Anda di halaman 1dari 9

Jenny Azzahra / 1806199562 / Teknik Kimia / Tugas Merangkum untuk alat AAS

1. Sebutkan jenis-jenis / kriteria sampel dari AAS !


Jawaban : Prinsip Pengukuran dengan Spektrofotometer Serapan Atom (AAS) adalah
spektroskopi yang berprinsip pada serapan cahaya oleh atom. Atom–atom menyerap
cahaya pada panjang gelombang tertentu, tergantung pada sifat unsurnya. Cahaya pada
panjang gelombang tersebut mempunyai cukup energi untuk mengubah tingkat elektronik
suatu atom. Transisi elektronik suatu unsur bersifat spesifik. Dengan absorbsi energi,
terdapat lebih banyak energi yang akan dinaikkan dari keadaan dasar ke keadaan eksitasi
dengan tingkat eksitasi yang bermacam-macam.
Instrumen AAS meliputi Hollow Cathode Lamp sebagai sumber energi, flame untuk
menguapkan sampel menjadi atom. Monokromator sebagai filter garis absorbansi,
detektor dan amplifier sebagai pencatat pengukuran. AAS bekerja berdasar pada
penguapan larutan sampel, kemudian logam yang terkandung di dalamnya diubah
menjadi atom bebas. Atom tersebut mengabsorbsi radiasi dari sumber cahaya yang
dipancarkan oleh lampu katoda (Hollow Cathode Lamp) yang mengandung energi radiasi
yang sesuai dengan energi yang diperlukan untuk transisi elektron atom. Hollow Cathode
Lamp sebagai sumber sinar pada AAS akan menghilangkan kelemahan yang disebabkan
oleh self absorption yaitu kecenderungan atom-atom pada ground state untuk menyerap
energi yang dipancarkan oleh atom tereksitasi ketika kembali ke keadaan ground state.

2. Tahapan-tahapan penting analisis / identifikasi sampel dengan AAS !


Jawaban : Proses dari analisis metode AAS ini dibagi menjadi beberapa tahapan:
a. Dilution = sampel solid dilarutkan dengan pelarut menjadi wujud aquades sampai larut
seluruhnya
b. Nebulize = Mengubah larutan menjadi aerosol (15 – 20 μm) dengan cara menarik
larutan melalui kapiler dengan pengisapan gas bahan bakar dan oksidan, disemprotkan ke
ruang pengabut. Partikel-partikel mengalir bersama campuran gas bahan bakar, masuk ke
dalam ruang nyala, sedangkan partikel yang besar dibuang keluar. Campuran dibuat
homogen dengan spray chamber.
c. Evaporation = Penguapan larutan menjadi gas menggunakan pemanasan dari flame
burner atau graphite furnace (burner), suhu disesuaikan dengan zat
d. Volatilization = pada suhu yang sangat tinggi, senyawa akan terurai menjadi atom
atom penyusunnya
e. Emission = pada hollow cathode lamp, gas mulia dalam tabung dipanaskan hingga
terionisasi, yang kemudian akan bereaksi dengan katoda, membuatnya tereksitasi yang
menimbulkan keluarnya emisi berupa gelombang cahaya. Sumber cahaya juga bisa
menggunakan Electrodeless Discharge Lamp
f. Chopping = sebuah alat bernama chopper berfungsi untuk “memotong” atau memblok
gelombang cahaya yang berasal dari sumber lain, hanya gelombang dari sumber cahaya
yang dapat lewat
g. Absorption = partikel sampel ditabrak oleh gelombang cahaya yang menyebabkan
sebagian energi cahaya diserap oleh sampel, menyebabkan partikel tereksitasi ke tingkat
yang lebih tinggi dan menyebabkan energi gelombang berkurang dan Panjang
gelombangnya lebih panjang.
h. Separation = gelombang cahaya yang tidak menumbuk partikel dan yang energinya
telah diserap oleh partikel sampel akan dipisahkan dalam monokromator melalui
pemantulan cahaya dan dispersinya (dikarenakan perbedaan Panjang gelombangnya)
sehingga cahaya yang keluar hanya cahaya yang telah menumbuk partikel.
i. Amplifier = menggunakan multiplier phototube (PM), dikarenakan energi cahaya
sangat kecil dan tidak bisa dideteksi, perlu ada penguatan Ketika cahaya menabrak
fotokatoda, yang didalamnya terdapat banyak dinoda, setiap dinoda bermuatan positif dan
akan mengikat electron dari gelombang cahaya. Dengan efek fotoelektrik, semakin
banyak electron yang terikat maka arus pada anoda mengalami penguatan hingga 108 kali
sehingga bisa dideteksi oleh perangkat.
j. Detection & Readout = dengan alat microammeter, potentiometric strip chat recorder
atau perangkat digital, maka data energi ini akan diubah menjadi bentuk grafik hubungan
antara absorbansi dengan Panjang gelombang ataupun absorbansi dengan konsentrasi zat
dengan hukum Lambert-Beer.
Gambar 1. Diagram sederhana metode analisis dengan AAS
Sumber : Atomic absorption Spectrometry by Royal Society of Chemistry, 2004

Prinsip penentuan konsentrasi sampel dengan spektroskopi absorpsi atom. AAS


menganut hukum lambert-beer, cara perhitungannya yaitu dengan membuat deret standar
dan setelah ditetapkan harga absorbansi atau % transmisinya, kemudian dibuat grafik
yang disebut kurva kalibrasi. Larutan standar dibuat dengan konsentrasi dengan interval
tertentu, misalnya untuk mengukur kandungan logam merkuri pada sampel, langkah-
langkah adalah sebagai berikut :
a. Pembuatan kurva kalibrasi
Langkah pertama adalah membuat deret larutan standar merkuri dengan interval tertentu,
misalnya 5 ppm, 10 ppm, 15 ppm, 20 ppm, dan 25 ppm (dari larutan standar merkuri 100
ppm diencerkan dengan HNO 3 20%) kemudian diukur dengan alat AAS pada panjang
gelombang 253.7 nm (untuk merkuri). Pada AAS umumnya pencatatan hasil analisis
memakai sistem digital atau dapat dipakai recorder atau komputer. Setelah diketahui nilai
absorbansi dari masing-masing konsentrasi larutan standar, maka dibuat kurva kalibrasi
yaitu hubungan antara konsentrasi larutan standar dengan absorbansi. Dari kurva tersebut
didapatkan persamaan linier y = a + bx, dengan : y : Absorbansi
x : Konsentrasi
a : Intersep
b : slope/kemiringan , a dan b adalah bilangan tertentu3

b. Analisa Merkuri pada Larutan Sampel


Selanjutnya sampel yang akan diuji (misal sampel A, B, dan C) dianalisis kadar
merkurinya satu persatu menggunakan AAS (diencerkan dengan HNO 3 ). Setelah
diketahui nilai absorbansi dari masing-masing sampel, maka dilakukan perhitungan.

c. Perhitungan Kadar Merkuri


Perhitungan kadar merkuri dapat dilakukan dengan 2 cara, yang pertama dengan cara
memplot absorbansi sampel terhadap konsentrasi sesuai persamaan linier pada kurva
kalibrasi. Dengan menggunakan persamaan linier y = ax + b yang didapat dari kurva
kalibrasi, nilai absorbansi diplot pada y, maka dapat diketahui nilai x nya yang
merupakan nilai konsentrasi merkuri pada sampel. Cara kedua dengan menggunakan
perhitungan regresi linier untuk mendapatkan persamaan y = ax + b. Pada perhitungan
menggunakan regresi linier, untuk menentukan nilai a dan b adalah dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
(Σ𝑦)(Σ𝑥 2 )−(Σ𝑥𝑦)
a= 𝑛(Σ𝑥 2 )−(Σ𝑥)2
…………….(1)
(Σ𝑥𝑦)−(Σ𝑥)(Σ𝑦)
b= …………….(2)
𝑛(Σ𝑥 2 )−(Σ𝑥)2

dengan x adalah konsentrasi larutan standar dan y adalah absorbansi yang didapat dari
pengukuran AAS. Setelah diketahui nilai a dan b nya, maka akan terbentuk persamaan
linier y = ax + b. Selanjutnya, menghitung konsentrasi larutan sampel dengan
memplotkan absorbansi (y) yang didapat dari pengukuran AAS, maka akan diketahui
nilai konsentrasi sampelnya (x) (Madania, Megawati M Martani. 2013).

3. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam sampling pada AAS !


Jawaban : Beberapa logam yang terkandung dalam sampel dapat ditentukan secara
langsung dengan menggunakan AAS, tetapi ada beberapa gangguan kimia yang
menyebabkan sampel harus diperlakukan khusus terlebih dahulu. Gangguan kimia
disebabkan oleh berkurangnya penyerapan loncatan atom dalam kombinasi molekul
dalam flame. Hal ini terjadi karena flame tidak cukup panas untuk memecah molekul atau
pada saat pemecahan atom, dioksidasi segera menjadi senyawa yang tidak terpecah
segera pada temperatur flame.

Ada tiga cara atomisasi (pembentukan atom) dalam AAS:


a. Atomisasi dengan nyala
Suatu senyawa logam yang dipanaskan akan membentuk atom logam pada suhu ±
1700ºC atau lebih. Sampel yang berbentuk cairan akan dilakukan atomisasi dengan cara
memasukan cairan tersebut ke dalam nyala campuran gas bakar. Tingginya suhu nyala
yang diperlukan untuk atomisasi setiap unsur berbeda. Beberapa unsur dapat ditentukan
dengan nyala dari campuran gas yang berbeda tetapi penggunaan bahan bakar dan
oksidan yang berbeda akan memberikan sensitivitas yang berbeda pula.
Syarat-syarat gas yang dapat digunakan dalam atomisasi dengan nyala:
- Campuran gas memberikan suhu nyala yang sesuai untuk atomisasi unsur yang akan
dianalisa
- Tidak berbahaya misalnya tidak mudah menimbulkan ledakan.
- Gas cukup aman, tidak beracun dan mudah dikendalikan
- Gas cukup murni dan bersih (UHP)
Campuran gas yang paling umum digunakan adalah udara : C2H2(suhu nyala 1900 -
2000ºC), N2O : C2H2 (suhu nyala 2700 – 3000ºC), udara : propana (suhu nyala 1700–
1900ºC). Banyaknya atom dalam nyala tergantung pada suhu nyala. Suhu nyala
tergantung perbandingan gas bahan bakar dan oksidan.

Hal-hal yang harus diperhatikan pada atomisasi dengan nyala:


1. Standar dan sampel harus dipersiapkan dalam bentuk larutan dan cukup stabil.
Dianjurkan dalam larutan dengan keasaman yang rendah untuk mencegah korosi.
2. Atomisasi dilakukan dengan nyala dari campuran gas yang sesuai dengan unsur yang
dianalisa.
3. Persyaratan bila menggunakan pelarut organik:
- Tidak mudah meledak bila kena panas
- Mempunyai berat jenis > 0,7 g/mL
- Mempunyai titik didih > 100 ºC
- Mempunyai titik nyala yang tinggi
- Tidak menggunakan pelarut hidrokarbon

Pembuatan atom bebas dengan menggunakan nyala (Flame AAS)


Contoh: Suatu larutan MX, setelah dinebulisasi ke dalam spray chamber sehingga
terbentuk aerosol kemudian dibawa ke dalam nyala oleh campuran gas oksidan dan bahan
bakar akan mengalami proses atomisasi.

b. Atomisasi tanpa nyala


Atomisasi tanpa nyala dilakukan dengan mengalirkan energy listrik pada batang karbon
(CRA – Carbon Rod Atomizer) atau tabung karbon (GTA – Graphite Tube Atomizer)
yang mempunyai 2 elektroda. Sampel dimasukan ke dalam CRA atau GTA. Arus listrik
dialirkan sehingga batang atau tabung menjadi panas (suhu naik menjadi tinggi) dan
unsur yang dianalisa akan teratomisasi. Suhu dapat diatur hingga 3000 ºC. Pemanasan
larutan sampel melalui tiga tahapan yaitu:
- Tahap pengeringan (drying) untuk menguapkan pelarut
- Pengabuan (ashing), suhu furnace dinaikkan bertahap sampai terjadi dekomposisi dan
penguapan senyawa organik yang ada dalam sampel sehingga diperoleh garam atau
oksida logam
- Pengatoman (atomization)

c. Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida


Atomisasi dengan pembentukan senyawa hidrida dilakukan untuk unsur As, Se, Sb yang
mudah terurai apabila dipanaskan pada suhu lebih dari 800ºC sehingga atomisasi
dilakukan dengan membentuk senyawa hibrida berbentuk gas atau yang lebih terurai
menjadi atom-atomnya melalui reaksi reduksi oleh SnCl2 atau NaBH4, contohnya
merkuri (Hg).

4. Contoh penentuan konsentrasi pada AAS !


Jawaban : Ada berbagai cara penentuan konsentrasi logam dengan spektroskopi absorpsi
atom. Penentuan konsentrasi logam dengan analisis kuantitatif, sampel harus dibuat atau
disiapkan dalam bentuk larutan. Larutan yang akan dianalisis haruslah sangat encer.
Maka sampel harus diencerkan terlebih dahulu sebelum dianalisis dengan AAS. Setelah
diencerkan sampel akan dianalisis absorbansinya dengan memasukkan sampel pada
sample capillary pada alat AAS. Konsentrasi logam pada sampel dapat diketahui atau
dihitung dengan berbagai metode sebagai berikut :
a. Metode Kurva Kalibrasi
Dalam metode kurva kalibrasi, diperlukan pembuatan larutan standard pada berbagai
variasi konsentrasi kemudian absorbansinya diukur satu persatu dengan AAS. Sebelum
diukur diperlukan kalibrasi absorbansi AAS menggunakan larutan blanko. Kemudian
dibuat kurva hubungan antara konsentrasi (C) larutan standard dengan Absorbansi (A)
larutan standard yang diturunkan dari rumus sebagai berikut:
I = I0e − (ε.b.c) .....(1)
log I = logI0. − ε. b. c .....(2)
𝑙𝑜𝑔𝐼
− 𝑙𝑜𝑔𝐼𝑜 = ε. b. c .....(3)

logI0 − log I = ε. b. c .....(4)


A = ε. b. c .....(5)
dimana :
I0 = Intensitas sumber sinar (W/m2)
I = Intensitas sinar yang diteruskan (W/m2)
ε = Absortivitas molar (1/M.cm)
b = Panjang medium (cm)
c = Konsentrasi sampel (cm)
A = Absorbansi
jika dihubungkan dengan persamaan regresi linier:
y = m. x + c .....(7)
maka :
y =A
slope (m) = ε. b
x = konsentrasi (C)
dengan intercept sama dengan 0 (nol) sehingga grafik yang dihasilkan adalah garis lurus
yang akan melewati titik (x,y) sama dengan (0,0). Dari grafik tersebut absorbansi larutan
sampel diintropolasi ke dalam kurva kalibrasi atau di masukkan ke dalam persamaan
regresi linear pada kurva kalibrasi sehingga didapatkan konsentrasi larutan sampel.
𝑦−𝑦1 𝑥−𝑥1
= 𝑥2−𝑥1 .....(8)
𝑦2−𝑦1

dengan catatan bahwa absorbansi sampel tidak kurang maupun melebihi dari data kurva
larutan standard atau dengan kata lain absorbansi sampel harus terletak pada kisaran
absorbansi kurva kalibrasi. Jika absorbansi terletak diluar kisaran absorbansi kurva
kalibrasi maka diperlukan pengenceran atau pemekatan. Penggunaan ekstrapolasi tidak
dianjurkan karena kurangnya linieritas.
Gambar 2. Ilustrasi Kurva standar zat spesifik pada AAS.
Sumber : https://egpat.com/

b. Metode Standard Tunggal


Metode standard tunggal hanya menggunakan satu larutan standard yang telah diketahui
konsentrasinya (Cstandard) dan absorbsi larutan standardd (Astandard). Jika absorbsi
larutan sampel (Asampel) dapat diukur dengan AAS, maka persamaan atau rumus untuk
mencari konsentrasi sampel (Csampel) adalah sebagai berikut.
𝐴𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
ε. b = 𝐶𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 = 𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 .....(9)

sehingga:
𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 .𝐶𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑
Csampel = .....(10)
𝐴𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑

c. Standard Adisi
Metode standard adisi diawali dengan membuat dua atau lebih sejumlah volume tertentu
dari sampel. Larutan pertama diencerkan sampai volume tertentu, kemudian diukur
absorbansinya tanpa penambahan larutan standard, sedangkan larutan kedua dan larutan
sampel yang lainnya diencerkan dan ditambah dengan sejumlah larutan standar.
Kemudian diukur absorbansinya dengan AAS untuk masing-masing penambahan larutan
standard. Menurut hukum Beer akan berlaku hal-hal berikut:
Asampel = k. Csampel .....(11)
Acampuran = k. (Csampel + Cstandard) .....(12)
jika persamaan 11 dan persamaan 12 digabung maka diperoleh :
𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= (𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙+𝐶𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑) .....(13)
𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
(𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙+𝐶𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑) 𝐴𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
= .....(14)
𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐶𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐴𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
1+ = .....(15)
𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐶𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐴𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛
= −1 .....(16)
𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
𝐶𝑠𝑡𝑎𝑛𝑑𝑎𝑟𝑑 𝐴𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛−𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
= .....(17)
𝐶𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙

sehingga dari penurunan persamaan di atas akan dapat ditentukan konsentrasi sampel
dengan persamaan sebagai berikut:
𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙
Csampel = Cstandard . (𝐴𝑐𝑎𝑚𝑝𝑢𝑟𝑎𝑛−𝐴𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙) .....(18)

Metoda standard adisi merupakan metode analisis dengan tingkat akurasi tinggi, tetapi
memerlukan biaya yang sangat mahal, rumit dan dapat digunakan untuk logam mulia
seperti emas dan platina (Djuhariningrum, 2005).
Pengaplikasian metode adisi standar pada spektrofotometri berbeda dengan
pengaplikasian pada potensiometri, hal yang membedakannya adalah jumlah wadah,
larutan sampel, dan larutan standar yang digunakan. Pada potensiometri, larutan sampel
dan larutan standar yang digunakan sedikit, hal ini disebabkan larutan sampel dan standar
diletakkan dalam wadah yang sama untuk pengukuran konsentrasi sampel. Pada
spektrofotometri, jumlah wadah yang digunakan lebih banyak seiring semakin banyaknya
variasi larutan standar yang digunakan dan absorbansi yang tebaca oleh alat untuk
pengukuran konsentrasi sampel, sedangkan larutan sampel dan larutan standar yang
digunakan dapat lebih sedikit dibandingkan potensiometri. Dalam potensiometri,
konsentrasi sampel dapat ditentukan dari selisih antara potensial sel larutan sampel dan
larutan standar, sedangkan dalam spektrofotometri, konsentrasi sampel ditentukan
berdasarkan absorbansi yang terukur.

Anda mungkin juga menyukai