KAJIAN PUSTAKA
A. Kajian Teoritis
9
10
sekolah.
sebagainya.
utama, yaitu:12
12
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung : PT Remaja Rosdakarya,
2007), hal. 98-122
12
pembelajaran.
baik.
barikut :
a) Jujur
b) Percaya diri
c) Panggung jawab
e) Berjiwa besar
g) Teladan.
15
lain ehingga secara sadar orang lain tersebut mau melakukan apa yang
1) Kepala sekolah bekerja dengan dan melalui orang lain (work with
and through other people) pengertian orang lain tidak hanya para
guru, staf, dan siswa dan orang tua siswa, melainkan termasuk
guru, siswa, staf dan orang tua siswa tidak dapat dilepaskan dari
dengan yang lain. Untuk itu kepala sekolah harus turun tangan
adalah:
1) Keterampilan memimpin
anggota kelompok.
14
Soekarto Indrafachrudi, Bagaimana Memimpin Sekolah yang Efektif, (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2006), h. 25-28
15
Edward Sallis, Total Quality Managegement In Education Manajemen Mutu Pendidikan,
(Jogjakarta: IRCiSoD, 2008) h.175
20
kekurangan stafnya.
tepat sehingga mereka merasa senang dan potensi yang ada pada
dengan cara self evaluation atau dapat juga meminta bantuan dari
pihak guru. Ia juga akan dinilai oleh atasannya, orang tua murid,
dan masyarakat.16
16
Soekarto Indrafachrudi, op. cit., h. 25-28
21
tinggi;
a) Kepada atasan
c) Kepada bawahan
23
sebaik baiknya dengan para guru, staf dan siswa, sebab esensi
sasaran atau kepada siapa perilaku sebagai pendidik itu diarahkan, dan
terdapat tiga kelompok sasaran utama, yaitu para guru atau tenaga
siswa atau peserta didik. Ketiga sasaran tersebut berupa manusia yang
17
Wahyosumidjo, op. cit., h. 85-89
24
mental, moral, kondisi fisik yang sehat dan energik, serta apresiasi dan
keluar alat.
pergunakan
bangsa.
19
http://www.mediapendidikan.info/2010/09/permendiknas-nomor-13-tahun-2007.html
diakses pada tanggal 13 Oktober 2017 pukul 16.37
27
terakreditasi.
4) Memiliki pangkat serendah rendah nya III/ c bagi PNS dan bagi
1) Kepribadian, artinya :
20
http://www.mediapendidikan.info/2010/09/permendiknas-nomor-13-tahun-2007.html
diakses pada tanggal 13 Oktober 2017 pukul 16.35
28
disekolah.
fungsinya.
pendidikan.
2) Managerial, artinya :
perencanaan.
tujuan sekolah.
2. Profesionalisme Guru
21
pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Hal
ini berarti bahwa selain mengajar atau proses pembelajaran, guru juga
masyarakat sekitar.
Guru sebagai jabatan profesional, paling tidak ada tiga hal yang
guru kepada para siswanya akan tetap up to date, aktual dan relevan
21
Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen serta
UU No. 20 Tahun 2003 Tentang SISDIKNAS (Bandung: Penerbit Citra Umbara, 2006), hlm. 26
32
psikologi pendidikan.
kepribadian dan budi pekerti yang mulia yang dapat mendorong para
siswa untuk mengamalkan ilmu yang diajarkannya dan agar para guru
guru yaitu:
22
Abudin Nata, Paradigma Pendidikan Islam: Kapita Selekta Pendidikan Islam (Jakarta :
PT Gramedia, 2001), hlm. 139-140.
33
in service training.
b. Profesionalisme Guru
sebutan yang mengacu pada sikap mental dalam bentuk komitmen dari
23
Saiful Sagala. Administrasi Pendidikan Kontemporer (Bandung : Alfabeta, 2000), hlm.
216-217
24
Muhammad Surya, Organisasi Profesi, Kode Etik dan Kehormatan Guru (Tanpa nama,
kota dan penerbit, 2007). hlm. 14
34
kepribadian tertentu.25
kondisi, arah, nilai, tujuan, dan kualitas suatu keahlian dan kewenangan
profesinya itu.27
25
Syaiful Sagala, Administrasi, hlm. 197.
26
Kusnandar, Guru Profesional (Jakarta: PT Raja Grafindo, 2007), hlm: 46.
27
Sudarwan Danim, Inovasi Pendidikan dalam Upaya Peningkatan Profesionalisme
Tenaga Kependidikan (Bandung : PT Pustaka Setia, 2002), hlm. 23.
35
dalam arti luas di lakukan secara benar. Itu hanya mungkin dilakukan
oleh orang yang ahli. Nabi Muhammad SAW bersabda bahwa bila
dan dapat juga diartikan secara luas. Bila seorang guru mengajar tidak
kehancuran”.29
28
H.A.R. Tilaar, Membenahi Pendidikan Nasional (Jakarta: Rineka Cipta, 2002), hlm.86
29
Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Persepektif Islam (Bandung : Rosdakarya), hlm.
113
36
1) Kompetensi Pedagogik
37
dimilikinya.30
2) Kompetensi Kepribadian
berakhlak mulia.31
manusia.32
3) Kompetensi Profesional
30
Peraturan Pemerintah, Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
31
Peraturan Pemerintah, Nomor 19 Tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan
32
Mulyasa, Menjadi, hlm. 117
38
adalah:
bervariasi.
pembelajaran.33
4) Kompetensi Sosial
33
Martinis Yamin, Sertifikasi Profesi Keguruan di Indonesia, (Jakarta: Gaung Persada
Press, 2006), hlm. 35
39
didik.35
tepat dan berbagai inovatif yang mandiri. 36 Visi dapat diartikan sebagai
34
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme Guru Sekolah Dasar: Dalam Kerangka
Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2003), hlm. 44
35
Depdikbud RI, Pedoman Pembinaan Profesional Pendidik Sekolah Dasar. (Jakarta:
Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah), hlm: 12
36
Ibrahim Bafadal, Peningkatan, hlm. 6
40
yaitu:
konferensi, rapat kerja, loka karya, seminar, diskusi dan studi kasus.
samping itu banyak pula dari mereka yang memang tidak berusaha
Untuk mengejar ketinggalan itu agar guru selalu up-date, actual dan
tugas tersebut.
37
Hadari Nawawi, Administrasi Pendidikan, (Jakarta:CV.Haji Masagung), hlm.111.
42
luar.
berkembang pula.39
38
Ngalim purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya), hlm: 68.
39
Ibid, hlm: 67
43
2) Supervisi Pendidikan
lebih baik.
40
A. Usmara (ed).,Paradigma Baru Manajemen Sumber Daya Manusia, (Yogyakarta :
Amara Books, 2002), hlm. 162
41
Syarifuddin, Manajemen Mutu Terpadu dalam Pendidikan : Konsep, Strategi dan
Apliaksi, (Jakarta, PT. Grasindo, 2002), hlm: 68
42
Saiful Sagala, Administrasi, hlm. 230
44
kependidikan.43
menjalankan tugas-tugasnya.
guru atau orang yang disupervisi agar mampu menilai diri sendiri
43
Richard A. Gorton, School Administration (challenge and opportunity for leadership),
(USA: Wm. C Brown Company Publishers), hlm. 207
44
Hadari Nawawi, Administrasi, hlm.112-113
45
pokok, yaitu:46
suatu keputusan.
45
M. Daryanto, Administrasi Pendidikan, (Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2001), hlm. 185-187
46
E. Mulyasa, Menjadi Kepada Sekolah Profesional, dalam konteks Mensukseskan MBS
dan KBK, (Bandung: PT. Remaja Rosda karya, 2003), hlm. 113-114.
46
belajar:
47
E. Mulyasa, Menjadi Kepada Sekolah Profesional, hlm. 111-112
48
Ibrahim Bafadal, Peningkatan Profesionalisme, hlm. 56
47
di madrasah.
52
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, hlm.78
53
Ibid, hlm.70
49
bidang ilmu dan teknologi membuat manusia hidup menjadi tanpa batas
cepat dan akurat dalam hitungan detik di belahan dunia yang lain,
globalisasai informasi.
54
Qodri Azizy, Membangun Fondasi Ekonomi Umat, cetakanI, (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar, 2004), hlm. 4
50
suatu negara dengan cepat dapat dilakukan di negara lain. Setiap bangsa
sebagaimana mestinya.
(narkotika dan obat berbahaya lainnya) yang sering juga disebut dengan
menimbulkan ketergantungan.
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
negara”.56
yang penting dalam mempersiapkan anak didik agar tidak hanya cerdas
56
Asep Purnama Bahtiar, Kedaulatan Rakyat, ( Yogyakarta: Media Masa Pendidikan 2005),
hlm. 12
53
lulusan, namun guru itu sendiri juga berada dalam satu dilema
57
Sardiman, Interaksi Dan Motivasi Belajar Mengajar (PT Raja GrafindoPersada,
Jakarta.Cet 11,2004)
54
Developer maksudnya guru harus memiliki visi dan misi keguruan yang
profesinya. Guru harus sadar bahwa tugas dan tanggung jawabnya tidak
bisa dilakukan oleh orang lain, kecuali oleh dirinya. Ia harus sadar
Guru harus sadar bahwa yang dianggap baik dan benar saat ini,
belum tentu benar di masa yang akan datang. Guru dituntut agar selalu
58
Asep Yudi Permana, MDes, ( Dosen Jurusan Pendidikan. Teknik Arsitektur FPTK UPI)
Disampaikan Dalam Seminar Nasional PTK 2006
59
Nana Sudjana, Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar, (Penerbit Sinar Baru Algensindo
Bandung,2005)
55
yang dibinanya, (c) Mempunyai sikap yang tepat tentang diri sendiri,
menurut Glasser ada empat hal yang harus dikuasai guru yakni; (a)
bidang, yaitu:
umum lainnya.
yaitu:
dan memiliki nilai estetik, akan tetapi juga harus mengetahui makna
berlangsung.
tujuan pengajaran.
angka atau nilai yang dapat dilakukan dalam rangka penilaian hasil
belajar siswa.
Karakteristik guru dan siswa, (b) Bahan pelajaran, dan (c) Aspek lain
bahan oleh guru dengan hasil belajar yang dicapai siswa. Artinya
yang penting dalam mempersiapkan anak didik agar tidak hanya cerdas
3. Manajemen Kinerja
makna yang luas, bukan hanya hasil kerja, tetapi termasuk bagaimana
ekonomi.
60
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam: Konsep, Strategi dan Aplikasi, (Yogyakarta:
Teras, 2009), hlm. 11
61
U. Saefullah, Manajemen Pendidikan Islam, (Bandung: CV Pustaka Setia, 2013), hlm. 1
62
organisasi.
62
Wibowo, Manajemen Kinerja, (Jakarta: Raja Press, 2012), hlm. 2
63
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan, hlm. 158
63
64
Lijan Poltak Sinambela, Kinerja Pegawai: Teori Pengukuran dan Implikasi, (Yogyakarta:
Graha Ilmu, 2012), hlm. 33
64
perubahan budaya.
1) Perencanaan Kinerja
65
Wibowo, Manajemen Kinerja, hlm. 10
66
Ibid, hlm. 33
65
kinerja.
yang harus mereka lakukan dan hasil apa yang perlu mereka
67
Ibid, hlm. 67
68
Thomas S. Bateman and Scott A. Snell, Management Leading and Collaboration in a
Competitive Wordl, (New York: McGraw-Hill), e 7, p. 118-121
66
efektif.69
2) Pelaksanaan Kinerja
69
Wibowo, Manajemen Kinerja, hlm. 73
70
Syaiful Sagala, Manajemen Strategik dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan, (Bandung:
Alfabeta, 2007), hlm. 130
71
Wibowo, Manajemen Kinerja, hlm. 33
67
bawahan dalam hal ini guru dan tenaga lainnya, jika ada kegiatan
yang tidak sesuai dengan jalur jalur yang telah ditetapkan. Namun
(Reward).72
72
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya,
2004), hlm. 141
68
73
Mujtahid, Pengembang Profesi Guru, (Malang: UIN-Maliki Perss, 2011), hlm. 70-73
74
Mujamil Qomar, Manajemen Pendidikan Islam, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 124
69
b) Pembinaan disiplin
perilakunya.
75
Mujtahid, Pengembang Profesi Guru, hlm. 70-73
70
perilakunya
c) Pemberian motivasi
mempengaruhinya.77
76
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, hlm. 141.
77
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, hlm. 143.
71
d) Pengawasan
akan dilaksanakan.
e) Penghargaan (reward)
78
Sulistyorini, Manajemen Pendidikan Islam Konsep Strategi dan Aplikasi, hlm. 28-32
79
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahnya, (Surabaya: Duta Ilmu, 2009), hlm.
879
72
3) Evaluasi Kinerja
80
E. Mulyasa, Menjadi Kepala Sekolah Profesional, hlm. 151
81
Wibowo, Manajemen Kinerja..., hlm. 262
73
tanggung jawabnya.84
kinerja guru, aspek aspek yang dapat dinilai dari kinerja seorang
82
Uhar Suharsaputra, Administrasi Pendidikan..., hlm. 164
83
Sudarmanto, Kinerja dan Pengembangan Kompetensi SDM: Teori, Dimensi Pengukuran
dan Implementasi dalam Organisasi, (Yogyakarta: Pustaka Belajar, 2009), hlm. 250-251
84
Hadari Nawawi, Evaluasi dan Manajemen Kinerja di Lingkungan Perusahaan dan
Industri, (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 2006), hlm. 76
74
hubungan interpersonal.
yang diperoleh.
unit-unit operasional.
seseorang.
85
Supardi, Kinerja Guru, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2014), hlm. 70-71
75
B. Penelitian Terdahulu
dan untuk mempermudah fokus apa yang akan dikaji dalam penelitian ini.
antara lain:
pembinaan yang dilakukan oleh kepala sekolah kepada para guru terkait
Gunung Kidul.
C. Kerangka Pemikiran
oleh sebab itu guru harus berkualitas dan sesuai dengan standar profesional
sehingga guru dapat menguasai kompetensi guru yang telah ada. Oleh sebab
itu, perlu adanya pembinaan yang dilakukan agar guru lebih baik dalam
pendidikan itu sendiri, dan pada gilirannya kualitas prestasi belajar dan output
semakin bermutu.
bulletin organisasi.
78
profesionalitas guru menjadi meningkat dan menjadi lebih baik lagi sehingga