Anda di halaman 1dari 32

KERANGKA TESIS

Assifa Swasti Anindita (1906336542)

A. JUDUL PENELITIAN

PENGARUH IMPLEMENTASI REKOMENDASI KRITERIA STABIL


TKMKB TERHADAP CAKUPAN PROGRAM RUJUK BALIK PASIEN
CHRONIC HEART FAILURE RSU HASANAH GRAHA AFIAH

B. AREAL PENELITIAN :
RUANG RAWAT JALAN RSU HASANAH GRAHA AFIAH

C. LATAR BELAKANG MASALAH:


1. Cerita tentang konsep kesehatan secara umum
2. Cerita tentang SJSN
3. Teori tentang Program Rujuk Balik
4. Cerita tentang perbedaan kriteria stabil antara DPJP dengan BPJS
Kesehatan
5. Cerita tentang rekomendasi kriteria stabil TKMKB
6. Cerita tentang Penyakit Jantung, khususnya kasus CHF: prognosis, faktor
pendukung, kekambuhan.

D. FENOMENA
1. Tingginya angka pasien potensial PRB tahun 2019 dan tahun 2020 RSU
Hasanah Graha Afiah  data dari BPJS Kesehatan Kota Depok.
2. Terdapat surat dari BPJS terkait target PRB yang harus dicapai oleh RSU
Hasanah Graha Afiah sebagai salah satu syarat kredensialing.
3. Sulitnya RSU Hasanah Graha Afiah mencapai target PRB yang
disyaratkan oleh BPJS Kesehatan Kota Depok
4. Tingginya angka kunjungan pasien CHF
2

5. Kecenderungan sulitnya pasien CHF untuk stabil


6. Perbedaan kriteria stabil antara DPJP dan BPJS Kesehatan
7. Terbitnya rekomendasi kriteria stabil TKMKB diagnosa PRB

E. Masalah Penelitian
Jumlah pasien potensial PRB RSU Hasanah Graha Afiah sangat tinggi namun
angka pencapaian pasien yang mengikuti program PRB sangat rendah terutama
untuk pasien dengan diagnosa CHF sedangkan CHF merupakan 10 diagnosa
terbanyak di instalasi rawat jalan RSU Hasanah Graha Afiah. Perbedaan kriteria
stabil antara DPJP dan BPJS Kesehatan membuat jumlah pasien CHF yang
mengikuti PRB rendah. Pada tanggal 29 Juli 2020 TKMKB Pusat mengeluarkan
rekomendasi kriteria stabil untuk diagnosa PRB termasuk didalamnya diagnosa
CHF, dengan keluarnya rekomendasi kriteria stabil tersebut diharapkan dapat
meningkatkan cakupan PRB pasien CHF di RSU Hasanah Graha Afiah.

PROBLEM TREE

Universitas Indonesia
3

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Commented [PdLF1]: Style: heading2

Menurut WHO sehat adalah suatu keadaan kondisi fisik, mental dan
kesejahteraan sosial yang merupakan satu kesatuan dan bukan hanya bebas dari
penyakit atau kecatatan. Kesehatan merupakan kebutuhan dasar manusia untuk dapat
hidup layak dan produktif. Di dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 yang
disebutkan bahwa cita-cita bangsa Indonesia adalah melindungi segenap bangsa
Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan memajukan kesejahteraan umum,
mencerdaskan kehidupan bangsa dan ikut melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan
kemerdekaan abadi dan keadilan sosial. Berdasarkan Pembukaan Undang-undang Dasar
1945 maka kesehatan seluruh rakyat Indonesia dijamin oleh negara. Undang-undang no
36 tahun 2009 tentang kesehatan disebutkan bahwa setiap orang berhak atas kesehatan
dan pemerintah memiliki kewajiban untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
terjangkau oleh masyarakat melalui sistem jaminan sosial.
Undang-undang no 40 tahun 2004 mengenai Sistem Jaminan Sosial Nasional
menyebutkan bahwa Jaminan Kesehatan Nasional menjamin rakyat Indonesia
mendapatkan pelayanan kesehatan dalam rangka mewujudkan cita-cita bangsa dan
mewujudkan Indonesai menuju cakupan semesta. Untuk memastikan penyelenggaraan
sistem jaminan sosial nasional berjalan sesuai dengan asas kemanusiaan, manfaat dan
keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia maka pemerintah membentuk Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial sesuai dengan Undang-undang no 24 tahun 2011 tentang
Badan Penyelenggaraan Jaminan Sosial. Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
memastikan Jaminan Kesehatan berjalan secara efektif dan efisien.
Sejak dibentuk pada tahun 2014 terdapat peningkatan cakupan jumlah peserta
yang cukup signifikan sehingga sampai akhir tahun 2019 mencapai 224, 1 juta peserta
begitu pula dengan jumlah fasilitas kesehatan yang bekerja sama dengan BPJS
mengalami peningkatan yang cukup signifikan. Berdasarkan Profil Kesehatan Indonesia
tahun 2019 jumlah Faskes Tingkat Pertama yang bekerjasama mencapai 23.430 faskes
meningkat 27.08 % dan jumlah Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan mencapai 2.459

Universitas Indonesia
4

faskes meningkat 46.28 %. Pada tahun 2019 terdapat 903 rumah sakit kelas C yang
bekerjasama dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial atau sekitar 36.72 % darui
total Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan yang ada, diikuti rumah sakit kelas D sebanyak
591 rumah sakit atau sebesar 24.03 %. Apotek yang sebelumnya menjadi bagian dari
Faskes Tingkat Pertama mulai tahun 2019 berubah menjadi fasilitas penunjang dan
terdapat 3320 apotek yang merupakan rekanan Badan Penyelenggara Jaminan
Kesehatan
Hal ini menunjukan makin mudahnya masyarakat untuk mendapatkan akses
pelayanan kesehatan terutama akses ke pelayanan Faskes Rujukan Tingkat Lanjutan.
Dengan mudahnya akses masyarakat terhadap pelayanan kesehatan menyebabkan beban
pelayanan kesehatan terus meningkat sampai dengan tahun 2019 total beban manfaat
mencapai 454, 4 triliun sedangkan pendapatan iuran sampai dengan tahun 2019 adalah
423 triliun. Kondisi ini tentunya akan mengganggu sustainabilitas dari Jaminan
Kesehatan Nasional. Sebagai lembaga yang diberi amanat oleh negara untuk
memastikan berjalannya Jaminan Kesehatan Nasional maka Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial melakukan kendali mutu dan kendali biaya sesuai dengan PMK no 28
tahun 2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional
dengan penerapan Program Rujuk Balik.
Program Rujuk Balik merupakan pelayanan kesehatan yang diberikan kepada
peserta penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan
pengobatan atau asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di fasiliatas
kesehatan tingkat pertama atas rekomendasi Dokter Penanggung Jawab Pasien.
Sembilan penyakit kronik yang termasuk dalam diagnosa Program Rujuk Balik adalah:
1) Diabetes Mellitus; 2) Hipertensi; 3) Jantung; 4) Asma; 5) Penyakit Paru Obstruktif;
6) Epilepsi; 7) Stroke; 8) Skizophrenia dan 9) Sindroma Lupus Eritematous.
Berdasarkan hal tersebut maka rumah sakit wajib mengembalikan peserta yang sudah
stabil ke Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama.
Perbedaan kriteria stabil antara Dokter Penanggung Jawab Pasien dengan Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial menyebabkan kurang berhasilnya Program Rujuk Balik.
Untuk mengoptimalkan Program Rujuk Balik, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
meminta rekomendasi Tim Kendali Mutu Kendali Biaya untuk menentukan kriteria

Universitas Indonesia
5

stabil. Tim Kendali Mutu Kendali Biaya merupakan tim yang dibentuk oleh Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial yang terdiri dari unsur organisasi profesi, akademisi dan
pakar klinis yang tugasnya tertuang pada PMK no 71 tahun 2013. Pada tanggal 29 Juli
2020 Tim Kendali Mutu Kendali Biaya mengeluarkan surat no 014/TKMKB
PUSAT/VII/ 2020 perihal Rekomendasi TKMKB Optimalisasi Pelaksanaan Program
Rujuk Balik (PRB) dan Kriteria Stabil 9 kasus PRB dimana didalamnya terdapat kriteria
stabil secara klinis dari 9 kasus PRB tersebut.
Data WHO tahun 2015 menunjukkan bahwa 70 % penyebab kematian di dunia
disebabkan oleh Penyakit Tidak Menular dimana 45 % dari kematian tersebut
disebabkan oleh Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah yang mencapai 17,7 juta
ematian dari total 39, 5 juta kematian. Chronic Heart Failure merupakan penyakit
katastropik yang jumlah penderitanya di Indonesia semakin hari semakin meningkat
berdasarkan data Riskesdas pada tahun 2016 penderita Chronic Hearth Failure di
Indonesia adalah 0.3 % dari total penduduk di Indonesia dan jumlahnya semakin
meningkat mencapai 1.5 % pada tahun 2018 dari total penduduk di Indonesia atau
sekitar 29.550 orang. Jumlah penderita Chronic Heart Failure di Jawa Barat sendiri
mencapai 1.5 % dari total jumlah penderita di Indonesia.
Chronic Heart Failure adalah sindrom dimana jantung tidak mampu untuk
memompa darah yang dibutuhkan oleh seluruh tubuh. Chronic Heart Failure
merupakan kumpulan manifestasi klinis berupa dyspnoe, orthopnoe, kelemahan dan
gambaran edema paru dan perifer. Derajat keparahan penyakit ditentukan berdasarkan
kriteria yang dibuat oleh New York Heart Association (NYHA). Penyakit ini
menyebabkan penderitanya memerlukan perawatan yang panjang oleh dokter spesialis
sampai dikatakan stabil.

Berdasarkan latar belakang diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian


tentang “Pengaruh Implementasi Rekomendasi Stabil TKMKB Terhadap Cakupan
Program Rujuk Balik Pasien Chronic Heart Failure RSU Hasanah Graha Afiah Tahun
2019”.

Universitas Indonesia
6

1.2 Rumusan Masalah


Jumlah kunjungan pasien rawat jalan RSU Hasanah Graha Afiah pada tahun
2019 mencapai 131.603 pasien dengan jumlah kunjungan pasien ke Poliklinik Jantung
22.494 (17.09 %) pasien. Chronic Heart Failure termasuk dalam 10 diagnosa terbanyak
rawat jalan di tahun 2019 dengan jumlah pasien mencapai 14.329 pasien, hal tersebut
menunjukkan bahwa 63.7 % pasien Poliklinik Jantung terdiagnosa Chronic Heart
Failure. Pada akhir tahun 2018, Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan
mengidentifikasi sebanyak 3511 pasien peserta Jaminan Kesehatan Nasional merupakan
pasien potensial Program Rujuk Balik dan diharapkan agar RSU Hasanaha Graha Afiah
dapat melakukan Program Rujuk Balik terhadap pasien-pasien tersebut namun di akhir
tahun 2019 RSU Hasanah Graha Afiah hanya mampu melakukan flagging sebanyak 795
pasien.
Di era pandemi COVID 19 pada Maret 2020 terdapat penurunan jumlah pasien
rawat jalan di RSU Hasanah Graha Afiah dimana pada tahun 2019 jumlah pasien harian
mencapai 360 pasien sedangkan sampai dengan September 2020 jumlah pasien harian
menurun menjadi 249 pasien dengan total pasien 68.397. Jumlah pasien yang
berkunjung ke Poliklinik Jantung RSU Hasanah Graha Afiah sampai dengan September
2020 adalah 12.799 pasien dengan jumlah pasien Chronic Heart Failure sebanyak 7492
pasien. Data petugas PRB RSU Hasanah Graha Afiah menunjukkan bahwa dari 7492
pasien Chronic Heart Failure yang berkunjung sampai dengan bulan September 2020
hanya 26 pasien yang di-PRB-kan atau 0.35 %
Berdasarkan pertemuan dengan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial pada bulan
Oktober 2020, RSU Hasanah Graha Afiah termasuk rumah sakit dengan skor total
indikator komitmen RS terhadap Kontrak Januari-September 2020 dibawah 87 %
dengan skor 84.6 %. Hal tersebut akan menyebabkan RSU Hasanah Graha Afiah
terancam tidak dapat melanjutkan Perjanjian Kerjasama di tahun 2021. Pencapaian dari
target Program Rujuk Balik 100 % merupakan salah satu indikator dari 7 indikator yang
disyaratkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Kesehatan dimana sampai dengan
September 2020 RSU Hasanah Graha Afiah hanya mendapatkan skor 4.6 %.
Dengan terbitnya rekomendasi TKMKB 9 diagnosa PRB diharapkan dapat
meningkatkan cakupan PRB pasien CHF di RSU Hasanah Graha Afiah. Kondisi ini

Universitas Indonesia
7

menarik minat peneliti untuk melakukan penelitian tentang pengaruh implementasi


rekomendasi stabil TKMKB terhadap cakupan Program Rujuk Balik Pasien Chronic
Heart Failure RSU Hasanah Graha Afiah. Implementasi rekomendasi TKMKB
diagnosa PRB di RSU Hasanah Graha Afiah dilakukan dengan cara mensosialisasikan
rekomendasi tersebut kepada DPJP dan untuk mempermudah DPJP untuk
mengidentifikasi pasien CHF yang stabil menurut rekomendasi TKMKB tersebut maka
akan dibuatkan formulir cek lis yang berisi kriteria stabil CHF menurut rekomendasi
TKMKB.

1.3 Pertanyaan Penelitian


Apakah implementasi rekomendasi kriteria stabil TKMKB berpengaruh
terhadap cakupan PRB pasien Chronic Heart Failure RSU Hasanah Graha Afiah?

1.4 Tujuan Penelitian


1.4.1 Tujuan Umum
Mengetahui pengaruh implementasi rekomendasi kriteria stabil TKMKB
terhadap cakupan PRB pasien Chronic Heart Failure RSU Hasanah Graha Afiah
1.4.2 Tujuan Khusus
Penelitian ini memiliki beberapa tujuan khusus yang meliputi :
1) Diketahuinya karakteristik dari pasien-pasien Chronic Heart Failure yang
berkunjung ke RSU Hasanah Graha Afiah.
2) Diketahuinya pengaruh implementasi rekomendasi kriteria stabil TKMKB
terhadap

3) Diketahui pengaruh pengetahuan DPJP mengenai rekomendasi kriteria


stabil TKMKB terhadap cakupan PRB pasien Chronic Heart Failure.

Universitas Indonesia
8

1.5 Manfaat Penelitian

1.5.1 Bagi Institusi


1) Hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi bagi rumah sakit terkait
implementasi rekomendasi kriteria stabil TKMKB terhadap cakupan Program
Rujuk Balik Pasien Chronic Heart Failure.
2) Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber rujukan bagi manajemen
rumah sakit dalam menyusun program pengembangan mutu layanan dalam
rangka pencapaian target Program Rujuk Balik.
3) Hasil penelitian dapat menjadi salah satu sumber rujukan bagi Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial dalam menyusun strategi dalam pencapaian
target Program Rujuk Balik di Kota Depok.
4) Hasil penelitian dapat menjadi sumber informasi TKMKB dalam melakukan
monitoring dan evaluasi implementasi rekomendasi kriteria stabil TKMKB
terhadap cakupan Program Rujuk Balik Pasien Chronic Heart Failure.

1.5.2 Bagi Peneliti


1) Menambah pengalaman dalam melakukan penelitian ilmiah,
2) Menambah wawasan tentang penyakit Chronic Heart Failure,
3) Menambah wawasan tentang Program Rujuk Balik,
4) Menambah wawasan tentang standar mutu layanan penyakit jantung
khususnya pelayanan rawat jalan pasien dengan Chronic Heart Failure
5) Menambah wawasan tentang TKMKB

1.6 Ruang Lingkup Penelitian


Penelitian ini akan berfokus pada implementasi rekomendasi kriteria stabil
TKMKB bagi pasien Chronic Heart Failure di instalasi rawat jalan RSU Hasanah
Graha Afiah.

Universitas Indonesia
9

BAB 2
TINJAUAN LITERATUR

2.1 Chronic Heart Failure


2.1.1 Definisi
Chronic Heart Failure adalah sebuah sindroma klinis kompleks yang
merupakan hasil dari gangguan fungsional dari pengisian ventrikel atau pompa darah.
Dimana terjadi kegagalan pengantaran oksigen yang dibutuhkan tubuh untuk
metabolisme. Chronic Heart Failure ditandai dengan adanya kesulitan bernafas baik
saat beraktivitas maupun istirahat, kelelahan dan bengkak pada kedua tungkai serta
ronchi paru (Harrison, 2020).
Menurut PAPDI 2014, Chronic Heart Failure adalah sindroma klinis
(sekumpulan tanda dan gejala) yang ditandai oleh sesak nafas dan kelelahan (saat
istirahat atau saat aktivitas) yang disebabkan oleh kelainan struktur atau fungsi jantung.
PERKI dalam Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung tahun 2015 mengatakn
bahwa Chronic Heart Failure adalah kumpulan gejala yang kompleks dimana seorang
pasien harus memiliki tampilan berupa: Gejala gagal jantung (nafas pendek yang tipikal
saat istirahat atau saat melakukan aktivitas disertai/ tidak kelelahan); tanda retensi
cairan (kongesti paru atau edema pergelangan kaki; adanya bukti objektif dari struktur
atau gangguan jantung saat istirahat.
2.1.2 Epidemiologi
Lebih dari 20 juta penduduk di dunia menderita Chronic Heart Failure dengan
prevalensi penderita di negara berkembang sebesar 2 % dan meningkat secara
eksponensial seiring dengan pertambahan usia, 6-10 % penderita berusia > 65 tahun.
Jumlah penderita pria lebih besar dibandingkan wanita (Harrison, 2020). Menurut
Australian Prescriber (2017) 1-2 % orang Australia menderita Chronis Heart Failure
dimana > 10 % adalah lansia berusia > 80 tahun. Di Amerika Serikat kurang lebih 5, 1
juta penduduk Amerika Serikat menderita Chronic Heart Failure dengan angka
kematian sebanyak 58000 kematian per tahun (Katritsis et all, 2016)
Di Indonesia sendiri menurut RISKESDAS tahun 2013 prevalensi gagal jantung
berdasarkan pernah didiagnosa dokter sebesar 0.13 % dan berdasarkan diagnosa dokter

Universitas Indonesia
10

atau gejala sebesar 0.3 %. Penderita Chronic Heart Failure berdasarkan diagnosa dokter
terbesar berasal dari Propinsi Jawa Timur yaitu 54826 pasien (0.19 %) dan terendah
berasal dari Propinsi Maluku Utara sebanyak 144 pasien (0.02 %). Sedangkan jumlah
penderita Chronic Heart Failure berdasarkan diagnosa dokter atau gejala terbesar
berasal dari Propinsi Jawa Barat yaitu 96487 pasien (0.3 %) dan terendah berasal dari
Propinsi Kepulauan Bangka Belitung yaitu 945 (0.1 %) (Infodatin Kemenkes, 2013).
2.1.3 Etiologi
Terdapat perbedaan etiologi Chronic Heart Failure antara negara industri
dengan negara berkembang dimana etiologi terbanyak penyebab Chronic Heart Disease
di negara industri adalah hipertensi dan Coronary Artery Disease. Sebanyak 60-70 %
kasus Chronic Heart Failure disebabkan oleh Coronary Artery Disease baik pria
maupun wanita. Sebanyak 75 % pasien hipertensi pada akhirnya menderita Chronic
Heart Disease (Harrison, 2020). Segala kondisi yang mempengaruhi struktur dan fungsi
ventrikel kiri dapat menyebabkan Chronic Heart Failure. Tabel 2.1 menunjukkan
etiologi Chronic Heart Failure.
Table 2.1 Etiologi Chronic Heart Failure
Penurunan Fraksi Ejeksi (< 40 %)
Coronary Artery Disease Kardiomipati non Iskemik
Infark Miokardial Gangguan Genetik
Iskemia Miokardial Gangguan Infiltrat
Peningkatan Tekanan Kronis Kerusakan Akibat Racun atau OBat
Hipertensi Gangguan Metabolik
Penyakit Katup Obstruktif Viral
Peningkatan Volume Kronik Penyakit Chagas
Penyakit Katup Regurgitasi Gangguan Irama Jantung
Intercardiac (left-to-right) shunting Bradikardia Kronik
Extracardiac shunting Takikardia Kronik
Penyakit Paru Kronik
Cor Pulmonale
Gangguan Vaskular Paru

Universitas Indonesia
11

Fraksi Ejeksi Normal (> 40-50 %)


Hipertropi Patologis Kardiomiopati Restriktif
Primer Gangguan Infiltratif
Sekunder Gangguan Penyimpanan
Penuaan Fibrosis
Gangguan Endomiokardial
Fase Output Tinggi
Gangguan Metabolik Kebutuhan Aliran Darah Berlebihan
Tirotoksikosis Systenic Arteriovenous Shunting
Gangguan Nutrisi Anemia Kronik
(Harisson, 2020)
2.1.4 Manifestasi Klinis
Pada Chronic Heart Failure manifestasi klinis yang muncul adalah kelelahan,
dyspnoe baik saat istirahat maupun saat kegiatan, ortopnea yang membaik bila tidur
dengan bantal tinggi atau duduk, paroksismal nocturnal dyspnea yang muncul pada
malam hari, pernafasan cheyne-stoke dan pembekakan pada tungkai. NYHA membagi
berat ringannya Chronic Heart Failure berdasarkan kapasitas fungsional.
Tabel 2.2 Klasifikasi Chronic Heart Failure NYHA
Kelas I
Tidak terdapat batasan dalam melakukan aktifitas fisik. Aktifitas fisik sehari-hari tidak
menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
Kelas II
Terdapat batasan aktifitas ringan. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, namun aktifitas
fisik sehari-hari menimbulkan kelelahan, palpitasi atau sesak nafas.
Kelas III
Terdapat batasan aktifitas bermakna. Tidak terdapat keluhan saat istirahat, tetapi
aktifitas fisik ringan menyebabkan kelelahan, palpitasi atau sesak.
Kelas IV
Tidak dapat melakukan aktifitas fisik tanpa kelulan. Terdapat gejala saat istirahat.
Keluhan meningkat saat melakukan aktifitas.
(PERKI, 2015)

Universitas Indonesia
12

2.1.5 Tatalaksana
Berdasarkan Pedoman Tatalaksana Gagal Jantung PERKI 2015 tatalaksana
Chronic Heart Disease terdiri dari tatalaksana non-farmakologis dan tatalaksana
farmakologi. Tatalaksana non farmakologis adalah manajemen perawatan mandiri yang
terdiri dari ketaatan pasien berobat, pemantauan berat badan mandiri, asupan cairan,
pengurangan berat badan, kehilangan berat badan tanpa rencana, latihan fisik dan
aktivitas seksual. Manajemen perawatan mandiri mempunyai peran dalam keberhasilan
pengobatan Chronic Heart Disease dan dapat memberi dampak bermakna perbaikan
gejala, kapasitas fungsional, kualitas hidup, morbiditas dan prognosis.
Tatalaksana farmakologis pada Chronic Heart Disease adalah untuk mengurangi
morbiditas, mortalitas dan pencegahan kerusakan lebih lanjut. Tatalaksana farmakologis
yang umum diberikan pada pasien Chronic Heart Disease adalah pemberian ACE
Inhibitor, Penyekat β, antagonis aldosterone, ARB, hydralazine, isosorbide dinitrate,
digoksin, diuretik dan tatalaksana farmakologis untuk komorbid yang dimiliki.
Tatalaksana Chronic Heart Disease harus disesuaikan bagi setiap individu dan
daerah karena perbedaan sosial ekonomi, sarana dan modalitas kesehatan yang berbeda.
(PAPDI, 2014). Walaupun sudah ditatalaksana dengan baik, angka kekambuhan dari
pasien Chronic Heart Disease tetap tinggi yang menyebabkan tingginya angka readmisi
pasien Chronic Heart Disease. Kunjungan teratur ke dokter dapat mengurangi angka
kekambuhan dari pasien Chronic Heart Disease.
2.2 Program Rujuk Balik
Program Rujuk Balik adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada peserta
penderita penyakit kronis dengan kondisi stabil dan masih memerlukan pengobatan atau
asuhan keperawatan jangka panjang yang dilaksanakan di fasilitas kesehatan tingkat
pertama atas rekomendasi dari dokter spesialis/ subspesialis yang merawat (BPJS
Kesehatan). Dasar hukum dari Program Rujuk Balik adalah Permenkes no 28 tahin
2014 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Nasional.
Terdapat 9 diagnosa yang masuk dalam Program Rujuk Balik, yaitu: diabetes
mellitus, hipertensi, penyakit jantung (termasuk didalamnya Chronic Heart Failure),
asma, Penyakit Paru Obstruktif Kronis (PPOK), epilepsi, skizofrenia dan Sindroma
Lupus Eritematous.

Universitas Indonesia
13

Manfaat Program Rujuk Balik bagi peserta adalah memudahkan akses


pelayanan, meningkatkan pelayanan kesehatan yang mencakup akses promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitative, meningkatkan hubungan doketr dengan asien dalam
konteks holistik dan memudahkan untuk mendapatkan obat yang diperlukan. Program
Rujuk Balik juga memiliki manfaat bagi Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama yaitu
meningkatkan fungsi faskes selaku gate keeper dari aspek pelayanan komprehensif
dalam pembiayaan yang rasional, meningkatkan pelayanan medik berasis kajian ilmiah
terkini (evidence base) melalui bimbingan organisasi/ dokter spesialis dan
meningkatkan fungsi pengawasan pengbatan. Selain manfaat bagi peserta dan Fasilitas
Kesehatan Tingkat Pertama, Program Rujuk Balik juga memiliki manfaat bagi Faskes
Rujukan Tingkat Lanjut yaitu mengurangi waktu tunggu pasien di rumah sakit,
meningkatkan kualitas pelayanan spesialistik di rumah sakit dan meningkatkan fungsi
spesialis sebagai koordinator dan konsultasn manajemen penyakit (TKMKB, 2020).
Setiap pasien yang sudah dinyatakan stabil oleh Dokter Penanggung Jawab
Pasien dapat didaftarkan sebagai peserta Program Rujuk Balik di Faskes Rujukan
Tingkat Lanjut dengan alur di bawah ini.
Gambar 2.1

(BPJS Kesehatan, 2020)

Universitas Indonesia
14

Peserta Program Rujuk Balik dapat kontrol kembali ke Faskes Rujukan Tingkat Lanjut
sesuai dengan rekomendasi Dokter Penanggung Jawab Pasien atau bila secara klinis
dibutuhkan.
Cakupan keberhasilan Program Rujuk Balik merupakan salah satu syarat
kredensial rumah sakit agar dapat melanjutkan kerja sama dengan BPJS Kesehatan.
2.3 Rekomendasi TKMKB
Berdasarkan PMK no 71 tahun 2013 tentang Pelayanan Kesehatan Pada Jaminan
Kesehatan Nasional dikatakan pada pasal 33 bahwa ‘Dalam rangka menjamin kendali
mutu dan biaya, Menteri berwenang melakukan: a. penilaian teknologi kesehatan
(health technology assessment); b. pertimbangan klinis (clinical advisory); c.
penghitungan standar tarif; d. monitoring dan evaluasi penyelenggaraan pelayanan
jaminan kesehatan.’ Pada tingkat Fasilitas Kesehatan kendali mutu dan kendali biaya
dilakukan oleh Fasilitas Kesehatan dan BPJS Kesehatan sesuai dengan pasal 36. Dalam
rangka penyelenggaraan kendali mutu dan kendali biaya BPJS Kesehatan membentuk
tim kendali mutu dan kendali biaya yang terdiri dari unsur organisasi profesi, akademisi
dan pakar klinis.
Tugas dari Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya menurut Keputusan Direksi
BPJS Kesehatan no 11 tahun 2020 adalah:
1. Melakukan evaluasi kebijakan kewenangan tenaga kesehatan dalam
menjalankan praktik profesi sesuai kompetensi;
2. Memberikan rekomendasi apabila terjadi perbedaan pemahaman antara BPJS
Kesehatan dengan Faskes Tingkat Pertama dan Faskes Rujukan Tingkat Lanjut
dalam hal penerapan mutu pelayanan medis;
3. Melakukan pembahasan terhadap usulan perbaikan kebijakan;
4. Membahas hasil audit medis yang memerlukan kebijakan baru;
5. Melakukan evaluasi pelayanan kesehatan bagi peserta untuk menyususn profil
kesehatan dengan menggunakan;
a. Data milik anggota kendali mutu dan kendai biaya;
b. Data milik BPJS Kesehatan yang berasal dari luaran data aplikasi BPJS
Kesehatan; dan
c. Data lainnya.

Universitas Indonesia
15

Adanya perbedaan dalam menentukan kriteria stabil antara Dokter Penanggung


Jawab Pasien dengan BPJS Kesehatan menyebabkan Program Rujuk Balik tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Oleh karena itu, Tim Kendali Mutu dan Kendali Biaya
pada tanggal 16 Juli 2020 melakukan pertemuan dengan PB IDI dan Perhimpunan
Spesialis yang membahas mengenai kriteria stabil 9 kasus Program Rujuk Balik dan
mengelurkan rekomendasi kriteria stabil 9 kasus Program Rujuk Balik tertanggal 29 Juli
2020.
Menurut rekomendasi Tim Kendali Mutu Kendali Biaya, dikatakan kriteria
stabil bagi pasien Chronic Heart Disease adalah sebagai berikut:
Kriteria Klinis
1. Pasien bebas keluhan sesak nafas (NYHA Fc I-II) selama observasi 3 bulan
2. Volume cairan tubuh tidak bertambah selama 3 bulan berturut-turut
3. Secara hemodinamik stabil: tekanan darah 90/60 mmHg dengan produksi urin
tercapai secara klinis
4. Penyebab gagal jantung akut sudah teridentifikasi dan teratasi
5. Telah mendapatkan terapi gagal jantung sesuai dengan pedoman tatalaksana
gagal jantung dan memantau klinis pasien agar tetap dalam keadaan euvolemik.
Pasien harus dirujuk kembali ke Faskes Rujukan Tindak Lanjut bila:
1. Terdapat perburukan sesak nafas yang progresif
2. Terlihat penumpukan cairan tubuh (JVP) meningkat, ronkhi basah, asites
bertambah dan lalin-lain.
Pasien Chronic Heart Failure tidak dapat menjadi peserta Program Rujuk Balik bila
1. Mengkonsumsi warfarin
2. Obat yang dikonsumsi tidak terdapat di Fornas PRB
3. Pasien terpasang alat ICD, CRT, CRTD, LVAD atau alat pendukung sirkulasi
mekanik lain.
Setiap 3 bulan sekali pasien dilakukan evaluasi ke Faskes Rujukan Tindak Lanjut.
Dengan keluarnya surat rekomedasi kriteria stabil oleh TKMKB diharapkan
perbedaan pemahaman antara Dokter Penanggung Jawab Pelayanan dan BPJS
Kesehatan dapat diselesaikan dan Program Rujuk Balik berjalan sukses.

Universitas Indonesia
16

BAB III
KERANGKA TEORI, KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL
3.1 Kerangka Teori
Berdasarkan uraian tinjauan pustaka pada BAB II maka didapatkan bahwa
Chronic Heart Disease merupakan kondisi yang sulit untuk stabil dan memerlukan
penanganan secara berkesinambungan serta tatalaksana yang baik. Penanganan dan
tatalaksana yang baik akan memudahkan pasien dengan Chronic Heart Disease untuk
mencapai kondisi stabil. Pasien Chronic Heart Failure yang telah mecapai kondisi
stabil dapat didaftarkan sebagai peserta Program Rujuk Balik.
Perbedaan kriteria stabil antara Dokter Penanggung Jawab Pasien dengan BPJS
Kesehatan menyebabkan angka cakupan peserta Program Rujuk Balik pasien Chronic
Heart Failure rendah. Oleh karena itu, TKMKB mengeluarkan rekomendasi kriteria
stabil untuk mempermudah Dokter Penanggung Jawab Pasien dan BPJS Kesehatan
dalam menentukan apakah pasien Chronis Heart Failure sudah stabil atau masih
membutuhkan penanganan di Faskes Rujukan Tingkat Lanjut. Berdasarkan hal tersebut
maka dibuatlah kerangka teori sebagai berikut. Bagan 3.1

Universitas Indonesia
17

3.2 Kerangka Konsep Penelitian


Berdasarkan latar belakang dan tinjauan pustaka maka dibuatlah kerangka
konsep penelitian untuk mengetahui pengaruh implementasi rekomendasi TKMKB
terhadap cakupan Program Rujuk Balik RSU Hasanah Graha Afiah.

Pasien dengan Chronic Heart Failure memerlukan penanganan yang


komprehensif sehingga perlu diketahui bagaimana karakteristik pasien-pasien Chronic
Heart Failure yang berkunjung ke RSU Hasanah Graha Afiah. Sulitnya pasien Chronic
Heart Failure untuk stabil merupakan tantangan tersendiri bagi Dokter Penanggung
Jawab Pasien, dengan adanya rekomendasi TKMKB diharapkan membantu Dokter
Penanggung Jawab Pasien untuk menentukan apakah pasien sudah stabil dan dapat
dilakukan Program Rujuk Balik. Cakupan Program Rujuk Balik merupakan salah satu
penilaian kredensialing kerja sama dengan BPJS Kesehataan, dengan adanya
rekomendasi TKMKB diharapkan target PRB yang diberikan oleh BPJS Kesehatan
dapat tercapai dan dapat meningkatkan angka kredensialing RSU Hasanah Graha Afiah
dikemudian hari.

Universitas Indonesia
3.3 Definisi Operasional
NAMA VARIABEL DEFINISI OPERASIONAL SUMBER DATA CARA PENGUMPULAN HASIL UKUR
DATA
Variabel Dependen
Cakupan PRB Jumlah pasien Chronic Heart Laporan bulanan PRB Analisa Laporan Bulanan PRB Jumlah cakupan PRB pasien
Disease yang didaftarkan Chronic Heart Failure pada
sebagai peserta PRB bulan saat penelitian
dibandingkan dengan jumlah
cakupan PRB pasien Chronic
Heart Failure bulan yang sama
tahun sebelumnya
Variabel Independen
Variabel 1 Usia pasien Chronic Heart Rekam Medis Mencatat dari rekam medis Usia pasien Chronic Heart
Usia Failure yang tertulis dalam Failure yang tertulis dalam
rekam medis saat pasien rekam medis saat pasien
berkunjung ke rawat jalan, berkunjung ke rawat jalan,
dinyatakan dalam tahun dinyatakan dalam tahun
Variabel 2 Pendidikan terakhir pasien Rekam Medis Mencatat dari rekam medis Pendidikan terakhir pasien
Pendidikan Chronic Heart Failure yang Chronic Heart Failure yang
berkunjung ke rawat jalan berkunjung ke rawat jalan
Variabel 3 Jarak tempat tinggal pasien Pasien Wawancara tidak terstruktur Jarak tempat tinggal pasien
Tempat Tinggal rawat jalan Chronic Heart rawat jalan Chronic Heart
Failure ke RSU Hasanah Failure ke RSU Hasanah
Graha Afiah, dinyatakan dalam Graha Afiah, dinyatakan dalam
2

kilometer kilometer
Variabel 4 Kriteria stabil pasien Chronic Formulir cek lis kriteria stabil Mencatat dari formulir cek lis Diketahuinya apakah pasien
Kriteria stabil Heart Failure berdasarkan TKMKB kriteria stabil TKMKB Chronic Heart Failure saat
rekomendasi TKMKB berkunjung ke rawat jalan
sudah masuk kriteria stabil
Variabel 5 Pengetahuan DPJP mengenai Dokter Penanggung Jawab Wawancara tidak terstruktur Diketahuinya tingkat
Pengetahuan DPJP kriteria stabil berdasarkan Pasien pengetahuan DPJP tentang
rekomendasi TKMKB kriteria stabil menurut
rekomendasi TKMKB

Universitas Indonesia
3

3.4 Hipotesis
Dalam menentukan pengaruh implementasi rekomendasi kriteria stabil TKMKB terhadap
cakupan PRB di RSU Hasanah Graha Afiah, peneliti menentukan hipotesis
3.4.1 Ada pengaruh implementasi kriteria stabil TKMKB terhadap cakupan PRB di RSU
Hasanah Graha Afiah
3.4.1 Ada pengaruh pengetahuan DPJP tentang kriteria stabil TKMKB terhadap cakupan PRB di
RSU Hasanah Graha Afiah

Universitas Indonesia
4

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN
4.1 Desain Penelitian
4.2 Lokasi Penelitian
Penelitian akan dilaksanakan di RSU Hasanah Graha Afiah Depok. RSU Hasanah Graha
Afiah

Universitas Indonesia
5

BAB V
GAMBARAN PROFIL RSU HASANAH GRAHA AFIAH
5.1 Sejarah Berdirinya Rumah Sakit
RSU Hasanah Graha Afiah adalah sebuah rumah sakit swasta tipe C yang berlokasi di Jl.
Raden Salen no 42 Kecamatan Sukmajaya Kota Depok. Pada awalnya RSU Hasanah Graha
Afiah merupakan sebuah Rumah Bersalin dan Balai Pengobatan 24 jam yang dikelola oleh PT
Hasanah Graha Afiah sesuai dengan akta notaris Ny. Ismiati Dwi Rahayu, SH no 16 dan
disetujui oleh Menteri Kehakiman berdasarkan Surat Keputusan No. C26251 HT. 01. 01 TH
2003 tertanggal 06 November 2002. Seiring dengan makin banyaknya permintaan penambahan
layanan dari masyarakat sekitar maka pada 09 Januari 2006 status operasionalpun dirubah
menjadi Rumah Sakit Ibu dan Anak. Perubahan status operasional kembali terjadi pada 01 April
2008 menjadi Rumah Sakit Umum.
Berlokasi di daerah dengan penduduk terpadat di Kota Depok, RSU Hasanah Graha
Afiah dibangun di atas lahan seluas 3168 m2 dengan luas bangunan 61136 m2. Bangunan RSU
Hasanah Graha terdiri dari 2 gedung utama, gedung A terdiri dari 3 lantai dan gedung B terdiri
dari 5 lantai. Saat ini RSU Hasanah Graha Afiah memiliki pelayanan poliklinik, klinik tumbuh
kembang dan rehabilitasi medik, IGD 24 jam, pelayanan hemodialisa, dan pelayanan rawat inap
dengan 105 tempat tidur yang terdiri dari rawat inap kelas III, II, I, VIP, VIP Deluxe, VVIP,
ruang isolasi COVID 19, ICU dan HCU baik COVID 19 maupun non COVID dan NICU. Selain
itu RSU Hasanah Graha Afiah juga memiliki pelayanan penunjang berupa laboratorium, farmasi
dan radiologi yang beroperasi 24 jam.
RSU Hasanaha Graha Afiah telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan sejak tahun 2014
dan termasuk rumah sakit yang pertama kali bekerja sama dengan BPJS Kesehatan di Kota
Depok. Pada tanggal 19 November 2019 RSU Hasanah Graha Afiah telah terakreditasi versi
SNAR 1.0 dengan predikat Paripurna.
5.2 Visi dan Misi
5.2.1 Visi

Universitas Indonesia
6

Menjadi Rumah Sakit yang terbaik dan terpercaya bagi masyarakat Kota Depok pada
tahun 2025

5.2.2 Misi
1. Menyelenggarakan pelayanan secara paripurna dengan menerapkan nilai-nilai
kemanusiaan pada semua aspek pelayanan.
2. Meningkatkan profesionalisme sumber daya manusia dengan akhlak mulia.
3. Berkolaborasi dengan lintas sektoral guna mengembangkan layanan terkini yang
didukung keilmuan dan teknologi
5.3 Geografis
Sukmajaya merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kota Depok, Jawa Barat.
Diresmikan oleh Menteri Dalam Negeri H. Amir Mahmud pada tanggal 18 Maret 1982 sebagai
Kecamatan Paling Timur di Depok. Kecamatan Sukmajaya terdiri dari 6 kelurahan yaitu
kelurahan Abadijaya, kelurahan Baktijaya, kelurahan Cisalak, kelurahan Mekarjaya, kelurahan
Sukmajaya dan kelurahan Tirtajaya.
Gambar 5.1 Peta Kecamatan Sukmajaya

(Pemkot Depok)

Universitas Indonesia
7

Luas wilayah Kecamatan Sukmajaya mencapai 1804 ha dengan ketinggian 140 m dari
permukaan laut. Batas Kecamatan Sukmajaya
Utara : Kecamatan Cimanggis
Selatan : Kecamatan Cilodong
Barat : Kecamatan Pancoran Mas
Timur : Kecamatan Tapos
5.4 Demografi
5.5 Struktur Organisasi
RSU Hasanah Graha Afiah merupakan Rumah Sakit Tipe C sesuai dengan Pengakuan
Penetapan Kelas Kementrian Kesehatan no HK 03.05/1/1859/12 pada tanggal 03 Oktober 2012
dengan Surat Izin Operasional no 445.5/0001/O.RS-DPMPTSP/SIMPOK/IV/2020. RSU
Hasanah Graha Afiah dalam pengelolaannya berada di bawah pengelolaan PT Hasanah Graha
Afiah. Berdasarkan SK 003/SK-DIR/PTHGA/I/2020 tentang Penyempurnaan Struktur
Organisasi RSU Hasanah Graha Afiah, struktur organisasi RSU Hasanah Graha Afiah adalah
sebagai berikut:

Universitas Indonesia
8

5.6 Kinerja Rumah Sakit


a. Bed Occupancy Rate (BOR)

b. Rata-rata Hari Rawat (AVLOS)

Universitas Indonesia
9

c. Bed Turn Over (BTO)

d. Turn Over Interval (TOI)

Universitas Indonesia
10

5.7 Kinerja Pelayanan

a. Pelayanan Rawat Jalan

b. Pelayanan IGD

Universitas Indonesia
11

c. Pelayanan Tindakan Hemodialisis

d. Pelayanan Rehabilitasi Medik

Universitas Indonesia
12

e. Pelayanan Klinik Tumbuh Kembang

f. Pelayanan Rawat Inap

Universitas Indonesia
13

5.8 Sumber Daya Manusia

5.8.1 Jumlah Sumber Daya Manusia

No Jenis Tenaga Jumlah

1. Dokter Spesialis 55

2. Dokter Umum 12

3. Dokter Gigi 5

4. Perawat 142

5. Bidan 32

6. Nakes Lain 72

7. Non Nakes 139

8. Outsource 36

Jumlah 492

Universitas Indonesia
14

5.8.2 Tenaga Spesialis

No Jenis Purna Waktu Paruh Waktu Jumlah

1. Penyakit Dalam 4 8

a. Subspesialis Alergi 1
Imunologi

b. Subspesialis
3
Kardiovaskular

2. Kesehatan Anak 1 9 10

3. Kebidanan dan Kandungan 1 9 10

4. Bedah 1 2 3

5. Anastesi 1 2 3

6. Paru 1 1 2

7. Syaraf 2 2

8. Bedah Ortopedi 2 2

9. Bedah Anak 1 1

10. Mata 2 2

11. Kesehatan Jiwa 1 1

12. Rehabilitasi Medik 2 2

13. Gizi Klinis 1 1

14. THT 2 2

Universitas Indonesia
15

15. Kulit Kelamin 3 3

16. Patologi Klinik 1 1

17. Patologi Anatomi 1 1

18. Radiologi 1 1

Jumlah 55

Universitas Indonesia

Anda mungkin juga menyukai