OLEH:
INGGRID APRILIANTY ROWA, S.Kep
R014 18 2001
Bismillahirahmanirahim
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, yang
Pada Tn.M dengan diagnosa medis Acute Limb Ischemic di ruang Central
ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program
Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir zaman.
dan Dr. Ns. Takdir Tahir, Skep., M.Kes selaku ketua program studi
institusi yang telah menyediakan waktu tenaga dan pemikiran sejak awal
ii
3. Kepada orang tua yang tercinta ayahanda Habuddin (almarhum) dan
saling menyemangati.
bantuannya.
Peneliti
iii
DAFTAR ISI
HALAMAN SAMPUL.............................................................................................i
KATA PENGANTAR.............................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................iv
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
A. Pengertian.....................................................................................................1
B. Etiologi..........................................................................................................2
C. Klasifikasi ALI..............................................................................................2
D. Manifestasi ALI............................................................................................4
E. Patofisiologi..................................................................................................4
F. Pemeriksaan Diagnostik................................................................................5
G. Komplikasi ALI.............................................................................................7
A. Pengkajian Keperawatan...............................................................................9
B. PENYIMPANGAN KDM..........................................................................13
BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................30
A. Kesimpulan.................................................................................................31
B. Saran...........................................................................................................31
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................32
iv
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian
1
B. Etiologi
Ad hoc committee of the Society for Vascular Surgery and the North American
Chapter of the International Society for Cardiovasculer Surgery menciptakan suatu
klasifikasi untuk oklusi arterial akut. Dikenal tiga kelas yaitu :
1. Kelas I : Non-threatened extremity; revaskularisasi elektif dapat
diperlukan atau tidak diperlukan.
2. Kelas II : Threatened extremity; revaskularisasi diindikasikan untuk melindung
jaringan dari kerusakan.
3. Kelas III : Iskemia telah berkembang menjadi infark dan penyelamatan
ekstremitas tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan.
Berdasarkan Rutherfort klasifikasi akut Limb Iskemik dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1. Kelas I
Perfusi jaringan masih cukup, walaupun terdapat penyempitan arteri, tidak ada
kehilangan sensasi motorik dan sensorik, masih dapat ditangani dengan obat-obatan
pada pemeriksaan doppler signal audible.
2
2. Kelas II-a
Perfusi jaringan tidak memadai pada aktifitas tertentu. Timbul klaudikasio intermiten
yaitu nyeri pada otot ekstremitas bawah ketika berjalan dan memaksakan berhenti
berjalan, nyeri hilang jika pasien istirahat dan sudah mulai ada kehilangan sensorik.
Harus dilakukan pemeriksaan angiografi segera untuk mengetahui lokasi oklusi dan
penyebab oklusi.
3. Kelas II-b
Perfusi jaringan tidak memadai, ada kelemahan otot ekstremitas dan kehilangan
sensasi pada ekstremitas. Harus dilakukan intervensi selanjutnya seperti
revaskularisasi atau embolektomi.
4. Kelas III
Telah terjadi iskemia berat yang mengakibatkan nekrosis, kerusakan syaraf yang
permanen, irreversible, kelemahan ekstremitas ,kehilangan sensasi sensorik,kelainan
kulit atau gangguan penyembuhan lesi kulit. Intervensi tindakan yang dilakukan
yaitu amputasi.
Acute Limb Ischemic (ALI) juga dapat diklasifikasikan berdasarkan terminologi,
yaitu :
1. Onset
a. Acute : kurang dari 14 hari
b. Acute on cronic : perburukan tanda dan gejala kurang 14 hari
c. Cronic iskemic stable : lebih dari 14 hari
2. Severity
a. Incomplete : tidak dapat ditangani
b. Complete : dapat ditangani
c. Irreversible : tidak dapat kembali ke kondisi normal
3
D. Manifestasi ALI
Secara umum manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada kasus ALI merupakan
tanda dan gejala yang sangat khas dengan sebutan istilah “6P” yang terdiri dari:
1. Pain (nyeri)
2. Parasthesia (tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas),
3. Paralysis (kehilangan sensasi motorik pada ekstremitas),
4. Pallor (pucat),
5. Pulseless (menurunnya/tidak adanya denyut nadi),
6. Perishingly cold /Poikilothermia (dingin pada ekstremitas).
E. Patofisiologi
4
darah arteri tidak dikerjakan, kapiler akan ruptur dan akan menampakkan kulit yang
kebiruan yang menunjukkan iskemia irreversibel. Nyeri terasa hebat dan seringkali
resisten terhadap analgetik. Adanya nyeri pada ekstremitas dan nyeri tekan dengan
penampakan sindrom kompartemen menunjukkan tanda nekrosis otot dan keadaan
kritikal (yang kadangkala irreversibel). Defisit neurologis motor sensorik seperti
paralisis otot dan parastesia mengindikasikan iskemia otot dan saraf yang masih
berpotensi untuk tindakan penyelamatan invasif (urgent). Tanda-tanda diatas sangat
khas untuk kejadian sumbatan arteri akut yang tanpa disertai kolateral. Bila oklusi
akut terjadi pada keadaan yang sebelumnya telah mengalami sumbatan kronik, maka
tanda yang dihasilkan biasanya lebih ringan oleh karena telah terbentuk kolateral.
Adanya gejala klaudikasio intermitenpada ekstremitas yang sama dapat
menunjukkan pasien telah mengalami oklusi kronik sebelumnya. Keadaan akut yang
menyertai proses kronik umumnya disebabkan trombosis. Perjalanan ALI yang cukup
kompleks ini, dapat menimbulkan beberapa masalah pemenuhan kebutuhan dasar
manusia yang menunjukkan suatu masalah keperawatan yang kompleks pula,
diantaranya gangguan perfusi jaringan, gangguan rasa nyaman nyeri, intoleransi
aktivitas, cemas, resiko tinggi perdarahan dan resiko tinggi cedera serta banyak lagi
yang satu sama lain saling berhubungan dan perlu segera ditangani.
F. Pemeriksaan Diagnostik
5
menyebar balik atau dipantulkan sesuai arah dan kecepatan pergerakan sel yang
divisualisasikan dengan warna dan gelombang suara untuk menentukan arteri atau
vena
3. MSCT
Prosedur diagnostik ini dalam bidang vaskuler memberikan gambaran langsung
dinding pembuluh darah sehingga dapat dengan jelas dibedakan antara pembuluh
darah yang mengalami oklusi atau tidak melalui gambaran 2 warna khas pencitraan
radiografi (hitam dan putih).
6
4. Elektrokardiografi (EKG)
Suatu pencatatan aktivitas listrik jantung yang dapat merekan irama jantung
pada pasien. Prosedur diagnostik ini dilakukan sebagai prosedur kontrol dalam
memantau aktivitas jantung terutama pada pasien dengan gangguan jantung dan
pembuluh darah, salah satunya ALI yang mana penyebab awal ALI adalah trombus
yang lepas yang diakibatkan oleh riwayat penyakit infeksi jantung salah
satunya rheumatoid heart diseases sehingga terjadi gangguan katup terutama mitral
yang memicu timbul atrial fibrilasi.
5. Echokardiografi
Merupakan prosedur pemeriksaan menggunakan gelombang ultrasoniksebagai
media pemeriksaan yang dapat memberikan informasi penting mengenai struktur
dan gerakan ruang jantung, katup dan setiap dinding bagian jantung. Hal ini jelas
untuk memberikan data penunjang terutama pada pasien dengan penyakit jantung
dan pembuluh darah salah satunya ALI sehingga dapat diperoleh penyebab utama
trombus pada ALI ini dapat lepas apakah dari penyakit jantung atau tidak.
G. Komplikasi ALI
7
iskemia, dan kematian jaringan otot (pada>30 mmHg). Penanganannya adalah
dengan dilakukannya fasciotomy. Terapi trombolitik, akan menurunkan
risikocompartment syndrome dengan reperfusi anggota gerak secara berangsur-
angsur.
3. Asidosis metabolik
4. Edema ekstremitas
5. Disritmia
1. Pengertian
Akut Limb Iskemik yang disebabkan oleh emboli di lakukan pengobatan
dengan warparin atau embolektomi sedangkan yang disebabkan oleh trombus
angiografi dan dilakukan tindakan bypass atau pemberian obat-obatan seperti
fibrinolitik. Operasi by pass femoro popliteal yakni tempat cangkok yang membawa
darah dari pangkal paha ke lutut, melewati yang tersumbat dari arteri. Operasi ini
dapat dilakukan untuk menyelamatkan anggota tubuh dengan penyakit arteri yang
parah yang digunakan pada penyakit seperti nyeri pada tungkai (klaudikasio).
2. Tujuan
Operasi bypass femoropopliteal (fem-pop) digunakan untuk memotong
pembuluh darah yang sakit di atas atau di bawah lutut. Untuk memotong pembuluh
darah yang menyempit atau tersumbat, darah dialihkan melalui pembuluh darah sehat
yang telah ditransplantasikan atau bahan graft buatan manusia. Vessel atau graft ini
dijahit di atas dan di bawah arteri yang sakit sehingga darah mengalir melalui
pembuluh atau graft yang baru. Bagian vena atau cangkok pembuluh darah buatan
manusia dijahit ke arteri femoral dan poplitea sehingga darah dapat melakukan
perjalanan melalui pembuluh graft baru dan di sekitar area yang menyempit atau
tersumbat.
Selain itu, vena bypass dapat dilakukan dalam konfigurasi terbalik, non-
terbalik. Keuntungan teoretis dari teknik bypass saphenous vein bypass (mis.,
Mempertahankan fungsi endotel yang dihasilkan dari vasa vasora yang utuh dan
hemodinamik cangkok yang ditingkatkan). Ditemukan bahwa operasi bypass untuk
kehilangan jaringan menghasilkan tingkat penyelamatan ekstremitas 91% dengan
penggunaan revaskularisasi langsung dari angiosome spesifik, sedangkan tingkat
8
penyelamatan hanya 62% dengan revaskularisasi tidak langsung[ CITATION ElS12 \l
1033 ].
9
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
a. Biodata Klien
b. Data Biologis
4) Yang dikaji adalah riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat opname
dengan trauma, operasi, transfusi darah, alergi dan kebiasaan spesifik klein
lainnya.
ada riwayat penyakit keturunan dengan melihat apakah ada anggota keluarga
c. Pemeriksaan fisik
10
popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama :
6) Eliminasi : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi
(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam).
skala nyeri dan lama waktu nyeri timbul. Nyeri hilang timbul pada
11
sputum. Riwayat merokok, distress respirasi/penggunaan otot aksesori
12
dikontrol (melakukan operasi )
menggunakan pakaian yang
sesuai
- Pisahkan alat-alat steril dan
non steril
Intra Operasi :
Post Operasi :
Hipotermia Setelah melakukan intervensi Perawatan hipotermi
selama 1 x 60 menit klien dapat: - Monitor reaksi nonverbal
Thermoregulasi - Monitor Nadi dan RR klien
- Klien tidak menggigil - Gunakan pemanas pasif
(selimut)
- Gunakan pemanas
eksternal aktif (warmer)
Risiko jatuh Setelah dilakukan intervensi Pencegahan jatuh :
selama 1 x 60 menit klien tidak - kaji tingkat kesdaran klien
mengalami cedera: Kriteria hasil: - lakukan skrining resiko
- Tidak mengalami jatuh jatuh dari tempat tidur
- pasang pengaman pada
kedua sisi tempat tidur
- tempatkan klien pada
tempat tidur dengan roda
terkunci
- awasi pasien selama di
ruangan pemulihan
13
B. PENYIMPANGAN KDM
Usia Hipertensi DM Dislipidemia Merokok
I. PENGKAJIAN
1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : Tn.M
b. Umur : 51 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Alamat : Jl. Kakatua III Mamajang
f. No RM : 906174
g. Diagnosa Medis : Acute Limb Ischemic
15
pembedahan yakni tindakan untuk mengatasi penyumbatan atau penyempitan pembuluh
darah arteri femur dextra dan arteri poplitea sinistra
A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama: klien sulit diajak berkomunikasi, karena mengalami gangguan psikotik.
Saat dilakukan palpasi pada area tibia fibula dextra klien tampak meringis.
Riwayat Penyakit : √DM □ Asma □ Hepatitis √ Jantung √ Hipertensi □ HIV
2
Tidak ada
3.
Riwayat Operasi/anestesi : Ada (tidak dapat dikaji)
Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat nyeri Nyeri
tak tertahankan
16
13. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:
Normal
Jika Tidak Normal, Jelaskan
Ya Tidak
Kepala : kepala simetris, tidak teraba
benjolan
Mata : tampak ikterus
Kepala √ Hidung : tidak ada secret
Mulut : gigi tampak ada karies
Telinga : telinga tampak bersih dan tidak
ada nyeri tekan
Leher √ Tidak ada pembesaran tiroid
NILAI
PARAMETER
NORMAL
WBC 14.74 [10˄3/Ul] 4.00-10.0
RBC 5.18 [10˄6/Ul] 4.00-6.00
HGB 14.5 [g/dL] 12.0-16.0
HCT 43.5 [%] 40.0-50.0
MCV 84.0 [fL] 80.0-97.0
MCH 28.0 [pg] 27.0-34.0
MCHC 33.3 [g/dL] 31.0-36.0
PLT 473 [10˄3/uL] 150-450
RDW-SD 41.1 [fL] 37.0-54.0
RDW-CV 13.4 [%] 10.0-15.0
PDW 9.0 [fL] 10.0-18.0
MPV 8.7 [fL] 9.00-13.0
P-LCR 14.2 [%] 13.0-43.0
17
PCT 0.41 [%] 0.17-0.35
NEUT 13.41 [%] 1.50-7.00
LYMPH 0.63 [%] 1.00-3.70
MONO 0.62 [%] 0.00-0.70
EO 0.05 [%] 0.00-0.40
BASO 0.03 [%] 0.00-0.10
KIMIA DARAH
Glukosa
GDS 159 mg/dl 140
Fungsi Ginjal
Kreatinin 0.99 mg/dl L(<1.3);P(<1.1)
Fungsi Hati
Protein total 5.5 gr/dl 6.6-8.7
Albumin 3.1 gr/dl 3.5-5.0
Globulin 2.4 gr/dl 1.5-5
Elektrolit
Natrium 133 mmol/l 136-145
Kalium 4.2 mmol/l 3.5-5.1
Klorida 102 mmol/l 97-111
B. INTRA OPERASI
1. Anastesi dimulai jam : pukul 10.30
2. Pembedahan dimulai jam : pukul 11.00
3. Jenis anastesi :
□Spinal √ Umum/general anastesi □ Lokal □ Nervus blok √Epidural
4. Posisi operasi :
√ Terlentang □ litotomi √ tengkurap/knee chees □ lateral: □ kanan □ kiri
□ lainnya......
5. Catatan Anestesi: Dilakukan general anastesi dan epidural anastesi
18
6. Pemasangan alat-alat :
□Airway: □Terpasang √ETT no : 7.5 □Terpasang LMA □OPA
□ O2 Nasal
7. TTV :
Suhu : - °C , Nadi 82 x/mnt, Teraba □ kuat, □ Lemah, □teratur, □ tidak teratur, RR
: 12 x/mnt, TD : 90/63 mmHg, Saturasi O2 98 %
Normal
Keterangan
Ya Tidak
19
- Scalpel (1)
- langen bag (2)
- Bisturi no. 11 (1) dan 15 (1)
- Gunting jaringan (2)
- Suction (1)
- Nalvuder (4)
- Bipolar couter (1)
- hug (4)
- Nierbekken (1)
- respa suction (2)
1. Pasien pindah ke : RR
Pindah ke ICU/PICU/NICU, jam 14.31 WITA
2. Keluhan saat di RR : □ Mual □ Muntah □Pusing □Nyeri luka
operasi □ Kaki terasa kebas √ Menggigil □lainnya
3. Keadaan umum : □Baik √ Sedang □ Sakit berat
20
4. TTV :
Suhu 36,3 C , Nadi x/mnt, RR 26 x/mnt, TD 125/70 mmHg, Saturasi O2 96%
111
5. Kesadaran : □CM □Apatis √ Somnolen □ Soporo □ Coma
Normal
Jika Tidak Normal, Jelaskan
Ya Tidak
21
Riwayat jatuh Tidak = 0 Ya = 25 0
Diagnosis medis Tidak = 0 Ya = 15 15
sekunder> 1
Alat bantu jalan Dibantu orang Penopang = 15 Furniture = 30 0
=0
FALL RISK
Obat Tidak = 0 Ya = 25 25
Cara Bed rest = 0 Lemah = 15 Terganggu = 0
berjalan/berpindah 30
Status mental Orientasi Orientasi tidak 15
sesuai = 0 sesuai = 15
Total Skor 55
Keterangan :
0-24 : tidak beresiko, 25-44 : resiko rendah, > 45 : resiko tinggi
22
II. ANALISA DATA
23
WBC : 14.74 x 103/uL
PLT : 473 x 103/uL
Intra Operatif :
24
1. Risiko cedera akibat posisi perioperatif dengan faktor risiko perubahan posisi
Post Operatif :
25
Faktor risiko infeksi dapat dan yang lainnya
dikontrol (melakukan operasi )
menggunakan pakaian yang
sesuai
- Pisahkan alat-alat steril dan
non steril
Intra Operasi :
Post Operasi :
Hipotermia Setelah melakukan intervensi Perawatan hipotermi
selama 1 x 60 menit klien dapat: - Monitor reaksi nonverbal
Thermoregulasi - Monitor Nadi dan RR klien
- Klien tidak menggigil - Gunakan pemanas pasif
(selimut)
- Gunakan pemanas
eksternal aktif (warmer)
Risiko jatuh Setelah dilakukan intervensi Pencegahan jatuh :
selama 1 x 60 menit klien tidak - kaji tingkat kesadaran klien
mengalami cedera: Kriteria hasil: - lakukan skrining resiko
- Tidak mengalami jatuh jatuh dari tempat tidur
- pasang pengaman pada
kedua sisi tempat tidur
- tempatkan klien pada
tempat tidur dengan roda
terkunci
- awasi pasien selama di
ruangan pemulihan
26
V. IMPLEMENTASI
a. Pre Operasi
27
P : Pertahankan intervensi
P : lanjutkan intervensi
28
- Pastikan bahwa operator dan
yang lainnya (melakukan
operasi )menggunakan pakaian
yang sesuai
Hasil :
Operator dan tenaga medis yang
mengikuti operasi telah
menggunakan gaun steril
b. Intra Operasi :
c. Post Operasi :
29
Jam (WITA)
Senin, 12 Januari Pukul 14.30 Pukul 15.55
2020 - memonitor reaksi nonverbal S:
Hasil : -
Klien tampak menggigil
- memonitor Nadi dan RR klien O:
hasil : - klien tidak menggigil
Nadi : 107x/menit
RR : 22x/menit - klien tampak tenang
- menggunakan pemanas pasif A: hipotermia (teratasi)
(selimut) P : pertahankan intervensi
Hasil :
Klien telah diberikan selimut
untuk menghangatkan
tubuhnya
30
BAB IV PEMBAHASAN
Tn.M berusia 51 tahun masuk ke ruang operasi pada hari Senin, 13 Januari 2020.
Pada saat dilakukan pengkajian, klien sulit di diajak berkomunikasi karena mengalami
gangguan psikotik. Klien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, Community
Acquired Pneumonia et causa TB paru putus obat, hipertensi dan CHF . hasil tanda-tanda
vital : Suhu : 36.50C, Nadi : 112 x/mnt, Respirasi : 24 x/mnt, TD : 140/90mmHg. Studi kasus
yang dilakukan pada Tn.M yakni tindakan bypass femoro-popliteal dextra. Sebelum
dilakukan tindakan operasi klien dengan diagnosa medis acute limb iskemik. Intervensi
keperawatan yang dilakukan diantaranya yaitu memonitor menghitung jumlah kasa,
pengaturan posisi pasien, tanda-tanda vital, menghindari area penekanan, mengkaji risiko
jatuh, memasang ralling bed pasien.
Berdasarkan penelitian El - Sayed (2012) Operasi bypass femoropopliteal (fem-pop)
dilakukan untuk memotong pembuluh darah yang sakit di atas atau di bawah lutut. Untuk
memotong pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat, darah dialihkan melalui
pembuluh darah sehat yang telah ditransplantasikan dalam hal ini vena savena magna. Pada
pasien Tn.M menderita penyakit ALI dimana bypass dilakukan pada area femur dextra dan
popliteal sinistra untuk melancarkan sirkulasi darah. Pada saat pre operasi, infeksi pada area
pembedahan dapat disebabkan oleh faktor kondisi dari lingkungan dan fisik ruangan operasi
Suatu studi didapatkan bahwa lingkungan dan fisik ruang operasi yang sesuai standar
dapat beresiko terjadinya infeksi pada area pembedahan memiliki presentase sebesar 2,1%
dibandingkan dengan ruangan yang resiko terkontaminasi memiliki presentase sebesar
12,9%. Komponen fisik ruang operasi seperti; lantai, dinding, langit – langit, dan pintu. Pada
komponen lantai berbahan vinil yang sudah tertanam permanen, permukaan tidak licin dan
mudah untuk dibersihkan kemudian pertemuan antara dinding dan lantai sudah memakai plint
melengkung setinggi 15 cm[ CITATION Nug17 \l 1033 ]. Berdasarkan data yang diperoleh yakni
tidak terjadi tanda infeksi selama dilakukan tindakan pembedahan.
31
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
Demikian berdasarkan tujuan asuhan keperawatan yang dilakukan penulis pada pasien
Acute Limb Ischemic di ruang Central Operating Theatre RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar, maka penulis memberikan kesimpulan serta saran untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan dan asuhan keperawatan antara lain :
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada tujuan laporan kasus yang penulis buat, maka penulis
menyimpulkan beberapa hal antara lain :
1. Pengkajian meliputi identitas klien, riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan keluarga,
dan pemeriksaan fisik.
2. Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat yaitu nyeri akut, ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer, hambatan komunikasi verbal, risiko infeksi, hipotermi dan risiko
jatuh
3. Perencanaan keperawatan yaitu observasi, ukur TTV, pemberian posisi, mengkaji
skor risiko jatuh
4. Implementasi yang dilakukan dimulai langsung setelah pengkajian selesai.
5. Evaluasi keperawatan dengan melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai
tujuan, menetukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum dan mengkaji
penyebab jika tujuan keperawatan belum tercapai.
I. Saran
Berdasarkan kasus yang diambil penulis dengan Asuhan Keperawatan perioperatif
Pada Tn. M dengan diagnosa Acute Limb Ischemic dan tindakan operasi By pass femoro
popliteal dextra di ruangan Central Operating Theatre (COT) RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar demi kebaikan selanjutnya, maka penulis menyarankan kepada :
1. Instalasi pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkat kinerja perawat dan tenaga
medis yang lain sehingga mampu meningkatkan asuhan keperawatan.
2. Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan untuk melanjutkan asuhan keperawatan
yang sudah dikelola oleh penulis yang bertujuan untuk persiapan pemulihan kesehatan pasien
32
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Kritis untuk
Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier.
Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC), Ed. 6, Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: CV.
Mocomedia.
Herdman, H., & Kamitsuru, S. (2018). Nanda diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC.
Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2014). Buku Ajar Patofissiologi . Jakarta: EGC.
Moorhead , S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcome
Classification (NOC), Ed. 5, Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: CV. Mocomedia.
Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogyakarta: MediAction
El - Sayed, H. F. (2012). Bypass Surgery for Lower Extremity Limb Salvage : Vein Bypass.
Methodist DeBakey Cardiovaskular Journal, 8(4), 37-42. doi:10.14797/mdcj-8-4-37
Nugroho, W., Iswanta, & Rosa, E. M. (2017). Evaluasi Sarana dan Prasarana dalam
Pengendalian Infeksi di dalam Ruang Operasi RS PKU Muhammadiah Gamping.
Proceding Health Architecture, 1-12. Retrieved January 18, 2020
Obara, H., Matsubara, K., & Kitagawa, Y. (2018). Acute Limb Ischemia. Annals of Vascular
Desease, 443-448. doi:10.3400/avd.ra.18-00074
33