Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN AKHIR

PROGRAM PEMASARAN
(Praktikum Mata Kuliah Pemasaran Produk Agroindustri)

Disusun Oleh:
Ayu Andriani 1802301029
Bella Krestinawiyati F. 1802301004
Rabiatul Adawiyah 1802301019
Reza Saputra 1802301050

PROGRAM STUDI AGROINDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pemasaran menurut Philip Kotler adalah proses pertukaran melibatkan kerja.
Penjual harus mencari pembeli, mengidentifikasi kebutuhan mereka, merancang
produk yang tepat, mempromosikannya, menyimpan dan mengangkutnya,
melaksanakan negosiasi harga dan sebagainya. Kegiatan-kegiatan seperti
pengembangan produk, penelitian komunikasi, distribusi, penetapan harga, dan
pelayanan merukapan inti kegiatan pemasaran.
Pemasaran (marketing) dalam dunia usaha baik produk barang maupun jasa
peranannya sangat urgent bagi kemajuan perusahaan. Tanpa peran marketing yang
berkualitas mustahil sebuah usaha bisa berkembang dengan baik, seperti halnya
usaha cireng cisarasa yang dilakukan.
Cireng singkatan dari aci digoreng. Cireng merupakan jajanan khas Bandung
yang banyak digemari orang seantero Nusantara. Cireng dibuat dari bahan dasar
tepung kanji dan tepung tapioka. Kemudian dikaliskan dan dibentuk pipih lalu
digoreng. Cireng paling enak disajikan saat masih hangat. Cireng disantap sambil
dicocol bumbu kacang, saus sambal, bumbu rujak, atau bumbu lainnya. Cireng
bisa juga dimakan langsung atau original.
Rasa cireng identik dengan cita rasa gurih dan renyah. Cireng biasanya
polosan atau nggak ada isi. Tapi kini varian cireng begitu beragam. Cireng bisa
diisi dengan beragam toping sesuai selera. Keju, sosis, daging, telur, cabe, dan
lain sebagainya. Lantaran banyak penikmatnya, cireng ini jadi camilan yang
gampang ditemui di warung kaki lima.
Membuat cireng sejatinya tidak terlalu ribet. Hanya dengan bahan dasar
tepung, ditambah dengan air, dan bumbu sederhana dapur lainnya. Hanya
membutuhkan waktu sebentar, sudah bisa menikmati lezatnya jajanan cireng

1.2 Tujuan
Tujuan praktikum ini adalah agar mahasiswa mampu membuat rencana
pemasaran pada pengembangan produk agroindustri.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diferensiasi Produk


Diferensiasi lebih dari sekedar penetapan posisi yang mengikat perbedaan-
perbedaan rumit yang mewarnai produk itu sendiri. Diferensiasi didefinisikan
sebagai proses menambahkan serangkaian perbedaan yang penting dan bernilai,
guna membedakan tawaran perusahaan itu dari tawaran pesaing. Hingga batas-
batas tertentu, semua produk dapat didiferensiasikan, tetapi tidak semua
perbedaan merek itu bermakna [ CITATION Mas10 \l 1033 ]. Perbedaan itu akan lebih
kuat sejauh perbedaan memenuhi kriteria berikut:
a. Penting, perbedaan tersebut memberikan manfaat yang sangat bernilai bagi
cukup banyak pembeli
b. Khas, perbedaan tersebut diberikan melalui cara yang khas;
c. Unggul, perbedaan yang unggul dibandingkan cara lain untuk memperoleh
manfaat dari produk
d. Sulit dimasuki, tidak mudah untuk ditiru oleh pesaing
e. Harga terjangkau, pembeli mampu membayar perbedaan itu
f. Menghasilkan laba, anggapan bahwa tindakan memperkenalkan perbedaan itu
akan mampu menghasilkan laba.
Berikut adalah elemen-elemen diferensiasi menurut Kotler (2005:350), di
antaranya adalah :
1. Diferensiasi produk yaitu bentuk, keistimewaan, kinerja, kesesuaian harga,
daya tahan, keandalan, mudah diperbaiki, gaya, dan desain.
2. Diferensiasi pelayanan yaitu kemudahan pemesanan, pengiriman,
pemasangan, pelatihan pelanggan, konsultasi pelanggan, pemeliharaan dan
perbaikan keramahan.
3. Diferensiasi personil yaitu kemampuan, kesopanan, dapat dipercaya, dapat
diandalkan, cepat tanggap, dan komunikasi.
4. Diferensiasi saluran yaitu cakupan, keahlian, dan kinerja.
5. Diferensiasi citra yaitu lambang, media, atmosfir, peristiwa.
2.2 Strategi Diferensiasi
Perusahaan akan melakukan diferensiasi terhadap para pesaingnya apabila
perusahaan tersebut telah berhasil menampilkan keunikan yang dinilai penting
oleh pelanggan, selain dengan penawaran harga yang rendah dimana telah banyak
dilakukan oleh perusahaan atau pesaing (Delmas, 2000). Padahal diferensiasi
dapat dilakukan dengan penawaran harga tinggi, sehingga perusahaan yang
melakukan diferensiasi harus merancang serangkaian perbedaan yang berarti
untuk membedakan tawaran yang diberikan perusahaan dengan tawaranpesaing.
Diferensiasi adalah cara merancang perbedaan yang berarti untuk membedakan
penawaran perusahaan dari penawaran pesaingnya (Kotler dan Susanto, 2001).
Strategi diferensiasi adalah suatu strategi yang dapat memelihara loyalitas
pelanggan dimana dengan menggunakan strategi diferensiasi, pelanggan
mendapat nilai lebih dibandingkan dengan produk lainnya. Aaker dalam
Ferdinand (2003) menyatakan bahwa strategi diferensiasi yang sukses haruslah
strategi yang mampu:
a. Menghasilkan nilai pelanggan
b. Memunculkan persepsi yang bernilai khas dan baik serta
c. Tampil sebagai wujud berbeda yang sulit untuk ditiru. Hal ini menyimpulkan
bahwa kunci untuk strategi diferensiasi yang sukses terletak pada upaya
mengembangkan “point of differentiation” terutama dari perspektif
pandangan pelanggan daripada perspektif pandangan operasi bisnis.
Kotler dan Susanto (2001) menyatakan juga bahwa perusahaan dapat
melakukan diferensiasi dengan cara mengenali sumber keunggulan kompetitif
yang mungkin ada, memiliki ciri pembeda utama yang dimiliki perusahaan,
memilih penentu posisi yang efektif di pasar dan mengkomunikasikan penentu
posisinya di pasar, Dengan cara-cara tersebut, khususnya perusahaan pangan
dapat mendiferensiasikan penawaran yang diberikan kepada pasar dari tiga segi,
antara lain dengan strategi diferensiasikan produk, diferensiasi pelayanan, dan
diferensiasi citra yang dimiliki perusahaan.
Diferensiasi produk dapat dikatakan sebagai produk baru. Dalam penelitian
Song dan Parry (2007) menemukan hubungan positif yang signifikan antara
tingkat keberhasilan produk baru dengan pengukuran diferensiasi produk.
Masuknya produk baru ke dalam pasar akan menggeser pilihan pelanggan dari
produk lama ke produk baru. Penelitian Nowlis dan Simmonson (2006) meneliti
adanya pengaruh dari produk baru tersebut pada dampak perilaku memilih.
Masuknya suatu produk baru yang mempunyai karakteristik tertentu (new brand
entry) ternyata mempunyai dampak tertentu.
Pelanggan juga menyukai alternatif pilihan produk yang jelas-jelas memiliki
atribut yang lebih baik dan tidak ekstrem. Dalam diferensiasi produk, produk
memiliki arti atau nilai bahwa perusahaan menciptakan suatu produk baru yang
dirasakan oleh keseluruhan pelanggan sebagai produk yang unik dan berbeda.
Dalam hal ini, produk yang dimaksud adalah mutu produk yang akan mendukung
posisi produk dipasaran. Mutu dapat didefinisikan sebagai pembanding dengan
alternatif pesaing dari pandangan pasar. Mutu dapat dikatakan sebagai bagaimana
produk itu disesuaikan dengan baik dan sesuai dengan yang digunakan, dan juga
dipercaya selama berakhirnya waktu. Suatu penentu terpenting pada kesuksesan
produk baru dan keuntungan adalah padamutu produk (Budiyono, 2004).
Diferensiasi pelayanan adalah suatu bentuk peningkatan pelayanan dan mutu
dimana di dalamnya terkandung nilai yang berbeda dalam memberikan penawaran
pelayanannya kepada pelanggan (Kotler dan Susanto, 2001). Sedangkan
penelitian Mahajan, et.al (2009) menyatakan bahwa diferensiasi pelayanan
merupakan seperangkat kemampuan sumber daya baik manusia maupun teknologi
tinggi yang digunakan dalam menyediakan jasa pelayanan yang berbeda dari
pesaingnya. Hal ini sesuai dengan penelitian Bharghavan (2009) yang
menegaskan bahwa perusahaan dapat memfokuskan diferensiasi pelayanan yang
real daripadamemberikan pelayanan yang bersifat garansi dari produk
perusahaannya. Dalam diferensiasi citra, penelitian yang dipelopori Delmas et.al
(2000) menyatakan bahwa diferensiasi citra diperoleh dari suatu cara pemasaran
yang berbeda. Citra merupakan arti penting dalam bisnis. Citra yang penting bagi
seorang pelanggan adalah citra yang dirasakan memiliki perbedaan dari citra
pesaing. Dalam hal ini, citra yang dimaksud berupa imagedari produk dan
perusahaan. Pelanggan merasakan adanya perbedaan dari produk yang digunakan.
(Ambarwati, 2003).
Zuraida dan Chasanah (2010) menyebutkan bahwa membangun citra yang
kuat membutuhkan kreatifitas dan kerja keras. Citra tidak bisa dibangun seketika
melalui satu media saja, citra harus dibangun lewat seluruh media yang ada secara
berkelanjutan baik dari media cetak maupun media elektronik. Membangun citra
berarti membentuk citra merek dari suatu produk. Citra merek dapat dibentuk
melalui periklanan. Iklan berfungsi memberitahu akan kehadiran suatu produk,
juga memperlihatkan citra perusahaan kepada pelanggan. Tanpa iklan, para
pelanggan yang berada jauh dari pusat produksi tidak akan memperoleh informasi
mengenai produk yang dibutuhkannya. Jadi, iklan dapat membentuk reputasi di
mata masyarakat.

2.3 Keputusan Pembelian


Menurut Schiffman dan Kanuk dalam Sumarwan (2003), keputusan adalah
seleksi terhadap dua pilihan atau lebih. Dengan perkataan lain, pilihan alternatif
harus tersedia bagi seseorang ketika pengambilan keputusan. Setiap konsumen
melakukan berbagai macam keputusan tentang pencarian, pembelian, pengguanan
beragam produk dan merek pada setiap periode tertentu.Schiffman dan Kanuk
(dalam Sumarwan, 2003:289), mendefinisikan suatu keputusan adalah sebagai
pemilihan suatu tindakan dari 2 atau lebih pilihan alternatif. Jika konsumen tidak
memiliki pilihan alternative, maka itu bukan situasi pengambilan keputusan.
Menurut Walker (dalam Ali Hasan, 2008:56), kepuasan pelanggan merupakan
perbandingan antara produk yang dirasakan dengan yang diprediksi sebelum
produk dibeli atau dikonsumsi. Jika yang dirasakan konsumen melebihi
dugaannya, maka konsumen akan merasa puas. Sebaliknya jika yang dirasakan
lebih rendah dari harapannya, maka konsumen akan merasa tidak puas.
Ada beberapa elemen kepuasan pelanggan menurut Tjiptono (2007:354),
yaitu:
1. Kualitas produk dan jasa. Perusahaan yang ingin menerapkan program
kepuasan pelanggan harus memiliki produk berkualitas dan layanan yang
baik.
2. Program promosi loyalitas. Program ini memberikan semacam penghargaan
khusus (seperti diskon, bonus, voucher, dan hadiah yang berkaitan dengan
frekuensi pembelian pelanggan).
3. Sistem penanganan keluhan. Perusahaan harus memastikan bahwa barang
atau jasa yang dihasilkan benar-benar berfungsi sebagaimana mestinya sejak
awal.
4. Garansi. Strategy unconditional guarantees menurut Hart (1998, dalam
Tjiptono, 2007:356) mengungkapkan bahwa garansi dibutuhkan untuk
mendukung keberhasilan program kepuasan pelanggan.
5. Harga. Bagi pelanggan yang sensitif, biasanya harga yang murah adalah
sumber kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan nilai yang
tinggi. Namun, pelanggan yang tidak sensitif terhadap harga, akan melihat
hasil jasa yang disampaikan perusahaan tersebut sesuai dengan harga yang
mereka bayar.
6. Kemudahan, tingkat kemudahan pelanggan dalam mengoperasikan dan
mendapatkan produk perusahaan yang ditawarkan
7. Harapan, perbandingan antara harapan pelanggan dengan kinerja yang ada.
8. Minat pembelian ulang.
BAB III
METODELOGI

3.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktikum


Praktikum ini dilaksanakan pada hari Selasa, 22 September 2020 pukul 10.00
WITA sampai dengan selesai. Bertempat di rumah.

3.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah peralatan tulis,
laptop dan koneksi internet

3.3 Prosedur Kerja


1 Didiskusikan produk UMKM yang bisa kalian kembangkan terutama pada
aspek bauran product yang memberikan nilai tambah pada produk tersebut.
2 Dibuat rencana pemasaran dari produk yang dikembangkan meliputi profil
produk, harga yang akan ditawarkan, media promosi, dan cara
memasarkannya (selama pandemi sangat diutamakan kombinasi dengan
digital marketing).
3 Dibuat laporan dengan format batang tubuh:
a. Pendahuluan
b. Profil Produk (Jelaskan diferensiasi dari produk yang dikembangkan,
jelaskan STP produk yang akan dikembangkan)
c. Perhitungan Harga d.
d. Media Promosi
e. Saluran Pemasaran
f. Rancangan Metode Evaluasi
g. Penutup
DAFTAR PUSTAKA

Aaker, D.A. 1989. Managing Assets and Skills: A Key to a Sustainable


Competitive Advantage. California Management Review Vol. 31 (Winter).
Pp. 91-106.
Anonim. (2005). Manajemen pemasaran, edisi kesebelas, jilid pertama, Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Anonim. (2005). Manajemen pemasaran, edisi kesebelas, jilid kedua, Jakarta: PT
Indeks.
Budiyono, Bernard NM. 2004. Studi Mengenai Pengembangan Strategi Produk.
Jurnal Sains Pemasaran Indonesia Vol. III No. 2. September 2004. pp.
181-194.
Delmas, Magali. 2000. Deregulation Environmental Differentiation in The
Electric Utility Industry. Journal of American Statistical Association. 67.
Pp. 215-216.
Ferdinand, Augusty. 2003. Keunggulan Diferensiasif. Jurnal Bisnis Strategi Vol.
12 (Desember). Pp. 1-15.
Hasan, A. (2008). Marketing, Yogyakarta: Media Pressindo.
Kotler, Philip dan A.B Susanto. 2001. Manajemen Pemasaran di Indonesia:
Analisis Perencanaan Implementasi dan Pengendalian. Salemba Empat.
Jakarta.
Masruroh & Suryadi, W., 2010. STRATEGI PROMOSI, DIFERENSIASI DAN KEPUTUSAN
PEMBELIAN PADA KEPUASAN PELANGGAN. Journal The WINNERS, Volume Vol. 11 No. 2,
pp. 141-150.

Nowlis, Stephen M dan Itamar Simonson. 2006. The Effect of New Product
Features on Brand Choice. Journal of Marketing Research. Ferbruary. Pp.
26- 45.
Song, X. Michael dan Mark E parry. 2007. A Cross National Comparative Study
of New Product Development Process: Japan and the United States.
Journal of Marketing Vol. 61 (April). Pp. 1-18.
Sumarwan, U. (2004). Perilaku Konsumen, Bogor: Ghalia Indonesia.
Tjiptono, F. (2007). Strategi Pemasaran, edisi ketiga, Yogyakarta: Andi.
Zuraida, Lukia dan Uswatun Chasanah. 2010. Consumer Decision Model:
Pendekatan Alternatif Analisis Efektivitas Iklan: Studi Empiris Iklan di
Televisi tentang Sabun Detergen Bubuk. Kajian Bisnis No. 24 (September-
Desember). STIE Widya Winata. Yogyakarta.

Anda mungkin juga menyukai