PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan) merupakan salah satu nilai
profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan profesional.
Pendekatan manajemen (khususnya manajemen keperawatan) merupakan salah satu nilai
profesional yang diperlukan dalam mengimplementasikan praktek keperawatan
profesional.Menurut Gillies (1986), manajeme didefinisikan sebagai suatu proses dalam
menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain, sedangkan manajemen keperawatan adalah
suatu proses bekerja melalui anggota staff keperawatan untuk memberikan asuhan
keperawatan secara professional. Seorang manajer keperawatan perlu melakukan fungsi-
fungsi manajemen dalain memberikan perawatan kesehatan kepada klien.
Perawat manajer (administrator) bekerja pada semua tingkat untuk melaksanakan konsep-
konsep, prinsip-prinsip, dan teori-teori manajemen keperawatan. Mereka mengatur
lingkungan organisasi untuk menciptakan suasana optimal bagi persyaratan pengawasan
keperawatan oleh perawat-perawat klinis. Perawat-perawat klinis mengatur seleksi sumber
daya manusia dan materi dan memberikan masukan tambahan kedalam proses manajemen.
Tugas manajer keperawatan adalah merencanakan, mengatur, mengarahkan dan mengawasi
keuangan yang ada, peralatan dan sumber daya manusia untuk memberikan pengobatan
yang efektif dan ekonomis kepada kelompok pasien. Proses manajemen keperawatan sejajar
dengan proses keperawatan yaitu dirancang untuk memudahkan pekerjaan.
Fungsi manajemen pertama kali diperkenalkan oleh seorang industrialis Perancis benama
Henry Fayol pada awal abad ke-20. Ketika itu, ia menyebutkan lima fungsi manajemen,
yaitu merancang, mengorganisir, memerintah, mengkordinasi, dan mengendalikan. Namun
saat ini, kelima fungsi tersebut telah diringkas menjadi empat, yaitu perencanaan,
pengorganisasian, pengarahan, dan pengendalian. DEPKES RI yang diambil dari fungsi
manajemen menurut George Terry yang terdiri dari Planning, Organizing, Actuating dan
Controlling (POAC). Di Ruang MPKP pendekatan manajemen diterapkan dalam bentuk
fungsi manajemen yang terdiri dari fungsi perencanaan (planning), pengorganisasian
(organizing), pengarahan (directing). dan pengendalian (controlling).
Era globalisasi dan perkembangan ilmu dan teknologi kesehatan menuntut perawat,
sebagai suatu profesi, memberi pelayanan kesehatan yang optimal. Indonesia juga berupaya
mengembangkan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP).
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk lingkungan untuk
menopang pemberian asuhan tersebut. Saat ini, praktik pelayanan keperawatan banyak
rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda
pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada
upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.
Penetapan jumlah tenaga keperawatan didasarkan jumlah klien/pasien dan derajat
ketergantungan klien. Jenis tenaga adalah Perawat Primer (PP) yang lulusan S1
keperawatan, Perawat Asosiet (PA) lulusan D3 keperawatan, serta SPK. Tenaga lain adalah
pembantu keperawatan. Mereka berada dalam satuan tim yang dibimbing dan diarahkan oleh
Clinical Care Manager (CCM) yang merupakan magister spesialis keperawatan.
Tindakan yang bersifat terapi keperawatan dilakukan oleh PP, karena bentuk tindakan lebih
pada interaksi, adaptasi, dan peningkatan kemandirian klien yang perlu landasan konsep dan
teori tinggi. PP melakukan pertemuan dengan anggota tim kesehatan lain terutama dokter.
PP juga mengarahkan dan membimbing perawat lain serta bertanggung jawab atas semua
asuhan keperawatan yang dilakukan oleh tim pada sekelompok klien.
Tugas membersihkan meja klien, menyediakan dan membersihkan peralatan yang
digunakan, mengantar klien konsul atau membawa pispot ke klien dilakukan oleh pembantu
keperawatan. Asuhan keperawatan dilakukan berdasarkan standar rencana keperawatan yang
ada. Ketua tim (PP) melakukan validasi terhadap diagnosis keperawatan klien berdasarkan
pengkajian yang dilakukan.Secara kualitatif, PP ada kebanggaan profesional karena ada
otonomi dan kesempatan mengobservasi perkembangan klien secara berkesinambungan dan
PA dapat bekerja lebih terencana.
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk bersikap
profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional
tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan profesional (MPKP) yang
memungkinkan perawat professional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.
MPKP sangat bermanfaat bagi perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam
melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan MPKP, perawat dapat memahami tugas dan
tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk hingga keluar rumah sakit. Implementasi
MPKP harus ditunjang dengan sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Menurut Hoffart dan Woods (1996 dalam Sudarsono, 2000) menyimpulkan bahwa model
PKP terdiri dari nilai-nilai profesional yang merupakan inti dari model PKP, hubungan antar
profesional, metode pemberian asuhan keperawatan, pendekatan manajemen terutama dalam
perubahan pengambilan keputusan dan sistem kempensasi dan penghargaan
B. Tujuan
Adapun tujuan penulisannya sebagai berikut:
1. Pengertian MPKP ?
2. Tugas dan tanggung jawab MPKP tim KARU,CCM,PP Dan PA?
3. Tingkatan spesifikasi MPKP?
4. Menjelaskan metode penugasan dalam MPKP serta kekurangan dan kelebihan
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian MPKP
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.Saat ini, praktik pelayanan
keperawatan di banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan
profesional. Metoda pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya
berorientasi pada upaya pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada
pelaksanaan tugas.
Pengarahan
Memimpin operan
Mengawasi dan mengarahkan kegiatan pre dan post conference
Memberi motivasi pada tim perawat di ruangan
Mendelegasikan tugas kepada bawahan dengan jelas
Bila PP cuti, tugas dan tanggung jawab PP dapat didelegasikan kepada PA senior
(wakil PP pemula yang ditunjuk) tetapi tetap di bawah pengawasan kepala ruang
rawat dan CCM
Memfasilitasi kolaborasi dengan anggota tim kesehatan yang lain dalam
pelaksanaan pelayanan kesehatan
Mengawasi perawat primer dan perawat pelaksana dalam mengelola pasien
melalui komunikasi langsung
Memperoleh informasi tentang pelaksanaan asuhan keperawatan melalui supervisi
dan mendengarkan laporan langsung dari perawat primer
Melakukan pengawasan tidak langsung
Mengecek daftar hadir ketua tim, perawat pelaksana, pekarya, dan petugas TU
Mengecek kedisiplinan
Membimbing siswa atau mahasiswa (bekerja sama dengan pembimbing klinik)
dalam pemberian asuhan keperawatan di ruangan, dengan mengikuti sitem MPKP
yang sudah ada
Menciptakan dan memelihara hubungan kerja yang harmonis dengan
klien/keluarga dan tim kesehatan lain, antara lain, kepala ruang rawat
mengingatkan kembali klien/keluarga tentang perawat/tim yang bertanggung
jawab terhadap mereka di ruanga
Melaksanakan pembinaan terhadap PP dan PA dalam hal implementasi MPKP
termasuk sikap dan tingkah laku professional
Pengendalian
Mengatur dan mengendalikan kebersihan dan ketertiban ruangan
Mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di ruangan
Menetapkan indikator mutu
Melakukan audit dokumen
Melakukan survey kepuasaan terhadap keluarga, perawat, dokter
Melakukan survey masalah kesehatan/keperawatan
Memeriksa kelengkapan persediaan status keperawatan minimal 5 set setiap hari
Memantau dan mengevaluasi penampilan kerja semua tenaga yang ada di
ruangan, membuat DP3, dan usulan kenaikan pangkat
2. Compensatory Reward
Melakukan rekruitmen tenaga perawat
Melakukan seleksi tenaga perawat
Melakukan orientasi
Melakukan penilaian kinerja
Melakukan pengembangan tenaga perawat
3. Hubungan Profesional
Memimpin rapat keperawatan
Mengawasi pelaksanaan konferensi kasus
Mengikuti rapat tim kesehatan
Mengawasi pelaksanaan visite dokter
4. Asuhan Keperawatan
Menguasai asuhan keperawatan
b. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Primer (Pp)
1. Pendekatan manajemen
Perencanaan
Melakukan pengkajian terhadap klien baru atau melengkapi pengkajian yang
sudah dilakukan PP pada sore, malam, atau hari libur
Menetapkan renpra berdasarkan analisis standar renpra sesuai dengan hasil
pengkajian
Bekerja sama dengan CCM dengan mengindentifikasikan issue yang
memerlukan pembuktian sehingga tercipta evidence based practice (EBP)
Membuat perencanaan pulang
Pengorganisasiaan
Membuat jadwal dinas bersama kepala ruangan
Membuat daftar pasien bersama kepala ruangan
Menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap klien, setiap kali giliran
jaga ( shift). Pemabgian klien berdasarkan pada jumlah klien, tingkat
ketergantungan klien, dan tempat tidur yang berdekatan. Bila pada satu tugas
jaga (shift) PP didampingi oleh 2 orang PA, maka semua klien dibagi pada
kedua PA sebagai penganggungjawabnya. PP akan membimbing dan
membantu PA dalam memberikan Askep. Bila PP hanya didampingi 1 orang
PA pada satu tugas jaga maka jumlah klien yang menjadi tanggung jawab PP
adalah sebanyak 20 % dank lien tersebut termasuk klien dengan tingkat
ketergantungan minimal serta klien lainnya menjadi tanggung jawab PA.
Pnenetapan ini dimaksudkan agar PP memiliki waktu untuk membimbing dan
membantu PA di bawah tanggung jawabnya dalam memberikan Askep
Menjelaskan renpra yang sudah ditetapkan kepada PA di bawah tanggung
jawabnya sesuai klien yang dirawat (pre conference)
Pengarahan
Memimpin kegiatan ronde keparawatan, konfrensi kasus, pre dan post
conference
Memberikan pengarahan pada perawat pelaksana masing-masing secara
individual
Memberi motivasi kepada perawat pelaksana (terutama perawat dalam timnya)
Mendelegasikan tugas kepada perawat pelaksana secara jelas
2. Compensatory reward
Melakukan orientasi kepada perawat baru
Melaukan penilaian kinerja
3. Hubungan professional
Memimpin konfrensi kasus
Mendampingi dokter visite klien di bawah tanggung jawabnya. Bila PP tidak ada,
visite didampingi oleh PA sesuai timnya
4. Asuhan keperawatan
Menguasai asuhan keperawatan
Melakukan kontrak dengan klien/ keluarga pada awal masuk ruangan sehingga
tercipta hubungan terapeutik. Hubungan ini dibina secara terus menerus pada saat
melakukan pengkajian/tindakan kepada klien/keluarga. Panduan orientasi ini
sebaiknya delaminating dan digantung di kamar klien sehingga setip saat
klien/keluarga dapat membaca kembali.
Melakukan bimbingan dan evaluasi PA dalam melakukan tindakan keperawatan,
apakah sesuai dengan SOP
Memonitor dokumentasi yang dilakukan oleh PA
Membantu dan memfasilitasi terlaksananya kegiatan PA
Melakukan tindakan keperawatan yang bersifat terapi keperawatan dan tindakan
keperawata yang tidak dapat dilakukan oleh PA
Mengatur pelaksanaan konsul dan pemeriksaan laboratorium
Melakukan kegiatan serah terima klien dibawah tanggung jawabnya bersama
dengan perawat pelaksana
Melakukan evaluasi ASKEP dan membuat catatan perkembangan klien setiap hari
Melakukan pertemuan dengan klien/keluarga minimal setiap 2 hari untuk
membahas kondisi keperawatan klien (bergantung pada kondisi klien)
Bila PP cuti/libur, tugas-tugas PP didelegasikan kepada PA yang telah ditunjuk
(wakil PP) dengan bimbingan kepala ruangan atau CCM
Memberikan pendidikan kesehatan kepada klien/keluarga
b. Tugas Dan Tanggung Jawab Perawat Associate (Pa)
Membaca renpra yang telah ditetapkan PP
Membina hubungan terapeutik dengan klien/keluarga, sebagai lanjutan kontrak yang
sudah dilakukan PP
Menerima klien baru (kontrak) dan memberikan informasi berdasarkan format
orientasi klien/keluarga jika PP tidak ada di tempat
Melakukan tindakan keperawatan pada kliennya berdasarkan renpra
Melakukan evaluasi terhadap tindakan yang telah dilakukan dan
mendokumentasikanya pada format yang tersedia.
Mengikuti visite dokter bila PP tidak di tempat
Memeriksa kerapian dan kelengkapan status keperawatan
Membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai diparaf
Mengkomunikasikan kepada PP/Pj dinas bila menemukan masalah yang perlu
diselesaikan
Menyiapkan klien untuk pemeriksaan diagnostic, laboratorium, pengobatan, dan
tindakan.
Berperan serta dalam memberikan pendidikan kesehatan pada klien/keluarga yang
dilakukan oleh PP
Melakukan inventarisasi fasilitas ang terkait dengan timnya.
Membantu tim lain yang membutuhkan
Memberikan resep dan menerima obat dari keluarga klien yang menjadi tanggung
jawabnya dan berkoordinasi dengan PP.
1. MPKP pemula ditingkatkan menjadi MPKP tingkat I. Pada tingkat ini, PP pemula diberi
kesempatan meningkatkan pendidikan sehingga mempunyai kemampuan sebagai
SKp/Ners. Setelah mendapatkan pendidikan tambahan tersebut berperan sebagai PP
(bukan PP pemula).
2. MPKP tingkat I ditingkatkan menjadi MPKP tingkat II. Pada MPKP tingkat I, PP adalah
SKp/Ners. Agar PP dapat memberikan asuhan keperawatan berdasarkan ilmu dan
teknologi mutakhir, diperlukan kemampuan seorang Ners sepeialis yang akan berperan
sebagai CCM. Oleh karena itu, kemampuan perawat SKp/ Ners ditingkatkan menjadi
ners spesialis.
3. MPKP tingkat II ditingkatkan menjadi MPKP tingkat III. Pada tingkat ini perawat
dengan kemampuan sebagai ners spesialis ditingkatkan menjadi doktor keperawatan.
Perawat diharapkan lebih banyak melakukan penelitian keperawatan eksperimen yang
dapat meningkatkan asuhan keperwatan sekaligus mengembangkan ilmu keperawatan.
1. Kelebihan :
Perawat primer mendapat akontabilitas yang tinggi terhadap hasil dan memungkinkan
untuk pengembangan diri.
Memberikan peningkatan autonomi pada pihak perawat, jadi meningkatkan motivasi,
tanggung jawab dan tanggung gugat
Bersifat kontinuitas dan komprehensif sesuai dengan arahan
perawat primer dalam memberikan atau mengarahkan perawatan sepanjang
hospitalisasi.
Membebaskan manajer perawat klinis untuk melakukan peran manajer operasional dan
administrasi
Kepuasan kerja perawat tinggi karena dapat memberiikan asuhan keperawatan secara
holistik. Kepuasan yang dirasakan oleh perawat, primer adalah memungkinkan
pengembangan diri melalui penerapan ilmu pengetahuan.
Staf medis juga merasakan kepuasan karena senantiasa informasi tentang kondisi klien
selalu mutakhir dan
komprehensif serta informasi dapat diperoleh dari satu perawat yang benar-benar
mengetahui keadaan kliennya.
Perawat ditantang untuk bekerja total sesuai dengan kapasitas mereka.
Waktu yang digunakan lebih sedikit dalam aktivitas koordinasi dan supervisi dan lebih
banyak waktu untuk aktivitas langsung kepada klien.
Pasien terlihat lebih menghargai. Pasien merasa dimanusiakan karena terpenuhi
kebutuhannya secara individu.
Asuhan keperawatan berfokus pada kebutuhan klien.
Profesi lain lebih menghargai karena dapat berkonsultasi dengan perawat yang
mengetahui semua tentang kliennya.
Menjamin kontinuitas asuhan keperawatan.
Meningkatnya hubungan antara perawat dan klien.
Metode ini mendukung pelayanan profesional.
2. Kelemahan
Hanya dapat dilakukan oleh perawat professional
Tidak semua perawat merasa siap untuk bertindak mandiri, memiliki akontabilitas dan
kemampuan untuk mengkaji serta merencanakan asuhan keperawatan untuk klien.
Akontabilitas yang total dapat membuat jenuh.
Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
Biaya relatif tinggi dibanding metode penugasan yang lain.
b. Metode tim
Metode tim merupakan metode pemberian asuhan keperawatan, yaitu seorang
perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam memberikan
asuhan keperawatan pada sekelompok klien melalui upaya kooperatif dan kolaboratif
Metode tim didasarkan pada keyakinan bahwa setiap anggota kelompok mempunyai
kontribusi dalam merencanakan dan memberikan asuhan keperawatan sehingga
menimbulkan rasa tanggung jawab yang tinggi.
1. Kelebihan :
Dapat memfasilitasi pelayanan keperawatan secara Komprehensif
Memungkinkan pelaksanaan proses keperawatan.
Konflik antar staf dapat dikendalikan melalui rapat dan efektif untuk belajar
Memberi kepuasan anggota tim dalam berhubungan interpersonal
Memungkinkan meningkatkan kemampuan anggota tim yang berbeda-beda secara
efektif.
Peningkatan kerja sama dan komunikasi di antara anggota tim dapat menghasilkan sikap
moral yang tinggi, memperbaiki fungsi staf
secara keseluruhan, memberikan anggota tim perasaan bahwa ia mempunyai kontribusi
terhadap hasil asuhan keperawatan yang diberikan
Akan menghasilkan kualitas asuhan keperawatan yang dapat Dipertanggungjawabkan
Metode ini memotivasi perawat untuk selalu bersama klien selama Bertugas
2. Kelemahan :
Ketua tim menghabiskan banyak waktu untuk koordinasi dan supervisi anggota tim dan
harus mempunyai keterampilan yang tinggi baik sebagai perawat pemimpin maupun
perawat klinik
Keperawatan tim menimbulkan fragmentasi keperawatan bila konsepnya tidak
diimplementasikan dengan total
Rapat tim membutuhkan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim ditiadakan,
sehingga komunikasi antar angota tim terganggu.
Perawat yang belum trampil dan belum berpengalaman selalu tergantung staf,
berlindung kepada anggota tim yang mampu.
Akontabilitas dari tim menjadi kabur.
Tidak efisien bila dibandingkan dengan model fungsional karena membutuhkan tenaga
yang mempunyai keterampilan tinggi.
c. Metode Fungsional
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian
tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilaksanakan
kepada semua klien di satu ruangan. Pada metode ini, kepala ruang menentukan tugas
setiap perawat dalam satu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya
kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan
laporan klien. Metode fungsional mungkin efisien dalam menyelesaikan tugas-tugas
apabila jumlah perawat sedikit, tetapi klien tidak mendapatkan kepuasan asuhan yang
diterimanya.
2. Kelemahan :
Pelayanan keperawatan terpisah-pisah atau tidak total sehingga kesulitan dalam
penerapan proses keperawatan.
Perawat cenderung meninggalkan klien setelah melakukan tugas pekerjaan.
Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan ketrampilan saja
Tidak memberikan kepuasan pada pasien ataupun perawat lainnya.
Menurunkan tanggung jawab dan tanggung gugat
d. Metode Kasus
Metode kasus merupakan metode pemberian asuhan yang pertama kali digunakan.
Sampai perang dunia II metode tersebut merupakan metode pemberian asuhan
keperawatan yang paling banyak digunakan. Pada metode ini satu perawat akan
memberikan asuhan keperawatan kepada seorang klien secara total dalam satu periode
dinas. Jumlah klien yang dirawat oleh satu perawat bergantung pada kemampuan perawat
tersebut dan kompleksnya kebutuhan klien.
Setelah perang dunia II, jumlah pendidikan keperawatan dari berbagai jenis
program meningkat dan banyak lulusan bekerja di rumah sakit. Agar pemanfaatan tenaga
yang bervariasi tersebut dapat maksimal dan juga tuntutan peran yang diharapkan dari
perawat sesuai dengan perkembangan ilmu kedokteran, kemudian dikembangkan metode
fungsional.
1. Kelebihan :
Perawat lebih memahami kasus per kasus
Sistem evaluasi.
2. Kekurangan :
Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanngung jawab
Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang sama.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
MPKP adalah suatu sistem (struktur, proses dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan, termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut.Saat ini, praktik pelayanan keperawatan
di banyak rumah sakit di Indonesia belum mencerminkan praktik pelayanan profesional. Metoda
pemberian asuhan keperawatan yang dilaksanakan belum sepenuhnya berorientasi pada upaya
pemenuhan kebutuhan klien, melainkan lebih berorientasi pada pelaksanaan tugas.
0DAFTAR PUSTAKA