Anda di halaman 1dari 13

Jenny Azzahra / 1806199562 / Teknik Kimia / Tugas Merangkum untuk alat GCMS

1. Sebutkan jenis-jenis / kriteria sampel dari GCMS!


Jawaban : GCMS merupakan salah satu metode analisis paling akurat, hanya
memerlukan sangat sedikit sampel (microliter) dan mampu mendeteksi hingga 10-12 mol
GC bekerja berdasarkan prinsip bahwa campuran akan terpisah ketika dipanaskan. Gas
yang dipanaskan dibawa melalui kolom dengan gas inert. Ketika substansi yang terpisah
muncul dari kolom, mereka mengalir ke MS. Spektrometri massa mengidentifikasi
senyawa dengan massa molekul analit yang kemudian disesuaikan dengan data spektrum
massa yang telah diketahui (standar). Tidak semua jenis sampel dapat dideteksi
menggunakan metode GC/MS, kriteria sampel yang dapat digunakan, yaitu:
1. Berat dan ukuran molekul tidak terlalu besar (karena molekul yang terlalu besar atau
berat akan sulit untuk menguap, sulit untuk melewati column khususnya jenis packed
stationary phase, dan sulit untuk mengalami pemecahan di MS)
2. Sampel dalam fasa gas atau larutan (atau padatan) yang mudah menguap (titik didih
rendah), dikarenakan GCMS hanya dapat mendeteksi sampel dalam wujud gas. Senyawa
yang sulit menguap akan tertinggal di kolom sampel.
3. Gugus fungsi yang dapat melakukan adsorpsi harus dimodifikasi (derivatization)
menjadi bentuk isomernya yang tidak memiliki gugus fungsi adsorben. Dikarenakan sifat
adsorpsi atau absorbsi senyawa akan menyebabkan terbawanya mobile atau static phase
pada senyawa (di GC) sehingga akan mengubah kecepatannya saat di column, dan
akhirnya menimbulkan kesalahan deteksi di GC.
4. Sampel bersifat stabil & tidak terlalu reaktif (khususnya pada suhu tinggi), sehingga
saat dilakukan pemanasan awal tidak akan terjadi ionisasi di GC dan sifatnya tidak
mengalami perubahan saat di column, dan tidak ada kesalahan saat proses deteksi.
Metoda GC/MS dapat digunakan untuk menganalisis polutan udara karena memenuhi
kriteria sampel yang dapat dideteksi. GC/MS akan mendeteksi komponen yang terdapat
pada partikulat udara (setelah melalui proses penyaringan udara) dan juga besar
konsentrasinya.

2. Tahapan-tahapan penting analisis / identifikasi sampel dengan GCMS!


Jawaban : Secara sederhana, proses analisa sampel yang masuk ke dalam instrument
GC/MS akan mengalami 2 proses: Komponen GC melakukan pemisahan senyawa pada
campuran kimia dan komponen MS melakukan pemisahan komponen pada tingkat
molekuler.
 Tahapan awal (persiapan sampel dari udara)
Sampel berupa udara kotor dapat diambil menggunakan HVS (High Volume air Sampler)
atau LVS (Low Volume air Sampler) bergantung pada besar volume udara yang ingin
dijadikan sampel.
 Tahapan dalam Kromatografi Gas
1. Injeksi sampel ke dalam mesin GC dengan syringe, hanya dibutuhkan sangat sedikit
volume sampel (microliter) dan pastikan tidak ada kontaminan atau gelembung udara
(O2) yang masuk dan dapat bereaksi dan menyebabkan galat.
2. Penguapan menjadi fasa gas (akan terjadi proses pemisahan pertama: berdasarkan
perbedaan titik didih senyawa)
3. Pendorongan oleh Carrier Gas inert seperti helium, gas carrier tidak boleh bereaksi
dengan sampel. Gas carrier akan membawa sampel menuju column
4. Penahanan oleh stationary phase pada column, static phase bisa berupa packed column
atau lapisan di sekitar column. Timbul perbedaan laju senyawa pada kolom (dikarenakan
sifat fisika seperti titik didik, berat, ukuran, dan kepolaran molekul). Akibatnya, terjadi
pemisahan antara masing-masing senyawa. Semakin panjang column maka
pemisahannya akan semakin baik. Gas sampel melewati detector, dengan waktu retensi
dan intensitas yang berbeda-beda, menghasilkan data berupa kromatogram.
 Tahapan dalam Spektrometer massa:
1. Pemanasan dan penurunan tekanan pada alat bertujuan untuk membuat senyawa
sampel tetap dalam fasa gas, tidak mengalami pengembunan. Alat juga harus dibuat
vakum, sehingga tidak terdapat atom yang menghalangi saat penembakan sampel oleh
elektron.
2. Penembakkan sampel berupa gas oleh aliran elektron yang bergerak sangat cepat,
sehingga tiap molekul senyawa dapat terionisasi.
3. Ada 4 kemungkinan yang terjadi setelah senyawa melalui proses penembakan electron:
a). lepasnya electron bebas pada molekul, membentuk ion positif
b). terjadi pemecahan / fragmentasi senyawa (pelepasan gugus/rantai ikatan senyawa)
menjadi bagian yang lebih kecil.
c). electron terikat oleh senyawa membentuk anion
d). senyawa tidak tertembak oleh electron.
4. Terjadi proses pemisahan (pembuangan senyawa netral atau ion negatif) oleh ion
repeller dan keluar melalui vacuum pump, sehingga yang dideteksi hanya senyawa
kation.
5. Laju senyawa dipercepat oleh adanya medan listrik dan dilakukan pembelokkan laju
oleh medan magnet (berdasarkan massa dan muatan senyawa), semakin berat atau
semakin kecil muatan senyawa maka akan semakin sedikit dibelokkan, dan sebaliknya.
6. Gas sampel mengenai detector dan menghasilkan spektrum massa. Adanya
perpindahan aliran elektron akan menimbulkan arus listrik yang akan diamplifikasi dan
diubah menjadi data. Senyawa yang sudah netral kemudian akan dipisahkan melewati
vacuum pump.

 Informasi yang diperoleh dari hasil deteksi GC/MS


1. Kromatogram dan Kurva Grafik Standar (oleh Kromatografi gas)

Gambar 9. Contoh Kromatogram sampel


Sumber: https://www.semanticscholar.org/

Kromatogram sampel menunjukkan hubungan antara waktu retensi di sumbu x (dalam


satuan waktu) dengan intensitas senyawa yang menumbuk detector di sumbu y (unit bisa
berubah-ubah, biasanya berupa sinyal listrik). Semakin kiri letak puncak (peak),
menunjukkan semakin cepat laju senyawanya (mungkin titik didih, ukuran atau berat
molekul lebih rendah), biasa peak paling kiri merupakan pelarut. Semakin kanan letak
puncak maka semakin lambat laju senyawa. Semakin besar intensitas atau tinggi peak
menunjukkan semakin besar konsentrasi zat dalam senyawa.

Grafik kurva standar dari salah satu peak senyawa menunjukkan hubungan intensitas
dengan konsentrasi dari senyawa tersebut. Semakin besar intensitas atau tinggi peak
menunjukkan semakin besar konsentrasi zat dalam senyawa (terlihat dari bentuk kurva
yang linear), biasanya senyawa yang terdeteksi dibandingkan dengan kurva standar yang
telah ada untuk dideteksi konsentrasinya.

2. Spektrum Massa

Gambar 11. Grafik Spektrum Massa Pentana


Sumber: https://www2.chemistry.msu.edu/

Grafik spektrum massa menunjukkan hubungan antara rasio massa per muatan (m/z) di
sumbu x (dalam satuan gram/coulomb) dengan intensitas senyawa yang menumbuk
detector di sumbu y (unit bisa berubah-ubah, biasanya berupa sinyal listrik).
Semakin kanan letak puncak (peak), menunjukkan semakin besar berat molekulnya atau
semakin besar muatan molekulnya (namun biasa hanya ada muatan +1 saja), biasa peak
paling kanan merupakan kation dari senyawa original (tidak terpecah, hanya kehilangan 1
elektron) sementara peak paling kiri merupakan hasil pecahan senyawa yang paling kecil.
Semakin besar intensitas atau tinggi peak menunjukkan semakin besar konsentrasi gugus
atau rantai tersebut dalam senyawa awal.
Spektrum massa biasa digunakan untuk mengidentifikasi adanya isotop pada senyawa
serta kelimpahannya di alam, menentukan berat molekul rata-rata senyawa, bahkan
menentukan perkiraan struktur dari senyawa berdasarkan pelepasan atau fragmentasi
gugus fungsinya (rantai bercabang dan ikatan rangkap satu lebih mudah terfragmentasi
dibandingkan rantai linear atau ikatan rangkap 2 dan 3), sehingga dapat diketahui struktur
senyawa jika dibandingkan dengan spektrum massa standarnya.
Sehingga gabungan antara GC dan MS menghasilkan data berupa komposisi senyawa
dari sampel (dalam kasus ini polutan yang ada di udara), konsentrasinya, berat
molekulnya, dan bahkan struktur dari senyawa molekul tersebut dengan ketelitian yang
tinggi dari volume sampel yang sangat sedikit.

3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sampling pada GCMS!


Jawaban : Pengukuran metode kromatografi gas memiliki dua bagian penganalisaan.
Pertama yaitu analisa kualitatif, serta yang kedua adalah analisa kuantitatif. Analisa
tersebut masing-masing memiliki parameter dalam bagian pengukurannya.
❖ Parameter dalam Resolusi Kolom (Column Resolution)
Resolusi kolom (column resolution) merupakan ukuran kuantitatif apakah suatu senyawa
terpisah secara baik atau tidak dengan senyawa lain. Resolusi dari dua jenis komponen, A
dan B, dirumuskan oleh persamaan Rs=2¿ ¿....................(1)
Ket : Rs = resolusi kolom
tR = waktu retensi
W = lebar rata-rata

Gambar 3 Puncak dan Lebar pada Grafik GC


Sumber (Dunnivant & Ginsbach)

Resolusi kolom dapat ditingkatkan dengan memperpanjang kolom yang meningkatkan


pula jumlah piringan dan waktu elusi. Resolusi juga dapat dikaitkan dengan jumlah
piringan dalam kolom, faktor selektivitas, dan faktor kapasitas dua zat terlarut melalui

√ N ∝−1 k b ..................(2)
suatu persamaan: Rs=
4 ∝ (
1+ k b )( )
3
16 Rs 2 H ∝ 2 (1+ k b)
( tr ) b=
u (
∝−1 )
(k b)2
....................(3)

Ket : Rs = resolusi kolom


N = jumlah piringan
α = faktor selektivitas
k’A = faktor kapasitas
tR = waktu retensi
u = kecepatan linear rata-rata molekul fasa gerak

❖ Parameter dalam Laju Pemisahan Zat Terlarut


a. Rasio Partisi (Partition Ratio)
Cs
K= ...................(4)
Cm
Ket : K = koefisien partisi
cS = konsentrasi molar zat terlarut dalam fase diam
cM = konsentrasi molar zat terlarut dalam fase gerak
b. Waktu dan Volume Retensi
• Waktu Retensi
Waktu retensi (Rt) menentukan besar kelajuan linear rata-rata komponen sampel (the
average linear rate of solute migration /v),sedangkan dead time (Mt) menentukan
kecepatan linear rata-rata molekulfasa gerak (the average linear velocity of molecules of
the mobile phase /u). Keduanya merupakan parameter penting untuk mengidentifikasi
puncak-puncak dalam kromatogram. Persamaannya dapat dilihat di bawah ini.
L
v́= ..............(5)
tr
L
u= ..............(6)
tm
Ket : L = panjang kolom
v= kelajuan linear rata-rata komponen sampel
u = kecepatan linear rata-rata molekul fase gerak
tR = waktu retensi
tM = waktu zat tidak tertahan oleh fase diam (dead time)
• Volume Retensi
VR = tR × v....................(7)
Ket : VR = volume retensi
tR = waktu retensi
v = laju alir fase gerak
Retensi relative ra/b adalah rasio retensi standar (a) terhadap sampel (b) dapat
dirumuskan sebagai berikut:
t RA V RA
rA /B= = ...................(8)
t RB V RB
Penggunaan waktu retensi relatif lebih dipilih daripada waktu retensi absolut. Waktu
retensi absolut tergantung pada kolom yang digunakan sehingga hal ini sulit untuk
diseragamkan. Pada gas campuran akan tampak beberapa puncak di mana analisis
dilakukan pada masing-masing puncak. Secara mendasar, terdapat tiga kondisi dalam
penentuan komponen sampel:
1) Bila waktu retensi A sama dengan waktu retensi B, maka belum tentu komponen B
sama dengan A. Kasus ini merupakan salah satu batasan dalam penggunaan GC. Bila
ditemukan kasus ini sebaiknya digunakan metode lain.
2) Bila waktu retensi A tidak sama dengan B dapat dipastikan B bukan A.
3) Bila tidak terdapat puncak selain A maka dapat dipastikan tidak ada sampel pada
batasan deteksi.
c. Faktor Kapasitas
Faktor kapasitas (capacity factor; k '), disebut juga retention factor, merupakan parameter
untuk menunjukkan kecepatan migrasi zat terlarut dalam kolom.
KaVs
k a= .....................(9)
Vm
tr−tm
k a= .................(10)
tm
Ket : KA = koefisien partisi komponen A
VS = volume fase diam
VM = volume fase gerak
tR = waktu retensi
tM = waktu zat tidak tertahan oleh fase diam (dead time)
Dengan KA adalah koefisien partisi untuk komponen A. Jika k’A < 1 maka tm akan
terlalu besar sehingga elusi terjadi terlalu cepat. Hal ini menyebabkan sulitnya
menentukan waktu retensi. Jika k’A lebih besar dari 20 atau 30, maka elusi akan
berlangsung lama. Idealnya, pemisahan terjadi pada kondisi dimana 5 < k’A < 1. Faktor
kapasitas dapat diubah dengan mengubah temperatur dan pengepakan kolom.
d. Faktor Selektivitas
Faktor selektivitas didefinisikan sebagai perbandingan antara rasio partisi zat terlarut B
yang lebih kuat tertahan dengan rasio partisi dari zat terlarut A yang kurang kuat tertahan
atau lebih cepat terelusi, dapat juga didefinisikan sebagai rasio antara kapasitas faktor
dari dua puncak.
Kb
∝= ............(11)
Ka
kb
∝= .............(12)
ka
( tr ) b−tm
∝= ....................(13)
( tr ) a−tm

❖ Parameter dalam Perluasan Pita (Band Broadening) dan Efisiensi Kolom (Column
Efficiency)
a. Tinggi Piringan (Height Equivalent to a Theoretical Plate [HETP](H)
Tinggi piringan (H) adalah panjang kolom untuk satu piringan atau satu tahap
kesetimbangan. Semakin kecil nilainya, semakin efisien kolomnya. Semakin banyak
piringan yang ada dalam kolom pun akan menciptakan resolusi yang lebih baik. Tinggi
piringan dapat dihitung dari pembagian panjang kolom dengan banyaknya piringan.
Adapun tinggi piringan didefinisikan sebagai
L
H= ....................(14)
N
Ket :H = tinggi piringan
L = panjang kolom
N = jumlah piringan
α = faktor selektivitas
Selain itu, karena pita-pita kromatografi merupakan kurva distribusi normal atau
Gaussian (dideskripsikan oleh deviasi standar, σ dan variasi, σ2) dan efisiensi kolom
digambarkan dalam luas puncak-puncak kromatografi, maka variasi per satuan panjang
kolom didefinisikan sebagai tinggi piringan untuk mengukur efisiensi kolom.
σ2
H= ...................(15)
L
Ket : H = tinggi piringan
L = panjang kolom
α = faktor selektivitas
b. Jumlah Piringan (The Number of Theoretical Plates;N)
Menghitung banyak piringan dapat dilakukan dari kromatogram dengan menggunakan
salah satu puncak yang ada. Nilai N juga dapat ditentukan dengan menurunkan
persamaan yang berkaitan dengan kurva Gaussian sehingga diperoleh persamaan:
tr 2
N=16 ( ) W
.....................(16)

2
tr
N=5,5 (
W 1 /2 )
....................(17)

Ket : N = jumlah piringan


tR = waktu retensi
W1/2 = lebar dasar puncak pada setengah tinggi puncak

❖ Perubahan panjang kolom pada resolusi (Rs) = 1,5


√ N ∝−1 kb
4 ( )( kb+1 )... (18)
Pada persamaan resolusi : Rs=

Apabila k dan α tidak berubah secara drastis dengan adanya perubahan L dan N, sehingga
kita bisa anggap k dan α akan konstan. Apabila resolusi ingin diubah, maka yang
mempengaruhi adalah akar dari jumlah piringannya, sehingga didapat persamaan (18)

( Rs ) 1 √ N 1
berikut. = ... (19)
( Rs ) 2 √ N 2
Panjang kolomnya dapat ditentukan menjadi berikut.
L2
N 2= ... (20)
H
L2 = N2 . H...(21)

❖Perubahan waktu elusi pada resolusi (Rs) = 1,5.


Waktu elusi setelah kolom diperpanjang bisa ditentukan dengan menggunakan resolusi
kolomnya. Dari penurunan persamaan resolusi, diperoleh hubungan antara waktu retensi
dengan resolusi sebagai
3
16 Rs 2 H ∝ 2 (1+ kb)
( tr ) b=
u ∝−1 ((kb)2 ) ... (22)

u , α, dan k diasumsikan tidak berubah atau perubahannya sangat kecil apabila waktu
retensi dan resolusi berubah, sehingga didapatkan persamaan
( Rs ) 12 ( tr ) 1
2
= ... (23)
( Rs ) 2 ( tr ) 2
( Rs ) 22
( tr ) 2= ( tr ) 1 ... (24)
( Rs) 12

4. Contoh penentuan konsentrasi pada GCMS!


Jawaban : Hasil yang diperoleh dari percobaan yang diambil sebagai contoh:
Dari 5 μL larutan standar etanol dan n-propanol masing-masing menunjukkan puncak
pada 2,4 dan 7,2 menit. Sebanyak 5 μL dari campuran:
1. 0,1 mL etanol + 1,9 mL n-propanol
2. 0,2 mL etanol + 1,8 mL n-propanol
3. 0,3 mL etanol + 1,7 mL n-propanol
4. 0,4 mL etanol + 1,6 mL n-propanol
5. 0,5 mL etanol + 1,5 mL n-propanol
Menghasilkan data tinggi puncak etanol sebagai berikut berturut-turut: 3,75; 7,5;
11,25;15; dan 18,75 mm pada persentase volume etanol masing-masing.
- Dari hasil injeksi 5 μL sampel darah diperoleh puncak pada 2,4 menit dengan tinggi
senilai 12,5 mm
- Pada salah satu campuran standar etanol dan n-propanol yang digunakan menunjukkan
data sbb: lebar dasar puncak pada etanol dan n-propanol adalah berturut-turut 1,45 menit
dan 3,65 menit.
Menghitung Kandungan Senyawa Etanol dalam Darah
Diketahui: Volume injeksi= 5 μL; Waktu retensi= 2,4 menit; Tinggi puncak: 12,5 mm
Data larutan standar:

Grafik hubungan konsentrasi terhadap tinggi puncak etanol:

Dari kurva kalibrasi tersebut didapatkan persamaan y = 75x + 7. 10−15

y = 75x + 7. 10−15 → 12,5 −15 = 75x + 7. 10


12,5−7. 10−15
→ x = Konsentrasi = x 100% = 16,67%
75
Jadi, kandungan etanol dalam sampel darah adalah 16,67%.

Resolusi Kolom
Diketahui :- Lebar dasar puncak etanol (Wa) = 1,45 menit
- Lebar dasar puncak pada n-propanol (Wb) = 3,65 menit
- Waktu retensi etanol (tra ) = 2,4 menit
- Waktu retensi n propanol (trb ) = 7,2 menit
Penyelesaian :
2(trb−tra) 2(7,2−2,4)
Rs= = =1,88
Wa+Wb 1,45+ 3,65
Jadi, resolusi kolomnya adalah 1,88.

Jumlah Piringan Rata-rata (N rata-rata )


Netanol=16 x ¿ ¿
Netanol+ Nn−propanol 44+62
Nrata−rata= = =53
2 2
Jumlah piringan rata-ratanya adalah 53.

Tinggi Piringan (H)


Diketahui :- Panjang Kolom (L) = 30 meter
- Jumlah piringan (N) = 53
L 30 m
Penyelesaian: H= =
N 53
Tinggi piringannya adalah 0,566 m.

Panjang kolom bila resolusi kolom menjadi 1,5 :


√ N ∝−11
Rs =
4 ( ∝ )( 1+kbkb ) , dengan membandingkan Rs1 dan Rs2, dan asumsi bahwa α1
≈ α2 dan kb1 ≈ kb2, persamaan di atas menjadi:
Rs 2 √ N 2 1,5 √ N 2
= → = → N 2 ≈ 34
Rs 1 √ N 1 1,88 √53
L L
Panjang kolom: N= → 34= → L=19,244 m
H 0,566 m
Waktu elusi senyawa etanol pada panjang kolom yang baru
trb1 Rs 12 7,2menit 1,8 8 2
Waktu elusi n - propanol : = → = → trb2 = 4,58 menit
trb2 Rs 22 trb2 1 ,52
Waktu retensi etanol dapat dicari dengan mencari α terlebih dahulu
trb−tM
α = ; dengan dicari melalui rumus laju alir volumetrik, dimana laju alir
tra−tM
volumetrik (F) = 60 mL/menit = 10-6 m3 /s ; panjang kolom = 30 m; dan diameter kolom
= 25.10-5m.
L
F= . A  tM = 1,47
tM
7,2. 60−1,47
Sehingga α1 = = 3 dan asumsikan α1 ≈ α2 ≈ 3.
2,4 .60−1,47
trb2 4,58 menit
α≈ → 3≈ → tra2 = 1,53 menit
tra2 tra2
Waktu retensi etanol pada resolusi (Rs) = 1,5 adalah 1,53 menit.

Anda mungkin juga menyukai