Anda di halaman 1dari 17

Laboratorium Farmakognosi

PENTUNJUK PRAKTIKUM

FARMAKOGNOSI

OLEH:
Putu Indrayoni, S.Farm., M.Farm,., Apt.
Made Asmarani Dira, S.Farm., M.Biomed., Apt.
Lia Puspitasari, S.Farm., M.Biomed., Apt.

PRAKTIKAN:
NAMA MAHASISWA : ................................................................................
NIM : ................................................................................
GOLONGAN : ................................................................................
KELOMPOK : ................................................................................

PROGRAM STUDI FARMASI KLINIK DAN KOMUNITAS


FAKULTAS KESEHATAN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN KESEHATAN BALI
2021

1
Laboratorium Farmakognosi

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Ida Sang Hyang Widhi Wasa/ Tuhan Yang
Maha Esa, atas rahmat dan anugrah-Nya sehingga penulisan buku Petunjuk Praktikum
Farmakognosi ini dapat kami selesaikan. Farmakognosi merupakan cabang ilmu yang
mempelajari bahan obat dari bagian tanaman, hewan dan mineral. Ilmu Farmakognosi
dikenal luas dan memiliki peranan yang sangat penting dalam penemuan dan
pengembangan suatu obat baru. Praktikum Farmakognosi merupakan mata kuliah wajib
yang harus diikuti oleh mahasiswa Program Studi Farmasi Klinik Komunitas Institut
Teknologi Kesehatan Bali. Praktikum Farmakognosi bertujuan untuk memberikan
keterampilan pemeriksaan simplisa nabati kepada mahasiswa agar mengetahui keaslian
simplisia sebagai bagian dari standarisasi bahan baku obat alam Indonesia seperti jamu,
obat herbal terstandar dan fitofarmaka.
Buku Petunjuk Praktikum Farmakognosi memuat materi praktikum farmakognosi,
mencakup cara mengidentifikasi simplisia tanaman baik secara makroskopis (haksel) dan
mikroskopis, cara identifikasi glikosida, alkaloid dan flavonoid, serta identifikasi minyak
lemak, lemak, lilin dan minyak atsiri. Buku ini diharapkan dapat memberikan panduan bagi
mahasiswa dalam melakukan berbagai pemeriksaan dalam praktikum farmakognosi,
sehingga praktikum dapat disiapkan dan dikerjakan dengan baik oleh seluruh mahasiswa
praktikan untuk kelancaran praktikum farmakognosi.
Akhirnya, kami menyadari bahwa buku ini masih jauh dari sempurna. Saran dan kritik
yang membangun dari sejawat Farmasis yang bergerak di bidang bahan alam (Biologi
Farmasi) dan bidang lain yang terkait, sangat kami harapkan untuk kesempurnaan buku ini.

Denpasar, Februari 2021

Tim Penyusun

2
Laboratorium Farmakognosi

TATA TERTIB
A. Desain Penilaian
Penilaian praktikum farmakognosi meliputi beberapa aspek antara lain yaitu jurnal,
test sebelum praktikum (pretest), kinerja praktikum meliputi ketepatan kerja,
keterampilan, teknik dan kebersihan saat praktikum berlangsung, dan laporan akhir.
Penilaian dilakukan dengan system standar mutlak angka (1-100) dengan nilai akhir
dalam bentuk huruf (A-E).
Alokasi Penilaian:
1. Pretest (10%)
2. Praktikum (30%)
a. Nilai jurnal (10%)
b. Ketepatan cara kerja dan kebersihan (20%)
3. Laporan (30%)
4. Ujian (30%)
Standar Penilaian:
SKOR NILAI HURUF KONVERSI BOBOT
80 - 100 A 4,0
68 - < 80 B 3,0
56 - < 68 C 2,0
45 - < 56 D 1,0
< 45 E 0,0

B. Tata Tertib Praktikum


a. Sebelum menjalankan praktikum mahasiswa harus sudah mempersiapkan diri,
mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan materi praktikum yang akan
dihadapi.
b. Mahasiswa harus datang tepat waktu, sehingga praktikum dimulai ketika semua
mahasiswa sudah hadir di dalam ruangan praktikum. Mahasiswa yang terlambat
30 menit atau lebih tidak diijinkan mengikuti praktikum.
c. Mahasiswa wajib menggunakan jas lab disertai dengan name tag, dan bagi yang
tidak menggunakan tidak diperbolehkan mengikuti praktikum.
d. Setiap praktikum akan di awali dengan pretest sesuai dengan materi praktikum
yang akan dilakukan, dan bagi mahasiswa yang terlambat akan diberikan pretest
susulan
e. Mahasiswa yang memperoleh nilai pretest kurang dari 60 tidak diperbolehkan
mengikuti praktikum.
f. Setiap praktikum yang akan dilakukan, mahasiswa wajib menyiapkan:

3
Laboratorium Farmakognosi

 Buku petunjuk praktikum


 Jurnal praktikum sesuai materi praktikum
g. Mahasiswa wajib menjaga keamanan, ketertiban, kebersihan dan kelengkapan
alat-alat yang digunakan selama praktikum.
h. Mahasiswa yang memecahkan atau merusak alat-alat praktikum wajib melapor
kepada koordinator/asisten praktikum.
i. Laporan praktikum dibuat secara pribadi/kelompok sesuai materi praktikum,
dengan menggunakan kertas double folio (margin kanan dan kiri 2 cm), ditulis
tangan (tulisan mudah dibaca).
j. Alat dan bahan harus digunakan sesuai dengan petunjuk praktikum dan wajib
membuang sampah/sisa bahan praktikum pada tempat yang telah disiapkan.
k. Mahasiswa wajib meminta ijin kepada dosen/asisten jaga jika akan meninggalkan
ruang laboratorium
l. Praktikan melakukan pengamatan dan mencatat hasil pengamatannya pada,
yang wajib dimintakan “ACC” atau tanda tangan pada dosen atau asisten jaga.
m. Laporan praktikum yang dinilai hanya laporan praktikum yang telah dilampirkan
hasil pengamatan yang telah di ACC
n. Laporan praktikum wajib dikumpulkan pada saat hari praktikum materi
selanjutnya dan tidak menerima keterlambatan
o. Praktikum susulan dapat diikuti oleh mahasiswa yang ijin dengan ketentuan wajib
melapor kepada dosen koordinator praktikum maksimal 1 minggu sebelum
praktikum dan melampirkan surat permohonan ijin yang ditandatangani orang
tua/wali. Mahasiswa yang sakit dapat memberikan surat keterangan sakit paling
lambat 3 hari setelah berhalangan mengikuti praktikum.

4
Laboratorium Farmakognosi

HAKSEL DAN PEMERIKSAAN SIMPLISIA SECARA MIKROSKOPI

1.1. TUJUAN PRAKTIKUM


1. Mahasiswa mampu mengenal dan mengidentifikasi beberapa macam haksel yang
digunakan sebagai bahan obat.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi simplisia secara mikroskopik dan mengetahui ciri
khas masing-masing simplisia tersebut.
1.2. DASAR TEORI
Haksel adalah simplisia atau bagian tanaman yang dapat berupa daun, batang,
akar, dalam bentuk rajangan, irisan, fragmen, atau utuh yang dikeringkan (tidak berbentuk
serbuk). Berdasarkan Farmakope Indonesia, Departemen Kesehatan RI (Keputusan Menteri
Kesehatan RI No: 230/Menkes.IX/1976) dan Dirjen POM (Keputusan Dirjen POM Depkes RI
No : 4308/D/SK/V/1984) simplisia adalah bahan alamiah yang dipergunakan sebagai obat
yang belum mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa
bahan yang dikeringkan. Simplisia dapat digolongkan menjadi simplisia nabati, simplisia
hewani, dan simplisia pelican/mineral.
1. Simplisia nabati ialah simplisa yang berupa tanaman utuh, bagian tanaman atau
eksudat tanaman.
2. Simplisia hewani ialah simplisa yang berupa hewan utuh, bagian hewan atau zat-zat
yang berguna yang dihasilkan oleh hewan dan belum berupa zat kimia murni.
3. Simplisia pelikan/mineral ialah simplisia berupa pelikan atau mineral yang belum diolah
atau telah diolah dengan cara sederhana dan belum berupa zat kimia murni.
Pemberian nama simplisia dilakukan berdasarkan gabungan antara nama spesies
(species) atau nama marga (genus) atau petunjuk jenis (specific epithet) dari tanaman
asal, dan diikuti dengan nama bagian tanaman.
Contoh rimpang jahe dengan nama latin Zingeber officinale, memiliki nama simplisia
Zingeberis Rhizoma. Zingeberis merupakan nama Genus, sedangkan Rhizoma
menunjukkan bagian simplisia yang digunakan yaitu rimpang.
Penulisan nama bagian tanaman berdasarkan nama latin untuk penamaan simplisia dapat
dilihat pada tabel berikut:

5
Laboratorium Farmakognosi

Nama Latin Bagian Tanaman


Amilum Pati
Bulbus Umbi Lapis
Caulis Batang
Cortex Kulit Kayu
Flos Bunga
Folia Daun
Folium Daun
Fructus Buah
Herba Seluruh tanaman
Lignum Kayu
Radix Akar
Rhizome Rimpang
Semen Biji
Thallus Bagian dari tanaman rendah
Tubera Umbi

1.3. ALAT DAN BAHAN


Alat: Bahan:
 Mikroskop cahaya  Simplisia
 Lampu spiritus  Aqua
 Kaca pembesar  Larutan kloralhidrat
 Gelas objek dan penutup gelas  Spiritus / metanol untuk lampu spiritus
 Tusuk gigi

DAFTAR SIMPLISIA
Bagian
No Nama Simplisia
Tanaman
1 Vetiveriae zizanoides Radix (Akar Wangi)
2 Curcuma domestica Rhizoma (Rimpang Kunyit)
3 Curcuma xanthorrhiza Rhizoma (RimpangTemulawak)
4 Acorus calamus Rhizoma (Rimpang Jaringau/Dringo) Radix,
5 Zingiber purpureum Rhizoma (Rimpang Bangle) Rhizoma,
6 Tuber.
Zingiber officinalle Rhizoma (Rimpang Jahe)
7 Kaempferia galanga Rhizoma (Rimpang Kencur)
8 Alpinia galanga Rhizoma (Rimpang Lengkuas)
9 Mirabilis jalapa Tuber (Umbi Bunga Pukul Empat)
10 Caesalpinia pulcherrima Cortex (Kulit Kembang Merak)
11 Cinchona succirubra Cortex (Kulit Kina)

6
Laboratorium Farmakognosi

12 Santalum album Lignum (Kayu Cendana)


13 Cinnamomi burrmani Cortex (Kulit Kayu Manis)
14 Caesalpiniae sappan Lignum (Kayu Secang)
15 Digitalis purpurea Folium (Daun digitalis)
16 Apium graveolens Folium (Daun Seledri) Lignum,
17 Cortex
Guazumae ulmifolia folium (Daun Jati Belanda)
Folium, Herba
18 Psidii Folium (Daun Jambu Biji)
19 Caricae papaya Folium (Daun Pepaya)
20 Orthosiphon aristatus Folium (Daun Kumis Kucing)
21 Phyllanthus niruri Herba (Herba Meniran)
22 Androghaphis paniculata Herba (Herba Sambiloto)
23 Eugenia caryophilla Flos (Bunga Cengkeh)
24 Foeniculi Fructus (Buah Adas)
25 Amomum compactum Fructus (Buah Kapulaga)
26 Flos, Fructus,
Coriandrum sativum Fructus (Ketumbar)
Semen
27 Piper nigrum Fructus (Merica Hitam)
28 Piper retrofractum Fructus (Cabe jawa)
29 Myristica fragrans Semen (Biji Pala)
30 Coffea robusta Semen (Biji kopi)

1.4. CARA KERJA


1. Pemeriksaan Haksel (Makroskopis)
Pemeriksaan haksel dilakukan dengan pemeriksaan organoleptis atau pemerian serbuk
simplisia (rasa, bau, warna). Dilakukan pemeriksaan makroskopis morfologi pada haksel,
ukuran, dan warna simplisia.

2. Pemeriksaan mikroskopis Radix, Rhizoma, Lignum, Cortex, Folium, Herba, Flos,


Fructus, Semen

Serbuk uji diambil secukupnya, ditempatkan di atas gelas objek dan ditambah satu tetes
larutan kloralhidrat. Gelas objek kemudian dihangatkan di atas nyala lampu spiritus (jangan
sampai mendidih), dan ditutup dengan cover glass. Pengamatan dilakukan di bawah

7
Laboratorium Farmakognosi

mikroskop setelah dingin, dengan perbesaran lemah atau jika diperlukan dilihat dengan
perbesaran kuat.

Keterangan pengisian data pada jurnal paktikum farmakognosi:


1. Nama simplisia adalah nama tanaman dan bagian tanaman yang digunakan dalam
bahasa Indonesia dan bahasa latin.
Contoh: Rimpang Kencur/Kaemferiae Rhizoma / Kaempferia galanga Rhizoma
2. Nama spesies adalah nama latin tanaman (Penulisan nama spesies diberi garis bawah)
Contoh: Nicotiana tabacum Linn.

8
Laboratorium Farmakognosi

IDENTIFIKASI MINYAK LEMAK, LEMAK DAN LILIN

3.1. TUJUAN PRAKTIKUM

1. Mahasiswa mengetahui definisi dan penggolongan minyak lemak, lemak dan lilin.
2. Mahasiswa mampu mengidentifikasi minyak lemak, lemak dan lilin baik secara
fisika, maupun kimia.

3.2. DASAR TEORI

Lipida diklasifikasikan menjadi 4 kelas yaitu lipid netral, fosfatida, spingolipid dan
glikolipid. Minyak dan lemak termasuk golongan lipida netral. Minyak lemak dan lemak
dapat diperoleh baik dari tumbuhan maupun hewan. Minyak dan lemak yang telah
dipisahkan dari jaringan asalnya mengandung sejumlah kecil komponen selain trigliserida
yaitu lipid kompleks (lesitin, cephalin, fosfatida, lainnya serta glikolipid), sterol yang berada
dalam keadaan bebas atau terikat dengan asam lemak, asam lemak bebas, lilin, pigmen
yang larut dalam lemak dan hidrokarbon. Minyak merupakan trigliserida yang berwujud
cairan pada suhu kamar dan umumnya diperoleh dari sumber nabati. Sedangkan lemak
merupakan trigliserida yang berwujud padatan pada suhu kamar dan umumnya bersumber
dari hewani. Beberapa sifat lemak dan minyak lemak adalah:
1. Tidak larut dalam air
2. Tidak mudah menguap di udara
3. Meninggalkan noda lemak yang permanen pada kertas
4. Berminyak bila dirasakan
5. Larut dalam eter, kloroform, PE
6. Tidak larut dalam alcohol kecuali minyak jarak (oleum ricini) yang larut dalam 3-5
bagian alcohol 90%.
Parameter kuantitatif untuk minyak lemak di antaranya titik lebur, bilangan
penyabunan, bilangan asam, bilangan iod, dan komposisi asam lemak (jenuh dan tidak
jenuh).
Lapisan lilin biasa terdapat pada dinding luar lapisan epidermis tanaman baik pada
daun maupun pada buah. Komposisi lilin berbeda dengan minyak lemak ataupun lemak. Lilin
merupakan bentuk ester dari asam lemak dan alcohol. Dalam reaksi saponifikasi, lilin perlu
diperlakukan dengan alkohon agar memberikan reaksi yang positif.

9
Laboratorium Farmakognosi

Minyak lemak, lemak, dan lilin yang biasa digunakan dibidang farmasi adalah:
1. Minyak lemak : Oleum sesame, oleum lini, oleum cocos, olive oil, castrol oil, cod liver
oil, almond oil
2. Lemak : Oleum cacao, adeps lanae
3. Lilin: cera alba, cera flava, cetaceum, carnauba wax

3.3. CARA KERJA


1. Uji Noda Lemak
Bahan dan Alat
- Minyak lemak (minyak kelapa, minyak zaitun, minyak lini (cat), minyak wijen,
minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak jagung); eter
- Biji-bijian yang mengandung lemak (kacang tanah dan biji kemiri)
- Kertas saring dan pipet tetes
Metode:
Minyak lemak diteteskan pada kertas saring dan dibiarkan mengering. Amati
noda lemak yang jernih atau transparan!
Untuk bahan nabati (kacang tanah dan biji kemiri) dilakukan penyarian biji
dengan eter, kemudian sari eter diteteskan pada kertas saring. Amati noda
lemak yang jernih. Pilihlah biji yang kering dan sari eter yang jernih.
2. Uji Kelarutan
Bahan dan Alat
- Minyak lemak (minyak kelapa, minyak zaitun, minyak lini (cat), minyak wijen,
minyak kelapa sawit, minyak kedelai, minyak jagung)
- Pelarut yang digunakan etanol 95%
- Tabung reaksi dan pipet tetes
Metode:
Ambil satu tetes minyak lemak dan tambahkan salah satu pelarut bertetes-
tetes sampai minyak tepat larut. Catat berapa tetes pelarut yang digunakan!
3. Uji Pembentukan Emulsi
Bahan dan Alat
- Minyak kelapa, air dan sabun
- Tabung reaksi dan gelas ukur
Metode:

10
Laboratorium Farmakognosi

Kocok satu tetes minyak kelapa dalam tabung reaksi dengan 5 mL air. Amati
apa yang terjadi! Ulangi percobaan tersebut dengan penambahan sedikit sabun
yang dilarutkan dalam air lebih dahulu.
4. Penetapan Jarak Lebur
Lemak padat (oleum cacao, cera laba, cetaceum, adeps lanae) dipanaskan
°
hati-hati (usahakan kenaikan suhu 2 C/menit) dalam penangas air dan catat
suhunya mulai meleleh sampai meleleh sempurna!

11
Laboratorium Farmakognosi

IDENTIFIKASI MINYAK ATSIRI

4.1. TUJUAN PRAKTIKUM


Mahasiswa mampu melakukan identifikasi kualitatif adanya minyak atsiri baik secara
organoleptis, mikroskopik, fisika, reaksi kimia
4.2. DASAR TEORI
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (volatile
oil/essential oil) dihasilkan oleh tanaman dan seringkali terdapar bersama resin dan gum.
Minyak atsiri memiliki sifat mudah menguap pada suhu kamar tanpa mengalami dekomposisi,
mempunyai rasa getir, berbau wangi sesuai dengan bau tanaman penghasilnya,
umumnya larut dalam pelarut organik dan tidak larut dalam air.
Minyak atsiri biasa digunakan dalam bidang pengobatan dan industry makanan,
minuman, kosmetik serta rokok. Konstituen utama dalam minyak atsiri berdasarkan asal
usul biosintesisnya dibagi menjadi 2 yaitu:
1. Turunan terpen (hidrokarbon) yang terbentuk lewat jalur biosintesis asam asetat-
mevalonat.
2. Senyawa aromatik (oxygenated hydrocarbon) terutama fenil propanoid yang terbentuk
lewat jalur biosintesis asam sikhimat-fenil propanoid.
Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperoleh minyak atsiri dari tanaman
antara lain:
1. Destilasi air. Prinsip teknik destilasi adalah: serbuk bahan dipanaskan, kemudian uap
dari serbuk bahan tersebut dilewatkan pada pendingin atau kondensor sehingga akan
menghasilkan tetesan atau destilat. Pada destilasi air semua serbuk bahan harus
terendam dalam air, karena air akan masuk kedalam sel-sel minyak dan membawa keluar
minyak atsirinya. Teknik ini tidak baik digunakan untuk bahan-bahan yang mudah
tersabunkan, mempunyai titik didih tinggi (minyak akar wangi) dan mudah terhidrolisa.
2. Destilasi uap dan air. Pada teknik ini, air tidak langsung bercampur dengan serbuk
bahan.
3. Metode Ekstraksi. Metode ini menggunakan pelarut mudah menguap, misalnya
benzen dan PE. Dalam metode ini, suhu 50ºC harus dipertahankan selama proses
ekstraksi. Beberapa persyaratan untuk pelarut yang digunakan adalah: melarutkan
sempurna komponen minyak atsiri dalam tanaman, titik didih rendah, tidak bercampur
dengan air, inert, bila diuapkan tidak meninggalkan residu, dan tidak mudah terbakar.

12
Laboratorium Farmakognosi

4. Metode Ecuelle. Metode ini khusus digunakan untuk pembuatan minyak atsiri citrus.
Buah citrus digelindingkan melalui suatu parit yang mempunyai duri-duri tajam yang
cukup panjang untuk menembus epidermis dan merobek kelenjar minyak yang terdapat
di kulit bagian luar. Minyak atsiri yang menetes ke dalam parit kemudian dikumpulkan dan
dipisahkan dengan pemusingan.
5. Metode Enflurage. Metode ini digunakan untuk mengambil minyak atsiri yang
terdapat pada mahkota bunga dengan kadar yang sangat kecil menggunakan lemak baik
lemak panas maupun lemak dingin. Lemak dingin (Enflurage a’froid) digunakan untuk
mengambil minyak atsiri dari bunga yang masih meneruskan proses fisiologi setelah
dipetik, misalnya bunga melati dan sedap malam. Sedangkan metode lemak panas
(Enflurage a’chaud) digunakan untuk mengambil minyak atsiri dari bunga yang tidak
meneruskan proses fisiologinya setelah dipetik, misalnya bunga mawar, akasia, lemon,
mimosa. Bunga ditaburkan diatas lempengan lemak yang beralur sehingga minyak
atsirinya diserap oleh lemak. Selanjutnya lemak dipanaskan kemudian diekstraksi dengan
etanol, lemak dipisahkan dengan cara pendinginan pada suhu 15ºC kemudian diikuti
dengan destilasi sehingga minyak atsiri terpisah.

(Bruneton, 1995; Wallis, 2005).


4.3 ALAT DAN BAHAN
ALAT:
Tabung Reaksi dan alat-alat gelas Kertas saring
Mikroskop Listrik Kertas Lakmus
Gelas objek dan penutup gelas Kertas transparan

13
Laboratorium Farmakognosi

BAHAN:
1. Bahan nabati: Oleum Caryophylli, Oleum Cajuputi, Oleum Menthae Piperita, Oleum
cinnamomi, serbuk Piperis nigri Fructus, dan serbuk Cinnamomi burmanii Cortex
2. Larutan natrium klorida
3. Etanol 70% dan 96%
4. Larutan besi (III) klorida
5. Larutan natrium hidroksida

4.4 CARA KERJA


A. Identifikasi umum terhadap minyak atsiri
1. Teteskan 1 tetes minyak pada permukaan air, minyak atsiri akan menyebar dan
permukaan air tidak menjadi keruh.
2. Teteskan 1 tetes minyak atsiri pada sepotong kertas saring, bila dibiarkan
minyak akan menguap sempurna tanpa meninggalkan noda lemak (transparan).
3. Kocoklah 1 mL minyak atsiri dengan 1 mL larutan natrium klorida jenuh dalam
gelas ukur 5 mL, biarkan memisah kembali, volume lapisan air tidak boleh
bertambah.
4. Ukurlah daya larut minyak atsiri dalam etanol: dihitung 1 tetes minyak larut jernih
dalam berapa tetes pelarut.
5. Deteksi adanya senyawa fenol dalam minyak atsiri: 2 mL larutan minyak atsiri
25% dalam etanol 90% yang netral terhadap lakmus, ditambahkan 1 tetes larutan
besi (III) klorida. Diamati warna yang terjadi.
6. Reduksi volume minyak atsiri yang mengandung fenol dan turunannya: 2 mL minyak
atsiri ditambah larutan natrium hidroksida, dikocok pelan-pelan. Diamati apakah terjadi
reduksi volume.
B. Identifikasi komponen khusus dalam minyak atsiri
1. Uji terhadap eugenol untuk oleum Caryophylli: 1 tetes minyak diteteskan masing-
masing pada dua buah gelas objek. Pada salah satu gelas objek ditambahkan 1 tetes
larutan natrium hidroksida 3% yang dijenuhi kalium bromida. Diamati kristal natrium
eugenolat yang terjadi dibawah mikroskop. Pada gelas objek yang lain, ditambahkan 2
tetes larutan besi (III) klorida. Diamati warna yang terjadi.

14
Laboratorium Farmakognosi

Lampiran 1. Format Laporan Praktikum Farmakognosi

A. Pembuatan laporan:
1. Materi Haksel, pemeriksaan mikroskopis dibuat perorangan.
2. Materi Identifikasi Minyak Lemak, Lemak, dan Lilin; Identifikasi Minyak Atsiri; Identifikasi
Glikosida; Identifikasi Alkaloida dan Flavonoid dibuat berkelompok.
3. Laporan dibuat menggunakan kertas double folio (margin kanan dan kiri 2 cm), ditulis
tangan (tulisan mudah dibaca).

B. Format Laporan Praktikum:


No Bagian Keterangan Persentase
Laporan Penilaian

1 Cover contoh di bawah, boleh diketik, kertas HVS 5


ukuran folio
Pendahuluan (Latar Belakang dan Tujuan
2 Bab I 10
Praktikum) (maksimal 2 halaman)

3 Bab II Tinjauan Pustaka (maksimal 5 halaman) 10

4 Bab III Cara Kerja (Alat, Bahan dan Cara kerja) 5

5 Bab IV Hasil (Jurnal) (lengkap/tidak) 10

6 Bab V Pembahasan 40

7 Bab VI Kesimpulan (selaras dengan tujuan) 10

8 Daftar Pustaka Lihat aturan penulisan Dapus 10

C. Aturan Penulisan daftar pustaka:

15
Laboratorium Farmakognosi

- Jurnal
Penulis 1 (Nama belakang, nama depan disingkat), Penulis 2 dst, maksimal 7, (nama depan
disingkat, Nama belakang). Tahun publikasi. Judul artikel. nama Jurnal cetak miring
(singkatan jurnal). Volume (Nomor): Halaman.
NB. Jika penulis lebih dari 7, yang ditulis penulis1, et al.,
Contoh:
Can, A.L.A., et al. 2009. Piperine from the fruits of Piper longum with inhibitory effect on
monoamine oxidase and antidepressant-like activity. J. Med. Plant. Res. Vol. 2 (8).

Liliana, R., A. Ginela, and A.L. Tinas. 2003. Antidepressant-like effect of ethanolic extract
from Caryophyllus aromaticus in albino rats. J. Agric. Med Chem. Vol. 2, No. 10:
421−439.
- Buku Teks
Penulis 1 (Nama belakang, nama depan disingkat), Penulis 2 dst, maksimal 7, (nama
depan disingkat, Nama belakang). Tahun publikasi. Judul Buku cetak miring. Edisi.
Penerbit: Tempat Publikasi. Halaman. (Indonesia: Hlm.; Inggris: p/pp)
Contoh:
Tiera, B.D., S.A. Michele and B.D.Signa. 2018. Pharmacology An Introduction.9 th Edition.
London: Pearson Benjamin Cummings. pp 37-39.
- Prosiding Seminar/Konferensi
Penulis 1 (Nama belakang, nama depan disingkat), Penulis 2 dst, maksimal 7, (nama depan
disingkat, Nama belakang). Tahun publikasi. Judul Artikel. Nama Konferensi. Tanggal, Bulan
dan Tahun, Kota, Negara. Halaman. (Indonesia: Hlm.; Inggris: p/pp).
Contoh:
Robert, R. 2018. Human Physiology an Inntegrated Approach. 13-15 July 2019, Zurich,
Swiss. pp 236-256.
- Skripsi/Tesis/Disertasi
Penulis (Nama belakang, nama depan disingkat. Tahun publikasi. Judul.
Skripsi/Tesis/Disertasi. Nama Universitas
Contoh:
Puspitasari, L. 2014. Uji Aktivitas Antiluka Bakar Ekstrak Etanol Kulit Buah Manggis (Garcinia
Mangostana L.). Skripsi. Jurusan Farmasi, Fakultas MIPA, Universitas Udayana, Bali.

16
Laboratorium Farmakognosi

D. Format Cover Laporan Praktikum Farmakognosi:

LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOGNOSI


JUDUL PRAKTIKUM

Golongan praktikum: ……
Hari/Tgl Praktikum

Disusun Oleh:
...............................(Nama) (.................)[NIM]

Laboratorium Farmakognosi
Program Studi Farmasi Klinik Komunitas
Institut Teknologi dan Kesehatan Bali
Tahun 2021

17

Anda mungkin juga menyukai