Anda di halaman 1dari 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan) merupakan salah satu nilai
profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan profesional.
Pendekatan manajemen  (khususnya manajemen keperawatan) merupakan salah satu nilai
profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan
profesional.Menurut Gillies (1986), manajeme didefinisikan sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Seorang manajer keperawatan perlu melakukan fungsi-
fungsi manajemen dalain memberikan perawatan kesehatan kepada klien.
Perawat manajer (administrator) bekerja pada semua tingkat untuk melaksanakan konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori manajemen keperawatan. Mereka mengatur
lingkungan organisasi untuk menciptakan suasana optimal bagi persyaratan pengawasan
keperawatan oleh perawat-perawat klinis.  Perawat-perawat klinis mengatur seleksi sumber
daya manusia dan materi dan memberikan masukan tambahan kedalam proses manajemen.
Tugas manajer keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi
keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan
yang efektif dan ekonomis kepada kelompok pasien. Proses manajemen keperawatan sejajar
dengan proses keperawatan yaitu dirancang untuk memudahkan pekerjaan.
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis benama
Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen,
yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengkordinasi, dan mengendalikan. Namun
saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. DEPKES RI yang diambil dari fungsi
manajemen menurut George Terry yang terdiri dari Planning, Organizing, Actuating dan
Controlling (POAC). Di Ruang MPKP pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk
fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (directing). dan pengendalian (controlling).
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat,
sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya
mengembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut. Saat ini, praktik pelayanan keperawatan banyak
rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda
pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada
upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan derajat
ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah Perawat Primer (PP) yang lulusan S1
keperawatan, Perawat Asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta SPK. Tenaga lain adalah
pembantu keperawatan. Mereka berada dalam satuan tim yang dibimbing dan diarahkan oleh
Clinical Care Manager (CCM) yang merupakan magister spesialis keperawatan.
Tindakan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, karena bentuk tindakan lebih
pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien yang perlu landasan konsep dan
teori tinggi. PP melakukan pertemuan dengan anggota tim kesehatan lain terutama dokter.
PP juga mengarahkan dan membimbing perawat lain serta bertanggung jawab atas semua
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim pada sekelompok klien.
Tugas membersihkan meja klien, menyediakan dan membersihkan peralatan yang
digunakan, mengantar klien konsul atau membawa pispot ke klien dilakukan oleh pembantu
keperawatan. Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan standar rencana keperawatan yang
ada. Ketua tim (PP) melakukan validasi terhadap diagnosis keperawatan klien berdasarkan
pengkajian yang dilakukan.Secara kualitatif, PP ada kebanggaan profesional karena ada
otonomi dan kesempatan mengobservasi perkembangan klien secara berkesinambungan dan
PA dapat bekerja lebih terencana.
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk bersikap
profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional
tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang
memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan
tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi
MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Menurut Hoffart dan Woods (1996 dalam Sudarsono, 2000) menyimpulkan bahwa model
PKP terdiri dari nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model PKP, hubungan antar
profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan dan sistem kempensasi dan penghargaan

B. Tujuan
Adapun tujuan penulisannya sebagai berikut:
1. Pengertian MPKP ?
2. Tugas dan tanggung jawab MPKP tim KARU,CCM,PP Dan PA?
3. Tingkatan spesifikasi MPKP?
4. Menjelaskan metode penugasan dalam MPKP serta kekurangan dan kelebihan
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian MPKP
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.Saat ini, praktik pelayanan
keperawatan di banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan
profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya
berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada
pelaksanaan tugas.

B. Tugas dan tunggung jawab tim KARU,CCM,PP, dan PA


a. Tugas Dan Tanggung Jawab Kepala Ruangan Rawat
1. Pendekatan Manajemen
Perencanaan
 Mengembangkan visi dan misi
 Mempunyai filosofi
 Menetapkan rencana jangka pendek
 Merencanakan dan memfasilitasi ketersediaan fasilitas yang dibutuhkan di
ruangan
 Melakukan kegiatan administrasi dan surat menyurat
 Melakukan pertemuan rutin dengan semua perawat setiap bulan untuk membahas
kebutuhan di ruangan
 Merencanakan dan melaksanakan evaluasi mutu asuhan keperawatan (bersama
dengan CCM)
 Membuat peta risiko di ruang rawat
Pengorganisasian
 Membuat struktur organisasi
 Mengatur pembagian tugas jaga rawat (jadwal dinas) bersama ketua tim
 Membuat daftar pasien bersama ketua tim
     

Pengarahan
 Memimpin operan
 Mengawasi dan mengarahkan kegiatan pre dan post conference
 Memberi motivasi pada tim perawat di ruangan
 Mendelegasikan tugas kepada bawahan dengan jelas
 Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepada PA senior
(wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan kepala ruang
rawat dan CCM
 Memfasilitasi kolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan
 Mengawasi perawat primer dan perawat pelaksana dalam mengelola pasien
melalui komunikasi langsung
 Memperoleh informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan melalui supervisi
dan mendengarkan laporan langsung dari perawat primer
 Melakukan pengawasan tidak langsung
 Mengecek daftar hadir ketua tim, perawat pelaksana, pekarya, dan petugas TU
 Mengecek kedisiplinan
 Membimbing siswa atau mahasiswa (bekerja sama dengan pembimbing klinik)
dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan, dengan mengikuti sitem MPKP
yang sudah ada
 Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
klien/keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain, kepala ruang rawat
mengingatkan kembali klien/keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung
jawab terhadap mereka di ruanga
 Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi MPKP
termasuk sikap dan tingkah laku professional
Pengendalian
 Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan
 Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di ruangan
 Menetapkan indikator mutu
 Melakukan audit dokumen
 Melakukan survey kepuasaan terhadap keluarga, perawat, dokter
 Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
 Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 set setiap hari
 Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di
ruangan, membuat DP3, dan usulan kenaikan pangkat

2. Compensatory Reward
 Melakukan rekruitmen tenaga perawat
 Melakukan seleksi tenaga perawat
 Melakukan orientasi
 Melakukan penilaian kinerja
 Melakukan pengembangan tenaga perawat

3. Hubungan Profesional
 Memimpin rapat keperawatan
 Mengawasi pelaksanaan konferensi kasus
   Mengikuti rapat tim kesehatan
 Mengawasi pelaksanaan  visite dokter

4. Asuhan Keperawatan
 Menguasai asuhan keperawatan
b. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Primer (Pp)
1. Pendekatan manajemen
Perencanaan
 Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang
sudah dilakukan PP pada sore, malam, atau hari libur
 Menetapkan renpra berdasarkan analisis standar renpra sesuai dengan hasil
pengkajian
 Bekerja sama dengan CCM dengan mengindentifikasikan issue yang
memerlukan pembuktian sehingga tercipta evidence based practice (EBP)
 Membuat perencanaan pulang

Pengorganisasiaan
 Membuat jadwal dinas bersama kepala ruangan
 Membuat daftar pasien bersama kepala ruangan
 Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali giliran
jaga ( shift). Pemabgian klien berdasarkan pada jumlah klien, tingkat
ketergantungan klien, dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada satu tugas
jaga (shift) PP didampingi oleh 2 orang PA, maka semua klien dibagi pada
kedua PA sebagai penganggungjawabnya. PP akan membimbing dan
membantu PA dalam memberikan Askep. Bila PP hanya didampingi 1 orang
PA pada satu tugas jaga maka jumlah klien yang menjadi tanggung jawab PP
adalah sebanyak 20 % dank lien tersebut termasuk klien dengan tingkat
ketergantungan minimal serta klien lainnya menjadi tanggung jawab PA.
Pnenetapan ini dimaksudkan agar PP memiliki waktu untuk membimbing dan
membantu PA di bawah tanggung jawabnya dalam memberikan Askep
 Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA di bawah tanggung
jawabnya sesuai klien yang dirawat (pre conference)

Pengarahan
 Memimpin kegiatan ronde keparawatan, konfrensi kasus, pre dan post
conference
  Memberikan pengarahan pada perawat pelaksana masing-masing secara
individual
 Memberi motivasi kepada perawat pelaksana (terutama perawat dalam timnya)
 Mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana secara jelas
2. Compensatory reward
 Melakukan orientasi kepada perawat baru
 Melaukan penilaian kinerja

3. Hubungan professional
 Memimpin konfrensi kasus
 Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak ada,
visite didampingi oleh PA sesuai timnya

4. Asuhan keperawatan
 Menguasai asuhan keperawatan
 Melakukan kontrak dengan klien/ keluarga pada awal masuk ruangan sehingga
tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus menerus pada saat
melakukan pengkajian/tindakan kepada klien/keluarga. Panduan orientasi ini
sebaiknya delaminating dan digantung di kamar klien sehingga setip saat
klien/keluarga dapat membaca kembali.
 Melakukan bimbingan dan evaluasi PA dalam melakukan tindakan keperawatan,
apakah sesuai dengan SOP
 Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
 Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
 Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan tindakan
keperawata yang tidak dapat dilakukan oleh PA
 Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
 Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya bersama
dengan perawat pelaksana
 Melakukan evaluasi ASKEP dan membuat catatan perkembangan klien setiap hari
 Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap 2 hari untuk
membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada kondisi klien)
 Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah ditunjuk
(wakil PP) dengan bimbingan kepala ruangan atau CCM
 Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga

b. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Associate (Pa)
 Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
 Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang
sudah dilakukan PP
 Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan format
orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat
 Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan renpra
 Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikanya pada format yang tersedia.
 Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat
 Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
 Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf
 Mengkomunikasikan kepada PP/Pj dinas bila menemukan masalah yang perlu
diselesaikan
 Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium, pengobatan, dan
tindakan.
 Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga yang
dilakukan oleh PP
 Melakukan inventarisasi fasilitas ang terkait dengan timnya.
 Membantu tim lain yang membutuhkan
 Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi tanggung
jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.

C. Tingkatan spesifikasi MPKP


MPKP merupakan penataan struktur dan proses (sistem) pemberian asuhan keperawatan.
Agar implementasi MPKP memberikan dampak yang lebih optimal, perlu disertai dengan
implementasi substansi keilmuan keperawatan. Pada ruang MPKP diuji coba ilmu dan
teknologi keperawatan karena sudah ada sistem yang tepat untuk menerapkannya.

1. MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP pemula diberi
kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga mempunyai kemampuan sebagai
SKp/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP
(bukan PP pemula).
2. MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP tingkat I, PP adalah
SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan berdasarkan ilmu dan
teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners sepeialis yang akan berperan
sebagai CCM. Oleh karena itu, kemampuan perawat SKp/ Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis.
3. MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini perawat
dengan kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi doktor keperawatan.
Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang
dapat meningkatkan asuhan keperwatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan.

D. Menjelaskan metode penugasan dalam MPKP serta kekurangan dan kelebihannya


a. Metode perawatan primer
Menurrut Gillies (1989) “Keperawatan primer merupakan suatu metode
pemberian asuhan keperawatan, dimana terdapat hubungan yang dekat dan
berkesinambungan antara klien dan seorang perawat tertentu yang bertanggungjawab
dalam perencanaan, pemberian, dan koordinasi asuha keperawatan klien, selama klien
dirawat.

Pada metode keperawatan primer perawat yang bertanggung jawab terhadap


pemberianasuhan keperawatan disebut perawat primer (primary nurse) disingkat dengan
PP.Metode keperawatan primer dikenal dengan ciri yaitu akuntabilitas, otonomi, otoritas,
advokasi, ketegasan, dan 5K yaitu kontinuitas, komunikasi, kolaborasi, koordinasi, dan
komitmen.
Setiap PP biasanya merawat 4 sampai 6 klien dan bertanggungjawab selama 24
jam selama klien tersebut dirawat dirumah sakit atau di suatu unit. Perawat akan
melakukan wawancara mengkaji secara komprehensif, dan merencanakan asuhan
keperawatan. Perawat yang peling mengetahui keadaaan klien. Jika PP tidak sedang
bertugas, kelanjutan asuhan akan di delegasikan kepada perawat lain (associated nurse).
PP bertanggungjawab terhadap asuhan keperawatan klien dan menginformasikan keadaan
klien kepada kepala ruangan, dokter, dan staff keperawatan.
Seorang PP bukan hanya mempunyai kewenangan untuk memberikan asuha
keperawatan, tetapi juga mempunyai kewengangan untuk melakukan rujukan kepada
pekerja sosial, kontrak dengan lembaga sosial di masyarakat, membuat jadwal perjanjian
klinik, mengadakan kunjungan rumah dan lain lain. Dengan diberikannya kewenangan,
dituntut akuntabilitas perawat yang tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan.
Metode keperawatan primer memberikan beberapa keuntungan terhadap klien, perawat,
dokter, dan rumah sakit

1. Kelebihan :
 Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
untuk pengembangan diri.
 Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan motivasi,
tanggung jawab dan tanggung gugat
 Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan
 perawat primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi.
 Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer operasional dan
administrasi
 Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan secara
holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat, primer adalah memungkinkan
pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.
 Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi klien
selalu mutakhir dan
 komprehensif serta informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar
mengetahui keadaan kliennya.
 Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
 Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi dan lebih
banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
 Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi
kebutuhannya secara individu.
 Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
 Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang
mengetahui semua tentang kliennya.
 Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
 Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
 Metode ini mendukung pelayanan profesional.

2. Kelemahan
 Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
 Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akontabilitas dan
kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.
 Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
 Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
 Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.

b. Metode tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi.

Pelaksanaan metode tim berlandaskan konsep berikut:


1. Ketua tim, sebagai perawat profesional harus mampu menggunakan berbagai teknik
kepemimpinan. Ketua tim harus dapat membuat keputusan tentang prioritas
perencanaan, supervisi, dan evaluasi asuhan keperawatan. Tanggung jawab ketua tim
adalah
2. Mengkaji setiap klien dan menetapkan renpra
3. Mengkoordinasikan renpra dengan tindakan medis
4. Membagi tugas yang harus dilaksanakan oleh setiap anggota kelompok dan
memberikan bimbingan melalui konferensi
5. Mengevaluasi pemberian askep dan hasil yang dicapai serta mendokumentasikannya
6. Komunikasi yang efektif penting agar kontinuitas renpra terjamin. Komunikasi yang
terbuka dapat dilakukan melalui berbagai cara, terutama melalui renpra tertulis yang
merupakan pedoman pelaksanaan asuhan, supervisi, dan evaluasi.
7. Anggota tim harus menghargai kepemimpinan ketua tim.
8. Peran kepala ruangan penting dalam metode tim. Metode tim akan berhasil baik
apabila didukung oleh kepala ruang untuk itu kepala ruang diharapkan telah:
9. Menetapkan standar kinerja yang diharapkan dari staf
10. Membantu staf menetapkan sasaran dari unit/ruangan
11. Memberi kesempatan pada ketua tim untuk pengembangan kepemimpinan
12. Mengorientasikan tenaga yang baru tentang fungsi metode tim keperawatan
13. Menjadi narasumber bagi ketua tim
14. Mendorong staf untuk meningkatkan kemampuan melalui riset keperawatan
15. Menciptakan iklim komunikasi yang terbuka

1. Kelebihan :
 Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara Komprehensif
 Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
 Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar
 Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal
 Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda secara
efektif.
 Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat menghasilkan sikap
moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf
 secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi
terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan
 Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat Dipertanggungjawabkan
 Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama Bertugas

2. Kelemahan :
 Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim dan
harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun
perawat klinik
 Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total
 Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan,
sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
 Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,
berlindung kepada anggota tim yang mampu.
 Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
 Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan tenaga
yang mempunyai keterampilan tinggi.

c. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian
tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan
kepada semua klien di satu ruangan. Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas
setiap perawat dalam satu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya
kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan
laporan klien. Metode fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas
apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang
diterimanya.

Metode ini kurang efektif karena :


 Proritas utama yang dikerjakan adalah kebutuhan fisik dan kurang menekankan pada
pemenuhan kebutuhan holistic
 Mutu asuhan keperawatan sering terabaikan karena pemberian asuhan keperawatan
terfragmentasi
 Komunikasi antar perawat sangat terbatas sehingga tidak ada satu perawat yang
mengetahui tentang satu klien secara komprehensif, kecuali mungkin kepala ruangan.
 Keterbatasan itu sering menyebabkan klien merasa kurang puas terhadap pelayanan
atau asuhan yang diberikan karena seringkali klien tidak mendapat jawaban yang
tepat tentang hal-hal yang ditanyakan.
 Klien kurang merasakan adanya hubungan saling percaya dengan perawat.
Selama beberapa tahun menggunakan metode fungsional beberapa perawat
pemimpin (nurse leader) mulai mempertanyakan keefektifan metode tersebut dalam
memberikan asuhan keperawatan profesional kemudian pada tahun 1950 metode tim
digunakan untuk menjawab hal tersebut.
1. Kelebihan :
 Efisien karena dapat menyelesaikan banyak pekerjaan dalam waktu singkat dengan
pembagian tugas yang jelas dan pengawasan yang baik
 Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
 Perawat akan trampil untuk tugas pekerjaan tertentu saja
 Mudah memperoleh kepuasan kerja bagi perawat setelah selesai kerja
 Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang berpengalaman
untuk tugas sederhana
 Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staf atau peserta didik yang
melakukan praktek untuk ketrampilan tertentu.

2. Kelemahan :
 Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam
penerapan proses keperawatan.
 Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.
Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja
 Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
 Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat

d. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali digunakan.
Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode pemberian asuhan
keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada metode ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode
dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat
tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien.
Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai jenis
program meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit. Agar pemanfaatan tenaga
yang bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang diharapkan dari
perawat sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran, kemudian dikembangkan metode
fungsional.

1. Kelebihan :
 Perawat lebih memahami kasus per kasus
 Sistem evaluasi.

2. Kekurangan :
 Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
 Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
BAB III
PENUTUP

A.    Kesimpulan

MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.Saat ini, praktik pelayanan keperawatan
di banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda
pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya
pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.
0DAFTAR PUSTAKA

- Sitorus, Ratna.2006.Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit:Penataan Struktur


dan Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat.Jakarta:EGC.
- Swansburg, R.C. and Swansburg R.J. 1999. Introductory Management and Leadership for
Nurses. Sudbery. Massachusetts: Jones and Bartlett Publishers.

Anda mungkin juga menyukai

  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Kuisioner
    Kuisioner
    Dokumen3 halaman
    Kuisioner
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Abstrak
    Abstrak
    Dokumen1 halaman
    Abstrak
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Daftar Pustaka
    Daftar Pustaka
    Dokumen1 halaman
    Daftar Pustaka
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • COVER & Hajud
    COVER & Hajud
    Dokumen1 halaman
    COVER & Hajud
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 5 & 6 - KUESIONER & Lembar Observasi Prinnnnnnn
    Lampiran 5 & 6 - KUESIONER & Lembar Observasi Prinnnnnnn
    Dokumen13 halaman
    Lampiran 5 & 6 - KUESIONER & Lembar Observasi Prinnnnnnn
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen11 halaman
    Bab Iii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Lampiran 5 & 6 - KUESIONER & Lembar Observasi Prinnnnnnn
    Lampiran 5 & 6 - KUESIONER & Lembar Observasi Prinnnnnnn
    Dokumen13 halaman
    Lampiran 5 & 6 - KUESIONER & Lembar Observasi Prinnnnnnn
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Cover
    Cover
    Dokumen1 halaman
    Cover
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Konsep Bermain
    Konsep Bermain
    Dokumen9 halaman
    Konsep Bermain
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen11 halaman
    Bab Ii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawat Waham
    Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawat Waham
    Dokumen5 halaman
    Laporan Pendahuluan Dan Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawat Waham
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen9 halaman
    Bab Iii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen6 halaman
    Bab Iii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen22 halaman
    Bab Ii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • PPN 24 - Chrisna Matahelumual - Penugasan III - Stase Gerontik
    PPN 24 - Chrisna Matahelumual - Penugasan III - Stase Gerontik
    Dokumen14 halaman
    PPN 24 - Chrisna Matahelumual - Penugasan III - Stase Gerontik
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iii
    Bab Iii
    Dokumen7 halaman
    Bab Iii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • 09 Daftar Gambar
    09 Daftar Gambar
    Dokumen1 halaman
    09 Daftar Gambar
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • ABSTRAK
    ABSTRAK
    Dokumen1 halaman
    ABSTRAK
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Ii
    Bab Ii
    Dokumen20 halaman
    Bab Ii
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen7 halaman
    Bab I
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • BAB V Kesimpulan
    BAB V Kesimpulan
    Dokumen2 halaman
    BAB V Kesimpulan
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen13 halaman
    Bab Iv
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat
  • Bab Iv
    Bab Iv
    Dokumen13 halaman
    Bab Iv
    Enjel Tuasella
    Belum ada peringkat