Oleh
PENELITIAN
i
HUBUNGAN LAMA PENEMPATAN KATETER DOUBLE
LUMEN NON TUNNELING DENGAN ANGKA KEJADIAN
KONTAMINASI KUMAN PADA PASIEN ESRD
HEMODIALISIS DI INSTALASI HAEMODIALISA RS HASAN
SADIKIN BANDUNG
Oleh
Menyetujui,
Dosen Pembimbing
i
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...........................................................................................................ii
DAFTAR GAMBAR..............................................................................................iv
DAFTAR TABEL...................................................................................................v
DAFTAR SINGKATAN........................................................................................vi
BAB I.......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Penelitian..............................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian...........................................................................................3
1.4 Manfaat Penelitian.........................................................................................4
1.4.1 Aspek Ilmiah...........................................................................................4
1.4.2 Aspek Praktis..........................................................................................4
BAB II.....................................................................................................................5
TINJAUAN PUSTAKA..........................................................................................5
2.1 Penyakit Ginjal Kronis..................................................................................5
2.1.1. Definisi, Faktor Risiko, dan Klasifikasi................................................5
2.2.2 Epidemiologi...........................................................................................7
2.2.4 Patofisiologi............................................................................................9
2.2.5 Diagnosis..............................................................................................11
2.2 Akses vaskular vena sentral.........................................................................12
2.2.3 Teknik kateterisasi pada vena femoralis...............................................16
2.3 Komplikasi pemasangan kateter vena sentral..............................................19
2.4 Catheter-related Infections..........................................................................21
2.4.1 Infeksi pada Jalur Keluar Kateter.........................................................21
2.4.2 Infeksi tunnel Kateter...........................................................................22
2.4.3 Catheter-related Blood Stream Infections (CRBSI).............................23
2.5 Premis dan Hipotesis...................................................................................28
2.5.1 Premis...................................................................................................28
2.6 Kerangka Pemikiran....................................................................................29
...............................................................................................................................31
BAB III..................................................................................................................32
ii
SUBJEK DAN METODE PENELITIAN.............................................................32
3.1 Subjek Penelitian.....................................................................................32
3.2 Besar Sampel...........................................................................................32
3.3 Metode Penelitian...................................................................................33
3.3.1 Desain Penelitian..................................................................................33
3.3.2 Identifikasi Variabel.............................................................................33
3.3.3 Definisi Operasional Variabel..............................................................34
3.3.4 Cara Kerja dan Teknik Pengambilan Data...........................................35
3.3.5 Rancangan Analisis..............................................................................35
3.3.6 Alur Penelitian......................................................................................36
3.3.7 Waktu dan Tempat Penelitian..........................................................37
3.4 Aspek Etik Penelitian..................................................................................37
iii
DAFTAR GAMBAR
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR SINGKATAN
vi
BAB I
PENDAHULUAN
7
8
BAB II
HIPOTESIS
ginjal kronik dapat diklasifikasikan atas dasar derajat penyakit, yaitu derajat 1
hingga derajat 5. Gagal ginjal tahap akhir (end-stage renal disease) dapat terjadi
pada PGK derajat 5.18
Kategor RAK
LEA (mg/24 jam) Deskripsi
i (mg/mmol) (mg/g)
normal sampai
A1 < 30 <3 < 30
peningkatan ringan
13
2.1.2 Epidemiologi
Stres oksidatif dan inflamasi merupakan dua hal yang tidak dapat
terpisahkan dan berperan penting dalam patogenesis dan perburukan dari PGK
beserta komplikasinya.19 Stres oksidatif merupakan suatu keadaan
ketidakseimbangan produksi spesies oksigen reaktif (Reactive Oxygen Species-
ROS) dalam tubuh melebihi kapasitas antioksidan dalam tubuh untuk
menghancurkan ROS tersebut, yang disebabkan karena peningkatan produksi
ROS, penurunan kapasitas antioksidan tubuh, atau kombinasi keduanya.19
Kapasitas antioksidan total merupakan jumlah semua antioksidan yang terdapat
pada plasma dan cairan tubuh. ROS merupakan oksidan yang tidak stabil dan
sangat reaktif yang merupakan metabolit oksigen, contohnya adalah O2-
(superoksida), OH- (hidroksil), dan H2O2 (hidrogen peroksida).17 ROS dapat
menyebabkan kerusakan dan disfungsi jaringan yang menyebabkan nekrosis,
apoptosis, inflamasi, fibrosis, dan lain-lain.19 Antioksidan dalam tubuh terdiri dari
2 jenis, yaitu antioksidan enzimatik yang dihasilkan oleh tubuh dan antioksidan
nonenzimatik yang berasal dari makanan yang kita makan.17
Pada PGK terjadi peningkatan stres oksidatif dalam tubuh, yaitu semakin
tinggi derajat PGK, maka stress oksidatif pun akan meningkat. Selain itu, pada
PGK juga terjadi penurunan sistem pertahanan antioksidan tubuh serta kapasitas
15
2.1.4 Diagnosis
Diagnosis PGK dapat ditegakan apabila salah satu kriteria PGK (tabel 2.4)
telah terjadi selama lebih dari 3 bulan.1
Tabel 2. 4 Kriteria PGK1
Kriteria Keterangan
-Kerusakan Ginjal (kelainan struktural atau -Albuminuria (LEA ≥ 30 mg/24 jam; RAK ≥
fungsional selain penurunan LFG) 30 mg/g), atau
-Abnormalitas sedimen urin, atau
-Abnormalitas elektrolit dan lain-lain akibat
gangguan tubular, atau
-Abnormalitas patologis pada pemeriksaan
histologi, atau
-Abnormalitas struktural pada tes pencitraan,
atau
-Riwayat transplantasi ginjal
Tata laksana yang penting untuk diberikan kepada pasien dengan PGK
mencakup penanganan penyakit dasar, pencegahan dan penanganan kondisi
komorbid, menurunkan perburukan penyakit, pencegahan dan penanganan
gangguan kardiovaskular, pencegahan dan penanganan komplikasi, serta terapi
pengganti ginjal (hemodialisis atau transplantasi ginjal). Terapi yang diberikan
16
pada pasien dengan PGK disesuaikan dengan derajatnya. Tata laksana yang
diberikan untuk PGK derajat 1 adalah penanganan penyakit dasar dan kondisi
komorbid, evaluasi perburukan penyakit, dan pencegahan terjadinya gangguan
kardiovaskular. Tata laksana untuk PGK derajat 2 adalah penurunan perburukan
penyakit. Tata laksana untuk PGK derajat 3 adalah evaluasi dan penanganan
komplikasi. Tata laksana untuk PGK derajat 4 adalah persiapan untuk terapi
pengganti ginjal. Tata laksana untuk PGK derajat 5 adalah terapi pengganti
ginjal.1 Hemodialisis merupakan bentuk paling umum dari Renal Replacement
Therapy di Asia, diikuti oleh hemodialisis peritoneal dan transplantasi ginjal.
Hemodialisis yang adekuat sangat penting dalam menurunkan morbiditas dan
mortalitas pasien.4,5
cava inferior. Pemilihan lokasi dan sisi akses vena sentral banyak dipengaruhi
oleh anatomi pembuluh darah tersebut sehingga vena jugularis internal kanan
lebih disukai untuk pemasangan pertama kali karena letaknya yang hampir tegak
lurus dengan vena cava superior, sehingga memudahkan pemasangan. Akses vena
femoralis sering dihindari karena daerah inguinal dapat meningkatkan risiko
infeksi karena dianggap kotor. Keuntungan yang didapat dari dialisis
menggunakan CVC adalah: Ketersediaan tempat pemasangan yang banyak pada
hampir semua pasien, dapat langsung digunakan setelah proses pemasangan, dapat
digunakan baik jangka pendek maupun jangka panjang, tidak lagi dibutuhkan
akses jarum atau kanulasi, mudah digunakan dan akses bebas rasa nyeri, harga
relatif murah, tidak ada resirkulasi kardiopulmonal, tata laksana komplikasi
trombosis relatif mudah, dan kateter dapat diperbaiki tanpa harus diganti.23
Prosedur umum pemasangan CVC:
1. Posisi pasien adalah langkah krusial dalam pemasangan CVC. Secara umum
untuk mendapatkan akses yang baik menuju vena jugular, subklavia dan femoral,
posisi yang direkomendasikan adalah posisi supinasi.
2. Prosedur septik dan antiseptik dengan lapang kerja steril bersifat wajib.24
3. Fasilitas pencitraan lebih baik tersedia, baik fluoroskopi, kontras IV, dan
radiografi standard. 12
masukkan jarum sekitar 2-3 cm kedalam kulit, lalu lakukan konfirmasi refluks
vena. Jika refluks positif, masukkan kawat pemandu. Pelebaran kulit harus
dilakukan dengan kanula yang sesuai, masukkan tidak lebih dari 1-2 cm melalui
kulit. 24
Keuntungan dari pemasangan kateter pada vena jugular internal adalah
penanda anatomis yang mudah, pemasangan dapat lebih mudah dengan
ultrasound, risiko pneumotoraks yang lebih rendah dibandingkan pemasangan
dari subklavia, dapat mengontrol terjadinya perdarahan, jarang terjadi malposisi
kateter, hampir lurus dengan vena cava superior pada sisi kanan, dan mudah
identifikasi arteri carotid. Kelemahan dari kateterisasi vena jugular internal antara
lain lebih sulit dan tidak nyaman saat dressing, risiko infeksi dan kejadian
trombosis yang lebih tinggi dibanding akses subklavia.25,26
sentral, dan merupakan tempat kateterisasi dengan risiko tertinggi untuk infeksi
dan kejadian pembentukan trombus.25,26
titik insersi kateter pada pembuluh darah dengan titik keluar kateter pada kulit,
sehingga menurunkan angka kejadian infeksi.27 Pemasangan kateter tunneled ini
dilakukan dengan operasi baik dalam anestesi lokal maupun umum, serta biaya
pemasangan umumnya lebih mahal. Risiko infeksi lebih kecil dibandingkan
dengan kateter non-tunneled.
IVAD diketahui juga sebagai ‘port’, kateter ini dipasang melalui
pembedahan ke dalam pembuluh darah, organ tubu, atau organ dan dipasang ke
reservoir yang terletak dibawah kulit. 12
Komplikasi kronis:
24
1. Disfungsi kateter
NKF-KDOQI mendefinisikan disfungsi kateter sebagai kegagalan untuk mencapai
aliran darah ekstrakorporeal yang cukup sebesar ≥ 300 mL / menit dengan tekanan
arteri prepump lebih negatif dari -250 mm Hg. Hal ini dapat terjadi karena banyak
alasan, termasuk penyebab mekanis seperti '' bengkok '' atau posisi ujung kateter
yang tidak tepat, posisi pasien, pengendapan obat, oklusi trombotik, atau
perkembangan selubung fibrin.12,27
2. Stenosis vena sentral
Insidensi steanosis vena sentral pada pasien hemodialisis dengan kateter adalah
20-50%. Insidensi ini meningkat dengan faktor risiko berupa: pemanjangan durasi
pemakaian kateter, jumlah kateter yang dipasang, dan durasi hemodialisis.
Insidensi tertinggi pada kateterisai vena subklavia diikuti kateterisasi via vena
jugular internal. Kemungkinan etiologi adalah adanya trauma bersifat konstan
pada endotel dan dinding pembuluh darah dari kontak antara kateter dengan
turbulensi aliran darah pada lingkungan yang bersifat uremik sehingga
menyebabkan aggregasi platelet dan trombosis, adanya aktivasi kaskade inflamasi
dengan pelepasan sitokin profibrinasi juga menyebabkan terjadinya fibrosis dan
steanosis.27
3. Dialisis tidak adekuat
Kateter hemodialisis telah dikaitkan dengan dialisis yang tidak adekuat, refleksi
dari aliran darah yang buruk yang terkait dengan kateter dan komplikasi trombotik
dan oklusif yang sering ditemui. Kejadian resirkulasi yang lebih tinggi dengan
penggunaan kateter memiliki kemungkinan peran dalam memberikan dialisis yang
tidak efektif. Masalah ini telah diatasi dengan penggunaan kateter lubang besar
dan desain kateter yang lebih baik.27
4. Infeksi
Infeksi adalah komplikasi umum yang terjadi pada pasien hemodialisis. Pasien
yang hemodialisis menggunakan kateter 2-3 kali lebih berisiko untuk terjadi
infeksi dan kematian dibandingkan dengan pasien yang hemodialisa
menggunakan fistula atau graft ateriovenous.29
25
kateter dapat bergerak secara bebas sehingga menimbulkan risiko ekstrusi dan
memiliki hubungan langsung dengan pembuluh darah. Keadaan ini umumnya
ditandai dengan adanya eritema, nyeri tekan dan indurasi pada jaringan diatas
kateter dan > 2 cm dari tempat keluar. 12
sama dari kultur semikuantitatif ujung/ tip kateter (>15 CFU/segmen kateter) dan
dari Kultur Darah pada pasien bergejala tanpa sumber infeksi lain yang jelas.29
hemoglobin yang lebih rendah, aterosklerosis perifer, dan rawat inap atau
pembedahan.12,16,23,24,27 Tingkat CRBSI sangat bervariasi dalam studi yang berbeda.
Organisme penyebab dari CRBSI ini bervariasi antar negara. Amerika
serikat, 40%-80% disebabkan oleh organisme gram positif, 30%-40% organisme
gram negatif, dan 10%-20% oleh infeksi polimikrobial. 27 Infeksi polimikrobial
artinya ditemukan pertumbuhan organisme ≥ 2 pada kultur darah.14 Penelitian oleh
Farrington dkk menyatakan infeksi polimikrobial ini terjadi pada 14% kasus
CRBSI, atau dalam beberapa penelitian lain infeksi polimikrobial terjadi pada 4-
21% kasus. Infeksi polimikrobial umumnya terkait dengan pemakaian kateter
yang lebih panjang daripada durasi yang seharusnya. 14
Tata laksana untuk pasien PGK stadium 5 adalah terapi pengganti ginjal.
Hemodialisis merupakan bentuk paling umum dari Renal Replacement Therapy di
Asia, diikuti oleh hemodialisis peritoneal dan transplantasi ginjal. Hemodialisis
yang adekuat sangat penting dalam menurunkan morbiditas dan mortalitas
pasien.1,4,5
Hemodialisis yang adekuat bergantung pada akses vaskular yang baik.
Akses vascular pilihan untuk jangka panjang dapat berupa arteriovenous fistula
(AVF). Namun karena masa tunggu maturitas AVF adalah 6 minggu, pasien
dengan PGK sering menggunakan akses vena sentral (CVC) berupa kateter lumen
ganda atau Catheter Double Lumen (CDL) baik tunneled maupun non-
tunneled.6,7,9,23,28,29
Pemasangan CDL ini umumnya digunakan ketika untuk Renal Replacement
Therapy yang sifatnya cepat dan emergensi, sehingga disebut akses vaskular
sementara/TVA. Pemasangan CDL pada hemodialisis memiliki keuntungan
diantaranya: dapat digunakan saat emergensi, biaya rendah, mudah dipasang dan
diganti, serta tidak lagi membutuhkan venipuncture untuk dialisis.6,7
Pemasangan CDL ini umumnya dilakukan pada vena jugular internal. CDL
non-tunneling yang bersifat sebagai TVA ini dapat terpasang <1 minggu karena
merupakan jenis kateter short-term. Penelitian menyatakan bahwa CDL non-
29
Akses vaskular
Kriteria diagnosis:
Organisme yang sama dari kultur semikuantitatif
ujung/ tip kateter (> 15 CFU / segmen kateter) dan
dari Kultur Darah pada pasien bergejala tanpa
sumber infeksi lain yang jelas.
Gambar 2. 8 Skema Kerangka Pemikiran
2.3 Premis – Premis
31
7. Infeksi polimikrobial terjadi pada 14% kasus CRBSI, atau dalam beberapa
penelitian lain infeksi polimikrobial terjadi pada 4-21% kasus. Infeksi
umumnya terkait dengan pemakaian kateter yang lebih panjang daripada
durasi yang seharusnya dan dengan prognosis yang lebih buruk.14,15
2.4 Hipotesis
tunneling tehadap angka kejadian kontaminasi bakteri, yaitu semakin lama durasi
angka kejadian kontaminasi bakteri pada pasien gagal ginjal terminal yang
menjalani hemodialisis.
BAB III
33
Subjek penelitian terdiri dari : populasi target adalah semua pasien GGT yang
terpasang akses Catheter Double Lumen (CDL) yang datang berobat ke RSUP Dr.
Hasan Sadikin Bandung, mencakup semua usia, baik laki-laki maupun
perempuan. Populasi terjangkau, adalah pasien GGT yang terpasang akses
Catheter Double Lumen (CDL) di Poliklinik Bedah Vaskular dan Instalasi
Hemodialisis RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung yang akan dilakukan
pengangkatan akses Catheter Double Lumen (CDL), serta telah memenuhi kriteria
inklusi.
Kriteria Inklusi :
1. Pasien yang didiagnosis GGT dan telah dilakukan pemasangan kateter
double lumen sebagai akses hemodialisis dan akan dilakukan
pengangkatan akses CDL
2. Telah menyetujui informed consent terkait penelitian.
Kriteria Eksklusi :
1. Pasien dengan sepsis dan kondisi infeksi lainnya yang tidak berkaitan
dengan pemasangan kateter double lumen (diabetik foot, infeksi saluran
kemih, dst).
2. Pasien yang pernah mengalami infeksi kateter dan dipasang kembali
kateter di lokasi lain.
z 12 - a / 2 P ( 1 - P )
n =
d 2
Keterangan:
n = besar sampel
Z1-α/2 = deviat baku alfa, dengan derajat kemaknaan 5% = 1,96
P = Proporsi pada kasus, menggunakan referensi pada penelitian
dalam penelitian yang pernah dilakukan oleh Ferreira dkk (2018),
maka dapat digunakan nilai P = 0,51
d = Presisi/simpangan multak, pada kasus ini diambil 20%
1. Gagal ginjal terminal (GGT) adalah penyakit ginjal kronik stadium 5 dengan
laju filtrasi glomerulus (LFG) <15 atau nilai klirens kreatinin (KKr)
<5mL/menit/1,73m2 yang membutuhkan terapi pengganti ginjal berupa
hemodialisis melalui akses vaskular berupa akses vaskular sementara/TVA
dengan pemasangan CDL atau akses vaskular permanen berupa fistula arteri-
vena atau graft
2. Durasi pemasangan kateter adalah waktu dari pemasangan hingga pelepasan
CDL non-tunneling. Pengukuran berskala kategorik nominal (≤ 1 minggu, > 1
minggu).
3. Infeksi kateter hemodialisis ditandai dengan adanya pertumbuhan organisme
pada hasil kultur tip kateter. Pengukuran berskala kategorik nominal (positif,
negative)
4. Usia adalah usia pada saat subjek diikutsertakan dalam penelitian.
Pengukuran berskala rasio, dalam satuan tahun
5. Jenis kelamin adalah gender subjek penelitian . Pengukuran berskala
kategorik nominal (laki-laki/perempuan)
6. Tempat Insersi Kateter hemodialisis adalah lokasi tempat insersi kateter
hemodialisis yaitu jugular interna, subklavia, dan femoral. Pengukuran
berskala kategorik nominal (Vena jugularis internal, vena subklavia, vena
femoralis
Pasien Penyakit Ginjal Kronik yang telah dilakukan pemasangan CDL non-tunneling
baik di RSHS maupun luar RSHS.
-Seleksi terhadap pasien GGT yang terpasang CDL non-tunneling sesuai kriteria
inklusi dan eksklusi
-Informed Consent
Dilakukan pengambilan sampel untuk kultur yang kemudian sampe dikirim ke bagian
mikrobiologi RSHS
Pengumpulan Data
Analisis Data
Subjek pada penelitian ini adalah pasien Gagal Ginjal Terminal di Divisi
Bedah Vaskular atau Instalasi Hemodialisis RSUP. Dr. Hasan Sadikin Bandung
yang telah terpasang CDL sebagai akses hemodialisis, dan penelitian akan
dikerjakan apabila sudah mendapatkan ethical clearance dari Komite Etik
Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran / RSHS.
Aspek etik pada penelitian ini adalah penambahan pemeriksaan kultur sampel
dari tip kateter. Kerugian material pasien yang dikarenakan penelitian akan
ditanggung oleh pihak penulis. Penelitian ini juga menyita waktu pasien selama 5-
10 menit pada saat pengangkatan atau pelepasan CDL, namun hasil pemeriksaan
kultur juga dapat digunakan untuk memeriksa kemungkinan kejadian infeksi pada
pasien dan manfaat tidak langsung adalah memberikan informasi mengenai
kejadian infeksi pada pada pasien PGK yang dilakukan pemasangan CDL
melebihi durasi yang direkomendasikan, yang dapat digunakan untuk
pengembangan ilmu serta sumber data.
Informed Consent diberikan pada satu hari sebelum tindakan di poliklinik
Bedah Vaskular atau Instalasi Hemodialisis RSUP Dr Hasan Sadikin.Pasien
diberikan informasi mengenai ringkasan penelitian, perlakuan pada subjek, dan
kesediaannya untuk mengikuti penelitian ini. Ketersediaan pasien mengikuti
penelitian ini bersifat sukarela. Bila pasien setuju, pasien diperlakukan dan
diterapi secara layak sesuai dengan metode penelitian. Pasien juga diberikan hak
untuk menolak atau mengundurkan diri dari penelitian tanpa berubahnya kualitas
pelayanan dokter.
Penelitian ini dilakukan di Divisi Bedah Vaskular dan Instalasi Hemodialisis
RSUP Dr. Hasan Sadikin setelah disetujui oleh Komite Etik Penelitian Kesehatan
RSUP Dr. Hasan Sadikin Bandung.
DAFTAR PUSTAKA
39
40
Management, and Closure. 1st ed. Parisotto MT, editor. Imprenta Tomás
Hermanos; 2018.
13. Ferreira V, Moysés-neto M, Abrão J. Association pf Infections with the
Use of a Temporary Double-Lumen Catheter for Hemodialysis.
2018;45(3):261–8.
14. Farrington CA, Allon M. Complications of Hemodialysis Catheter
Bloodstream Infections: Impact of Infecting Organism. Am J Nephrol.
2019;50(2):126–32.
15. Fysaraki M, Samonis G, Valachis A, Daphnis E, Karageorgopoulos DE,
Falagas ME, et al. Incidence, clinical, microbiological features and
outcome of bloodstream infections in patients undergoing hemodialysis. Int
J Med Sci. 2013;10(12):1632–8.
16. Basri NS, Patrianef P. Infection of Double Lumen Catheter as
Hemodialysis Access. New Ropanasuri J Surg. 2017;2(1):25–8.
17. Dahiya K, Dhankhar R, Dahiya P, Ahlawat R, Hooda N. Role of oxidative
stress in chronic kidney disease. Role Oxidative Stress Pathophysiol Dis.
2020;259–76.
18. Bargman J, Skorecki K. Chronic Kidney Disease. In: Kasper D, Fauci A,
Hauser S, Longo D, Jameson J, Loscalzo J, editors. Harrison’s Principles of
Internal Medicine. 19th ed. New York: McGraw-Hill Education; 2015. p.
1811–21.
19. Ruiz S, Pergola PE, Zager RA, Vaziri ND. Targeting the transcription
factor Nrf2 to ameliorate oxidative stress and inflammation in chronic
kidney disease. Kidney Int [Internet]. 2013;83(6):1029–41. Available from:
http://dx.doi.org/10.1038/ki.2012.439
20. Akchurin OM, Kaskel F. Update on inflammation in chronic kidney
disease. Blood Purif. 2015;39(1–3):84–92.
21. Shah H, Bosch W, Hellinger WC, Thompson KM. Intravascular Catheter-
Related Bloodstream Infection. The Neurohospitalist. 2013;3(3):144–51.
22. Noel-Lamy M. The seldinger technique: A short history, and its
applications 60 years later. Univ Toronto Med J. 2015;93(1):30–1.
23. J. Haddad N. Central Venous Catheters in Dialysis: The Good, the Bad and
41