Anda di halaman 1dari 41

Presentasi/kasus

METODE KONTRASEPSI

Oleh:

Halimah Tusa’diyah 1840312315

Selvi Dina Sfitri 1740312412

Preseptor:

dr. Roza Sri Yanti, Sp.OG(K)

BAGIAN OBSTETRI & GINEKOLOGI


RSUP DR. M. DJAMIL PADANG
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG
2019

1
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Indonesia menghadapi masalah dengan jumlah dan kualitas sumber daya


manusia dengan kelahiran 5.000.000 per tahun. Untuk dapat mengangkat derajat
kehidupan bangsa telah dilaksanakan secara bersamaan pembangunan ekonomi dan
keluarga berencana yang merupakan sisi masing-masing mata uang. Bila gerakan
keluarga berencana tidak dilakukan bersamaan dengan pembangunan ekonomi,
dikhawatirkan hasil pembangunan tidak akan berarti.1
Pendapat Malthus yang mengemukakan bahwa pertumbuhan dan kemampuan
mengembangkan sumber daya alam laksana deret hitung, sedangkan pertumbuhan
dan perkembangan manusia laksana deret ukur, sehingga pada satu titik sumber daya
alam tidak mampu menampung pertumbuhan manusia telah menjadi kenyataan.
Berdasarkan pendapat demikian, diharapkan setiap keluarga, memperhatikan dan
merencanakan jumlah keluarga yang diinginkan.1
Keluarga sebagai unit terkecil kehidupan bangsa diharapkan menerima norma
keluarga kecil bahagia dan sejahtera (NKKBS) yang berorientasi pada “catur warga”
atau zero population growth (pertumbuhan seimbang). Gerakan keluarga berencana
nasional Indonesia telah berumur panjang (sejak 1970) dan masyarakat dunia
menganggap Indonesia berhasil menurunkan angka kelahiran dengan bermakna.
Masyarakat dapat menerima hampir semua metode medis teknis keluarga berencana
yang dicanangkan oleh pemerintah.1
Pemerintah meluncurkan gagasan baru, yaitu:1
1. Keluarga berencana mandiri: artinya masyarakat memilih metode KB dengan
biaya sendiri melalui KB lingkaran biru dan KB lingkaran emas.
2. Mengarahkan pada pelayanan metode kontrasepsi efektif (MKE): AKDR, suntik
KB, susuk KB, dan kontap.

2
Berikut ini dijabarkan metode medis teknis gerakan keluarga berencana di
Indonesia untuk mendapatkan gambaran yang menyeluruh dan rinci.

1.2 Batasan Masalah


Makalah ini membahas mengenai definisi, klasifikasi, dan kelebuhan dan
kekurangan pada genitalia berbagai metode kontrasepsi.
1.3 Tujuan Penulisan
Makalah ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan pemahaman
tentang metode kontrasepsi.

1.4 Metode Penulisan


Penulisan makalah ini merujuk dari berbagai kepustakaan dan literatur.

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi

Kontrasepsi adalah upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan. Upaya itu


dapat bersifat sementara, dapat pula bersifat permanen. Konsepsi (pembuahan,
fertilisasi) adalah terjadinya pertemuan antara sel telur (ovum) isteri dengan sel mani
(spermatozoa) suami pada saluran telur.
Kontrasepsi atau antikonsepsi adalah mencegah terjadinya konsepsi dengan
memakai cara, alat atau obat-obatan.
Pengaturan kelahiran (birth control) adalah penggunaan alat-alat atau cara-
cara dengan maksud mengatur jumlah dan jarak waktu kelahiran. Keluarga berencana
adalah suatu usaha menjarangkan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan
dengan memakai kontrasepsi.
Secara umum, kontrasepsi dibagi dua menurut cara pelaksanaannya :
a. Cara temporer (spacing)
Yaitu menjarangkan kelahiran selama beberapa tahun sebelum menjadi hamil
lagi.
b. Cara permanen (kontap)
Yaitu mengakhiri kesuburan dengan cara mencegah kehamilan secara
permanen; pada wanita disebut sterilisasi dan pada pria disebut vasektomi.

Sampai saat ini belum ada suatu cara kontrasepsi yang 100% ideal. Ciri-ciri
suatu kontrasepsi yang ideal meliputi daya guna, aman, murah, estetik, mudah
didapat, tidak memerlukan motivasi terus menerus dan efek samping minimal.
Syarat-syarat kontrasepsi :
1. Aman pemakaiannya dan dipercaya.
2. Efek samping yang merugikan tidak ada
3. Lama kerjanya dapat diatur menurut keinginan
4. Tidak mengganggu hubungan persetubuhan

4
5. Tidak memerlukan bantuan medik atau control yang ketat selama
pemakaiannya
6. Cara penggunaannya sederhana
7. Harganya murah supaya dpt dijangkau masyrakat
8. Dapat diterima oleh pasangan suami istri

Kontrasepsi yg ideal dan memenuhi syarat diatas belum ada. Yang ada
kontrasepsi yg memenuhi sebagian syarat atau hampir memenuhi syarat. Yang
penting sebenarnya adalah “memakai salah satu cara kontrasepsi jauh lebih baik dari
tidak memakai kontrasepsi sama sekali”.

2.1.1 Pembagian Cara-cara Kontrasepsi


a. Pembagian menurut jenis kelamin
1. Cara atau alat yang dipakai oleh suami (pria).
2. Cara atau alat yang dipakai oleh isteri (wanita).
b. Menurut pelayanannya
1. Cara medis dan non medis
2. Cara klinis dan non klinis
c. Pembagian menurut efek kerjanya
1. Tanpa mempengaruhi fertilitas
2. Menyebabkan infertilitas temporer (sementara)
3. Kontrasepsi permanen dimana infertilitas menetap.
d. Pembagian menurut cara kerja/ cara kontrasepsi
1. Menurut keadaan biologis : sanggama terputus, metod kalender, suhu
badan, abstinensia dan lain-lain.
2. Memakai alat barier (kondoml, diafragma, kap porsio, spermisida)
3. Kontrasepsi intrauterin : IUD
4. Hormonal (pil KB, suntikan KB, dan AKBK)
5. Operatif : tubektomi dan vasektomi.

5
e. Pembagian yang umum dan banyak dipakai adalah sebagai berikut :
1. Metoda merakyat (Folk methods) :
 Coitus interuptus
 Postcoital douche
 Prolonged lactation
2. Metoda tradisional (traditional methods) :
 Pantang berkala
 Kondom
 Diafragma vaginal
 Spermisida
3. Metoda modern
 Pil KB
 Suntik KB
 AKBK atau norplant
 IUD
4. Metoda permanen operatif
 Tubektomi
 Vasektomi

2.2 Metode Kontrasepsi

Secara umum terdapat tiga metode kontrasepsi yang digunakan saat ini, yaitu :
(1) Kontrasepsi Hormonal; (2) Kontrasepsi Mekanis; dan (3) kontrasepsi tanpa
menggunakan alat atau obat-obatan.3

2.2.1 Kontrasepsi Alamiah

2.2.1.1 Senggama terputus (coitus interuptus)

Cara ini mungkin merupakan cara kontrasepsi yang tertua yang dikenal oleh
manusia, dan mungkin masih merupakan cara yang banyak dilakukan sampai
sekarang. Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadi

6
ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi disadari
sebelumnya oleh sebagian besar pria, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira 1
detik sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk
menarik keluar penis dari vagina. Keuntungannya, cara ini tidak membutuhkan biaya,
alat-alat maupun persiapan, akan tetapi kekurangannya bahwa untuk mensukseskan
cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang besar dari pihak pria dan bisa mengurangi
kenikmatan/kepuasan dalam berhubungan seksual. Selanjutnya penggunaan cara ini
dapat menimbulkan neurasteni.3

Efektivitas bergantung pada kesediaan pasangan untuk melakukan senggama


terputus setiap melaksanakannya (angka kegagalan 4-18 kehamilan per 100
perempuan per tahun). Dan efektivitasnya akan jauh menurun jika sperma dalam 24
jam sejak ejakulasi masih melekat pada penis. Kegagalan dengan cara ini dapat
disebabkan oleh:3,4,10

1) Adanya pengeluaran air mani sebelum ejakulasi (praejeculatory fluid) yang


dapat mengandung sperma, apalagi pada koitus yang berulang (repeated coitus);

2) Terlambatnya pengeluaran penis dari vagina;

3) Pengeluaran semen dekat pada vulva dapat menyebabkan kehamilan.

2.2.1.2 Pembilasan pascasenggama (postcoital douche)

Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat
(cuka atau obat lain) segera setelah koitus merupakan cara yang telah lama sekali
dilakukan untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma
secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek
spermasida serta menjaga asiditas vagina.3,9

Cara ini mengurangi kemampuan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas


tertentu karena sebelum pembilasan dapat dilakukan, spermatozoa dalam jumlah
besar telah memasuki servik uteri.3

7
2.2.1.3 Perpanjangan Masa Menyusui Anak (Prolonged Lactation)

Sepanjang sejarah para wanita mengetahui bahwa kemungkinan untuk


menjadi hamil lebih kecil apabila mereka menyusui anaknya segera setelah
melahirkan. Menyusui secara eksklusif merupakan suatu metode kontrasepsi
sementara yang cukup efektif, selama ibu belum mendapat haid, dan waktunya
kurang dari 6 bulan pascapersalinan. Efektivitasnya dapat mencapai 98 %1. Hal ini
dapat efektif bila ibu menyusui lebih dari 8 kali sehari dan bayi mendapat cukup
asupan per laktasi; ibu belum mendapat haid, dan atau dalam 6 bulan pasca
persalinan.3,5,10

Laktasi dikaitkan dengan adanya prolaktinemia dan prolaktin menekan adanya


ovulasi. Tetapi ovulasi pada suatu saat akan terjadi dan dapat mendahului haid
pertama sehingga apabila hanya mengandalkan pemberian ASI saja dapat
memberikan resiko kehamilan untuk itu dapat dipertimbangan pemakaian kontrasepsi
lain.3

Tabel 2. Waktu yang dianjurkan untuk memulai kontrasepsi pada wanita menyusui3

Persalinan 3 minggu 6 minggu 6 bulan

Metode Amenorea √ √ √
Laktasi (MAL)

AKDR √ √ √

Sterilisasi √ √

Kondom/spermasida √ √ √ √

Kontrasepsi √ √
Progestin

KB Alamiah √ √

8
Kontrasepsi √
kombinasi

2.2.1.4 Pantang berkala (rhythm method)

Cara ini awalnya diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari Jepang dan
Hermann Knaus dari Jerman, pada saat yang sama, kira-kira tahun1931. Oleh karena
itu cara ini sering juga disebut cara Ogino-Knaus. Mereka bertitik tolak dari hasil
penyelidikan bahwa seorang wanita hanya dapat hamil selama beberapa hari saja
dalam tiap daur haidnya. Masa subur yang disebut ”Fase Ovulasi” mulai 48 jam
sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Sebelum dan sesudah masa itu,
wanita tersebut berada dalam masa tidak subur.3,10

Mekanisme kerja
Prinsipnya adalah tidak melakukan hubungan suami isteri pada masa subur
isteri. Untuk menetukan masa subur istri dipakai 3 patokan, yaitu :
1. Ovulasi terjadi 14 ± 2 hari sebelum haid yang akan datang
2. Sperma dapat hidup dan membuahi dalam 48 jam setelah ejakulasi.
3. Ovum dapat hidup 24 jam setelah ovulasi
Jadi jika ingin dicegah, koitus harus dihindari sekurang-kurangnya selama 3
hari (72 jam), yaitu 48 jam sebelum ovulasi dan 24 jam esudah ovulasi terjadi.
Cara menentukan masa aman
Awalnya dicatat lama siklus haid selama 3 bulan terakhir. Tentukan lama haid
terpendek dan terpanjang. Siklus terpendek dikurangi 18 hari dan siklus haid
terpanjang dikurangi dengan 11 hari. Dua angka yang diperoleh merupakan range
masa subur. Dalam masa ini merupakan masa pantang sanggama, diluarnya
merupakan masa aman.
Cara lain untuk menentukan masa aman ialah dengan suhu basal badan.
Menjelang ovulasi suhu basal badan akan turun. Suhu basal dicatat dengan teliti
setiap hari.

9
Kesulitan cara ini ialah bahwa waktu yang tepat dari ovulasi sulit untuk
ditentukan; ovulasi umumnya terjadi 14 ± 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan
datang. Pada wanita dengan haid yang tidak teratur, akan tetapi variasi yang tidak
jauh berbeda, dapat diterapkan masa subur dengan perhitungan :“Daur haid terpendek
dikurangi 18 hari dan daur haid terpanjang dikurangi 11 hari”.Masa aman ialah
sebelum daur haid terpendek yang telah dikurangi.3

2.2.2 Kontrasepsi Secara Mekanis

2.2.2.1 Pria

a. Kondom

Penggunaan kondom mempunyai tujuan perlindungan terhadap penyakit


kelamin yang telah dikenal sejak zaman Mesir kuno. Kini paling umum dipakai ialah
kondom dari karet; kondom ini tebalnya kira-kira 0,05 mm. Kini telah tersedia
berbagai ukuran dengan bermacam-macam warna. Pada waktu sekarang kondom
telah dipergunakan secara luas di seluruh dunia dalam program keluarga
berencana.3,8,10

Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan
koitus, dan mencegah tumpahnya sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah
silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang
buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Diameternya biasanya kira-kira 31-36,5
mm dan panjang lebih kurang 19 mm. Kondom dilapisi dengan pelicin yang
mempunyai sifat spermatisid.3

Keuntungan kondom, selain untuk tujuan kontrasepsi juga dapat memberi


perlindungan terhadap penyakit kelamin5. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan
yang mempergunakannya merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang dalam
kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Sebab-sebab kegagalan memakai kondom
ialah bocor atau koyaknya alat itu atau tumpahnya sperma yang disebabkan oleh tidak
dikeluarkannya penis segera setelah terjadi ejakulasi. Efek sampingan kondom tidak
ada, kecuali jika ada alergi terhadap bahan untuk membuat karet.3

10
Efektivitas kondom ini tergantung dari mutu kondom dan dari ketelitian
dalam penggunaannya. Rata-rata kegagalankontrasepsiiniadalahsekitar 2-21%.
Mengenai pemakaian kondom perlu diperhatikan hal-hal berikut :10

1. Jangan melakukan koitus sebelum kondom terpasang dengan baik.

2. Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada pria yang
tidak bersunat, prepusium harus ditarik terlebih dahulu.

3. Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma.


Pada kondom yang mempunyai kantong kecil di ujungnya, keluarkanlah udara
terlebih dahulu sebelum kondom dipasang.

4. Pergunakanlah bahan pelicin secukupnya pada permukaan kondom untuk


mencegah terjadinya robekan.

5. Keluarkanlah penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan
tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina,
supaya sperma tidak tumpah

2.2.2.2 Wanita

a. Pessarium

Bermacam-macam pessarium telah dibuat untuk tujuan kontrasepsi. Secara


umum pessarium dapat dibagi atas dua golongan, yakni (1) diafragma vaginal ; dan
(2) cervical cap.3

b. Diafragma vaginal

Pada tahun 1881 Mensinga dan Flensburg (Belanda) telah menciptakan untuk
pertama kalinya diafragma vaginal guna mencegah kehamilan. Dewasa ini diafragma
vaginal terdiri atas kantong karet yang berbentuk mangkuk dengan per elastis pada
pinggirnya. Per ini ada yang terbuat dari logam tipis yang tidak dapat berkarat, ada

11
pula yang dari kawat halus yang tergulung sebagai spiral dan mempunyai sifat seperti
per.3,9

Diafragma dimasukkan ke dalam vagina sebelum koitus untuk menjaga


jangan sampai sperma masuk ke dalam uterus. Untuk memperkuat khasiat diafragma,
obat spermatisida dimasukkan ke dalam mangkuk dan dioleskan pada pinggirnya.
Diafragma vaginal sering dianjurkan pemakaiannya dalam hal-hal seperti :3,10

1. keadaan dimana tidak tersedia cara yang lebih baik.

2. jika frekuensi koitus tidak seberapa tinggi, sehingga tidak dibutuhkan


perlindungan yang terus-menerus.

3. jika pemakaian pil, AKDR, atau cara lain harus dihentikan untuk sementara
waktu oleh karena sesuatu sebab.

Diafragma paling cocok untuk dipakai pada wanita dengan dasar panggul
yang tidak longgar dan dengan tonus dinding vagina yang baik.Pada keadaan-keadaan
tertentu pemakaian diafragma tidak dapat dibenarkan, misalnya pada 1) sistokel yang
berat; 2) prolapsus uteri; 3) fistula vagina; 4) hiperantefleksio atau hiperretrofleksio
uterus.

Umumnya diafragma vaginal tidak menimbulkan banyak efek sampingan.


Efek sampingan mungkin disebabkan oleh reaksi alergi terhadap obat-obat
spermatisida yang dipergunakan, atau oleh karena terjadi perkembangbiakan bakteri
yang berlebihan dalam vagina jika diafragma dibiarkan terlalu lama terpasang di
situ.3

Efektivitas nya sedang (bila digunakan dengan spermasida angka kegagalan 6-


18 kehamilan per 100 perempuan per tahun pertama).10

Kekurangan khasiat diafragma vaginal ialah : 1) diperlukan motivasi yang


cukup kuat; 2) umumnya hanya cocok untuk wanita yang terpelajar dan tidak untuk
dipergunakan secara massal; 3) pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan
kegagalan; 4) tingkat kegagalan lebih tinggi daripada pil atau AKDR.2,3

12
Keuntungan cara ini ialah : 1) hampir tidak ada efek sampingan; 2) dengan
motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan; 3) dapat
dipakai sebagai pengganti pil atau AKDR pada wanita-wanita yang tidak boleh
mempergunakan pil atau AKDR oleh karena suatu sebab.2,3

c. Cervical cap

Cervical cap dibuat dari karet atau plastik, dan mempunyai bentuk mangkuk
yang dalam dengan pinggirnya terbuat dari karet yang tebal. Ukurannya ialah dari
diameter 22 mm sampai 33 mm; jadi lebih kecil daripada diafragma vaginal. Cap ini
dipasang pada porsio servisis uteri seperti memasang topi. Dewasa ini alat ini jarang
dipakai untuk kontrasepsi.3

2.2.3 Kontrasepsi Dengan Obat-Obat Spermatisida

Obat spermatisida yang dipakai untuk kontrasepsi terdiri atas 2 komponen,


yaitu zat kimiawi yang mampu mematikan spermatosoon, dan vehikulum yang
nonaktif dan yang dipergunakan untuk membuat tablet atau cream/jelly. Makin erat
hubungan antara zat kimia dan sperma, makin tinggi efektivitas obat. Oleh sebab itu,
obat yang paling baik ialah yang dapat membuat busa setelah dimasukkan ke dalam
vagina, sehingga kelak busanya dapat mengelilingi serviks uteri dan menutup ostium
uteri eksternum. Cara kontrasepsi dengan obat spermatisida umumnya digunakan
bersama-sama dengan cara lain (diafragma vaginal), atau apabila ada kontraindikasi
terhadap cara lain. Efek sampingan jarang terjadi dan umumnya berupa reaksi alergi.3

Kini di pasaran terdapat banyak obat-obat spermatisida, antara lain dalam


bentuk :3

1. suppositorium : Lorofin suppositoria, Rendel pessaries. Suppositorium


dimasukkan sejauh mungkin ke dalam vagina sebelum koitus. Obat ini baru
mulai aktif setelah 5 menit. Lama kerjanya kurang lebih 20 menit sampai 1
jam.

13
2. jelly atau cream. 1) Perseptin vaginal jelly, Orthogynol vaginal jelly, 2)
Delfen vaginal cream.Jelly lebih encer daripada cream. Obat ini disemprotkan
ke dalam vagina dengan menggunakan suatu alat. Lama kerjanya kurang lebih
20 menit sampai 1 jam.

3. tablet busa : Sampoon, Volpar, Syn-A-Gen. Sebelum digunakan, tablet


terlebih dahulu dicelupkan ke dalam air, kemudian dimasukkan ke dalam
vagina sejauh mungkin. Lama kerjanya 30-60 menit.

4. C-film, yang merupakan benda yang tipis, dapat dilipat, dan larut dalam air.
Dalam vagina obat ini merupakan gel dengan tingkat dispersi yang tinggi dan
menyebar pada porsio uteri dan vagina. Obat mulai efektif setelah 30 menit.

Efektivitas KB spermatisid ini kurang (3 – 21 kehamilan per 100 perempuan


per tahun pertama).3

2.2.4 Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pertama kali diperkenalkan pada tahun 1950


yang menjadi sebuah perubahan drastis dari metode-metode tradisional. Kontrasepsi
ini tersedia dalam beberapa bentuk, oral, injeksi, dan implan. Kontrasepsi hormonal
adalah kombinasi antara estrogen dan progesterin atau hanya progesterin.3

a. Mekanisme Kerja Estrogen


Estrogen merupakan hormon steroid yang terdiri dari 18 atom karbon (gambar
1). Estrogen secara primer dibentuk dari 17-ketosteroid androstenedione. Secara
fisiologis estrogen diproduksi di ovarium (sel theca dan granulosa), plasenta, korteks
adrenal, dan sel leydig (pada pria).3
Dalam siklus menstruasi, estrogen berperan mempercepat maturasi dari
folikel ovarium selama siklus menstruasi. Di uterus, estrogen berfungsi mencetus
terjadinya proliferasi dari endometrium dan meningkatkan kontraksi otot uterus. Di
vagina estrogen berfungsi meningkatkan penebalan lapisan mukosa sehingga terjadi
peningkatan pelepasan sel epitel yang mengandung glikogen. Glikogen digunakan
untuk meningkatkan produksi dari asam laktat oleh Bacillus Doderlein sehingga

14
meningkatkan keasaman dari bagian bawah vagina (ph 3,5-5,5) untuk mencegah
terjadinya infeksi pada vagina. Di servik, estrogen mencegah masuknya sperma
memasuki uterus, estrogen akan mengubah konsistensi mukosa servik, sehingga
membuatnya semakin konduktif terhadap kelangsungan hidup dan penetrasi sperma,
terutama selama masa ovulasi.3,4,5
Estrogen dalam kontrasepsi bekerja menghambat ovulasi dengan menghambat
sekresi gonadotropin. Estrogen akan menghambat sekresi follicle stimulating
hormone(FSH) yang berfungsi mencetus terjadinya ovulasi (gambar 2) dan
menyiapkan uterus untuk implantasi hasil konsepsi.4

Gambar 1. Postulat Mekanisme Ovulasi7

b. Mekanisme Kerja Progesteron

Progesteron adalah hormon steroid yang merupakan hormon progestasional


yang paling poten dalam mencegah kehamilan yang memiliki 21 rantai karbon.
Progesterone diproduksidi corpus luteum, folikel ovarium, plasenta, dan korteks
adrenal serta dibentuk dari kolesterol melalui pregnenolone.5

15
Progesteron memiliki fungsi utama mempersiapkan saluran genitalia wanita
untuk implantas dan maturasi dari fertilisasi sel telur dan menghambat kehamilan.5

Sebagai agen progestasional, progesterone bekerja dengan menekan sekresi


Luteinizing Hormone (LH) melalui penghambatan sekresi gonadotropin di kelenjar
pituitari dan sentral hipotalamus yang merangsang sekresi dari LH yang berfungsi
mempersiapkan ovulasi. 3,4

2.2.4.1 Kontrasepsi Oral

a. Kontrasepsi Oral Kombinasi

Kontrasepsi oral kombinasi terdiri dari kombinasi antara estrogen dan


progesterin. Di Amerika, Ethyl estradiol (EE) merupakan turunan estrogen yang
paling banyak digunakan dalam kontrasepsi hormonal. Sedangkan progestin, terdapat
sekitar delapan progestin berbeda yang digunakan dalam sebagai kontrasepsi
hormonal.4,8

Kontrasepsi oral kombinasi bekerja dengan menekan terjadinya ovulasi (90-


95%) dengan menekan sekresi gonadotropin di kelenjar pituitari sehingga
menghambat sekresi LH dan FSH (gambar 3). Sekresi LH dan FSH yang menurun
(gambar 4) menyebabkan folikel tidak terstimulasi untuk berkembang, dan
menyebabkan tidak terjadinya ovulasi. Selain itu, kontrasespsi oral kombinasi juga
bekerja dengan mengentalkan mukosa servik (menurunkan penetrasi sperma),
menebalkan endometrium (membatasi implantasi) dan menurunkan motilitas tuba
falopii.3,4,8

16
Gambar 2. UmpanBalikNegatif Estrogen danProgesteronterhadapproduksi LH
dan FSH5

b. Kelebihan

Penggunaan kontrasepsi kombinasi diyakini bermanfaat dalam menurunkan


risiko terjadinya kanker endometrium dan ovarium, kehamilan ektopik, infeksi radang
panggul, gangguan mesntruasi, kanker payudara, dan akne. Keuntungan lainnya
meliputi proteksi terhadap hilangnya densitas tulang (denganmenghambatsitokin;
gambar 5) , menurunnya progresivitas perkembangan kanker kolorektal dan rematoid
artritis.3,4,9

Beberapa studi obeservasi menemukan bahwa kontrasepsi oral kombinasi


dapat menurunkan risiko terjadinya kanker ovarium sekitar 40-80% dan kanker
endometrium hingga 50%. Efek ini didapatkan setelah penggunaan satu tahun dan
dapat menetap secara signifikan dalam beberapa periode setelah kontrasepsi
dihentikan. Kontrasepsi oral kombinasi juga diketahui dapat menurunkan angka
kejadian kehamilan ektopik hingga 90% dan menurunkan risiko kejadian salpingitis
sekitar 50-80%, walaupun beberapa studi lainnya menyatakan bahwa efek yang

17
didapat hanya berlangsung singkat. Disamping itu, Kontrasepsi oral kombinasi juga
diketahui dapat menurunkan rasa nyeri dan jumlah perdarahan pada saat menstruasi.4

c. Kekurangan dan efek merugikan

Efek metabolik

 Lipoprotein dan lemak

Kontrasepsi oral kombinasi meningkatkan kadar trigliserida dan kolesterol


total. Estrogen menurunkan konsentrasi kolesterol LDL dan meningkatkan
HDL, sedangkan sebagian progestin menyebabkan hal yang sebaliknya. Hal
ini penting untuk mengetahui pada proses pembentukan penyakit pembuluh
arteri.3

 Metabolisme karbohidrat

Kontrasepsi oral dapat menurunkan toleransi glukosa pada sejumlah pemakai


dengan persentase yang signifikan. Hal ini tampaknya terjadi sebagai akibat
langsung dosis estrogen yang digunakan. Progestin biasanya meningkatkan
sekresi insulin dan menciptakan resistensi insulin. Karena efek ini, steroid
kontrasepsi dapat mengintensifkan diabetes yang sudah ada atau mungkin
ternyata cukup diabetogenik sehingga mampu memicu munculnya diabetes
secara klinis pada wanita yang rentan. Tapi efek ini seperti pada kehamilan,
efek diabetogeniknya sering reversibel apabila kontrasepsi oralnya
dihentikan.3

 Metabolisme protein

Estrogen akan meningkatkan pembentukan berbagai globulin oleh hati.


Meningkatnya pembentukan angiotensinogen tampaknya berkaitan dengan
dosis, dan konversinya oleh renin menjadi angiotensin I dicurigai
menimbulkan hipertensi. Fibrinogen dan mungkin faktor II, VII, IX, X, XII,
XIII, akan meningkat sejalan dengan dosis estrogen, dan insiden kedua bentuk
trombosis ini berkaitan dengan dosis estrogen.3

18
Penyakit hati

Kolestasis dan ikterus kolestatik merupakan penyulit yang jarang terjadi pada
pemakai kontrasepsi oral; gejala dan tanda akan hilang apabila obat dihentikan.
Tampaknya kontrasepsi oral mempercepat terjadinya penyakit kandung empedu pada
wanita yang rentan, tapi secara keseluruhan tidak terjadi peningkatan resiko jangka
panjang. Dan tidak ada alasan untuk menghentikan kontrasepsi oral pada wanita yang
telah pulih dari hepatitis virus.3

Gizi

Penyimpangan kadar beberapa zat gizi, yang serupa dengan yang dijumpai
pada kehamilan normal, dilaporkan terjadi pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral.3

 Defisiensi piridoksin

Perubahan-perubahan biokimiawi yang menunjukkan defisiensi vitamin B6


(piridoksin) yang mana hal ini juga terjadi saat kehamilan normal. Hal ini
terjadi karena estrogen memicu enzim-enzim dihati sehingga menyebabkan
meningkatnya metabolisme triptofan yang menggambarkan terjadinya
defisiensi piridoksin.3

Efek kardiovaskular

Terdapat sejumlah risiko kardiovaskular yang jarang tetapi bermakna pada pemakaian
kontrasepsi hormonal.3,4

 Tromboembolisme

Mishell (2000) menganalisis bahwa resiko tromboembolisme vena


diperkirakan meningkat 3-4 kali lipat pada wanita yang menggunakan
kontrasepsi oral. Sekitar 1 per 10000 wanita-tahun, sehingga insiden pada
pemakai kontrasepsi oral yang sebesar 1,0 sampai 3,0 per 10000 wanita-
tahun adalah kecil.3,4

19
Faktor-faktor klinis yang meningkatkan resiko trombosis dan emboli vena
adalah hipertensi, kegemukan, diabetes, merokok, dan gaya hidup yang tidak
banyak aktivitas fisik.3

 Stroke dan Trombosis arteri

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa pemakaian kontrasepsi oral


tersebut pada wanita yang sehat yang tidak merokok tidak menyebabkan
peningkatan resiko stroke trombotik atau hemorhagik (Mishell,2000; Pettiti
dkk, 1996; Schwartz dkk.,1998; WHO collaborative Study,1996). Yang utama,
wanita dengan hipertensi, yang merokok, atau memiliki nyeri kepala migren
mengalami peningkatan resiko stroke hemorhagik atau trombotik.3

 Hipertensi

Ini timbul sebagai respons terhadap estrogen, terbukti meningkat kadar


angiotensinogen (substrat renin) plasma sampai mendekati kadar pada
kehamilan normal.3,4,9

Tekanan darah akan normal kembali saat kontrasepsi dihentikan. Terjadinya


hipertensi pada kehamilan bukan merupakan halangan bagi pemakaian
kontrasepsi oral setelahnya.

 Infark miokardium

Infark miokardium terjadi pada wanita yang menggunakan kontrasepsi oral


dan juga merokok, karena merokok merupakan faktor resiko independen. Ad
2 patokan penting dalam kaitannya dengan merokok dan kontrasepsi oral
adalah lebih dari 15 batang rokok per hari bagi orang berusia lebih dari 35
tahun yang sedang atau pernah merokok.3

 Nyeri kepala migren

 Frekuensi dan intensitas serangan nyeri kepala migren mungkin berkurang


atau meningkat. Tapi lebih baik menghindari pemakaian kontrasepsi ini pada

20
wanita yang memiliki migren, karena mungkin saja akan bertambah parah
atau merupakan ancaman stroke atau stroke ringan.3

Efek pada reproduksi

 Amenorea pasca pil

Setelah kontrasepsi kombinasi dihentikan 3 bulan biasanya ovualasi akan


segera pulih dan kembali seperti semula.3

 Laktasi

Pemakaian hormon kontrasepsi oral pada ibu menyusui akan mengurangi


jumlah ASI. Hanya sedikit hormon yang diekskresikan ke dalam ASI. Karena
hampir tidak memberikan efek pada laktasi dan merupakan kontrasepsi yang
baik.3,4

Efek lain

 Mukorea

 Kloasma

 Mioma uteri; kemungkinan besar tidak bertambah besar pada pemakaian


kontrasepsi oral

 Pertambahan berat badan; tidak semua wanita yang menggunakan ini akan
mengalami peningkatan berat badan. Hal ini terjadi oleh karena adanya retensi
cairan, tetapi umumnya akibat pola makan yang berubah sebab ibu merasa
tenang dan tidak takut hamil lagi setelah menggunakan alat kontrasepsi.3

 Depresi; karena kontrasepsi oralyang mengandung estrogen 50 μg atau lebih

c. Efektivitas
Efektivitas penggunaan dari kontrasepsi pil cukup tinggi dengan rata-rata
angka kegagalan sekitar 0,3% - 8%.

21
2.2.4.2 Pil Progestin (Mini pil)

Disebut juga mini pil adalah pil yang hanya mengandung progestin 350 μg
atau kurang yang diminum setiap hari. Pil ini tidak terlalu populer oleh karena insiden
perdarahan ireguler dan angka kehamilannya jauh lebih tinggi. Pilihan yang baik bagi
ibu yang menyusui, mulai diminum pada minggu ke 6 setelah melahirkan3,4,8. Pil ini
mengganggu kesuburan tapi tidak selalu menghambat penetrasi ovulasi.
Kemungkinan sebabnya adalah terbentuknya mukus serviks yang menghambat
penetrasi sperma dan perubahan pematangan endometrium sehingga dapat menolak
implantasi blastokista.3

a. Keuntungan

Resiko peningkatan penyakit kardiovaskular dan keganasan belum terbukti,


lebih kecil kemungkinannya menyebabkan peninggian tekanan darah atau
nyeri kepala, tidak berefek pada metabolisme karbohidrat dan diperkirakan
lebih jarang menyebabkan depresi, dismenorea, dan gejala premenstruasi.3,4

b. Kekurangan

Kegagalan kontrasepsi dan meningkatnya insiden kehamilan ektopik apabila


kontrasepsi gagal, perdarahan uterus yang tidak jelas, kista ovarium
fungsional menjadi sering, dan pil ini harus diminum pada waktu yang sama
atau hampir sama tiap harinya, yang jika terlambat sekalipun hanya 3 jam
untuk 2 hari berikutnya harus digunakan kontrasepsi lain sebagai
tambahan.3,4,9

c. Kontraindikasi

Terutama pada wanita berumur, dengan perdarahan uterus yang tidak jelas,
riwayat kehamilan ektopik atau kista ovarium fungsional.3

d. Efektivitas

22
Efektivitas penggunaan dari pil progestin (mini pil) sama dengan kontrasepsi
oral kombinasi yaitu dengan angka kegagalan 0,3%-8%.

2.2.4.3 Kontrasepsi Progestin Suntik

Keunggulan suntikan progestin adalah efektivitas kontrasepsi yang setara


dengan atau lebih baik daripada kontrasepsi oral kombinasi, efek bertahan lama
dengan hanya 4 – 6 kali penyuntikan setahun, dan gangguan laktasi yang minimal.

Depo medroksiprogesteron asetat (Depo provera) dan Noretindron etantat (Norgest)


telah banyak dipakai secara luas diseluruh dunia, mekanisme kerja kedua obat
tampaknya multipel, termasuk inhibisi ovulasi, peningkatan kekentalan mukus
serviks, dan pembentukan endometrium yang kurang ramah bagi implantasi ovum.3,4,9

Kelebihan dan kekurangannya serupa dengan progestin oral. Kekurangannya


mencakup amenore berkepanjangan, perdarahan uterus selama dan setelah pemakaian,
dan anovulasi yang lama setalah penghentian kontrasepsi. Pemulihan kesuburan akan
lambat namun tidak terhambat, pada pemakaian jangka panjang trigliserida dan
kolesterol HDL menurun tetapi kolesterol LDL tidak meningkat, hanya terjadi sedikit
modifikasi metabolisme glukosa, insiden anemia defisiensi besi menurun. Disamping
itu terjadi juga peningkatan berat badan yang nyata. Pada pemakaian Depo
medroksiprogesteron jangka panjang terdapat kemungkinan penurunan kepadatan
mineral tulang, namun akan pulih setelah terapi dihentikan.3

Depo medroksiprogesteron disuntikan dalam-dalam di kuadran luar atas


bokong tanpa dipijat untuk memastikan agar obat dilepaskan secara perlahan-lahan.
Dosis lazim adalah 150 mg setiap 90 hari.3

Noetindron etantat disuntikan dengan cara yang sama dalam dosis 200mg,
tetapi penyuntikan obat ini harus diulang setiap 60 hari.3

23
Kontrasepsi progestin suntik memiliki tingkat efektivitas yang lebih tinggi
dibandingkan dengan kontrasepsi hormonal oral. Angka kegagalan yaitu sekitar 0,3%
- 3%.

2.2.1.4 Implan Progestin

Sistem norplant menyalurkan levonorgestrel dalam wadah plastik yang


diimplantasikan dijaringan subdermal. Setiap wadah memiliki panjang 34mm, garis
tengah 2,4mm, dan mengandung 36 mg levonorgestrel. Dosis kombinasi sebesar 216
mg menghasilkan pembebasan ke dalam plasma sekitar 85 μg/hari untuk 6 sampai 8
hari pertama dan menghasilkan kontrasepsi yang efektif. Ini merupakan salah satu
metode yang paling efektif yang tersedia. Dan yang paling utama, bahwa setelah
penghentian pemakaian fertilitas akan segera pulih dengan segera.3,4,8,9

Keunggulan dan kekurangan hampir identik dengan progestin oral, kecuali


efek pada metabolisme karbohidrat. Dilaporkan bahwa setelah pemakaian 6 bulan,
kadar glukosa dan insulin mengalami perubahan bahkan pada wanita nondiebetik.
Pada wanita normal perubahan ini tidak bermakna, tetapi akan sangat
mengkhawtirkan pada orang yang berpotensi untuk diabetik.Pada pemakaian sistem
norplant tampaknya tidak terjadi pengurangan kepadatan tulang.3

Karena memerlukan tindakan bedah ringan, terdapat juga masalah yang


berkaitan dengan infeksi lokal. Dan apabila tidak dimasukkan sesuai petunjuk, maka
pengeluarnnya akan menjadi lebih sulit.3

Walaupun demikian, kontrasepsi implant progestin memiliki efektivitas yang


tinggidengan rata-rata angka kegagalan 0,05%.

2.2.4.5 Injeksi Medroksiprogesteron Asetat/ Estradiol Sipionat

Obat kontrasepsi baru yang disuntikan setiap bulan. Obat ini mengandung
25mg Medroksiprogesteron asetat plus 5 mg estradiol sipionat yang dipasarkan
dengan nama Lunelle atau Cyclo-Provera.3

24
Mekanisme kerja obat ini dengan menghambat ovulasi dan menekan
proliferasi endometrium. Kadar estrasdiol mencapai puncak pada 3 sampai 4 hari
pascainjeksi dengan nilai yang setara dengan lonjakan para-ovulasi dalam siklus
menstruasi ovulatorik normal. Kadar estradiol menetap setinggi ini selama sekitar 10-
14 hari, dan penurunannya menyebabkan perdarahan lucut 10 sampai 20 hari pasca
penyuntikan.3

Frekuensi penyuntikan merupakan masalah yang nyata. Timbulnya


perdarahan yang tidak teratur, namun setelah 3 bulan pemakaian, ketidakteraturan
perdarahan tampaknya menjadi lebih jarang terjadi dibandingkan dengan injeksi
depomedroksiprogesteron asetat. Pulihnya kesuburan setelah penghentian
berlangsung cepat, dengan hampir 83% wanita menjadi hamil dalam 12 bulan setelah
penghentian. Angka pemulihan kesuburan jauh lebih cepat daripada penghentian
dengan suntikan Depomedroksiprogesteron asetat.3

Rata-rata kegagalan penggunaan kontrasespsi ini adalah sekitar 0,05-3%.

Kontrasepsi oral jangan digunakan pada wanita yang mengalami salah satu
keadaan dibawah ini :

e. Gangguan tromboflebitis atau tromboembolus

f. Riwayat tromboflebitis vena dalam atau gangguan tromboembolus

g. Penyakit sereborvaskular atau arteria koroner

h. Diketahui atau dicurigai mempunyai karsinoma payudara

i. Karsinoma endometrium atau diketahui atau dicurigai mempunyai


neoplasma dependen estrogen

j. Perdarahan genital abnormal yang tidak diketahui penyebabnya

k. Ikterus kolestatik pada kehamilan atau riwayat ikterus setelah


menggunakan pil

25
l. Adenoma atau karsinoma hati

m. Diketahi atau dicurigai hamil

Peringatan :

Merokok meningkatkan resiko efek samping kardiovaskular yang serius akibat


pemakaian kontrasepsi oral. Resiko meningkat seiring usia dan merokok dalam
jumlah besar (15 batang atau lebih per hari) dan sering mencolok pada wanita
berusia 35 tahun atau lebih. Wanita yang menggunakan kontrasepsi oral harus
benar-benar diingatkan untuk tidak merokok.

Tabel 1. kontraindikasi dan peringatan tentang pemakaian Kontrasepsi oral


kombinasi3

2.2.5 Alat Kontrasepsi dalam Rahim (AKDR)

Memasukkan benda-benda atau alat ke dalam uterus untuk tujuan mencegah


kehamilan, yang telah dikenal sejak zaman dahulu kala. Awalnya penggembala-
penggembala unta bangsa Arab dan Turki berabad lamanya melakukan cara ini
dengan memasukkan batu kecil yang bulat dan licin kedalam alat genital unta mereka,
dengan tujuan untuk mencegah terjadinya kehamilan dalam perjalanan jauh.3,4

Sejak itu banyak tulisan-tulisan ilmiah yang meneliti tentang efektivitasnya


pada manusia, yang mana pada awalnya banyak mendapat pertentangan oleh karena
dianggap sebagai sumber infeksi pada panggul (salpingitis, endometritis, parametritis,
dll). Tapi sejak mulai diketemukannya antibiotik yang dapat mengurangi resiko
infeksi, maka penerimaan AKDR semakin meningkat.3

a. Mekanisme kerja

Mekanisme kerja dari AKDR sampai saat ini belum diketahui dengan pasti,
tetapi pendapat yang terbanyak mengatakan bahwa dengan adanya AKDR dalam
kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan
serbukan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista dan sperma. Pada

26
pemeriksaan cairan uterus pada pemakai AKDR sering kali dijumpai sel-sel makrofag
(fagosit) yang mengandung spermatozoa. Disamping itu ditemukan juga sering
timbulnya kontraksi uterus pada pemakai AKDR, yang dapat menghalangi nidasi.
Diduga ini disebabkan karena meningkatnya prostaglandin dalam uterus pada wanita
tersebut.3,4,9

Pada AKDR bioaktif selain kerjanya menimbulkan peradangan, juga oleh


karena ion logam atau bahan lain yang melarut dari AKDR mempunyai pengaruh
terhadap sperma. Menurut penyelidikan, ion logam yang paling efektif ialah ion
logam tembaga (Cu)2,3; pengaruh AKDR bioaktif dengan berkurangnya konsentrasi
logam makin lama makin berkurang.3,9

b. Efektifitas

Efektifitasnya tinggi dapat mencapai 0.6 – 0.8 kehamilan/100 perempuan


dalam 1 tahun pertama (1 kegagalan dalam 125 – 170 kehamilan).10

c. Jenis-jenis AKDR

Sampai sekarang telah banyak ditemukan jenis-jenis AKDR, tapi yang paling
banyak digunakan dalam program KB di Indonesia ialah AKDR jenis copper T dan
spiral (Lippes loop). Bentuk yang beredar dipasaran adalah spiral (Lippes loop), huruf
T (Tcu380A, Tcu200C, dan NovaT), tulang ikan (MLCu350 dan 375), dan batang
(Gynefix). Unsur tambahan adalah tembaga (cuprum), atau hormon
(Levonorgestrel).3,4

Gambar AKDR

27
d. Keuntungan-keuntungan AKDR

AKDR mempunyai keunggulan terhadap cara kontrasepsi yang lain karena :3

1. Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian


satu kali motivasi
2. Tidak menimbulkan efek sistemik
3. Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal
4. Efektivitas cukup tinggi
5. Reversibel
6. Tidak ada pengaruh terhadap ASI
e. Efek samping AKDR3

 Perdarahan
 Masa haid dapat menjadi lebih panjang dan banyak, terutama pada  bulan-
bulan pertama pemakaian
 Rasa nyeri dan kejang di perut
 Gangguan pada suami
 Ekspulsi (pengeluaran sendiri)
f. Komplikasi AKDR3,4,10

 Infeksi

AKDR itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina,


umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan
disucihamakan. Jika terjadi infeksi, hal ini mungkin disebabkan oleh sudah
adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum
pemasangan AKDR.

 Perforasi

Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan AKDR walaupun


bisa terjadi pula kemudian. Jika perforasi terjadi dengan AKDR yang tertutup,
harus segera dikeluarkan segera karena ditakutkan akan terjadinya ileus,

28
begitu pula dengan yang mengandung logam. Pengeluaran dapat dilakukan
dengan laparotomi jika dengan laparoskopi gagal, atau setelah terjadi ileus.
Jika AKDR yang menyebabkan perforasi itu jenis terbuka dan linear, dan
tidak mengandung logam AKDR tidak perlu dikeluarkan dengan segera.

 Kehamilan

Jika terjadi kehamilan dengan AKDR in situ, tidak akan timbul cacat
pada bayi oleh karena AKDR terletak antara selaput ketuban dan dinding
rahim. Angka keguguran dengan AKDR in situ tinggi. Jadi jika ditemukan
kehamilan dengan AKDR in situ sedang benangnya masih kelihatan,
sebaiknya dikeluarkan oleh karena kemungkinan terjadinya abortus setelah
dikeluarkan lebih rendah dari pada dibiarkan terus. Tetapi jika benangnya
tidak kelihatan, sebaiknya dibiarkan saja berada dalam uterus.

g. Kontraindikasi pemasangan AKDR

Kontraindikasi pemasangan AKDR dibagi atas 2 golongan, yaitu


kontraindikasi yang relatif dan kontraindikasi mutlak.3,10

Yang termasuk kontraindikasi relatif ialah:

1. Mioma uteri dengan adanya perubahan bentuk rongga uterus


2. Insufisiensi serviks uteri
3. Uterus dengan parut pada dindingnya, seperti pada bekas SC, enukleasi
mioma, dsb.
4. Kelainan jinak serviks uteri, seperti erosio porsiones uteri
Yang termasuk kontraindikasi mutlak ialah :

1. Kehamilan
2. Adanya infeksi yang aktif pada traktus genitalis (Penyakit Menular Seksual)3
3. Adanya tumor ganas pada traktus genitalis
4. Adanya metrorhagia yang belum disembuhkan
5. Pasangan yang tidak lestari/harmonis

29
h. Pemasangan AKDR3,4

AKDR dapat dipasang dalam keadaan berikut :

 Sewaktu haid sedang berlangsung

Pemasangan dapat dilakukan pada hari pertama atau pada hari terakhir haid.
Keuntungannya : pemasangan lebih mudah karena serviks saat itu sedang
terbuka dan lembek, rasa nyeri tidak seberapa keras, perdarahan yang timbul
akibat pemasangan tidak seberapa dirasakan, kemungkinan pemasangan pada
uterus yang sedang hamil tidak ada.

 Sewaktu postpartum

Pemasangan AKDR setelah melahirkan dapat dilakukan:

1. Secara dini(immediate insertion); dipasang pada wanita yang


melahirkan sebelum dipulangkan dari rumah sakit.

2. Secara langsung (direct insertion); dipasang dalam masa tiga bulan


setelah partus atau abortus.

3. Secara tidak langsung (indirect insertion); dipasang sesudah masa tiga


bulan setelah partus atau abortus; atau pada saat tidak ada hubungan
sama sekali dengan partus atau abortus.

Bila pemasangan AKDR tidak dilakukan dalam waktu seminggu setelah


bersalin, menurut beberapa sarjana, sebaiknya AKDR ditangguhkan sampai
6-8 minggu postpartum oleh karena jika pemasangan AKDR dilakukan antara
minggu kedua dan minggu keenam setelah partus, bahaya perforasi atau
ekspulsi lebih besar.

 Sewaktu post abortum

30
Sebaiknya AKDR dipasang segera setelah abortus oleh karena dari segi
fisiologi dan psikologi waktu itu adalah paling ideal. Tetapi, septic abortion
merupakan kontraindikasi

 Beberapa hari setelah haid terakhir

Dalam hal ini wanita yang bersangkutan dilarang untuk bersenggama sebelum
AKDR dipasang.

Sebelum dipasang, sebaiknya diperlihatkan ke akseptor bentuk AKDR yang dipasang


dan bagaimana letaknya setelah terpasang. Dan dijelaskan pula kemugkinan efek
samping yang dapat terjadi seperti perdarahan, rasa sakit , AKDR yang keluar sendiri.

i. Tehnik pemasangan AKDR

Pada umumnya tehnik pemasangan adalah sama pada setiap jenis AKDR, tapi
disini diterangkan mengenai cara pemasangan jenis lippes loop karena yang paling
banyak digunakan di Indonesia.

Tehniknya berupa:

 Setelah kandung kencing dikosongkan, akseptor dibaringkan diatas meja


ginekologi dalam posisi litotomi.

 Bersihkan daerah vulva dan vagina secara a dan antisepsis dengan betadine

 Lakukan pemeriksaan bimanual untuk mengetahui letak, bentuk, dan besar


uterus

 Spekulum dimasukkan ke dalam vagina, dan serviks uteri dibersihkan dengan


larutan antiseptik. Lalu dengan tenakulum dijepit bibir depan porsio uteri, dan
dimasukkan sonde ke dalam uterus untuk menentukan arah dan panjangnya
kanalis servikalis serta kavum uteri.

 AKDR dimasukkan ke dalam uterus dengan tehnik tanpa sentuh, lalu dorong
ke dalam kavum uteri hingga mencapai uterus.

31
 Tahan pendorong (plunger) dan tarik selubung (inserter) ke bawah sehingga
AKDR bebas.

 Setelah selubung keluar dari uterus, pendorong juga dikeluarkan, dan


tenakulum juga dilepaskan, benang AKDR digunting sehingga 2½ - 3 cm
keluar dari ostium uteri, dan akhirnya spekulum diangkat.

Pemeriksaan setelah pemasangan AKDR dilakukan 1 minggu sesudahnya;


pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan.

Cooper T-380A perlu dilepas setelah 10 tahun pemasangan, tetapi dapat


dilepaskan lebih awal apabila diinginkan.

j. Cara mengeluarkan AKDR2

Mengeluarkan AKDR biasanya dilakukan dengan cara menarik benang AKDR yang
keluar dari ostium uteri eksternum dengan dua jari, dengan pinset, atau dengan cunam.
Kadang-kadang benang tidak tampak dari ostium uteri eksternum.

Tidak terlihatnya benang oleh karena :

 Akseptor menjadi hamil

 Perforasi usus

 Ekspulsi yang tidak disadari oleh akseptor

 Perubahan letak AKDR sehingga benang tertarik ke dalam rongga uterus,


seperti adanya mioma uterus.

2.2.5 Metode Kontrasepsi Mantap (Tubektomi Dan Vasektomi)

Tubektomi ialah tindakan yang dilakukan pada kedua tuba falopii wanita
sedangkan vasektomi ialah pada kedua vasdeferens pria,yang mengakibatkan yang
bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi.2 Metoda
dengan cara operasi tersebut diatas telah dikenal sejak zaman dahulu. Hippocrates

32
menyebut bahwa tindakan itu dilakukan terhadap orang dengan penyakit jiwa. Dahulu
vasektomi dilakukan sebagai hukuman misalnya pada mereka yang melakukan
perkosaan. Sekarang tindakan tubektomi dan vasektomi dilakukan secara sukarela
dalam rangka keluarga berencana.3

2.2.5.1 Tubektomi

Tubektomi adalah suatu tindakan oklusi/ pengambilan sebagian saluran telur


wanita untuk mencegah proses fertilisasi.3 Tindakan tersebut dapat dilakukan setelah
persalinan atau pada masa interval. Setelah dilakukan tubektomi, fertilitas dari
pasangan tersebut akan terhenti secara permanen. Waktu yang terbaik untuk
melakukan tubektomi pascapersalinan ialah tidak lebih dari 48 jam sesudah
melahirkan karena posisi tuba mudah dicapai dari subumbilikus dan rendahnya resiko
infeksi. Bila masa 48 jam pascapersalinan telah terlampaui maka pilihan untuk tetap
memilih tubektomi, dilakukan 6-8 minggu persalinan atau pada masa interval. 3,4,9,10

Keuntungan tubektomi ialah :3

 Motivasi hanya satu kali saja, tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang

 Efektivitas hampir 100%

 Tidak mempengaruhi libido seksualis

 Kegagalan dari pihak pasien tidak ada

Kerugiannya ialah bahwa tindakan ini dapat dianggap tidak reversibel,


walaupun ada kemungkinan untuk membuka tuba kembali pada mereka yang masih
menginginkan anak lagi dengan operasi Rekanalisasi.3

Indikasi dilakukannya tubektomi :

 Penghentian fertilitas atas indikasi medik

 Kontrasepsi permanen

33
Syarat-syarat tubektomi :

 Syarat sukarela

 Syarat bahagia

 Syarat medik

Tindakan yang dilakukan sebagai tindakan pendahuluan untuk mencapai tuba


falopii terdiri atas : pembedahan transabdominal seperti laparotomi, mini laparotomi,
laparoskopi; pembedahan transvaginal seperti kolpotomi posterior, kuldoskopi; dan
pembedahan transservikal (transuterin) seperti penutupan lumen tuba histeroskopik.3

Untuk menutup lumen dalam tuba, dapat dilakukan pemotongan tuba dengan
berbagai macam tindakan operatif, seperti cara Pomeroy, cara Irving, cara Uchida,
cara Kroener, cara Aldridge. Pada cara Madlener tuba tidak dipotong. Disamping
cara-cara tersebut, penutupan tuba dapat pula dilakukan dengan jalan kauterisasi tuba,
penutupan tuba dengan clips, Falope ring, Yoon ring, dll.

2.2.5.2 Vasektomi

Pada tahun-tahun terakhir ini vasektomi makin banyak dilakukan dibeberapa


negara seperti India, Pakistan, Korea, AS, dll, untuk menekan laju pertambahan
penduduk. Di Indonesia, vasektomi tidak termasuk dalam program keluarga
berencana nasional2 .

Dan masih banyak pria di Indonesia menganggap vasektomi tersebut identik


dengan dikebiri dan dapat menimbulkan impotensi5. ”Vasektomi, selain aman dari
kegagalan dengan tingkat keberhasilan 79 persen, menurut Kasmiyati, juga mampu
menaikkan libido seks”5. Ini berarti, vasektomi sama sekali tak menimbulkan
impotensi atau ketidak jantanan5.

Indikasi vasektomi ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki


kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada
dirinya.Kontraindikasi, sebenarnya tidak ada, kecuali bila ada kelainan lokal yang

34
dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, jadi sebaiknya harus disembuhkan
dahulu.

Keuntungan vasektomi5 :

 Tidak menimbulkan kelainan fisik maupun mental

 Tidak mengganggu libido seksualitas

 Operasinya hanya berlangsung sebentar sekitar 10 - 15 menit

Sehabis operasi, peserta vasektomi baru boleh melakukan hubungan intim


dengan pasangannya setelah enam hari. Itupun harus wajib menggunakan kondom
selama 12 kali hubungan demi pengamanan5.

Komplikasi vasektomi : infeksi pada sayatan, rasa nyeri/sakit, terjadinya


hematom oleh karena perdarahan kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma.

Kegagalan dapat terjadi karena: terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenal dan
memotong vas deferens, tidak diketahi adanya anomali vas deferens, koitus dilakukan
sebelum kantong seminalnya betul-betul kosong.

2.2.6 Penggunaan Kontrasepsi Darurat


Kontrasepsi darurat digunakan bila berhadapan dengan hubungan seks tanpa
perlindungan, hubungan seks dengan perkosaan, hubungan seks dengan kondom yang
bocor atau pecah, dan hubungan seks dengan menggunakan diafragma yang pecah
atau penempatan salah. Dalam situasi demikian penggunaan kontrasepsi darurat
diharapkan dapat menghindari kehamilan, sehingga menurunkan kehamilan yang
tidak dikehendaki.

Metode Kontrasepsi Darurat


Perkembangan teknologi kontrasepsi Keluarga Berencana telah demikian
majunya sehingga kontrasepsi darurat mengikuti dengan metode:
1. Metode hormonal
 Pemberian derivat estrogen

35
 Pemberian “antiprogestins mifepristone”
 Metode Yuzpe dengan pil kombinasi estrogen dan progesterone
 Metode Postinor, pemberian levonorgestrel
 Pemberian Danazol

2. Insersi IUCD
Penggunaan kontrasepsi darurat belum banyak dipraktekkan di Indonesia,
sekalipun di berbagai Negara sudah menunjukkan hasil yang cukup
memberikan harapan.

Konsep Kerja Kontrasepsi Darurat


Waktu pemberian hormon atau insersi IUCD harus sudah dilakukan dalam
waktu kurang dari 72 jam, setelah melakukan hubungan seks tanpa perlindungan alat
kontrasepsi.
1. Cara kerja kontrasepsi darurat hormonal
a. Komponen estrogen dosis tinggi atau derivatnya menghindari konsepsi
dangan jalan:
 Estrogen dosis tinggi mengubah lapisan dalam rahim (endometrium)
tetap dalam keadaan fase proliferasi, sehingga tidak memungkinkan
nidasi dari hasil konsepsi.
 Dengan peristaltik tuba yang meningkat, spermatozoa tidak
mungkin dapat mencapai ovum untuk melakukan konsepsi.
 Dalam fase proliferasi endometrium tidak dapat menimbulkan
suasana “kapasitasi” sempurna sehingga mengurangi kemampuan
konsepsi spermatozoa.
b. Komponen progesterone atau derivatnya dalam dosis tinggi menghindari
terjadinya konsepsi dan nidasi dengan jalan:
 Mengentalkan lendir serviks, endometrium, dan tuba fallopii,
sehingga mengurangi kemampuan bergerak spermatozoa untuk
mencapai ovum, sehingga tidak mungkin terjadi konsepsi.

36
 Pada endometrium, terjadi perubahan sehingga kurang memberikan
peluang untuk terjadinya nidasi.
2. Cara kerja kontrasepsi darurat dengan insersi IUCD.
a. IUCD berbentuk inert seperti Lippes Loop menimbulkan reaksi benda
asing dengan terjadi migrasi dari leukosit, limfosit, dan makrofag.
Pemadatan lapisan endometrium menyebabkan gangguan nidasi hasil
konsepsi, sehingga tidak terjadi kehamilan.
b. IUCD yang mengandung Cupper, segera setelah insersi di samping
menimbulkan pemadatan endometrium, melepaskan ion Cu dengan
konsentrasi tinggi.
 Konsentrasi 2,5 x 10 mol/L bersifat blastosidal atau membunuhnya
sehingga kehamilan tidak terjadi.
 Konsentrasi yang lebih tinggi bersifat embriotoksik sehingga
kehamilan tidak terjadi.

Penyulit Pemakaian Kontrasepsi Darurat


Penggunaan kontrasepsi darurat mempunyai beberapa penyulit sebagai berikut:
1. Kontrasepsi darurat hormonal
Penyulit kontrasepsi darurat hormonal disebabkan komponen estrogen dan
derivatnya yang menyebabkan keluhan atau penyulit seperti terasa mual, muntah-
muntah, payudara tegang dan nyeri, dan menoragia (perdarahan menstruasi yang
banyak). Keluhan ini terjadi pada jam atau hari pertama memakai kontrasepsi
darurat hormonal yang dapat diatasi dengan memberikan obat antimuntah.
2. Kontrasepsi darurat IUCD
IUCD adalah benda asing yang dipasang pada rahim sekitar 72 jam sampai 7 hari
setelah hubungan seks tanpa proteksi alat kontrasepsi. Penyulit yang berkaitan
dengan pemasangan IUCD adalah:
a. Infeksi alat genitalia
Infeksi alat genital dalam bentuk infeksi penyakit hubungan seks, infeksi
tanpa gejala yang jelas, dan infeksi sekitar panggul wanita.

37
b. Perforasi IUCD
Pemasangan IUCD yang kurang legeartis mungkin menimbulkan
perforasi dengan gejala sakit mendadak dan dapat disertai shock.
c. Kehamilan berlangsung
Pemasangan IUCD yang tidak mencapai fundus uteri menyebabkan
daerah ini bebas dari pengaruh IUCD atau ion Cu, sehingga terjadi
konsepsi, nidasi, dan kehamilan berlangsung.
Dengan demikian pengetahuan dan keterampilan dalam memberikan
pelayanan kontrasepsi darurat perlu ditingkatkan sehingga tujuan dapat tercapai,
tanpa menimbulkan penyulit, komplikasi, atau keluhan yang membahayakan.

Pelayanan Kontrasepsi Darurat


Pelayanan kontrasepsi darurat dijabarkan secara rinci sebagai berikut:
1. Metode Hormonal
a. Pemberian estrogen dosis tinggi.
Per os:
 Memberikan estrogen dengan dosis 50 mg dua kali dengan interval 12
jam.
 Memberikan ethinylestradiol 5 mg selama 5 hari.
Suntikan:
 Suntikan estradiol benzoate 30 mg setiap hari selama 5 hari
b. Pemberian antiprogestine mifepristone.
 Mifepristone diberikan 200 mg setiap hari selama 4 hari, mulai hari 27
menstruasi.
 Terjadi penurunan estrogen dan progesterone darah yang
menimbulkan perdarahan, sehingga hasil konsepsi ikut serta dalam
perdarahan.
c. Metode Yuzpe
 Menggunakan tablet KB kombinasi dengan dosis 50 mcg
ethinylestradiol dan 250 mcg levonorgestrel.

38
 Diberikan 2 tablet pertama diikuti 2 tablet berikutnya dengan interval
12 jam
 Hubungan seks tanpa proteksi sekitar 72 jam
d. Metode postinor buatan Gedeon Richter Hongaria
 Pemberian levonorgestrel 0,75 mg satu jam setelah hubungan seks
tanpa proteksi.
 Penggunaannya hanya 4 tablet dalam 1 bulan.
e. Penggunaan Danazol
 Pemberian Danazol 600 mg dua kali dengan interval 12 jam.
 Efeknya sebagai kontrasepsi darurat kurang menguntungkan.
2. Metode Insersi IUCD
Insersi IUCD dalam waktu 72 jam sampai 7 hari banyak manfaatnya sebagai
kontrasepsi darurat, yang dapat dipertimbangkan pemakaiannya. Perlu
diperhatikan pemakaiannya pada wanita muda yang belum punya anak (remaja)
dengan komplikasi infeksi dapat menimbulkan infertilitas.

39
BAB III

KESIMPULAN

Kendatipun gerakan keluarga berencana nasional dapat menurunkan angka


kelahiran nasional dari 45/1000 menjadi 19/1000, masih terdapat beberapa kendala
atau hambatan. Menghadapi masalah dalam gerakan keluarga berencana nasional,
maka tenaga professional di tengah masyarakat sedapat mungkin memberikan
komunikasi, informasi, dan edukasi, serta motivasi dalam kontrasepsi.
Kontrasepsi merupakan upaya untuk mencegah terjadinya kehamilan.
Terdapat beberapa metode kontrasepsi yang digunakan untuk mencegah terjadinya
kehamilan. Metode tersebut antara lain adalah metode hormonal, metode mekanis,
metode kontrasespsi tanpa menggunakan alat dan obat-obatan, dan sterilisasi.

Pemilihan kontrasepsi yang tepat untuk mencegah kehamilan hendaknya


mempertimbangkan kondisi ibu terhadap kelebihan, efektifitas, kemungkinan risiko
kerugian, dan tujuan penggunaan kontrasepsi itu sendiri.

40
DAFTAR PUSTAKA

1. Kamus besar bahasa Indonesia


2. Wiknjosastro H. Ilmu Kandungan. Jakarta, Yayasan. Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo. 2008
3. Cunningham F G, Gant NF. Williams Obstetri 23rd edition. United State.
McGraw Hill. 2010
4. Kronenberg MH, Shlomo M, Kenneth SP, Reed PL. Williams textbook of
endocrinology eleventh edition. Philadelphia. Elseivers. 2008.
5. Despopulus A, Stefan S. Color atlas of physiology. New York. Thieme. 2005
6. Koolman J, KH Roehm. Color atlas of biochemistry 2nd edition. New York.
Thieme. 2005
7. Guyton, Hall. Textbook of medical physiology 12nd edition. Philadelphia. Elseiver.
2010.
8. Lewis V. Reproductive Endocrinology and infertility. USA. Landes publisher. 2007
9. Alan, Lauren N, Murphy G, Neri L. Current diagnosis and treatment in Obstetrics and
gynecology. United State. McGraw Hill. 2007
10. Norwitz ER. Arulkumar, Symond, Fowlie. Oxford America handbook of obstetrics and
gynecology 1st edition. United State. Oxford university Press. 2007

41

Anda mungkin juga menyukai