Anda di halaman 1dari 7

BAB 13

PENERAPAN POLA LANTAI PADA GERAK TARI

1. Pola Lantai Tari Tradisional


Setiap tari tradisional terdiri atas penari yang melakukan tarian secara perorangan,
berpasangan, atau berkelompok. Kegiatan menari lebih dari satu orang apalagi berkelompok
dalam jumlah yang cukup besar membutuhkan kekompakan. Posisi dalam menari perlu
diperhatikan oleh seorang penari. Pengaturan posisi dalam menari ini disebut dengan pola
lantai. Jadi pola lantai adalah pola denah yang dilakukan oleh seorang penari dengan
memperhatikan perpindahan, pergerakan, dan pergeseran posisi saat menari dalam sebuah
ruang (space) gerak.
2. Jenis pola lantai
a. Pola Lantai Garis lurus (Vertikal)
Tari klasik banyak menggunakan pola lantai vertikal. Penari membentuk garis
vertikal, yaitu garis lurus dari depan ke belakang atau sebaliknya. Pola lantai ini
memberikan kesan sederhana, tetapi kuat.

Tari Yospan, Papua menggunakan pola lantai garis lurus (vertikal)

b. Pola Lantai Garis lurus (Horisontal)


Penari membentuk garis horisontal, yaitu garis lurus dari samping kanan dan kiri.
Pola lantai horisontal yang memberikan kesan istirahat.
Tari Saman, Aceh menggunakan pola lantai garis lurus (horizontal)

c. Pola Lantai Diagonal


Penari berbaris membentuk garis menyudut ke kanan atau ke kiri. Pola lantai
diagonal memberi kesan dinamis dan kuat.
d. Pola lantai melengkung
Penari membentuk lingkaran dengan pola lantai lengkung. Tari rakyat dan tari
tradisional banyak menggunakan pola tersebut. Pola lantai ini memberi kesan lemah dan
lembut.

Tari Kecak, Bali menggunakan pola lantai garis lengkung dan membentuk lingkaran

Tari Randai, Sumatera Barat Tari Ma’badong, Toraja Sulawesi Selatan


e. Pola lantai kombinasi garis lengkung dan lurus
Pola lantai pada tari kerakyatan ini menggunakan campuran kedua pola lantai
tersebut. Tarian yang menggunakan kombinasi kedua pola ini biasanya berhubungan dengan
hal magis atau keagamaan. Contohnya saja hampir tarian perang dari papua menggunakan
campuran kedua pola lantai tersebut. Pada tari kerakyatan dengan berpasangan seperti tari
zapin dari melayu, para penari membentuk kombinasi kedua pola lantai secara acak.

Tari Zapin dari Melayu

2. Unsur-Unsur Pendukung Tari Tradisional


a. Tata rias dan tata busana tari tradisional

Tata rias dan tata busana pada tari tradisional memiliki fungsi penting. Ada dua fungsi
tata rias dan tata busana pada tari tradisional yaitu;
1. sebagai pembentuk karak- ter atau watak;
2. sebagai pembentuk tokoh. Pembentukan karakter atau watak dan tokoh dapat dilihat
pada tata rias wajah yang digunakan dan juga busana yang dipakai. Karakter pemarah, jahat,
dan sejenisnya biasanya menggunakan tata rias warna merah yang dominan. Demikian juga
busana yang digunakan secara visual menunjukkan tokoh tersebut jahat. Tokoh raksasa pada
epos Ramayana misalnya, digambarkan dengan riasan wajah yang merah menyala dengan
bagian mulut penuh taring. Tata busana yang digunakan dengan menggunakan rambut gimbal
panjang dan menyeramkan. Karakter tokoh baik pada epos Ramayana biasanya menggunakan
riasan cantik seperti riasan pada Pregiwa sebagai istri Gatot Kaca. Tata rias dan tata busana
tampak cantik dan bersahaja. Tata rias dan busana juga dapat menunjukkan tokoh lucu.
Tokoh dan karakter dapat dijumpai juga pada tari tentang fauna seperti Tari Merak. Tata
rias pada tari Merak yang digunakan memperlihatkan seekor burung Merak yang indah. Tata
busana yang digunakan merupa kan perwujudan dengan sayap dan tutup kepala sebagai ciri
khas yang menunjukkan perwujudan burung Merak.

Tata Busana
Busana (pakaian) tari merupakan segala sandang dan perlengkapan (accessories) yang
dikenakan penari di atas panggung. Tata pakaian terdiri dari beberapa bagian :
1. Pakaian dasar, sebagai dasar sebelum mengenakan pakaian pokoknya. Misalnya,
setagen, korset, rok dalam, straples
2. Pakaian kaki, pakaian yang dikenakan pada bagian kaki. Misalnya binggel, gongseng,
kaos kaki, sepatu.
3. Pakaian tubuh, pakaian pokok yang dikenakan pemain pada bagian tubuh mulai dari
dada sampai pinggul. Misalnya kain, rok, kemeja, mekak, rompi, kace, rapek, ampok-ampok,
simbar dada, selendang, dan seterusnya.
4. Pakaian kepala, pakaian yang dikenakan pada bagian kepala. Misalnya berbagai
macam jenis tata rambut (hairdo) dan riasan bentuk rambut (gelung tekuk, gelung konde,
gelung keong, gelung bokor, dan sejenisnya).
5. Perlengkapan/accessories, adalah perlengkapan yang melengkapi ke empat pakaian
tersebut di atas untuk memberikan efek dekoratif, pada karakter yang dibawakan. Misalnya
perhiasan gelang, kalung, ikat pinggang, kamus timang/slepe ceplok, deker (gelang tangan),
kaos tangan, bara samir, dan sejenisnya.

b. Property tari tradisional


properti merupakan unsur pendukung pertunjukan karya seni tari. Properti digunakan
sebagai alat yang digunakan oleh penari tetapi properti dapat pula digunakan sebagai nama
dari tarian tersebut. Contoh tari Payung menggunakan payung, tari Piring menggunakan
piring. Kedua tarian ini berasal dari Sumatera Barat. Tari Lawung dari keraton Yogyakarta
menggunakan lawung tombak sebagai properti tarinya. Ada juga tari tidak menggunakan
properti Contoh tari Pakarena mengguna kan Kipas, tari Merak menggunakan selendang, tari
Serimpi dari Yogyakarta atau Surakarta ada yang menggunakan kipas, keris. Tari Tani
menggunakan tudung kepala dan hampir semua jenis tarian perang menggunakan tameng dan
senjata perang lain seperti keris. Ada juga tarian yang mengguna kan properti kukusan yaitu
tempat untuk membuat tupeng terbuat dari anyaman bambu yang digunakan sebagai
kurungan dalam tari Lengger gaya Banyumasan.

Gerak tari piring menggunakan properti piring

Gerak tari serimpi menggunakan properti keris

Gerak tari pakarena menggunakan properti kipas


c. Tata iringan tari tradisional
Unsur pendukung karya seni tari selanjutnya yaitu iringan tari atau musik pengiring
tari tradisional. Musik sebagai iringan tari dapat dibedakan menjadi dua jenis yaitu iringan
internal dan eksternal. Iringan internal memiliki arti iringan tersebut dilakukan sekaligus oleh
penari. Sedangkan iringan eksternal memiliki arti iringan yang berasal dari luar penari.
Iringan ini dapat berupa iringan dengan menggunakan alat musik yang dimainkan atau
pemusik atau yang berasal dari tape recoder. Musik iringan tari memiliki fungsi antara lain: 1
sebagai iringan gerakan; 2 ilustrasi; 3 membangun suasana. Contoh iringan internal banyak
dijumpai pada tari daerah papua, penari membunyikan alat musik yakni tifa sebagai iringan
gerakan.

Iringan musik eksternal orkes melayu dengan ciri khas alat musik arkodion

Anda mungkin juga menyukai