Anda di halaman 1dari 21

SEMINAR MATEMATIKA

Pendekatan Problem Solving dan Penerapan Teknik Diagram Alur pada Materi
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

Oleh:

Azizah Nur’Aini Darulyati

NIM. 1705045018

Program Studi Pendidikan Matematika

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Mulawarman

Samarinda

2020
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT,


karena atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan
makalah seminar matematika yang berjudul “Pendekatan Problem Solving dan
Penerapan Teknik Diagram Alur pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan
Linear Satu Variabel” guna melanjutkan penulisan.
Dalam penulisan makalah ini, penulis banyak mendapat saran, dorongan,
dan bimbingan berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala hormat, penulis
mengucapkan terima kasih kepada rekan-rekan Mahasiswa Pendidikan
Matematika, khususnya angkatan 2017 dan berbagai pihak yang membantu dalam
penulisan makalah ini.
Dalam penyusunannya, penulis menyadari masih terdapat banyak
kekurangan yang dibuat baik sengaja maupun tidak sengaja. Untuk itu penulis
mohon maaf atas segala kekurangan tersebut dan tidak menutup diri terhadap
segala saran dan kritik serta masukan bagi diri penulis. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat.

Samarinda, 28 Februari 2020

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman

Halaman Judul i

Kata Pengantar ii

Daftar Isi iii

Daftar Gambar iv

Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 3
C. Tujuan Penulisan 3
D. Manfaat Penulisan 3

Bab II Tinjauan Pustaka


A. Pendekatan Problem Solving 4
B. Teknik Diagram Alur 9
C. Menerapkan Pendekatan Problem Solving dengan
Menggunakan Teknik Diagram Alur pada Materi
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel 10

Bab III Penutup


A. Kesimpulan 15
B. Saran 16

Daftar Pustaka 17
DAFTAR GAMBAR

Gambar Halaman

1. Gambar 1.1 14
2. Gambar 1.2 15
3. Gambar 1.3 16
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Mata pelajaran matematika perlu diberikan kepada semua siswa mulai
dari sekolah dasar untuk membekali siswa dengan keterampilan berfikir logis,
analitis, sistematis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja sama
(Dekdiknas, 2006). Hal ini menunjukkan bahwa matematika sangat penting
bagi perkembangan afektif, kognitif, dan psikomotirik siswa. Akan tetapi,
mata pelajaran Matematika secara umum masih dipandang siswa sebagai
pelajaran yang sulit terutama dalam membuat pemodelan matematika melalui
soal cerita dan menyelesaikannya.
Siswa sering kali mengalami kesulitan dalam menceritakan ulang soal
cerita yang diberikan dan membuat model matematikanya. Secara bersamaan
siswa juga mengalami kesulitan dalam melakukan manipulasi aljabar untuk
menyelesaikan soal yang berkaitan dengan Persamaan dan Pertidaksamaan
Linear Satu Variabel. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa terutama pada
penyelesaian soal cerita di perlukan upaya guru dalam menyesuaikan gaya
mengajar guna menciptakan suasana kelas yang bervariasi dan berbeda.
Salah satu langkah pembelajaran yang dapat digunakan adalah
pembelajaran Teknik Diagram Alur dan Pendekatan Problem Solving.
Perpaduan teknik dan pendekatan ini sangat cocok di terapkan pada materi
Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel di kelas VII karena
materi ini sangat berkaitan dengan diagram alur yang akan membantu
pembentukan pola pikir siswa menuju pemecahan masalah melalui
pemodelan matematika dalam soal cerita.
Teknik Diagram alur adalah cara yang dilakukan guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan menggunakan diagram yang bersusun (beralur),
mulai dari ‘input’, ‘operasi’ dan ‘output’. ‘Input’ dan ‘output’ dibuat
berbentuk lingkaran sedangkan ‘operasi’ dibuat berbentuk persegi panjang.
Aktivitas dengan menggunakan diagram alur memberi siswa format fisik
yang mudah untuk menyelesaikan persamaan yang abstrak (Sobel, 2004: 25).
Jadi, teknik diagram alur ini akan mengajak siswa untuk beraktivitas secara
aktif, membangun pemikiran kreatif dalam membentuk persamaan-persamaan
linear satu variabel melalui diagram-diagram yang diberikan.
Problem Solving diterjemahkan sebagai pemecahan masalah, pemecahan
yang dimaksud adalah menyelesaikan suatu masalah, mulai dari memahami
masalah, menyusun rencana, menjalankan rencana, dan melihat kembali
(Polya dalam Musser, 2006:1). Sedangkan untuk memecahkan suatu masalah
menurut Musser (2006:3) siswa harus berhenti sejenak, melakukan refleksi,
dan mungkin mengambil beberapa langkah asli yang tidak pernah dilakukan
sebelumnya untuk tiba pada sebuah solusi. Jadi masalah berbeda dengan
latihan yang hanya menekankan pada belajar memecahkan soal yang rutin
sesuai dengan contoh atau rumus yang sudah ada.
Kolaborasi antara teknik Diagram Alur dengan pendekatan Problem
Solving pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel akan
menjadi inti dari penulisan makalah ini, yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP pada materi Persamaan dan
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Secara operasional penulis
memfokuskan dua hal penting sebagai tujuan utama dari penulisan ini, yaitu
siswa mampu membuat model matematika melalui diagram alur dan
menyelesaikannya, dan membuat model matematika melalui soal cerita dan
menyelesaikannya.
Kedua fokus ini merupakan masalah (problem) bagi siswa, karena yang
pertama siswa akan menyelesaikan soal yang mereka buat sendiri melalui
diagram alur dan tentu saja ini merupakan soal yang tidak rutin, yang kedua
siswa akan menyelesaikan soal cerita yang di dalamnya terdapat empat
langkah yang harus dilakukan. Sehingga dari penulisan makalah ini
diharapkan penulis mampu melanjutkan hingga pada penulisan proposal
penelitian dan diharapkan dapat mencetak siswa yang kreatif, berani
menyampaikan pendapat, senang belajar matematika, tertantang dalam
menghadapi masalah, dan memiliki rasa ingin tahu yang besar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang sudah dipaparkan, rumusan masalah
pada penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa yang dimaksud dengan Pendekatan Problem Solving
2. Apa yang dimaksud dengan Teknik Diagram Alur
3. Bagaimana menerapkan Pendekatan Problem Solving dan Penggunaan
Teknik Diagram Alur pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear
Satu Variabel

C. Tujuan Penulisan
Berdasarkan rumusan masalah yang sudah dipaparkan, tujuan penulisan
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian dari Pendekatan Problem Solving
2. Untuk mengetahui pengertian dari Teknik Diagram Alur
3. Untuk mengetahui cara menerapkan Pendekatan Problem Solving
dan Penggunaan Teknik Diagram Alur pada Materi Persamaan
dan Pertidaksamaan Linear Satu Variabel

D. Manfaat Penulisan
Berdasarkan tujuan penulisan yang sudah dipaparkan, manfaat penulisan
pada makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa, diharapkan dapat lebih semangat pada jam pembelajaran guna
meningkatkan hasil belajar siswa
2. Bagi pendidik, diharapkan dapat membuat siswa lebih semangat belajar
agar hasil belajar siswa lebih baik
3. Bagi penulis, sebagai bahas informasi, baik sebagai bahan laporan atau
bahan untuk penelitian lanjutan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pendekatan Problem Solving


Pendekatan problem solving adalah suatu cara menyajikan pelajaran
dengan mendorong pesrta didik untuk mencari atau memecahkan suatu
masalah/persoalan dalam rangka pencapaian tujuan pengajaran (Setiawan,
2008). Menurut Abdurrahman (2003: 257), “Pendekatan pemecahan masalah
menekankan pada pengajaran untuk berfikir tentang cara memecahkan
masalah dan pemrosesan informasi matematika”.
Istilah problem solving sering digunakan dalam berbagai bidang ilmu dan
memiliki pengertian yang berbeda-beda pula. Tetapi problem solving dalam
matematika memiliki kekhasan tersendiri. Pengertian pemecahan masalah
menurut Posamentier (1999: 98) adalah suatu proses mengaplikasikan
pengetahuan yang telah diperoleh sebelumnya ke dalam suatu situasi yang
baru dan tidak dikenal. Belajar memecahkan masalah merupakan alasan
utama mempelajari matematika. Menyelesaikan soal cerita (word problem)
adalah salah satu bentuk proses pemecahan masalah, akan tetapi siswa juga
harus dihadapkan dengan masalah yang bukan berupa soal cerita (nontext
problem). Robert Waley (dalam Purba) mendefinisikan pemecahan masalah
sebagai suatu kegiatan kompleks dan tingkat tinggi dari kegiatan mental
seseorang.
Walaupun secara umum para pendidik hanya terfokus pada materi
matematika ketika menyinggung pembelajaran pemecahan masalah, namun
sesungguhnya ada dua dimensi atau dua “materi” yaitu: (1) pembelajaran
matematika melalui model atau strategi pemecahan masalah, dan (2)
pembelajaran strategi pemecahan masalah itu sendiri. Yang pertama
“pemecahan masalah” sebagai strategi atau model atau pendekatan
pembelajaran, sedang yang kedua “pemecahan masalah” sebagai materi
pembelajaran. Menurut hemat penulis kedua dimensi ini sama-sama penting,
karena “materi” yang pertama terkait dengan pentingnya problem
solving secara “fungsional”, sedang materi kedua terkait dengan
pentingnya problem solving sebagai “logikal” dan “aestetikal”.
Barangkali yang dapat dilakukan kita adalah menerapkan pembelajaran
dengan model pemecahan masalah sambil mengarahkan siswa untuk
memahami dan memiliki keterampilan pemecahan masalah. Mengenai model
atau pendekatan pemecahan masalah (problem solving approach), maka
berikut ini karakteristik khusus pendekatan pemecahan masalah (dalam
Taplin, 2000).
 Adanya interaksi antar siswa dan interaksi guru dan siswa.
 Adanya dialog matematis dan konsensus antar siswa.
 Guru menyediakan informasi yang cukup mengenai masalah, dan siswa
mengklarifikasi, menginterpretasi, dan mencoba mengkonstruksi
penyelesaiannya.
 Guru menerima jawaban yang tidak bukan untuk mengevaluasi.
 Guru membimbing, melatih dan menanyakan dengan pertanyaan-
pertanyaan berwawasan dan berbagi dalam proses pemecahan masalah.
 Sebaiknya guru mengetahui kapan campur tangan dan kapan mundur
 Karakteristik lanjutan adalah bahwa pendekatan problem solving dapat
menggiatkan siswa untuk melakukan generalisasi aturan dan konsep,
sebuah prosessentral dalam matematika
Berhasil tidaknya suatu pengajaran bergantung kepada suatu tujuan yang
hendak dicapai. Tujuan dari pembelajaran problem solving adalah sebagai
berikut:

1. Siswa menjadi terampil menyeleksi informasi yang relevan kemudian


menganalisisnya dan akhirnya meneliti kembali hasilnya.
2. Kepuasan intelektual akan timbul dari dalam sebagai hadiah intrinsik bagi
siswa.
3. Potensi intelektual siswa meningkat.
4. Siswa belajar bagaimana melakukan penemuan dengan melalui proses
melakukan penemuan.
Menurut Polya, pekerjaan pertama seorang guru matematika adalah
mengerahkan seluruh kemampuannya untuk membangun kemampuan siswa
dalam menyelesaikan masalah. Mengapa hal ini menjadi penting? Alasan
pertama adalah karena siswa (bahkan guru, kepala sekolah, orang tua, dan
setiap orang) setiap harinya selalu dihadapkan pada suatu masalah, disadari
atau tidak. Karena itu pembelajaran pemecahan masalah sejak dini diperlukan
agar siswa dapat menyelesaikan problematika kehidupannya dalam arti yang
luas maupun sempit.
Dalam pembelajaran matematika ini aspek pemecahan masalah menjadi
semakin penting. Mengapa? Ini dikarenakan matematika merupakan
pengetahuan yang logis, sistematis, berpola, artifisial, abstrak, dan yang tak
kalah penting menghendaki justifikasi atau pembuktian. Sifat-sifat
matematika ini menuntut pembelajar menggunakan kemampuan-kemampuan
dasar dalam pemecahan masalah, seperti berpikir logis, berpikir strategik.
Selain itu secara timbal balik maka dengan mempelajari matematika, siswa
terasah kemampuan dalam memecahkan masalah. Hal ini dikarenakan strategi
dalam pemecahan masalah matematika bersifat “universal” sesuai sifat
matematika sebagai bahasa yang universal (artifisial, simbolik).
Selain itu, McIntosh, R. & Jarret, D. (2000:6) menyatakan “The thinking
and skills required for mathematical Problem Solving transfer to other areas
of life”. Secara sistematis, Taplin menegaskan
pentingnya Problem Solving melalui tiga nilai yaitu fungsional, logikal, dan
aestetikal. Secara fungsional, Problem Solving penting karena
melalui Problem Solving maka nilai matematika sebagai disiplin ilmu yang
esensial dapat dikembangkan. demikian ditegaskan Taplin (2007). Dengan
fokus pada Problem Solving maka matematika sebagai alat dalam
memecahkan masalah dapat diadaptasi pada berbagai konteks dan masalah
sehari-hari.
Selain sebagai “alat” untuk meningkatkan pengetahuan matematika dan
membantu memahami masalah sehari-hari, maka Problem Solving juga
merupakan cara berpikir (way of thinking). Dalam perspektif terakhir ini
maka Problem Solving membantu kita meningkatkan kemampuan penalaran
logis. Terakhir, Problem Solving  juga memiliki nilai
aestetik. Problem Solving melibatkan emosi/afeksi siswa selama proses
pemecahan masalah. Masalah Problem Solving juga dapat menantang pikiran
dan bernuansa teka-teki bagi siswa sehingga dapat meningkatkan rasa
penasaran, motivasi dan kegigihan untuk selalu terlibat dalam matematika.
Lebih lanjut pentingnya Problem Solving juga dapat dilihat pada
perannya dalam pembelajaran. Stanic & Kilpatrick seperti dikutip McIntosh,
R. & Jarret, D. (2000:8).  membagi peran Problem Solving sebagai konteks
menjadi beberapa hal:
 Untuk pembenaran pengajaran matematika.
 Untuk menarik minat siswa akan nilai matematika, dengan isi yang
berkaitan dengan masalah kehidupan nyata.
 Untuk memotivasi siswa, membangkitkan perhatian siswa pada topik
atau prosedur khusus dalam matematika dengan menyediakan kegunaan
kontekstualnya (dalam kehidupan nyata).
 Untuk rekreasi, sebagai sebuah aktivitas menyenangkan yang memecah
suasana belajar rutin.   
 Sebagai latihan, penguatan keterampilan dan konsep yang telah diajarkan
secara langsung (mungkin ini peran yang paling banyak dilakukan oleh
kita selama ini).
Langkah-langkah pendekatan problem solving dalama pembelajaran
matematika, menurut Polya (dalam Tim MKPBM, 2001: 91), dalam
pemecahan suatu masalah terdapat empat langkah, yaitu :
1. Memahami masalah
Dalam hal ini, siswa harus dapat menentukan dengan jeli apa yang
diketahui dan apa yang ditanyakan untuk memecahkan suatu masalah.
Jika ada hal-hal penting hendaknya di catat di dalam buku untuk
mengantisipasi jikalau suatu saat lupa.
2. Merencanakan masalah
Dalam pembelajaran pemecahan masalah, siswa dikondisikan untuk
memiliki pengalaman menerapkan berbagai macam setrategi atau metode
pemecahan masalah. Strategi yang dapat digunakan dalam pemecahan
masalah matematika cukup banyak dan bervariasi seperti diantaranya :
membuat gambar atau diagram, menentukan pola, melakukan
eksperimen, coba-coba, menyederhanakan masalah dll.
3. Menyelesaikan masalah
Seuai rencana langkah ke-dua proses inti dari pemecahan masalah
adalah melaksanakan rencana pemecahan yang telah dibuat. Pada tahap
ini siswa perlu:
a. Mengecek langkah proses pemecahan masalah, apakah masing-
masing langkah sudah benar.
b. Memeriksa kembali hasil yang diperoleh setelah mendapatkan
jawaban dari suatu masalah, pengecekan atau melihat kemalai
jawaban adalah sesuatu yang sanagta penting. Apakah
penyelesaiannya sudah benar? Apakah suda lengkap? Apakah sudah
sesuai denga langkah-langkah yang seharusnya.
Pembelajaran problem solving ini memiliki keunggulan dan kelemahan.
Adapun keunggulan model pembelajaran problem solving diantaranya yaitu:
1. Metode ini lebih membuat pembelajaran disekolah lebih relevan dengan
kehidupan
2. Proses belajar mengajar melalui pemecahan masalah dapat membiasakan
para siswa menghadapi  memecahkan masalah secara terampil, apabila
menghadapi permasalahan didalam kehidupan dalam keluarga
bermasyarakat, dan bekerja kelak suatu kemampuan yang sngat bemakna
didalam kehidupan mausia.
3. Metode ini menerangkan kemampuan berpikir siswa secara kreatip dan
menyeluruh, karena dalm proses belajarnya, siswa banyak melakukan
mental dengan menyoroti permasalahn dari berbagai segi dalam rangka
mencari pemecahan.
Kekurangan metode problem solving diantaranya yaitu:
1. Menentukan suatu maslah yang tingkat kesulitannya sesuai dengan
tingkat bepikir siswa tingkat sekolah dan kelasnya serta pengalamnan
yang telah dimiliki siswa sangat memerlukan  kemampuan dan
keterampilan guru.
2. Proses belajar mengajar denga menggunakan metode ini sering
memerlukan waktu yang cukup banyak dan sering mengambil waktu
pelajaran lain.
3. Mengubah kebiasaan siswa belajar dengan mendengarkan dan menerima
informasi dari guru menjadi belajar dengan banyak berikir dan
memecahkan macam-melompok, yang kadang-kadang memerlukan
berbagai suber belajar, merupaka permasalahan sendiri bagi siswa.

B. Teknik Diagram Alur


Menurut Ginting (2009) diagram alur merupakan diagram yang
menggambarkan bagaimana proses menjelaskan suatu materi dari awal
sampai akhir. Setiap diagram alur harus mempunyai titik awal dan titik akhir
(start and stop). Diagram alur terbagi atas 2 (dua) jenis, yaitu: diagram alur
program (program flow chart) menggambarkan urutan pengerjaan dari suatu
program dengan memanfaatkan symbol-simbol tertentu dan diagram alur
system (system flow chart) merupakan diagram alur yang menggambarkan
system secara keseluruhan. Dapat dikatakan diagram alur system
menggambarkan system secara umum sedangkan diagram alur program
menggambarkan system secara rinci. Jadi diagram alur ini akan mengajak
siswa untuk beraktivitas secara aktif, membangun pemikiran kreatif dalam
membentuk persamaan-persamaan linear satu variabel melalui diagram-
diagram yang diberikan.
C. Menerapkan Pendekatan Problem Solving dengan Menggunakan Teknik
Diagram Alur pada Materi Persamaan dan Pertidaksamaan Linear Satu
Variabel
Banyak siswa merasa kesulitan menyelesaikan sebuah persamaan dalam
aljabar karena mereka tidak tahu bagaimana menemukan langkah-langkah
yang diperlukan untuk menyelesaikannnya. Berikut merupakan sebuah teknik
sederhana tetapi efektif untuk memperkenalkan persamaan linier yang
diperkenalkan oleh Max A Sobel dan Evan M Maletsky yaitu dengan
memakai diagram alur.
Sederetan tahap-tahap yang dibuat dalam diagram alur digunakan untuk
menganalisis langkah-langkah yang benar untuk menyelesaikan persamaan.
Berikut adalah langkah-langkah yang harus dilakukan untuk pembuatan
diagram alur dalam memperkenalkan materi persamaan linier. Buatlah
bentuk-bentuk lingkaran dan persegi panjang dari kertas untuk digunakan
sebagai input, output dan operasi.bentuk-bentuk tersebut diletakkan pada
papan tulis agar menjadi sebuah diagram alur. Sebagai alternative, gambar
bentuk bentuk lingkaran dan persegi panjang dibuat pada selembar
transparansi dan diletakkan di atas proyektor. Berikut ini sebuah ilustrasi,
tentu saja ilustrasi ini dapat dibuat lebih bervariasi dan dapat diperluas. Untuk
setiap operasi yang diberikan, operasi invers yang terkait diperlukan.

Gambar 1.1
Buat suatu diagram alur yang menggunakan dua operasi. Murid-murid
diminta menuliskan persamaan yang terkait.
Gambar 1.2

Dari empat operasi yang tersedia, terdapat 12 operasi yang berbeda


dengan x sebagai input. Guru dapat menanyakan pada siswa, pasangan
operasi yang manakah akan menghasilkan penyelesaian yang sama dan
mengapa?. Selanjutnya tulis beberapa persamaan yang mungkin, misalnya
seperti yang disajikan di bawah ini, dan mintalah murid-murid membuat
diagram alur yang sesuai.

3( x+6 )=18

Aktivitas di atas memberi murid-murid format fisik yang mudah untuk


menyelesaikan persamaan yang abstrak. Latihan pada tahap ini menghasilkan
penampilan yang berarti dalam menulis dan memahami persamaan pada soal-
soal cerita. Sesudah murid-murid memiliki pengalaman dalam
menggabungkan persamaan, tanyakan kepada mereka bagaimana
memisahkannya. Hal ini merupakan ide dasar yang mudah ditunjukkan
dengan diagram alur, sehingga mengarahkan kepada model konkret dalam
menyelesaikan persamaan.
Untuk menunjukkan langkah-langkah dalam mencari penyelesaian,
mulailah dengan sebuah diagram alur pada persamaan yang dimaksud.
Kemudian dengan output, baliklah urutan langkah-langkahnya, dan
pergunakan invers operasinya.

Gambar 1.3

Pada tahap awal sebelum materi PLSV diajarkan, seorang guru haruslah
mempersiapkan siswa agar benar-benar siap untuk belajar. Hal ini di dukung
oleh pendapat Orton (1992: 9-10) bahwa siswa yang siap untuk belajar akan
belajar lebih banyak daripada siswa yang tidak siap. Kegiatan menyiapkan
siswa meliputi persiapan fisik dan mental. Persiapan fisik meliputi
menyediakan semua sarana yang diperlukan berupa alat peraga diagram alur,
slide pembelajaran, Lembar Kerja, dan membagi siswa dalam kelompok.
Sedangkan persiapan mental meliputi kegiatan menyampaikan salam,
bertanya kabar, menyampaikan tujuan pembelajaran, melakukan apersepsi,
dan memotivasi siswa tentang pentingnya belajar materi PLSV.
Untuk lebih meningkatkan motivasi siswa, guru mengajak siswa untuk
mendemonstrasikan alat peraga diagram alur di depan kelas. Antusias siswa
dalam menyusun diagram alur untuk mengenal bentuk persamaan linear satu
variabel (PLSV) sebanyak mungkin sangat terlihat jelas pada hasil pekerjaan
siswa. Saat siswa mempresentasikan pekerjaannya, dapat terlihat bahwa ada
siswa yang tanpa ragu-ragu menentukan setiap pilihannya dalam membuat
bentuk PLSV melalui diagram alur, walaupun ada beberapa siswa yang masih
takut maju ke depan kelas untuk membuat bentuk PLSV. Tentu saja ini
menjadi daya tarik bagi siswa untuk berimajinasi dan menata pola pikirnya
dalam membuat bentuk PLSV sesuai dengan keinginan mereka sendiri.
Situasi pembelajaran seperti ini juga didukung oleh pendapat Orton (1992:9-
10) bahwa siswa yang termotivasi, tertarik, dan mempunyai keinginan untuk
belajar akan belajar lebih banyak. Tujuan yang sama yang juga dilakukan
oleh peneliti adalah mengambil contoh dalam kehidupan sehari-hari yang
berkaitan dengan PLSV dan PtLSV.
Pada tahap inti, guru menuntun siswa dengan empat tahapan untuk
menyelesaikan soal Problem Solving dalam bentuk soal cerita, empat tahapan
ini kemudian peneliti beri nama “empat tahap MSC PPt”. Empat tahap MSC
PPt merupakan singkatan dari Empat Tahap Menyelesaikan Soal Cerita
Persamaan dan Pertidaksamaan. Hal ini sesuai dengan pendapat Hudojo
(2001: 173) yang menyatakan bahwa untuk sampai pada “menemukan” perlu
tuntunan. Dengan demikian siswa dalam menemukan atau menyimpulkan
perlua adanya tuntunan yang berupa pertanyaan-pertanyaan yang
mengarahkan siswa untuk memahami masalah. Dalam pembelajaran melalui
pendekatan Problem Solving pada materi PLSV dan PtLSV siswa sudah bisa
menentukan variabel sebagai langkah pertama dalam menyelesaikan soal
cerita.
Pada tahap yang kedua yaitu membuat model matematika, seorang guru
membangun sense siswa untuk membuat model matematika melalui simulasi
diagarm alur yang dilakukan pada pertemuan sebelumnya. Diagram alur yang
disusun siswa secara tersirat dapat membangun pola pikir siswa untuk
membuat model matematika dari soal cerita yang diberikan. Mulai dari input,
operasi, hingga output yang merupakan bagian yang terintegrasi dalam
diagram alur memiliki peranan yang sangat penting bagi guru saat
menjelaskan teknik membuat model matematika yang mudah. Hal ini di
perjelas oleh pendapat Sobel (2004: 25) yang menyatakan bahwa aktivitas
dengan menggunakan diagram alur memberi siswa format fisik yang mudah
untuk menyelesaikan persamaan yang abstrak.
Pada tahap yang ketiga yaitu menyelesaikan model matematika, dalam
hal ini yang dimaksud adalah menentukan nilai variabel yang belum
diketahui. Guru mengajak siswa untuk berlatih sebanyak-banyaknya
menyelesaikan model matematika mulai dari yang mereka temukan sendiri
(melalui diagram alur) maupun soal yang diberikan oleh guru. Penanaman
konsep dalam menyelesaikan PLSV dan PtLSV sangat di dahulukan oleh
guru, seperti menjumlahkan dan mengurangkan kedua ruas dengan bilangan
yang sama hingga mengalikan dan membagi kedua ruas dengan bilangan
yang sama.
Langkah terakhir atau langkah keempat adalah membuat kesimpulan.
Langkah ini merupakan langkah terpenting yang harus dilakukan oleh siswa,
karena ini terkait dengan membahasakan simbol matematika atau jawaban
yang siswa temukan saat menyelesaikan model matematika ke dalam bahasa
sehari-hari. Siswa masih banyak melakukan kesalahan sederhana dalam
membuat kesimpulan, antara lain : tidak menyertakan satuan kuantitas, seperti
jumlah kelereng 12, seharusnya 12 butir, umur Azril 13, seharusnya 13 tahun,
menyamakan bahasa persamaan dengan pertidaksamaan seperti : x <6,5,
siswa memabahasakannya dengan “kemungkinan jumlah apel Oktania pada
tiap kantong adalah 6,5 buah” seharusnya “kemungkinan jumlah apel Oktania
pada tiap kantong kurang dari 6,5 buah”. Dari 39 siswa, hanya 11 siswa yang
mampu membuat kesimpulan dengan benar. Hal ini menunjukkan bahawa
membahasakan model matematika ke dalam bahasa sehari-hari tidak mudah
bagi siswa. Dan kesalahan dalam membuat kesimpulan merupakan akibat dari
kesalahan siswa dalam menentukan variabel, membuat model matematika dan
menyelesaikan model matematika.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Pendekatan Problem Solving adalah suatu cara menyajikan pelajaran
dengan mendorong pesrta didik untuk mencari atau memecahkan suatu
masalah/persoalandalam rangka pencapaian tujuan pengajaran. Branca, N. A
dalam Krulik, S. & Reys, R. E., (1980:3-6) menginterpretasikan
istilah problem solving kedalam tiga hal berbeda dalam pembelajaran
matematika, yaitu (1) problem solving sebagai tujuan (as a goal), (2) problem
solving sebagai proses (as a process), dan (3) problem solving sebagai
keterampilan dasar (as a basic skill);
Teknik Diagram alur adalah cara yang dilakukan guru untuk mencapai
tujuan pembelajaran dengan menggunakan diagram yang bersusun (beralur),
mulai dari ‘input’, ‘operasi’ dan ‘output’. ‘Input’ dan ‘output’ dibuat
berbentuk lingkaran sedangkan ‘operasi’ dibuat berbentuk persegi panjang.
Aktivitas dengan menggunakan diagram alur memberi siswa format fisik
yang mudah untuk menyelesaikan persamaan yang abstrak (Sobel, 2004: 25).
Jadi, teknik diagram alur ini akan mengajak siswa untuk beraktivitas secara
aktif, membangun pemikiran kreatif dalam membentuk persamaan-persamaan
linear satu variabel melalui diagram-diagram yang diberikan.
Kolaborasi antara teknik Diagram Alur dengan pendekatan Problem
Solving pada materi persamaan dan pertidaksamaan linear satu variabel akan
menjadi inti dari penulisan makalah ini, yang bertujuan untuk mengetahui
peningkatan hasil belajar siswa kelas VII SMP pada materi Persamaan dan
Pertidaksamaan Linear Satu Variabel. Secara operasional penulis
memfokuskan dua hal penting sebagai tujuan utama dari penulisan ini, yaitu
siswa mampu membuat model matematika melalui diagram alur dan
menyelesaikannya, dan membuat model matematika melalui soal cerita dan
menyelesaikannya.
B. Saran
Sebagai pendidik ataupun calon pendidik haruslah memperhatikan
berbagai pendekatan dalam pembelajaran guna menciptakan suasana
pembelajaran yang lebih kondusif sehingga peserta didik dapat
mengembangkan berbagai potensi yang ada pada diri mereka serta tujuan
pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.
Guru sebagai pihak yang paling berperan dalam pembelajaran, perlu
mengusai tidak hanya pemecahan masalah secara konseptual tetapi juga
secara praktiknya. Perubahan paradigma pembelajaran matematika ini
membutuhkan kemampuan guru baik dalam merencanakan, melaksanakan
dan menilai pembelajaran pemecahan masalah. Berbagai masalah yang
muncul dapat disebabkan oleh persepsi guru yang belum benar tentang
pemecahan masalah dan pembelajarannya sehingga berimplikasi terhadap
pembelajarannya. Sebab lain dapat didorong oleh beban pembelajaran yang
padat berdasarkan kurikulum sehingga tidap punya waktu banyak untuk
melaksanakan aktivitas pemecahan masalah. Padahal aktivitas pemecahan
masalah membutuhkan waktu yang lebih banyak apalagi dalam model
pembelajaran kelompok. Ketersediaan media dan alat peraga sangat
menunjang bagi pembelajaran pemecahan masalah untuk menjembatani
kemampuan pemecahan masalah sebagai kemampuan kognitif tingkat tinggi
dengan kemampuan berpikir siswa yang masih konkrit
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S, dkk. 2010. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT. Bumi aksara.

Depdiknas. 2006. Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
Jakarta: Badan Standar Nasional Pendidikan.

Hudojo, H. 2003. Pengembangan Kurikulum dan Pengajaran Matematika.


FMIPA. Universitas Negeri Malang.

Kurniawan. 2008. Fokus Matematika Seri Persiapan Ujian Akhir SMP/MTs.


Jakarta. Erlangga.

Musser, Burger, dan Paterson. 2011. Mathematics For Elementary Teacher a


Contemporary Approach, Ninth Edition. United State of America: John
Wiley & Sons, Inc.

Orton, A. 1992. Learning Mathematics; Issue, Theory, and Classroom Practice.


Second Edition. New York: Cassel.

Sobel. 2004. Mengajar Matematika, sebuah Buku Sumber Alat Peraga, Aktivitas,
dan Strategi untuk Guru Matematika SD, SMP, SMA. Jakarta: Erlangga.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D. Bandung:


Alfabeta.

Wintarti, A, dkk. 2008. Contextual and Teaching Learning Matematika untuk


Sekolah Menengah Pertama Kelas VII edisi keempat. Jakarta: Pusat
Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional.

Anda mungkin juga menyukai