Anda di halaman 1dari 23

Nama : Devina Nur Astiza

NIM : P07223119014

Kelas :2A

Prodi : Sarjan Terapan Gizi dan Dietetika

Waktu : Jumat, 28 Mei 2021

UJIAN PRAKTIKUM APLIKASI KOMPUTER

1. Hasil input data dari aplikasi WHOAntro, screenshot, dan status gizi balita
tersebut :
a. BB/TB

Berdasarkan grafik diatas, Z-score yang diperoleh berdasarkan Berat Badan


menurut Tinggi Badan (BB/TB) ialah -1,10. Seperti yang tampak pada grafik,
titik Z-score berada diantara garis merah dan garis kuning. Sesuai yang
tercantum dalam Permenkes RI No.2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak, angka tersebut tergolong kategori status gizi kurang
dengan ambang Z-score -2 SD s/d -1 SD.
b. BB/U

Berdasarkan grafik diatas, Z-score yang diperoleh berdasarkan Berat Badan


menurut Umur (BB/U) ialah -0,83. Seperti yang tampak pada grafik, titik Z-
score berada diantara garis merah dan garis hijau. Sesuai yang tercantum
dalam Permenkes RI No.2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak,
angka tersebut tergolong kategori status gizi baik dengan ambang Z-score -2
SD s/d +2 SD.

c. TB/U

Berdasarkan grafik diatas, Z-score yang diperoleh berdasarkan Tinggi Badan


menurut Umur (TB/U) ialah -0,23. Seperti yang tampak pada grafik, titik Z-
score berada diantara garis merah dan garis hijau. Sesuai yang tercantum
dalam Permenkes RI No.2 Tahun 2020 tentang Standar Antropometri Anak,
angka tersebut tergolong kategori status gizi baik dengan ambang Z-score -2
SD s/d +2 SD.

d. IMT/U

Berdasarkan grafik diatas, Z-score yang diperoleh berdasarkan Indeks Masa


Tubuh menurut Umur (IMT/U) ialah -1,09. Seperti yang tampak pada grafik,
titik Z-score berada diantara garis merah dan garis kuning. Sesuai yang
tercantum dalam Permenkes RI No.2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak, angka tersebut tergolong kategori status gizi baik dengan
ambang Z-score -2 SD s/d -1 SD.

e. HC/U

Berdasarkan grafik diatas, Z-score yang diperoleh berdasarkan Head


Circumference menurut Umur (HC/U) ialah -0,58. Seperti yang tampak pada
grafik, titik Z-score berada diantara garis kuning dan garis hijau. Sesuai yang
tercantum dalam Permenkes RI No.2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak, angka tersebut tergolong kategori status gizi baik dengan
ambang Z-score -2 SD s/d -1 SD.

f. MUAC/U

Berdasarkan grafik diatas, Z-score yang diperoleh berdasarkan Mid Upper


Arm Circumference menurut Umur (MUAC/U) ialah -0,24. Seperti yang
tampak pada grafik, titik Z-score berada diantara garis kuning dan garis hijau.
Sesuai yang tercantum dalam Permenkes RI No.2 Tahun 2020 tentang
Standar Antropometri Anak, angka tersebut tergolong kategori status gizi
baik dengan ambang Z-score -1 SD s/d +1 SD.

g. TSF/U
Berdasarkan grafik diatas, Z-score yang diperoleh berdasarkan Triceps
Skinfold menurut Umur (TSF/U) ialah -0,59. Seperti yang tampak pada
grafik, titik Z-score berada diantara garis kuning dan garis hijau. Sesuai yang
tercantum dalam Permenkes RI No.2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak, angka tersebut tergolong kategori status gizi baik dengan
ambang Z-score -1 SD s/d +1 SD.

h. SSF/U

Berdasarkan grafik diatas, Z-score yang diperoleh berdasarkan Subscapular


Skinfold menurut Umur (SSF/U) ialah -0,69. Seperti yang tampak pada
grafik, titik Z-score berada diantara garis hijau dan garis kuning. Sesuai yang
tercantum dalam Permenkes RI No.2 Tahun 2020 tentang Standar
Antropometri Anak, angka tersebut tergolong kategori status gizi baik dengan
ambang Z-score -1 SD s/d +1 SD.
2. Entry data anak tersebut, baca status gizi melalui graph (z-score), screenshot
(show multiple points).
 Invidual Assesment

 BB/U

Berdasarkan grafik di atas data tidak dapat terbaca (Not Available) karena
usia responden lebih dari 60 bulan sehingga grafik tidak dapat dimunculkan
atau tidak tersedia. Dengan keterangan pada kunjungan pertama mendapatkan
nilai z-score 1,50, kunjungan kedua dengan nilai z-score 1,12 dan kunjungan
ketiga dengan nilai 0,16. Jadi, kategori ini termasuk berat badan normal. Jadi,
kunjungan pertama dan kedua termasuk kategori berat badan lebih dan
kunjungan ketiga termasuk kategori berat badan normal.
 TB/U

Berdasarkan grafik diatas terdapat 3 kali kunjungan. Ketiga titik indeks


berada dibawah garis median dan berwarna hijau. Kunjungan pertama nilai z-
score yaitu -1,12. Kunjungan kedua nilai z-score yaitu -1,18 dan kunjungan
ketiga nilai z-score yaitu -1,26. Dimana kategori ini termasuk normal. Karena
ambang batas z-score -2 SD sampai dengan +3 SD.

 IMT/U

Berdasarkan grafik diatas terdapat 3 kali kunjungan. Dapat dilihat bahwa


grafik turun dari diatas garis merah lalu grafik turun ke atas garis kuning.
Kunjungan pertama nilai z-score yaitu 2,59. Kunjungan kedua nilai z-score
yaitu 2,24 dan kunjungan ketiga nilai z-score yaitu 1,17. Dimana kategori ini
termasuk gizi lebih (overweight).
3. Hasil survey yang dilakukan ahli gizi sebagai berikut :
a. BB/ U
Berdasarkan gambar di atas grafik berwarna hijau merupakan standar
pertumbuhan anak (0-60 bulan) dan referensi WHO 2007 (61 bulan-19
tahun). Grafik merah merupakan grafik keseluruhan anak untuk indeks BB/U
dengan jumlah responden 5522611. Z-score dengan nilai -2,4 mendapatkan <
1 % responden, Z-score dengan nilai -2,2 mendapatkan 1 % responden, Z-
score dengan nilai -0,6 mendapatkan 19 % responden, Z-score dengan nilai
0,2 mendapatkan 37 % responden, Z-score dengan nilai 0,4 mendapatkan 36
% responden, Z-score dengan nilai 0,8 mendapatkan 31 % responden, Z-
score dengan nilai 1,2 mendapatkan 21 % responden, Z-score dengan nilai 1,4
mendapatkan 19 % responden, Z-score dengan nilai 1,6 mendapatkan 18 %
responden, Z-score dengan nilai 1,8 mendapatkan 19 % responden, Z-score
dengan nilai 2 mendapatkan 18 % responden, Z-score dengan nilai
2,2mendapatkan 17 % responden, Z-score dengan nilai 2,4 mendapatkan 15
% responden, Z-score dengan nilai 3,4 mendapatkan 3 % responden, Z-score
dengan nilai 4 mendapatkan 1 % responden, Z-score dengan nilai -5
mendapatkan < 1 % responden.

b. TB/U
Berdasarkan gambar di atas grafik berwarna hijau merupakan standar
pertumbuhan anak (0-60 bulan) dan referensi WHO 2007 (61 bulan-19
tahun). Grafik merah merupakan grafik keseluruhan anak untuk indeks TB/U
dengan jumlah responden 5522611. Z-score dengan nilai -2,2 mendapatkan 1
% responden, Z-score dengan nilai -0,6 mendapatkan 20 % responden, Z-
score dengan nilai 0,2 mendapatkan 37 % responden, Z-score dengan nilai 0,8
mendapatkan 30 % responden, Z-score dengan nilai 1,2 mendapatkan 21 %
responden, Z-score dengan nilai 1,4 mendapatkan 19 % responden, Z-score
dengan nilai 1,6 mendapatkan 18 % responden, Z-score dengan nilai 1,8
mendapatkan 19 % responden, Z-score dengan nilai 2 mendapatkan 18 %
responden, Z-score dengan nilai 2,2 mendapatkan 17 % responden, Z-score
dengan nilai 2,4 mendapatkan 15 % responden, Z-score dengan nilai 3,4
mendapatkan 3 % responden, Z-score dengan nilai 4 mendapatkan 1 %
responden, Z-score dengan nilai 5 mendapatkan <1 % responden.
c. IMT/U
Berdasarkan gambar di atas grafik berwarna hijau merupakan standar
pertumbuhan anak (0-60 bulan) dan referensi WHO 2007 (61 bulan-19
tahun). Grafik merah merupakan grafik keseluruhan anak untuk indeks
IMT/U dengan jumlah responden 16427613. Z-score dengan nilai -3,2
mendapatkan < 1 % responden, Z-score dengan nilai -1,8 mendapatkan 3 %
responden, Z-score dengan nilai 0,2 mendapatkan 29 % responden, Z-score
dengan nilai 1,8 mendapatkan 21 % responden, Z-score dengan nilai 2,4
mendapatkan 16 % responden, Z-score dengan nilai 3,6 mendapatkan 2 %
responden, Z-score dengan nilai 4 mendapatkan 1 % responden, Z-score
dengan nilai 4 mendapatkan 1 % responden.

d. Kesimpulan dari hasil survey tersebut adalah untuk BB/U sebagaian besar
responden memiliki berat badan normal sebesar 37% responden dengan nilai
Z-score 0,2. Kemudian untuk TB/U sebagaian besar responden memiliki berat
badan normal sebesar 37% responden dengan nilai Z-score 0,2. Untuk IMT/U
U sebagaian besar responden memiliki IMT normal sebesar 29 % responden
dengan nilai Z-score 0,2.

4. Hasil penelitian pada anak SD kelas 5, sampel sebanyak 42 siswa.

Descriptive Statistics
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
Jenis Kelamin 42 1.0 2.0 1.500 .5061
Usia Siswa 42 10.00 11.00 10.4762 .50549
Tinggi Badan 42 126 156 140.69 7.204
Berat Badan 42 32 55 42.23 5.490
Indeks Masa Tubuh 42 1 2 1.59 .314
Kecukupan Energi 42 1 3 2.00 .312
Kategori IMT 42 1.00 3.00 2.0000 .31235
Valid N (listwise) 42

Dari hasil penelitian pada anak SD Kelas 5 dengan sampel sebanyak 42 orang
siswa. Pada data tabel di atas, menurut jenis kelamin didapatkan data minimum
adalah 1.0 ; data maksimum adalah 2.0 ; data mean adalah 1.500 dan standar
deviation adalah 5061. Menurut usia siswa didapatkan data minimum adalah
10.00 ; data maksimum adalah 11.00 ; data mean adalah 10.4762 dan standar
deviation adalah 50549. Menurut tinggi badan didapatkan data minimum adalah
126 ; data maksimum adalah 156 ; data mean adalah 140.69 dan standar deviation
adalah 7.204. Menurut berat badan didapatkan data minimum adalah 32 ; data
maksimum adalah 55 ; data mean adalah 42.23 dan standar deviation adalah
5.490. Menurut indeks masa tubuh didapatkan data minimum adalah 1 ; data
maksimum adalah 2 ; data mean adalah 1.59 dan standar deviation adalah 314.
Menurut kecukupan energi didapatkan data minimum adalah 1 ; data maksimum
adalah 3 ; data mean adalah 2.00 dan standar deviation adalah 312. Menurut
kategori IMT didapatkan data minimum adalah 1.00 ; data maksimum adalah 3.00
; data mean adalah 2.0000 dan standar deviation adalah 31.235.

Jenis Kelamin
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Laki-laki 21 50.0 50.0 50.0
Perempuan 21 50.0 50.0 100.0
Total 42 100.0 100.0

Berdasarkan tabel menurut jenis kelamin diketahui bahwa proporsi dengan jenis
kelamin laki-laki yaitu sebanyak 21 orang (50%) setara dengan jenis kelamin
perempuan yaitu sebanyak 21 orang (50%).

Usia
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid 10.00 22 52.4 52.4 52.4
11.00 20 47.6 47.6 100.0
Total 42 100.0 100.0

Berdasarkan tabel menurut usia diketahui bahwa proporsi tertinggi usia responden
pada kelompok usia 10 tahun dengan jumlah sebanyak 22 orang (52,4%) dan
proporsi terendah berusia 11 tahun yaitu sebanyak 20 orang (47,6%).
Kecukupan Energi
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Lebih 2 4.8 4.8 4.8
Baik 38 90.5 90.5 95.2
Sedang 2 4.8 4.8 100.0
Total 42 100.0 100.0

Berdasarkan tabel dan grafik menurut kecukupan gizi dapat diketahui bahwa
proporsi tertinggi pada kelompok kecukupan energi baik adalah sebanyak 38
orang (95,2%) dan proporsi terendah pada kelompok kecukupan energi lebih dan
sedang dengan masing-masing sebanyak 2 orang (4,8%).

Kategori IMT
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Valid Normal 2 4.8 4.8 4.8
Overweight 38 90.5 90.5 95.2
Obesitas 2 4.8 4.8 100.0
Total 42 100.0 100.0
Berdasarkan tabel menurut kategori IMT gizi dapat diketahui bahwa proporsi
tertinggi pada kelompok kategori IMT overweight adalah sebanyak 38 orang
(95,2%) dan proporsi terendah pada kelompok kategori IMT normal dan obesitas
dengan masing-masing sebanyak 2 orang (4,8%).

5. Nutrisurvey

=========================================================
Analysis of the food record forTuan Badu
=========================================================
Food Amount energy carbohydr.
________________________________________________________________
Makan Pagi
kentang 150 g 139.5 kcal 32.4 g
daging ayam goreng 50 g 166.0 kcal 1.9 g
sayur sop daging cincang wortel 100 g 66.0 kcal 5.8 g

Meal analysis: energy 371.4 kcal (20 %), carbohydrate 40.0 g (17 %)

Snack Pagi
jus alpukat susu 200 g 189.8 kcal 26.0 g

Meal analysis: energy 189.8 kcal (10 %), carbohydrate 26.0 g (11 %)

Makan Siang
nasi putih 200 g 260.0 kcal 57.2 g
ikan bandeng 75 g 62.9 kcal 0.0 g
tempeh goreng 50 g 168.5 kcal 8.5 g
tumis bayam and sawi belu 75 g 70.4 kcal 0.9 g

Meal analysis: energy 561.9 kcal (30 %), carbohydrate 66.6 g (28 %)
Snack Sore
roti mocca 75 g 213.0 kcal 39.4 g

Meal analysis: energy 213.0 kcal (11 %), carbohydrate 39.4 g (16 %)

Makan Malam
nasi putih 200 g 260.0 kcal 57.2 g
daging ayam goreng 50 g 166.0 kcal 1.9 g
semur tahu 50 g 68.5 kcal 5.3 g
sayur tumis kacang panjang 50 g 55.0 kcal 3.6 g

Meal analysis: energy 549.6 kcal (29 %), carbohydrate 67.9 g (28 %)

==========================================================
Result
==========================================================
Nutrient analysed recommended percentage
content value value/day fulfillment
__________________________________________________________________
energy 1885.6 kcal 2365.2 kcal 80 %
water 0.0 g 2250.0 g 0%
protein 83.6 g(18%) 69.9 g(12 %) 120 %
fat 66.7 g(31%) 80.2 g(< 30 %) 83 %
carbohydr. 240.0 g(51%) 337.6 g(> 55 %) 71 %
dietary fiber 13.3 g 30.0 g 44 %
alcohol 0.0 g - -
PUFA 9.5 g 10.0 g 95 %
cholesterol 154.5 mg - -
Vit. A 761.7 µg 1000.0 µg 76 %
carotene 0.0 mg - -
Vit. E (eq.) 2.9 mg 13.0 mg 23 %
Vit. B1 0.8 mg 1.1 mg 75 %
Vit. B2 0.8 mg 1.3 mg 62 %
Vit. B6 1.6 mg 1.5 mg 107 %
tot. fol.acid 169.3 µg 400.0 µg 42 %
Vit. C 37.8 mg 100.0 mg 38 %
sodium 621.4 mg 2000.0 mg 31 %
potassium 2231.4 mg 3500.0 mg 64 %
calcium 234.9 mg 1000.0 mg 23 %
magnesium 267.1 mg 350.0 mg 76 %
phosphorus 986.0 mg 700.0 mg 141 %
iron 8.1 mg 10.0 mg 81 %
zinc 8.6 mg 10.0 mg 86 %
1) Dari hasil analisis diatas, kebutuhan energi Tuan Badu sebesar 2365,2 kkal.
2) Tingkat konsumsi energi Tuan Badu sebesar 1885,6 kkal. Dari hasil tingkat
konsumsi energi Tuan Badu tersebut hampir mencapai kebutuhan energi atau
rekomendasi energi Tuan Badu. Sedangkan tingkat konsumsi protein Tuan
Badu sebesar 83,6 gr. Dari hasil tingkat konsumsi protein Tuan Badu tersebut
melebihi kebutuhan protein atau rekomendasi protein Tuan Badu.
3) Hasil analisis pemenuhan kebutuhan energi Tuan Badu mendapatkan
persentase sebesar 80%. Jika menggunakan cut off dari Depkes Tahun 1996,
maka asupan energi Tuan Badu termasuk kedalam kategori Defisit Tingkat
Ringan. Kriteria Defisit Tingkat Ringan adalah 80 – 89%. Hasil analisis
pemenuhan kebutuhan protein Tuan Badu mendapatkan persentase sebesar
120%. Jika menggunakan cut off dari Depkes Tahun 1996, maka asupan
protein Tuan Badu termasuk kedalam kategori Normal. Kriteria Normal
adalah 90 – 120%. Hasil analisis pemenuhan kebutuhan karbohidart Tuan
Badu mendapatkan persentase sebesar 71%. Jika menggunakan cut off dari
Depkes Tahun 1996, maka asupan karbohidrat Tuan Badu termasuk kedalam
kategori Defisit Tingkat Sedang. Kriteria Defisit Tingkat Sedang adalah 70 –
79%. Hasil analisis pemenuhan kebutuhan lemak Tuan Badu mendapatkan
persentase sebesar 83%. Jika menggunakan cut off dari Depkes Tahun 1996,
maka asupan lemak Tuan Badu termasuk kedalam kategori Defisit Tingkat
Ringan. Kriteria Defisit Tingkat Ringan adalah 80 – 89%.
6. Hasil cetak (print out) dari hasil konseling
7. Tulisan sebanyak 1 halamam dengan tema gizi (bebas), mensitasi referensi dan
daftar pustaka.

Stunting Balita
Usia balita merupakan masa dimana proses pertumbuhan dan perkembangan
terjadi sangat pesat. Pada masa ini balita membutuhkan asupan zat gizi yang
cukup dalam jumlah dan kualitas yang lebih banyak, karena pada umumnya
aktivitas fisik yang cukup tinggi dan masih dalam perubahan belajar. Apabila
asupan gizi tidak terpenuhi maka pertumbuhan fisik dan intelektualitas balita akan
mengalami gangguan, yang akhirnya akan menyebabkan mereka menjadi generasi
yang hilang (lost generation), dan dampak yang luas negara akan kehilangan
sumber daya manusia yang berkualitas (Khoeroh & Indriyanti, 2015).
Masa balita merupakan kelompok umur yang rawan gizi dan penyakit. Anak
balita dengan kekurangan gizi dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan
dan perkembangan fisik, mental dan spiritual serta mengakibatkan rendahnya
kualitas sumber daya manusia. Status gizi merupakan indikator kesehatan yang
penting bagi balita karena anak usia di bawah lima tahun merupakan kelompok
yang rentan terhadap kesehatan dan gizi yang dampak fisiknya diukur secara
antropometri dan dikategorikan berdasarkan standar baku WHO dengan indeks
BB/U (Berat Badan/Umur), TB/U (Tinggi Badan/Umur) dan BB/TB (Berat
Badan/Tinggi Badan) (Khoeroh & Indriyanti, 2015).
Salah satu indikator status gizi adalah balita dengan keadaan tinggi badan
menurut umur (TB/U) sangat pendek hingga melampaui defisit dua standar
deviasi (SD) berdasarkan pengukuran antropometri yang dikenal dengan istilah
stunting. Stunting merupakan kondisi kronis yang menggambarkan terhambatnya
pertumbuhan karena malnutrisi jangka panjang (Maywita, 2018).
Stunting terjadi akibat dampak akumulasi dari tidak tercukupinya zat gizi,
kondisi kesehatan yang buruk dan pengasuhan yang kurang memadai (Aridiyah et
al., 2015). Pemenuhan zat gizi pada masa balita memiliki pengaruh pada tinggi
badan yang akan terlihat pada waktu yang relatif lama sehingga indeks tinggi
badan per umur (TB/U) dapat menggambarkan status gizi masa lalu dan perlu
adanya evaluasi untuk upaya perbaikan dan pencegahan (Fatimah & Wirjatmadi,
2018).
Prevalensi anak stunting di dunia mengalami penurunan antara tahun 1990
hingga 2004 yaitu sebanyak 39,6% menjadi 23,8%. Persentase ini dalam angka
mengalami penurunan dari 255 juta menjadi 159 juta balita. Asia merupakan
daerah dengan penurunan jumlah anak stunting paling besar. Penurunan
persentase balita stunting 47,6% menurun menjadi 25,1%. Sekalipun terjadi
penurunan nilai stunting yang cukup besar, namun persentase ini secara global
masih tinggi yaitu sebesar 25,1% dari jumlah keseluruhan populasi anak di dunia.
Prevalensi balita stunting sendiri pada negara berkembang paling tinggi berada
pada kelompok usia 6 – 24 bulan (Larasati et al., 2018).
Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2010 diketahui bahwa
prevalensi balita stunting di Indonesia mencapai 35,6% dengan kejadian yang
tinggi pada balita usia 24 – 36 bulan (41,4%). Prevalensi stunting tersebut lebih
tinggi dibandingkan angka prevalensi gizi kurang dan buruk (17,9%), balita kurus
(13,3%) serta balita gemuk (14%) (BPPK, 2010). Kondisi stunting pada masa
balita dapat menyebabkan gangguan perkembangan fungsi kognitif dan
psikomotor serta penurunan produktivitas ketika dewasa (Fitriahadi, 2018).
Menurut framework WHO yang diterbitkan pada tahun 2013 menyebutkan
bahwa terdapat beberapa penyebab terjadinya stunting pada balita. Penyebab yang
pertama adalah faktor ibu dan lingkungan sekitar rumah. Faktor ibu (maternal
factor) meliputi gizi yang buruk saat pra – konsepsi, kehamilan dini, kesehatan
mental ibu, kelahiran premature, IUGR (Intra Uterine Growt Restriction), jarak
kelahiran yang pendek dan hipertensi. Faktor yang kedua adalah pemberian ASI
yang kemudian dijabarkan menjadi inisiasi menyusui dini yang terlambat, ASI
non – eksklusif, dan penyapihan yang terlalu cepat (Larasati et al., 2018).
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, N. S. H., & Wirjatmadi, B. (2018). Tingkat Kecukupan Vitamin a, Seng


Dan Zat Besi Serta Frekuensi Infeksi Pada Balita Stunting Dan Non Stunting.
Media Gizi Indonesia, 13(2), 168. https://doi.org/10.20473/mgi.v13i2.168-
175
Fitriahadi, E. (2018). Hubungan tinggi badan ibu dengan kejadian stunting pada
balita usia 24 -59 bulan. Jurnal Kebidanan Dan Keperawatan Aisyiyah,
14(1), 15–24. https://doi.org/10.31101/jkk.545
Khoeroh, H., & Indriyanti, D. (2015). Evaluasi Penatalaksanaan Gizi Balita
Stunting Di Wilayah Kerja Puskesmas Sirampog. Unnes Journal of Public
Health, 4(1), 54–60.
Larasati, D. A., Nindya, T. S., & Arief, Y. S. (2018). Hubungan antara Kehamilan
Remaja dan Riwayat Pemberian ASI Dengan Kejadian Stunting pada Balita
di Wilayah Kerja Puskesmas Pujon Kabupaten Malang. Amerta Nutrition,
2(4), 392. https://doi.org/10.20473/amnt.v2i4.2018.392-401
Maywita, E. (2018). Faktor Risiko Penyebab Terjadinya Stunting Pada Balita
Umur 12-59 Bulan Di Kelurahan Kampung Baru Kec. Lubuk Begalung
Tahun 2015. Jurnal Riset Hesti Medan Akper Kesdam I/BB Medan, 3(1), 56.
https://doi.org/10.34008/jurhesti.v3i1.24

Anda mungkin juga menyukai