Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan Umum tentang Pengetahuan Anak dan Perkembangan Anak (usia

1-3 Tahun)

1. Anak

Anak Balita adalah istilah umum bagi anak usia 1-3 tahun (batita) (Sutomo,

2013). Pertumbuhan anak usia toodler adalah rata-rata pertambahan berat badan

1,8 sampai 2,7 kg per tahun, tinggi badan rata-rata an ak usia 2 tahun adalah 86,6

cm, kecepatan pertambahan lingkar kepala melambat pada akhir masa bayi,dan

lingkar kepala biasanya sama dengan lingkar dada pada usia 1-2 tahun, lingkar

dada terus meningkat ukurannya dan melebihi lingkar kepala (Soebachman,

2014).

Kebutuhan dasar untuk tumbuh kembang anak secara umum digolongkan

menjadi kebutuhan fisik-biomedis (asuh) yang meliputi, pangan atau gizi,

perawatan kesehatan dasar, tempat tinggal yang layak, sanitasi, sandang,

kesegaran jasmani atau rekreasi. Kebutuhan emosi atau kasih sayang (Asih),

pada tahun-tahun pertama kehidupan, hubungan yang erat , mesra dan selaras

antara ibu atau pengganti ibu dengan anak merupakansyarat yang mutlak untuk

menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental maupun psikososial.

Kebutuhan akan stimulasi mental (Asah), stimulasi mental merupakan cikal bakal

dalam proses belajar (pendidikan dan pelatihan) pada anak. Stimulasi mental ini

8
mengembangkan perkembangan mental psikososial diantaranya kecerdasan,

keterampilan, kemandirian, kreaktivitas, agama, kepribadian dan sebagainya.

2. Perkembangan Anak (usia 1-3 Tahun)

1. Usia 13-15 bulan

a. Motorik kasar

1) Berjalan tanpa bantuan (biasanya sejak usia 13 bulan)

2) Memanjat tangga

3) Berlutut tanpa sokongan

4) Tidak dapat berjalan sekitar sudut atau berhenti tiba-tiba tanpa

kehilangan keseimbangan

5) Memilih posisi berdiri tanpa sokongan

6) Tidak dapat melempar bola tanpa jatuh

b. Motorik halus

1) Secara konstan menjatuhkan objek ke lantai

2) Membangun menara dari dua kotak

3) Memegang dua kotak dalam satu tangan

4) Melepas butir-butir kedalam leher botol yang sempit

5) Mencoret-coret secara spontan

6) Menggunakan cangkir dengan baik tetapi memutarkan sendok

c. Sensori

1) Menempatkan objek bulat kedalam lubang yang tepat

2) Menunjukkan intens dan lama minat dalam gambar

9
2. Usia 18 bulan

a. Motorik kasar

1) Berlari secara kikuk, sering jatuh

2) Berjalan naik tangga dengan satu tangan berpegangan

3) Menarik dan mendoorong mainan

4) Melompat di tempat dengan kedua kaki

5) Duduk sendiri di kursi

6) Melempar bola dari satu tangan ke tangan lain tanpa jatuh

b. Motorik halus

1) Membangun menara tiga sampai empat kotak

2) Membalik halaman dalam buku, dua atau tiga lembar sekaligus

3) Dalam menggambar membuat tekanan sesuai tiruan

c. Sosialisasi

1) Mulai sadar kepemilikan (“mainanku”)

3. Usia 24 bulan

a. Motorik kasar

1) Naik dan turun tangga sendiri dengan dua kaki pada setiap langkah

2) Berlari dengan seimbang dengan langkah lebar

3) Menangkap objek tanpa jatuh

4) Menendang bola tanpa gangguan keseimbangan

10
b. Motorik halus

1) Membangun menara dengan enam sampai tujuh kotak

2) Menyusun dua atau lebih kotak menyerupai kereta

3) Membalik halaman buku satu sekali waktu

4) Dalam menggambar, meniru tekanan vertikal dan melingkar

5) Memencet bel pintu dan membuka gerendel

c. Sensori

1) Mampu memasukkan kotak kedalam ruang bujur

d. Sosialisasi

1) Tahap permainan pararel

4. Usia 30 bulan

a. Motorik kasar

1) Melompat dengan kedua kaki

2) Melompat dari kursi atau langkah

3) Berdiri sebentar pada satu kaki

4) Mengambil dua langkah pada ujung ibu jari kaki

b. Motorik halus

1) Membangun menara delapan kotak

2) Menambah lubang asap pada kereta dari kotak

3) Koordinasi jari baik; memegang krayon dengan jari bukan

menggenggamnya

4) Menggerakkan jari secara mandiri

11
5) Menggambar, meniru tekanan vertikal dan horizontal, membuat dua

atau lebih tekanan untuk menyilang

c. Sosialisasi

Dalam bermain, membantu menyingkirkan sesuatu, dapat membawa

barang pecah belah, mendorong dengan kendali yang baik.

5. Usia 36 bulan

a. Motorik kasar

1) Mengendarai sepeda roda tiga

2) Melompat dari langkah dasar

3) Berdiri pada satu kaki untuk beberapa detik

4) Menaiki tangga dengan kaki bergantian, dapat tetap turun dengan

menggunakan kedua kaki untuk melangkah

5) Melompat panjang

6) Mencoba berdansa, tetapi keseimbangan mungkin tidak adekuat

b. Motorik halus

1) Membangun menara dari 9 atau 10 kotak

2) Membangun jembatan dengan tiga balok

3) Secara benar memasukkan biji-bijian dalam botol yang berleher sempit

4) Dalam menggambar. Meniru lingkaran, meniru silangan, menyebutkan

apa yang telah digambarkan, tidak dapat menggambar gambar tongkat

tetapi dapat membuat lingkaran dengan gambaran wajah.

12
c. Sosialisasi

1) Permainan pararel dan asosiatif; mulai mempelajari permainan

sederhana tetapi sering mengikuti aturannya sendiri; mulai berbagi

2) Erikson memberi istilah krisis psikososial yang dihadapi toddler antara

usia 1 dan 3 tahun sebagai “otonomi versus rasa malu dan ragu”.

B. Konsep Bermain

1. Pengertian Bermain

Bermain merupakan kegiatan yang dilakukan secara suka rela untuk

memperoleh kesenangan dan bermain merupakan cermin kemampuan fisik,

intelektual, emosional dan social (Soetjiningsih, 2014). Oleh karena itu

bermain merupakan media belajar bagi anak.

2. Fungsi Bermain

Fungsi bermain bagi anak :

a. Perkembangan Sensori Motorik : yaitu membantu perkembangan gerak

dengan memainkan suatu obyek, misalnya : meraih pensil.

b. Perkembangan Kognitif : yaitu membantu mengenai benda disekitar

misalnya : logo, balok (bongkar pasang mainan).

c. perkembangan social : yaitu anak belajar berinteraksi dengan orang lain

dan mempelajari peran dalam kelompok misalnya : dapat diperolah dari

orang tua, guru, orang lain disekitar bermain, maka anak akan bertingkah

laku sesuai/diterima oleh teman, anak akan menyesuaikan diri dengan

aturan-aturan, jujur terhadap orang lain.

13
d. Terapi: bermain akan memeberi kesempatan pada anak untuk

mengekspresikan perasaan yang tidak enak misalnya, marah, depresi,

benci, takut.

e. Sebagai alat komunikasi : bermain merupakan komunikasi terutama pada

anak yang belum menyatakan perasaan secara verbal, misalnya : melukis,

menggambar, bermain peran (Soetjiningsih, 2014).

3. Tujuan Bermain

Selain fungsi bermain bagi anak, bermain juga mempunyai tujuan antara lain:

1. dapat melanjut pertumbuhan dan perkembangan yang normal.

2. dapat mengekspresikan keinginan, perasaan dan fantasi melalui

permainan

3. dapat mengembangkan kreativitas melalui pengalaman berain yang tepat.

4. dapat beradaptasi lebih efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat di

rumah sakit dan mendapatkan kesenangan. (Soetjiningsih, 2014).

4.  Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Bermain

a. Tahap Perkembangan: setiap tahap perkembangan mempunyai

potensi/keterbatasan.

b. Status kesehatan: anak yang sakit makan kemampuan kognitif atau

psikomotornya terganggu.

c. Jenis Kelamin: sangat dipengarhi oleh usia terutama perminan yang

digunakan.

14
d. Lingkungan: lokasi, kultur, negara.

e. Alat Permainan yang cocok: alat permainan yang sesuai tahap

perkembangan maka anak akan menggunakan dan merasa senang

(Soetjiningsih, 2014).

5. Klasifikasi Bermain

a. Menurut Isi :

1) “Social Play”: belajar memberi respon, misalnya orang dewasa

berbicara/memanjakan anak, maka anak akan merasa senang dengan

respon mengeluarkan suara tersenyum.

2) “Sense Of Pleasure Play”: dengan bermain akan memperoleh kesenangan

dsri suatu objek disekelilingnya, misalnya: bermain pasir, air.

3) “Skill Play” dengan bermain anak dapat memperoleh ketrampilan sehingga

anak akan memperoleh berulang-ulang.

4) “Dramatik Play atau Role Play” dengan bermain anak akan dapat

melakukan peran, misalnya: sebagai perawat, dokter, guru, ibu, ayah dan

anak akan membuat fantasi dari permainan tersebut.

b. Menurut Karakterisitik Sosial :

1) “Solitery Play” bermain sendiri walaupun ada orang lain didekatnya (1–3).

2) “Paralel Play”, bermain sejenis, anak bermain dalam suatu kelompok,

masing-masing mempunyai mainan yang sama, tetapi tidak ada interaksi

15
diantara mereka: tidak tergantung (interaksi tetapi belum bersosialisasi)

Todler, Preschool.

3) “Associative Play” bermain dalam kelompok. Anak bermain dalam suatu

aktivitas yang sama tetapi belum terorganisasi. Tidak ada pembagian tugas,

mereka bermain sesuai keinginannya.

4) “Cooperative” pelayanan bermain dalam kelompok. Permainan terorganisir,

terencana, ada tujuan, ada aturan-aturan misalnya: main kartu, balap sepeda.

5) “Unlocker play” (pengamat). Anak melihat anak bermain hal ini sduah

merupakan bermain, menurunkan stress. (Soetjiningsih, 2014).

B. Tinjuan Umum tentang Alat dan Jenis Permainan anak usia toddler

Berikut ini beberapa contoh kegiatan permainan dan bermain yang dapat

dilakukan oleh anak bersama orang tua, sesuai dengan usia anak. (Soebachman,

2014)

1. Bayi dan Anak Bawah Dua Tahun (BaDuTa)

a. Bermain yang melibatkan gerakan pancaindra.

Bermain dimulai secara tidak sengaja, bayi melakukan gerakan-gerakan

yang ternyata membuat dia senang, sehingga selalu diulang. Contoh

kegiatan bermain ini adalah mengamati dan menggerak-gerakkan tangan,

mengemut ibu jari, menyembur-nyemburkan ludah.

b. Bermain dengan benda.

16
Semua mainan yang dapat merangsang kelima indra (berwarna terang,

berbunyi, permukaan kasar-halus, beraroma, dapat dirasakan). Mainan

hendaknya cukup besar untuk bisa digenggam oleh anak, lembut, dan tidak

tajam. Contoh, mainan yang dapat diurutkan dari yang kecil ke besar,

mainan untuk masak-masakan, untuk minum, bermain air sabun, bermain

pasir, mobil-mobilan, buku bergambar tanpa tulisan.

c. Bermain pura-pura (simbolik).

Menggunakan alat-alat permainan atau benda-benda yang ada di sekitar

seolah-olah sebagai suatu benda. Contoh, menggunakan pisang/bekas gelas

plastik air mineral sebagai telepon, menggunakan kotak-kotak sabun

sebagai mobil, menggunakan botol plastik bekas dan sendok sebagai alat

musik, serta lainnya.

2. Anak Dua Tahun

Anak usia dua tahun mulai mengalami perkembangan dalam gerakan kasar dan

halus, juga mulai bisa mengontrol gerakan tubuh, sehingga anak bangga

dengan keberhasilan dalam kegiatan fisik mereka. Karena kemampuan bahasa

mulai berkembang, anak juga mulai menggunakan bahasa. Beberapa contoh

kegiatan bermainnya ialah bermain palang (terbuat dari besi atau kayu) sejajar

untuk bergelantungan; naik-turun tangga, bermain gerobak untuk ditarik;

perosotan, bermain di terowongan untuk merangkak, bermainan dengan benda

yang dapat dikendarai, bermain kepingan gambar (puzzle) sederhana dengan

potongan besar, manik-manik untuk dironce, tanah liat, pasir, adonan

17
sagu/terigu (penting untuk mempertajam indra, bukan untuk menghasilkan

suatu bentuk).

3. Anak Tiga Tahun

Anak usia tiga tahun sangat imajinatif (senang menciptakan tokoh-tokoh atau

kegiatan yang bersifat khayalan) dan mulai senang meniru apa yang dilakukan

oleh orang dewasa, terutama kedua orangtuanya. Kemampuan ananda untuk

berteman juga semakin meningkat, sehingga mereka sudah lebih baik dalam

kegiatan berbagi, menunggu giliran, dan bekerja sama dengan orang lain.

Beberapa contoh kegiatan bermainnya adalah permainan yang menggambarkan

kegiatan dalam kehidupan sehari-hari seperti bermain truk/mobil-mobilan,

pasar-pasaran, boneka, balok, tanah/pasir, spidol, pinsil gambar, dan krayon.

C. Tinjauan Umum Tentang Pengetahuan Orang Tua

1. Pengertian Pengetahuan

Menurut Bloom, Pengetahuan adalah merupakan hasil dari tahu, dan

ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Penginderaan terjadi melalui panca indera manusia, yakni indera

penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan

merupakan domain yang sangat penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behavior). Dari pengalaman penelitian tertulis bahwa

18
perilaku yang didasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada

perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan (Notoadmojo, 2010). Adapun

hal-hal penting dalam memperoleh pengetahuan diantaranya:

a. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Pengetahuan yang dimiliki seseorang dipengaruhi oleh faktor-

faktor sebagai berikut:

1) Tingkat pendidikan seseorang akan berpengaruh dalam memberi

respon yang datang dari luar. Orang yang berpendidikan akan

berfikir sejauh mana keuntungan yang akan mungkin mereka peroleh

dari gagasan tersebut.

2) Paparan Media Massa Melalui berbagai media baik cetak maupun

elektronika berbagai informasi dapat diterima oleh masyarakat,

sehingga seseorang yang lebih sering terpapan media masa (televisi,

radio, majalah, pamflet) akan memperoleh informasi yang lebih

hanya dibandingkan dengan orang yang tidak pernah terpapar

informasi media masa.

3) Ekonomi Dalam memenuhi kebutuhan primer maupun sekunder,

keluarga dengan status ekonomi baik lebih mudah tercukupi

dibandingkan keluarga dengan status ekonomi rendah. Hal ini akan

mempengaruhi kebutuhan akan informasi yang termasuk kebutuhan

sekunder.

19
4) Hubungan Sosial Manusia adalah makhluk sosial, dimana dalam

kehidupan saling berinteraksi antara satu dengan yang lain. Individu

yang dapat berinteraksi secara batinnya akan lebih terpapar

informasi. Sementara faktor hubungan sosial juga mempengaruhi

kemampuan individu sebagai komunikasi untuk menerima pesan

menurut model komunikasi media.

5) Pengalaman Pengalaman seorang individu tentang berbagai hal bisa

diperoleh dan lingkungan kehidupan dalam proses

perkembangannya.

b. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut (Notoatmodjo, 2010) dalam memperoleh pengetahuan

dibagi dalam 2 kelompok:

1) Cara Tradisional Cara ini dipakai orang untuk memperoleh kebenaran

pengetahuan, sebelum ditemukannya metode ilmiah atau metode

penemuan secara sistemik dan logis. Cara-cara penemuan

pengetahuan pada periode ini antara lain, meliputi :

a) Cara Coba–Salah (Trial and error) Cara ini dilakukan dengan

menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah, dan

apabila kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan

yang lain. Pengalaman yang diperoleh melalui penggunaan

metode ini banyak membantu perkembangan berpikir dan

kebudayaan manusia kearah yang lebih sempurna.

20
b) Cara Kekuasaan atau Otoritas Pengetahuan diperoleh

berdasarkan pada otoritas atau kekuasaan, baik para ahli ilmu

pengetahuan. Para pemegang otoritas, baik pemimpin

pemerintahan, tokoh agama maupun ahli ilmu pengetahuan pada

prinsipnya mempunyai mekanisme yang sama didalam penemuan

pengetahuan.

c) Berdasarkan pengalaman pribadi Pengalaman pribadi dapat

digunakan sebagai upaya memperoleh pengetahuan. Hal ini

dilakukan dengan mengulang kembali pengalaman yang diperoleh

dalam memecahkan permasalahan yang dihadapi pada masa lalu.

d) Melalui jalan pikiran Kebenaran pengetahuan dapat diperoleh

manusia dengan menggunakan jalan pikirannya, baik melalui

induksi maupun deduksi yang merupakan cara melahirkan

pemikiran secara tidak langsung melalui pernyataan–pernyataan

yang dikemukakan dan dicari hubungannya sehingga dapat

diambil kesimpulan.

2) Cara Modern Cara baru atau moderen dalam memperoleh

pengetahuan dewasa ini lebih sistematis, logis dan murah.Cara ini

disebut metode penelitian ilmiah atau lebih popular (research

methodology). Setelah diadakan penggabungan antara proses berpikir

deduktif–induktif maka lahirlah suatu penelitian yang dikenal dengan

metode penelitian ilmiah.

21
2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan yang dimiliki. Pendidikan diperlukan untuk

mendapat informasi misalnya hal-hal yang menunjang kesehatan sehingga

dapat meningkatkan kualitas hidup. Dalam memilih alat permainan tidak

terlepas kaitannya dengan pengetahuan yang dimiliki oleh orang tua, terutama

ibu, yang menjadi orang terdekat dan pendidik pertama di dalam lingkungan

keluarga. Hal ini menjadi penting karena idealnya, jika pengetahuan terhadap

alat permainan baik maka dalam memilih alat permainan tidak akan

sembarangan melainkan akan lebih selektif, baik dilihat dari segi keamanan

benda/alat bermain, bentuk yang dapat merangsang perkembangan, warna,

dan manfaatnya. Begitu juga sebaliknya jika pengetahuan terhadap alat

permainan kurang maka dalam pemilihannya pun tidak terlalu selektif

sehingga pertumbuhan dan perkembangan anak menjadi tidak optimal

(Ronald, 2013).

3. Pengukuran Pengetahuan

Cara pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang menanyakan tentang isi materi yang ingin diukur dari subyek

penelitian atau responden (Notoatmodjo, 2010). tingkatan pengetahuan dapat

dikategorikan berdasakan nilai sebagai berikut:

a. Pengetahuan baik : mempunyai nilai pengetahuan > 75 %

b. Pengetahuan cukup : mempunyai nilai pengetahuan 60-75 %

22
c. Pengetahuan kurang : mempunyai nilai pengetahuan < 60 %

4. Pengetahuan Orang Tua

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebut bahwa orang tua artinya

ayah dan ibu. Orang tua adalah komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan

ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat

membentuk sebuah keluarga. Orang tua memiliki tanggung jawab untuk

mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan

tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan

bermasyarakat. (Anar, 2017)

Untuk mencapai interaksi yang baik antara orang tua dengan anak-

anaknya maka dalam keluarga itu harus menjalankan peranannya sesuai

dengan fungsi dan kedudukannya. Orang tua yang disebutkan disini adalah

Ayah maupun ibu dalam sebuah keluarga yang utuh. Pengetahuan yang baik

untuk memilih jenis permainan untuk anak usia 1-3 tahun harus dimiliki dari

orang tua itu tersebut. Jangan di abaikan dalam pemilihan jenis permainan

yang sesuai dengan kebutuhan bermain anak anda maupun usia anak anda.

Stimulus yang diberikan sesuai dengan usia anak anda juga harus diperhatikan

misalkan dari segi bentuk, keras atau tidak, dari segi ukuran lembut atau

keras, dari segi bahan baku apakan mengasung racun/bahan kimia yang buruk

bagi anak atau tidak, dari segi harga mahal atau tidak, dari segi jangka waktu

bahannya kuat atau tidak, dari segi kegunaan barangnya multi fungsi atau

23
tidak, dari segi kecerdasan barangnya permainnanya itu cerdas atau tidak.

Pengetahuan-pengetahuan ini harus ada dalam diri kita selaku orang tua guna

tumbuh kembang anaknya masing-masing, di hari ini dan yang akan datang

(Junaidi, 2010).

D. Hubungan pengetahuan orang tua dengan pemilihan jenis permainan anak

usia 1-3 tahun

Pengetahuan orang tua tentang pentingnya stimulasi bagi perkembangan

anak yang dapat dicapai dengan tahap perkembangan dapat dikatakan bahwa dari

responden yang memiliki pengetahuan yang baik tentang penting stimuasi

perkembangan anak dan juga memiliki tingkat perkembangan motorik baik pula

yang sesuai dengan tahap usia anak, Perilaku yang didasari oleh pengetahuan

akan bersifat lebih baik dari pada perilaku yang tidak didasari pengetahuan

(Notoatmodjo, 2010).

Alat Permainan Edukatif (APE) merupakan alat permainan yang dapat

memberikan fungsi permainan secara optimal dalam perkembangan anak, dimana

melalui permainan ini anak akan selalu dapat mengembangkan kemampuan fisik,

bahasa, kognitif dan adaptasi sosialnya. Anak usia 1-3 tahun dianjurkan untuk

bermain dengan tujuan untuk menyalurkan perasaan atau emosi anak,

mengembangkan keterampilan berbahasa, melatih motorik kasar dan halus,

24
mengembangkan kecerdasan, melatih daya imajinasi, serta melatih kemampuan

membedakan permukaan dan warna benda (Alimul, 2014).

Seorang anak memerlukan perhatian khusus untuk optimalisasi tumbuh

kembangnya. Optimalisasi perkembangan diperlukan adanya interaksi antara anak

dan orang tua, hal ini sangat bermanfaat bagi proses perkembangan anak secara

keseluruhan karena orang tua dapat segera mengenali kelainan proses

perkembangan anaknya sedini mungkin dan memberikan stimulus tumbuh

kembang anak yang menyeluruh dalam aspek fisik, mental, dan sosial. Hubungan

sebab-akibat antara pengetahuan orang tua dengan pemilihan alat bermain bagi

anak usia 1-3 tahun merupakan hal yang harus di cermati dengan baik sehinga

tumbuh kembang anak tersebut dapat dapat berjalan dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian, (Hendra, 2017) didapatkan bahwa ada

hubungan yang signifikan antara pengetahuan orang tua dengan pemilihan mainan

edukatif anak usia toddler sehingga diharapkan kepada semua orang tua dan tim

pengajar di PAUD Melati RW 02 Kelurahan Tlogomas Malang untuk

memberikan jenis mainan edukatif sesuai dengan kelompok umur anak, serta

untuk meningkatkan pengetahuan tentang mainan edukatif dengan memperbanyak

mengikuti seminar tentang mainan edukatif melalui kegiatan PKK dan BKB, serta

memperbanyak mendapatkan sumber informasi tentang mainan edukatif melalui

media massa seperti televisi, radio, surat kabar, majalah dan lain-lain. Bagi

peneliti selanjutnya perlu penambahan instrumen seperti wawacara dan kuesioner

25
terbuka, serta untuk meneliti terhadap faktor-faktor yang terkait dengan pemilihan

mainan edukatif anak (jenis mainan, manfaat mainan, keamanan dalam mainan,

bentuk dan bahan mainan).

Hal ini sejalan dengan Berdasarkan hasil penelitian (Lilis, 2015) dan

pembahasan tentang hubungan peran orang tua dengan pemilihan alat permainan

edukatif pada anak usia pra sekolah di Dusun Kakat Desa Kakat Penjalin

Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan Tahun 2015, maka penulis dapat

mengambil kesimpulan sebagai berikut :

1) Sebagian besar orang tua di Dusun Kakat Desa Kakat Penjalin Kecamatan

Ngimbang Kabupaten Lamongan memiliki peran yang kurang dalam

pemilihan alat permainan edukatif.

2) Sebagian besar orang tua di Dusun Kakat Desa Kakat Penjalin Kecamatan

Ngimbang Kabupaten Lamongan memilihkan alat permainan edukatif yang

tidak sesuai dengan usia anak.

3) Terdapat hubungan kuat antara peran orang tua dengan pemilihan alat

permainan edukatif pada anak usia pra sekolah di Dusun Kakat Desa Kakat

Penjalin Kecamatan Ngimbang Kabupaten Lamongan dari tanggal Tahun

2015.

E. Kerangka Konsep

Dengan demikian kerangka berpikir yang penulis ingin gambarkan disini

adalah:

Pemilihan Jenis Alat


Bermain bagi anak 26
1-3 Tahun
Pengetahuan Orang Tua

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

Ket:

: Variabel Independet
: Variabel dependent

F. Hipoteis

Untuk menjawab permasalahan yang dikemukakan pada bab sebelumnya

maka rumusan hipotesis yang dapat diajukan sebagai berikut:

H0 = Tidak ada hubungan antara pengetahuan orang tua dengan pemilihan jenis

alat bermain bagi anak di kelurahan Wainitu, kecamatan Nusaniwe, Kota

Ambon.

Ha = Ada hubungan antara pengetahuan orang tua dengan pemilihan jenis alat

bermain bagi anak di kelurahan Wainitu, kecamatan Nusaniwe, Kota

Ambon.

27

Anda mungkin juga menyukai

  • Lampiran 5 & 6 - KUESIONER & Lembar Observasi Prinnnnnnn
    Lampiran 5 & 6 - KUESIONER & Lembar Observasi Prinnnnnnn
    Dokumen13 halaman
    Lampiran 5 & 6 - KUESIONER & Lembar Observasi Prinnnnnnn
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen1 halaman
    Abstrak
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • COVER & Hajud
    COVER & Hajud
    Dokumen1 halaman
    COVER & Hajud
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Kuisioner
    Kuisioner
    Dokumen3 halaman
    Kuisioner
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Konsep Bermain
    Konsep Bermain
    Dokumen9 halaman
    Konsep Bermain
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 5 & 6 - KUESIONER & Lembar Observasi Prinnnnnnn
    Lampiran 5 & 6 - KUESIONER & Lembar Observasi Prinnnnnnn
    Dokumen13 halaman
    Lampiran 5 & 6 - KUESIONER & Lembar Observasi Prinnnnnnn
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • MPKP Print
    MPKP Print
    Dokumen19 halaman
    MPKP Print
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen9 halaman
    Bab Iii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen22 halaman
    Bab Ii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen7 halaman
    Bab Iii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen1 halaman
    ABSTRAK
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawat Waham
    Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawat Waham
    Dokumen5 halaman
    Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawat Waham
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • 09 Daftar Gambar
    09 Daftar Gambar
    Dokumen1 halaman
    09 Daftar Gambar
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • PPN 24 - Chrisna Matahelumual - Penugasan III - Stase Gerontik
    PPN 24 - Chrisna Matahelumual - Penugasan III - Stase Gerontik
    Dokumen14 halaman
    PPN 24 - Chrisna Matahelumual - Penugasan III - Stase Gerontik
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • BAB V Kesimpulan
    BAB V Kesimpulan
    Dokumen2 halaman
    BAB V Kesimpulan
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen13 halaman
    Bab Iv
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen13 halaman
    Bab Iv
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat