Anda di halaman 1dari 12

X

Kurikulum 2013

s
Kela
sejarah
HASIL BUDAYA DAN AKULTURASI BUDAYA ISLAM DAN NUSANTARA

SEMESTER 2 KELAS X SMA/MA/SMK/MAK – Kurikulum 2013

Tujuan Pembelajaran
Setelah mempelajari materi ini, kamu diharapkan mempunyai kemampuan sebagai berikut ini.
1. Mendeskripsikan hasil akulturasi seni bangunan dan seni ukir.
2. Mendeskripsikan perkembangan seni aksara dan seni sastra.
3. Memahami Islam dan proses integrasi.
4. Memahami terbentuknya jaringan keilmuan di Nusantara.

A. Hasil Akulturasi Seni Bangunan dan Seni Rupa


Sebelum masuknya Islam di Indonesia, pengaruh Hindu-Buddha terlebih dahulu
berkembang dalam waktu yang cukup lama. Oleh sebab itu, kebudayaan Hindu-Buddha
dan lokal mengalami akulturasi dengan budaya Islam. Bentuk akulturasinya dapat dilihat
dari seni bangunan dan seni rupa yang ditinggalkan.

1. Seni Bangunan
a. Masjid
Ciri-ciri masjid-masjid kuno di Indonesia adalah sebagai berikut.
1.) Bagian atap masjid berbentuk tumpang (atap yang bersusun). Tiap tumpang
berjumlah ganjil dari mulai satu, tiga, dan lima. Semakin ke atas, semakin kecil.
Tingkat yang paling atas berbentuk limas.
2.) Letak masjid biasanya berada di dekat istana atau keraton.
3.) Terdapat alun-alun di sekitar masjid.
4.) Terdapat menara pada sisi kiri dan kanan masjid yang berfungsi sebagai tempat
menyerukan azan.
5.) Terdapat bedug atau kentongan yang berfungsi sebagai penanda datangnya
waktu shalat.
6.) Pintu gerbang masjid dilengkapi gapura seperti pada candi atau keraton.

Berikut adalah contoh masjid-masjid kuno yang memperlihatkan akulturasi


antara Islam, Hindu-Buddha, dan budaya lokal.
1.) Masjid Agung Cirebon yang dibangun pada abad ke-16. Masjid ini bertumpang
satu.

Gambar 1. Masjid Agung Cirebon


Sumber: Disparbud, Jabar

2.) Masjid Agung Demak yang dibangun pada abad ke-16, bertumpang tiga.

Gambar 2. Masjid Agung Demak, salah satu masjid tertua. Terletak di Desa Kauman,
Demak, Jawa Tengah.
Sumber: en.wikipedia.org

2
3.) Masjid Katangka yang bertumpang satu di Sulawesi Selatan dibangun pada
abad ke-17.
4.) Masjid Baiturahman di Aceh dibangun pada abad ke-17, bertumpang dua.

Gambar 3. Masjid Baiturahman pada 1890 M


Sumber: www.gpswisataindonesia.wordpress.com

5.) Masjid Agung Banten dibangun pada abad ke-17 yang bertumpang lima.

Gambar 4. Masjid Agung Banten, tampak bertumpang lima.


Sumber: id.wikipedia.org

3
6.) Masjid Angke, Tambora, dan Marunda di Jakarta dibangun pada abad ke-18,
bertumpang satu.

b. Makam dan nisan


Makam adalah tempat dikuburkannya orang setelah meninggal. Letak makam
biasanya berada dekat masjid. Contoh makam yang berada dekat masjid adalah
makam Sultan-sultan Kerajaan Mataram Islam di Yogyakarta. Wujud akulturasi pada
bangunan makam bercirikan sebagai berikut.
1.) Letak makam biasanya berada pada tempat-tempat tinggi di atas bukit atau
tempat yang dianggap keramat.
2.) Terdapat gapura seperti pada candi.
3.) Terdapat masjid yang berdampingan dengan makam.

Gambar 5. Gerbang kedua dari makam Sultan Agung


Dok. pribadi

Contoh Makam-makam kuno di Indonesia:


1.) Makam Malik al Saleh di Samudra Pasai;
2.) Makam Sunan Bayat di Klaten;
3.) Makam Putri Suwari di Gresik;
4.) Makam dan gapura Sendhang Dhuwur di Tuban.

Selain Makam, terdapat nisan yang merupakan bangunan kecil yang terbuat
dari batu atau kayu yang dijadikan sebagai penanda dari makam. Dibangun dengan
cara ditanam di atas makam. Nisan biasanya dilengkapi dengan cungkup dan jirat
atau kijing. Berikut contoh nisan yang ada di Indonesia.

4
a. Nisan Fatimah binti Maemunah di Gresik

Gambar 6
Sumber: id.wikipedia.org

b. Nisan Sultan Malik al Saleh di Samudra Pasai

Gambar 7

c. Nisan Maulana Malik Ibrahim

Gambar 8
d. Nisan Munje Tujoh di Aceh

5
c. Keraton
Keraton memiliki fungsi yang sama dengan istana para raja masa Hindu-Buddha.
Keraton adalah tempat tinggal sultan beserta keluarganya. Keraton-keraton di
Indonesia memiliki ciri sebagai berikut.
1.) Letak keraton biasanya menghadap ke utara.
2.) Terdapat alun-alun di depan keraton. Sebelah barat alun-alun terdapat masjid
agung dan di sebelah timur alun-alun terdapat penjara.
3.) Pintu gerbang keraton dibuat gapura megah dengan pintu yang kokoh.
4.) Bangunan utama keraton dikelilingi pagar tembok yang tinggi atau sungai kecil
buatan.

Selain sebagai tempat tinggal raja dan keluarganya, fungsi keraton sendiri
yakni:
1.) sebagai pusat pemerintahan;
2.) sebagai pusat kegiatan ekonomi karena biasanya terdapat pasar kota raja;
3.) sebagai tempat pertemuan raja-raja dengan pejabat kerajaan;
4.) sebagai tempat berkesenian.

Gambar 9. Salah satu bagian keraton yang dijadikan sebagai tempat kesenian.
Sumber: dok.Pribadi

2. Seni Rupa
Pada masa kerajaan Islam, seni rupa terutama seni ukir atau seni pahat patung, dan
seni lukis makhluk hidup kurang berkembang. Hal tersebut karena ada yang meyakini
bertentangan dengan ajaran Islam. Akulturasi bidang seni rupa dapat terlihat pada seni

6
kaligrafi atau seni khat. Kaligrafi adalah seni yang menggabungkan seni lukis dan seni
ukir dengan menggunakan huruf Arab yang bersumber pada Alquran dan Hadis. Kaligrafi
biasanya terdapat pada beberapa bagian masjid, keris, hiasan pada mimbar, dan ada pula
yang menjadikan kaligrafi sebagai salah satu motif batik.

Gambar 10. Contoh Kaligrafi


Sumber: www.vinz-prasetyo.org

B. Perkembangan Seni Aksara dan Seni Sastra

Gambar 11. Tulisan Arab Melayu yang dibaca “Saya sedang belajar menulis Arab
Melayu gundul.”
Sumber: dok. pribadi

Akulturasi pada seni aksara di Indonesia adalah dengan munculnya huruf Arab Melayu
yang merupakan penggabungan huruf Arab dengan bahasa Melayu. Sementara itu, pada
seni sastra di Indonesia terdapat beberapa jenis seperti berikut ini.

7
1. Hikayat
Hikayat merupakan hasil karya sastra yang menyerupai dongeng, tetapi terdapat
unsur-unsur Islam. Contohnya adalah Hikayat Amir Hamzah, Hikayat 1001 Malam,
dan Hikayat Raja-Raja Pasai.

2. Suluk
Suluk adalah karya sastra yang memuat ajaran tasawuf mengenai keesaan dan
keberadan Allah SWT. Contoh suluk adalah Suluk Sukarsa, Suluk Malang Sumirang,
dan Suluk Wujil karya Sunan Bonang yang berisi tentang nasihat atau wejangan
Sunan Bonang kepada Wujil.

3. Syair
Syair merupakan bentuk dari puisi lama yang tiap baitnya terdiri dari empat baris
yang memiliki bunyi yang sama, misalnya syair Abdul Muluk.

Gambar 12. Syair Abdul Muluk


Sumber: id.wikipedia.org

4. Primbon
Primbon adalah kitab yang berisi ramalan-ramalan, keajaiban, dan penentuan hari
baik maupun buruk.

5. Riwayat dan nasihat


Sastra yang isinya menceritakan mengenai riwayat para nabi beserta nasihat-
nasihatnya, contohnya adalah Bustanussalatin karya Ar Raniri yang berisi tentang

8
penciptaan bumi, permasalahan agama, hukum-hukum dalam Islam, riwayat 25 nabi,
hingga kisah raja-raja Islam. Karya lainnya adalah Kitab Manik Maya yang bercerita
tentang penciptaan dunia.
Contoh nasihat adalah Tajusasalatin karya Bukhari Al Jauhari.

SUPER "Solusi Quipper"


SUPER untuk mengingat jenis sastra masa Islam:
BONI dan RINA selesaikan KASUS
(PrimBON, RIwayat, NAsihat, hiKAyat, SUluk dan Syair)

C. Islam dan Proses Integrasi


Proses islamisasi di Indonesia tidak lepas dari peran para ulama yang menjadi barisan
terdepan dalam berkembangnya Islam. Proses integrasi ditandai dengan terbentuknya
kerajaan-kerajaan Islam di Nusantara. Raja, ulama, dan para wali bekerja sama untuk
menyebarkan Islam. Biasanya para ulama dan wali merupakan golongan bangsawan yang
ditugaskan raja dalam proses penyebaran Islam di daerah-daerah. Di Jawa penyebaran
agama Islam dilakukan oleh para wali yang disebut dengan Wali Sanga (sembilan wali)
yang tersebar di beberapa daerah di Pulau Jawa. Berikut adalah nama-nama dari Wali
Sanga.
1. Sunan Gresik atau Maulana Malik Ibrahim yang menyebarkan Islam di wilayah
Pantai Utara Jawa Timur.
2. Sunan Ampel atau Raden Rahmad yang berkedudukan di Ampel Denta, Surabaya.
3. Sunan Giri atau Raden Paku.
4. Sunan Drajad atau Syarifudin yang berkedudukan di Drajat, Sedayu, Surabaya.
5. Sunan Kalijaga atau R. Syahid yang berkedudukan di Kadilangu, Demak, Jawa
Tengah.
6. Sunan Kudus atau Jafar Shadiq yang berkedudukan di Kudus, Jawa Tengah.
7. Sunan Bonang atau R. Maulana Makdum Ibrahim yang berkedudukan di Bonang,
Tuban.
8. Sunan Muria atau R. Umar Said yang berkedudukan di Gunung Muria.
9. Sunan Gunungjati atau Syarif Hidayatullah yang berkedudukan di Cirebon.

9
Sementara itu, di luar Pulau Jawa, tokoh-tokoh penyebar agama Islam adalah sebagai
berikut.
1. Dato`ri Bandang yang melakukan penyebaran agama Islam di daerah Gowa,
Sulawesi Selatan.
2. Dato`ri Bandang dan Tuan Tunggang Parang yang melakukan penyebaran agama
Islam di daerah Kutai, Kalimantan Timur.
3. Para penghulu dari Kerajaan Demak yang mengajar sekaligus melakukan penyebaran
agama Islam di daerah Kutai, Kalimantan Timur.

Selain peran ulama, proses integrasi juga dilakukan melalui jalur perdagangan di
Nusantara. Pada umumnya, masyarakat melakukan perjalanan jalur laut dari satu daerah
ke daerah lainnya dalam jangka waktu yang panjang sehingga menyebabkan terjadinya
hubungan budaya antara pedagang dan penduduk setempat yang mendorong terjadinya
proses integrasi. Contohnya hubungan dagang antara pedagang Jawa yang datang ke
wilayah Sulawesi dan melakukan kontak sosial dengan masyarakat setempat menyebabkan
terjadinya proses integrasi antara masyarakat Jawa dan masyarakat Sulawesi.
Beberapa pusat perdagangan di Nusantara yang menjadi proses integrasi di antaranya:
1. Kerajaan Demak di Jawa;
2. Malaka di Sumatra sebagai bandar terbesar di Asia;
3. Beberapa pusat perdagangan di Jawa seperti Banten, Sunda Kalapa, Jepara, Tuban,
Gresik, Surabaya, dan Blambangan.

Hal terakhir yang berperan dalam proses integrasi adalah bahasa. Bahasa merupakan
unsur penting dalam proses integrasi antara budaya Islam dari satu daerah dengan daerah
lainnya di Indonesia karena bahasa sebagai alat untuk berkomunikasi dalam melakukan
hubungan sosial. Masyarakat Indonesia memiliki bahasa sesuai dengan daerahnya masing-
masing sehingga diperlukan bahasa bersama untuk memudahkan proses komunikasi.
Dengan demikian, berkembanglah bahasa Melayu yang digunakan sebagai bahasa
bersama di Kepulauan Nusantara. Bahasa Melayu berkembang di wilayah Sumatra dan
digunakan sebagai bahasa dagang karena di wilayah Sumatra terdapat bandar terbesar
di Asia, yaitu Malaka yang menjadi pusat dagang sehingga orang yang berdagang di sana
harus dapat menggunakan bahasa Melayu.

Pada perkembangan selanjutnya, bahasa Melayu dijadikan sebagai bahasa perantara


di Kepulauan Nusantara. Hal ini pulalah yang menjadi salah satu alasan kenapa bahasa
Melayu kemudian dijadikan sebagai lingua franca atau bahasa resmi Indonesia dalam
Sumpah Pemuda 1928.

10
Beberapa hal yang mendukung proses integrasi Islam ke dalam masyarakat Indonesia
adalah peran ulama dan penguasa, jalur perdagangan, dan bahasa.

D. Terbentuknya Jaringan Keilmuan di Nusantara


Dalam proses pembentukan jaringan keilmuan, muncul berbagai pemikiran-
pemikiran baru dalam keilmuan Islam seperti munculnya neosufisme yang merupakan
penggabungan ajaran tasawuf yang dikuatkan dengan syariat Islam. Proses islamisasi
di Indonesia membentuk jaringan keilmuan di nusantara melalui munculnya lembaga-
lembaga pendidikan di Indonesia. Perkembangan lembaga-lembaga pendidikan Islam
dipengaruhi oleh kebijakan Sultan yang berhubungan dengan politik kerajaaan. Berikut
lembaga pendidikan Islam di Indonesia.
1. Pesantren
Pesantren pada umumnya berkembang di Pulau Jawa. Pesantren dapat diartikan
sebagai tempat para santri yang belajar agama Islam pada suatu tempat dalam
jangka waktu yang lama. Tujuan pembelajaran di pesantren adalah untuk
melahirkan ulama-ulama baru. Ada dua metode dalam sistem pengajarannya,
yaitu dengan metode sorongan dan bandongan. Sorongan adalah sistem
pengajaran dilakukan bersifat individual untuk siswa yang telah pandai membaca
Alquran. Bandongan adalah metode pembelajaran yang bersifat massal dengan
mendengarkan seorang guru yang membaca, menerjemahkan, menerangkan, dan
mengulas buku Islam dalam bahasa Arab.
Dalam pesantren terdapat lima unsur penting sebagai berikut.
a. Pondok atau pemondokan adalah tempat tinggal santri yang berfungsi
sebagai tempat tinggal dan belajar, santri biasanya berasal dari berbagai daerah
yang jauh.
b. Masjid adalah tempat ibadah umat Islam yang terdapat pula pada setiap
pesantren. Fungsi masjid sebagai sarana pendidikan dan kegiatan sosial santri
dan masyarakat setempat.
c. Kiai merupakan pemimpin pesantren. Dalam struktur sosial masyarakat
Indonesia, Kyai termasuk dalam golongan elite yang merupakan gelar yang
didapat dari masyarakat karena ahli dalam bidang agama.
d. Santri adalah orang yang belajar dan menuntut ilmu di pesantren.
e. Pengajaran kitab-kitab Islam klasik (Kitab Kuning). Selain Alquran, pengajaran
di pesantren mengenal kitab-kitab berupa Kitab Kuning yang wajib dipelajari
santri, hadis, tafsir, tauhid, tasawuf, tarikh. Pada umumnya, kitab-kitab yang
diajarkan pada pesantren di Pulau Jawa adalah bermahzab Syafii.

11
2. Surau
Surau lebih dikenal pada masyarakat Minangkabau di daerah Sumatra Barat. Tidak
hanya dijadikan sebagai tempat berkembangnya pendidikan Islam, tetapi juga
menjadi bagian dari sistem adat dan budaya masyarakat Minangkabau. Masyarakat
Minangkabau menganut sistem kekerabatan matrilineal yang mengharuskan laki-
laki hanya dapat berkunjung ke rumah sang istri. Jadi, surau dibangun sebagai
tempat pemuda yang telah akil baliq (dewasa dalam pandangan Islam) untuk
menimba ilmu. Ilmu yang berkembang adalah tarekat Qadriyah, Naqsabandiyah,
dan Syatariah.

3. Dayah
Dayah merupakan pelafalan dialek masyarakat Aceh untuk kata bahasa Arab Zawiyah
yang memiliki arti bangunan yang berhubungan dengan masjid. Dalam masyarakat
Aceh, dayah berfungsi sebagai lembaga pendidikan Islam dimana materi yang
diajarkan adalah Alquran dan kitab kuning seperti ilmu tauhid, fiqih, dan tasawuf.
Sistem pengajaran pada tingkatan yang lebih tinggi menggunakan sistem diskusi
dan debat (meudeubat) yang diawasi oleh seorang teungku.

4. Meunasah
Meunasah adalah lembaga pendidikan Islam di Aceh yang mempelajari dasar rukun
Islam dan fiqih serta kitab kitab Jawoe (jawi) berbahasa Arab Melayu. Fungsi dari
Meunasah yang di antaranya:
a. tempat ibadah;
b. tempat belajar;
c. tempat pertemuan;
d. pusat informasi;
e. tempat menginap bagi musafir;
f. tempat perayaan kenduri massal dalam kampung; dan
g. tempat pejabat-pejabat gampong memutuskan dan memecahkan masalah
sosial.

5. Rangkang
Rangkang merupakan tempat tinggal siswa yang dibangun di sekitar masjid.
Rangkang digunakan sebagai pusat pendidikan agama yang mempelajari kitab-
kitab berbahasa Arab.

12

Anda mungkin juga menyukai