TINJAUAN PUSTAKA
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
keduanya.
kriteria untuk diabetes namun tetap terbilang tinggi dari pada orang normal.
Kelompok tersebut ialah orang dengan glukosa darah puasa terganggu (GDP
plasma 100 – 125 mg/dL) atau tolerasi glukosa terganggu (TGG) (OGTT 140 –
diabetes. Orang dengan glukosa darah puasa terganggu atau tolerasi glukosa
terganggu tidak dapat dilihat sebagai sebuah tanda klinis namun lebih merupakan
faktor risiko untuk diabetes sama juga dengan penyakit kardiovaskular. Orang
dislipidemia dengan kadar trigliserid tinggi dan/atau kadar HDL yang rendah, dan
16
HbA1C juga secara umum digunakan untuk mendiagnosis diabetes pada
individu dengan faktor risiko, HbA1C juga dapay mengidentifikasi mereka yang
diabetes melitus juga menyadari bahwa orang dengan kadar HbA1C diatas normal
namun dibawah cut point diagnosis dari diabetes (6.0 – 6,5%) merupakan
(ADA, 2014).
Faktor resiko yang tidak dapat dimodifikasi antara lain (Pekoni, 2011):
- Riwayat melahirkan bayi dengan BB bayi lahir >4000 gram atau riwayat
menderita DMG
- Riwayat lahir dengan berat badan redah, kurang dari 2,5 kg.
- Diet tak sehat. Diet tinggi gula dan rendah serat meningkatkan risiko.
17
- Penderita Sindroma Metabolik yang memiliki riwayat Toleransi Glukosa
Pathogenesis
a. DM tipe 1
terdapat beberapa tipe sel, yaitu sel β, sel α dan sel σ. Sel-sel β memproduksi
18
insulin, sel-sel α memproduksi glukagon, sedangkan sel-sel σ memproduksi
menghancurkan sel-sel β.
juga menjadi tidak normal. Pada penderita DM tipe 1 ditemukan sekresi glukagon
akan menurunkan sekresi glukagon, tapi hal ini tidak terjadi pada penderita
b. DM tipe 2
Penyebab dari DM tipe 2 karena sel-sel sasaran insulin gagal atau tak
mampu merespon insulin secara normal, keadaan ini disebut resietensi insulin.
gangguan gangguan sekresi insulin dan produksi glukosa hepatik yang berlebihan.
19
Obesitas yang pada umumnya menyebabkan gangguan pada kerja insulin,
merupakan faktor risiko yang biasa terjadi pada diabetes tipe ini, dan sebagian
besar pasien dengan diabetes tipe 2 bertubuh gemuk. Selain terjadi penurunan
kepekaan jaringan pada insulin, yang telah terbukti terjadi pada sebagian besar
dengan pasien diabetes tipe 2 terlepas pada berat badan, terjadi pula suatu
3.1.3 Diagnosis1,5,6,7
1. Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu > 200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Gejala klasik DM + glukosa plasma puasa > 126 mg/dl (7,0 mmol/L)
3. Glukosa plasma 2 jam pada TTGO (pemberian glukosa yang setara dengan 75
gram glukosa anhidrus yang dilarutkan ke dalam air) > 200 mg/dl (11,1
mmol/L)
berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. Gejala lain dapat berupa: lemah
badan, kesemutan, gatal, mata kabur, disfungsi ereksi pada pria, dan pruritus
20
3.1.4 Penatalaksanaan1,6,7,10
menjaga emosi tetap stabil, termasuk pula perbaikan dalam kehidupan sosial,
2. Perencanaan makan
21
Pada pasien dengan diabetes melitus, dianjurkan untuk membatasi
konsumsi karbohidrat hingga 45-65% total asupan energi, tetapi tidak boleh
kurang dari 130 gram/hari. Dianjurkan pula untuk makan makanan yang
berserat tinggi. Konsumsi lemak dan protein juga perlu dibatasi. Dapat
diberikan pemanis alternatif, seperti aspartam dan sakarin yang tidak berkalori,
kebutuhan kalori basal yang besarnya 25-30 kalori/kgBB ideal, ditambah atau
dikurangi beberapa faktor: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan, dan
lainnya.
Perhitungan berat badan ideal dapat dihitung dengan rumus Brocca yang
- Untuk pria dengan tinggi badan kurang dari 160 cm dan wanita kurang
BB kurang : <18,5
22
BB normal : 18,5 - 22,9
BB lebih : >23,0
3. Olahraga
latihan yang bersifat aerobik, seperti jalan kaki, bersepeda santai, jogging, dan
malasan.
4. Farmakologis12,13
- Sulfonilurea
pankreas dan merupakan pilihan utama untuk pasien dengan berat badan
tidak diberikan pada orang tua, pasien dengan gangguan faal ginjal dan
- Glinid
23
Cara kerjanya sama dengan sulfonilurea. Golongan ini terdiri
dari 2 macam obat, yaitu Repaglinid dan Nateglinid. Obat ini diabsorpsi
dengan cepat dan diekskresi secara cepat melalui hati sehingga dapat
suatu reseptor inti di sel otot dan sel lemak. Golongan ini menurunkan
c. Penghambat glukoneogenesis
ginjal (serum kreatinin >1,5 mg/dl) dan hati, serta pasien dengan
24
d. Penghambat absorpsi glukosa
e. DPP-IV inhibitor
DPP-4.
II. Suntikan
a. Insulin
- Ketoasidosis diabetik
25
- Gagal dengan kombinasi OHO dosis optimal
perencanaan makan
- Hipoglikemia
- Reaksi imunologi
b. Agonis GLP-1
mungkin menurunkan berat badan. Efek agonis GLP-1 yang lain adalah
26
5. Cangkok pankreas
27
3.1.5 Kriteria Pengendalian DM
kendali glukosa darah dapat lebih tinggi (puasa 100-125 mg/dl dan sesudah
makan 145-180 mg/dl), demikian pula kadar lipid, tekanan darah, dan lain-lain.
Hal ini dilakukan mengingat sifat-sifat khusus pasien usia lanjut dan juga untuk
sebagai berikut:
1. Komplikasi akut
mg/dl) disertai adanya tanda dan gejala asidosis dan plasma keton (+) kuat.
28
Osmolaritas plasma meningkat (300-720 mOs/ml) dan terjadi peningkatan
anion gap.
sangat meningkat (300-380 mOs/ml), plasma keton (+/-), anion gap normal
c. Hipoglikemia
2. Komplikasi Kronik
a. Makroangiopati
- Stroke
b. Mikroangiopati
- Retinopati diabetik
- Nefropati diabetik
c. Neuropati
29
3.2 Kaki diabetik
3.2.1 Diagnosis
dan didapatkan riwayat luka bernanah dan berbau pada kaki serta tanda-tanda
inflamasi.
3.2.2 Klasifikasi
• P : Perfusi ( grade 1, 2 , 3)
• E : Ekstensi
a. Perfusi
Grade Uraian
I Pulsasi a. dorsalis pedis & a. tibialis
Gejala dan tanda PAD (-) posterior teraba. ABI normal
II
Gejala dan tanda PAD (+), Claudicatio (+)
iskemia (-) ABI < 0,9
III
PAD dan iskemia (+) ABI < 0,9
Sistolik ankle < 50 mmHg
Sistolik Toe < 30 mmHg
30
c. Depth/Tissue loss
Grade Uraian
I Ulkus superfisial, tidak merusak dermis
II Ulkus dalam menembus fascia sampai tendon atau otot
II Ulkus dalam sampai menembus tulang
d. Infeksi
Grade Uraian
I Gejala dan tanda infeksi (-)
II Infeksi superfisial dan subkutan
Edema, eritema < 2 cm
III Infeksi lebih dalam, edema dan eritema > 2 cm, infeksi sistemik (-)
IV Infeksi lebih dalam, edema dan eritema > 2 cm, infeksi sistemik
(+), SIRS (+)
e. Sensation
Grade Uraian
I Sensasi masih baik
II Test Monofilament 10 gr (-)
Test Garpu tala (-)
31
Berikut klasifikasi Wagner yang juga sering digunakan untuk klasifikasi ulkus
diabetik:
Grade Lesi
1 Ulkus diabetik superfisial
2 Perluasan ulkus yang melibatkan ligamen, tendon, kapsul sendi atau
fascia dengan atau tanpa abses atau osteomielitis
3 Ulkus dalam dengan abses dan osteomielitis
4 Gangren di bagian depan kaki
5 Perluasan gangren pada kaki
3.2.2 Komplikasi1,8
Pada pasien dengan infeksi kaki diabetik harus diwaspadai terhadap tanda-
3.2.3 Penatalaksanaan1,8
berikut :
32
Manajemen yang efektif untuk infeksi kaki diabetik adalah dengan
33
MRSA Oral
Trimethoprim/Sulfamethoxazole
Edukasi yang diberikan pada pasien adalah menjaga luka agar tetap kering,
tidak terkena air, dan menghindari terjadinya luka yang baru. Selain itu pasien
juga diminta untuk teratur mengontrol gula darah karena gula darah yang baik
34