Anda di halaman 1dari 88

WIRAUSAHA DAN NILAI TAMBAH CRACKERS VLA LABU

DENGAN 3 VARIASI TOPPING RASA

TUGAS AKHIR

Disusun oleh:

PUTRI SINDA
NIM: 1802301018

PROGRAM STUDI DIPLOMA TIGA AGROINDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI INDUSTRI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI TANAH LAUT
PELAIHARI
2021
LEMBAR PENGESAHAN
JUDUL TUGAS AKHIR
WIRAUSAHA DAN NILAI TAMBAH CRACKERS VLA LABU
DENGAN 3 VARIASI TOPPING RASA

Oleh

PUTRI SINDA
1802301018

Dipertahankan di depan Tim Penguji Diploma Tiga (D-3)


Untuk memenuhi syarat memperoleh gelar Ahli Madya (A.Md)

Tanggal Ujian: 24 Februari 2021


Disetujui oleh:
Penguji

Raden Rizki Amalia, S.T.,M.Si


NIK.090801044

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

M. Indra Darmawan, STP., M.Sc. Yuliana Ningsih, S.S., M.Hum.


NIP 198802192018031001 NIK 140102103

Mengetahui

Direktur Ketua Jurusan


Politeknik Negeri Tanah Laut, Teknologi Industri Pertanian

Dr. Mufrida Zein, S.Ag., M.Pd. Nuryati, S. T., M.Eng.


NIP 196806171997022004 NIK 130204093

i
LEMBAR PERSEMBAHAN

Yang utama dari segalanya sembah sujud serta syukur kepada Allah SWT.
Taburan kasih sayangmu telah memberiku kekuatan. Atas karunia yang kau berikan
akhirnya Tugas Akhir ini dapat terselesaikan. Sholawat dan salam selalu terlimpahkan
kepada baginda Rasulullah Muhammad SAW dan para sahabat beliau.

Karya ini ku persembahkan untuk:

Orang Tua Tercinta

Sebagai tanda bukti, hormat, dan rasa terima kasih yang tiada terhingga
persembahan karya kecil ini untuk Bapak dan Ibu yang telah memberikan kasih dan
sayang, dukungan serta cinta kasih yang diberikan yang tak terhingga yang tidak
mungkin terbalas dengan selembar kata cinta dan persembahan ini. Aku hanya bisa
berdoa agar Bapak dan Ibu selalu sehat serta diberikan umur yang panjang. Semoga ini
menjadi langkah awal untuk membuat Bapak dan Ibu bahagia, amin yarobbal alamin.

Tak lupa juga saya ucapkan terima kasih kepada Hariyatim Saputra, Raudatul
Jannah dan Rabiatul Adawiyah yang sudah memberikan semangat serta membantu saya
dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini. Terima kasih saya ucapkan juga untuk teman-
teman angkatan 2018 yang telah berjuang bersama.

Terima kasih juga yang tak terhingga untuk para dosen pembimbing, Bapak/Ibu
yang dengan sabar melayani saya selama mengerjakan Tugas Akhir ini. Terima kasih
juga untuk semua pihak yang mendukung keberhasilan Tugas Akhir saya yang tidak
bisa saya sebutkan satu per satu.

Terima kasih yang sebesar-besarnya untuk kalian semua, akhir kata saya
persembahkan tugas akhir ini untuk kalian semua dan semoga Tugas Akhir ini
bermanfaat serta berguna untuk kemajuan ilmu pengetahuan dimasa yang akan datang.

ii
PERNYATAAN KEASLIAN
TUGAS AKHIR

Dengan ini Saya menyatakan bahwa isi sebagian maupun keseluruhan Tugas Akhir
(TA) Saya dengan judul “Wirausaha Dan Nilai Tambah Crackers Vla Labu Dengan 3
Variasi Topping Rasa” adalah benar-benar hasil karya intelektual mandiri, diselesaikan
tanpa menggunakan bahan-bahan yang tidak diijinkan dan bukan merupakan karya
pihak lain yang saya akui sebagai karya sendiri. Semua referensi yang dikutip maupun
dirujuk telah ditulis secara lengkap pada daftar pustaka. Apabila ternyata pernyataan ini
tidak benar, saya bersedia menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Pelaihari, 24 Februari 2021

Putri Sinda
1802301018

iii
WIRAUSAHA DAN NILAI TAMBAH CRACKERS VLA LABU
DENGAN 3 VARIASI TOPPING RASA

Oleh:
Putri Sinda

ABSTRAK
Labu kuning atau waluh (Cucurbita moschata) termasuk komoditas hortikultura
yang telah banyak dikenal masyarakat. Labu kuning memiliki berbagai manfaat
tetapi pemanfaatannya oleh masyarakat hanya terbatas untuk dikonsumsi. Salah
satu upaya untuk meningkatkan nilai ekonomis maka diolah makanan ringan.
Crackers dengan isian vla merupakan salah satu makanan ringan yang populer.
Tujuan dari tugas akhir ini adalah untuk menentukan formulasi yang terbaik,
menentukan nilai ekonomi, memasarkan produk serta meningkatkan nilai tambah
dari crackers vla labu. Dari hasil menunjukan bahwa formulasi terbaik yaitu
formulasi 2, perhitungan analisis ekonomi dari crackers vla labu ori diperoleh hasil
HPP Rp. 6.925, crackers vla labu dengan topping diperoleh hasil sebesar HPP Rp
4.928. BEP untuk crackers vla labu ori 11,3, untuk BEP crackers vla labu dengan
topping 11,3 dengan total biaya produksi perbulan crackers vla labu ori Rp
102.000, total biaya produksi perbulan crackers vla labu dengan topping Rp
408.000. Pemasaran yang dilakukan dengan cara online dan offline. Besar nilai
tambah untuk produk crackers vla labu dengan topping sebesar Rp 1.064.000 dan
besar nilai tambah untuk crackers vla labu ori Rp 477.000, dengan tingkat
keuntungan sebesar 99,5% dan 98,9%.

Kata kunci: Crackers vla labu, Nilai Ekonomi, Nilai Tambah.

iv
ENTREPRENEURSHIP AND ADDITIONAL VALUE OF CRACKERS WASTE
WITH 3 TASTE TOPPING VARIATIONS

By:
Putri Sinda

ABSTRACT
Pumpkin (Cucurbita moschata) including horticultural commodities that have been
widely known by the public. Pumpkin has various benefits but its use by the community
is only limited for consumption. One of the efforts to increase the economic value is
processed snacks. Crackers with VLA filling are one of the popular snacks. The purpose
of this final project is to determine the the best formulation, the economic value, market
the product and added value of pumpkin VLA crackers. The results of this study
indicated that the best formulation is formulation 2, calculation of the economic
analysis of crackers VLA pumpkin original obtained HPP results of Rp. 6,925, pumpkin
VLA crackers with toppings, the result was Rp. 4,928 HPP. BEP for crackers VLA
pumpkin original 11.3, for BEP crackers VLA pumpkin with topping 11.3 with a total
monthly production cost of crackers VLA pumpkin original Rp 102,000, total
production cost per month for crackers VLA pumpkin with toppings Rp 408,000.
Marketing is done online and offline. The added value for pumpkin crackers VLA with
toppings of Rp. 1,064,000 and the added value for original pumpkin VLA crackers of
Rp. 477,000, with profit rates of 99.5% and 98.9%, respectively.

Keywords: Pumpkin Crackers, Economic Value, Added Value.

v
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
taufiq dan hidayah–Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir (TA) serta
menuliskan kegiatan dan proses yang dilakukan dalam bentuk laporan TA ini. Tujuan
penyususnan laporan TA ini guna memenuhi syarat untuk mendapatkan gelar ahli
madya pada Jurusan Teknologi Industri Pertanian Politeknik Negeri Tanah Laut.

Dalam penyusunan dan penulisan laporan TA ini tidak lepas dari bantuan,
bimbingan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini
penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada.

1. Orang tua yang telah memberikan bantuan, dukungan serta doa yang telah
membesarkan saya, mendidik dan mendukung setiap langkah hidup yang penulis
jalani dengan penuh kasih sayang sehingga terselesaikannya laporan tugas akhir ini.
2. Ibu Dr. Mufrida Zein, S.Ag., M.Pd. selaku Direktur Politeknik Negeri Tanah Laut.
3. Ibu Nuryati, S. T., M.Eng. selaku Ketua Jurusan Teknologi Industri Pertanian
4. Bapak M. Indra Darmawan, STP., M.Sc., selaku dosen pembimbing utama dalam
Tugas Akhir
5. Mam Yuliana Ningsih, S.S., M.Hum. selaku dosen pembimbing pendamping dalam
Tugas Akhir
6. Ibu Raden Rizki Amalia, S.T.,M.Si selaku dosen penguji dalam Tugas Akhir
7. Para dosen dan teman-teman yang ada di Politeknik Negeri Tanah Laut yang telah
membantu dan memberi dukungan dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.

Penelitian laporan ini sangatlah jauh dari kata sempurna oleh karena itu,
diharapkan adanya kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaannya laporan
ini. Akhir kata semoga Tugas Akhir ini dapat bermanfaat bagi kita semua dalam
perkembangan dunia teknologi industri pertanian. Amin Ya Robbal Alamin.

Pelaihari, 24 Februari 2021

Penulis

vi
DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN..............................................................................................................i

LEMBAR PERSEMBAHAN..........................................................................................................ii

PERNYATAAN KEASLIAN........................................................................................................iii

ABSTRAK......................................................................................................................................iv

ABSTRACT......................................................................................................................................v

KATA PENGANTAR....................................................................................................................vi

DAFTAR ISI.................................................................................................................................vii

DAFTAR TABEL...........................................................................................................................x

DAFTAR GAMBAR......................................................................................................................xi

BAB I PENDAHULUAN................................................................................................................1

1.1. Latar Belakang....................................................................................................1

1.2 Rumusan Masalah...............................................................................................2

1.3 Tujuan.................................................................................................................2

1.4 Manfaat...............................................................................................................2

1.5 Batasan Masalah.................................................................................................3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA.....................................................................................................4

1.1. Labu Kuning.......................................................................................................4

2.1.1 Crackers..............................................................................................................5

2.1.2 Tepung Terigu....................................................................................................5

2.1.3 Telur....................................................................................................................6

2.1.4 Susu.....................................................................................................................6

2.1.5 Gula.....................................................................................................................6

2.1.6 Mentega...............................................................................................................6

vii
2.1.7 Topping...............................................................................................................6

2.1.8 Ubi Ungu.............................................................................................................7

2.1.9 Buah Naga..........................................................................................................7

2.1.10 Coklat..................................................................................................................7

2.2 Pengemasan dan Labelling.................................................................................7

2.3 Analisis Ekonomi................................................................................................8

2.4 Kriteria Kelayakan Usaha.................................................................................10

2.5 Pemasaran.........................................................................................................11

2.6 Nilai Tambah....................................................................................................11

2.7 Penelitian Terdahulu Yang Relevan.................................................................13

BAB III METODE PENELITIAN................................................................................................15

3.1 Waktu dan Tempat Tugas Akhir.......................................................................15

3.2 Alat dan Bahan..................................................................................................15

3.2.1 Alat....................................................................................................................15

3.2.2 Bahan.................................................................................................................15

3.3 Rancangan Tugas Akhir....................................................................................15

3.4 Prosedur............................................................................................................15

3.4.1 Prosedur Pembuatan........................................................................................15

3.4.2 Formulasi................................................................................................................16

3.4.3 Desain Label dan Kemasan.............................................................................17

3.4.4 Analisis Ekonomi.............................................................................................17

3.4.5 Rencana Pemasaran.........................................................................................19

3.4.6 Analisis Nilai Tambah.....................................................................................19

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.......................................................................................21

2.1. Hasil..................................................................................................................21

viii
4.1.1 Hasil formulasi pembuatan crackers vla labu...............................................21

4.1.2 Pemasaran Produk Crackers Vla labu...........................................................22

4.1.3 Analisis Ekonomi.............................................................................................22

4.1.4 Analisis Nilai Tambah...........................................................................................32

4.2 Pembahasan......................................................................................................33

4.2.1 Hasil formulasi pembuatan crackers vla labu.....................................................33

4.2.2 Analisis Ekonomi crackers vla labu....................................................................34

4.2.3 Pemasaran Produk Crackers Vla labu.................................................................38

4.2.4 Analisis Nilai Tambah Terhadap Produk Crackers Vla Labu Dengan
Topping ............................................................................................................................38

4.2.5 Analisis Nilai Tambah Terhadap Produk Crackers Vla Labu Ori.............39

BAB V PENUTUP........................................................................................................................41

3.1. Kesimpulan.......................................................................................................41

5.2 Saran.................................................................................................................41

DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................42

LAMPIRAN..................................................................................................................................46

DAFTAR TABE

ix
Tabel 1. Komposisi crackers vla labu.............................................................................16

Tabel 2 Formulasi pembuatan crackers vla labu.............................................................16

Tabel 3 Kerangka analisis perhitungan nilai tambah dengan metode Hayami...............20

Tabel 4 Hasil percobaan pembuatan crackers vla labu...................................................21

Tabel 5 Tabel Hasil Formulasi Produk dan Testimoni....................................................21

Tabel 6 Biaya Usaha........................................................................................................22

Tabel 7 biaya peralatan....................................................................................................22

Tabel 8 Total Biaya Tetap...............................................................................................23

Tabel 9 Bahan baku dan pendukung crackers vla labu dengan topping.........................23

Tabel 10 Bahan baku dan pendukung crackers vla labu ori...........................................24

Tabel 11 Biaya kemasan..................................................................................................24

Tabel 12 Total biaya bahan baku serta kemasan.............................................................25

Tabel 13 Total biaya bahan baku serta kemasan............................................................25

Tabel 14 Biaya lain-lain..................................................................................................25

Tabel 15 Total biaya tidak tetap (variable cost) produksi crackers vla labu dengan
topping.............................................................................................................................25

Tabel 16 Total biaya tidak tetap (variable cost) produksi crackers vla labu ori.............26

Tabel 17 Harga Pokok Produk crackers vla labu ori dan topping..................................26

x
Tabel 18 Perhitungan Penjualan......................................................................................26

Tabel 19 Laba atau Rugi..................................................................................................26

Tabel 20 Break Event Point Unit crackers vla labu ori dan topping...............................27

Tabel 21 Break Event Point Rupiah crackers vla labu ori dan topping..........................27

Tabel 22 Return of invesment crackers vla labu ori dan topping....................................28

Tabel 23 Payback Periode crackers vla labu ori dan topping.........................................28

Tabel 24 Benefit Cost Ratio crackers vla labu ori dan topping.......................................28

Tabel 25 Data Penjualan Secara Langsung dengan metode offline.................................29

Tabel 26 Data Penjualan Secara Langsung dengan metode online.................................29

Tabel 27 Biaya Usaha......................................................................................................29

Tabel 28 biaya peralatan..................................................................................................30

Tabel 29 Total Biaya Tetap.............................................................................................30

Tabel 30 Bahan baku dan pendukung crackers vla labu dengan topping.......................31

Tabel 31 Bahan baku dan pendukung crackers vla labu ori...........................................32

Tabel 32 Biaya kemasan..................................................................................................32

Tabel 33 Total biaya bahan baku serta kemasan.............................................................32

Tabel 34 Total biaya bahan baku serta kemasan............................................................32

Tabel 35 Biaya lain-lain..................................................................................................33

Tabel 36 Total biaya tidak tetap (variable cost) produksi crackers vla labu dengan
topping.............................................................................................................................33

xi
Tabel 37 Total biaya tidak tetap (variable cost) produksi crackers vla labu ori.............33

Tabel 38 Harga Pokok Produksi......................................................................................34

Tabel 39 Perhitungan Penjualan......................................................................................34

Tabel 40 Laba atau Rugi..................................................................................................34

Tabel 41 Break Event Point Unit crackers vla labu ori dan topping...............................35

Tabel 42 Break Event Point Rupiah crackers vla labu ori dan topping..........................35

Tabel 43 Return of invesment crackers vla labu ori dan topping....................................35

Tabel 44 Payback Periode crackers vla labu ori dan topping.........................................36

Tabel 45 Benefit Cost Ratio crackers vla labu ori dan topping......................................36

Tabel 46 Perhitungan nilai tambah crackers vla labu dengan topping...........................36

Tabel 47 Perhitungan nilai tambah crackers vla labu ori................................................37

xii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Labu Kuning.................................................................................................4

Gambar 2. 2 Crackers.......................................................................................................5

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Crackers merupakan salah satu jenis biskuit yang digemari oleh masyarakat
berbagai kalangan. Bahan dasar pembuatan crackers yaitu tepung terigu atau
tepung jenis lainnya, lemak, garam, cairan, gula dan ragi. Dalam pembuatan
crackers harus menggunakan proses fermentasi, biasanya dicetak pipih dan jika
dipatahkan penampangnya akan tampak berlapis-lapis (Peraturan Menteri
Perindustrian Republik Indonesia, 2016). Crackers memiliki kadar air yang
rendah yang menjadikan sifat crackers sangat renyah. Crackers sudah banyak
dikonsumsi oleh masyarakat dengan berbagai varian rasa, bentuk, dan berbagai
macam isian. Namun seiring perkembangan zaman, diperlukan inovasi
pengolahan untuk menarik minat konsumen dan untuk nilai tambah. Vla sebagai
isian crackers sebagai salah satu upaya inovasi crackers, salah satunya dengan
penambahan labu dalam pembuatan crackers vla labu.
Labu kuning atau waluh (Cucurbita moschata), termasuk komoditas
hortikultura yang telah banyak dikenal masyarakat. Labu kuning berbentuk bulat
gepeng, lonjong, atau bulat gemuk, berkulit tebal, daging buahnya berwarna
kuning sampai orange. Labu kuning mengandung β-karoten yang tinggi yang
memiliki senyawa antioksidan. Olahan labu kuning sangat manis dan memiliki
warna kuning orange sehingga menarik untuk dinikmati disamping rasa dan
penampilannya yang menarik. labu kuning merupakan bahan pangan yang kaya
vitamin A dan C, mineral, serta karbohidrat dan daging buahnya pun mengandung
antioksidan yang bermanfaat sebagai anti kanker [ CITATION Les12 \l 1033 ]. Labu
kuning juga memiliki kandungan serat, vitamin, dan karbohidrat yang tinggi.
Selain itu, di dalam labu kuning juga terkandung 34 kalori, lemak 0,8 gram,
kalsium 45 mg, dan mineral 0,8 sehingga labu kuning sangat baik dikonsumsi
oleh anak-anak maupun orang tua.
Labu kuning memiliki keunggulan lain yang tidak dimiliki oleh bahan
makanan lain yaitu labu kuning yang dipetik dalam kondisi sudah tua dan tidak
ada kerusakan dapat disimpan dalam suhu kamar dengan waktu yang cukup lama

1
yaitu kurang lebih selama enam bulan tanpa mengalami perubahan yang cukup
banyak [ CITATION Asm14 \l 1033 ] . Selain itu, buah labu kuning banyak sekali
manfaat tetapi pemanfaatannya oleh masyarakat hanya terbatas untuk dikonsumsi
saja. Salah satu alternatif yang bisa dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah
pada labu kuning adalah dengan mengolahnya menjadi produk baru. Upaya untuk
pemanfaatan labu kuning yang melimpah pada saat panen yaitu dengan
pembuatan vla untuk bahan isian crackers. Pembuatan crackers dengan isian vla
merupakan inovasi yang diberikan pada crackers vla ini adalah dengan
menambahkan labu pada vla dan pada bagian topping menggunakan ubi ungu,
buah naga dan coklat. Berdasarkan keunggulan ini maka labu kuning menjadi
salah satu alternatif usaha serta bisa dikembangkan oleh pada pedagang crackers
vla labu, sehingga dapat menjadi peluang usaha yang sangat menjanjikan bagi
masyarakat yang berwirausaha.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka dapat disusun
rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana formulasi komposisi crackers vla labu?


2. Bagaimana analisis ekonomi crackers vla labu?
3. Bagaimana pemasaran pada crackers vla labu?
4. Bagaimana analisis nilai tambah crackers vla labu?

1.3 Tujuan
Tujuan dari pelaksanaan tugas akhir ini adalah:
1. Memformulasikan komposisi crackers vla labu
2. Menganalisis ekonomi crackers vla labu
3. Memasarkan produk crackers vla labu
4. Menganalisis nilai tambah crackers vla labu

1.4 Manfaat
Manfaat penelitian ini adalah:
1. Mendapatkan wawasan dan peluang usaha yang baru pada produk labu, ubi
ungu, buah naga dan coklat
2. Meningkatkan peluang usaha pada produk crackers vla labu
3. Meningkatkan nilai ekonomi dan nilai tambah pada produk

2
1.5 Batasan Masalah
Batasan masalah crackers vla labu ini adalah pemanfaatan labu kuning
sebagai isian vla serta ubi ungu, buah naga dan coklat menjadi topping, analisis
ekonomi yang terdiri dari Biaya Produksi yang terdiri dari biaya tetap dan tidak
tetap, Harga pokok produksi, Harga jual, Analisis rugi dan laba, Kriteria
kelayakan yaitu Break Event Point, Return of Investment, Payback Period, Benefit
Cost Ration, pemasaran yang dilakukan adalah secara langsung dan tidak
langsung pada produk crackers vla labu serta nilai tambah yang digunakan adalah
metode hayami.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.1. Labu Kuning


Labu kuning (Curcurbita moschata) termasuk jenis tanaman menjalar dari
famili cucurbitaceae yang banyak dijumpai di Indonesia terutama didataran tinggi.
Labu kuning mempunyai klasifikasi sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Cucurbitales
Familia : Cucurbitaceae
Genus : Cucurbita
Spesies : Cucurbita moschata
Jenis tanaman ini serumpun dengan buah labu antara lain adalah tanaman
timun, semangka, melon, dan lain-lain. Di Jawa tengah labu kuning dikenal
dengan nama waluh, di negara Inggris labu kuning disebut juga dengan pumkin,
di Jawa Barat disebut dengan labu parang atau labu merah dan labu manis
(Respati, 2010).
Labu kuning adalah buah yang mulai disukai masyarakat karena mempunyai
keistimewaan dibanding buah yang lain yaitu kandungan provitamin A yang
cukup tinggi yaitu 3400 SI . Selain itu juga mempunyai aroma dan warna yang
menarik, serta cukup tahan disimpan. Jumlah produksi labu kuning pada tahun
1996 adalah 48.229 ton, 1997 adalah 44.689 ton, 1998 adalah 84.873 ton, tahun
1999 adalah 121.233 ton dan pada tahun 2000 adalah 158.654 ton dari data dapat
diketahui bahwa produksi labu kuning meningkat dari tahun ke tahun [ CITATION
Res10 \l 1033 ].

4
Gambar 2. 1 Labu Kuning
2.1.1 Crackers
Crackers adalah salah satu produk makanan yang terbuat dari tepung terigu.
Crackers banyak ditemukan di pasar dalam bermacam-macam bentuk dan rasa.
Seperti halnya biskuit sebagian crackers yang ada di pasar menggunakan bahan
baku terigu dari gandum. Akan tetapi crackers dan biskuit memiliki beberapa
perbedaan yaitu crackers tidak menggunakan telur sedangkan biskuit
menggunakan telur sebagai bahan tambahan dan sebelum dicetak adonan crackers
difermentasi sedangkan biskuit tidak difermentasi [ CITATION Her11 \l 1033 ].
Menurut Junaenah (2007) bahan-bahan pembuat crackers terdiri atas 1) Bahan
yang berfungsi sebagai bahan pembuat adonan yang kompak yaitu tepung, air dan
garam, 2) Bahan-bahan yang berfungsi sebagai pelembut tekstur yaitu gula dan
lemak, dan 3) bahan yang berfungsi sebagai agen pengembang (leaving agent)
seperti baking soda. crackers dibuat dari campuran tepung dengan lemak yang
cukup tetapi sedikit air dan gula bahkan kadang ladang tanpa penambahan gula.

Gambar 2. 2 Crackers
2.1.2 Tepung Terigu
Tepung terigu adalah bubuk halus yang berasal dari bulir/biji gandum yang di
haluskan, kemudian biasanya digunakan untuk pembuatan mie, kue, roti dan
biskuit. Tepung terigu mengandung banyak zat pati, yaitu karbohidrat kompleks
yang tidak larut dalam air. Tepung terigu juga mengandung protein dalam bentuk
gluten, yang berperan dalam menentukan kekenyalan makanan yang terbuat dari
bahan terigu. Kadar protein tepung terigu berkisar antara 8 – 14%. Kadar protein

5
tepung terigu berkisar antara 11 – 14,5% atau tepung terigu berprotein tinggi
[ CITATION Rus11 \l 1033 ].

2.1.3 Telur
Telur merupakan bahan pangan hasil ternak unggas yang memiliki sumber
protein hewani yang memiliki rasa lezat, mudah dicerna dan bergizi. Telur
mengandung protein, lemak, dan karbohidrat. Selain itu telur biasanya
mengandung semua vitamin yang sangat dibutuhkan kecuali vitamin C. Vitamin
larut lemak (A, D, E, K), vitamin yang larut dalam air (thiamin, riboflavin, asam
pantotenat, niasin, asam folat, dan vitamin B12) serta faktor pertumbuhan yang
lain juga dapat ditemukan dalam telur [ CITATION IrH15 \l 1033 ].
2.1.4 Susu
Susu adalah cairan berwarna putih-kekuningan yang keluar dari sekresi sel
ambing ternak mamalia (mammary gland) yang diperoleh melalui cara pemerahan
pada masa laktasi, kandungan susu yaitu lemak 3,9%, protein 3,4%, laktosa 4,8%,
abu 0,72%, dan air 87,10% [ CITATION Suw10 \l 1033 ].
2.1.5 Gula
Gula yang digunakan adalah gula pasir. Fungsi dari gula pasir tersebut untuk
memberi rasa manis. Menurut [ CITATION Dar13 \l 1033 ] , gula adalah suatu
karbohidrat sederhana karena dapat larut dalam air dan langsung diserap tubuh
untuk diubah menjadi energi.
2.1.6 Mentega
Mentega terbuat dari lemak hewani yang mengadung 82% lemak susu dan
16% air. Ada 2 jenis mentega yaitu mentega yang mengandung garam (asin) dan
mentega yang tidak mengandung garam (tawar/unsalted batter), kenyal (dough)
dan pasta (paste). Komposisi mentega berbeda-beda tergantung keadaan susu
yang digunakan sebagai bahan baku. Fat mengandung mentega, terdiri dari sedikit
lemak yang tidak stabil dan mudah menguap, yang akan mempengaruhi flavor
atau aromanya. Mentega sangat berpengaruh terhadap kualiatas olahan, karena
mempunyai aroma yang khas serta titik leleh yang rendah [ CITATION Ann08 \l 1033
].

6
2.1.7 Topping
Topping adalah bahan tambahan yang diletakkan dibagian atas makanan.
Bahan topping antara lain : butter cream, royal icing, gum paste, coklat, dan
buah-buahan. Proses topping ini menggunakan buah dan kepingan coklat
[ CITATION Dhe15 \l 1033 ].

2.1.8 Ubi Ungu


Ubi ungu merupakan salah satu tanaman yang mengandung antioksidan yang
tinggi. Ubi ungu mengandung zat-zat yang bergizi per 100 gr bdd yaitu energi
123 kkal, protein 1,8 gr, lemak 0,7 gr, karbohidrat 27,9 gr, kalsium 30 mg, fosfor
49 mg, besi 0,7 mg, vitamin A 7700 SI, vitamin C 22 mg, vitamin B1 0,90 mg
[ CITATION Sri10 \l 1033 ].

2.1.9 Buah Naga


Buah naga merupakan tumbuhan yang mengandung zat-zat yang dapat
meningkatkan daya tahan tubuh dan melancarkan metabolisme.Dalam suatu hasil
penelitian menunjukkan bahwa buah naga merah baik untuk sistem peredaran
darah. Secara keseluruhan buah naga merah mengandung protein, serat, karotine,
kalsium dan fosferos serta berbagai vitamin seperti vitamin B dan C [ CITATION
Okt14 \l 1033 ]. Buah naga berpotensi untuk dikembangkan sebagai pangan
fungsional, karena mengandung zat warna antosianin, serat yang tinggi terdapat
pada daging maupun kulit buahnya dan antioksidan beta karoten. Antioksidan
merupakan sebutan untuk zat yang berfungsi melindungi tubuh dari serangan
radikal bebas. Total Serat Pangan (TSP) dalam daging buah naga merah besarnya
sama dengan yang ada pada kulitnya. Makin tinggi nilai TSP, makin tinggi pula
aktivitas antioksidan. Bila mengkonsumsi 800-1000 g buah naga dapat
meningkatkan kandungan antosianin pada tubuh manusia [ CITATION Okt14 \l
1033 ].

2.1.10 Coklat

Cokelat mengandung alkaloid-alkaloid seperti teobromin, fenetilamina, dan


anandamida, yang memiliki efek fisiologis untuk tubuh. Kandungan-kandungan
ini banyak dihubungkan dengan tingkat serotonin dalam otak [ CITATION Lul12 \l
1033 ].

7
2.2 Pengemasan dan Labelling
A. Pengemasan
Pengemasan adalah kegiatan merancang wadah atau bungkus sebagai sebuah
produk. Menurut Tjiptono tahun 2010 pengemasan (packaging) merupakan proses
yang berkaitan dengan perancangan dan pembuatan wadah atau pembungkus
untuk suatu produk agar mempertahankan mutu suatu produk makanan. Makanan
yang diberi wadah atau pembungkus akan terhindar dari kerusakan, pencemaran
(debu) serta gangguan fisik (gesekan, benturan, getaran). Pengemasan berfungsi
untuk menepatkan suatu hasil pengolahan produk industri agar mempunyai bentuk
yang dapat memudahkan dalam penyimpanan, pengangkutan dan distribusi. Dari
segi promosi pengemasan berfungsi sebagai perangsang atau daya tarik bagi
konsumen. karena itu bentuk, warna, ukuran, kekuatan dan dekorasi dari kemasan
perlu diperhatikan dalam perencanaannya [ CITATION Lul12 \l 1033 ].
Fungsi kemasan secara mendasar adalah untuk melindungi produk dari
kerusakan-kerusakan. Hal ini sesuai dengan pendapat Bilson (2007) fungsi
kemasan yaitu 1) fungsi proktetif dan 2) fungsi promosional. Fungsi Proktetif
dimaksudkan sebagai upaya untuk menghindari berbagai kemungkinan kerusakan
produk, baik karena iklim, prasarana transortasi, distribusi, dan lainnya. Sehingga
dengan protektif ini para konsumen tidak perlu menanggung resiko barang rusak.
Fungsi promosional yaitu kemasan baik secara warna, ukuran dan penampilan
akan memiliki daya tarik tersendiri bagi pembeli untuk membeli produk tersebut.
Selain kedua fungsi di atas, fungsi lain dari kemasan adalah: 1) memudahkan
distribusi produk, sehingga tidak tercecer, 2) sebagai identitas produk yang
membandingkan produk satu dengan produk lainnya, 3) menambah daya tarik
calom pembeli [ CITATION Sus12 \l 1033 ].
B. Labelling
Label merupakan identitas dari suatu produk. Dengan adanya label,
konsumen akan mampu membedakan antara produk satu dengan produk lainnya.
Labeling adalah upaya memberi label yang berupa informasi singkat mengenai
produk tersebut. Beberapa informasi yang perlu dicantumkan dalam label meliputi
1) nama produk, 2) pembuat produk, 3) alamat pembuat produk, 4) bahan yang

8
digunakan untuk membuat produk, 5) komposisi gizi, 6) izin depkes atau instansi
terkait [ CITATION Sus12 \l 1033 ].

2.3 Analisis Ekonomi


1. Biaya produksi
Biaya produksi adalah semmua biaya yang berkaitan dengan produk (barang)
yang diperoleh, dimana didalamnya terdapat unsur biaya produk berupa biaya
bahan baku yaitu biaya tetap dan biaya tidak tetap [ CITATION Har11 \l 1033 ].
a. Biaya tetap (fixed cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap konstan tidak
dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitassampai dengan
tingkatan tertentu.
b. Biaya variabel (variable cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya akan berubah
secara sebanding (proposional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin
besar volume kegiatan semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin
rendah volume kegiatan semakin rendah jumlah total biaya variabel.
c. Biaya semi variabel (semi variable cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya
akan berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat
perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin
rendah biaya satuan, semakin rendah volume kegiatan semakin tinggi biaya
satuan.
2. Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi adalah penjumlahan seluruh pengorbanan sumber
ekonomi yang digunakan untuk mengubah bahan baku menjadi sebuah produk.
Sementara Hansen (2013), menyatakan bahwa harga pokok produk adalah
pembebanan biaya yang mendukung tujuan manajerial yang spesifik. Artinya
penentuan harga pokok suatu produk tergantung pada tujuan menejerial yang
spesifik atau yang ingin dicapai [ CITATION Pur17 \l 1033 ].
3. Harga Jual
Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang
diinginkan perusahaan, karena itu untuk mencapai laba yang diinginkan oleh
perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat konsumen adalah
denga cara menentukan harga yang tepat untuk produk yang terjual. Biaya yang

9
dikeluarkan perusahaan untuk menetapkan harga jual produk [ CITATION Kri13 \l
1033 ]. Jadi harga jual merupakan besaran harga yang akan ditawarkan kepada
konsumen, sebagai imbalan dari pengeluaran biaya produksi ditambah biaya
nonproduksi yang dilakukan perusahaan untuk memperoleh laba. Lasena (2013)
mengungkapkan bahwa ada dua bentuk strategi yang dapat diterapkan perusahaan
untuk penentuan harga jual produk atau jasa baru sebagai berikut.
a. Skrimming pricing merupakan bentuk strategi penentuan harga jual produk
atau jasa baru, dengan cara menentukan harga jual mula-mula relatif tinggi.
Tujuan strategi ini adalah agar perusahaan memperoleh laba yang maksimum
dalam jangka pendek.
b. Penetration pricing merupakan bentuk strategi penentuan harga jual dengan
cara menetukan harga jual mula-mula relatif rendah.

2.4 Kriteria Kelayakan Usaha


a. Kriteria Kelayakan Usaha
Kriteria kelayakan usaha yang digunakan adalah Break Event Point (BEP),
Return Of Investment (ROI), Pay Back Period (PBP), dan Benefit Cost Ratio (B/C
Ratio).
1. Break Event Point (BEP)
Break Event Point adalah titik pulang dimana total pendapatan = total cost.
Dilihat darijangka waktu pelaksanaan sebuah proyek terjadinya titik pulang
pokok atau TR=TC tergantung lama arus peneriaan sebuah proyek dapat
menutupi segala biaya operasi dann pemeliharaan beserta biaya modal lainnya
(Khotimah, 2014).
2. Return Of Investment (ROI)
Return Of Investment adalah perbandingan antara besarnya laba dengan
besarnya modal, serta dinyatakan persen (100%) pertahun. ROI dapat dihitung
berdasarkan laba kotor yaitu selisih anatar hasil penjualan dengna biaya
produksi keseluruhan (belum dikurangi dengan pajak pendapatan) atau
berdasarkan laba bersih yaitu laba dikurangi pajak pendapatan (Khotimah,
2014).
3. Pay Back Period (PBP)

10
Pay Back Period merupakan jangka waktu yang dibutuhkan untuk
pengembalian modal yang ditanam pada proyek. PBP tersebut harus lebih (<)
dari nilai ekonomis proyek.
4. Benefit Cost Ratio (B/C ratio)
Benefit Cost Ratio adalah nilai perbandingan antara pendaptan dan biaya. Jika
nilai B/C lebih besar dari 1 maka perusahaan memenuhi salah satu kriteria
untuk dikatakan layak. Jika nilai B/C kurang dari maka perusahaan tidak layak
berdiri (rugi). Jika nila B/C = 1 maka perusahaan berada dalam keadaan impas
(Khotimah, 2014).

2.5 Pemasaran
Menurut Kotler (2014) pemasaran merupakan salah satu faktor yang
terpenting untuk menunjukan perusahaan khususnya perusahaan yang bergerak
dalam bidang barang dan jasa. Aktivitas pemasaran sering di artikan sebagai
aktivitas menawarkan produk dan menjual produk, tapi bila di tinjau lebih lanjut
ternyata makna pemasaran bukan hanya sekedar menawarkan dan menjual produk
saja, melainkan aktivitas yang menganalisa dan mengevaluasi tentang kebutuhan
dan keinginan konsumen.Tujuan pemasaran adalah mengenal dan memahami
pelanggan sedemikian rupa sehingga produk cocok dengannya dan dapat terjual
dengan sendirinya, idealnya pemasaran menyebabkan pelanggan siap membeli
sehingga yang tinggal hanyalah bagaimana membuat produknya tersedia.
Terdapat dua cara dalam hal pemasaran sebagai berikut:
a. Pemasaran Langsung merupakan proses pemasaran yang menuju kepada
konsumen akhir ke produsen sehingga tidak ada perantara. Dalam hal ini
produsen terjun ke pasaran tanpa menggunakan perantara dalam distribusinya.
Proses ini juga disebut direct marketing yang dimana metode ini produsen
mendekati pembeli potensial secara langsung dengan produk atau jasa yang
ditawarkan.
b. Pemasaran Tidak Langsung ini menggunakan perantara dan tidak langsung ke
konsumen seperti menerapkan strategi untuk mempromosikan suatu produk
atau jasa yang ditujukan untuk menyentuh pikiran dan konsumen secara tidak

11
langsung. Wujud penjualan tidak langsung dapat ditemui dalam bentuk iklan,
humas, tanggung jawab sosial dan pemasaran interaktif via internet yang tidak
langsung.

2.6 Nilai Tambah


Analisis nilai tambah metode Hayami merupakan metode yang
memperkirakan perubahan nilai bahan baku setelah mendapatkan perlakuan. Nilai
tambah yang terjadi dalam proses pengolahan merupakan selisih dari nilai produk
dengan biaya bahan baku dan input lainnya. Menurut Maharani (2013), beberapa
faktor penentu dalam analisis nilai tambah yaitu :
1. Faktor teknis, mencakup kapasitas produksi dari satu unit usaha, jumlah waktu
kerja yang digunakan dan tenaga kerja yang dikerahkan.
2. Faktor pasar, mencakup harga output, upah tenaga kerja, harga bahan baku,
dan nilai input lain.
Kriteria nilai tambah (NT) adalah :
1. Jika NT > 0, berarti pengembangan agroindustri memberikan nilai tambah
(positif).
2. Jika NT < 0, berarti pengembangan agroindustri tidak memberikan nilai
tambah (negatif).
Analis nilai tambah berguna untuk menguraikan proses produksi menurut
sumbangan masing-masing faktor produksi serta untuk mengetahui distribusi nilai
tambah terhadap tenaga kerja langsung dan pengusaha. Keterangan : 1. Output
adalah jumlah hasil dari pengolahan produk yang dihasilakan dalam satu kali
produksi (Kg/bln), 2. Input adalah jumlah bahan baku yang akan diolah (kg/bln),
3. Tenaga kerja adalah banyaknya HOK yang melakukan proses produksi dalam
satu kali proses produksi, 4) Faktor konversi merupakan pembagian dari output
dengan jumlah input dengan satu kali proses produksi, 5) Koefisien tenaga kerja
diproleh dari hasil bagi anatara tenaga kerja dengan input, 6) Harga input adalah
harga pokok yang telah diproduksi, 7) Upah tenaga kerja langsung, merupakan
seluruh biaya untuk tenaga kerja dibagi jumlah tenaga kerja yang digunakan
dalam satu kali proses produksi dalam satuan rupiah, 8) Nilai tambah (Rp) adalah
selisih Output produk dengan bahan baku utama dan sumbangan input lain, 9)
Rasio nilai tambah (%) menunjukkan nilai tambah dari nilai produk, 10)

12
Pendapatan tenaga kerja (Rp) menunjukkan upah yang diterima tenaga kerja
langsung untuk mengolah satu satuan bahan baku, 11) Pangkas tenaga kerja
langsung (%) menunjukkan presentase pendapatan tenaga kerja langsung dari nilai
tambah yang diproleh, 12) Keuntungan adalah hasil yang di dapat dari nilai
tambah dikurang dengan harga bahan baku yang dikeluarkan (Rp/bln), 13)
Tingkat keuntungan adalah perbandingan biaya berupa modal yang harus
dikeluarkan untuk menghasilkan produk, dengan satuan rupiah (Rp), 14) Marjin
(Rp) adalah menunjukkan besarnya kontribusi pemilik faktor faktor produksi
selain bahan baku yang digunakan dalam proses produksi, 15) Persentase
pendapatan tenaga kerja langsung terhadap marjin (%), 16) Persentase sumbangan
input lain terhadap marjin (%) [ CITATION Mah13 \l 1033 ].

2.7 Penelitian Terdahulu Yang Relevan


Penelitian yang dilakukan Supardi (2019) tentang kewirausahaan dan analisis
nilai tambah ikan sepat asin dengan hasil analisis ekonomi diperoleh hasil HPP Rp
8.027/botol sambal ikan sepat asin, jadi harga jual sambal tersebut sebesar Rp
10.000/botol. Titik impas penjualan per unit sebanyak 27 botol dan titik impas
rupiah sebesar Rp 275.588 dari omset penjualan sebesar Rp 2.000.000, ROI
keuntungan usaha sambal ikan sepat mencapai persentase keuntungan 23,95%
sedangkan B/C mencapai 1,24 yang menunjukkan bahwa usaha ini layak untuk
dijalankan.
Penelitian yang dilakukan Rohmah (2019) tentang wirausaha sambal jamur
tiram. Hasil penelitian formulasi dengan komposisi prosedur pembuatan sambal
jamur tiram yaitu jamur jamur tiram 250 gram, bawang putih 150 gram, bawang
merah 250 gram, tomat 70 gram, cabai 500 gram, gula 50 gram, gram 30 gram,
terasi 12 gram dan minyak goreng 700 gram. Menunjukkan bahwa respon atau
daya terima konsumen yaitu rata-rata sangat menyukai sambal jamur tiram, karena
memberikan rasa yang enak dan pas dilidah serta memberikan aroma khas sambal.
Analisis ekonomi diperoleh hasil HPP Rp 7.729/cup sambal jamur tiram, BEP 7
cup/hari dan pemasaran 96 cup sambal jamur tiram dalam waktu ± 1 bulan
mendapatkan omset sebesar Rp 1.440.000, rasio nilai tambah yang diproleh pada
produk sambal jamur tiram yaitu 83%. Pemasaran produk sambal jamur tiram

13
secara langsung lebih mendapatkan respon dari konsumen dibandingkan dengan
pemasaran tidak langsung melalui media sosial.
Penelitian yang dilakukan Hartina (2017) tentang pembuatan nugget labu
kuning, hasil penelitian dengan beberapa formulasi yaitu 75% daging ayam dan
25% labu kuning, 50% daging ayam dan 50% labu kuning, 25% daging ayam dan
75% labu kuning. Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga formulasi yang paling
baik adalah 50% daging ayam dan 50% labu kuning, karena menghasilkan rasa
yang enak perpaduan rasa labu dan ayam terasa selain itu warna kuning dari labu
lebih bagus dibandingkan formulasi lain.
Penelitian yang dilakukan Sudarman (2017) tentang pemanfaatan labu kuning
menjadi cookies, hasil penelitian menunjukkan bahwa sampel pembuatan produk
yang terbaik adalah 30% tepung terigu dan 70% labu kuning dengan kualitas nilai
gizi produk yaitu karbohidrat sebesar 50,53%, protein sebesar 5,81%, kadar air
sebesar 2,35%, lemak 22,17% dan vitamin A sebesar 86,22mg. Tingkat
penerimaan panelis yaitu skor aroma 4 (suka), skor rasa 4 (suka), skor warna 3
(cukup suka).
Penelitian yang dilakukan Pariri (2012) tentang kelayakan usaha dan nilai
tambah pada kerupuk labu kuning, hasil penelitian dapat disimpulkan dari hasil uji
organoleptik ditinjau dari penilaian warna, rasa dan kerenyahan menunjukkan
bahwa formulasi kerupuk labu kuning yang paling disukai dengan bahan labu
kuning kuning sebanyak 250 gram. Kelayakan usaha dan nilai tambah pada
kerupuk labu kuning menunjukkan bahwa produk tersebut layak untuk tetap
dijalankan, karena kapasitas produksi labu kuning 6250 kemasan/bulan dengan
harga pokok sebesar Rp 3.438,77/kemasan, harga jual Rp 4.000/kemasan sehigga
diperoleh laba bersih Rp 3.397.974,8/bulan. Usaha akan mencapai titik impas
pada tingkat produksi 4765 kemasan/bulan, serta B/C sebesar 1,16 artinya usaha
kerupuk labu kuning layak dikembangkan karena nilai B/C lebih besar dari 1.
Sedangkan IRR sebesai 16,71% dimana nilai itu ≥ 5% (bunga bank).

14
15
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat Tugas Akhir


Waktu dan tempat pelaksanaan pembuatan crackers vla labu ini dilaksanakan
di rumah sendiri Jl Pulau Sari, RT/RW 06/01 Kecamatan Tambang Ulang
Kabupaten Tanah Laut, dari bulan Oktober sampai Januari 2021, dari persiapan,
pengolahan produk, pemasaran sampai penyusunan laporan tugas akhir.

3.2 Alat dan Bahan


3.2.1 Alat
Peralatan yang digunakan dalam pembuatan crackers vla labu adalah blender,
baskom/wadah, kompor gas, gelas ukur, sendok, timbangan, pisau, mangkok,
nampan, panci, wajan, sutil, saringan, plastik segitiga.
3.2.2 Bahan
Bahan yang digunakan dalam pembuatan crackers vla labu adalah crackers,
labu, ubi ungu, buah naga, coklat, tepung terigu, tepung panir, gula, kuning telur,
susu, mentega, air, minyak goreng.

3.3 Rancangan Tugas Akhir


Rancangan pembuatan produk crackers vla labu menggunakan beberapa
tahapan proses yaitu proses pertama dilakukan beberapa kali percobaan untuk
mendapatkan formulasi terbaik. Tahap kedua yaitu perancangan pembuatan
kemasan yang menarik untuk produk sehingga memiliki daya tarik terhadap
konsumen. Tahap ketiga pemasaran produk yang dilakukan dengan dua metode
yaitu pemasaran secara langsung dengan metode tatap muka yang dilakukan di
Pulau sari dan sekitarnya dan pemasaran secara langsung dengan metode online
yaitu melalui media sosial. Tahap keempat yaitu menganalisis kelayakan ekonomi
dan nilai tambah pada produk crackers vla labu.

3.4 Prosedur
3.4.1 Prosedur Pembuatan
Proses pembuatan crackers vla labu disiapkan dan ditimbang masing-
masing bahan baku yaitu biskuit, labu, tepung terigu, tepung panir, gula, kuning
telur, susu, mentega, air, minyak goreng, kemudian dikupas dan dibersihkan labu

16
kuning, kemudian dikukus, kemudian diblender, kemudian dimasukkan labu
kuning dan campur semua bahan tepung terigu, gula, kuning telur, susu, mentega,
air kedalam wadah, selanjutnya dimasak dengan menggunakan api sedang sampai
kalis, setelah kalis tunggu 5-10 menit untuk mendinginkan adonan, tujuannya agar
adonan lebih menyatu dan tidak encer saat dimasukkan ke dalam crackers,
kemudian ambil 1 crackers lalu dimasukkan adonan vla labu yang sudah dingin
keatas crackers ratakan agar tidak belepotan, lalu ambil lagi 1 crackers untuk
menutupinya, selanjutnya celupkan dengan sedikit tepung lalu dibaluri dengan
tepung panir, kemudian digoreng. Proses pembuatan topping yaitu disiapkan alat
dan bahan, kemudian dicuci dan dikupas ubi ungu dan buah naga, kemudian
dikukus, kemudian diblender ubi ungu dan buah naga, selanjutnya dimasak
dengan api kecil ubi ungu dan buah naga dengan menambahkan susu dan gula,
selanjutnya masukkan coklat batang dan susu kedalam wadah kemudian dimasak
diatas api kecil. Komposisi bahan dapat di lihat pada tabel 1.
Tabel 1. Komposisi crackers vla labu
No. Nama Bahan Komposisi

1. Tepung terigu 100 g

2. Labu kuning 100 g

3. Ubi ungu 200 g

4. Buah naga 200 g

5. Coklat 100 g

6. Mentega 25 g

7. Gula 35 g

8. Susu 30 g

9. Telur 20 g

10. Air 10 g

11. Tepung panir 500 g

3.4.2 Formulasi
Formulasi yaitu suatu perlakuan yang dilakukan beberapa kali percobaan
untuk mendapatkan formulasi yang terbaik. Formulasi pada pembuatan crackers
vla labu crackers dilakukan sebanyak 3 kali dan diuji ke 15 konsumen untuk

17
mendapatkan formulasi yang mana yang baik. Formulasi dapat di lihat pada tabel
2
Tabel 2 Formulasi pembuatan crackers vla labu

N
Formulasi 1 Formulasi 2 Formulasi 3
o
1 Tepung terigu (150 g) Tepung terigu (100 g) Tepung terigu (50 g)
2 Labu kuning (50 g) Labu kuning (100 g) Labu kuning (150 g)
3 Mentega (25 g) Mentega (25 g) Mentega (25 g)
4 Gula (35 g) Gula (35 g) Gula (35 g)
5 Susu (30 g) Susu (30 g) Susu (30 g)
6 Telur (20 g) Telur (20 g) Telur (20 g)
7 Air (10 g) Air (10 g) Air (10 g)
3.4.3 Desain Label dan Kemasan
Produk crackers vla labu yang dipasarkan memerlukan label yang cocok
untuk produk sehingga memiliki daya tarik terhadap konsumen. Beberapa
informasi yang perlu dicantumkan didalam label yaitu : a) nama produk, b)
pembuat produk, c) alamat pembuat produk, d) bahan yang digunakan untuk
membuat produk, e) komposisi gizi, f) masa kadaluarsa, g) izin depkes atau
instansi terkait (Santi, 2015).
Produk crackers vla labu yang dipasarkan memerlukan kemasan yang cocok
untuk produk sehingga memiliki daya tarik yang bagus untuk konsumen.
Kemasan yang digunakan adalah kotak kue dan kotak kue plastik transparan
dengan ditambahkan label dan stiker yang bagus.
3.4.4 Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi dilakukan untuk mengetahui usaha yang dijalankan
memberi keuntungan atau tidak pada suatu produk. Analisis ekonomi yang
dilakukan meliputi perhitungan biaya produksi, harga penjualan, harga jual
perkiraan pendapataan serta kriteria kelayakan usaha (Kamisi, 2011).
1) Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang dikeluarkan selama usaha dijalankan
yang dibedakan atas biaya tetap dan biaya tidak tetap.
a. Biaya tetap (fixed cost)
Biaya tetap adalah biaya yang timbul akibat penggunaan sumber daya tetap
dalam proses produksi. Sifat utama biaya tetap adalah jumlahnya tidak

18
berubah walaupun jumlahjumlah produksinya mengalami perubahan (naik
atau turun)
b. Biaya tidak tetap (variable cost)
Biaya tidak tetap adalah biaya yang dikeluarkan hanya jika melakukan proses
produksi. Biaya tidak tetap terdiri dari tenaga kerja, biaya bahan baku, dan
bahan pembantu, biaya bahan bakar atau energi, biaya kemasan, pajak usaha
dan asuransi
2) Harga pokok penjualan
Harga pokok adalah harga terendah dari produk yang tidak mengakibatkan
kerugian bagi prosuden. Harga pokok penjualan dapat dilihat dengan rumus
sebagai berikut:
Total biaya produksibulan
HPP =
jumlah produksi /bulan
3) Harga jual
Harga jual adalah sejumlah biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk
memproduksi suatu barang atau jasa ditambah dengan persentase laba yang
diinginkan perusahaan salah satu cara yang dilakukan untuk menarik minat
konsumen adalah dengan cara menentukan harga yang tetap untuk produk yang
terjual.
4) Analisis Laba dan Rugi
Analisis laba rugi merupakan selisih antara semua pendapatan dan semua
biaya. Perhitungan laba rugi dilakukan dengan cara mengelompokkan semua
pendapatan dan menguranginyya dengan semua biaya (tanpa memisahkan
pendapat (biaya) operasional dari pendapatan (biaya) non-operasional).
a) Laba Kotor = Penjualan – Biaya produksi
b) Laba bersih = Laba kotor – Pajak omset
5) Kriteria Kelayakan
Kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain Break Event Point
(BEP), Return Of Invesment (ROI), Pay Back Period (PBP) dan Benefit Cost
Ratio (BCR).
a) Break Event Point (BEP)
Break Event Point (BEP) adalah suatu keadaan dimana modal telah kembali
semua atau pengeluaran sama dengan pendapatan atau keadaan titik impas

19
yaitu merupakan keadaan dimana penerimaan perusahaan sama dengan biaya
yang ditanggung. Rumus analisis Break Event Point untuk menentukan unit
produksi adalah sebagai berikut:
FC
BEP (Q) =
P−VC
b) Return Of Invesment (ROI)
Return Of Invesment (ROI) adalah nilai keuntungan yang diperoleh dari
sejumlah modal. Nilai ini dapat digunakan untuk mengetahui efesiensi
penggunaan modal. Rumus analisis Return Of Invesment untuk menentukan
keuntungan adalah sebagai berikut:
Labausaha
ROI =
Modal produksi
c) Pay Back Period (PBP)
Pay Back Period (PBP) adalah jangka waktu pengembalian modal untuk
mengetahui lamanya modal yang digunakan untuk usaha dapat kembali.
Rumus analisis Pay Back Period sebagai berikut:
Total biaya produksi
PBP =
Lababersih perbulan
d) Benefit Cost Ratio (BCR)
Benefit Cost Ratio (BCR) adalah nilai perbandingan antara pendapatan dan
biaya. Jika nilai B/C lebih besar dari 1 maka perusahaan memenuhi salah satu
kriteria untuk dikatakan layak. Jika nilai B/C lebih kecil dari 1 maka
perusahaan tidak layak berdiri (rugi). Jika nilai B/C = 1 maka perusahaan
berada dalam keadaan impas. Rumus analisis Benefit Cost Ratio sebagai
berikut:
Keuntungan
BCR =
Biaya produksi
3.4.5 Rencana Pemasaran
Pemasaran produk crackers vla labu dilakukan secara langsung dengan dua
metode yaitu secara offline dan online. Pemasaran secara langsung dilakukan
dengan metode offline dengan cara mempublikasikan secara langsung terhadap
konsumen tanpa adanya pelantara, penjual akan berinteraksi langsung kepada
konsumen dengan harapan konsumen tersebut tertarik dengan produk yang
dijualkan. Sedangkan pemasaran secara langsung dengan metode online

20
dilakukan dengan berjualan di WhatsApp dengan cara promosi dan share foto
produk yang akan dijual.
3.4.6 Analisis Nilai Tambah
Nilai tambah adalah pemahaman nilai yang terdapat pada suatu produk
setelah dilakukan proses pengolahan lebih lanjut sehingga nilai produk menjadi
lebih tinggi daripada sebelum dilakukan pengolahan. Data yang diperoleh dari
responden kemudian diolah dan dianalisis dengan metode analisis nilai tambah
terhadap produk crackers vla labu. Analisis nilai tambah dengan metode Hayami
merupakan metode pengukuran nilai tambah yang sederhana (Hayami, 1987).
Mengetahui besar nilai tambah dari proses pengolahan crackers vla labu sampai
menjadi produk siap jual maka digunakan rumus perhitungan dengan
menggunakan rumus yang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 3 Kerangka analisis perhitungan nilai tambah dengan metode Hayami.


No. Variable Rumus Nilai
Output, input dan harga
1. Output (kg) A (1)
2. Input (kg) B (2)
3. Tenaga Kerja (HOK) C (3)
4. Faktor Konversi D = A/B (4) = (1) / (2)
5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK) E = C/B 10
6. Harga output (Rp/kg) F (6)
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) G (7)
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/kg) H (8)
9. Sumbangan input lain (Rp/kg) I (9)
10. Nilai output (Rp/kg) J=D×F (10)
(11a) = (10) - (8) -
a.       Nilai tambah (Rp/kg) K=J-H–I
(9)
11.
(11b) = (11 a) /
b.       Rasio nilai tambah (%) L % = K/J×100%
(10) x 100%
a.       Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) M=E×G (12a) = (5) x (7)
12. (12b) = (12a) /
b.       Pangsa tenaga kerja (%) N % = M/K ×100%
(11a) x 100%
(13a) = (11a) -
a.       Keuntungan (Rp/kg) O=K–M
(12a)
13
(13b) = (13a) /
b.       Tingkat keuntungan (%) P % = O/J × 100%
(10) x 100%
Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
14. Marjin (Rp/kg) Q=J–H (14) = (10) - (8)
(14a) = (12a) /
a.       Pendapatan tenaga kerja (%) R % = M/Q ×100%
(14) x 100%
(14b) = (9) / (14)
b.       Sumbangan input lain (%) S % = I/Q ×100%
x 100%
c.        Keuntungan perusahaan (%) T % = O/Q ×100% (14c) = (13a) /

21
(14) x 100%

22
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

2.1. Hasil
4.1.1 Hasil formulasi pembuatan crackers vla labu
Proses pembuatan crackers vla labu dilakukan beberapa kali sehingga
mendapatkan formulasi terbaik. Hasil formulasi dapat dilihat pada tabel 4

Tabel 4 Hasil percobaan pembuatan crackers vla labu


N
Formulasi Bahan Hasil
o

Tepung terigu (150 g)


Labu kuning (50 g)
Mentega (25 g)
1. Gula (35 g) Bentuk tidak sempurna dan terlalu lembek.
Susu (30 g)
Telur (20 g)
Air (10 g)
Tepung terigu (100 g)
Labu kuning (100 g)
Mentega (25 g)
2. Gula (35 g) Tekstur bagus dan rasa enak.
Susu (30 g)
Telur (20 g)
Air (10 g)
Tepung terigu (50 g)
Labu kuning (150 g)
Mentega (25 g)
Tekstur terlalu lembek dan rasa menjadi
3. Gula (35 g)
hambar.
Susu (30 g)
Telur (20 g)
Air (10 g)

Tabel 5 Tabel Hasil Formulasi Produk dan Testimoni


N Formulasi Bahan Testimoni
o

1. Tepung terigu (150 g) Tidak mendapatkan respon yang baik karna


Labu kuning (50 g) tepung terlalu banyak tidak enak dan
Mentega (25 g) menghasilkan vla yang sedikit keras.
Gula (35 g)
Susu (30 g)
Telur (20 g)
Air (10 g)
2. Tepung terigu (100 g) Mendapatkan respon yang baik karna
Labu kuning (100 g) rasanya enak tepung dan labu sama-sama
Mentega (25 g) terasa.

23
Gula (35 g)
Susu (30 g)
Telur (20 g)
Air (10 g)
3. Tepung terigu (50 g) Kurang mendapatkan respon yang baik
Labu kuning (150 g) karna labu yang terlalu banyak membuat
Mentega (25 g) tekstur menjadi lembek dan rasa menjadi
Gula (35 g) hambar.
Susu (30 g)
Telur (20 g)
Air (10 g)
4.1.2 Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk mengetahui usaha produk crackers vla
labu yang dijalankan apakah memberi keuntungan atau tidak. Analisis ekonomi
digunakan untuk menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan
crackers vla labu.
A. Biaya Produksi
a. Biaya Tetap (Fixed cost)
Biaya tetap adakah biaya yang dikeluarkan meskipun perusahaan tidak
melakukan proses produksi. Biaya tetap terdiri atas biaya usaha dan biaya
penyusutan.
1. Biaya Usaha
Biaya usaha crackers vla labu yang sudah dijalani selama ± 1 bulan yang
disajikan pada tabel 6.
Tabel 6 Biaya Usaha
No. Nama Rp/bulan
1. Listrik dan air 25.000
2. Kuota internet 25.000
Jumlah 50.000

2. Biaya Peralatan
Biaya peralatan serta penyusunan alat yang digunakan selama produksi dapat
dilihat pada tabel 7.

Tabel 7 biaya peralatan

Usia
Penyusutan
No. Nama Alat Jumlah Harga Satuan Harga Total Pakai/
(Rp/bulan)
bulan

1. Kompor 1 Rp 300.000,00 Rp 300.000,00 60 Rp 5.000


2. Timbangan 1 Rp75.000,00 Rp 75.000,00 48 Rp 1.562

24
3. Baskom 2 Rp 15.000,00 Rp 30.000,00 36 Rp 833
4. Panci 2 Rp 30.000,00 Rp 60.000,00 36 Rp 1.666
5. Blender 1 Rp 100.000,00 Rp 100.000,00 48 Rp 2.083
6. Saringan 1 Rp 15.000,00 Rp 15.000,00 36 Rp 416
7. Sendok 2 Rp 7.500,00 Rp 15.000,00 36 Rp 416
8. Mangkok 3 Rp 5.000,00 Rp 15.000,00 35 Rp 428
9. Wajan 1 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00 36 Rp 1.111
10. Gelas ukur 1 Rp 15.000,00 Rp 15.000,00 36 Rp 416
11. Talenan 1 Rp 20.000,00 Rp 20.000,00 36 Rp 555
12. Sutil 1 Rp 10.000,00 Rp 10.000,00 36 Rp 277
Pelastik
13. 1 Rp 15.000,00 Rp 15.000,00 36 Rp 416
segitiga
Rp
Jumlah Rp 15.179
710.000,00

3. Total biaya tetap


Biaya tetap dari usaha crackers vla labu selama ± 1 bulan dapat dilihat pada
tabel 8.

Tabel 8 Total Biaya Tetap


No. Komponen biaya tetap Rp/bulan
1. Biaya Usaha Rp. 50.000
2. Biaya Pembelian Alat Rp. 15.179
Jumlah Rp. 65.179

b. Biaya tidak tetap (variable cost)


Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan jika melakukan proses
produksi. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja,
kemasan dan biaya bahan bahan bakar energi.
Dalam 1 bulan crackers vla labu dengan topping telah memproduksi (kali
produksi) = 12 porsi crackers vla labu /produksi x 8 kali produksi /bulan = 96
porsi/bulan
Untuk crackers vla labu ori dalam 1 bulan telah memproduksi (4 kali
produksi) = 12 porsi /produksi x 2 kali produksi = 24 porsi /bulan

1. Biaya bahan baku dan pendukung


Data bahan baku yang digunakan yang digunakan untuk mengolah crackers
vla labu

2. Harga bahan baku dan pendukung


Harga bahan baku dan pendukung crackers vla labu dengan topping dapat
dilihat pada tabel 9

25
Tabel 9 Bahan baku dan pendukung crackers vla labu dengan topping
Harga
Harga/bulan
satuan/
Kebutuhan Kebutuhan/bulan (8x
No. Bahan 1x
/ Produksi (8x produksi) produksi)
produksi
(Rp)
(Rp)
1. Ubi ungu 200 g 1600 g 5.000 40.000
2. Buah naga 200 g 1600 g 3.000 24.000
3. Coklat 100 g 800 g 5.000 48.000
4. Labu kuning 100 g 800 g 3.000 32.000
5. Tepung 100 g 800 g 2.000 40.000
6. Gula 35 g 280 g 1.000 8.000
7. Susu 30 g 240 g 2.000 16.000
8. Telur 20 g 160 g 2.000 16.000
9. Air 10 g 80 g 1.000 8.000
10. Mentega 25 g 200 g 2000 16.000
11. Tepung panir 100 g 800 g 3000 24.000
Minyak
12. 600 g 4800 g 7.000 56.000
goreng
13. Creakers 400 g 3200 g 4000 32.000
Jumlah 40.000 360.000

3. Harga bahan baku dan pendukung


Harga bahan baku dan pendukung crackers vla labu ori dapat dilihat pada
tabel 10
Tabel 10 Bahan baku dan pendukung crackers vla labu ori
Harga
Harga/bulan
No Kebutuhan Kebutuhan/bulan satuan/ 1x
Bahan (2xproduksi)
. /produksi (2x produksi) produksi
(Rp)
(Rp)
Labu
1. 100 g 200 g 3.000 6.000
kuning
2. Tepung 100 g 200 g 2.000 4.000
3. Gula 35 g 70 g 1.000 2.000
4. Susu 30 g 60 g 2.000 4.000
5. Telur 20 g 40 g 2.000 4.000
6. Air 10 g 20 g 1.000 2.000
7. Mentega 25 g 50 g 2000 4.000
Tepung
8. 100 g 200 g 3000 6.000
panir
Minyak
9. 600 g 1200 g 7.000 14.000
goreng
10. Crackers 400 g 800 g 4000 8.000
Jumlah 27.000 54.000

4. Biaya kemasan
Biaya kemasan yang digunakan dalam produksi crackers vla labu selama 10x
produksi dapat dilihat pada tabel 11.

26
Tabel 11 Biaya kemasan
No Kemasan Jumlah Rp/Satuan Rp/bulan
1. Kotak kue 60 900 54.000
2. Wadah kue transparan 60 800 48.000
3. Biaya cetak stiker 6 lembar 2000 12.000
Jumlah 114.000

5. Total biaya bahan baku dan kemasan


Jumlah biaya bahan baku dan pendukung serta kemasan produksi crackers vla
labu dapat dilihat pada tabel 12 dan 13
Tabel 12 Total biaya bahan baku serta kemasan
No Uraian Rp/bulan
1. Biaya bahan baku crackers vla labu dengan 360.000
topping
2. Biaya kemasan 114.000
Jumlah 474.000
Tabel 13 Total
biaya bahan baku
serta kemasan
No Uraian Rp/bulan
1. Biaya bahan baku crackers vla labu ori 54.000
2. Biaya kemasan 114.000
Jumlah 168.000

6. Biaya lain-lain
Biaya lain-lain yang dikeluarkan selama proses produksi crackers vla labu
dapat dilihat pada tabel 14
Tabel 14 Biaya lain-lain
N Nama Jumlah Harga satuan Rp/bulan
o
1. Upah kerja 5 Rp. 5000 ( 1 orang) Rp.
25.000
2. Biaya 3 Rp.6000 Rp.
transportasi 18.000
3. Sabun 1 Rp.5000 Rp. 5000
pembersih
Jumlah Rp.
48.000

7. Total biaya tidak tetap (variable cost)


Total biaya tidak tetap selama produksi crackers vla labu dapat dilihat pada
tabel 15 dan 16

27
Tabel 15 Total biaya tidak tetap (variable cost) produksi crackers vla labu
dengan topping
N
Komponen biaya pokok Produksi Rp/bulan
o
1. Biaya lain – lain 48.000
2. Biaya bahan baku dan 360.000
Pendukung
Jumlah 408.000

Tabel 16 Total biaya tidak tetap (variable cost) produksi crackers vla labu ori
N
Komponen biaya pokok Produksi Rp/bulan
o
1. Biaya lain – lain 48.000
2. Biaya bahan baku dan 54.000
Pendukung
Jumlah 102.000

B. Harga Pokok Produksi (HPP)


Harga pokok produksi adalah harga terendah dari produksi yang
mengakibatkan kerugian bagia produsen. Harga pokok produksi berasal dari biaya
produksi (biaya tetap dan biaya variable) dibagi dengan jumlah produk yang
dihasilkan (kapasitas produksi).
Tabel 17 Harga Pokok Produk crackers vla labu ori dan topping
No Varian Produksi HPP
Dalam 1 bulan (2 kali) = 12
1. Ori porsi/produksi x 2 kali/bulan = 24 Rp 6.925
porsi
Dalam 1 bulan (8 kali) = 12
Toppin
2. porsi/produksi x 8 kali/bulan = 96 Rp 4.928
g
porsi
C. Harga Pokok Penjualan
Harga pokok penjualan creakers vla labu ori dan topping yaitu Rp
10.000/porsi
D. Perhitungan Penjualan
Tabel 18 Perhitungan Penjualan
Keterangan Penjualan Jumlah/bulan

Creakers vla labu ori 24 x Rp 10.000 Rp 240.000

Creakers vla labu dengan topping 96 x Rp 10.000 Rp 960.000

E. Analisis laba atau rugi

28
Laba kotor merupakan laba yang diperoleh dari selisih hasil penjualan dengan
biaya produksi sebelum dikurang pajak usaha. Laba bersih merupakan laba yang
diperoleh dari selisih laba kotor dengan pajak omset penjualan.
Tabel 19 Laba atau Rugi

Keterangan Laba Kotor Laba Bersih

Creakers vla labu ori Rp 72.821 Rp 71.621

Creakers vla labu dengan topping Rp 486.821 Rp 482.021

F. Kriteria Kelayakan Usaha

Kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain BEP (Break Event
Point), ROI (Return Of Invesment), PBP (pay back periode) dan B/C (Banefit cost
ratio).

a. BEP (Break event point)

BEP (Break event point) merupakan titik keseimbangan dimana pada


titik tersebut terdapat sama dengan biaya yang dikeluarkan, pada saat
BEP dicapai kondisi usaha tidak untung dan tidak rugi.

1. Analisis titik impas BEP unit creakers vla labu ori dan topping
Tabel 20 Break Event Point Unit crackers vla labu ori dan topping

Keterangan BEP Produksi

Creakers vla labu ori 11,3

Creakers vla labu dengan topping 11,3

Artinya produksi creakers vla labu ori mencapai titik impas pada
tingkat produksi 11 porsi dari kapasitas 24 porsi creakers vla labu, dan
dengan topping mencapai titik impas pada tingkat produksi 11 porsi dari
kapasitas 96 porsi setiap bulannya.

2. Analisis titik impas BEP rupiah creakers vla labu ori dan topping

29
Tabel 21 Break Event Point Rupiah crackers vla labu ori dan topping

Keterangan BEP Rupiah

Creakers vla labu ori Rp 113.354

Creakers vla labu dengan topping Rp 113.354


Artinya produksi creakers vla labu ori mencapai titik impas pada tingkat
penjualan sebesar Rp 113.354 dari total penjualan sebesar Rp 102.000, dengan
topping mencapai titik impas pada tingkat penjualan sebesar Rp 113.354 dari total
penjualan sebesar 408.000 setiap bulannya.

G. ROI (Return of invesment)


ROI (Return of invesment) merupakan analisis untuk mengetahui efesiensi
penggunaan modal untuk mengukur keuntungan usaha dalam kaitannya dalam
investasi yang digunakan perhitungan ROI.
Tabel 22 Return of invesment crackers vla labu ori dan topping

Keterangan ROI

Creakers vla labu ori 42,8 %

Creakers vla labu dengan topping 1,01%

H. PBP (Payback Periode)


PBP (Payback Periode) ini adalah jangka waktu pengambilan modal untuk
mengetahui lamanya modal yang digunakan untuk usaha dapat kembali.
Tabel 23 Payback Periode crackers vla labu ori dan topping

Keterangan PBP

Creakers vla labu ori 2,3

Creakers vla labu dengan topping 0,8

I. B/C (Benefit Cost Ratio)

30
Analisis benefit cost ratio merupakan analisis untuk mengetahui kelayakan
usaha. Bila nilai 1, usaha itu belum mendaapatkan keuntungan dan perlu adanya
pembenahan. Jika nilai lebih dari 1, usaha tersebut telah memperoleh
keuntungan. Sebaliknya, bila nilainya kurang dari 1, usaha tersebut merugi.
Tabel 24 Benefit Cost Ratio crackers vla labu ori dan topping

Keterangan B/C

Creakers vla labu ori 3,7

Creakers vla labu dengan topping 14,7

4.1.3 Pemasaran Produk Crackers Vla labu


Pemasaran secara langsung pada produk crackers vla labu dilakukan dengan
2 metode yaitu pemasaran secara offline dan online. Pemasaran secara langsung
dengan metode offline dilakukan pada desa pulau sari (RT 02 dan RT 06) dan desa
gunung raja, sedangkan pemasaran secara langsung dengan metode online dengan
pelantara Whatsapp, mengapa tidak menggunakan instagram, facebook atau yang
lainnya karena jangkauan pemasaran crackers vla labu ini masih skala kecil jadi
cukup menggunakan whatsapp saja untuk pemasaran secara online. Hasil
pemasaran secara langsung dan tidak langsung dapat dilihat pada tabel 25 dan 26.

Tabel 25 Data Penjualan Secara Langsung dengan metode offline


No Tempat Pemasaran Terjual

1 Desa Pulausari RT 02 40
2 Desa Pulausari RT 06 40

3 Desa Gunung raja 15


Total 95

Tabel 26 Data Penjualan Secara Langsung dengan metode online.


Tempat
No. Terjual
Pemasaran

1. WhatsApp 30

Total 30

31
4.1.4 Analisis Ekonomi
Analisis ekonomi digunakan untuk mengetahui usaha produk crackers vla
labu yang dijalankan apakah memberi keuntungan atau tidak. Analisis ekonomi
digunakan untuk menghitung biaya-biaya yang dikeluarkan dalam pembuatan
crackers vla labu.
J. Biaya Produksi
c. Biaya Tetap (Fixed cost)
Biaya tetap adakah biaya yang dikeluarkan meskipun perusahaan tidak
melakukan proses produksi. Biaya tetap terdiri atas biaya usaha dan biaya
penyusutan.
3. Biaya Usaha
Biaya usaha crackers vla labu yang sudah dijalani selama ± 1 bulan yang
disajikan pada tabel 27.
Tabel 27 Biaya Usaha

No. Nama Rp/bulan

1. Listrik dan air 25.000

2. Kuota internet 25.000

Jumlah 50.000

4. Biaya Peralatan
Biaya peralatan serta penyusunan alat yang digunakan selama produksi dapat
dilihat pada tabel 28.

Tabel 28 biaya peralatan

Usia
Penyusutan
No. Nama Alat Jumlah Harga Satuan Harga Total Pakai/
(Rp/bulan)
bulan

1. Kompor 1 Rp 300.000,00 Rp 300.000,00 60 Rp 5.000


2. Timbangan 1 Rp75.000,00 Rp 75.000,00 48 Rp 1.562
3. Baskom 2 Rp 15.000,00 Rp 30.000,00 36 Rp 833
4. Panci 2 Rp 30.000,00 Rp 60.000,00 36 Rp 1.666
5. Blender 1 Rp 100.000,00 Rp 100.000,00 48 Rp 2.083

32
6. Saringan 1 Rp 15.000,00 Rp 15.000,00 36 Rp 416
7. Sendok 2 Rp 7.500,00 Rp 15.000,00 36 Rp 416
8. Mangkok 3 Rp 5.000,00 Rp 15.000,00 35 Rp 428
9. Wajan 1 Rp 40.000,00 Rp 40.000,00 36 Rp 1.111
10. Gelas ukur 1 Rp 15.000,00 Rp 15.000,00 36 Rp 416
11. Talenan 1 Rp 20.000,00 Rp 20.000,00 36 Rp 555
12. Sutil 1 Rp 10.000,00 Rp 10.000,00 36 Rp 277
Pelastik
13. 1 Rp 15.000,00 Rp 15.000,00 36 Rp 416
segitiga
Rp
Jumlah Rp 15.179
710.000,00

3. Total biaya tetap


Biaya tetap dari usaha crackers vla labu selama ± 1 bulan dapat dilihat pada
tabel 29.

Tabel 29 Total Biaya Tetap

No. Komponen biaya tetap Rp/bulan

1. Biaya Usaha Rp. 50.000

2. Biaya Pembelian Alat Rp. 15.179

Jumlah Rp. 65.179

d. Biaya tidak tetap (variable cost)


Biaya tidak tetap merupakan biaya yang dikeluarkan jika melakukan proses
produksi. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan baku, tenaga kerja,
kemasan dan biaya bahan bahan bakar energi.
Dalam 1 bulan crackers vla labu dengan topping telah memproduksi (kali
produksi) = 12 porsi crackers vla labu /produksi x 8 kali produksi /bulan = 96
porsi/bulan
Untuk crackers vla labu ori dalam 1 bulan telah memproduksi (4 kali
produksi) = 12 porsi /produksi x 2 kali produksi = 24 porsi /bulan

8. Biaya bahan baku dan pendukung


Data bahan baku yang digunakan yang digunakan untuk mengolah crackers
vla labu

9. Harga bahan baku dan pendukung

33
Harga bahan baku dan pendukung crackers vla labu dengan topping dapat
dilihat pada tabel 30

Tabel 30 Bahan baku dan pendukung crackers vla labu dengan topping
Harga
Harga/bulan
satuan/
Kebutuhan Kebutuhan/bulan (8x
No. Bahan 1x
/ Produksi (8x produksi) produksi)
produksi
(Rp)
(Rp)
1. Ubi ungu 200 g 1600 g 5.000 40.000
2. Buah naga 200 g 1600 g 3.000 24.000
3. Coklat 100 g 800 g 5.000 48.000
4. Labu kuning 100 g 800 g 3.000 32.000
5. Tepung 100 g 800 g 2.000 40.000
6. Gula 35 g 280 g 1.000 8.000
7. Susu 30 g 240 g 2.000 16.000
8. Telur 20 g 160 g 2.000 16.000
9. Air 10 g 80 g 1.000 8.000
10. Mentega 25 g 200 g 2000 16.000
11. Tepung panir 100 g 800 g 3000 24.000
Minyak
12. 600 g 4800 g 7.000 56.000
goreng
13. Creakers 400 g 3200 g 4000 32.000
Jumlah 40.000 360.000

10. Harga bahan baku dan pendukung


Harga bahan baku dan pendukung crackers vla labu ori dapat dilihat pada
tabel 31
Tabel 31 Bahan baku dan pendukung crackers vla labu ori
Harga
Harga/bulan
No Kebutuhan Kebutuhan/bulan satuan/ 1x
Bahan (2xproduksi)
. /produksi (2x produksi) produksi
(Rp)
(Rp)
Labu
1. 100 g 200 g 3.000 6.000
kuning
2. Tepung 100 g 200 g 2.000 4.000
3. Gula 35 g 70 g 1.000 2.000
4. Susu 30 g 60 g 2.000 4.000
5. Telur 20 g 40 g 2.000 4.000
6. Air 10 g 20 g 1.000 2.000
7. Mentega 25 g 50 g 2000 4.000
Tepung
8. 100 g 200 g 3000 6.000
panir
Minyak
9. 600 g 1200 g 7.000 14.000
goreng
10. Crackers 400 g 800 g 4000 8.000
Jumlah 27.000 54.000

11. Biaya kemasan

34
Biaya kemasan yang digunakan dalam produksi crackers vla labu selama 10x
produksi dapat dilihat pada tabel 32.
Tabel 32 Biaya kemasan
No Kemasan Jumlah Rp/Satuan Rp/bulan
1. Kotak kue 60 900 54.000
2. Wadah kue transparan 60 800 48.000
3. Biaya cetak stiker 6 lembar 2000 12.000
Jumlah 114.000

12. Total biaya bahan baku dan kemasan


Jumlah biaya bahan baku dan pendukung serta kemasan produksi crackers vla
labu dapat dilihat pada tabel 33 dan 34
Tabel 33 Total biaya bahan baku serta kemasan
No Uraian Rp/bulan
1. Biaya bahan baku crackers vla labu dengan 360.000
topping
2. Biaya kemasan 114.000
Jumlah 474.000
Tabel 34 Total
biaya bahan baku
serta kemasan
No Uraian Rp/bulan
1. Biaya bahan baku crackers vla labu ori 54.000
2. Biaya kemasan 114.000
Jumlah 168.000

13. Biaya lain-lain


Biaya lain-lain yang dikeluarkan selama proses produksi crackers vla labu
dapat dilihat pada tabel 35
Tabel 35 Biaya lain-lain
N Nama Jumlah Harga satuan Rp/bulan
o
1. Upah kerja 5 Rp. 5000 ( 1 orang) Rp.
25.000
2. Biaya 3 Rp.6000 Rp.
transportasi 18.000
3. Sabun 1 Rp.5000 Rp. 5000
pembersih
Jumlah Rp.
48.000

14. Total biaya tidak tetap (variable cost)

35
Total biaya tidak tetap selama produksi crackers vla labu dapat dilihat pada
tabel 36 dan 37
Tabel 36 Total biaya tidak tetap (variable cost) produksi crackers vla labu
dengan topping

N
Rp/bulan
o Komponen biaya pokok Produksi

1. Biaya lain – lain 48.000

2. Biaya bahan baku dan Pendukung 360.000

Jumlah 408.000

Tabel 37 Total biaya tidak tetap (variable cost) produksi crackers vla labu ori

N
Rp/bulan
o Komponen biaya pokok Produksi

1. Biaya lain – lain 48.000

2. Biaya bahan baku dan Pendukung 54.000

Jumlah 102.000

K. Harga Pokok Produksi (HPP)


Harga pokok produksi adalah harga terendah dari produksi yang
mengakibatkan kerugian bagia produsen. Harga pokok produksi berasal dari biaya
produksi (biaya tetap dan biaya variable) dibagi dengan jumlah produk yang
dihasilkan (kapasitas produksi).
Tabel 38 Harga Pokok Produksi
No Varian Produksi HPP
Creakers vla labu ori Dalam 1 bulan (2 kali) = 12
1. porsi/produksi x 2 kali/bulan = Rp 6.925
24 porsi
Creakers vla labu Dalam 1 bulan (8 kali) = 12
2. dengan topping porsi/produksi x 8 kali/bulan = Rp 4.928
96 porsi
L. Harga Pokok Penjualan

36
Harga pokok penjualan creakers vla labu ori dan topping yaitu Rp
10.000/porsi
M. Perhitungan Penjualan
Tabel 39 Perhitungan Penjualan
Keterangan Penjualan Jumlah/bulan

Creakers vla labu ori 24 x Rp 10.000 Rp 240.000

Creakers vla labu dengan topping 96 x Rp 10.000 Rp 960.000

N. Analisis laba atau rugi


Laba kotor merupakan laba yang diperoleh dari selisih hasil penjualan dengan
biaya produksi sebelum dikurang pajak usaha. Laba bersih merupakan laba yang
diperoleh dari selisih laba kotor dengan pajak omset penjualan.
Tabel 40 Laba atau Rugi

Keterangan Laba Kotor Laba Bersih

Creakers vla labu ori Rp 72.821 Rp 71.621

Creakers vla labu dengan Rp 486.821 Rp 482.021


topping

O. Kriteria Kelayakan Usaha

Kriteria kelayakan investasi yang digunakan antara lain BEP (Break Event
Point), ROI (Return Of Invesment), PBP (pay back periode) dan B/C (Banefit cost
ratio).

a. BEP (Break event point)

BEP (Break event point) merupakan titik keseimbangan dimana pada titik
tersebut terdapat sama dengan biaya yang dikeluarkan, pada saat BEP dicapai
kondisi usaha tidak untung dan tidak rugi.

3. Analisis titik impas BEP unit creakers vla labu ori dan topping
Tabel 41 Break Event Point Unit crackers vla labu ori dan topping

Keterangan BEP Produksi

37
Creakers vla labu ori 11,3

Creakers vla labu dengan topping 11,3

Artinya produksi creakers vla labu ori mencapai titik impas pada tingkat
produksi 11 porsi dari kapasitas 24 porsi, dengan topping mencapai titik impas
pada tingkat produksi 11 porsi dari kapasitas 96 porsi creakers vla labu setiap
bulannya.

4. Analisis titik impas BEP rupiah creakers vla labu ori dan topping
Tabel 42 Break Event Point Rupiah crackers vla labu ori dan topping

Keterangan BEP Rupiah

Creakers vla labu ori Rp 113.354

Creakers vla labu dengan topping Rp 113.354

Artinya produksi creakers vla labu ori mencapai titik impas pada tingkat
penjualan sebesar Rp 113.354 dari total penjualan sebesar Rp 102.000 dan dengan
topping mencapai titik impas pada tingkat penjualan sebesar Rp 113.354 dari total
penjualan sebesar 408.000 setiap bulannya.
P. ROI (Return of invesment)
ROI (Return of invesment) merupakan analisis untuk mengetahui efesiensi
penggunaan modal untuk mengukur keuntungan usaha dalam kaitannya dalam
investasi yang digunakan perhitungan ROI.
Tabel 43 Return of invesment crackers vla labu ori dan topping

Keterangan ROI

Creakers vla labu ori 42,8 %

Creakers vla labu dengan topping 1,01%

Q. PBP (Payback Periode)

38
PBP (Payback Periode) ini adalah jangka waktu pengambilan modal untuk
mengetahui lamanya modal yang digunakan untuk usaha dapat kembali.
Tabel 44 Payback Periode crackers vla labu ori dan topping

Keterangan PBP

Creakers vla labu ori 2,3

Creakers vla labu dengan topping 0,8

R. B/C (Benefit Cost Ratio)


Analisis benefit cost ratio merupakan analisis untuk mengetahui kelayakan
usaha. Bila nilai 1, usaha itu belum mendaapatkan keuntungan dan perlu adanya
pembenahan. Jika nilai lebih dari 1, usaha tersebut telah memperoleh
keuntungan. Sebaliknya, bila nilainya kurang dari 1, usaha tersebut merugi.
Tabel 45 Benefit Cost Ratio crackers vla labu ori dan topping

Keterangan B/C

Creakers vla labu ori 3,7

Creakers vla labu dengan topping 14,7

4.1.4 Analisis Nilai Tambah


Analisis nilai tambah merupakan metode yang memperkirakan perubahan
nilai bahan baku setelah mendapatkan perlakukan. Perhitungan analisis nilai
tambah pada komoditas labu kuning, ubi ungu, buah naga pada produk crackers
vla labu dengan topping dan ori menggunakan metode hayami dapat dilihat pada
tabel 46 dan tabel 47
Tabel 46 Perhitungan nilai tambah crackers vla labu dengan topping
No. Variable Rumus Nilai
Output, input dan harga
1. Output (kg) A 0,92
2. Input (kg) B 0,1
3. Tenaga Kerja (HOK) C 1
4. Faktor Konversi D = A/Bs 9,2
5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK) E = C/B 10
6. Harga output (Rp/kg) F Rp 120.000

39
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) G Rp 5000
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/kg) H Rp 3000
9. Sumbangan input lain (Rp/kg) I Rp 37.000
10. Nilai output (Rp/kg) J=D×F Rp 1.104.000
a.       Nilai tambah (Rp/kg) K=J-H-I Rp 1.064.000
11.
b.       Rasio nilai tambah (%) L % = K/J×100% 1,03%
a.       Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) M=E×G Rp 5.000
12.
b.       Pangsa tenaga kerja (%) N % = M/K ×100% 0,5%
a.       Keuntungan (Rp/kg) O=K–M Rp 1.059.000
13
b.       Tingkat keuntungan (%) P % = O/J × 100% 99,5 %
Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
Marjin (Rp/kg) Q=J–H Rp 1.101.000
a.       Pendapatan tenaga kerja (%) R % = M/Q ×100% 0,45 %
14.
b.       Sumbangan input lain (%) S % = I/Q ×100% 3,36 %
c.        Keuntungan perusahaan (%) T % = O/Q ×100% 96,63 %

Tabel 47 Perhitungan nilai tambah crackers vla labu ori


No. Variable Rumus Nilai
Output, input dan harga
1. Output (kg) A 0,42
2. Input (kg) B 0,1
3. Tenaga Kerja (HOK) C 1
4. Faktor Konversi D = A/B 4,2
5. Koefisien Tenaga Kerja (HOK) E = C/B 10
6. Harga output (Rp/kg) F Rp 120.000
7. Upah Tenaga Kerja (Rp/HOK) G Rp 5000
Pendapatan dan Keuntungan
8. Harga bahan baku (Rp/kg) H Rp 3000
9. Sumbangan input lain (Rp/kg) I Rp 24.000
10. Nilai output (Rp/kg) J=D×F Rp 504.000
a.       Nilai tambah (Rp/kg) K=J-H-I Rp 477.000
11.
b.       Rasio nilai tambah (%) L % = K/J×100% 94,6 %
a.       Pendapatan tenaga kerja (Rp/kg) M=E×G Rp 5000
12.
b.       Pangsa tenaga kerja (%) N % = M/K ×100% 1,04 %
a.       Keuntungan (Rp/kg) O=K–M Rp 472.000
13
b.       Tingkat keuntungan (%) P % = O/J × 100% 98,9%
Balas Jasa Pemilik Faktor Produksi
Marjin (Rp/kg) Q=J–H Rp 501.000
a.       Pendapatan tenaga kerja (%) R % = M/Q ×100% 1%
14.
b.       Sumbangan input lain (%) S % = I/Q ×100% 4,76 %
c.        Keuntungan perusahaan (%) T % = O/Q ×100% 94,2 %

4.2 Pembahasan
4.2.1 Hasil formulasi pembuatan crackers vla labu
Crackers merupakan salah satu jenis biskuit yang digemari oleh masyarakat
berbagai kalangan. Bahan dasar pembuatan crackers yaitu tepung terigu atau
tepung jenis lainnya, lemak, garam, cairan, gula dan ragi. Banyak sekali inovasi
yang dikembangkan yaitu crackers vla labu ini. Produk crackers vla labu

40
dikembangkan agar labu kuning bermanfaat, dapat diminati dan dinikmati
masyarakat terutama kalangan anak-anak sampai orang tua.
Ketersediaan labu kuning yang melimpah dan memiliki kandungan β-
karoten yang tinggi dan senyawa antioksidan [ CITATION Les12 \l 1033 ]. Warna
orange kekuningan pada labu kuning disebabkan karna adanya warna alami pada
buah labu kuning yang disebut dengan β-karoten. β-karoten dapat larut dalam
lemak, tidak larut dalam air, mudah rusak karena teroksidasi pada suhu tinggi. β-
karoten berfungsi untuk menurunkan resiko penyakit jantung dan kanker (Kosasis
20014).
Perlakuan pada pembuatan crackers vla labu ini dilakukan untuk
mendapatkan komposisi yang terbaik dengan dilakukan beberapa kali perlakukan,
komposisi yang terbaik pada beberapa kali perlakuan ini adalah komposisi yang
kedua yaitu tepung terigu (100 g), labu kuning (100 g), mentega (25 g), gula (35
g), susu (30 g), telur (20 g) dan air (10 g). Formulasi crackers vla labu yang
terbaik memiliki rasa yang enak tepung dan labu sama-sama terasa karena
perbandingan 100 g tepung terigu : 100 g labu.
Berdasarkan hasil diatas respon tingkat penerimaan konsumen terhadap
crackers vla labu terhadap 15 konsumen menyatakan bahwa mereka lebih
menyukai formulasi kedua yaitu perbandingan 100 g tepung terigu : 100 g labu.
Hal ini disebabkan karena aroma, rasa dari labu lebih baik dari formulasi lain.
4.2.2 Analisis Ekonomi crackers vla labu
Setelah beberapa kali dilakukan percobaan formulasi didapatkan formulasi
terbaik dengan menggunakan metode respon tingkat kesukaan konsumen. Untuk
mengetahui harga jual crackers vla labu dilakukan perhitungan analisis ekonomi
untuk mengetahui biaya–biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi atau
membuat crackers vla labu dengan topping ataupun ori.

A. Biaya Produksi

Analisis ekonomi terdiri dari biaya kuota internet sebesar Rp.


30.000/bulan dan biaya listrik Rp. 20.000/bulan. Biaya penyusutan peralatan yang
harus dikeluarkan perbulan dihitung dari proses produksi crackers vla labu dapat
diketahui bahwa biaya produksi merupakan pengeluaran selama usaha

41
berlangsung, adapun biaya produksi terdiri dari biaya tetap ditambah biaya tidak
tetap. Hal ini karena menurut Purnama (2017) biaya produksi adalah semua biaya
yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku
menjadi produk selesai. Biaya produksi digolongkan menjadi biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

Berdasarkan hasil produksi crackers vla labu biaya tetap (fixed cost)
adalah biaya pengeluaran yang tetap dilaksanakan selama periode proses produksi
crackers vla labu meskipun tidak melakukan produksi. Hal ini dikarenakan
menurut Purnama (2017) biaya tetap (fixed cost) yang jumlah totalnya tetap
konstan tidak dipengaruhi oleh perubahan volume kegiatan atau aktivitas sampai
dengan tingkat tertentu. Biaya tetap terdiri dari biaya usaha dan biaya penyusutan
alat. Biaya usaha pada produk crackers vla labu dengan total sebesar Rp 50.000
perbulan yang diperoleh dari biaya kuota internet sebesar Rp 25.000, dan biaya
listrik dan air sebesar Rp 25.000, sedangkan total biaya usaha dijumlah dengan
biaya penyusutan alat sebesar Rp 15.179 maka total biaya tetap pada proses
produksi crackers vla labu sebesar Rp 65.179.

Bedasarkan hasil produksi crackers vla labu biaya tidak tetap (variable
cost) adalah biaya pengeluaran pada saat pelaksanaan produksi crackers vla labu
berlangsung. Biaya tidak tetap terdiri dari biaya bahan baku, biaya kemasan, dan
biaya lain-lain. Hal ini karena menurut Purnama (2017) biaya variabel (variable
cost), yaitu biaya yang jumlah totalnya akan berubah secara sebanding
(proposional) dengan perubahan volume kegiatan, semakin besar volume kegiatan
semakin tinggi jumlah total biaya variabel, semakin rendah volume kegiatan
semakin rendah jumlah total biaya variabel. Proses produksi crackers vla labu
dilakukan dengan 10 kali produksi, apabila 1 kali produksi menghasilkan 12 porsi
crackers vla labu, maka dalam sebulan atau 10 kali produksi menghasilkan 120
porsi crackers vla labu. Bahan baku dan bahan pendukung yang digunakan untuk
memproduksi crackers vla labu yaitu tepung terigu, labu, ubi ungu, buah naga,
coklat, mentega, susu, telur, tepung panir dan minyak goreng. Bahan baku dan
pendukung dalam1 kali produksi menghabiskan sebesar 920 g/produksi untuk
crackers vla labu dengan topping dan 420 g/produksi untuk yang ori, sedangkan

42
dalam sebulan menghabiskan 13400 g/bulan. Harga bahan baku dan bahan
pendukung yang digunakan untuk memproduksi crackers vla labu dengan topping
sebesar Rp 40.000 dalam 1 bulan produksi Rp 360.000, sedangkan untuk crackers
vla labu ori 1 kali produksi sebesar Rp 27.000 dalam 1 bulan produksi Rp 54.000.
Kemasan yang digunakan adalah box kue dan box kue transparan yang dilengkapi
dengan stiker penjualan dengan biaya sebesar Rp 114.000. Jadi total biaya bahan
baku dan pendukung serta kemasan adalah sebesar Rp 474.000 untuk crackers vla
labu dengan topping, Rp 168.000 untuk crackers vla labu ori. Biaya lain-lain yang
digunakan selama produksi terdiri dari biaya tenaga kerja/upah kerja, biaya
transfortasi dan sabun pembersih sebesar Rp 48.000. Jadi, total biaya tidak tetap
adalah Rp 408.000 untuk crackers vla labu dengan topping dan Rp 102.000 untuk
yang ori.

B. Harga Pokok Produksi (HPP)

Berdasarkan hasil produksi crackers vla labu harga pokok produksi adalah
harga terkecil dari produk yang tidak menimbulkan kerugian dan menentukan
harga jual produk. Harga pokok produksi didapatkan sebesar Rp 4.928 untuk
crackers vla labu dengan topping dan Rp 6.925 untuk yang ori. Hal ini menurut
Hansen (2015) yang menyatakan bahwa harga pokok produk adalah pembebanan
biaya yang mendukung tujuan menajerial yang spesifik. Artinya penentuan harga
pokok suatu produk tergantung pada tujuan menejerial yang spesifik atau yang
ingin dicapai.

C. Harga Pokok Penjualan

Harga pokok penjualan adalah harga yang telah ditentukan setelah


mengetahui harga pokok produksi. Harga pokok penjualan crackers vla labu
sebesar Rp 10.000 setelah mengetahui nilai harga pokok produksi. yaitu harga
yang telah ditetapkan setelah mengetahui harga pokok produksi produk.

D. Perhitungan Penjualan

Perhitungan penjualan produk crackers vla labu dijual perposi dengan isi 5
crackers dengan harga jual Rp 10.000/porsi yang perbulannya terproduksi 120

43
porsi dengan 1 kali produksi berjumlah 12 porsi, didapatkan hasil penjualan
sebesar Rp 960.000 untuk crackers vla labu dengan topping dan Rp 240.000 ynag
ori.

E. Analisis Laba dan Rugi

Laba merupakan keuntungan yang didapat setelah menjual produk, laba


dibagi menjadi 2 yaitu laba kotor dan laba bersih. Laba kotor yaitu hasil penjualan
dikurangkan biaya produksi sebelum dikurang pajak omset. Laba bersih yaitu
hasil laba kotor dikurang pajak omset, laba kotor dari penjualan crackers vla labu
dengan topping sebesar Rp486.821/ bulan, dan untuk crackers vla labu ori sebesar
Rp. 72.821/bulan. Laba bersih dari hasil penjualan crackers vla labu dengan
topping setelah dikurangi pajak omset yaitu Rp.482.021/bulan, untuk creakers vla
labu ori yaitu Rp. 71.621/bulan.

F. Kriteria Kelayakan Usaha

Kriteria kelayakan usaha yaitu untuk menentukan usaha yang dijalankan


layak atau tidak dengan menghitung nilai BEP (Break Event Point), ROI (Return
of Investment), PBP (Payback Period) dan B/C (Banefit Cost Ratio).

1. BEP (Break Event Point)

BEP merupakan titik impas dimana biaya yang dikeluarkan seimbang


dengan pendapatan dimana produsen tidak mengalami untung dan rugi. Hasil
perhitungan BEP dari produk vla labu dengan topping 11,3 sehingga produk vla
labu dengan topping maupun ori berada pada titik impas pada tingkat produksi 12
porsi perbulan.

2. ROI (Return of Investment)

ROI merupakan analisis untuk mengetahui efesien penggunaan modal


untuk mengukur keuntungan usaha dalam bentuk persentase. ROI didapatkan dari
laba bersih perbulan pada crackers vla labu dengan topping sebesar 1,01%, yang
artinya dari modal 100% akan kembali 1,01%, dan untuk crackers vla labu ori,

44
ROI yang didapatkan sebesar 42,8% dari modal 100%. ROI didapatkan dari laba
bersih dibagi dengan biaya produksi.

3. PBP (Payback Period)

PBP yaitu untuk mengetahui berapa lama jangka waktu yang diperlukan
untuk pengembalian modal usaha yang digunakan. Hal ini karena menurut
(Aprilia, 2018), Payback Period adalah jangka waktu yang diperlukan untuk
mengembalikan modal suatu investasi, yang dihitung dengan arus kas bersih.
Untuk mengetahui Payback Period pada produk crackers vla labu adalah total
biaya produksi crackers vla labu dengan topping sebesar Rp 473.179 dibagi
dengan laba kotor sebesar Rp 486.821 dikali 100% maka hasil perhitungannya
adalah 1 yang artinya dalam jangka 1 bulan akan kembali modal crackers vla labu
dengan topping, sedangkan total biaya produksi crackers vla labu ori sebesar Rp
167.179 dibagi dengan jumlah laba kotor sebesar Rp 72.821 dikali 100% maka
hasil perhitungannya adalah 2,3 yang artinya dalam jangka 2,3 bulan modal akan
kembali.

4. B/C (Benefit Cost Ratio)

B/C merupakan analisis untuk mengetahui kelayakan usaha. Jika nilai B/C
kurang dari 1 maka usaha tidak layak dijalankan karena usaha akan mengalami
kerugian, sebaliknya jika nilai B/C lebih dari 1 maka usaha tersebut layak untuk
dijalankan karena mendapatkan keuntungan. B/C pada produk crackers vla labu
dengan topping sebesar 14,7 dan untuk produk crackers vla labu ori sebesar 37,
yang mana artinya adalah usaha ini layak dijalankan.

4.2.3 Pemasaran Produk Crackers Vla labu


Menurut Tia (2018) pemasaran adalah bentuk untuk menilai apakah
perusahaan yang melakukan apakah perusahaan yang akan melakukan investasi
ditinjau dari segi pasar dan pemasaran memiliki peluang pasar yang diinginkan
atau tidak. Terdapat dua cara dalam hal pemasaran memiliki yaitu pemasaran
langsung merupakan proses pemasaran yang menuju kepada konsumen akhir ke
produsen sehingga tidak ada perantara. Pemasaran tidak langsung pemasaran ini
menggunakan perantara dan tidak langsung ke konsumen seperti menerapkan

45
strategi untuk mempromoasikan suatu produk atau jasa yang ditunjukkan untuk
menyentuh pikiran dan konsumen secara tidak langsung.

Pemasaran pada produk crackers vla labu dilakukan berbagai aktifitas


untuk menyampaikan dan memperkenalkan produk crackers vla labu. Pemasaran
produk crackers vla labu dilakukan secara langsung dengan 2 metode yaitu secara
offline dan online. Pemasaran secara langsung dengan metode offline dilakukan
dengan menawarkan langsung kepada konsumen untuk bertujuan
mempromosikan produk disertai penjualan produk. Sedangkan pemasaran secara
langsung dengan metode online dilakukan dengan mempromosikan produk di
media sosial seperti whatsapp yang bertujuan untuk menarik peminat konsumen
yang berjarak jauh dari tempat tinggal, metode online ini tidak dilakukan di media
sosial secara menyeluruh seperti facebook, instagram ataupun lainnya karena
jaungkauan pemasaran crackers vla labu ini masih skala kecil. Berdasarkan tabel
diatas dapat disimpulkan pemasaran secara langsung dengan metode offline yang
lebih menguntungkan karena banyak pembelinya dibandingkan pemasaran secara
langsung denga metode online.

4.2.4 Analisis Nilai Tambah Terhadap Produk Crackers Vla Labu Dengan
Topping
Nilai tambah merupakan imbalan bagi tenaga kerja dan keuntungan
pengolah. Untuk menguji hipotesa bahwa pengolahan bahan baku memberikan
nilai tambah yang dikemukakan oleh Eka (2017). Berdasarkan hasil perhitungan
nilai tambah pada tabel hasil diatas dijelaskan bahwa perhitungan nilai tambah
crackers vla labu dengan topping dengan hasil produksi/output sebesar 0,92kg
dengan penggunaan bahan baku/input sebesar 0,1kg dapat menghasilkan faktor
konversi 9,2, tenaga kerja (HOK) 1, koefisen tenaga kerja (HOK/Kg) 10, harga
output sebesar Rp. 120.000 dengan upah tenaga kerja sebesar Rp.5000. Nilai
output pada produksi crackers vla labu dengan topping sebesar 1.104.000 yang
didapatkan dari faktor konversi dikali harga output.

Pendapatan dan keuntungan pada proses produksi crackers vla labu


dengan topping nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp 1.059.000/bulan yang
didapat dari pengurangan nilai output dengan sumbangan input lain sebesar Rp

46
37.000 dan harga bahan baku sebesar Rp 3.000. Sedangkan rasio nilai tambah
pada produksi crackers vla labu dengan topping sebesar 1,03%. Pendapatan
tenaga kerja pada produksi crackers vla labu dengan topping sebesar Rp 5.000
dengan persentase pangsa tenaga kerja sebesar 0,5% didapatkan dari pendapatan
tenaga kerja dibagi nilai tambah. Besar keuntungan pada produksi crackers vla
labu dengan topping sebesar Rp 1.059.000 dihasilkan setelah besar keuntungan
dibagi nilai tambah di persentase kan maka tingkat keuntungan sebesar 99,5%.

Balas jasa untuk faktor produksi pada proses produksi crackers vla labu
dengan topping adalah pada marjin yang dihasilkan sebesar Rp 1.101.000
didapatkan setelah nilai output dikurang harga bahan baku. Setelah pendapatan
tenaga kerja dibagi dengan marjin di persentase kan maka persentase pendapatan
tenaga kerja sebesar 0,5%, dan setelah sumbangan input lain dibagi dengan marjin
di persentase kan maka persentase sumbangan input lain sebesar 0,45%,
sedangkan jika besar keuntungan dibagi dengan marjin di persentase kan maka
persentase keuntungan memiliki perusahaan sebesar 96,63% jadi pada produksi
crackers vla labu dengan topping sangat menguntungkan.

4.2.5 Analisis Nilai Tambah Terhadap Produk Crackers Vla Labu Ori
Nilai tambah merupakan imbalan bagi tenaga kerja dan keuntungan
pengolah. Untuk menguji hipotesa bahwa pengolahan bahan baku memberikan
nilai tambah yang dikemukakan oleh Eka (2017). Berdasarkan hasil perhitungan
nilai tambah pada tabel hasil diatas dijelaskan bahwa perhitungan nilai tambah
crackers vla labu dengan topping dengan hasil produksi/output sebesar 0,42kg
dengan penggunaan bahan baku/input sebesar 0,1kg dapat menghasilkan faktor
konversi 4,2, tenaga kerja (HOK) 1, koefisen tenaga kerja (HOK/Kg) 10, harga
output sebesar Rp. 120.000 dengan upah tenaga kerja sebesar Rp.5000. Nilai
output pada produksi crackers vla labu dengan ori sebesar 504.000 yang
didapatkan dari faktor konversi dikali harga output.

Pendapatan dan keuntungan pada proses produksi crackers vla labu ori
nilai tambah yang dihasilkan sebesar Rp 472.000/bulan yang didapat dari
pengurangan nilai output dengan sumbangan input lain sebesar Rp 24.000 dan
harga bahan baku sebesar Rp 3.000. Sedangkan rasio nilai tambah pada produksi

47
crackers vla labu ori sebesar 94,%. Pendapatan tenaga kerja pada produksi
crackers vla labu ori sebesar Rp 5.000 dengan persentase pangsa tenaga kerja
sebesar 1,04% didapatkan dari pendapatan tenaga kerja dibagi nilai tambah. Besar
keuntungan pada produksi crackers vla labu ori sebesar Rp 472.000 dihasilkan
setelah besar keuntungan dibagi nilai tambah di persentase kan maka tingkat
keuntungan sebesar 98,9%.

Balas jasa untuk faktor produksi pada proses produksi crackers vla labu
ori adalah pada marjin yang dihasilkan sebesar Rp 501.000 didapatkan setelah
nilai output dikurang harga bahan baku. Setelah pendapatan tenaga kerja dibagi
dengan marjin di persentase kan maka persentase pendapatan tenaga kerja sebesar
1%, dan setelah sumbangan input lain dibagi dengan marjin di persentase kan
maka persentase sumbangan input lain sebesar 4,76%, sedangkan jika besar
keuntungan dibagi dengan marjin di persentase kan maka persentase keuntungan
memiliki perusahaan sebesar 94,2% jadi pada produksi crackers vla labu ori
sangat menguntungkan.

48
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil dan pembahasan untuk proses produksi crackers vla labu
dengan topping dan ori. Maka dapat disimpulkan sebagai berikut
1. Proses pembuatan crackers vla labu adalah formulasi 2 yaitu tepung terigu
(100 g), labu kuning (100 g), mentega (25 g), gula (35 g), susu (30 g), telur
(20 g) dan air (10 g). Formulasi crackers vla labu yang terbaik memiliki rasa
yang enak tepung dan labu sama-sama terasa karena perbandingan 100 g
tepung terigu : 100 g labu.
2. Analisis ekonomi pada crackers vla labu topping dan ori berbeda karna faktor
harga bahan yang digunakan serta modal yang dikeluarkan. Dari hasil
disimpulkan bahwa nilai ekonomi crackers vla labu ori yang lebih baik
persentasenya dibandingkan dengan crackers vla labu topping.
3. Pemasaran yang dilakukan pada produksi crackers vla labu secara langsung
dengan metode tatap muka (offline) lebih banyak diminati dibandingkan
dengan pemasaran secara langsung dengan metode online.
4. Besar nilai tambah untuk produk crackers vla labu dengan topping sebesar Rp
1.064.000 dan besar nilai tambah untuk crackers vla labu ori Rp 477.000,
dengan tingkat keuntungan sebesar 99,5% dan 98,9%.

5.2 Saran
Berdasarkan hasil pelaksanaan tugas akhir ini, saran yang dapat diberikan
untuk produk ini yaitu produk ini bisa dijadikan usaha modern untuk dijadikan
sebagai produk yang lebih bernilai lagi, serta perlu ada pembenahan lagi pada
jumlah harga dan bahan yang digunakan agar produk benar-benar mendapatkan
harga yang ekonomis.

49
DAFTAR PUSTAKA
Afianti, F. 2015. Pengaruh Penambahan Tepung Ikan Gabus (Ophiocephalus
striatus) dan Air Terhadap Sifat Organoleptik Crackers. E-journal Boga
4(1): 46-55.
Anni, F.D. 2008. Patiseri Jilid I. Direktorat Pembinaan Sekolah Menengah
Kejuruan. Jakarta.
Asmaraningtyas, D. 2014. Kekerasan, Warna, dan Daya Terma Biskuit yang
Disubstitusi Labu Kuning. Skripsi. Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas
Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Bilson, S. 2007. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.
Darwin, P. 2013. Menikmati Gula Tanpa Rasa Takut. Sinar Ilmu. Yogyakarta.
Ferazuma, H., Marliyati, S. A., dan Amalia, L. 2011. Substitusi Tepung Kepala
Ikan Lele Dumbo (Clarias Gariepinus sp) Untuk Meningkatkan
Kandungan Kalsium Crackers. Jurnal Gizi dan Pangan 6(1): 18-27.
Hansen, D. R. 2013. Akuntansi Manajerial (Managerial Accounting).
Diterjemahkan oleh Deny Arnos Kwary. Edisi Kedelapan. Buku Satu.
Salemba Empat. Jakarta.
Hartina, R. M. 2017. Pembuatan Nugget Labu Kuning. Program Studi Pendidikan
Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik Universitas Negeri Makaasar.
Makassar.
Heri W. I. R. 2015. Ilmu Bahan Makanan Dasar. Nuha Medika. Jakarta.
Junaenah. 2007. Aplikasi Penggunaan Tepung Daging Sapi Sebagai Bahan
Tambahan Pada Pembuatan Crackers. Jurnal Pertanian, 11-24.
Kamisi, H. L. 2011. Analisis Usaha Dan NilaiTambah Agroindustri Kerupuk
Singko. Jurnal Ilmiah Agribisnis dan Perikanan (Agrikan UMMU-
Ternate) 4(2): 82-87.
Khotimah, H. 2014. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya Bambu.
Jurnal Kehutanan, 14-24.
Khotimah, H., dan Sutiono. 2014. Analisis Kelayakan Finansial Usaha Budidaya
Bambu. Jurnal Ilmu Kehutanan 8(1).

50
Kinanti, D. A. 2015. Analisis Sektor Basis Di Kabupaten Kudus Pada Tahun
2011-2015. Universitas Brawijaya. Malang.
Kotler, P. 2014. Prinsip-prinsip Manajemen. Edisi 14, Jilid 1. Erlangga. Jakarta.
Kristanti, I. N. 2013. Analisis Penerapan Harga Jual Tepung Kentang dan
Tepung Terigu Terhadap Karakteristik Donat. Program Study Teknologi
Hasil Pertanian. Fakultas Universitas Sumatra Utara. Medan.
Lasena, S. R. 2013. Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi pada PT.Dimembe
Nyiur Agrippo. Jurnal EMBA 1(3) 585-592. ISSN:2303-1174.
Lestario, L. S. 2012. Pemanfaatan Tepung Labu Kuning (Cucurbita moschata
Durch) Sebagai Bahan Fortifikasi Mie Basah. Prosiding Seminar Nasional
Sains dan Pendidikan Sains VII UKSW, 182-189.
Lulus, S. H. B. 2012. Insektisida Sipermethrin 100 G/L Terhadap Nyamuk
Dengan Metode Pengasapan. Jurnal Kesehatan Masyarakat, 156-163.
Maharani, V. E. 2013. Organizational Citizenship Behavior Role in Mediating the
Effect ofTransformational Leadership, Job Satisfaction on
EmployeePerformance: Studies in PT Bank Syariah Mandiri Malang East
Java. International Journal of Business and Management 8(17).
Oktaviani, E. P. 2014. Kualitas dan Aktivitas Antioksidan Minuman Probiotik
dengan Variasi Ekstrak Buah Naga Merah (Hyloreceus polyrhizus). Jurnal
Teknobiologi 1(1): 1-15.
Pariri. 2012. Kelayakan Usaha dan Nilai Tambah Pada Kerupuk Labu Kuning.
Program Study Teknologi Hasil Pertanian, Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Pricilia, D. J. 2014. Penentuan Harga Pokok Produksi dalam Menetapkan Harga
Jual pada UD. Martabak Mas Narto di Manado. Jurnal EMBA 2: 1077-1.
ISSN 2303-1174.
Purnama, D. 2017. Perhitungan Harga Pokok Produksi Dalam Menentukan
Harga Jual Melalui Metode Cost Plus Pricing Dengan Pendekatan Full
Costing Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Islam. UIN Alauddin Makassar.
Makassar.
Respati, A. N. 2010. Pengaruh Penggunaan Pasta Labu Kuning (Cucurbita
moschata) untuk Substitusi Tepung Terigu Dengan Penambahan Tepung

51
dalam Pembuatan Mie Kering. Skripsi. Fakultas Pertanian Universitas
Sebelas Maret. Surakarta.
Rohmah, L. 2019. Wirausaha Sambal Jamur Tiram. Jurusan Teknologi Industri
Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut. Pelaihari, Banjarmasin.
Rustandi, D. 2011. Produksi Mie. Tiga Serangkai. Surakarta.
Sudarman, M. 2017. Pemanfaatan Labu Kuning Menjadi Cookies. Program Studi
Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas Teknik Universitas Negeri
Makassar. Makassar.
Supardi, A. 2019. Kewirausahaan Dan Analisis Nilai Tambah Ikan Sepat Asin.
Jurusan Teknologi Industri Pertanian, Politeknik Negeri Tanah Laut.
Pelaihari, Banjarmasin.
Susanti. 2012. Studi Pembuatan Dark Cokelat Dengan Penambahan Ekstrak Jahe
(zingiberofficinale) Sebagai Bahan Pengisi. Skripsi. Jurusan Ilmu dan
Teknologi Pangan, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin. Makassar.
Suwito, W. 2010. Bakteri yang Sering Mencemari Susu : Deteksi, Patogenesis,.
Epidemiologi, dan Cara Pengendaliannya. Jurnal Litbang Pertanian, 96.
Umar, H. 2005. Metode Penelitian. Salemba Empat. Jakarta.
Winarti, S. 2010. Makanan Fungsional. Graha Ilmu. Yogyakarta.

52
LAMPIRAN
Lampiran 1. Penjualan produk secara langsung dengan metode offline

53
Lampiran 2. Penjualan produk secara langsung dengan metode online

54
55
56
Lampiran 3. Penjualan di online (whattsaApp)

Lampiran 4. Testimoni pelanggan terhadap produk

57
58
Lampiran 5. Proses pembuatan produk

59
60
61
62
Lampiran 6. Testimoni Konsumen Terhadap Rancangan (A1) Untuk Produk
Kreakers Vla Labu Krispi

Nama :
Umur :
Tanggal :
Tanda Tangan :

1. Apa yang anda rasakan setelah mencoba produk ini?


a. Cukup Manis
b. Kurang Manis
c. Tidak Manis
2. Bagaimana menurut anda dengan tampilan produk ini?
a. Cukup bagus
b. Bagus
c. Tidak Bagus
3. Bagaimana dengan aroma produk ini?
a. Khas Labu
b. Tengik
c. Tidak ada aroma
4. Bagaimana menurut anda dengan tekstur produk ini?
a. Cukup
b. Sangat lembek
c. Sedikit lembek

Saran/Komentar :

63
Testimoni Konsumen Terhadap Rancangan (A2) Untuk Produk Kreakers Vla
Labu Krispi

Nama :
Umur :
Tanggal :
Tanda Tangan :

1. Apa yang anda rasakan setelah mencoba produk ini?


a. Cukup Manis
b. Kurang Manis
c. Tidak Manis
2. Bagaimana menurut anda dengan tampilan produk ini?
a. Cukup bagus
b. Bagus
c. Tidak Bagus
3. Bagaimana dengan aroma produk ini?
a. Khas Labu
b. Tengik
c. Tidak ada aroma
4. Bagaimana menurut anda dengan tekstur produk ini?
a. Cukup
b. Sangat lembek
c. Sedikit lembek

Saran/Komentar :

64
Testimoni Konsumen Terhadap Rancangan (A3) Untuk Produk Kreakers Vla
Labu Krispi

Nama :
Umur :
Tanggal :
Tanda Tangan :

1. Apa yang anda rasakan setelah mencoba produk ini?


a. Cukup Manis
b. Kurang Manis
c. Tidak Manis
2. Bagaimana menurut anda dengan tampilan produk ini?
a. Cukup bagus
b. Bagus
c. Tidak Bagus
3. Bagaimana dengan aroma produk ini?
a. Khas Labu
b. Tengik
c. Tidak ada aroma
4. Bagaimana menurut anda dengan tekstur produk ini?
a. Cukup
b. Sangat lembek
c. Sedikit lembek

Saran/Komentar :

65
Lampiran 7. Perhitungan

Total biaya produksi per bulan (crackers vla labu dengan topping)

= FC + VC

= Rp. 65.179 + Rp. 408.000

= Rp. 473.179

Total biaya produksi per bulan (crackers vla labu ori)

= FC + VC

= Rp. 65.179 + Rp. 102.000

= Rp. 167.179

66
Lampiran 8. Perhitungan

a. Harga pokok produksi creakers vla labu dengan topping

Dalam 1 bulan (8 kali) = 12 porsi/produksi x 8 kali/bulan = 96 porsi

jumlah biaya produksi /bulan


HPP =
total produksi /bulan

473179
=
96
= Rp 4.928

b. Harga pokok produksi creakers vla labu ori

Dalam 1 bulan (2 kali) = 12 porsi/produksi x 2 kali/bulan = 24 porsi

jumlah biaya produksi /bulan


HPP =
total produksi /bulan

167179
=
24
= Rp 6.925

67
Lampiran 9. Perhitungan
Analisis laba atau rugi
1. Creakers vla labu dengan topping
a. Laba Kotor = Penjualan – Biaya produksi
= Rp 960.000 – Rp. 473.179
=Rp 486.821
b. Laba bersih = Laba kotor – Pajak omset
= Rp 486.821 – (0,5% x Rp. 960.000)
= Rp 486.821 – Rp. 4.800
= Rp 482.021
2. Creakers vla labu ori
a. Laba Kotor = Penjualan – Biaya produksi

= Rp 240.000 – Rp. 167.179


=Rp 72.821
b. Laba bersih = Laba kotor – Pajak omset
= Rp 72.821 – (0,5% x Rp. 240.000)
= Rp 72.821 – Rp. 1.200
= Rp 71.621

68
. Lampiran 10. Perhitungan
BEP (Break event point)

1. Analisis titik impas BEP unit creakers vla labu dengan topping

total biaya tetap


BEP produksi =
harga−vc /unit

65.179
=
10.000−408000/96

65.179
=
10.000−4.250

65.179
=
5750

= 11,3

2. Analisis titik impas BEP unit creakers vla labu ori

total biaya tetap


BEP produksi =
harga−vc /unit

65.179
=
10.000−102.000/ 24

65.179
=
10.000−4.250

65.179
=
5.750
= 11,3

Total biayatetap
BEP Rupiah = Harga−vc /unit
Harga

65.179
= 10.000−408.000/96
10.000

65.179
= 10.000−4.250
10.000

69
65.179
= 5.750
10.000

65.179
=
0,575

= Rp 113.354

Total biayatetap
BEP Rupiah = Harga−vc /unit
Harga

65.179
= 10.000−102.000/24
10.000

65.179
= 10.000−4.250
10.000

65.179
=
0,575

= Rp 113.354

70
Lampiran 11. Perhitungan
ROI (Return of invesment)
ROI crackers vla labu topping
Laba bersih/bulan
ROI = x 100 %
total biaya produksi /bulan
482.021
= x 100%
473.179
= 1,01%
ROI crackers vla labu ori
Laba bersih/bulan
ROI = x 100 %
total biaya produksi /bulan
71621
= x 100%
167.179
= 42,8 %

71
Lampiran 12. Perhitungan
PBP (Payback Periode)
PBP crackers vla labu dengan topping
Total biaya produksi /bulan
PBP =
Laba kotor /bulan
473.179
=
486.821
= 0,8
PBP crackers vla labu ori
Total biaya produksi /bulan
PBP =
Laba kotor /bulan
167.179
=
72.821
= 2,3
PBP crackers vla labu ori

Total biaya produksi /bulan


PBP =
Laba kotor /bulan
240.000
=
65.179
= 3,7

72
Lampiran 13. Perhitungan
B/C (Benefit Cost Ratio)
B/C ratio crackers vla labu dengan topping
Pendapatan
B/C ratio =
cost (total biaya tetap)
960.000
=
65.179

= 14,7
B/C ratio crackers vla labu ori
Pendapatan
B/C ratio =
cost (total biaya tetap)
240.000
=
65.179
= 3,7

73
Tabel Bahan baku crackers vla labu dengan topping dan ori

No. Nama Bahan Komposisi

1. Tepung terigu 100 g

2. Labu kuning 100 g

3. Ubi ungu 200 g

4. Buah naga 200 g

5. Coklat 100 g

6. Air 10 g

7. Gula 35 g

8. Susu 30 g

9. Telur 20 g

10. Mentega 25 g

11. Tepung Panir 100 g


Jumlah 920 g / produksi

Tabel Bahan baku crackers vla labu ori

No. Nama Bahan Komposisi

1. Tepung terigu 100 g

2. Labu kuning 100 g

6. Air 10 g

7. Gula 35 g

8. Susu 30 g

9. Telur 20 g
10. Mentega 25 g
11. Tepung panir 100 g
Jumlah 420 g / produksi

74

Anda mungkin juga menyukai