Anda di halaman 1dari 94

“PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN PRESTASI BELAJAR KIMIA PESERTA

DIDIK KELAS XI MIPA 1 SMA NEGERI 9 PURWOREJO MELALUI


PENGGUNAAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
DENGAN PENDEKATAN STEAM”

DISUSUN OLEH

WAHYU LESTARININGRUM, S.Pd.Si

UNIVERSITAS TADULAKO
LEMBAGA PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN PENJAMINAN MUTU
(LP3M) PROGRAM PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)
TAHUN 2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana

belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan

potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta ketrampilan yang diperlukan dirinya,

masyarakat, bangsa dan negara (UU nomor 20 tahun 2003). Peningkatan kualitas

pendidikan di Indonesia merupakan masalah yang harus dipecahkan untuk

mewujudkan tujuan pendidikan yang sudah ditetapkan. Untuk meningkatkan kualitas

pendidikan harus memperhatikan komponen-komponen yang ada, seperti sekolah,

guru dan peserta didik.

Guru yang profesional harus bisa menciptakan suasana belajar yang

menyenangkan diantaranya memiliki banyak pengetahuan tentang model- model

pembelajaran, sehingga bisa diterapkan dalam proses pembelajaran dan penggunaan

media dalam pembelajaran yang dapat mempermudah pemahaman peserta didik

tentang materi yang diajarkan. Namun sekarang ini masihbanyak peserta didik yang

masih mengalami kesulitan dalam pembelajaran. Hal ini ditunjukkan dengan belum

maksimalnya prestasi belajar kimia pada peserta didik kelas XI MIPA 1 SMAN 9

Purworejo dalam penilaian tengah semester I tahun pelajaran 2020/2021 yang masih

dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). KKM yang ditentukan sekolah untuk

mata pelajaran kimia adalah 65, sedangkan nilai rerata peserta didik kelas XI MIPA 1

hanya 57,40. Rendahnya prestasi belajar kimia pada peserta didik kelas XI MIPA 1

SMAN 9 Purworejo dipengaruhi oleh faktor eksternal dan faktor internal. Faktor

eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar peserta didik misalnya lingkungan, guru,
sarana prasarana dan model pembelajaran, sedangkan faktor internal yaitu faktor yang

berasal dari dalam diri peserta didik misalnya kecerdasan, bakat dan keaktifan belajar.

Dalam kegiatan pembelajaran peserta didik dituntut aktif yaitu peserta didik

terlibat dalam proses pembelajaran dan guru hanya sebagai fasilitator. Untuk

menumbuhkan keaktifan belajar guru harus memilih model pembelajaran yang tepat.

Kenyataannya masih banyak guru yang menggunakan model ceramah, sehingga

peserta didik kurang aktif dalam proses pembelajaran. Dengan model ceramah peserta

didik akan cepat merasa bosan, tidak nyaman dan menyimpulkan bahwa kimia adalah

pelajaran yang sulit.

Untuk mengatasi permasalahan tersebut dibutuhkan suatu model pembelajaran

yang tepat. Suatu model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik lebih aktif

dalam proses pembelajaran, sehingga akan terjadi interaksi antar guru dengan peserta

didik maupun peserta didik dengan peserta didik. Pembelajaran kurikulum 2013

adalah pembelajaran kompetensi dengan memperkuat proses pembelajaran dan

penilaian autentik untuk mencapai kompetensi sikap, pengetahuan dan keterampilan.

Penguatan proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan ilmiah, yaitu

pembelajaran yang mendorong peserta didik lebih mampu dalam mengamati,

menanya, mencoba/ mengumpulkan data, mengasosiasi/menalar, dan

mengomunikasikan. Pada Kurikulum 2013 ini mengutamakan pemahaman, skill, dan

pendidikan berkarakter, peserta didik dituntut untuk paham atas materi, aktif dalam

berdiskusi dan presentasi serta memiliki sopan santun disiplin yang tinggi. Salahsatu

model pembelajaran yang tepat adalah Problem Based Learning adalah suatu model

pembelajaran yang dianggap mampu menumbuhkan keaktifan dan rasa percaya diri

pada peserta didik.


Penerapan model pembelajaran yang berbeda dari model konvensional

diharapkan dapat meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar. Keaktifan

merupakan faktor yang juga mempengaruhi perbuatan belajar peserta didik. Jika

peserta didik aktif dalam pembelajaran, diharapkan perbuatan belajar akan

berlangsung dengan baik dan akhirnya dapat meningkatkan hasil belajar. Rencana

model pembelajaran tersebut harus disusun sebaik mungkin agar peserta didik terlibat

aktif dan merasa nyaman dalam proses pembelajaran sehingga akan menghasilkan

prestasi belajar yang memuaskan. Problem Based Learning atau pembelajaran

berbasis masalah merupakan model pembelajaran yang menantang peserta didik

untuk belajar bagaimana belajar, dan bekerja secara berkelompok untuk mencari

solusi dari permasalahan dunia nyata (Arends & Kilcher, 2010). Pembelajaran

berbasis masalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah, memusatkan pada

keterkaitan antar disiplin, penyelidikan asli/autentik, kerjasama dan menghasilkan

karya serta peragaan. Langkah-langkah dalam pembelajaran berbasis masalah

berkaitan erat dalam prinsip-prinsip pembelajaran STEAM.

B. Identifikasi Masalah

Dari uraian latar belakang masalah di atas terdapat beberapa masalah yang

dapat diidentifikasi sebagai berikut :

1. Kurangnya minat peserta didik dalam mata pelajaran yangmemerlukan

perhitungan, khususnya kimia.

2. Masih terdapatnya target nilai KKM yang belum tercapai oleh peserta didik.

3. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar kimia disebabkan oleh model

pembelajaran yang digunakan guru kurang tepat.

4. Ada kemungkinan rendahnya prestasi belajar kimia disebabkan olehkurangnya

keaktifan peserta didik dalam pembelajaran di kelas.


C. Analisis Masalah

Karena luasnya bidang penelitian, sehingga perlu dibatasi agar penelitian

mempunyai arah. Adapun analisis masalah pada penelitian ini adalah:

1. Model yangdigunakan dalam penelitian ini adalah model Problem Based Learning

(PBL) dengan pendekatan STEAM.

2. Media Pembelajaran yang digunakan dalam penelitian ini berupa power point yang

disertai laboratoryvirtual.

3. Penelitian dilakukan pada peserta didik kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 9 Purworejo.

4. Penelitian dilaksanakan pada tahun pelajaran 2020/2021.

Dari Analisis masalah tersebut maka penulis mengambil judul “Peningkatan

Keaktifan dan Prestasi Belajar Kimia Peserta Didik Kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 9

Purworejo melalui Penggunakan Model Problem Based Learning (PBL) dengan

Pendekatan STEAM”.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, maka penulis

merumuskan masalah yaitu.

1. Apakah ada peningkatan keaktifan belajar kimia pada peserta didik kelas XI MIPA

1 SMAN 9 Purworejo menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) dengan pendekatan STEAM?

2. Apakah ada peningkatan prestasi belajar kimia pada peserta didik kelas XI MIPA 1

SMA N 9 Purworejo menggunakan model pembelajaran Problem Based Learning

(PBL) Ndengan pendekatan STEAM?

E. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan yang telah dikemukakan diatas tujuan penelitian

ini sebagai berikut:


1. Untuk mengetahui peningkatan keaktifan belajar kimia pada peserta didik kelas

XI MIPA 1 SMAN 9 Purworejo menggunakan model Problem Based Learning

(PBL) dengan pendekatan STEAM.

2. Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar kimia pada peserta didik kelas XI

MIPA 1 SMAN 9 Purworejo menggunakan model Problem Based Learning

(PBL) dengan pendekatan STEAM.

F. Manfaat Penelitian

Manfaat dari penelitian ini dapat dituliskan sebagai berikut:

1. Untuk memberikan informasi kepada guru untuk menemukan alternatif

pembelajaran kimia menggunakan model Problem Based Learning (PBL) dengan

pendekatan STEAM untuk meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta

didik,

2. Memberi masukan kepada peserta didik untuk meningkatkan keaktifandan prestasi

belajar dalam meraih keberhasilan belajar,

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk penelitianselanjutnya.


7

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
1. Keaktifan Belajar

Menurut Tauhid (2013: 3) “keaktifan belajar berarti suatu usaha atau kerja

yang dilakukan dengan giat dalam belajar”. Dengan membuat peserta didik aktif

dalam pembelajaran diharapkan mampu mengubah tingkah lakunya secara lebih

efektif dan efisien.

Menurut Sadiman dalam Dwi (2012: 1) “Keaktifan adalah kegiatan yang

bersifat fisik atau mental, yaitu berbuat dan berpikir sebagai suaturangkaian yang

tidak dapat dipisahkan”. Aktivitas fisik adalah peserta didik aktif dengan anggota

badan, membuat sesuatu atau bekerja, sedangkan aktivitas mental berupa penggunaan

daya jiwa untuk pembelajaran

Menurut Dimyati dan Mudjiono (2013: 45)

Dalam setiap proses belajar, peserta didik selalu menampakkan


keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari
kegiatan fisik yang mudah kita amati seperti membaca, mendengar,
menulis, sampai kegiatan psikis yang susah diamati seperti
menggunakan pengetahuan untuk memecahkan masalah dalam
kehidupan sehari-hari.

Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar adalah segala

kegiatan fisik atau mental dalam proses pembelajaran untuk menciptakan suasana

pembelajaran yang kondusif.

Untuk dapat menimbulkan keaktifan belajar pada diri peserta didik, maka

guru diantaranya dapat melaksanakan perilaku-perilaku berikut:

a. menggunakan multimetode dan multimedia,

b. memberikan tugas secara individual dan kelompok,

c. memberikan kesempatan pada peserta didik melaksanakan eksperimendalam

kelompok kecil (beranggota tidak lebih dari 3 orang),

d. memberikan tugas untuk membaca bahan belajar, mencatat hal- hal yang
kurang jelas, serta

e. mengadakan tanya jawab dan diskusi (Dimyati dan Mudjiono, 2013: 63).

Untuk melihat terwujudnya keaktifan peserta didik dalam proses belajar

mengajar, terdapat beberapa indikator keaktifan belajar peserta didik. Menurut

Sudjana (2010: 21) indikator keaktifan belajar peserta didik adalah sebagai berikut:

a. keinginan, keberanian menampilkan minat, kebutuhan dan permasalahannya,

b. keinginan dan keberanian serta kesempatan untuk berpartisipasi dalamkegiatan

persiapan, proses dan kelanjutan belajar,

c. penampilan berbagai usaha atau kekreatifan belajar dalam menjalani dan

menyelesaikan kegiatan belajar mengajar sampai mencapai keberhasilannya,

d. kebebasan atau keleluasaan melakukan hal tersebut diatas tanpa tekanan guru atau

phak lainnya.

2. Prestasi Belajar

Prestasi belajar merupakan gabungan dari dua kata, yaitu prestasi dan belajar.

Menurut Djamarah dalam Fathurrohman dan Sulistyorini (2012:118) “prestasi adalah

hasil dari suatu kegiatan yang dikerjakan, diciptakan baik secara individual maupun

kelompok”.

Untuk mencapai prestasi belajar peserta didik sebagaimana yang diharapkan,

maka perlu diperhatikan beberapa faktor yang mempengaruhi prestasi belajar peserta

didik. Menurut Slameto dalam Fathurrohman dan Sulistyorini (2012: 120) faktor-

faktor yang mempengaruhi belajar adalah sebagai berikut:

a. Faktor internal terdiri dari:


1) Faktor jasmaniah
Faktor jasmaniah adalah berkaitan dengan kondisi pada organ-organ
tubuh manusia yang berpengaruh pada kesehatan manusia.
2) Faktor psikologis
Faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar adalah faktor yang
berasal dari sifat bawaan peserta didik dari lahir maupun dari apa yang
telah diperoleh dari belajar ini seperti kecerdasan, bakat dan motivasi.
12
b. Faktor eksternal terdiri dari:
1) Faktor keluarga
Keluarga mempunyai peran yang penting terhadap keberhasilan anak.
Apabila hubungan antara anggota keluarga, khususnya orang tua dan
anak-anaknya bersifat merangsang dan membimbing anak, akan
memungkinkan anak mencapai prestasi yang baik.
2) Faktor sekolah
Dalam lingkungan sekolah banyak faktor yang mempengaruhi prestasi
belajar diantaranya: metode mengajar, kurikulum dan relasi guru dan
peserta didik.
c. Faktor masyarakat
Dalam kehidupan sehari-hari anak akan lebih banyak bergaul dengan
lingkungan dimana anak itu berada. Dengan demikian dapat dikatakan
lingkungan masyarakat membentuk kepribadian anak.

Menurut Hudojo dalam Fathurrohman dan Sulistyorini (2012: 8) “belajar

merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan, ketrampilan, kebiasaan,

kegemaran dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan

belajar”. Menurut Sadiman dkk dalam Fathurrohman dan Sulistyorini (2012: 8)

“belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada semua orang dan

berlangsung seumur hidup, sejak dia masih bayi hingga ke liang lahat”. Belajar dapat

dilakukan oleh siapa saja, kapan saja dan dimana saja.

Menurut Djamarah (2012: 21) “Belajar adalah suatu aktivitas yang

dilakukan secara sadar untuk mendapatkan sejumlah kesan dari bahan yang telah

dipelajari”. Hasil dari aktivitas belajar terjadilah perubahan individu. Dengan

demikian belajar dikatakan berhasil apabila telah terjadi perubahan dalam individu.

3. Model Pembelajaran

Menurut Joice dan Weill dalam Huda (2013: 73) “mendeskripsikan model

pengajaran sebagai rencana atau pola yang dapat digunakan untuk membentuk

kurikulum, mendesain materi-materi intruksional, dan memandu proses pengajaran


di ruang kelas atau disetting yang berbeda”.

Model pembelajaran yang diterapkan di sekolah harus bisa membuat peserta

didik telibat aktif dalam pembelajaran, sehingga akan menciptakan suasana belajar

yang menyenangkan. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan

keaktifan belajar peserta didik adalah Problem Based Learning dengan pendekatan

STEAM.

Menurut Fatuhurrohman dan Sulistyorini (2012: 89) ciri-ciri model

pembelajaran yang baik adalah sebagai berikut:

a. adanya keterlibatan intelektual-emosional peserta didik melalui kegiatan


mengalami, menganalisis, berbuat dan pembentukan sikap,
b. adanya keikutsertaan peserta didik secara aktif dan kreatif selamapelaksanaan
model pembelajaran,
c. guru bertindak sebagai fasilitator, koordinator, mediator dan motivator kegiatan
belajar peserta didik,
d. penggunaan berbagai metode, alat dan media pembelajaran.

4. Model Pembelajaran Problem Based Learning dengan pendekatan STEAM

Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan

model pembelajaran yang menantang peserta didik untuk belajar bagaimanabelajar,

dan bekerja secara berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata

(Arends & Kilcher, 2010). Pembelajaran berbasis masalah meliputi pengajuan

pertanyaan atau masalah, memusatkan pada keterkaitan antar disiplin, penyelidikan

asli/autentik, kerjasama dan menghasilkan karya sertaperagaan. Langkah- langkah

dalam pembelajaran berbasis masalah berkaitan erat dalam prinsip-prinsip

pembelajaran STEAM. Agar pembelajaran STEAM dapat dilaksanakan melalui

pembelajaran berbasis masalah, perlu Saudara pelajari langkah-langkah operasional

berikut:
1).Sintak (langkah-langkah) Pembelajaran Berbasis Masalah
a). Fase 1, Orientasi peserta didik kepada masalah
Pendidik menjelaskan apa tujuan pembelajaran, bagaimana proses
pembelajaran yang akan dilaksanakan, dan memotivasi peserta didik terlibat
dalam aktivitas pemecahan masalah yang dapat dipilih.
Dalam satu model pembelajaran seharusnya mampu menjawab semua
kompetensi dasar yang ingin dicapai. Oleh karena itu, model Problem Based
Learning dapat dilaksanakan lebih dari satu kali pertemuan. Pertemuan
pembelajaran disesuaikan dengan banyaknya kompetensi dasar yang ingin
dicapai.
Pada konteks pembelajaran dengan pendekatan STEAM, tujuan
pembelajaran yang dijelaskan kepada peserta didik harus mengacu pada literasi
STEAM dan mendukung kemampuan abad 21. Misalnya pada tujuan
pembelajaran STEAM yang dilaksanakan secara tematik terintegrasi
(integrated) dipendidikan anak usia dini. Pada level anak usia dini, literasi
STEAM disesuaikan dengan perkembangan anak usia dini, dimana lebih
menekankan pada melatih kemampuan motorik kasar, motorik halus, maupun
karakter seorang anak yang baik seperti mematuhi orang tua, menghargai
teman, menyayangi tumbuhan danhewan.
Para peserta didik anak usia dini dapat diberikan orientasi masalah
dengan menyajikan suatu masalah yang perlu mereka selesaikan dengan baik.
Misal masalah dalam tema menyayangi dapat disisipkan tujuan pembelajaran
bermuatan literasi STEAM. Peserta didik dapat diarahkan untuk memecahkan
masalah bagaimana merawat kucing dengan perspektif STEAM. Dengan
perlengkapan yang mudah didapatkan, peserta didik secara berkelompok dapat
diminta menentukan dan membuat desain kandang kucing terbaik agar kucing
tinggal dengan nyaman. Peran pendidik mengarahkan kelebihan dan
kelemahan saat pesertadidik mendesain kandang kucing. Ketika peserta didik
melaksanakan kegiatan merancang tempat tinggal kucing, terdapat literasi
STEAM yang berupa literasi sains, dimana peserta didik belajar prinsip- prinsip
membangun bangunan. Terdapat juga literasi teknologi, dimana pendidik
menemani peserta didik mengakses video tentang kebiasaan- kebiasaan kucing
ketika tinggal di kandangnya. Terdapat pula literasi rekayasa dan seni, dimana
peserta didik dengan kreativitasnya bisa membuat desain rumah kucing yang
memiliki kesamaan prinsip dengan rumah kucing pada umumnya meskipun
dengan teknik pembuatan yang berbeda. Walaupun anak
usia dini belum mengenal rumus-rumus matematika, anak usia dini dapat
dikenalkan prinsip-prinsip matematika berupa bangunan yang kokoh yang
berarti memiliki kerangka bangunan yang memadai.
Tugas pendidik menyambungkan konsep STEAM yang abstrak
menjadi lebih konkret kepada peserta didik anak usia dini melalui komunikasi
yang interaktif. Orientasi masalah kepada peserta didik di jenjang pendidikan
yang lebih tinggi, tentu tidak jauh berbeda caranya dengan PAUD. Pendidik di
jenjang pendidikan apapun semestinya selalu menanyakan tujuan
pembelajaran apa saja yang perlu dicapai oleh peserta didik. Tujuan
pembelajaran tersebut tentulah bermuatan literasi STEAM yang disesuaikan
dengan tingkat perkembangan kognitif, afektif, maupun psikomotorik peserta
didik. Output yang diinginkan dapat dicapai peserta didik sekolah menengah
seharusnya bisa lebih kompleks daripada output sekolah dasar (Agusta, Nila,
Mahmudah:2015). Semakin tinggi jenjang pendidikan tujuan pembelajaran
(output) akansemakin kompleks. Contoh orientasi masalah pada peserta didik
di jenjang sekolah menengah atas dapat Saudara pelajari berikut. Jika
pendekatan STEAM yang Saudara terapkan adalah secara tertanam (embeded)
maka Saudara dapat memilih satu disiplin ilmu/mata pelajaran sebagai induk
dari beberapa mata pelajaran (mengacu literasi STEAM) sebagai anak yang
tertanam dalam induk.
Sederhananya, label mata pelajarannya ada satu tetapi sekaligus
meliputi dua atau lebih mata pelajaran yang tertanamdi dalamnya. Contohnya,
pelajaran Biologi sub topik “sistem pencernaan” tetapi di dalam Biologi
tertanam pelajaran TIK (literasi teknologi), matematika (literasi matematika),
pelajaran seni budaya (literasi seni). Pada sub topik “sistem pencernaan”,
literasi sains-nya dapat bermuatan tentang bagaimana upaya mencegah
gangguan sistem pencernaan; literasi teknologi-nya dapat berupa praktik
teknologi pengolahan pangan dengan menggunakan mikroorganisma dan
fermentor ataupun memungkinkan untuk diskusi secara virtual dengan
profesor di perguruan tinggi; literasi rekayasa/teknik-nya dapat berupa
kegiatan merancang fermentor/ inkubator untuk optimalisasi perkembangan
ragi; literasi seni nya dapat disesuaikan dengan potensi lokal tanaman herbal
yang ada di sekitar tempat tinggal; dan literasi matematika-nya dapat berupa
menghitung kecepatan proses fermentasi terhadap suhu fermentor.
Pendidik dapat menyampaikan orientasi masalah dengan cara
memotivasi peserta didik untuk antusias dan siap belajar. Misalnya dengan
meminta peserta didik menebak-nebak kemungkinan yang akan terjadi atas
masalah yang diberikan pendidik. Pendidik juga dapat menghubungkan tujuan
pembelajaran yang akan dicapai dengan tujuan pembelajaran yang lalu. Cara
ini membuat orientasi peserta didik pada masalah menjadi lebih penting dan
menantang untuk diselesaikan.
b).Fase 2, Mengorganisasikan peserta didik
Pendidik membantu peserta didik mendefinisikan dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut
(menetapkan topik dan tugas). Pendefinisian masalah harus memenuhi kriteria
autentik, jelas, mudah dipahami, luas sesuai tujuan pembelajaran, dan
bermanfaat. Misalnya pada jenjang sekolah menengah atas, peserta didik
dikelompokkan secara heterogen, masing-masing kelompok mendiskusikan
zat-zat makanan yang diperlukan oleh tubuh dan bagaimana cara menguji zat
makanan dalam bahan makanan. Peserta didik diminta untuk menentukan
peran-peran tiap peserta didik. Ada yang mencari bahan-bahan, ada yang tekun
mengamati percobaan, ada yang menghubungkan dengan teknologi sebagai
media informasi, dan ada yang mengingatkan untuk melaksanakan setiap
kegiatan pemecahan masalah.
c). Fase 3, Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
Pendidik membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi
yang sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan
masalah, pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah. Pendidik
berperan sebagai fasilitator yang mendorong tiap peserta didik menemukan
solusi dari cara-cara yang teknologis, berpikir kritis, dan mendayagunakan
kreativitas. Pendidik juga berperan untuk menyemangati peserta didik secara
edukatif jika terdapat indikasi kejenuhan dan putus asa dalam proses
pemecahan masalah.
d).Fase 4, Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Pendidik membantu peserta didik dalam merencanakan serta
menyiapkan karya yang sesuai seperti, laporan dan demonstrasi. Misalnya
pada tema “sistem pencernaan”, kegiatan yang dapat dilakukan dapat berupa
peserta didik berdiskusi dalam kelompok untuk menyimpulkan kandungan zat
makanan yang ditemukan pada hasil praktikum.
Hasil praktikum tersebut dapat dipresentasikan ke dalam bentuk pster ataupun
video yang dapat dilihat oleh setiap peserta didik yang ada.
e). Fase 5, Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Pendidik membantu peserta didik untuk melakukan refleksi atau
evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses- proses yang digunakan.
Idealnya, model pembelajaran Problem Based Learning dapat diterapkan
untuk mencapai semua kompetensi dasar yang ingin dicapai, dari segi
pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Tentu kompetensi dasar yang dicapai
tidak hanya satu sehingga penerapan Problem Based Learning memungkinkan
terjadi lebih dari satu pertemuan. Misalnya, fase 1 dan fase2 dapat diterapkan
pada pertemuan ke-1, fase 3 dan fase 4 bisa jadi membutuhkan dua kali
pertemuan selanjutnya, dan fase 5 dapat diterapkan di pertemuan ke-5. Tujuan
akhir dari menerapakan model pembelajaran Problem Based Learning adalah
tercapainya kompetensi dasar, dalam hal ini kompetensi yang berkaitan dengan
bidang STEAM. Agar pembelajaran STEAM dapat berjalan dengan lancar
melalui penerapan Problem Based Learning, pendidik perlu membuat RPP
(Rencana Pelaksanaan Pembelajaran) dengan benar.
2). SistemSosial
Sistem sosial berarti suasana dan norma yang berlaku dalam
pembelajaran. Sistem sosial dari Problem Based Learning bersifat kooperatif.

Artinya peserta didik bekerja sama dengan teman dalam sebuah tim atau
kelompok untuk mendiskusikan masalah yangdiberikan pada saat pembelajaran.

Mereka dapat melakukan curah pendapat (brainstorming) gagasan-


gagasan atau pemikiran kritis dan kreatif dari masing- masing peserta didik
sebagai interaksi dalam memecahkan masalah. Pendidik dalam hal ini berupaya
memilih proses kegiatan yang memungkinkan pendidik dan peserta didik
berkolaborasi. Suasana cenderung demokratis. Pendidik dan peserta didik
memiliki peranan yang sama yaitu memecahkan masalah, dan interaksi kelas
dilandasi dengan kesepakatan kelas.
3). Prinsip Reaksi
Prinsip reaksi menggambarkan bagaimana seharusnya pendidik
memandang, memperlakukan dan merespon peserta didik. Prinsip reaksi yang
berkembang dalam Problem Based Learning memposisikan pendidik sebagai
fasilitator dalam proses peserta didik melakukan aktivitas pemecahan masalah.
Peserta didik dapat dirangsang dengan pertanyaan yang menantang mereka
menjawab secara kolaboratif.

4). Sistem Penunjang


Sistem penunjang adalah segala sarana bahan alat atau lingkungan belajar
yang mendukung pembelajaran. Sistem penunjang Problem Based Learning
adalah segala masalah- masalah aktual yang mampu menciptakan suasana
konfrontatif dan dapat membangkitkan proses metakognisi, berpikir kritis, dan
stategi pemecahan masalah yang bersifat divergen. Artinya Penunjang yang
secara optimal dapat berdampak positif pada model pembelajaran ini adalah pada
pemilihan masalah yang hangat dan menarik untuk dibahas yang sesuai dengan
keadaan lingkungan sekitar dan bermanfaat bagi kehidupan peserta didik. Sistem
penunjang Problem Based Learning dapat berupa pemilihan sumber belajar yang
variatif. Misalnya gambar, video, maupun pembicara tamu. Misalnya dalam
projek matematika untuk peserta didik sekolah dasar yang melibatkan IPA dan
teknologi dapat memanfaatkan benda-benda di sekitar. Tugas peserta didik adalah
memecahkan masalah yang diberikan oleh guru.

5). Dampak Instruksional dan Penyerta


Salah satu keberhasilan proses pembelajaran adalah peserta didik merasa
senang dimana pendidik memampukan diri untuk memfasilitasi pembelajaran
yang sesuai dengan karakteristik peserta didik. Dalam Problem based Learning,
pemahaman, transfer pengetahuan, keterampilan berpikir kritis, kemampuan
memecahkan masalah dan kemampuan komunikasi ini merupakan dampak
langsung dari pembelajaran.

Dampak penyerta dari Problem based Learning meliputi peluang peserta


didik memperoleh pengetahuan, meningkatkan keterampilan memecahkan
masalah, meningkatkan kemampuan untuk memperoleh pengetahuan
yangrelevan, membangun pengetahuannya sendiri, menumbuhkan motivasi
dalam belajar,meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berpikir,
meningkatkan komunikasi dan bekerja sama dalam kelompoknya. Semua dampak
penyerta ini diharapkan menjadi sikap peserta didik ketika menemukan masalah
di dalam konteks kehidupan sehari-hari.

5. Materi Laju Reaksi


Laju reaksi sendiri dapat didefinisikan sebagai kecepatan terjadinya
proses suatu reaksi. Laju reaksi atau kecepatan reaksi beragam, ada reaksi yang
memiliki laju reaksi yang cepat dan juga ada laju reaksi yang berjalan secara
lambat. Sebelumnya, Burhan menyinggung tentang reaksi kimia di laboratorium
dan proses karat pada besi. Reaksi kimia berlangsung dengan cepat dan proses
karat berjalan dengan lambat. Konsep dasar yang membuat terjadinya suatu reaksi
kimia adalah tumbukan antar partikel yang terdapat di dalam senyawa – senyawa
pereaksi atau senyawa reaktan. Tumbukan antar partikel ini yang kemudian akan
menghasilkan energi yang digunakan untuk memulai reaksi. Tumbukan antar
partikel disebabkan karena pergerakan partikel – partikel dalam jalur yang tidak
teratur. Di antara tumbukan yang terjadi antara partikel senyawa reaktan, hanya
tumbukan efektif yang memiliki arah tumbukan yang tepat sehingga akan
menghasilkan energi yang cukup untuk dapat memulai reaksi kimia.

Adapun energi minimum yang diperlukan oleh partikel – partikel senyawa


reaktan untuk dapat menghasilkan tumbukan efektif disebut sebagai energi
aktivasi dan dinotasikan dengan Ea. Ea atau energi aktivasi dapat kamu ibaratkan
sebagai penghalang yang memisahkan antara reaktan dengan produknya, dimana
reaktan harus dibantu melewati penghalang tersebut untuk dapat berubah menjadi
produk.

Gambar Diagram energi reaksi kimia

Nilai Ea berbanding lurus dengan suhu reaksi, dimana reaksi kimia yang
berlangsung pada suhu yang rendah berarti memiliki nilai energi aktivasi yang
rendah, dan begitu pula sebaliknya. Hal ini dikarenakan suhu reaksi
menggambarkan jumlah energi yang diperlukan.
Terdapat beberapa hal yang dapat mempengaruhi nilai laju reaksi. Hal
tersebut di antaranya adalah:
1. Konsentrasi pereaksi/reaktan
Hal yang mendasari laju reaksi adalah tumbukan antar partikel. Reaktan
dengan konsentrasi yang lebih tinggi, jumlah partikelnya akan lebih banyak
dan menyebabkan tumbukan antar partikel yang lebih banyak pula. Hal ini
disebabkan karena jarak antar partikel di dalam reaktan tersebut akan
menjadi lebih dekat.
2. Suhu
Pada suhu yang lebih tinggi, nilai laju reaksi akan menjadi lebih tinggi dan
begitu pula sebaliknya. Hal ini disebabkan karena ada pengaruh suhu
terhadap energi kinetik partikel. Suhu yang lebih tinggi, pergerakan molekul
akan menjadi lebih cepat sehingga tumbukan antar molekul akan lebih
banyak karena energi kinetik molekul yang bertambah. Pergerakan molekul
yang lebih cepat menyebabkan laju reaksi yang lebih tinggi karena molekul
tersebut memiliki energi yang lebih untuk dapat melakukan reaksi.
3. Luas permukaan kontak
Jika suatu zat dengan fase padat bereaksi, hanya partikel atau molekul yang
ada di permukaan zat tersebut yang bereaksi, sedangkan partikel yang berada
di bagian dalam dan tertutup oleh partikel permukaan tidak bisa melakukan
reaksi.

Luas permukaan zat padat yang melakukan kontak selanjutnya disebut


sebagai luas permukaan kontak. Saat luas permukaan kontak tersebut
semakin tinggi, peluang zat untuk dapat melakukan reaksi akan semakin
besar, sehingga laju reaksi yang dimiliki juga menjadi semakin cepat.

Hal ini dikarenakan jika luas permukaan kontak semakin besar maka peluang
partikel milik zat padat tersebut untuk dapat “bertemu” dan melakukan reaksi
karena jumlah tumbukan juga akan meningkat. Maka, laju reaksi serbuk zat
akan lebih cepat dibandingkan laju reaksi bongkahannya
4. Katalis
Katalis merupakan suatu zat yang dapat membantu suatu reaksi berlangsung
menjadi lebih cepat dengan menurunkan energi aktivasi reaksi dengan
mencari jalan lain reaktan bereaksi. Seperti yang sudah sebelumnya kita
bahas, energi aktivasi merupakan energi penghalang terjadinya suatu reaksi.

Jika katalis ditambahkan ke dalam reaksi, energi penghalang akan menjadi


lebih kecil sehingga memerlukan energi yang sedikit ditandai dengan suhu
reaksi yang lebih rendah sehingga proses terjadinya reaksi pun akan menjadi
lebih cepat. Penambahan katalis dalam reaksi tidak akan mempengaruhi hasil
reaksi karena katalis akan terbentuk Kembali pada produk reaksi.

Laju atau kecepatan terjadinya sebuah reaksi ini dapat dinyatakan dengan
menggunakan hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi reaktan, dimana
persamaannya adalah:
v = k [A]x [B]y

untuk reaksi

aA + bB → cC + dD

dimana nilai x (orde reaksi A), y (orde reaksi B) dan konstanta laju reaksi (k)
didapatkan dari percobaan dan bukan merupakan nilai koefisien pada reaksi yang
stoikiometris.

Rumus atau persamaan yang digunakan pada laju reaksi merupakan Persamaan
Arrhenius yang ditemukan oleh Svante Arrhenius pada tahun 1889 yang
menyatakan hubungan antara konstanta laju reaksi, suhu, energi aktivasi dan
faktor tumbukan molekul dalam senyawa tersebut.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas XI MIPA 1 SMA

NEGERI 9 Purworejo.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 9 Purworejo yang terletak

di desa Geparang Kecamatan Purwodadi Kabupaten Purworejo Provinsi Jawa

Tengah.

2. Waktu penelitian

Penelitian ini dilakukan secara bertahap, adapun tahap penelitian

adalah sebagai berikut:

a. Tahap persiapan, meliputi penentuan judul, penyusunan proposal dan

penyusunan instrumen penelitian pada awal bulan Oktober 2020.

b. Tahap pelaksanaan, meliputi penerapan tindakan dan uji instrumen untuk

pengambilan data, yang dilakukan pada pertengahan bulan Oktober sampai

dengan awal bulan November2020.

c. Tahap analisis data dan penulisan laporan. Kegiatan ini dilaksanakan pada

bulan November 2020.

C. Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang berguna untuk

menerapkan model pembelajaran secara efektif dan efisien. Dalam penelitian

ini, model PTK yangdigunakan adalah model yang dikemukaan oleh Arikunto
(Suyadi, 2013: 49) terdapat empat langkah dalam PTK, yaitu perencanaan,

pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.

Perencanaan dilakukan sebelum penelitian dilaksanakan. Tahap

tindakan atau pelaksanaan dan pengamatan dalam penelitian ini dilakukan

secara bersamaan. Tahap refleksi dilakukan setelah adanya pelaksanaan dan

pengamatan. Sesudah suatu siklus dilaksanakan kemudian diikutiperencanaan

ulang yang dilaksanakan dalam siklus yang berbeda. Secara ringkas dapat

dijelaskan rancangan persiklus.

1. Perencanaan

Pada tahap ini dilakukan berbagai persiapan dan perencanaan

pembelajaran yang meliputi:

a. menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dengan

menggunakan metode PBL,

b. mempersiapkan media yang akan digunakan dalam pembelajaran,

c. menyusun kisi-kisi dan lembar observasi keaktifan belajar peserta


didik,

d. menyusun kisi-kisi dan soal tes,

2. Tindakan dan Pengamatan

Pengamatan dalam penelitian ini dilakukan pada saat pelaksanaan atau

tindakan pada setiap siklus. Langkah-langkah kegiatan pada saat pelaksaan

pembelajaran adalah sebagai berikut:

a. mempersiapkan bahan ajar yang akan dipelajari oleh peserta didik,

b. membagi peserta didik dalam beberapa kelompok,

c. melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan mengunakan model PBL,


d. melaksanakan pengamatan dan pencatatan data,

e. memberikan tugas/soal latihan secara kelompok.

3. Refleksi

Refleksi dilakukan pada setiap akhir siklus. Dalam refleksi kegiatan

yang dilakukan adalah memproses data yang telah diperoleh. Berdasarkan

refleksi dapat ditentukan rencana pelaksanaan untuk siklus berikutnya. Jika

dalam siklus II belum mencapai target yang diharapkan, maka akan

dilanjutkan dalam siklus berikutnya sampai mencapai target yang

diharapkan. Proses penelitian tindakan kelas menurut Arikunto dalam

Suyadi (2013: 50) dapat digambarkan dalam bagan berikut:

Gambar 3. Siklus Penelitian Tindakan Kelas


4. Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi

dan lembar tes.

1. Lembar Observasi

Observasi atau pengamatan digunakan sebagai alat penilaian untuk

mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku

peserta didik pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar,

kegiatan diskusi peserta didik dan partisipasi peserta didik dalam simulasi.

Observasi ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan lapangan terhadap

obyek penelitian. Lembar observasi yang digunakan adalah lembar

observasi guru dan lembar observasi peserta didik. Lembar observasi guru

digunakan untuk mengevaluasi kegiatan mengajar guru selama tindakan

pada siklus I dan II, sedangkan lembar observasi peserta didik digunakan

untuk mengetahui aktivitas belajar dengan menggunakan model PBL.

2. Lembar Evaluasi Prestasi

Instrumen evaluasi berbentuk soal pilihan ganda yang disusun

berdasarkan indikator-indikatornya yang telah ditetapkan, peserta didik

mengerjakan lembar evaluasi melalui link googleform yang telah diberikan

oleh guru.

5. Teknik Pengumpulan Data


Dalam usaha memperoleh data yang memadai dan akurat, maka
ditentukan beberapa teknik. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis
dapat dilihat pada tabel berikut:
No Instrumen Teknik Pengumpulan Data
1 Lembar Observasi Pengisian lembar observasi yang
dilakukan oleh observer pada
tiap pertemuan
2 Lembar Evaluasi Prestasi Lembar evaluasi Prestasi diberikan melalui
link googleform yang dikerjakan peserta
didik setelah selesai melaksanakan
Tabel Teknik Pengumpulan Data

6. Teknik Analisis Data

a. Lembar Observasi
Pada instrumen lembar observasi, observasi yang digunakan adalah
observasi tertutup. Observasi dilakukan oleh observer selama proses
pembelajaran. Lembar observasi terbagi menjadi dua macam, yaitu lembar
observasi guru dan lembar observasi siswa.

Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari


pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif. Pada setiap lembar
observasi, tahapan analisis dilakukan dengan menjumlahkan nilai-nilai yang
ada dan membandingkan dengan nilai yang ada pada observasi sebelumnya.
Kemudian untuk pengelolaan lembar observasi dikategorikan dalam klasifikasi
sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan sangat kurang baik.

Untuk menganalisis data tersebut peneliti menggunakan rumus


persentase, yaitu
NP= 𝑅 x 100
𝑆𝑀
Keterangan:

NP = nilai persen yang dicari atau diharapkan

R = skor mentah yang diperoleh siswa

SM = skor maksimum ideal dari tes yang bersangkutan

100 = bilangan tetap

(Ngalim Purwanto, 2010:102)

Kriteria persentase keaktifan belajar siswa dapat dilihat pada tabel dibawah

ini.

Tabel indikator keaktifan belajar siswa


Skor Observasi Predikat
85 < NP ≤100 Sangat Aktif
70< NP ≤85 Aktif
55 < NP ≤70 Cukup Aktif
40 < NP ≤55 Kurang Aktif
NP ≤40 Tidak aktif
Sedangkan untuk menentukan persentase keaktifan belajar klasikal, peneliti

menggunakan rumus:

𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓 𝑑𝑎𝑛 𝑠𝑎𝑛𝑔𝑎𝑡 𝑎𝑘𝑡𝑖𝑓


𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = × 100%
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎

b. Lembar Evaluasi Prestasi


Pada instrumen evaluasi prestasi merupakan soal berbentuk pilihan
ganda yang terdiri dari soal-soal tentang materi laju reaksi. Pada setiap siklus
soal terdiri dari 5 soal dimana skor setiap soal adalah 20, sehingga jika peserta
didik menjawab de ngan jawaban benar semua maka skor yang diperoleh 100.

Langkah-langkah yang peneliti lakukan untuk mengukur hasil tes pada


akhir siklus dengan memeriksa setiap jawaban siswa dan memberi skor.
Setelah memberikan skor pada setiap siswa, kemudian peneliti menghitung
presentase dengan ketentuan sebagai berikut:
𝑗𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑒𝑚𝑒𝑛𝑢ℎ𝑖 𝐾𝐾𝑀
𝑃𝑒𝑟𝑠𝑒𝑛𝑡𝑎𝑠𝑒 = ×100%
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑠𝑖𝑠𝑤𝑎
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN

A. Deskripsi kondisi awal

Sebelum dipaparkan hasil penelitian, berikut kondisi awal keaktifan dan


prestasi belajar matematika siswa SMA N 9 Purworejo sebelum dikenakan
penelitian tindakan kelas. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan sebelum
pembelajaran daring diperoleh keaktifan belajar siswa kelas XI MIPA 1 SMA N 9
Purworejo masih kurang yaitu 40% siswa yang aktif. Hal ini dapat dilihat dari
banyaknya siswa yang tidak aktif dalam pembelajaran seperti siswa kurang
memperhatikan guru, tidak mengerjakan tugas yang diberikan guru dan tidak mau
maju ke depan untuk mengerjakan soal atau presentasi. Selain itu masih banyak
siswa yang prestasi belajar kimia yang masih rendah.

B. Deskripsi Hasil Penelitian


1. Tindakan Pembelajaran Siklus I

a. Tahap Perencanaan
Pembelajaran pada siklus I terdiri dari 1 kali pertemuan yang
berdurasikan 2 x 45 menit, materi yang di ajarkan pada siklus I ini adalah
pengaruh faktor konsentrasi dan luas permukaan terhadap laju reaksi. Kegiatan
yang dilakukan pada tahap siklus ini adalah peneliti membuat RPP (Rancangan
Pelaksanaan Pembelajaran). Dengan pokok bahasan faktor konsentrasi dan luas
permukaan. Untuk menunjang proses pembelajaran peneliti menyiapkan media
pembelajaran berupa power point. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar
observasi untuk setiap pertemuan.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga


tahap, tahap pendahulan, tahap kegiatan inti, dan tahap penutup. Tahap ini
merupakan pelaksanaan model PBL (Problem Based Learning). Pembelajaran
dilakukan dengan platform zoom karena pembelajaran masih dengan sistem
daring sebagai imbas dari pandemi corona.
Pada tahap pendahuluan, guru menyampaikan salam pembuka, berdo‟a,
melakukan tanya jawab yang mengarah pada materi faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi selain itu guru juga memberikan motivasi serta
menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Sedangkan, pada tahap
kegiatan inti ini, meliputi:

1) Guru menayangkan video pembelajaran dalam PPT yang berhubungan


dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi kepada pesertadidik
2) Guru memancing peserta didik untuk mencoba berpendapat tentangvideo
yang ditayangkan
3) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
4) Guru memandu peserta didik dalam pengerjaan LKPD
5) Peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengerjakan LKPD
6) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi

Tahap penutup dalam pembelajaran adalah guru bersama peserta didik


menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan memberikan informasi materi yang
akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

c. Observasi
1) Obesrvasi Guru
Observasi dilakukan oleh observer, tujuannya untuk mengetahui
aktivitas guru selama proses kegiatan pembelajaran melalui model
Problem Based Learning. Berdasarkan data yang dihasilkan terkait
kegiatan guru, guru melakukan setiap langkah dalam RPP. Sesuai dengan
data yang di peroleh pada pertemuan pertama, guru kurang memberi
motivasi kepada peserta didik, kurangnya interaksi antara peserta didik
dengan guru, dan guru masih kurang baik dalam membimbing peserta
didik berdiskusi. Selain itu, dimana guru sebagai fasilitator sudah cukup
menempatkan fungsinya sebagaimana mestinya, mengajak peserta didik
berdiskusi serta menyimpulkan materi dengan cukup baik, guru juga sudah
baik dalam menjelaskan dan menguasai materi pembelajaran. Dari data
dapat disimpulkan bahwa pada siklus I guru mencapai kategori baik.
2) Observasi Peserta Didik
Observasi dilakukan oleh observer, tujuannya untuk mengetahui
aktivitas siswa selama proses kegiatan pembelajaran melalui model
Problem Based Learning. Untuk hasil observasi terhadap siswa pada siklus
I pertemuan pertama dideskripsikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil
observasi pada siklus I dapat dideskripsikan bahwa siswa belum terbiasa
belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning, terlihat dari
beberapa siswa yang belum terbiasa dalam belajar berkelompok dan
memecahkan masalah bersama kelompoknya. Sesuai dengan data yang di
peroleh pada pertemuan pertama, siswa masih kurang dalam menghargai
pendapat orang lain dan juga interaksi antara guru dengan siswa terlihat
kurang, sehingga setiap kelompok juga belum terlihat kompak dalam
berdiskusi memecahkan masalah. Selain itu, siswa cukup antusias dalam
mengikuti proses pembelajaran, menemukan masalah dengan cukup baik,
berpendapat dan menjawab pertanyaan dengan baik. Hal ini menunjukkan
bahwa aktivitas belajar siswa belum sempurna, sehingga aktivitas
pembelajaran pada siklus I sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran
Problem Based Learning dan mencapai kategori cukupbaik.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan observer secara
keseluruhan peneliti sudah menerapkan langkah-langkah pembelajaran
menggunakan model PBL. Sedangkan Keaktifan belajar siswa belum
sesuai yang diharapkan peneliti. Siswa tergolong aktif dan sangat aktif
masih 25%.
Tabel Keaktifan Belajar Siswa Siklus I
Skor Observasi Predikat Frekuensi
(siswa)
85 < NP ≤100 Sangat Aktif -
70< NP ≤85 Aktif 4
55 < NP ≤70 Cukup Aktif 8
40 < NP ≤55 Kurang Aktif 4
NP ≤40 Tidak aktif -
Jumlah 16
Persentase siswa sangat aktif dan aktif 25 %
d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan pada

siklus I, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki untuk rencana tindakan pada

siklus berikutnya. Dari siklus I dapat diidentifikasi permasalahan sebagai

berikut:

1) Siswa belum berani bertanya kepada guru mengenai materi yang belum

diketahui. Hal ini ditunjukkan hanya 31,25% siswa yang berani bertanya

kepada guru mengenai materi yang belum diketahui.

2) Siswa belum berani mengemukakan pendapatnya. Hal ini ditunjukkan

hanya 25% siswa yang berani untuk mengemukakan pendapat.

3) Siswa belum terbiasa belajar sendiri

4) Hanya beberapa siswa yang tergolong sangat aktif dan aktif yaitu 25%

5) Siswa yang memperoleh nilai KKM atau ≥ 65 pada siklus I sebanyak 8 siswa

dari 16 peserta didik, persentase siswa yang tuntas belajar pada siklus I

50%

Berdasarkan hasil pembelajaran pada siklus I, dapat diketahui bahwa hasil

yang diperoleh belum sesuai harapan. Maka tindakan perubahan untuk siklus

selanjutnya adalah:

1. Merubah anggota kelompok berdasarkan hasil tes evaluasi I.

2. Peneliti menjelaskan sedikit tentang materi yang akan yang akan diajarkan

sehingga siswa sudah mempunyai gambaran tentang materi yang akan

didiskusikan.

3. Memberi motivasi tentang bagaimana pentingnya memperhatikan atau

menghargai orang lain. Dengan cara memberikan reward apabila mereka

dalam pembelajaran mau maju ke depan untuk presentasi, kemudian berani

bertanya untuk hal yang belum jelas.


2. Tindakan Pembelajaran Siklus II

a. Tahap Perencanaan
Pembelajaran pada siklus II terdiri dari 1 kali pertemuan yang
berdurasikan 2 x 45 menit, materi yang di ajarkan pada siklus I ini adalah
pengaruh faktor suhu dan katalis terhadap laju reaksi. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap siklus ini adalah peneliti membuat RPP (Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran). Dengan pokok bahasan faktor konsentrasi dan luas permukaan.
Untuk menunjang proses pembelajaran peneliti menyiapkan media
pembelajaran berupa power point. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar
observasi untuk setiap pertemuan dan penilaian keaktifan peserta didik.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga


tahap, tahap pendahulan, tahap kegiatan inti, dan tahap penutup. Tahap ini
merupakan pelaksanaan model PBL (Problem Based Learning). Pembelajaran
dilakukan dengan platform zoom karena pembelajaran masih dengan sistem
daring sebagai imbas dari pandemi corona.

Pada tahap pendahuluan, guru menyampaikan salam pembuka, berdoa,


melakukan tanya jawab yang mengarah pada materi faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi selain itu guru juga memberikan motivasi serta
menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Sedangkan, pada tahap
kegiatan inti ini, meliputi:

1) Guru menayangkan video pembelajaran dalam PPT yang berhubungan


dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi kepada peserta didik
2) Guru memancing peserta didik untuk mencoba berpendapat tentangvideo
yang ditayangkan
3) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
4) Guru memandu peserta didik dalam pengerjaan LKPD
5) Peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengerjakan LKPD
6) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi

Tahap penutup dalam pembelajaran adalah guru bersama peserta didik


menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan memberikan informasi materi yang
akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.
c. Observasi
1) Observasi Guru
Observasi dilakukan oleh observer, tujuannya untuk mengetahui
aktivitas guru selama proses kegiatan pembelajaran melalui model
Problem Based Learning. Berdasarkan data yang dihasilkan terkait
kegiatan guru, guru melakukan setiap langkah dalam RPP. Sesuai dengan
data yang di peroleh pada pertemuan pertama, guru sudah memberi
motivasi kepada peserta didik, interaksi antara peserta didik dengan guru
sudah lebih meningkat, dan guru dalam membimbing peserta didik
berdiskusi lebih baik. Selain itu, dimana guru sebagai fasilitator sudah
dapat menempatkan fungsinya sebagaimana mestinya, mengajak peserta
didik berdiskusi serta menyimpulkan materi dengan baik, guru juga sudah
baik dalam menjelaskan dan menguasai materi pembelajaran. Dari data
dapat disimpulkan bahwa pada siklus II guru mencapai kategori baik.

2) Observasi Peserta Didik


Observasi dilakukan oleh observer, tujuannya untuk mengetahui
aktivitas siswa selama proses kegiatan pembelajaran melalui model
Problem Based Learning. Untuk hasil observasi terhadap siswa pada siklus
II dideskripsikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil observasi pada siklus
II dapat dideskripsikan bahwa siswa mulai terbiasa belajar dengan
menggunakan model Problem Based Learning, terlihat dari beberapa siswa
yang mulai terbiasa dalam belajar berkelompok dan memecahkan masalah
bersama kelompoknya. Sesuai dengan data yang di peroleh pada pertemuan
siklus II, siswa dalam menghargai pendapat orang lain sudah baik dan juga
interaksi antara guru dengan siswa terlihat lebih intens, sehingga setiap
kelompok terlihat kompak dalam berdiskusi memecahkan masalah. Selain
itu, siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, menemukan
masalah dengan cukup baik, berpendapat dan menjawab pertanyaan
dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa belum
sempurna, sehingga aktivitas pembelajaran pada siklus II sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dan mencapai
kategori baik.
d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan pada

siklus II, dihasilkan keaktifan belajar peserta didik menggunakan PBL

dengan pendekatan STEAM pada peserta didik kelas XI MIPA 1 SMA

Negeri 9 Purworejo mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 68,75%

dan prestasi belajar pada siklus II nilai rerata meningkat menjadi 96,25 dan

siswa yang tuntas belajar mencapai 100%.

3. Tindakan Pembelajaran Siklus II

a. Tahap Perencanaan
Pembelajaran pada siklus III terdiri dari 1 kali pertemuan yang
berdurasikan 2 x 45 menit, materi yang di ajarkan pada siklus III ini adalah
menentukan orde reaksi dan persamaan laju reaksi. Kegiatan yang dilakukan
pada tahap siklus ini adalah peneliti membuat RPP (Rancangan Pelaksanaan
Pembelajaran). Dengan pokok bahasan orde reaksi dan persamaan laju reaksi.
Untuk menunjang proses pembelajaran peneliti menyiapkan media
pembelajaran berupa power point. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar
observasi untuk setiap pertemuan dan penilaian keaktifan peserta didik.

b. Tahap Pelaksanaan

Pada pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga


tahap, tahap pendahulan, tahap kegiatan inti, dan tahap penutup. Tahap ini
merupakan pelaksanaan model PBL (Problem Based Learning). Pembelajaran
dilakukan dengan platform zoom karena pembelajaran masih dengan sistem
daring sebagai imbas dari pandemi corona.

Pada tahap pendahuluan, guru menyampaikan salam pembuka, berdoa,


melakukan tanya jawab yang mengarah pada materi faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi selain itu guru juga memberikan motivasi serta
menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Sedangkan, pada tahap
kegiatan inti ini, meliputi:
7) Guru menayangkan video pembelajaran dalam PPT yang berhubungan
dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi kepada peserta didik
8) Guru memancing peserta didik untuk mencoba berpendapat tentangvideo
yang ditayangkan
9) Guru membagi peserta didik menjadi beberapa kelompok
10) Guru memandu peserta didik dalam pengerjaan LKPD
11) Peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengerjakan LKPD
12) Guru memberikan kesempatan kepada setiap kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi

Tahap penutup dalam pembelajaran adalah guru bersama peserta didik


menyimpulkan kegiatan pembelajaran dan memberikan informasi materi yang
akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya.

c. Observasi
a. Observasi Guru
Observasi dilakukan oleh observer, tujuannya untuk mengetahui
aktivitas guru selama proses kegiatan pembelajaran melalui model
Problem Based Learning. Berdasarkan data yang dihasilkan terkait
kegiatan guru, guru melakukan setiap langkah dalam RPP. Sesuai dengan
data yang di peroleh pada pertemuan pertama, guru sudah memberi
motivasi kepada peserta didik, interaksi antara peserta didik dengan guru
sudah lebih meningkat, dan guru dalam membimbing peserta didik
berdiskusi lebih baik. Selain itu, dimana guru sebagai fasilitator sudah
dapat menempatkan fungsinya sebagaimana mestinya, mengajak peserta
didik berdiskusi serta menyimpulkan materi dengan baik, guru juga sudah
baik dalam menjelaskan dan menguasai materi pembelajaran. Dari data
dapat disimpulkan bahwa pada siklus III guru mencapai kategori sangat
baik.

b. Observasi Peserta Didik


Observasi dilakukan oleh observer, tujuannya untuk mengetahui
aktivitas siswa selama proses kegiatan pembelajaran melalui model
Problem Based Learning. Untuk hasil observasi terhadap siswa pada siklus
III dideskripsikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil observasi pada siklus
III dapat dideskripsikan bahwa siswa mulai terbiasa belajar dengan
menggunakan model Problem Based Learning, terlihat dari beberapa siswa
yang mulai terbiasa dalam belajar berkelompok dan memecahkan masalah
bersama kelompoknya. Sesuai dengan data yang di peroleh pada pertemuan
siklus III, siswa dalam menghargai pendapat orang lain sudah baik dan juga
interaksi antara guru dengan siswa terlihat lebih intens, sehingga setiap
kelompok terlihat kompak dalam berdiskusi memecahkan masalah. Selain
itu, siswa antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, menemukan
masalah dengan baik, berpendapat dan menjawab pertanyaan dengan baik.
Hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa mendekati sempurna,
sehingga aktivitas pembelajaran pada siklus III sesuai dengan langkah-
langkah pembelajaran Problem Based Learning dan mencapai kategori
baik.

d. Refleksi

Berdasarkan hasil observasi dan evaluasi selama pelaksanaan pada

siklus III, dihasilkan keaktifan belajar peserta didik menggunakan PBL

dengan pendekatan STEAM pada peserta didik kelas XI MIPA 1 SMA

Negeri 9 Purworejo mengalami peningkatan pada siklus III menjadi

86,75% dan prestasi belajar pada siklus III nilai rerata meningkat menjadi

98,25 dan siswa yang tuntas belajar hampir mencapai 100% karena masih

terdapat 2 siswa yang belum tuntas.


C. Paparan Data

Tahap paparan data dimulai dari membaca keseluruhan data yang di dapat
peneliti dari 3 siklus. Diantaranya sebagai berikut :
1. Lembar observasi guru

Hasil dari observasi guru tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel Hasil Analisis observasi kegiatan guru pada siklus I, II, dan III
No Aspek Yang Diamati Skor

Siklus 1 Siklus 2 Siklus 3


PENDAHULUAN
1. Guru memberikan salam kepada peserta didik 5 5 5
2. Guru memberikan motivasi semangat kepada peserta didik 3 4 5
3. Guru mengingatkan absensi kepada peserta didik 4 5 5
4. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa 4 5 5
5. Guru menyampaikan apersepsi kepada peserta didik 3 3 4
6. Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik 3 5 5
7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 4 5 5
KEGIATAN INTI
I Fase 1 (Orientasi peserta didik pada masalah)
8. Guru menayangkan video melalui PPT 3 4 4
II Fase 2 (Mengorganisasikan peserta didik)
9. Guru memandu peserta didik membentuk beberapa kelompok 4 5 5
10. Guru membimbing peserta didik untuk mendownload LKPD 4 4 4
dalam Google Classroom
11. Guru memberikan penjelasan tentang pengerjaan LKPD 4 5 4
12. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk 3 4 5
bertanya yang belum mereka pahami
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)
13. Guru membimbing peserta didik untuk pengerjaan LKPD 4 4 4
14. Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan diskusi 4 4 4
IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
15. Guru membimbing peserta didik untuk mempresentasikan 4 4 5
hasil diskusi kelompok
V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
16. Guru bersama peserta didik membahas materi yang telah 5 4 5
dipelajari melalui LKPD
17. Guru memberikan penguatan materi kepada peserta didik 4 4 4
PENUTUP
18. Guru memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik 3 4 5
19. Guru memberikan tugas kepada peserta didik 4 4 5
27
20. Guru memberikan salam kepada peserta didik 4 5 5
JUMLAH 73 86 93

Berdasarkan skor hasil observasi kegiatan guru dapat dianalisis bahwa pada

siklus 3 ada beberapa aktivitas guru yang mengalami peningkatan diantaranya kegiatan

membimbing siswa untuk berpendapat baik di dalam diskusi maupun pada saat

mempresentasikan hasil diskunya. Sehingga kegiatan membimbing siswa dalam

kelompok juga mengalami peningkatan, hal ini tampak pada interaksi antar siswa dan

guru yang juga meningkat.

Hasil analisis data pada tabel diatas dapat diketahui bahwa secara umum untuk

hasil observasi aktivitas guru mengalami peningkatan tiap siklusnya walaupun tidak

secara optimal. Keberhasilan tindakan aktivitas guru berada pada kategori baik.

2. Lembar observasi siswa

Lembar observasi digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap siklus.

Hasil dari observasi siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut:

Dari hasil analisis data pada tabel diatas diketahui bahwa secara umum kegiatan

belajar siswa sudah baik. Sebagian besar indikator pengamatan muncul dalam aktifitas kerja

siswa, namun perlu ditingkatkan terutama dalam hal interaksi siswa dengan guru. Mungkin

karena siswa belum terbiasa dengan model yang diterapkan guru tetapi siswa beberapa

sudah berani dalam mengungkapkan pendapatnya. Jika dilihat dari skor yang diperoleh

sudah ada peningkatan tiap siklusnya. Untuk aktivitas siswa berada pada kategori baik.

3. Penilaian hasil belajar siswa

Berdasarkan data hasil belajar siswa dapat di analisis bahwa untuk hasil belajar

28
No Aspek Yang Diamati Pertemuan ke
Siklus I Siklus II Siklus III
PENDAHULUAN
1. Peserta didik menjawab salam yang diberikan 5 5 5
oleh Guru
2. Peserta didik melakukan presensi di link yang 4 5 5
telah disediakan
3. Peserta didik berdoa sebelum pembelajaran 5 5 5
dimulai
4. Peserta didik menyimak apersepsi yang diberikan 3 5 5
oleh guru
pe
5. Peserta didik melakukan tanya jawab 2 4 5
6. Peserta didik menyimak penjelasan tujuan dan 3 4 5
manfaat pembelajaran
I Fase 1 (Orientasi peserta didik pada masalah)
7. Peserta didik menyimak tayangan PPT yang 4 4 5
diberikan oleh guru
II Fase 2 (Mengorganisasikan peserta didik)
8. Peserta didik dengan panduan guru membentuk 4 4 5
menjadi beberapa kelompok
9. Peserta didik mendownload LKPD 4 5 5
10. Peserta didik menyimak penjelasan guru 3 4 4
tentang pengerjaan LKPD
11. Peserta didik memperhatikan penjelasan yang 3 5 5
disampaikan oleh guru
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)
12. Peserta didik mengoptimalkan interaksi antara 2 5 5
peserta didik dan guru dengan kerja kelompok
13. Peserta didik bekerja sama dalam memecahkan 2 4 4
permasalahannya dengan cepat dan tepat
IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
14. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi 4 5 5
kelompok
15. Peserta didik menanggapi presentasi kelompok 2 4 4
lain
V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
16. Peserta didik bersama guru membahas materi 2 4 4
yang telah dipelajari melalui LKPD
17. Peserta didik melakukan tanya jawab 2 4 4
18. Peserta didik mengupload LKPD 4 5 5
PENUTUP
19. Peserta didik melaksanakan evaluasi melalui 5 5 5
aplikasi google form
20. Peserta didik menjawab salam yang diberikan 5 5 5
oleh guru
JUMLAH 68 91 95
siswa pada siklus 1 ketuntasan klasikalnya sebesar 50% dengan nilai rata-rata 67,50 dan hal

ini belum bisa dikatakan bahwa kelas tersebut tuntas secara klasikal. Terjadi peningkatan

dari siklus 1 ke siklus 2 dan 3, hal ini dikarenakan nilai peserta didik pada siklus 2 dan 3
29
ketuntasan klasikalnya mencapai 100 %.

D. Pembahasan Hasil Penelitian

Penelitian ini dilakukan sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar siswa

kelas XI SMA Negeri 9 Purworejo dalam pembelajaran kimia melalui penerapan model

problem based learning. Dengan menggunakan model pembelajaran problem based

learning ini dalam pembelajaran kimia, siswa dituntut tidak hanya mendengarkan ceramah

atau perintah dari guru namun mereka harus berperan aktif dalam proses pembelajaran dan

dapat memahami materi secara lebih mendalam.

Dengan melaksanakan model pembelajaran problem based learning siswa

memungkinkan meraih keberhasilan dalam belajar, di samping itu juga bisa melatih siswa

untuk memiliki keterampilan, baik keterampilan berfikir, maupun keterampilan sosial,

seperti keterampilan untuk mengemukakan pendapat, menerima saran dan masukan dari

orang lain, berkerjasama, rasa setia kawan, dan mengurangi timbulnya perilaku yang

menyimpang dalam kehidupan kelas. Model pembelajaran problem based learning

memungkinkan siswa untuk mengembangkan pengetahuan, kemampuan, dan keterampilan

secara penuh dalam suasana belajar yang terbuka dan demokratis.

Penelitian ini dilakukan sebanyak tiga siklus, yaitu siklus I yang dilaksanakan pada

tanggal 22 Oktober 2020, sedangkan siklus II dilaksanakan pada tanggal 2 November 2020

dan siklus III pada tanggal 13 November 2020.

Model pembelajaran problem based learning ini dipandang sebagai proses

pembelajaran yang aktif. Peserta didik lebih banyak belajar melalui proses pembentukan

dan penciptaan kerja dalam kelompok dan berbagi pengetahuan serta tanggung jawab

individu tetap merupakan kunci keberhasilan pembelajaran. Model pembelajaran ini sangat

baik untuk mengembangkan kreativitas siswa dan keaktifan siswa.

30
Pembelajaran dengan penerapan model pembelajaran problem based learning ini

efektif dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada materi ikatan kimia. Hal ini terbukti

dari hasil belajar siswa yang meningkat tiap siklusnya.

Selain peningkatan hasil belajar siswa, peneliti dibantu observer telah

mangobservasi aktifitas guru dan siswa pada setiap tindakan. Prosentase aktifitas guru dan

aktifitas siswa mengalami peningkatan pada setiap siklus yang diberikan. Untuk aktifitas

guru mencapai kriteria baik dan aktifitas siswa mencapai kriteria baik.

Dengan demikian dapat diambil kesimpulan bahwa penerapan model pembelajaran

problem based learning dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas XI pada materi laju

reaksi di SMA Negeri 9 Purworejo.

31
BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan data hasil penelitian dapat disimpulkan PBL dengan pendekatan

STEAM dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar peserta didik kelas XI

MIPA 1 SMA Negeri 9 Purworejo tahun pelajaran 2020/2021. Hal tersebut dapat

dilihat dari beberapa aspek berikut:

1. Keaktifan belajar peserta didik menggunakan PBL dengan pendekatan STEAM

pada peserta didik kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 9 Purworejo mengalami

peningkatan. Pada tahap awal banyak peserta didik yang tidak aktif. Pada siklus I

peserta didik yang sangat aktif dan aktif mencapai 25% dan mengalami

peningkatan pada siklus II menjadi 68,75%. Sedangkan pada siklus III mengalami

peningkatan yaitu 86,75%

2. Prestasi belajar siswa menggunakan PBL dengan pendekatan STEAM pada peserta

didik kelas XI MIPA 1 SMA Negeri 9 Purworejo mengalami peningkatan. Pada

siklus I dengan nilai rerata 67,50 dan siswa yang tuntas belajar 50%. Pada siklus

II nilai rerata meningkat menjadi 96,25 dan siswa yang tuntas belajar mencapai

100%.

B. SARAN

Berdasarkan simpulan-simpulan yang penelitian di atas, dapat disampaikan saran

sebagai berikut.

1. Model pembelajaran PBL dengan pendekatan STEAM dapat menjadi alternatif

dalam pembelajaran kimia.

2. Model pembelajaran PBL dengan pendekatan STEAM dapat dikembangkan pada

materi lain dengan harapan dapat meningkatkan keaktifan dan prestasi belajar

peserta didik.
32
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2009. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi


Aksara.

Iriani, Isti Dwi. 2012. Penerapan Metode Pembelajaran snowball Drilling Untuk
Meningkatkan keaktifan Belajar IPS Peserta didik Kelas VII A SMP N
1 Kalikajar Kabupaten Wonosobo. Diunduh dari
http://eprints.uny.ac.id/8613/ pada tanggal 8 Oktober 2020.

Djamarah, Syaiful Bahri. 2012. Prestasi Belajar dan Kompetensi Guru. Surabaya:
Usaha Nasional.

Djamarah, Syaiful Bahri dan Aswan Zein. 2006. Strategi Belajar Mengajar.
Jakarta: Rineka Cipta.

Departemen Pendidikan Nasional. 2003. Udang-Undang Nomor 20 Tahun 2003


Tentang Sistem Pendidikan Nasional. Jakarta

Dimyati dan Mudjiono. 2013. Belajar dan pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta.

Fathurrohman, Muhammad dan Sulistyorini. 2012. Belajar dan pembelajaran.


Yogyakarta: Teras.

Huda, Miftahul. 2013. Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Purwanto, Ngalim. 2010. Evaluasi Pengajaran. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sudjana, Nana. 2010. Cara Belajar Peserta didik Aktif. Bandung: Sinar Baru

Algensindo Sudjana, Nana. 2011. Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar.

Bandung: Sinar Baru


Algensindo

Sugiyono. 2010. Meode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta

Tauhid, Jauhar. 2013. Meningkatakan Keaktifan Belajar Peserta didik Pada Mata
Pelajaran IPS Kelas IV SDN 1 Ujumbou Melalui Model Pembelajaran
Kooperatif Tipe STAD. Diunduh dari
http://jurnal.untad.ac.id/jurnal/index.php/index/search/results pada
kamis 8 oktober 2020

33
Wasisto, Agus. 2017. Cara Mudah Melakukan PENELITIAN TINDAKAN KELAS
dan Cara Menghitung Nilai Angka Kreditnya. Yogyakarta : Graha
Cendekia.

34
LAMPIRAN

35
PERANGKAT
PEMBELAJARAN

36
SIKLUS 1

37
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Purworejo


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/ Semester : XI/ Ganjil
Materi Pokok : Laju Reaksi
Sub Materi Pokok : Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
- Konsentrasi
- Luas Permukaan
Alokasi Waktu : pertemuan ke 18 (2 × 45 menit)

A. KOMPETENSI INTI
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulandunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan
kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATORPENCAPAIANKOMPETENSI


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.6 Menjelaskan faktor-faktor yang Menganalisis faktor pengaruh
memengaruhi laju reaksi konsentrasi terhadap laju reaksi
menggunakan teori tumbukan berdasarkan data eksperimen.
HOTS Menganalisis faktor pengaruh luas
permukaan terhadap laju reaksi
berdasarkan data eksperimen
Menyimpulkan faktor pengaruh konsentrasi
HOTS
HOTS dan luas permukaan terhadap laju reaksi
4.6 Menyajikan hasil penelusuran 4.6.2. Menyajikan hasil penelusuran informasi cara-
informasi cara-cara pengaturan dan cara pengaturan dan penyimpanan bahan untuk
penyimpanan bahan untuk mencegah mencegah perubahan fisika dan kimia yang tak
perubahan fisika dan kimia yang tak terkendali
terkendali HOTS

38
C. TUJUANPEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan :
3.6.3.1 Melalui penayangan video pembelajaran dan kegiatan diskusi, Peserta didik dapat menganalisis
faktor pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi berdasarkan data eksperimen dengan benar.
3.6.4.1 Melalui penayangan video pembelajaran dan kegiatan diskusi, Peserta didik dapat menganalisis
faktor pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi berdasarkan data eksperimendenganbenar.
3.6.5.1 Melalui penayangan video pembelajaran dan kegiatan diskusi, Peserta didik dapat
menyimpulkan pengaruh konsentrasi dan luas permukaan terhadap laju reaksi dengan tepat.
4.6.2.1 Peserta didik dapat menyajikan hasil penelusuran informasi cara-cara pengaturan dan
penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika dan kimia yang tak terkendali melalui
pembuatan artikel dengan baik.

D. MATERIPEMBELAJARAN

Faktual : a Kayu yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar akan dipotong kecil terlebih
dahulu sebelum digunakan akan lebih mudah terbakar (faktor luas
permukaan mempengaruhi laju reaksi)
: b. Pada proses pelarutan gula akan lebih cepat ketika menggunakan air
panas dibandingkan air dingin (faktor suhu mempengaruhi laju reaksi)
c. Pada proses pembuatan roti, adonan akan ditambahkan ragi agar lebih cepat
kalis (faktor katalis mempengaruhi laju reaksi)
Konseptual : a. Teori tumbukan menyatakan bahwa partikel-partikel reaktan harus saling
bertumbukan untuk bereaksi
: b. Energi minimum yang harus dimiliki oleh partikel reaktan untuk
bertumbukan efektif disebut energi aktivasi (Ea).
: c. Laju reaksi bergantung orientasi (arah) tumbukan, frekuensi dan energi
partikel
: d. Konsentrasi, luas permukaan, suhu, katalis mempengaruhi laju reaksi
Prosedural : Peserta didik menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
melalui percobaan sederhana dari tayangan youtube
Metakognisi : Hubungan teori tumbukan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
Pengayaan : Peserta didik mampu memprediksi tumbukan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
Remidial : Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

Analisis STEAM :
Sains Teknologi
 Faktual:  Menggunakan stopwatch untuk
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi mengetahui kecepatan laju reaksi pada
 Konseptual: tayangan video
Teori Tumbukan, pengertian laju reaksi
 Prosedural:
Percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi

39
Engineering Matematika
 -  Memprediksi faktor-faktor
mempengaruhi laju reaksi .

Art
 Mempresentasikan hasil diskusi kelompok
pada LKPD

E. MODEL, PENDEKATAN, DAN METODE PEMBELAJARAN


Pendekatan : STEAM
Model : Problem Based Learning
Metode : Tanya jawab, diskusi, penugasan

F. MEDIA DAN BAHAN PEMBELAJARAN


Dalam Jaringan (online) : Handout Materi Laju Reaksi
Bahan Pembelajaran Video pembelajaran
:
Alat HP, Laptop, Zoom, Google Classroom

G. SUMBER BELAJAR
1. Buku paket
 Sandri Justiana dan Muchtaridi. 2015. Kimia 2 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira.
 Sudarmo, Unggul. 2014. KIMIA untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
 Umiyati, Nurhalimah. 2016. Buku Siswa KIMIA XI. Surakarta: Mediatama
2. Handout Materi Laju Reaksi
3. Internet
4. Sumber referensi lain yang relevan

40
H. LANGKAH –LANGKAH PEMBELAJARAN

Kegiatan Langkah Pembelajaran Alokasi


Pembelajaran Waktu
Pendahuluan 1. Melakukan pembelajaran secara virtual dengan menggunakan
media zoom. TPACK
10 menit
2. Guru bersama peserta didik saling memberi danmenjawab
salam serta menyampaikan kabarnya masing- masingserta
memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
(Religiusitas/ PPK)
3. Guru mengingatkan kepada kepada peserta didikuntuk
melakukan absen
(link absen sudah di share di google classroom)
(Disiplin/ PPK)
4. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa sebelumpelajaran
dimulai (Religiusitas dan disiplin/ PPK)
5. Peserta didik menyiapkan diri agar siap untuk belajar serta
memeriksa kerapihan diri dan bersikapdisiplindalamsetiap
kegiatan pembelajaran.

Apersepsi
6. Peserta didik menyimak apersepsi dari guru tentangmateriyang
akan dipelajari dan mengaitkan dengan pengalamannya sebagai
bekal dalam mempelajari materi pembelajaran yang akan
dilakukan yaitu ditayangkan melalui media power point
(Communication-4C)
7. Peserta didik bertanya jawab dengan gurutentangtayangan TPACK
gambar dalam media powerpoint
(Collaboration (4C); Saintifik (Menanya)).
8. Peserta didik menyimak penjelasan dari guru tentang tujuan
pembelajaran yang akan dilakukan dan manfaat yang diperoleh
setelah mempelajari materi pembelajaran ini (Communication-
4C)

41
Kegiatan Inti Fase 1: Orientasi peserta didik kepada masalah 70 menit
9. Peserta didik mengamati media pembelajaran dalam PPTtentang:
a. Faktor Konsentrasi mempengaruhi Laju Reaksi
b. Faktor Luas Permukaan TPACK

media PPT ini juga telah diposting di google classroom, yaitu:


Pengaruh konsentrasi terhadap laju reaksi :
https://www.youtube.com/watch?v=DXxyxqq_Dcc
Pengaruh luas permukaan terhadap laju reaksi :
https://www.youtube.com/watch?v=KmfatC9VBMs
(literasi digital)
10. Peserta didik mengajukan pertanyaan berkaitan dengan media
pembelajaran yang ditampilkan
(Communication-4C)(Science)
Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik
11. Guru memandu peserta didik membentuk beberapa kelompok
(Collaboration, Communication-4C)
12. Peserta didik mendownload lembar kerja (LKPD) yang adadi
google classroom
13. Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang prosedur
percobaan berdasarkan link you tube yang diposting(Technology
and Enginering)
14. Peserta didik mencoba menggambarkan langkah -langkah
percobaan di LKPD (Collaboration-4C) (Art)
15. Peserta didik menyelesaikan pertanyaan yangadadalam
LKPD
16. Peserta didik mengajukan pertanyaan berkaitandengan
media pembelajaran. (Communication-4C)
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
17. Peserta didik secara berkelompok mempelajari LKPD yang
telah dibagi untuk mengetahui langkah-langkah yang akan
dilakukan.
18. Peserta didik dengan bimbingan guru menyelesaikan
pertanyaan yang terdapat dalam LKPD (Peserta didik
berdiskusi dalam google classroom)
(Critical Thinking and Problem Solving-4C) HOTS

19. Peserta didik menyimpulkan hasil diskusi kelompok.


(Critical Thinking, Collaboration-4C)
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
20. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompokdengan
secara bergantian dan ditanggapi kelompok lain
(Communication-4C).
Fase 5: Menganalisa & mengevaluasi proses pemecahanmasalah
21. Peserta didik bersama guru membahas materi yangtelah
dipelajari. (Science)

42
25. Peserta didik diberikan penguatan dengan memberikan
jawaban yang seharusnya.
26. Peserta didik diberi kesempatan bertanya yang masih
merasa bingung dan kurang mengerti terkait materiyang
dipelajari. (Collaboration and communication-4C)
27. Peserta didik diberikan penghargaan padahasilkarya
setiap kelompok. TPACK

28. Peserta didik mengupload LKPD yang telah diisi dikolom


tugas yang sudah ditentukan oleh guru di googleclassroom TPACK

Kegiatan 30. Peserta didik :


a. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang 10 menit
Akhir
sudah dilaksanakan
b. Peserta didik mengerjakan evaluasi melalui
aplikasi google classroom untuk menguji
pemahamannya terhadap materi yang dipelajari.
(literasi digital)
Guru :
c. Memberikan umpan balik terhadap kinerjapeserta
didik selama diskusi
d. Mengajak peserta didik untuk membaca sub bab materi pada
pertemuan berikutnya yang akan disampaikan melalui google
classroom
e. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa sebelum pelajaran
diakhiri (Religiusitas dan disiplin/ PPK)
f. Guru bersama peserta didik saling memberi danmenjawab
salam (Communication)

I. EVALUASI PENILAIAN
Prosedur Penilaian
a. Pengetahuan/Kognitif
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan
Instrumen
Penilaian Pertanyaan berbentuk Terlampir Setelah pembelajaran
Harian pilihan ganda usai
b. Ketrampilan/Psikomororik
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Buti Waktu Pelaksanaan
Instrumen
Observasi Lembar Observasi Diskusi Terlampir Saat diskusi pembela
jaran berlangsung
Penilaian Lembar Penilaian Penulisan Terlampir Saat pembelajaran
guru artikel usai
c. Sikap
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan
Instrumen

43
Observasi Lembar Observasi Saat pembelajaran
Keaktifan Peserta Terlampir berlangsung
Didik

44
Pembelajaran Remedial dan Pengayaan
Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau tutor sebaya, atau
tugas dan diakhiri dengan tes.
c. Tes remedial, dilakukan sebanyak 2 kali dan apabila setelah 2 kali tes remedial belum mencapai
ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.
Pengayaan
Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketuntasan diberikan pembelajaran pengayaan sebagai berikut:
1. Si wa yan g mencapai nilai n(ketuntasan)  n  n(maksimum)ddeinbgearnikan materi masih dalam cakupan KD
pendalaman sebagai pengetahuan tambahan

2. Siwa yang mencapai nilai n  n(maksimum)sdeibbaegriakian materi melebihi cakupan KD dengan pendalaman
pengetahuan tambahan.

Purworejo, 24 September 2020

Mengetahui,
Kepala SMA Negeri9 Purworejo Guru Kimia

Drs. Arif ArviantaAchmad, M.Pd Wahyu Lestariningrum, S.Pd.Si


NIP.19630707 198803 1 016 NIP.-

45
SIKLUS 2

46
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Purworejo


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/ Semester : XI/ Ganjil
Materi Pokok : Laju Reaksi
Sub Materi Pokok : Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
- Suhu
- katalis
Alokasi Waktu : pertemuan ke 19 (2 × 45 menit)

A. KOMPETENSI INTI
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan
kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATORPENCAPAIANKOMPETENSI


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIANKOMPETENSI
3.6 Menjelaskan faktor-faktor yang Menganalisis faktor pengaruh suhu terhadap laju
memengaruhi laju reaksi reaksi berdasarkan data eksperimen.
menggunakan teori tumbukan Menganalisis faktor pengaruh katalis terhadap
HOTS laju reaksi berdasarkan data eksperimen
HOTS Menyimpulkan faktor pengaruh suhu dan
katalis terhadap laju reaksi
HOTS

4.6 Menyajikan hasil penelusuran informasi 4.6.3. Mengintegrasikan hasil penelusuran


cara-cara pengaturan dan penyimpanan informasi cara-cara pengaturan dan
bahan untuk mencegah perubahan fisik penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan
dan kimia yang tak terkendali
fisika dan kimia yang tak terkendali dalam
HOTS kehidupan sehari-hari

47
C. TUJUANPEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan :
3.6.6.1 Melalui penayangan video dan diskusi, Peserta didik dapat menganalisis pengaruh suhu terhadap
laju reaksi berdasarkan data eksperimen dengan benar.
3.6.7.1 Melalui penayangan video dan diskusi, Peserta didik dapat menganalisis pengaruh katalis
terhadap laju reaksi berdasarkan data eksperimen dengan benar.
3.6.8.1 Melalui penayangan video dan diskusi, Peserta didik dapat menyimpulkan factor pengaruh suhu dan
katalis terhadap laju reaksi dengan tepat.
4.6.3.1 Peserta didik dapat mengintegrasikan hasil penelusuran informasi cara-cara pengaturan dan
penyimpanan bahan untuk mencegah perubahan fisika dan kimia yang tak terkendali dalam
kehidupan sehari-hari dengan baik.

D. MATERIPEMBELAJARAN

Faktual : a. Reaksi korosi besi di udara, laju reaksi korosi besi lebih tinggi pada udara
yang kelembabannya lebih tinggi (konsentrasi reaktan H2O tinggi) (faktor
konsentrasi mempengaruhi laju reaksi)
: b. Kayu yang dimanfaatkan sebagai bahan bakar akan dipotong kecil terlebih
dahulu sebelum digunakan akan lebih mudah terbakar (faktor luas
permukaan mempengaruhi laju reaksi)
: c. Pada proses pelarutan gula akan lebih cepat ketika menggunakan air
panas dibandingkan air dingin (faktor suhu mempengaruhi laju reaksi)
d. Pada proses pembuatan roti, adonan akan ditambahkan ragi agar lebih cepat
kalis (faktor katalis mempengaruhi laju reaksi)
Konseptual : a. Teori tumbukan menyatakan bahwa partikel-partikel reaktan harus saling
bertumbukan untuk bereaksi
: b. Energi minimum yang harus dimiliki oleh partikel reaktan untuk
bertumbukan efektif disebut energi aktivasi (Ea).
: c. Laju reaksi bergantung orientasi (arah) tumbukan, frekuensi dan energi
partikel
: d. Konsentrasi, luas permukaan, suhu, katalis mempengaruhi laju reaksi
Prosedural : Peserta didik menyimpulkan faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi
melalui percobaan sederhana dari tayangan youtube
Metakognisi : Hubungan teori tumbukan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi laju
reaksi
Pengayaan : Peserta didik mampu memprediksi tumbukan pada faktor-faktor yang
mempengaruhi laju reaksi
Remidial : Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi

48
Analisis STEAM :
Sains Teknologi
 Faktual:  Menggunakan stopwatch untuk
Faktor-faktor yang mempengaruhi laju reaksi mengetahui kecepatan laju reaksi.
 Konseptual:
Teori Tumbukan, pengertian laju reaksi
 Prosedural:
Percobaan faktor-faktor yang mempengaruhi
laju reaksi
Engineering Matematika
 -  Memprediksi faktor-faktor
mempengaruhi laju reaksi .

Art
 Mempresentasikanhasildiskusifaktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi.

E. MODEL, PENDEKATAN, DAN METODE PEMBELAJARAN


Pendekatan : STEAM
Model : Problem Based Learning
Metode : Tanya jawab, diskusi, penugasan

F. MEDIA DAN BAHAN PEMBELAJARAN

Dalam Jaringan (online) : Handout Materi Laju Reaksi


Bahan Pembelajaran Power Point
Video Pembelajaran

Alat HP, Laptop, Zoom, Google Classroom

G. SUMBER BELAJAR
1. Buku paket
 Sandri Justiana dan Muchtaridi. 2015. Kimia 2 SMA Kelas XI. Jakarta:Yudhistira.
 Sudarmo, Unggul. 2014. KIMIA untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
 Umiyati, Nurhalimah. 2016. Buku Siswa KIMIA XI. Surakarta: Mediatama
2. Internet
3. Sumber referensi lain yang relevan

49
H. LANGKAH –LANGKAH PEMBELAJARAN

Kegiatan Langkah Pembelajaran Alokasi


Pembelajaran Waktu
Pendahuluan 1. Melakukan pembelajaran secara virtual dengan menggunakan
platform zoom 10 menit
2. Guru bersama peserta didik saling memberi dan
menjawab salam serta menyampaikan kabarnya masing-
masing serta memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan
Yang Maha Esa (Religiusitas/ PPK)
3. Guru menyampaikan kepada peserta didik untuk absen dimana
link absen telah diposting di Google Classroom (Disiplin/PPK)
4. Guru mengajak peserta didik untukberdoasebelumpelajaran
dimulai (Religiusitas dan disiplin/ PPK)
5. Peserta didik menyiapkan diri agar siap untuk belajar serta
memeriksa kerapihan diri dan bersikap disiplin dalam
setiap kegiatan pembelajaran.

Apersepsi
6. Peserta didik menyimak apersepsi dari guru tentangmateriyang
akan dipelajari dan mengaitkan dengan pengalamannya sebagai
bekal dalam mempelajari materi pembelajaran yang akan
dilakukan yaitu
“Pada pertemuan yang kemarin kalian telah mengetahui bahwa
laju reaksi dapat dipengaruhi oleh konsentrasi dan luas
permukaan, dapatkah kalian menguraiakan faktor-faktor
tersebut? (Communication-4C)
7. Peserta didik bertanya jawab dengan guru tentangfaktor-faktor
yang mempengaruhi laju reaksi HOTS

Adakah faktor-faktor lain yang dapat mempengaruhi laju suatu


reaksi ? (Collaboration (4C); Saintifik (Menanya)).
8. Peserta didik menyimak penjelasan dari guru tentangtujuandan
manfaat pembelajaran yang akan dilakukan (Communication-
4C)

50
Kegiatan Inti Fase 1: Orientasi peserta didik kepada masalah 70 menit
10. Peserta didik mengamati media pembelajarandalambentukPPT
tentang:
a. Faktor suhu mempengaruhi TPACK
b. Faktor katalis

Pengaruh suhu terhadap laju reaksi :


https://www.youtube.com/watch?v=oZEh--uzjiU&t=164s
Pengaruh katalis terhadap laju reaksi :
https://www.youtube.com/watch?v=WBsrT11RzcU
(literasi digital)

11. Peserta didik mengajukan pertanyaan berkaitan dengan media


pembelajaran yang ditampilkan.
(Communication-4C)(Science)

Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik


12. Guru memandu peserta didik membentuk beberapa kelompok
(Collaboration, Communication-4C)
13. Peserta didik memandu peserta didik untuk mendownload lembar
kerja (LKPD) yang ada di google classroom
14. Peserta didik menyimak penjelasan guru tentang prosedur
percobaan berdasarkan link you tube yang diposting(Technology
and Enginering)
15. Peserta didik mencoba menggambarkan langkah -langkah
percobaan di LKPD (Collaboration-4C) (Art)
16. Peserta didik mengajukan pertanyaan berkaitandenganmedia
pembelajaran. (Communication-4C)
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
17. Peserta didik secara berkelompok mempelajari LKPDyangtelah
dibagi untuk mengetahui langkah-langkah yangakandilakukan.
18. Peserta didik dengan bimbingangurumenyelesaikanpertanyaan
yang terdapat dalam LKPD. (Critical Thinking and Problem
Solving-4C) HOTS

19. Peserta didik menyimpulkan hasil diskusikelompok.


(Critical Thinking, Collaboration-4C)
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
21. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang
data hasil pengamatan dan jawaban pertanyaan di LKPD
(Communication-4C).
22. Peserta didik mengemukakan pendapat atas presentasi yang
dilakukan dan ditanggapi oleh kelompok lain(Communication-
4C).
Fase 5: Menganalisa & mengevaluasi proses pemecahanmasalah
24. Peserta didik bersama guru membahas materi yang telahdipelajari
melalui LKPD. (Science)
5

51
25. Peserta didik diberikan penguatan dengan memberikan jawaban
yangseharusnya.
26. Peserta didik diberi kesempatan bertanya yang masihmerasa
bingung dan kurang mengerti terkait materi yang dipelajari.
(Collaboration and communication-4C)
27. Peserta didik diberikan penilaian pada hasil karyasetiap
kelompok. TPACK

28. Peserta didik mengupload LKPD yang telah diisi dikolomtugas


yang sudah ditentukan oleh guru di google classroom TPACK

Kegiatan 29. Peserta didik :


Akhir a. Melakukan refleksi terhadap kegiatan yang sudahdilaksanakan 10 menit
dengan membuat rangkuman tentang poin-poin penting yang
muncul dalam kegiatan pembelajaran yang baru dilakukan.
b. Peserta didik mengerjakan evaluasi melalui aplikasi google
form untuk menguji pemahamannya terhadap materi yang
dipelajari. (literasi digital)
30. Guru :
a. Memberikan umpan balik terhadapkinerjapesertadidik
selama diskusi
b. Mengajak peserta didik untuk membaca sub bab materi pada
pertemuan berikutnya yang akan disampaikan melalui google
classroom
c. Guru mengajak peserta didik untukberdoasebelumpelajaran
diakhiri (Religiusitas dan disiplin/ PPK)
d. Guru bersama peserta didik saling memberidanmenjawab
salam (Collaboration and communication)

I. EVALUASI PENILAIAN
Prosedur Penilaian
a. Pengetahuan/Kognitif
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan
Instrumen
Penilaian Pertanyaan berbentuk Terlampir Setelah pembelajaran
Harian pilihan ganda usai

b. Ketrampilan/Psikomororik
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan
Instrumen
Observasi Lembar Observasi Diskusi Terlampir Saat diskusi pembela
jaran berlangsung

52
c. Sikap
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan
Instrumen
Observasi Lembar Observasi Terlampir Saat pembelajaran
berlangsung

Purworejo, 24 September 2020

Mengetahui,
Kepala SMA Negeri9 Purworejo Guru Kimia

Drs. Arif ArviantaAchmad, M.Pd Wahyu Lestariningrum, S.Pd.Si


NIP.19630707 198803 1 016 NIP.-

53
SIKLUS 3

1
54
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)

Nama Sekolah : SMA Negeri 9 Purworejo


Mata Pelajaran : Kimia
Kelas/ Semester : XI/ Ganjil
Materi Pokok : Laju Reaksi
Sub Materi Pokok : orde reaksi dan persamaan laju reaksi
Alokasi Waktu : pertemuan ke-20 (2 × 45 menit)

A. KOMPETENSI INTI
KI 1: Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya.
KI 2: Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong,
kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan proaktif, dan menunjukan sikap sebagai bagian
dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial
dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia.
KI 3: Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan
metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya,
dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait
penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian
yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah.
KI 4: Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan
pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan
kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai kaidah keilmuan.

B. KOMPETENSI DASAR (KD) DAN INDIKATOR PENCAPAIANKOMPETENSI


KOMPETENSI DASAR INDIKATOR PENCAPAIAN KOMPETENSI
3.7 Menentukan orde reaksi dan tetapan Mengkorelasikan perubahan konsentrasi,
laju reaksi berdasarkan data hasil laju reaksi dengan orde reaksi berdasarkan
percobaan
HOTS
data hasil percobaan
Menghitung laju reaksi berdasarkan data
HOTS
hasil percobaan.

4.7 Merancang, melakukan, dan 4.7.1 Membuat grafik hubungan antara laju reaksi

menyimpulkan serta menyajikan dengan konsentrasi reaktan berdasarkan data


hasil percobaan dalam hubungannya
hasil percobaan faktor-faktor
menentukan orde reaksi
yang mempengaruhi laju reaksi
HOTS
dan orde reaksi

2
55
C. TUJUAN PEMBELAJARAN
Setelah mengikuti proses pembelajaran, peserta didik diharapkan :
3.7.1.1.Melalui kegiatan pengamatan data percobaan laju reaksi dan diskusi, siswa dapat
mengkorelasikan hubungan data hasil percobaan dan orde reaksi dengan tepat.
3.7.2.1 Melalui kegiatan diskusi, siswa dapat menentukan orde reaksi berdasarkan data hasil percobaan
dengan tepat.
3.7.2.2 Melalui kegiatan penugasan mandiri, siswa dapat menghitung laju reaksi berdasarkandata
percobaan dengan tepat.
4.7.1.1 Melalui kegiatan pengamatan data percobaan laju reaksi dan diskusi, siswa dapat membuat grafik
hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi reaktan untuk menentukan orde reaksi dengan tepat

D. MATERI PEMBELAJARAN
1. Faktual
Laju reaksi dipengaruhi oleh 4 faktor : konsentrasi, luas bidang sentuh, suhu dan katalis
2. Konseptual
a) persamaan laju reaksi adalah
b) Orde reaksi adalah pangkat konsentrasi yang menunjukkan tingkat reaksi suatu zat
3. Prosedural
Membuat grafik hubungan antara laju reaksi dan konsentrasi reaktan untuk menentukan orde reaksi.
4. Metakognisi
Penggunaan rumus orde reaksi untuk menghitung orde reaksi.

Analisis STEAM
Aspek Sains Aspek Technologi Aspek Enginering Aspek Matematic Aspek Art
Faktual : Menggunakan Membuat grafik Menghitung orde Menggambarkan
Laju reaksi dipenga komputer/HP hubungan antara reaksi dan grafik hubungan
Ruhi oleh 4 faktor: dalam mencari laju reaksi dan persamaan laju antara laju reaksi
konsentrasi, luas infor konsentrasi reaktan reaksi dari data dan konsentrasi
bidang sentuh, suhu Masi dari youtube untuk menentukan percobaan reaktan untuk
dan katalis dan sumber terkait orde reaksi menentukan orde
di internet reaksi

E. MODEL, PENDEKATAN, DAN METODE PEMBELAJARAN


Pendekatan : STEAM
Model : Problem Based Learning
Metode : Tanya jawab, diskusi, penugasan

F. MEDIA DAN BAHAN PEMBELAJARAN

Dalam Jaringan (online) : Handout Materi Laju Reaksi


Bahan Pembelajaran Power Point

Alat : HP, Laptop, Zoom, Google


Classroom

3
56
G. SUMBER BELAJAR
1. Buku paket
 Sandri Justiana dan Muchtaridi. 2015. Kimia 2 SMA Kelas XI. Jakarta: Yudhistira.
 Sudarmo, Unggul. 2014. KIMIA untuk SMA/MA Kelas XI. Jakarta: Penerbit Erlangga.
 Umiyati, Nurhalimah. 2016. Buku Siswa KIMIA XI. Surakarta: Mediatama
2. Handout Materi Laju Reaksi
3. Internet
4. Sumber referensi lain yang relevan

H. LANGKAH –LANGKAH PEMBELAJARAN

Kegiatan Langkah Pembelajaran Alokasi


Pembelajaran Waktu
Pendahuluan 1. Melakukan pembelajaran secara virtual dengan menggunakan TPACK

media zoom dalam grup mapel kimia kelas XI 10 menit


2. Guru bersama peserta didik saling memberi danmenjawab
salam serta menyampaikan kabarnya masing-masing serta
memanjatkan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa
(Religiusitas/ PPK)
3. Guru memberikan link absen kepada peserta didik yang
telah diposting dalam Google Classroom (Disiplin/ PPK)
4. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa sebelum pelajaran
dimulai (Religiusitas dan disiplin/ PPK)
5. Peserta didik menyiapkan diri agar siap untuk belajar serta
memeriksa kerapihan diri dan bersikap disiplin dalamsetiap
kegiatan pembelajaran.
6. Guru memberikan motivasi kepada peserta didik agar Peserta
didik lebih bersemangat lagi untuk mengikuti pembelajaran
(Communication-4C)
Apersepsi
7. Peserta didik menyimak apersepsi dari guru tentang materi yang
akan dipelajari dan mengaitkan dengan pengalamannya sebagai
bekal dalam mempelajari materi pembelajaran yang akan
dilakukan yaitu
“ siswa diminta mereview cara menuliskan persamaan laju
reaksi suatu reaksi”
(Communication-4C)
8. Peserta didik bertanya jawab dengan guru tentang materi laju
reaksi yang telah dipelajari (Collaboration (4C); Saintifik
(Menanya)). HOTS
9. Peserta didik menyimak penjelasan dari guru tentang tujuan dan
manfaat pembelajaran yang akan dilakukan melalui tayangan
PPT (Communication- 4C)
10. Peserta didik menyimak penjabaran secara garis besar tentang
TPACK
kegiatan yang akan dilaksanakan melalui tayangan PPT
(Communication-4C)
4
57
Fase 1: Orientasi peserta didik kepada masalah 70 menit
Kegiatan Inti
11. Peserta didik mengamati fenomena masalah yang ditampilkan di
PPT yaitu tentang penyakit maag.

12. Peserta didik mengamati data hasil percobaan yang disajikan TPACK

dalam PPT tentang reaksi antara asam lambung dengan obat maag
Pertanyaan : Apakah perubahan konsentrasi pereaksi akan
mempengaruhi besarnya laju reaksi ? (Communication-
4C)(Science)

Fase 2: Mengorganisasikan peserta didik


13. Guru memandu peserta didik membentuk beberapa
kelompok (Collaboration, Communication-4C)
14. Guru memandu peserta didik mendownload lembar kerja(LKPD)
yang ada di google classroom
Fase 3: Membimbing penyelidikan individu dan kelompok
15. Peserta didik secara berkelompok mempelajari LKPD yangtelah
dibagi untuk mengetahui langkah-langkah yang akandilakukan.
16. Peserta didik mengidentifikasi permasalahan yangharus
dipecahkan dengan diskusi kelompok di Google Classroom HOTS

17. Peserta didik membuat grafik hubungan antara konsentrasi


pereaksi dan laju reaksi sesuai dengan data hasil percobaan yang
terdapat dalam LKPD. (Critical Thinking and Problem Solving-
4C)

18. Peserta didik menyimpulkan hasil diskusi kelompok.


(Critical Thinking, Collaboration-4C)
Fase 4: Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
21. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi kelompok tentang
data hasil pengamatan dan jawaban pertanyaan di LKPD
(Communication-4C).
22. Peserta didik mengemukakan pendapat atas presentasi yang
dilakukan dan ditanggapi oleh kelompok lain (Communication-
4C).
23. Peserta didik berdiskusi untuk menyimpulkan hubungan antara
perubahan konsentrasi, laju reaksi dan orde reaksi
24. Peserta didik mendengarkan penjelasan guru tentang langkah-
langkah perhitungan laju reaksi yang akan dipelajari secara
mandiri
Fase 5: Menganalisa & mengevaluasi proses pemecahan masalah
24. Peserta didik mempelajari kembali materi dalam handout yang telah
diunggah dalam Google Classroom (Science)
25. Peserta didik mengerjakan latihan soal dalam LKPD dan
selanjutnya mengumpulkan tugasnya dengan cara mengunggahnya
di Google Classroom
26. Peserta didik diberi kesempatan bertanya yang masih merasa
bingung dan kurang mengerti 58terkait materi yang dipelajari.
nication-4C)
5

TPACK

59
27. Peserta didik mengupload LKPD yang telah diisi di kolom tugas
yang sudah ditentukan oleh guru di google classroom TPACK

Kegiatan 30. Guru :


Akhir a. Memberikan umpan balik terhadap kinerja pesertadidik 10 menit
selama diskusi
b. Mengajak peserta didik untuk membaca sub bab materi pada
pertemuan berikutnya yang akan disampaikan melalui google
classroom
c. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa sebelumpelajaran
diakhiri (Religiusitas dan disiplin/ PPK)
d. Guru bersama peserta didik saling memberi danmenjawab
salam (Collaboration and communication)
Peserta didik :
Peserta didik mengerjakan evaluasi melalui aplikasi google
Form untuk menguji pemahamannya terhadap materi yang
dipelajari. (literasi digital)

I. EVALUASI PENILAIAN
Prosedur Penilaian
a. Pengetahuan/Kognitif
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan
Instrumen
Tes Pertanyaan berbentuk pilihan Terlampir Setelah pembelajaran
Formatif ganda usai
b. Ketrampilan/Psikomororik
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan
Instrumen
Observasi Lembar Observasi Terlampir Saat diskusi pembela
jaran berlangsung
c. Sikap
Teknik Bentuk Instrumen Contoh Butir Waktu Pelaksanaan
Instrumen
Observasi Lembar Observasi Saat pembelajaran
Terlampir berlangsung

Pembelajaran Remedial dan Pengayaan


Remedial
a. Pembelajaran remedial dilakukan bagi peserta didik yang capaian KD nya belum tuntas
b. Tahapan pembelajaran remedial dilaksanakan melalui remidial teaching (klasikal), atau tutor sebaya, atau
tugas dan diakhiri dengan tes.
c. Tes remedial, dilakukan sebanyak 2 kali dan apabila setelah 2 kali tes remedial belum mencapai
ketuntasan, maka remedial dilakukan dalam bentuk tugas tanpa tes tertulis kembali.

Pengayaan
Bagi peserta didik yang sudah mencapai nilai ketun5tasan diberikan pembelajaran pengayaan sebagai
60
berikut:
- Siwa yang mencapai nilai n(ketuntasan)  n  n(maksimum) dengan pendalaman sebagai pengetahuan
tambahan diberikan materi masih dalam cakupan KD
- Siwa yang mencapai nilai n  n(maksimum) diberikan materi melebihi cakupan KD dengan pendalaman
sebagai pengetahuan tambahan.

Purworejo, 24 September 2020


Mengetahui,
Kepala SMA Negeri 9 Purworejo Guru Kimia

Drs. Arif Arvianta Achmad, M.Pd Wahyu Lestariningrum, S.Pd.Si


NIP.19630707 198803 1 016 NIP.-

6
61
LEMBAR OBSERVASI

7
62
LEMBAR OBSERVASI
Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran
Kelas/ Semester : XI/ I Mata Pelajaran : Kimia
Pertemuan/ Siklus : Hari/ Tanggal :

Petunjuk Pengisian:
Berikan tanda check list (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan anda terhadap
keterlaksanaan model Problem Based Learning yang dilaksanakan oleh guru dan
peserta didik.
1 = tidak baik 2 = kurang baik 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat
baik

No Aspek Yang Diamati Skor

1 2 3 4 5
PENDAHULUAN
1. Guru memberikan salam kepada peserta didik
2. Guru memberikan motivasi semangat kepada peserta didik
3. Guru mengingatkan absensi kepada peserta didik
4. Guru mengajak peserta didik untuk berdoa
5. Guru menyampaikan apersepsi kepada peserta didik
6. Guru melakukan tanya jawab dengan peserta didik
7. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
KEGIATAN INTI
I Fase 1 (Orientasi peserta didik pada masalah)
8. Guru menayangkan video melalui PPT
II Fase 2 (Mengorganisasikan peserta didik)
9. Guru memandu peserta didik membentuk beberapa kelompok
10. Guru membimbing peserta didik untuk mendownload LKPD
dalam Google Classroom
11. Guru memberikan penjelasan tentang pengerjaan LKPD
12. Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
bertanya yang belum mereka pahami
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)
13. Guru membimbing peserta didik untuk pengerjaan LKPD
14. Guru membimbing peserta didik dalam kegiatan diskusi
IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
15. Guru membimbing peserta didik untuk mempresentasikan
hasil diskusi kelompok
V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
16. Guru bersama peserta didik membahas materi yang
telah dipelajari melalui LKPD
8
63
17. Guru memberikan penguatan materi kepada peserta didik
PENUTUP
18. Guru memberikan umpan balik terhadap kinerja peserta didik
19. Guru memberikan tugas kepada peserta didik
20. Guru memberikan salam kepada peserta didik
JUMLAH

Purworejo, 2020
Observer

..............................................

9
64
LEMBAR OBSERVASI
Aktivitas Peserta didik Selama Proses Pembelajaran

Nama/ No. Absen Peserta didik: Kelas/ Semester :


Pertemuan/ Siklus : Hari/ Tanggal :
Petunjuk Pengisian:
Berikan tanda check list (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan anda terhadap
keterlaksanaan model Problem Based Learning yang dilaksanakan oleh guru dan peserta
didik.
1 = tidak baik 2 = kurang baik 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik

No Aspek Yang Diamati Skala Penilaian


1 2 3 4 5
PENDAHULUAN
1. Peserta didik menjawab salam yang diberikan
oleh Guru
2. Peserta didik melakukan presensi di link yang
telah disediakan
3. Peserta didik berdoa sebelum pembelajaran
dimulai
4. Peserta didik menyimak apersepsi yang diberikan
oleh guru
pe
5. Peserta didik melakukan tanya jawab
6. Peserta didik menyimak penjelasan tujuan dan
manfaat pembelajaran
I Fase 1 (Orientasi peserta didik pada masalah)
7. Peserta didik menyimak tayangan PPT yang
diberikan oleh guru
II Fase 2 (Mengorganisasikan peserta didik)
8. Peserta didik dengan panduan guru membentuk
menjadi beberapa kelompok
9. Peserta didik mendownload LKPD
10. Peserta didik menyimak penjelasan guru
tentang pengerjaan LKPD
11. Peserta didik memperhatikan penjelasan yang
disampaikan oleh guru
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok)
12. Peserta didik mengoptimalkan interaksi antara
peserta didik dan guru dengan kerja kelompok
13. Peserta didik bekerja sama dalam memecahkan
permasalahannya dengan cepat dan tepat
IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
14. Peserta didik mempresentasikan hasil diskusi
kelompok
15. Peserta didik menanggapi presentasi kelompok
lain
V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
16. 13. Peserta didik bersama guru membahas
materi yang telah dipelajari melalui LKPD
1

65
17. Peserta didik melakukan tanya jawab
18. Peserta didik mengupload LKPD
PENUTUP
19. Peserta didik melaksanakan evaluasi melalui
aplikasi google form
20. Peserta didik menjawab salam yang diberikan
oleh guru
JUMLAH

Purworejo, .......................... 2020


Observer

..............................................

1
66
DATA HASIL
PENELITIAN
SIKLUS I DAN II

1
67
1
68
1
69
1
70
1
71
1
72
1
73
1
74
2
75
2
76
2
77
2
78
2
79
80
81
82
83
84
85
86
87

Anda mungkin juga menyukai