Anda di halaman 1dari 3

1.

KOMPLIKASI

1. Abses

Abses merupakan peradangan apendiks yang berisi pus. Teraba massa

lunak di kuadran kanan bawah atau daerah pelvis. Massa ini mula-mula

beruoa fkegmon dan berkembang menjadi rongga yang mengandung pus.

Hal ini terjadi bila apendisitis gangrene atau mikroperforasi ditutupi oleh

omentum (Sabiston., 2011).

2. Perforasi

Perforasi adalah apendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke

rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 12 jam pertama sejak awal

sakit, tetapi meningkat tajam setelah 24 jam. Kondisi klinis yang tampak

telihat yaitu sakit yang lebih dari 36 jam, panas lebih dari 38,5 C, tampak

toksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis (Sabiston., 2011)

3. Peritonitis

Peritonisis adalah peradangan peritoneum, merupakan komplikasi

berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis. Bila

infeksi tersebar luas pada permukaan peritoneum menyebabkan timbulnya

peritonitis. Peristaltic berkurang sampai timbul ileus paralitik, usus

meregang dan hilangnya cairan elektrolit yang mengakibatkan dehidrasi,

gangguan sirkulasi dan oliguria (Sabiston., 2011).

4. PROGNOSIS

Tingkat mortalitas dan morbiditas sangat kecil dengan diagnosis

akurat serta pembedahan. Tingkat mortalitas keseluruhan berkisar antara

0,2% hingga 0,8% dan disebabkan oleh komplikasi penyakit dari pada
intervensi bedah. Pada anak angka ini berkisar antara 0,1%, sedangkan

pada pasien diatas usia 70 tahun angka ini meningkat diatas 20% terutama

karena keterlambatan diagnosis dan terapi (Kapita Selekta., 2014). Angka

kematian dipengaruhi oleh usia pasien, keadekuatan persiapan prabedah,

serta stadium penyakit pada waktu intervensi bedah. Apendisitis tanpa

komplikasi membawa mortalitas kurang dari 0,1%. Angka kematian pada

apendisitis berkompliasi meningkat menjadi 2% hingga 5%. Pada anak

kecil dan orang tua angka kematian bisa mencapai 10% hingga 15%

(Sabiston., 2011).

5. PENCEGAHAN

a. Diet tinggi serat

Berbagai penelitian telha melaporkan hubungan antara konsumsi

serat dan insiden timbulnya apendisitis. Dengan dilakukannya diet

tinggi serat dapat menyebabkan tidak terjadi konstipasi yang

mengakibatkan penekanan pada dinding kolon yang mengakibatkna

timblnya fekalit.

b. Defekasi yang teratur

Frekuensu defekasi yang jarang dapat mempengaruhi konsistensi

feses yang lebih pada dan memicu konstipasi. Kontipasi dapat

menyebakan meningkatnya tekanan intracaecal sehingga terjadi

sumbatan di apendiks (fekalit) dan memicu peertumbuhan flora

normal kolon di apendiks yang memicu timbulnya infeksi akibat

pertumbuhan bakteri di apendiks (Sabiston., 2011).


DAFTAR PUSTAKA

Sabiston C . David. 2011. Buku Ajar Bedah Sabiston (alih bahasa : Andrianto P

&Timan I.S). Jakarta: Buku Kedokteran EGC.

Arifputera A, dkk. 2011. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Editor, Tanto C, dkk.

Edisi 4. Jakarta: Media Aesculapius.

Anda mungkin juga menyukai