Pendekatan Problem Solving dan Penerapan Teknik Diagram Alur pada Materi
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
Oleh:
NIM. 1705045018
Universitas Mulawarman
Samarinda
2020
KATA PENGANTAR
Penulis
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul i
Kata Pengantar ii
Daftar Gambar iv
Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
D. Manfaat Penulisan 3
Daftar Pustaka 17
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
1. Gambar 1.1 14
2. Gambar 1.2 15
3. Gambar 1.3 16
BAB I
PENDAHULUAN
C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan, tujuan penulisan
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pendekatan Problem Solving
2. Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Diagram Alur
3. Untuk mengetahui cara menerapkan Pendekatan Problem Solving
dan Penggunaan Teknik Diagram Alur pada Materi Persamaan
dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel
D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan yang sudah dipaparkan, manfaat penulisan
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat lebih semangat pada jam pembelajaran guna
meningkatkan hasil belajar siswa
2. Bagi pendidik, diharapkan dapat membuat siswa lebih semangat belajar
agar hasil belajar siswa lebih baik
3. Bagi penulis, sebagai bahas informasi, baik sebagai bahan laporan atau
bahan untuk penelitian lanjutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Gambar 1.1
Buat suatu diagram alur yang menggunakan dua operasi. Murid-murid
diminta menuliskan persamaan yang terkait.
Gambar 1.2
3( x+6 )=18
Gambar 1.3
Pada tahap awal sebelum materi PLSV diajarkan, seorang guru haruslah
mempersiapkan siswa agar benar-benar siap untuk belajar. Hal ini di dukung
oleh pendapat Orton (1992: 9-10) bahwa siswa yang siap untuk belajar akan
belajar lebih banyak daripada siswa yang tidak siap. Kegiatan menyiapkan
siswa meliputi persiapan fisik dan mental. Persiapan fisik meliputi
menyediakan semua sarana yang diperlukan berupa alat peraga diagram alur,
slide pembelajaran, Lembar Kerja, dan membagi siswa dalam kelompok.
Sedangkan persiapan mental meliputi kegiatan menyampaikan salam,
bertanya kabar, menyampaikan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi,
dan memotivasi siswa tentang pentingnya belajar materi PLSV.
Untuk lebih meningkatkan motivasi siswa, guru mengajak siswa untuk
mendemonstrasikan alat peraga diagram alur di depan kelas. Antusias siswa
dalam menyusun diagram alur untuk mengenal bentuk persamaan linear satu
variabel (PLSV) sebanyak mungkin sangat terlihat jelas pada hasil pekerjaan
siswa. Saat siswa mempresentasikan pekerjaannya, dapat terlihat bahwa ada
siswa yang tanpa ragu-ragu menentukan setiap pilihannya dalam membuat
bentuk PLSV melalui diagram alur, walaupun ada beberapa siswa yang masih
takut maju ke depan kelas untuk membuat bentuk PLSV. Tentu saja ini
menjadi daya tarik bagi siswa untuk berimajinasi dan menata pola pikirnya
dalam membuat bentuk PLSV sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
Situasi pembelajaran seperti ini juga didukung oleh pendapat Orton (1992:9-
10) bahwa siswa yang termotivasi, tertarik, dan mempunyai keinginan untuk
belajar akan belajar lebih banyak. Tujuan yang sama yang juga dilakukan
oleh peneliti adalah mengambil contoh dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan PLSV dan PtLSV.
Pada tahap inti, guru menuntun siswa dengan empat tahapan untuk
menyelesaikan soal Problem Solving dalam bentuk soal cerita, empat tahapan
ini kemudian peneliti beri nama “empat tahap MSC PPt”. Empat tahap MSC
PPt merupakan singkatan dari Empat Tahap Menyelesaikan Soal Cerita
Persamaan dan Pertidaksamaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo
(2001: 173) yang menyatakan bahwa untuk sampai pada “menemukan” perlu
tuntunan. Dengan demikian siswa dalam menemukan atau menyimpulkan
perlua adanya tuntunan yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang
mengarahkan siswa untuk memahami masalah. Dalam pembelajaran melalui
pendekatan Problem Solving pada materi PLSV dan PtLSV siswa sudah bisa
menentukan variabel sebagai langkah pertama dalam menyelesaikan soal
cerita.
Pada tahap yang kedua yaitu membuat model matematika, seorang guru
membangun sense siswa untuk membuat model matematika melalui simulasi
diagarm alur yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Diagram alur yang
disusun siswa secara tersirat dapat membangun pola pikir siswa untuk
membuat model matematika dari soal cerita yang diberikan. Mulai dari input,
operasi, hingga output yang merupakan bagian yang terintegrasi dalam
diagram alur memiliki peranan yang sangat penting bagi guru saat
menjelaskan teknik membuat model matematika yang mudah. Hal ini di
perjelas oleh pendapat Sobel (2004: 25) yang menyatakan bahwa aktivitas
dengan menggunakan diagram alur memberi siswa format fisik yang mudah
untuk menyelesaikan persamaan yang abstrak.
Pada tahap yang ketiga yaitu menyelesaikan model matematika, dalam
hal ini yang dimaksud adalah menentukan nilai variabel yang belum
diketahui. Guru mengajak siswa untuk berlatih sebanyak-banyaknya
menyelesaikan model matematika mulai dari yang mereka temukan sendiri
(melalui diagram alur) maupun soal yang diberikan oleh guru. Penanaman
konsep dalam menyelesaikan PLSV dan PtLSV sangat di dahulukan oleh
guru, seperti menjumlahkan dan mengurangkan kedua ruas dengan bilangan
yang sama hingga mengalikan dan membagi kedua ruas dengan bilangan
yang sama.
Langkah terakhir atau langkah keempat adalah membuat kesimpulan.
Langkah ini merupakan langkah terpenting yang harus dilakukan oleh siswa,
karena ini terkait dengan membahasakan simbol matematika atau jawaban
yang siswa temukan saat menyelesaikan model matematika ke dalam bahasa
sehari-hari. Siswa masih banyak melakukan kesalahan sederhana dalam
membuat kesimpulan, antara lain : tidak menyertakan satuan kuantitas, seperti
jumlah kelereng 12, seharusnya 12 butir, umur Azril 13, seharusnya 13 tahun,
menyamakan bahasa persamaan dengan pertidaksamaan seperti : x <6,5,
siswa memabahasakannya dengan “kemungkinan jumlah apel Oktania pada
tiap kantong adalah 6,5 buah” seharusnya “kemungkinan jumlah apel Oktania
pada tiap kantong kurang dari 6,5 buah”. Dari 39 siswa, hanya 11 siswa yang
mampu membuat kesimpulan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahawa
membahasakan model matematika ke dalam bahasa sehari-hari tidak mudah
bagi siswa. Dan kesalahan dalam membuat kesimpulan merupakan akibat dari
kesalahan siswa dalam menentukan variabel, membuat model matematika dan
menyelesaikan model matematika.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan Problem Solving adalah suatu cara menyajikan pelajaran
dengan mendorong pesrta didik untuk mencari atau memecahkan suatu
masalah/persoalandalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Branca, N. A
dalam Krulik, S. & Reys, R. E., (1980:3-6) menginterpretasikan
istilah problem solving kedalam tiga hal berbeda dalam pembelajaran
matematika, yaitu (1) problem solving sebagai tujuan (as a goal), (2) problem
solving sebagai proses (as a process), dan (3) problem solving sebagai
keterampilan dasar (as a basic skill);
Teknik Diagram alur adalah cara yang dilakukan guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan menggunakan diagram yang bersusun (beralur),
mulai dari ‘input’, ‘operasi’ dan ‘output’. ‘Input’ dan ‘output’ dibuat
berbentuk lingkaran sedangkan ‘operasi’ dibuat berbentuk persegi panjang.
Aktivitas dengan menggunakan diagram alur memberi siswa format fisik
yang mudah untuk menyelesaikan persamaan yang abstrak (Sobel, 2004: 25).
Jadi, teknik diagram alur ini akan mengajak siswa untuk beraktivitas secara
aktif, membangun pemikiran kreatif dalam membentuk persamaan-persamaan
linear satu variabel melalui diagram-diagram yang diberikan.
Kolaborasi antara teknik Diagram Alur dengan pendekatan Problem
Solving pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel akan
menjadi inti dari penulisan makalah ini, yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP pada materi Persamaan dan
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Secara operasional penulis
memfokuskan dua hal penting sebagai tujuan utama dari penulisan ini, yaitu
siswa mampu membuat model matematika melalui diagram alur dan
menyelesaikannya, dan membuat model matematika melalui soal cerita dan
menyelesaikannya.
B. Saran
Sebagai pendidik ataupun calon pendidik haruslah memperhatikan
berbagai pendekatan dalam pembelajaran guna menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih kondusif sehingga peserta didik dapat
mengembangkan berbagai potensi yang ada pada diri mereka serta tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Guru sebagai pihak yang paling berperan dalam pembelajaran, perlu
mengusai tidak hanya pemecahan masalah secara konseptual tetapi juga
secara praktiknya. Perubahan paradigma pembelajaran matematika ini
membutuhkan kemampuan guru baik dalam merencanakan, melaksanakan
dan menilai pembelajaran pemecahan masalah. Berbagai masalah yang
muncul dapat disebabkan oleh persepsi guru yang belum benar tentang
pemecahan masalah dan pembelajarannya sehingga berimplikasi terhadap
pembelajarannya. Sebab lain dapat didorong oleh beban pembelajaran yang
padat berdasarkan kurikulum sehingga tidap punya waktu banyak untuk
melaksanakan aktivitas pemecahan masalah. Padahal aktivitas pemecahan
masalah membutuhkan waktu yang lebih banyak apalagi dalam model
pembelajaran kelompok. Ketersediaan media dan alat peraga sangat
menunjang bagi pembelajaran pemecahan masalah untuk menjembatani
kemampuan pemecahan masalah sebagai kemampuan kognitif tingkat tinggi
dengan kemampuan berpikir siswa yang masih konkrit
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, S, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi aksara.
Depdiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.
Sobel. 2004. Mengajar Matematika, sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas,
dan Strategi untuk Guru Matematika SD, SMP, SMA. Jakarta: Erlangga.