan pelayanan kesehatan yang optimal. Pasien yang mendapat
rujukan ke faskes dengan sumberdaya manusia, peralatan dan kemampuan yang lebih tinggi
tentu akan mendapatkan pelayanan yang lebih baik. Jika sistem rujukan tidak berjalan, maka
pasien “dipaksa” menerima pelayanan yang tidak memadai. Kondisi sebaliknya bisa terjadi,
pasien dengan kondisi kesehatan ringan mendapat pelayanan yang lebih mahal. Kondisi ini
dalam bidang asuransi kesehatan disebut dengan adverse selection. 3. Menjamin perawatan
pasien yang kontinyu. Sistem rujukan berjenjang menjamin kontinyuitas pelayanan
kesehatan terhadap pasien, karena faskes akan mengalihkan peran dan tanggung jawab
penanganan kondisi medis ke fakses yang lebih tinggi kemampuannya. Hal ini akan
mencegah terjadinya pasien yang putus pengobatan akibat kurangnya kemampuan faskes
dalam melayani.
4. Menjamin seluruh faskes di berbagai tingkat mendapatkan peralatan medis yang memadai.
Sistem rujukan berjenjang mendorong pemerintah setempat dan pemodal untuk melengkapi
peralatan medis yang dimiliki faskes, atau melengkapi dengan jenis pelayanan medis
lainnya. Rumah sakit dengan tipe tertentu akan berusaha memenuhi persyaratan alat dan
teknologi yang dimilikinya.
2.2 Program Rujukan Balik
2.2.1 Definisi PRB
Program Rujuk Balik (PRB) merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau asuhan
keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di fasilitas kesehatan tingkat pertama atas
rekomendasi/rujukan dari dokter spesialis/sub spesialis yang merawat (BPJS, 2020).
Penyakit kronis yang termasuk dalam cakupan PRB adalah:
1. diabetes mellitus;
9
2. hipertensi;
3. penyakit jantung;
4. asma;
5. penyakit paru obstruktif kronik (PPOK);
6. epilepsy;
7. gangguan kesehatan jiwa kronik;
8. stroke;
9. sindroma lupus eritematosus (SLE)
2.2.2 Manfaat PRB
Dalam buku Panduan Praktis Program Rujuk Balik beberapa manfaat Rujuk Balik
yaitu:
a. Bagi Peserta BPJS (2014). Manfaat Rujuk Balik bagi Peserta adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan kemudahan akses pelayanan kesehatan
2. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
3. Meningkatkan hubungan dokter dengan pasien dalam konteks pelayanan holistik.
4. Memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan.
b. Bagi Faskes Tingkat Pertama BPJS (2014). Manfaat Rujuk Balik bagi Faskes Tingkat
Pertama adalah sebagai berikut:
1. Meningkatkan fungsi faskes selaku Gate Keeper dari aspek pelayanan komperehensif
dalam pembiayaan yang rasional
2. Meningkatkan kompetensi penanganan medik berbasis kajian ilmiah terkini (evidence
based) melalui bimbingan organisasi/Dokter Spesialis
3. Meningkatkan fungsi pengawasan pengobatan
c. Bagi Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan BPJS (2014). Manfaat Rujuk Balik bagi Faskes
Rujukan Tingkat Lanjutan adalah sebagai berikut:
1. Mengurangi waktu tunggu pasien di POLI RS
2. Meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di Rumah Sakit
3. Meningkatkan fungsi spesialis sebagai koordinator dan manajemen penyakit.
2.2.3 Prosedur Pelayanan PRB
Untuk mendapatkan manfaat pelayanan Program Rujuk Balik maka Peserta
mendaftarkan diri sebagai peserta PRB kepada petugas Rumah Sakit (PIC PRB) dengan
membawa:

10
1. Surat Rujuk Balik (SRB) dari Dokter Spesialis/ Sub Spesialis yang merawat;
2. Resep obat PRB;
3. Hasil pemeriksaan penunjang (jika diperlukan).
Setelah menjadi Peserta PRB, maka peserta datang ke FKTP tempat Peserta terdaftar
dengan membawa:
1. Kartu Identitas Peserta JKN-KIS atau JKN-KIS Digital;
2. SRB dan resep/copy resep obat PRB;
3. Buku pemantauan Peserta PRB-Prolanis (bagi yang sebelumnya telah mendapatkannya.
Selanjutnya Peserta akan mendapatkan obat untuk kebutuhan paling banyak 30 (tiga
puluh) hari di Apotek PRB/ruang farmasi Puskesmas/Instalasi Farmasi Klinik Pratama yang
telah bekerjasama dengan BPJS Kesehatan untuk memberi pelayanan obat PRB. (BPJS, 2020)
2.2.4 Evaluasi PRB
Untuk data potensi Peserta PRB, tadinya rekrutmen Peserta PRB sepenuhnya
diserahkan kepada Dokter Spesialis/Sub Spesialis untuk merujuk balik peserta. Namun saat ini
sudah ada tools bantu untuk menentukan calon peserta PRB, baik di VClaim maupun aplikasi
Business Intelligence (BI). Tools ini juga dapat membantu FKRTL dan BPJS Kesehatan untuk
memantau peserta yang telah stabil, namun masih mendapatkan pelayanan yang sama di
FKRTL. Data potensi Peserta PRB pada aplikasi BI ini bersifat dinamis berdasakan perilaku
peserta. Data potensi PRB tersebut akan secara langsung teridentifikasi pada aplikasi VClaim,
dan akan tercetak pada lembaran Surat Eligibilitas Peserta (SEP) sebagai Peserta potensi PRB
(BPJS,2020).
Untuk peserta JKN-KIS yang memenuhi kriteria mendapatkan pelayanan Program
Rujuk Balik, Dokter Spesialis/Sub Spesialis akan memberikan Surat Rujuk Balik (SRB) yang
disertai dengan arahan tindak lanjut pengobatan oleh FKTP dan memberikan resep obat sesuai
jenis obat PRB. Mereka akan didaftarkan oleh person in charge (PIC) PRB di FKRTL sebagai
Peserta PRB melalui aplikasi VClaim (BPJS,2020).
Untuk memudahkan pemantauan dalam pemberian obat dan juga memberikan
kepastian penyediaan obat, dilakukan mapping FKTP (peserta PRB) ke apotek/ruang
farmasi/instalasi farmasi yang melayani obat PRB, paling sedikit 550 Peserta PRB yang dapat
berasal dari satu atau beberapa FKTP secara bertahap. Melalui proses mapping ini, peserta
dapat lebih dipantau pengobatannya oleh Apoteker di Apotek PRB. Peserta juga mendapat
kemudahan dalam mendapatkan obat PRB di apotek yang ditunjuk, serta mendapat kepastian
untuk penyediaan obat PRB yang dibutuhkan. Sedangkan untuk apotek sendiri, mereka dapat
melakukan perencanaan atas kebutuhan obat berdasarkan jumlah peserta yang di-mapping.
11
Proses ini juga dapat meningkatkan pemantauan penggunaan obat sesuai standar pelayanan
kefarmasian oleh apotek. Di samping itu, apotek juga memiliki kepastian terhadap jumlah
peserta yang dilayani, sehingga berdampak pada keekonomian apotek (BPJS, 2020).
2.2.5 Program Rujuk Balik Di Masa Pandemi COVID-19
Selain pelayanan kesehatan, BPJS Kesehatan juga menerapkan kebijakan khusus terkait
pelayanan obat Program Rujuk Balik (PRB). Pelayanan ini diberikan untuk pasien penderita
penyakit kronis tertentu (diabetes melitus, hipertensi, penyakit jantung, asma, Penyakit Paru
Obstruktif Kronik (PPOK), epilepsi, gangguan kesehatan jiwa kronik, stroke, dan Sindroma
Lupus Eritematosus (SLE)) dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau
asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di FKTP atas rekomendasi atau rujukan
dari Dokter Spesialis/Sub Spesialis yang merawat.
Ketentuan khususnya adalah, dokter FKTP dapat meresepkan obat PRB untuk
kebutuhan maksimal dua bulan dengan peresepan tiap bulan maksimal 30 hari. Pengambilan
obat pada bulan ke-2 dapat dilakukan secara langsung ke Apotek PRB tanpa harus melakukan
kontak langsung dengan dokter FKTP kecuali ada keluhan, atau menggunakan mekanisme
pengiriman obat. Jadwal pengambilan obat kronis untuk kebutuhan bulan ke-2 dapat
disesuaikan lebih awal yaitu paling cepat 1 (satu) bulan dari jadwal pengambilan obat yang
seharusnya. Pengambilan obat tersebut tetap memperhatikan eligibilitas peserta terkait status
aktif pada saat tanggal pelayanan obat yang seharusnya. Oleh karenanya, di prioritaskan bagi
PBI pemerintah pusat maupun daerah serta PPU PN.
Terkait kebijakan ini, FKTP dan Apotek PRB harus mengumumkan dan
menyampaikan informasi kepada peserta dan Kantor Cabang BPJS Kesehatan tentang jam
pelayanan (kontak langsung dan kontak tidak langsung), serta nomor kontak dokter dan
apoteker.Berbagai ketentuan khusus ini berlaku sementara untuk merespon penyebaran Covid-
19. BPJS Kesehatan akan melakukan evaluasi kembali sesuai dengan perkembangan kondisi
pandemi Covid-19 di Indonesia (BPJS Edisi 86,2020).
2.3 Kebijakan Publik
2.3.1 Definisi
Kebijakan publik mcnurut pandangan Anderson (dalam Muchlis Hamdi, 2014; 36,
dalam Sudradjat, 2020; 253), karakter utama dari kebijakan publik adalah:
1. Setiap kebijakan publik selalu memiliki tujuan, yakni untuk menyelesaikan masalah publik.
Setiap kebijakan publik akan selalu mengandung makna sebagai suatu upaya masyarakat
untuk mencari pemecahan masalah yang mereka hadapi dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam kontek ini kebijakan publik juga dapat dipandang sebagai suatu upaya untuk
12
menyelesaikan masalah bersama warga negara yang tidak dapat mereka tanggulangi secara
perorangan.
2. Setiap kebijakan publik selalu merupakan pola tindakan yang terjabarkan dalam program
dan kegiatan. Oleh karena itu suatu kebijakan publik secara lebih konkret dapat diamati
dalam wujud rencana, program, dan kegiatan. Dalam konteks ini, aspek khas dari kebijakan
publik adalah esensinya sebagai suatu upaya untuk menemukan jawaban terhadap persoalan
atau masalah yang sulit.
3. Setiap kebijakan publik selalu termuat dalam hukum positif.
2.3.2 Faktor Yang Mempengaruhi Kebijakan Publik
Berdasarkan teori yang dikemukakan oleh Grindle (dalam Budiman Rusli 2015:96,
dalam Sudradjat, 2020;254), Menjelaskan bahwa keberhasilan implementasi sebuah kebijakan
dipengaruhi oleh faktor:
1. Isi atau konten kebijakan
Sebuah kebijakan yang baik harus jelas dari sisi isi kebijakannya, mudah
dikomunikasikan kepada sasaran, didukung oleh sumber daya finansial.
2. Implementator
Kebijakan dapat diimplementasikan dengan baik apabila para pelaksana memiliki
kapabilitas, kompetensi, konsisten dalam melaksanakan tugas serta memiliki komitmen.
Pada dasarnya implementator atau pelaksana ini harus dapat melaksanakan tugasnya sesuai
dengan arahan dari si pembuat tiga faktor yatiu faktor isi atau konten kebijakan, faktor
implementator atau pelaksana dan kelompok sasaran, serta faktor lingkungan dimana
kebijakan tersebut di implementasikan., ketiga faktor tersebut diatas belum menunjukan
dukungannya terhadap keberhasilan kebijakan tersebut.
3. Lingkungan.
Keadaan sosial ekonomi, politik, dukungan publik maupun kultur populasi tempat
sebuah kebijakan diimplementasikan juga akan mempengaruhi keberhasilan kebijakan
publik.

13
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif dengan pendekatan kualitatif yang
bertujuan untuk mengetahui secara jelas dan lebih mendalam tentang implementasi kebijakan
pelayanan kesehatan Program Rujuk Balik pada program jaminan kesehatan nasional di RS
WATES HUSADA GRESIK dan RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN Tahun 2021.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
1. Lokasi Penelitian
RS WATES HUSADA GRESIK dan RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN
2. Waktu Penelitian
Juli sampai September 2022
Waktu Pelaksanaan
Kegiatan
Juli Agustus September Oktober
Penyusunan v
Proposal dan
Konsultasi
Pengambilan Data v v v
Pengolahan v
Data
Sidang Hasil v
3.3 Hipotesis
Keberhasilan Implementasi Kebijakan Pelayanan Kesehatan Program Rujuk Balik di
RS Wates Husada dan RSI Nashrul Ummah selama pandemi COVID-19 ditentukan oleh isi
kebijakan, pelaksana kebijakan dan Lingkungan kebijakan.
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan terdiri dari dua jenis, yaitu data primer dan data sekunder. Data
primer diperoleh melalui wawancara mendalam (indepth interview) kepada informan dengan
daftar pertanyaan. Pada pelaksanaannya daftar pertanyaan bisa berkembang sesuai dengan
keadaan yang terjadi. Data sekunder diperoleh dengan cara mengumpulkan data dari RS
WATES HUSADA GRESIK dan RSI NASHRUL UMMAH LAMONGAN kemudian
menelaah dokumen yang berkaitan dengan penelitian dan referensi dari hasil penelitian yang
berhubungan dengan program rujuk balik.

14
3.5 Metode Analisis Data
Pada penelitian kualitatif dilakukan langkah – langkah analisis dan interpretasi data
sebagai berikut:
1. Transkripsi
Transkripsi data adalah proses menerjemahkan hasil rekaman wawancara tulisan yang berisi
pembicaraan selama wawancara antara peneliti dengan responden apa adanya, tidak ada yang
dikurangi atau ditambahkan.
2. Reduksi
Reduksi data adalah proses pemilihan, membuang yang tidak perlu, pemusatan perhatian pada
penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan tertulis
di lapangan.
3. Koding dan kategorisasi
Koding adalah proses mengelola materi/informasi menjadi segmen – segmen tulisan, kemudian
membuat kategori – kategori khusus.
4. Penyajian data
Penyajian data adalah proses menyajikan data dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan
antar kategori, flowchart, dan sejenisnya. Pada penelitian ini penyajian data dengan
menggunakan uraian singkat.
5. Interpretasi data
Interpretasi data adalah proses memaknai data. Interpretasi ini dapat berupa interpretasi pribadi
peneliti, dengan berpijak pada pengalaman dan kemampuan pribadinya, maupun berupa makna
yang berasal dari perbandingan antara hasil penelitian dengan informasi yang berasal dari
literatur atau teori (Sugiyono, 2012).

15
DAFTAR PUSTAKA
BPJS. 2014. Panduan Praktis Program Rujuk Balik Bagi Perserta JKN. BPJS
BPJS. 2014. Panduan Praktis Sistem Rujukan Berjenjang. BPJS Kesehatan. Jakarta.
BPJS. 2016. Kebijakan pelayanan dan pembayaran dalam Program JKN. Diakses dari
https://www.depkes.go.id/resources/download/infoterkini/rakerkesnas_gel2_2016/Kepa
la%20BPJS.pdf
BPJS. 2018. Lembar pengesahan laporan pengelolaan program dan laporan keuangan Jaminan
Sosial Kesehatan tahun 2017. Diakses dari
https://bpjskesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/a53d9d51182f5d49b7ac79dc50970b59.p
df
BPJS. 2020. Info BPJS Kesehatan. BPJS Kesehatan Optimalkan Pelayanan Program Rujuk
Balik di Tingkat Pertama. Media BPJS Kesehatan Edisi 74. Jakarta. Diakses dari
https://bpjs-
kesehatan.go.id/bpjs/dmdocuments/15b3b27de4e9819acace58cb8caa4191.pdf(bpjs-
Kesehatan.go.id)
BPJS. 2020. Panduan Layanan Bagi Peserta Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia
Sehat (JKN-KIS) Edisi I Tahun 2020. Hal 108-109
Budiono, Arief., Izziyana, Wafda Vivid. 2016. Kebijakan Penyelenggaraan Sistem Jaminan
Sosial Nasional Melalui Bpjs Dengan Sistem Asuransi. Universitas Muhammadiyah
Ponorogo. Jurnal Law Pro Justitia Vol. II, No. 1 – Desember 2016.
Ginting, Rosmeri. 2016. PELAKSANAAN PROGRAM RUJUK BALIK PELAYANAN
KESEHATAN (Studi Kasus Pelaksanaan Program Rujuk Balik Pelayanan Kesehatan
Pada Program Jaminan Kesehatan Nasional Di Puskesmas Plus Perbaungan Kabupaten
Serdang Bedagai Tahun 2016). Tesis. Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara Medan.
Humas BPJS Kesehatan. 2021. "BPJS Kesehatan Mendengar" Kelompok Pakar Soroti
Penguatan Pelayanan Primer. https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/arsip/detail/1655
Humas BPJS Kesehatan. 2021. BPJS Kesehatan dan Asosiasi Rumah Sakit Bahas Upaya
Peningkatan Layanan JKN-KIS. https://www.bpjs-kesehatan.go.id/bpjs/arsip/detail/1680
Michael, M. (2018). Reviving the Functionality of the Referral System in Uganda. from
https://www.udn.or.ug/udn-media/news/147-reviving-the-functionality-of-the-referral-
system-in-uganda.html
Munafi’ah, Munafi’ah. 2017. MEMBANGUN KEPERCAYAAN DAN LOYALITAS
PASIEN RAWAT JALAN MELALUI KOMITMEN DAN CORPORATE IMAGE DI
16
RUMAH SAKIT ISLAM SULTAN AGUNG (RSI-SA) SEMARANG. Undergraduate
thesis, Fakultas Ekonomi UNISSULA.
Pertiwi, Dianita, Putri, A. W., & Eka, Y. F. 2017. Analisis implementasi program rujuk balik
peserta jaminan kesehatan nasional di Rumah Sakit Umum Daerah Tidar Kota Magelang.
Jurnal Kesehatan Masyarakat, 5(3), 1-11
PHEOC Kemkes RI. 2021.
Pusat Pemantauan Pelaksanaan Undang-Undang Badan Keahlian DPR RI. 2019. Kajian,
Analisis, Dan Evaluasi Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 Tentang Sistem Jaminan
Sosial Nasional. https://berkas.dpr.go.id/puspanlakuu/kajian/kajian-public-89.ppt
Sudradjat, Jajat. 2020. Implementasi Kebijakan Program Rujuk Balik Peserta Jkn Pada Rumah
Sakit Ptpn VIII Subang. Dinamika : Jurnal Ilmiah Ilmu Administrasi Negara e-ISSN
2614-2945 Volume 7 Nomor 2, Bulan Agustus Tahun 2020. Hal 251-259
Sugiyono, 2012. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta.

17
RENCANA SUMBER BIAYA
Sumber Biaya: Pribadi
Rencana Biaya Penelitian
No Keterangan Jumlah
1 Transportasi 1.000.000
2 Administrasi dan Biaya Cetak 2.000.000
3 Souvenir 2.000.000
4 Publikasi 5.000.000
Jumlah 10.000.000

18

Anda mungkin juga menyukai