Anda di halaman 1dari 37

UJIAN KOMPREHENSIF

ASUHAN KEPERAWATAN PERIOPERATIF PADA TN. M


DENGAN DIAGNOSA ACUTE LIMB ISCHEMIC
TINDAKAN OPERASI BYPASS FEMORO-POPLITEAL DEXTRA
DI RUANGAN CENTRAL OPERATING THEATRE (COT)
RSUP DR. WAHIDIN SUDIROHUSODO MAKASSAR
TAHUN 2020

Ujian komprehensif ini dibuat dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk
mendapatkan gelas Ners (Ns)

OLEH:
INGGRID APRILIANTY ROWA, S.Kep
R014 18 2001

PRAKTEK PEMINATAN KLINIK KEPERAWATAN PERIOPERATIF


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2020
KATA PENGANTAR

Bismillahirahmanirahim
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Esa, yang

telah melimpahkan Berkat dan Rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan laporan akhir peminatan ini dengan judul “Asuhan Keperawatan

Pada Tn.M dengan diagnosa medis Acute Limb Ischemic di ruang Central

Operation Theatre (COT) Rs Wahidin Sudirohusodo”. Laporan akhir peminatan

ini dibuat untuk memenuhi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program

Profesi Ners pada Program Studi Ilmu Keperawatan di Fakultas Keperawatan

Universitas Hasanuddin Makassar.

Demikian pula, shalawat dan salam senantiasa tercurahkan untuk

Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan pengikut beliau hingga akhir

zaman.

Pada kesempatan kali ini peneliti menyampaikan ucapan terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada :

1. Dr. Ariyanti Saleh, S.Kp., M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan

dan Dr. Ns. Takdir Tahir, Skep., M.Kes selaku ketua program studi

Profesi Ners Universitas Hasanuddin serta seluruh Dosen dan Staf

Akademik Fakultas Keperawatan yang banyak membantu dan

memberikan dukungan selama proses penyelesaian studi.

2. Ns. Syahrul Ningrat, S.Kep.,M.Kep.,Sp.Kep.MB., selaku pembimbing

institusi yang telah menyediakan waktu tenaga dan pemikiran sejak awal

penelitian sampai terselesaikannya laporan ini.


3. Kepada orang tua yang tercinta ayahanda Habuddin (almarhum) dan

Ibunda Muliati yang selalu memberikan dukungan dan semangat untuk

menyelesaikan studi dan do’a yang selalu dikirimkan untuk dapat

menyelesaikan tugas akhir ini. Kepada saudara penulis Sumitarianti

bahris dan seluruh keluarga peneliti yang tak hentinya memberikan

semangat dalam menyelesaikan profesi ners.

4. Seluruh pembimbing lahan dan staff pegawai di RSWS Makassar, RS

Unhas, RS Bahagia, RSKD Porv SulSel, Puskesmas Samata.

5. Terima kasih kepada teman-teman seperjuangan profesi ners dan

terkhusus teman-teman yang mengambil peminatan COT yang senantiasa

saling menyemangati.

6. Terima kasih kepada teman-teman angkatan 2015(Facia15) yang

senantiasa memberikan dukungan, semangat, motivasi, serta saran dan

bantuannya.

7. Terima kasih kepada teman-teman penulis yang tidak dapat disebutkan

satu persatu yang senantiasa memberikan dukungan, semangat, motivasi,

serta saran dan bantuannya.

Makassar, 22 Januari 2020

Peneliti
BAB I
PENDAHULUAN
A. Pengertian

Acute limb ischemia merupakan suatu kondisi dimana terjadi


penurunan aliran darah ke ekstremitas secara tiba-tiba yang menyebabkan
gangguan pada  kemampuan pergerakkan, rasa nyeri atau tanda-tanda  iskemik
berat dalam jangka waktu dua minggu dan umumnya iskemia akut tungkai
disebabkan oleh proses oklusi akut atau adanya aterosklerosis. Pasien dengan
manifestasi yang sama yang hadir lebih dari dua minggu dianggap memiliki
iskemia tungkai kritis. Acute Limb Ischemic (ALI) merupakan suatu kondisi
dimana terjadi penurunan aliran darah ke ekstremitas secara tiba-tiba yang
menyebabkan gangguan pada kemampuan pergerakkan, rasa nyeri atau tanda-
tanda iskemik berat dalam jangka waktu dua minggu.
Oklusi akut dari suatu arteri pada ekstremitas dimana merupakan
penurunan secara tiba-tiba atau perburukan perfusi anggota gerak yang
menyebabkan ancaman potensial terhadap viabilitas ekstremitas.Sebagai hasil dari
iskemia akut adalah terjadinya hipoksia jaringan yang menyebabkan perubahan
ireversibel pada otot skelet dan saraf perifer. Perubahan ireversibel pada otot dan
saraf terjadi biasanya setelah empat hingga enam jamsetelah iskemia akut. Adanya
gangguan iskemia biasanya diawali oleh gejalaklaudikasio intermiten,
yangmerupakan tanda adanya oklusi. Apabila proses aterosklerosis berjalan terus
makaiskemia akan makin hebat dan akan timbul tanda/gejala dari iskemia kritikal.
Pasiendengan iskemia akut tungkai biasanya juga memiliki resiko lain yang
disebabkan olehproses aterosklerosis seperti stroke, miokard infark, atau kelainan
kardiovaskular lainnya. Acute Limb  Ischemia(ALI) merupakan salah satu
klasifikasi dariPeripheral Artery Disease(PAD), penyakit arteri perifer yang setiap
tahun jumlahnya semakin meningkat.Semakin banyaknya masyarakat yang
mengetahui tanda dan gejala ALI, semakinberkurang masyarakat yang kehilangan
ekstremitas akibat amputasi yang merupakantindakan akhir dari kategori terparah
dari gangguan arteri ini.
B. Etiologi
Ada beberapa kemungkinan penyebab ALI yakni :
1.Trombosis       
Faktor predisposisi terjadinya adalah dehidrasi, hipotensi, malignan,
polisitemia, ataupun status prototrombik inheritan, trauma vaskuler, injuri
Iatrogenik,trombosis pasca pemasangan bypass graft, trauma vaskuler. Gambaran
klinis terjadinya trombosis adalah riwayat nyeri hilang timbul sebelumnya, tidak ada
sumber terjadinya emboli dan menurunnya (tidak ada) nadi perifer pada tungkai
bagian distal([ CITATION Kow143 \l 1033 ]. 
2. Emboli
Sekitar 80% emboli timbul dari atrium kiri, akibat atrial fibrilasi atau miokard
infark. Kasus lainnya yang juga berakibat timbulnya emboli adalah katup prostetik,
vegetasi katup akibat peradangan pada endokardium, paradoksikal emboli (pada kasus
DVT) dan atrial myxoma. Aneurisma aorta merupakan penyebab dari sekitar 10%
keseluruhan kasus yang ada, terjadi pada pembuluh darah yang sehat
B. Klasifikasi ALI
Ad hoc committee of the Society for Vascular Surgery and the North American
Chapter of the International Society for Cardiovasculer Surgery menciptakan suatu
klasifikasi untuk oklusi arterial akut. Dikenal tiga kelas yaitu :
1. Kelas I :  Non-threatened extremity; revaskularisasi elektif dapat
diperlukan atau tidak diperlukan.
2. Kelas II  : Threatened extremity; revaskularisasi diindikasikan untuk melindung
jaringan dari kerusakan.
3.   Kelas III : Iskemia telah berkembang menjadi infark dan penyelamatan
ekstremitas tidak memungkinkan lagi untuk dilakukan.
Berdasarkan Rutherfort klasifikasi akut Limb Iskemik dapat dikategorikan sebagai
berikut :
1.  Kelas I
Perfusi jaringan masih cukup, walaupun terdapat penyempitan arteri, tidak ada
kehilangan sensasi motorik dan sensorik, masih dapat ditangani dengan obat-obatan
pada pemeriksaan doppler signal audible.
2.  Kelas II-a
Perfusi jaringan tidak memadai pada aktifitas tertentu. Timbul klaudikasio intermiten
yaitu nyeri pada otot ekstremitas bawah ketika berjalan dan memaksakan berhenti
berjalan, nyeri hilang jika pasien istirahat dan sudah mulai ada kehilangan sensorik.
Harus dilakukan pemeriksaan angiografi segera untuk mengetahui lokasi oklusi dan
penyebab oklusi.
3.  Kelas II-b
Perfusi jaringan tidak memadai, ada kelemahan otot ekstremitas dan kehilangan
sensasi pada ekstremitas. Harus dilakukan intervensi selanjutnya seperti
revaskularisasi atau embolektomi.
4. Kelas III
Telah terjadi iskemia berat yang mengakibatkan nekrosis, kerusakan syaraf yang
permanen, irreversible, kelemahan ekstremitas ,kehilangan sensasi sensorik,kelainan
kulit atau gangguan penyembuhan lesi kulit. Intervensi tindakan yang dilakukan
yaitu amputasi.
Acute Limb Ischemic (ALI) juga dapat diklasifikasikan berdasarkan terminologi,
yaitu :
1.  Onset
a.  Acute : kurang dari 14 hari
b. Acute on cronic : perburukan tanda dan gejala kurang 14 hari
c. Cronic iskemic stable  : lebih dari 14 hari
2.         Severity
a.    Incomplete    : tidak dapat ditangani
b.  Complete   : dapat ditangani
c.   Irreversible  : tidak dapat kembali ke kondisi normal 

            
C. Manifestasi ALI
Secara umum manifestasi klinis yang dapat ditemukan pada kasus ALI merupakan
tanda dan gejala yang sangat khas dengan sebutan istilah “6P” yang terdiri dari:
1. Pain (nyeri)
2.Parasthesia (tidak mampu merasakan sentuhan pada ekstremitas),
3. Paralysis (kehilangan sensasi motorik pada ekstremitas),
4.Pallor (pucat),
5.Pulseless (menurunnya/tidak adanya denyut nadi),
6. Perishingly cold /Poikilothermia (dingin pada ekstremitas).

D. Patofisiologi
Pada dasarnya, trombus yang mengalami penyumbatan pada arteri dalam
kasus ALI ini, merupakan salah satu bentuk patogenesis yang kemungkinan
ditimbulkan oleh beberapa faktor resiko dan faktor predisposisi yang cukup komleks,
seperti usia, gaya hidup tidak sehat (merokok, tidak pernah olahraga dan pola makan
tinggi kolesterol) dapat meningkatkan resiko terjadinya ALI, sedangkan patogenesis
yang sifatnya predisposisi seperti penyakit rheumatoid hearth disease juga dapat
menimbulkan ALI.
Pada awalnya tungkai tampak pucat, tetapi setelah 6-12 jam akan terjadi
vasodilatasi yang disebabkan oleh hipoksia dari otot polos vaskular. Kapiler akan
terisi kembali oleh darah teroksigenasi yang stagnan, yang memunculkan
penampakan mottled (yang masih hilang bila ditekan). Bila tindakan pemulihan aliran
darah arteri tidak dikerjakan, kapiler akan ruptur dan akan menampakkan kulit yang
kebiruan yang menunjukkan iskemia irreversibel. Nyeri terasa hebat dan seringkali
resisten terhadap analgetik. Adanya nyeri pada ekstremitas dan nyeri tekan dengan
penampakan sindrom kompartemen menunjukkan tanda nekrosis otot dan keadaan
kritikal (yang kadangkala irreversibel). Defisit neurologis motor sensorik seperti
paralisis otot dan parastesia mengindikasikan iskemia otot dan saraf yang masih
berpotensi untuk tindakan penyelamatan invasif (urgent). Tanda-tanda diatas sangat
khas untuk kejadian sumbatan arteri akut yang tanpa disertai kolateral. Bila oklusi
akut terjadi pada keadaan yang sebelumnya telah mengalami sumbatan kronik, maka
tanda yang dihasilkan biasanya lebih ringan oleh karena telah terbentuk kolateral.
Adanya gejala klaudikasio intermitenpada ekstremitas yang sama dapat
menunjukkan pasien telah mengalami oklusi kronik sebelumnya. Keadaan akut yang
menyertai proses kronik umumnya disebabkan trombosis. Perjalanan ALI yang cukup
kompleks ini, dapat menimbulkan beberapa masalah pemenuhan kebutuhan dasar
manusia yang menunjukkan suatu masalah keperawatan yang kompleks pula,
diantaranya gangguan perfusi jaringan, gangguan rasa nyaman nyeri, intoleransi
aktivitas, cemas, resiko tinggi perdarahan dan resiko tinggi cedera serta banyak lagi
yang satu sama lain saling berhubungan dan perlu segera ditangani.

E. Pemeriksaan Diagnostik
[ CITATION Bla14 \l 1033 ] menjelaskan beberapa prosedur diagnostik yang
dilakukan pada kasus penyakit arteri oklusif atau dalam perkembangannya menjadi
ALI terdiri dari :
1. Preoperative arteriogram (angiografi)
Suatu prosedur menggunakan teknik komputer yang dipakai untuk memantau
sirkulasi darah arteri. Hasil gambaran akan memperlihatkan bentuk arteri. Dalam
pemeriksaanya menggunakan kontras zat warna radiopaak sehingga arteri tampak
lebihjelas.
2.  Doppler vaskuler
Studi doppler pada pembuluh darah (vaskuler) menggunakan ultrasound
sebagai medium pemeriksaan. Sonde doppler berisi kristal piezoelektrik yang
memancarkan gelombang ultrasound dalam frekuensi tertentu. Ketika diletakkan
diatas segmen arteri atau vena, sinarnya mengenai sel darah merah bergantian
menyebar balik atau dipantulkan sesuai arah dan kecepatan pergerakan sel yang
divisualisasikan dengan warna dan gelombang suara untuk menentukan arteri atau
vena

.
3. MSCT
Prosedur diagnostik ini dalam bidang vaskuler memberikan gambaran langsung
dinding pembuluh darah sehingga dapat dengan jelas dibedakan antara pembuluh
darah yang mengalami oklusi atau tidak melalui gambaran 2 warna khas pencitraan
radiografi (hitam dan putih).

4. Elektrokardiografi (EKG)
Suatu pencatatan aktivitas listrik jantung yang dapat merekan irama jantung
pada pasien. Prosedur diagnostik ini dilakukan sebagai prosedur kontrol dalam
memantau aktivitas jantung terutama pada pasien dengan gangguan jantung dan
pembuluh darah, salah satunya ALI yang mana penyebab awal ALI adalah trombus
yang lepas yang diakibatkan oleh riwayat penyakit infeksi jantung salah
satunya rheumatoid heart diseases sehingga terjadi gangguan katup terutama mitral
yang memicu timbul atrial fibrilasi.
5. Echokardiografi
Merupakan prosedur pemeriksaan menggunakan gelombang ultrasoniksebagai
media pemeriksaan yang dapat memberikan informasi penting mengenai struktur
dan gerakan ruang jantung, katup dan setiap dinding bagian jantung. Hal ini jelas
untuk memberikan data penunjang terutama pada pasien dengan penyakit jantung
dan pembuluh darah salah satunya ALI sehingga dapat diperoleh penyebab utama
trombus pada ALI ini dapat lepas apakah dari penyakit jantung atau tidak.
F. Komplikasi ALI
Menurut [ CITATION Bla14 \l 1033 ] komplikasi akut limb iskemik yaitu :
1.  Hiperkalemia
2.  Sindrom kompartemen (nyeri saat flexi/extensi, kelemahan otot,tidak mampu
respon terhadap stimulasi sentuhan, pucat, nadi lemah/tidak teraba).
Pembengkakan jaringan dalam kaitannya dengan reperfusi menyebabkan
peningkatan pada tekanan intra compartment ttekanan, penurunan aliran kapiler,
iskemia, dan kematian jaringan otot (pada>30 mmHg). Penanganannya adalah
dengan dilakukannya fasciotomy. Terapi trombolitik, akan menurunkan
risikocompartment syndrome dengan reperfusi anggota gerak secara berangsur-
angsur.
3.  Asidosis metabolik
4.  Edema ekstremitas
5.  Disritmia

By Pass Graft (Femoro Popliteal)


1. Pengertian
Akut Limb Iskemik yang disebabkan oleh emboli di lakukan pengobatan
dengan warparin atau embolektomi sedangkan yang disebabkan oleh trombus
angiografi dan dilakukan tindakan bypass atau pemberian obat-obatan seperti
fibrinolitik. Operasi by pass femoro popliteal yakni tempat cangkok yang membawa
darah dari pangkal paha ke lutut, melewati yang tersumbat dari arteri. Operasi ini
dapat dilakukan untuk menyelamatkan anggota tubuh dengan penyakit arteri yang
parah yang digunakan pada penyakit seperti nyeri pada tungkai (klaudikasio).
2. Tujuan
Operasi bypass femoropopliteal (fem-pop) digunakan untuk memotong
pembuluh darah yang sakit di atas atau di bawah lutut. Untuk memotong pembuluh
darah yang menyempit atau tersumbat, darah dialihkan melalui pembuluh darah sehat
yang telah ditransplantasikan atau bahan graft buatan manusia. Vessel atau graft ini
dijahit di atas dan di bawah arteri yang sakit sehingga darah mengalir melalui
pembuluh atau graft yang baru. Bagian vena atau cangkok pembuluh darah buatan
manusia dijahit ke arteri femoral dan poplitea sehingga darah dapat melakukan
perjalanan melalui pembuluh graft baru dan di sekitar area yang menyempit atau
tersumbat.
Selain itu, vena bypass dapat dilakukan dalam konfigurasi terbalik, non-
terbalik. Keuntungan teoretis dari teknik bypass saphenous vein bypass (mis.,
Mempertahankan fungsi endotel yang dihasilkan dari vasa vasora yang utuh dan
hemodinamik cangkok yang ditingkatkan). Ditemukan bahwa operasi bypass untuk
kehilangan jaringan menghasilkan tingkat penyelamatan ekstremitas 91% dengan
penggunaan revaskularisasi langsung dari angiosome spesifik, sedangkan tingkat
penyelamatan hanya 62% dengan revaskularisasi tidak langsung[ CITATION ElS12 \l
1033 ]
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN

1. Pengkajian Keperawatan

a. Biodata Klien

Identitas klien yaitu nama ( initial ), umur, suku, agama, pendidikan,

pekerjaan, status perkawinan, lamanya menikah, alamat, diagnosa medis, tanggal

masuk RS dan tanggal pengkajian

b. Data Biologis

1) Keluhan utama : nyeri pada daerah ekstermitas

2) Riwayat keluhan utama : Dipaparkan tentang awal terjadinya nyeri,

dilengkapi dengan keluhan lain dan pengaruh keluhan terhadap aktifitas/

fungsi tubuh serta usaha klien untuk mengatasi keluhan.

3) Riwayat kesehatan masa lalu

4) Yang dikaji adalah riwayat penyakit yang pernah diderita, riwayat opname

dengan trauma, operasi, transfusi darah, alergi dan kebiasaan spesifik klein

lainnya.

5) Riwayat kesehatan keluarga

6) Yang dikaji adalah tiga generasi denngan mencantumkan genogram, apakah

ada riwayat penyakit keturunan dengan melihat apakah ada anggota keluarga

yang menderita penyakit yang dapat diturunkan, termasuk angina pektoris

c. Pemeriksaan fisik

1) Aktivitas/Istirahat : Kelemahan, keletihan, napas pendek, gaya hidup

monoton, frekuensi jantung meningkat, perubahan irama jantung, takipnea

2) Sirkulasi : Riwayat hipertensi, aterosklerosis, penyakit jantung koroner/katup

dan penyakit serebrovaskular, tekanan darah, nadi, distensi vena jugularis


popliteal, tibialis posterior, pedalis tidak teraba atau lemah. Frekuensi/irama :

takikardia berbagai disritmia.

3) Bunyi jantung : terdengar S2 pada dasar ; S3 (CHF dini); S4 (pergeseran

ventrikel kiri/hipertrofi ventrikel kiri). Murmur stenosis valvular.

4) Ekstremitas : perubahan warna kulit, suhu dingin (vasokonstriksi perifer);

pengisian kapiler mungkin melambat /tertunda (vasokonstriksi).

5) Integritas Ego : Riwayat perubahan status kecemasan/ ansietas ditandai

dengan gelisah, penyempitan kontinu perhatian, gerak tangan empati, otot

muka tegang (khusus sekitar mata), gerakan fisik cepat, pernapasan

menghela, peningkatan pola bicara.

6) Eliminasi : Gangguan ginjal saat ini atau yang lalu (seperti, infeksi/obstruksi

atau riwayat penyakit ginjal dimasa lalu)

7) Makanan/Cairan : Berat badan normal atau obesitas. Adanya edema

(mungkin umum atau tertentu); kongesti vena

8) Neurosensori : Keluhan pening/pusing, berdenyut. Sakit kepala suboksipital

(terjadi saat bangun dan menghilang secara spontan stelah beberapa jam ). 

Episode kebas/kelemahan pada satu sisi tubuh. Gangguan penglihatan

(diplopia, penglihatan kabur).

9) Nyeri/Ketidaknyamanan : Angina (penyakit arteri koroner/keterlibatan

jantung), onset, pencetus,kualitas, daerah nyeri serta menjalar atau tidak,

skala nyeri dan lama waktu nyeri timbul. Nyeri hilang timbul pada

tungkai/klaudasi (indikasi arteriosklerosis pada arteri ekstremitas bawah).

10) Pernapasan : Dispnea yang berkaitan dengan aktivitas/kerja. Takipnea,

ortopnea, dispnea nokturnal paroksismal. Batuk dengan/tanpa pembentukan


sputum. Riwayat merokok, distress respirasi/penggunaan otot aksesori

pernapasan. Bunyi napas tambahan (krekles/mengi). Sianosis. 

11) Keamanan : Gangguan koordinasi/cara berjalan

2.      Diagnosa Keperawatan dan rencana keperawatan


Nyeri akut Setelah perawatan selama 1x30 Manajemen Nyeri
menit, nyeri kronis klien - Kaji tingkat nyeri melalui
berkurang dari skala 8 ke skala 4 verbal//nonverbal terhadap
dengan kriteria hasil: respon nyeri
- Monitor TTV
Kontrol Nyeri - Kolaborasi pemberian
- Tanda-tanda vital dalam batas analgesik .
normal - Evaluasi keefektifan dari
- Kolaborasi pemberian tindakan pengontrol nyeri
analgesik selama pengkajian nyeri
dilakukan

Hambatan Setelah dilakukan perawatan 1x30 Mendengar aktif :


menit tampak adanya tanda - Gunakan pernyataan atau
komunikasi
kesadaran dengan kriteria hasil : pertanyaan yang mendorong
verbal Kesadaran diri : klien untuk
- Mengungkapkan perasaan mengekspresikan keadaan
pada orang lain - Gunakan interaksi berkala
- Menerima perilaku sendiri untuk mengeksplorasi arti
dari perilaku klien
- Hindari penghalang dalam
mendengar aktif

Ketidakefektifan Setelah dilakukan perawatan 1x30 Manajemen sensasi perifer :


menit diharapkan perfusi jaringan : - monitor adanya parestesia
perfusi jaringan
perifer dengan kriteria hasil : dengan tepat
perifer Perfusi jaringan : perifer - letakkan bantalan pada
- Pengisian kapiler jari kaki dan bagian tubuh yang
tangan ada terganggu
- kekuatan denyut femoralis - berikan obat analgesik
(kanan) ada sesuai kebutuhan
- Kelemahan otot tidak ada

Risiko infeksi Setelah dilakukan perawatan 1x30 Kontrol infeksi :


menit dapat dikontrol tanda-tanda - Verifikasi bahwa antibiotik
infeksi dengan kriteria hasil : profilaksis dapat diberikan
Kontrol risiko : dengan tepat
 Faktor risiko dapat - Lakukan tindakan
diidentifikasi pencegahan universal
 Faktor risiko infeksi dapat - Pastikan bahwa operator dan
yang lainnya (melakukan
dikontrol
operasi )menggunakan
pakaian yang sesuai
- Pisahkan alat-alat steril dan
non steril

Intra Operasi :

Risiko cedera Setelah dilakukan tindakan  Hitung dan pastikan jumlah


keperawatan selama 2x60menit pemakaian kasa,dan alat
diharapkan tidak terjadi cedera instrument dengan benar
dengan kriteria hasil :  Pastikan tidak ada alat atau
kasa yang tertinggal dalam
- Tidak terjadi cedera/luka
tubuh klien sebelum luka
bakar ditutup
- Tidak tertinggalnya alat alat  Gunakan peralatan listrik
instrument di tubuh pasien (ESU) sesuai aturan dan
kebutuhan.
 Atur tegangan listrik ESU
sesuai indikasi
 Inspeksi kondisi kulit klien
 Atur posisi pasien saat
diatas bed operasi dengan
tepat

Post Operasi :
Hipotermia Setelah melakukan intervensi Perawatan hipotermi
selama 1 x 60 menit klien dapat: - Monitor reaksi nonverbal
Thermoregulasi - Monitor Nadi dan RR klien
- Klien tidak menggigil - Gunakan pemanas pasif
(selimut)
- Gunakan pemanas eksternal
aktif (warmer)
Risiko jatuh Setelah dilakukan intervensi Pencegahan jatuh :
selama 1 x 60 menit klien tidak - kaji tingkat kesdaran klien
mengalami cedera: Kriteria hasil: - lakukan skrining resiko
- Tidak mengalami jatuh jatuh dari tempat tidur
- pasang pengaman pada
kedua sisi tempat tidur
- tempatkan klien pada tempat
tidur dengan roda terkunci
- awasi pasien selama di
ruangan pemulihan
A. Penyimpangan KDM
Usia Hipertensi DM Dislipidemia Merokok

TD ↑ Viskositas darah ↑ Penumpukan lemak


dalam darah

NOC: Perfusi jaringan: perifer


Kekakuan PD Menyumbat pada
NIC: Perawatan Sirkulasi:
arteri/PD kecil pada
Insufisiensi Arteri
extremitas
Penumpukan plaque di tunika
intima
Aliran darah ↓
NOC: Tingkat (pallor) Gangguan perfusi jaringan
kecemasan Aterosklerotik perifer
NIC: Pengurangan
Kesemasan
Penyempitan lumen PD Suplai darah dan O2 ke
ekstremitas ↓
ACUTE LIMB ISKEMIK
Ansietas Ruptur plaque
Iskemik ekstremitas

Embolektomi Embolus Perfusi ke saraf turun

Metabolisme anaerob
NOC: Adaptasi disabilitasi fisik Energi ↓/ATP↓ Penurunan sensori
NIC: Perawatan tirah baring &
terapi latihan : kontrol otot
Asam laktat ↑
Pergerakan otot ↓
Resiko Jatuh

Hambatan mobilitas fisik Pergerakan otot motorik↓(paralysis)


Nyeri Akut
NOC: Pencehahan jatuh
NIC: Manajemen
NOC: Kontrol nyeri Keselamatan: lingkungan
NIC: Manajemen Nyeri
BAB III
ASKEP PERIOPERATIF

FORMAT PENGKAJIAN PERIOPERATIF (COT)

NAMA : INGGRID APRILIANTY ROWA


NIM : R014182001
HARI/TGL PENGKAJIAN : SENIN, 13 JANUARI 2019

I. PENGKAJIAN

1. IDENTITAS PASIEN
a. Nama Pasien : Tn.M
b. Umur : 51 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Alamat : Jl. Kakatua III Mamajang
f. No RM : 906174
g. Diagnosa Medis : Acute Limb Ischemic

2. IDENTITAS ORANG TUA/ PENANGGUNG JAWAB


a. Nama : Tn.Ma
b. Umur : 21 tahun
c. Agama : Islam
d. Pendidikan : SMA
e. Pekerjaan : Buruh Harian
f. Hubungan dengan : Anak
Asal pasien
□ Rawat Jalan
 Rawat Inap
□ Rujukan
II. RINGKASAN RIWAYAT PENYAKIT DAN TUJUAN PEMBEDAHAN
Klien dengan diagnosis medis acute limb ischemik, saat pertama kali melakukan
pengkajian, klien tampak mengalami gangguan psikotik. Sehingga sulit diajak
berkomunikasi. Klien memiliki riwayat penyakit Diabetes mellitus tipe 2, CHF dan CAP.
Klien direncanakan dilakukan operasi Bypass arteri femoro-poplitea dextra. Tujuan

18
pembedahan yakni tindakan untuk mengatasi penyumbatan atau penyempitan pembuluh
darah arteri femur dextra dan arteri poplitea sinistra

A. PRE OPERASI
1. Keluhan Utama: klien sulit diajak berkomunikasi, karena mengalami gangguan psikotik.
Saat dilakukan palpasi pada area tibia fibula dextra klien tampak meringis.
Riwayat Penyakit : √DM □ Asma □ Hepatitis √ Jantung √ Hipertensi □ HIV
2
Tidak ada
3.
Riwayat Operasi/anestesi : Ada (tidak dapat dikaji)

4. Riwayat Alergi : □ Ada, (tidak dapat dikaji)


sebutkan..................
5. Jenis Operasi: bypass femoro-poplitea dextra
6. TTV: Suhu : 36.50C, Nadi : 112 x/mnt, Respirasi : 24 x/mnt, TD : 140/90mmHg
7. TB/BB: -cm/- kg
8. Golongan Darah : - Rhesus: -
RIWAYAT PSIKOSOSIAL/SPIRITUAL

Status Emosional: □Tenang □ Bingung □Kooperatif √Tidak Kooperatif


9.
□ Menangis □ Menarik diri

10. Tingkat Kecemasan: □ Tidak Cemas □Cemas (tidak dapat dikaji)


11 Skala Cemas:
. 0 = Tidak Cemas

1 = Mengungkapkan kerisauan
2 = Tingkat perhatian tinggi
3 = Kerisauan tidak berfokus
4 = Respon simpate-adrenal
5 = Panik

12. Skala Nyeri menurut VAS (Visual Analog Scale)

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri sedang Nyeri berat Sangat nyeri Nyeri
tak tertahankan

0-1 2-3 4-5 6-7 √ 8-9 10


√ √

19
13. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:
Normal
Jika Tidak Normal, Jelaskan
Ya Tidak
 Kepala : kepala simetris, tidak teraba
benjolan
 Mata : tampak ikterus
Kepala √  Hidung : tidak ada secret
 Mulut : gigi tampak ada karies
 Telinga : telinga tampak bersih dan tidak
ada nyeri tekan
Leher √ Tidak ada pembesaran tiroid

 Jantung : bunyi jantung S1 S2 Normal


Dada √
 Paru : pengembangan dada simetris
Abdomen √ Tidak teraba adanya massa

Genitalia - - Tidak dapat dikaji

Kulit tampak ada luka, pada daerah kaki


Integumen √
tampak nekrosis
Pada kaki sebelah kiri tampak adanya
nekrosis, dan pada kaki sebelah kanan ada
Ekstremitas √
bengkak. Hasil saturasi pre op dorsalis pedis
dextra sekitar : 60%

14. EKG : Synus Rhythm

15. Hasil Laboratorium :


Pemeriksaan tanggal 12/01/2020 / 08:00:58

NILAI
PARAMETER
NORMAL
WBC 14.74 [10˄3/Ul] 4.00-10.0
RBC 5.18 [10˄6/Ul] 4.00-6.00
HGB 14.5 [g/dL] 12.0-16.0
HCT 43.5 [%] 40.0-50.0
MCV 84.0 [fL] 80.0-97.0
MCH 28.0 [pg] 27.0-34.0
MCHC 33.3 [g/dL] 31.0-36.0
PLT 473 [10˄3/uL] 150-450
RDW-SD 41.1 [fL] 37.0-54.0
RDW-CV 13.4 [%] 10.0-15.0
PDW 9.0 [fL] 10.0-18.0
MPV 8.7 [fL] 9.00-13.0
P-LCR 14.2 [%] 13.0-43.0

20
PCT 0.41 [%] 0.17-0.35
NEUT 13.41 [%] 1.50-7.00
LYMPH 0.63 [%] 1.00-3.70
MONO 0.62 [%] 0.00-0.70
EO 0.05 [%] 0.00-0.40
BASO 0.03 [%] 0.00-0.10

KIMIA DARAH
Glukosa
GDS 159 mg/dl 140
Fungsi Ginjal
Kreatinin 0.99 mg/dl L(<1.3);P(<1.1)
Fungsi Hati
Protein total 5.5 gr/dl 6.6-8.7
Albumin 3.1 gr/dl 3.5-5.0
Globulin 2.4 gr/dl 1.5-5
Elektrolit
Natrium 133 mmol/l 136-145
Kalium 4.2 mmol/l 3.5-5.1
Klorida 102 mmol/l 97-111

16. Laporan Echodoppler Vaskular : 31/12/2019


Kesimpulan :
 Tampak ada gambaran oklusi arteri dengan thrombus (+) pada ekstremitas
inferior dextra et sinistra setinggi arteri femoralis superfisial medial
 Tampak tanda severe peripheal artery disease pada ekstremitas inferior
sinisra setinggi ateri femoralis komunis hingga arteri femoralis superficial
medial
 Tampak tanda moderate perypheal artert disesase pada ekstremitas inferior
dextra setinggi arteri femoralis komunis hingga arteri femoralis, superfisial
medial
 Tidak tampak tanda deep vein thrombosis pada ekstremitas inferior bilateral

B. INTRA OPERASI
1. Anastesi dimulai jam : pukul 10.30
2. Pembedahan dimulai jam : pukul 11.00
3. Jenis anastesi :
□Spinal √ Umum/general anastesi □ Lokal □ Nervus blok √Epidural
4. Posisi operasi :
√ Terlentang □ litotomi √ tengkurap/knee chees □ lateral: □ kanan □ kiri
□ lainnya......
5. Catatan Anestesi: Dilakukan general anastesi dan epidural anastesi

21
6. Pemasangan alat-alat :
□Airway: □Terpasang √ETT no : 7.5 □Terpasang LMA □OPA
□ O2 Nasal

7. TTV :
Suhu : - °C , Nadi 82 x/mnt, Teraba □ kuat, □ Lemah, □teratur, □ tidak teratur, RR
: 12 x/mnt, TD : 90/63 mmHg, Saturasi O2 98 %

8. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas

Normal
Keterangan
Ya Tidak

Mata - - Tidak dapat dikaji

Leher - - Tidak dapat dikaji

Dada - - Tidak dapat dikaji

Abdomen - - Tidak dapat dikaji

Genitalia - - Tidak dapat dikaji

Dilakukan insisi pada femur kanan dan


Integumen - √
popliteal kiri
Dilakukan insisi pada femur kanan dan
Ekstremitas - √
popliteal kiri

Total cairan masuk


□ Infus : 1000 cc
□ Tranfusi : - bag
Total cairan keluar
□ Urine :200 cc
□ Perdarahan : 150 cc
9. Instrumen yang digunakan
- Com (2)
- pinset cirurgis (1)
- Duk klem (3)
- Klem arteri (5)
- pinset anatomis (4)

22
- Scalpel (1)
- langen bag (2)
- Bisturi no. 11 (1) dan 15 (1)
- Gunting jaringan (2)
- Suction (1)
- Nalvuder (4)
- Bipolar couter (1)
- hug (4)
- Nierbekken (1)
- respa suction (2)

10. Pelaksanaan pembedahan


- Pasien terbaring dalam posisi supine dalam pengaruh general anastesi
- Desinfeksi dan drapping prosedur pada daerah limb bilateral
- Lakukan insisi vertikal pada regio curis sinistra bagian medial, perdalam hingga
teridentifikasi vena saphena magna sinistra untuk diambil sebagai graft
- Lakukan insisi pada regio femoralis anterior dextra, perdalam hingga mencapai
arteeri femoralis dextra
- Lakukan anatomose bagian proximal vena saphena magna dengan arteri
femoralis anterior dextra, tes patensi, perdarahan (-)
- Jahit lapis demi lapis
- Posisikan pasien dalam prone, lalu insisi bagian regio poplitea dextra bagian
posterior perdlam hingga teridentifikasi arteri popliteal dextra, lakukan tes
palpasi arteri popliteal dextra, klem pada arteri popliteal dextra yang terpulsasi
dan yang tidak ada pulsasi
- Lakukan anastomosis vena saphena magna pada bagian distal dengan arteri
popliteal dextra. Lakukan tes pada anatomosis, perdarahan (-)
- Kontrol perdarahan
- Cuci luka operasi
- Jahit lapis demi lapis
- Operasi selesai

11. Peran mahasiswa


Pada operasi kali ini, mahasiswa berperan sebagai sirkuler nurse.
C. POST OPERASI

1. Pasien pindah ke : RR
Pindah ke ICU/PICU/NICU, jam 14.31 WITA
2. Keluhan saat di RR : □ Mual □ Muntah □Pusing □Nyeri luka
operasi □ Kaki terasa kebas √ Menggigil □lainnya
3. Keadaan umum : □Baik √ Sedang □ Sakit berat

23
4. TTV :
Suhu 36,3 C , Nadi x/mnt, RR 26 x/mnt, TD 125/70 mmHg, Saturasi O2 96%
111
5. Kesadaran : □CM □Apatis √ Somnolen □ Soporo □ Coma

6. Survey Sekunder, lakukan secara head to toe secara prioritas:

Normal
Jika Tidak Normal, Jelaskan
Ya Tidak

Mata √ Tampak ikterus

Hidung √ Klien terpasang non rebrithing mask 10lpm

Leher √ Tidak ada kelainan

Dada √ Tidak ada kelainan

Abdomen √ Tidak ada kelainan

Genitalia √ Klie terpasang kateter


Terdapat luka insisi femur dextra, popliteal
Integumen √ sinistra
Terdapat luka insisi femur dextra, popliteal
Ekstremitas √ sinistra

Skala Nyeri menurut VAS ( Visual Analog Scale )

Tidak nyeri Nyeri ringan Nyeri nyeri sangat nyeri


sedang berat nyeri tak tertahankan

1.1 2-3 4-5 6-7 8-9 10

Skor Risiko Jatuh (skala morse):

24
Riwayat jatuh Tidak = 0 Ya = 25 0
Diagnosis medis Tidak = 0 Ya = 15 15
sekunder> 1
Alat bantu jalan Dibantu orang = 0 Penopang = 15 Furniture = 30 0
FALL RISK
Obat Tidak = 0 Ya = 25 25
Cara berjalan/berpindah Bed rest = 0 Lemah = 15 Terganggu = 30 0
Status mental Orientasi sesuai = 0 Orientasi tidak 15
sesuai = 15
Total Skor 55
Keterangan :
0-24 : tidak beresiko, 25-44 : resiko rendah, > 45 : resiko tinggi

25
II. ANALISA DATA

DATA FOKUS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Pre Operasi : Nyeri Akut
DS : -
DO :
 Saat disentuh betisnya, klien
tampak meringis
 Skala nyeri : 8 (VAS)
 Klien tampak melindungi
area nyeri

DS : - Hambatan komunikasi verbal


DO :

 Klien mengalami gangguan


psikotik
 Klien sulit diajak
berkomunikasi
 Klien kesulitan
mengekspresikan pikiran
secara verbal

DS : - Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer


DO :
 Klien mengalami nekrosis
pada kaki kiri
 Hasil pengukuran saturasi
kaki kanan sekitar 60%,
sedangkan pada kaki kiri
tidak dapat dinilai
 Nyeri ekstremitas
Faktor risiko : Risiko infeksi
 Klien tampak memiliki luka
di area kaki sebelah kanan
dan kiri
 Hasil laboratorium :

26
WBC : 14.74 x 103/uL
PLT : 473 x 103/uL

DATA FOKUS DIAGNOSA KEPERAWATAN


IntraIntra operatif
Faktor risiko :
Risiko cedera
 Klien terpasang pad diatermi
pada daerah belakang badan
 Klien diposisikan prone saat
dilakukan insisi area popliteal
kanan
 Gangguan sensorik /persepsi
akibat anastesi
 Kelemahan otot
 Hambatan fisik

DATA FOKUS DIAGNOSA KEPERAWATAN


Post Operatif : Hipotermi
DS : -
DO:
 Suhu lingkungan 27.5OC
 Klien tampak kedinginan
 Klien terpasang selimut
Faktor risiko :
 Klien mengalami gangguan
psikotik
Risiko Jatuh
 Klien tampak gelisah
 Skor risiko jatuh : 55

III. DIAGNOSA KEPERAWATAN


Pre Operatif :

1. Nyeri akut berhubungan dengan agens cedera biologis


2. Hambatan komunikasi verbal berhubungan dengan gangguan konsep diri
3. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan aterosklerosis
4. Risiko infeksi dengan faktor risiko penyakit kronis

Intra Operatif :

27
1. Risiko cedera akibat posisi perioperatif dengan faktor risiko perubahan posisi

Post Operatif :

1. Hipotermi berhubungan dengan suhu lingkungan rendah


2. Risiko jatuh dengan faktor risiko gangguan fungsi kognitif

IV. RENCANA KEPERAWATAN


Pre Operasi
Nyeri akut Setelah perawatan selama 1x30 Manajemen Nyeri
menit, nyeri kronis klien - Kaji tingkat nyeri melalui
berkurang dari skala 8 ke skala 4 verbal//nonverbal terhadap
dengan kriteria hasil: respon nyeri
- Monitor TTV
Kontrol Nyeri - Kolaborasi pemberian
- Tanda-tanda vital dalam batas analgesik .
normal - Evaluasi keefektifan dari
- Kolaborasi pemberian tindakan pengontrol nyeri
analgesik selama pengkajian nyeri
dilakukan
Hambatan Setelah dilakukan perawatan 1x30 Mendengar aktif :
menit tampak adanya tanda - Gunakan pernyataan atau
komunikasi
kesadaran dengan kriteria hasil : pertanyaan yang mendorong
verbal Kesadaran diri : klien untuk
- Mengungkapkan perasaan mengekspresikan keadaan
pada orang lain - Gunakan interaksi berkala
- Menerima perilaku sendiri untuk mengeksplorasi arti
dari perilaku klien
- Hindari penghalang dalam
mendengar aktif
Ketidakefektifan Setelah dilakukan perawatan 1x30 Manajemen sensasi perifer :
menit diharapkan perfusi jaringan : - monitor adanya parestesia
perfusi jaringan
perifer dengan kriteria hasil : dengan tepat
perifer Perfusi jaringan : perifer - letakkan bantalan pada
- Pengisian kapiler jari kaki dan bagian tubuh yang
tangan ada terganggu
- kekuatan denyut femoralis - berikan obat analgesik
(kanan) ada sesuai kebutuhan
- Kelemahan otot tidak ada

Risiko infeksi Setelah dilakukan perawatan 1x30 Kontrol infeksi :


menit dapat dikontrol tanda-tanda - Verifikasi bahwa antibiotik
infeksi dengan kriteria hasil : profilaksis dapat diberikan
Kontrol risiko : dengan tepat
 Faktor risiko dapat - Lakukan tindakan
diidentifikasi pencegahan universal
 Faktor risiko infeksi dapat - Pastikan bahwa operator dan
yang lainnya (melakukan
dikontrol

28
operasi )menggunakan
pakaian yang sesuai
- Pisahkan alat-alat steril dan
non steril

Intra Operasi :

Risiko cedera Setelah dilakukan tindakan  Hitung dan pastikan jumlah


keperawatan selama 2x60menit pemakaian kasa,dan alat
diharapkan tidak terjadi cedera instrument dengan benar
dengan kriteria hasil :  Pastikan tidak ada alat atau
kasa yang tertinggal dalam
- Tidak terjadi cedera/luka
tubuh klien sebelum luka
bakar ditutup
- Tidak tertinggalnya alat alat  Gunakan peralatan listrik
instrument di tubuh pasien (ESU) sesuai aturan dan
kebutuhan.
 Atur tegangan listrik ESU
sesuai indikasi
 Inspeksi kondisi kulit klien
 Atur posisi pasien saat
diatas bed operasi dengan
tepat

Post Operasi :
Hipotermia Setelah melakukan intervensi Perawatan hipotermi
selama 1 x 60 menit klien dapat: - Monitor reaksi nonverbal
Thermoregulasi - Monitor Nadi dan RR klien
- Klien tidak menggigil - Gunakan pemanas pasif
(selimut)
- Gunakan pemanas eksternal
aktif (warmer)
Risiko jatuh Setelah dilakukan intervensi Pencegahan jatuh :
selama 1 x 60 menit klien tidak - kaji tingkat kesadaran klien
mengalami cedera: Kriteria hasil: - lakukan skrining resiko
- Tidak mengalami jatuh jatuh dari tempat tidur
- pasang pengaman pada
kedua sisi tempat tidur
- tempatkan klien pada tempat
tidur dengan roda terkunci
- awasi pasien selama di
ruangan pemulihan

V. IMPLEMENTASI

29
a. Pre Operasi

Diagnosa Keperawatan: Nyeri Akut


Hari,Tanggal,
Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
Senin, 12 Januari Pukul : 09.30 Pukul 10.00
2020 - mengkaji tingkat nyeri melalui S:
verbal/nonverbal terhadap Tidak dapat dikaji, klien
respon nyeri mengalami gngguan
hasil : psikotik
tingkat nyeri : skala VAS 8
O:
- memonitor TTV
Hasil : - Skala nyeri :
Suhu : 36.50C, Nadi : 112 Skala VAS : 8 (nyeri
x/mnt, Respirasi : 24 x/mnt, sedang)
TD : 150/90mmHg - Klien terpasang fentanyl
- melakukan kolaborasi 500 mcg dalam NaCl
pemberian analgesik . 0.9%
Hasil :
Klien terpasang fentanyl 500 A : nyeri akut (belum teratasi)
mcg dalam NaCl 0,9%
P : lanjutkan intervensi setelah
operasi

Diagnosa Keperawatan: hambatan komunikasi verbal


Hari,Tanggal,
Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
Senin, 12 Januari Pukul 09.35 Pukul 10.00
2020 S:-
- menggunakan pernyataan atau
pertanyaan yang mendorong
klien untuk mengekspresikan O:
keadaan
- menggunakan interaksi berkala - Klien tampak tidak
untuk mengeksplorasi arti dari
kooperatif
perilaku klien
- menghindari penghalang - Klien sesekali dipanggil
dalam mendengar aktif
namanya dan menyahut
Hasil :
Klien sesekali dipanggil A : hambatan komunikasi verbal
namanya dan menyahut (belum teratasi)

P : Pertahankan intervensi

30
Diagnosa Keperawatan: kertidakefektifan perfusi jaringan perifer
Hari,Tanggal,
Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
Senin, 12 Januari Pukul 09.40 Pukul 10.00
2020 S:-
- Mengobservasi tanda-tanda
vital
hasil : O:
Tekanan darah : 90/63 mmHg
Nadi : 83x/menit - kaki kiri tampak
RR : 12x/menit
nekrosis
- Menghindari area pada - dorsalis pedis kanan
penekanan
teraba lemah
hasil :
klien telah terhindar area A : ketidakefektifan perfusi
penekanan jaringan perifer (belum teratasi)

P : lanjutkan intervensi

Diagnosa Keperawatan: risiko infeksi


Hari,Tanggal,
Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
Senin, 12 Januari Pukul 09.45 Pukul 10.00
2020 S:-
- melakukan verifikasi bahwa
antibiotik profilaksis dapat
diberikan dengan tepat O:
Hasil :
Klien telah diberikan antibiotik - kaki kiri tampak
profilaksis sebelum dilakukan nekrosis
pembedahan yakni ceftriaxone
1gr/iv - dorsalis pedis kanan
teraba lemah
- melakukan tindakan A : infeksi tidak terjadi
pencegahan universal
Hasil : P : pertahankan intervensi
Telah dilakukan tindakan
pencegahan universal yakni tim
medis yang akan bergabung
telah melakukan hand washing

31
dengan tepat
- Pastikan bahwa operator dan
yang lainnya (melakukan
operasi )menggunakan pakaian
yang sesuai
Hasil :
Operator dan tenaga medis yang
mengikuti operasi telah
menggunakan gaun steril

b. Intra Operasi :

Diagnosa Keperawatan: risiko cedera


Hari,Tanggal,
Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
Senin, 12 Januari Pukul 10.01 Pukul 14.30
2020  Hitung dan pastikan jumlah S:
pemakaian kasa,dan alat
instrument dengan benar -
 Pastikan tidak ada alat atau O:
kasa yang tertinggal dalam
tubuh klien sebelum luka - lecet ada
ditutup - cedera akibat posisi
Hasil :
Tidak ada kasa yang tertinggal tidak ada
 Inspeksi kondisi kulit klien
Hasil : A : risiko cedera akibat
Kulit hitam, tampak adanya
beberapa bekas luka, klien perioperative (teratasi)
direncanakan dilakukan insisi
pada area ekstremitas bawah P : pertahakan intervensi /
 mengatur posisi pasien saat lanjutkan di ruang
diatas bed operasi dengan
tepat perawatan
hasil :
klien diposisikan supine dan
beberapa lama kemudian
diposisikan prone, terdapat
bantal busa dan ped diatermi

c. Post Operasi :

32
Diagnosa Keperawatan: hipotermia
Hari,Tanggal,
Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
Senin, 12 Januari Pukul 14.30 Pukul 15.55
2020 - memonitor reaksi nonverbal S:
Hasil : -
Klien tampak menggigil
- memonitor Nadi dan RR klien O:
hasil : - klien tidak menggigil
Nadi : 107x/menit
RR : 22x/menit - klien tampak tenang
- menggunakan pemanas pasif A: hipotermia (teratasi)
(selimut) P : pertahankan intervensi
Hasil :
Klien telah diberikan selimut
untuk menghangatkan
tubuhnya

Diagnosa Keperawatan: risiko jatuh


Hari,Tanggal,
Implementasi Evaluasi
Jam (WITA)
Senin, 12 Januari Pukul 16.00 Pukul 16.30
2020
- Mengkaji tingkat S:-
kesadaran klien
Hasil : O:
klien dengan tingkat - Klien mengalami
kesadaran coposmentis, gangguan psikotik
tetapi mengalami - Klien tampak gelisah
gangguan psikotik.
A : risiko jatuh (teratasi)
- Memasang pengaman
pada kedua sisi tempat P : pertahankan intervensi
tidur
Hasil :
Tempat tidur klien telah
terpasang pengaman
tempat tidur
- Menempatkan klien pada
tempat tidur dengan roda
terkunci
Hasil :
roda tempat tidur dalam

33
keadaan terkunci

34
BAB IV
PEMBAHASAN KESESUAIAN/KESENJANGAN ANTARA KONSEP
DAN PRAKTIK SERTA EVIDENCE BASED PRACTICE TERKAIT
KASUS

Tn.M berusia 51 tahun masuk ke ruang operasi pada hari Senin, 13 Januari 2020. Pada
saat dilakukan pengkajian, klien sulit di diajak berkomunikasi karena mengalami gangguan
psikotik. Klien memiliki riwayat penyakit Diabetes Mellitus, Community Acquired
Pneumonia et causa TB paru putus obat, hipertensi dan CHF . hasil tanda-tanda vital : Suhu :
36.50C, Nadi : 112 x/mnt, Respirasi : 24 x/mnt, TD : 140/90mmHg. Studi kasus yang
dilakukan pada Tn.M yakni tindakan bypass femoro-popliteal dextra. Sebelum dilakukan
tindakan operasi klien dengan diagnosa medis acute limb iskemik. Intervensi keperawatan
yang dilakukan diantaranya yaitu memonitor menghitung jumlah kasa, pengaturan posisi
pasien, tanda-tanda vital, menghindari area penekanan, mengkaji risiko jatuh, memasang
ralling bed pasien.

Berdasarkan penelitian El - Sayed (2012) Operasi bypass femoropopliteal (fem-pop)


dilakukan untuk memotong pembuluh darah yang sakit di atas atau di bawah lutut. Untuk
memotong pembuluh darah yang menyempit atau tersumbat, darah dialihkan melalui
pembuluh darah sehat yang telah ditransplantasikan dalam hal ini vena savena magna. Pada
pasien Tn.M menderita penyakit ALI dimana bypass dilakukan pada area femur dextra dan
popliteal sinistra untuk melancarkan sirkulasi darah. Pada saat pre operasi, infeksi pada area
pembedahan dapat disebabkan oleh faktor kondisi dari lingkungan dan fisik ruangan operasi

Suatu studi didapatkan bahwa lingkungan dan fisik ruang operasi yang sesuai standar
dapat beresiko terjadinya infeksi pada area pembedahan memiliki presentase sebesar 2,1%
dibandingkan dengan ruangan yang resiko terkontaminasi memiliki presentase sebesar
12,9%. Komponen fisik ruang operasi seperti; lantai, dinding, langit – langit, dan pintu. Pada
komponen lantai berbahan vinil yang sudah tertanam permanen, permukaan tidak licin dan
mudah untuk dibersihkan kemudian pertemuan antara dinding dan lantai sudah memakai plint
melengkung setinggi 15 cm[ CITATION Nug17 \l 1033 ]. Berdasarkan data yang diperoleh yakni
tidak terjadi tanda infeksi selama dilakukan tindakan pembedahan.

35
BAB V
KESIMPULAN & SARAN
Demikian berdasarkan tujuan asuhan keperawatan yang dilakukan penulis pada pasien
Acute Limb Ischemic di ruang Central Operating Theatre RSUP Dr. Wahidin Sudirohusodo
Makassar, maka penulis memberikan kesimpulan serta saran untuk meningkatkan pelayanan
kesehatan dan asuhan keperawatan antara lain :
A. Kesimpulan
Berdasarkan pada tujuan laporan kasus yang penulis buat, maka penulis
menyimpulkan beberapa hal antara lain :
1. Pengkajian meliputi identitas klien, riwayat kesehatan sekarang, dahulu dan keluarga,
dan pemeriksaan fisik.
2. Diagnosa keperawatan yang dapat diangkat yaitu nyeri akut, ketidakefektifan perfusi
jaringan perifer, hambatan komunikasi verbal, risiko infeksi, hipotermi dan risiko
jatuh
3. Perencanaan keperawatan yaitu observasi, ukur TTV, pemberian posisi, mengkaji
skor risiko jatuh
4. Implementasi yang dilakukan dimulai langsung setelah pengkajian selesai.
5. Evaluasi keperawatan dengan melihat dan menilai kemampuan klien dalam mencapai
tujuan, menetukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum dan mengkaji
penyebab jika tujuan keperawatan belum tercapai.
B. Saran
Berdasarkan kasus yang diambil penulis dengan Asuhan Keperawatan perioperatif
Pada Tn. M dengan diagnosa Acute Limb Ischemic dan tindakan operasi By pass femoro
popliteal dextra di ruangan Central Operating Theatre (COT) RSUP Dr. Wahidin
Sudirohusodo Makassar demi kebaikan selanjutnya, maka penulis menyarankan kepada :
1. Instalasi pelayanan kesehatan diharapkan dapat meningkat kinerja perawat dan tenaga
medis yang lain sehingga mampu meningkatkan asuhan keperawatan.
2. Tenaga kesehatan khususnya perawat diharapkan untuk melanjutkan asuhan keperawatan
yang sudah dikelola oleh penulis yang bertujuan untuk persiapan pemulihan kesehatan pasien

36
DAFTAR PUSTAKA
Black, J. M., & Hawks, J. H. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Manajemen Kritis untuk
Hasil yang Diharapkan. Singapore: Elsevier.

Bulechek, G. M., Butcher, H. K., Dochterman, J. M., & Wagner, C. M. (2016). Nursing
Interventions Classification (NIC), Ed. 6, Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: CV.
Mocomedia.

Herdman, H., & Kamitsuru, S. (2018). Nanda diagnosis keperawatan. Jakarta: EGC.
Kowalak, J. P., Welsh, W., & Mayer, B. (2014). Buku Ajar Patofissiologi . Jakarta: EGC.

Moorhead , S., Johnson, M., Maas, M. L., & Swanson, E. (2016). Nursing Outcome
Classification (NOC), Ed. 5, Edisi Bahasa Indonesia. Indonesia: CV. Mocomedia.

Nurarif, A. H., & Kusuma, H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan berdasarkan Diagnosa
Medis dan NANDA NIC-NOC. Jogyakarta: MediAction
El - Sayed, H. F. (2012). Bypass Surgery for Lower Extremity Limb Salvage : Vein Bypass.
Methodist DeBakey Cardiovaskular Journal, 8(4), 37-42. doi:10.14797/mdcj-8-4-37
Nugroho, W., Iswanta, & Rosa, E. M. (2017). Evaluasi Sarana dan Prasarana dalam
Pengendalian Infeksi di dalam Ruang Operasi RS PKU Muhammadiah Gamping.
Proceding Health Architecture, 1-12. Retrieved January 18, 2020
Obara, H., Matsubara, K., & Kitagawa, Y. (2018). Acute Limb Ischemia. Annals of Vascular
Desease, 443-448. doi:10.3400/avd.ra.18-00074

37

Anda mungkin juga menyukai