Anda di halaman 1dari 10

DAFTAR PUSTAKA

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................1
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................2
A. Latar Belakang..............................................................................................2
B. Rumusan Masalah.........................................................................................7
C. Tujuan Penelitian..........................................................................................8
D. Manfaat Hasil Penelitian...............................................................................8
1) Manfaat Teoritis........................................................................................8
2) Manfaat Praktis..........................................................................................8
BAB II KAJIAN PUSTAKA................................................................................10
A. Kajian Pustaka.............................................................................................10
3) Pembelajaran kooperatif..........................................................................10
4) Kearifan lokal..........................................................................................10
B. Kerangka Pikir............................................................................................10
C. Hipotesis......................................................................................................10
BAB III METODE PENELITIN..........................................................................10
A. Pendekatan dan Jenis Penelitian.................................................................10
B. Variabel dan Desin Penelitian.....................................................................10
C. Defenisi Oprasional Variabel......................................................................10
D. Lokasi dan Waktu Penelitian......................................................................10
E. Populasi dan Sampel...................................................................................10
F. Teknik dan Prosedur Pengolahan Data.......................................................10
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan pada dasarnya merupakan proses dari berkembangnya suatu

kebudayaan dalam masyarakat sehingga pendidikan tidak bisa dilepaskan dari

tradisi nilai-nilai budaya. Masyarakat di daerah memiliki kewajiban untuk

kembali kepada jati diri mereka melalui penggalian dan pemaknaan nilai-nilai

luhur budaya yang ada sebagai sumber daya kearifan lokal. Upaya ini perlu

dilakukan untuk mengambil makna subtantif kearifan lokal, di mana masyarakat

harus membuka kesadaran, kejujuaran, dan sejumlah nilai budaya luhur untuk

sosialisasikan dan dikembangkan menjadi prinsip hidup yang bermartabat

(Tisngati, 2015). Berdasarkan hal tersebut pendidikan harus menjunjung tinggi

penanaman nilai-nilai budaya sebagai nilai yang patut dikembangkan dan

dipertahankan.Kegiatan pembelajaran diharapkan mampu mengintegrasikan nilai-

nilai kearifan lokal budaya bangsa. Nilai-nilai tersebut bersifat holistik sehingga

dapat diterapkan dalam semua mata pelajaran, termasuk dalam pembelajaran

matematika.

Matematika masih dianggap sebagai mata pelajaran yang abstrak dan sulit

dipahami, padahal matematika memiliki pengaruh besar dalam kehidupan

manusia. Setiap materi matematika yang diajarkan harus dapat menunjukkan

aspek-aspek yang mengandung nilai dalam kehidupan. Nilai-nilai yang lekat

dengan kehidupan masyarakat Indonesia adalah nilai moral dan akhlak yang
dijalankan dalam kebudayaan. Oleh karena itu matematika sebaiknya diajarkan

denganca cara yang menarik, menggunakan contoh-contoh konkret dalam

kehidupan sehari-hari, dan mengandung nilai-nilai kearifan lokal.

Agar matematika dapat diimplementasikan sebagai pelajaran yang menarik

hendaknya guru matematika idealnya harus mengambil peran sebagai mediator,

yaitu tidak hanya “menyuapkan” informasi kepada siswa-siswanya, tetapi

memberikan kesempatan untuk membangun dan bertukar pikiran. Sebagai

seorang mediator, guru menempatkan ide-ide siswa ke dalam konteks pelajaran,

menghubungkan pemikiran-pemikiran yang muncul satu dengan lainnya, dan

membantu siswa memformulasikan dan merealisasikan ide-ide mereka. selain itu,

guru hakikatnya seorang pendidik yang menjadi tokoh, panutan, dan identifikasi

bagi para siswa, dan lingkunganya (Mulyana, 2013).

Terjadinya interaksi antara guru dalam hal ini sebagai pengajar dan siswa

sebagai pelajar merupakan proses belajar mengajar. Belajar adalah aktivitas

pengembangan diri melalui pengalaman, bertumpu pada kemampuan diri belajar

di bawah bimbingan pengajar. Mengajar merupakan proses dalam memberikan

pengarahan serta memberikan kemudahan dalam menemukan sesuatu berdasarkan

potensi yang dimiliki oleh siswa sejak awal (Tirtahardja, 2010). Kegiatan belajar

dan mengajar adalah tema sentral yang menjadi inti pelaksanaan pendidikan,

didalamnya terjadi interaksi antara pendidik dan anak didik (Solichin, 2016). Ada

tiga unsur pembelajaran, yakni tujuan pengajaran (instruksional), pengalaman


(proses) belajar-mengajar, dan hasil belajar. Tujuan instruksional adalah

perubahan tingkah laku yang di inginkan dalam diri siswa (Sudjana, 2011).

Berdasarkan penerapan kurikulum 2013 mengidentifikasikan bahwa

pembelajaran menekankan pada aspek pengalaman belajar yang sesuai dengan

minat dan bakat peserta didik. Karakteristik peserta didik di setiap wilayah

Indonesia berbeda satu dengan yang lainnya sehingga perlu dilakukan identifikasi

unsur budaya lokal dalam pemilihan sumber belajar. Hal ini dilakukan agar siswa

aktif dalam pembelajaran dan tercapai pengalaman belajar bermakna.

Sebagaimana disebutkan dalam kerangka kurikulum 2013 bahwa dalam

menyusun dan mengembangkan kegiatan pembelajaran harus memperhatikan

prinsip-prinsip penyusunan dan pengembangan sesuai dengan kondisi di satuan

pendidikan baik kemampuan awal peserta didik, minat, motivasi belajar, bakat,

potensi, kemampuan sosial, emosi, gaya belajar, kebutuhan khusus, kecepatan

belajar, latar belakang budaya, norma, nilai, dan/atau lingkungan peserta didik

(Kemendikbud, 2013).

Berkaitan dengan proses pembelajaran tersebut, paradigma mengajar di

Indonesia mempunyai ciri-ciri antara lain guru lebih banyak mendominasi proses

pembelajaran, pemahaman peserta didik cenderung bersifat instrumental, peserta

didik hanya diam secara fisik dan kurang konsentrasi memperhatikan apa yang

diajarkan oleh guru. Proses yang terjadi tidak selalu diarahkan untuk membentuk

manusia yang cerdas, memiliki kemampuan memecahkan masalah, serta kurang

diarahkan untuk membentuk manusia yang kreatif dan inovatif.


Dalam menyampaikan pelajaran khususnya pelajaran matematika telah

diperkenalkan berbagai metode pembelajaran, model dan strategi pembelajaran

yang dapat di jadikan rujukan dan digunakan dalam proses pembelajaran. Metode

pembelajaran merupakan cara yang digunakan oleh tenaga pendidik yang

merupakan subjek dari proses pembelajaran untuk menyampaikan bahan pelajaran

kepada peserta didik guna mencapai hasil yang telah diinginkan. Memilih metode

yang diterapkan dalam proses belajar mengajar harus disesuaikan dengan rumusan

tujuan pembelajaran (Syamsu, 2017) Strategi pembelajaran yang digunakan oleh

guru sebaiknya membuat siswa dapat berpartisipasi dalam pembelajaran yang

telah direncanakan sehingga pembelajaran dapat berjalan sesuai dengan tujuan

(Thalib, 2018).

Berdasarkan observasi awal peneliti menemukan masalah diantaranya

penerapan model pembelajaran yang kurang bervariasi. Guru yang mengajar

dengan model pembelajaran yang konvensional sehingga tidak dapat menarik

minat siswa dalam mengikuti pelajaran yang disampaikan serta dengan model

pembelajaran tersebut kurang mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran dan

karena siswa cenderung cepat bosan tentunya akan sangat berpengaruh terhadap

hasil belajar yang dicapai oleh siswa (Rustan & Bahru, 2018). Jika dilihat dari

segi hasil belajar, setelah peneliti melakukan observasi lebih dalam terkait hasil

belajar siswa SMP 4 SATAP MINASATENE menunjukkan bahwa masih

banyak siswa yang nilainya dibawah KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal). Batas

KKM mata pelajaran matematika di kelas VIII adalah 70. Presentase siswa yang
tuntas memenuhi KKM hanya 3% dari 29 siswa dan untuk 97% siswa

lainnya masih dibawah KKM yaitu 70.

Oleh karena itu diperlukan adanya penggunaan model pembelajaran

yang bervariasi guna menciptakan iklim pembelajaran yang efektif dan

menyenangkan bagi siswa. Untuk itu salah satu model pembelajaran yang dapat

diterapkan dalam proses pembelajaran matematika yaitu dengan menggunakan

model pembelajaran kooperatif (cooperative learning), belajar kooperatif

menekankan pada kerja kelompok (siswa belajar bersama dan saling membantu).

Kerja kelompok membuat siswa bersemangat untuk belajar aktif untuk saling

menampilkan diri atau berperan diantara teman-teman kelompoknya (Basri,

2014).

Salah satu model pembelajaran kooperatif yang diterapakan pada

penelitian ini adalah model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw. Model

pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw pertama kali dikembangkan oleh Aronson.

dkk di Universitas Texas. Model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw merupakan

model pembelajaran kooperatif di mana siswa belajar dalam kelompok kecil yang

terdiri dari 4-5 orang dengan memperhatikan keheterogenan, bekerjasama positif

dan setiap anggota bertanggung jawab untuk mempelajari masalah tertentu dari

materi yang diberikan dan menyampaikan materi tersebut kepada anggota

kelompok yang lain.

Berdasarkan pada konsep Freudenthal yang mengatakan bahwa

matematika merupakan aktivitas manusia sangat cocok mengaplikasikan atau


mengimplementasikan model pemebelajaran kooperatif tipe Jigsaw dimana kunci

dari model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw adalah saling kertergantungan,

yaitu setiap siswa bergantung pada anggota satu timnya untuk menyediakan

informasi yang dibutuhkan agar mengerjakan kuis dengan baik. Oleh karena itu,

implementasi pembelajaran tipe Jigsaw dalam pembelajaran di Indonesia sangat

sesuai dengan kondisi atau karakteristik bangsa indonesia.

Atas dasar hal tersebut, pemebelajaran kooperatif tipe Jigsaw perlu

dikolaborasi dengan budaya sebagai identitas pembelajaran yang akan lebih

mudah dipahami oleh siswa sekaligus sebagai usaha untuk melestarikan budaya.

Untuk itu, perlu mengintegrasikan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

berbasis kearifan lokal budaya masyarakat Indonesia.

Berdasarkan pemaparan di atas peneliti tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

dengan Unsur Kearifan Lokal Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa

Pada SMP 4 Satap Minasatene”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka peneliti dapat

merumuskan masalah utama dalam penelitian ini adalah “Apakah Penerapan

Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw dengan Unsur Kearifan Lokal Dapat

Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada SMP 4 Satap Minasatene?”


C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan dari penelitian ini

adalah untuk mengetahui Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Jigsaw

dengan Unsur Kearifan Lokal Dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada

SMP 4 Satap Minasatene.

D. Manfaat Hasil Penelitian

Setelah melakukan penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat

sebagai berikut.

1) Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan berguna bagi pengembangan ilmu

pengetahuan. Hasil penelitian ini dapat memberi sumbangan ilmiah,

terutama pembelajaran di sekolah, sehingga dapat memberikan kontribusi

dalam membuka wawasan dan wacana pemikiran tentang peningkatan

kualitas pendidikan dengan menitip beratkan pada kearifan lokal setiap

daerah.

2) Manfaat Praktis

Selain manfaat teoritis dalam penelitian ini terdapat juga manfaat

praktis, yaitu sebagai berikut :

a. Bagi Siswa:

Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan unsur

kearifan lokal dapat mengurangi rasa cemas siswa terhadap matematika,

dapat merangsang untuk lebih proaktif dalam belajar, dapat memotivasi


siswa dalam belajar dan memahami matematika serta meningkatkan

aktivitas dan kreativitas siswa sesuai nilai kearifan lokal yang tumbuh dan

berkembang pada masyarakat setiap daerah.

b. Bagi Guru:

Sebagai salah satu strategi pembelajaran bagi guru untuk memanfaatkan

model pembelajaran khususnya model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw

yang dikolaborasikan dengan kearifan lokal daerah setempat sebagai

penunjang proses pembelajaran.

c. Bagi Sekolah:

Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw dengan unsur

kearifan lokal sebagai upaya perbaikan dan pengembangan proses belajar

mengajar yang berpengaruh pada hasil belajar siswa.


BAB II
KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Pustaka
1) Pembelajaran kooperatif

3) Kearifan lokal

B. Kerangka Pikir

C. Hipotesis

BAB III
METODE PENELITIN

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian

B. Variabel dan Desin Penelitian

C. Defenisi Oprasional Variabel

D. Lokasi dan Waktu Penelitian

E. Populasi dan Sampel

F. Teknik dan Prosedur Pengolahan Data

DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai