KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/TanggalUjian/PresentasiKasus:……………..
SMF PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT : RSUD TARAKAN
IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. R Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir: 16 Agustus 1970 Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Thalib II Dalam No 10
ANAMNESIS:
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal: 7 Desember 2018 Jam: 10.00
Keluhan Utama:
Sesak napas sejak 1 bulan SMRS.
Keluhan Tambahan:
Batuk, demam.
2
Ada demam, sejak dua minggu terakhir, terus menerus dan berkurang bila minum obat
penurun demam (paracetamol), menggigil ada dan berkeringat banyak terutama pada malam
hari. Nyeri kepala tidak ada, pusing tidak ada, nyeri menelan tidak ada, Mual tidak ada, muntah
tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada, nyeri perut tidak ada. Nafsu makan menurun, ada penurunan
berat badan sekitar 10 kg dalam 2 bulan terakhir tanpa penyebab yang jelas. BAB dan BAK
dalam batas normal.
Riwayat penyakit sebelumnya: riwayat kontak dengan penderita batuk lama tidak jelas,
riwayat OAT sebelumnya tidak ada, riwayat malaria tidak ada, riwayat DM tidak ada, riwayat
merokok tidak ada, riwayat kontak dengan perokok ada.
Penyakit Dahulu
(-)Cacar (- ) Malaria (-) Batu ginjal/Sal.kemih
( - ) Cacar Air (-) Disentri (- ) Burut (Hemia)
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Penyakit Prostat
(-) Batuk Rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
(-) Campak (-) Skrofula ( - ) Diabetes
( - )Influenza (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
(-) Korea (-) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh
(-)Demam Rematik Akut (-) Ulkus Ventrikuli (- ) Pendarahan Otak
(-) Pneumonia (-) Ulkus Duodeni (- ) Psikosis
(-) Pleuritis ( - ) Gastritis (- ) Neurosis
(-) Tuberkulosis (- ) Batu Empedu lain-lain: (-) Operasi
( - )Kecelakaan
Riwayat Keluarga:
3
Adakah kerabat yang menderita:
ANAMNESIS SISTEM
Kulit
( - ) Bisul ( - ) Rambut ( - ) Keringat malam
( - ) Kuku ( - ) Kuning/Ikterus ( - ) Sianosis
( - ) Lain-lain
Kepala
( - ) Trauma ( - ) Sakit kepala
( - ) Sinkop ( - ) Nyeri pada sinus
Mata
( - ) Nyeri ( - ) Radang
( - ) Sekret ( - ) Gangguan penglihatan
( - ) Kuning/ikterus ( - ) Ketajaman penglihatan
Telinga
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan pendengaran
( - ) Sekret ( - ) Kehilangan pendengaran
( - ) Tinitus
Hidung
( - ) Trauma ( - ) Tersumbat
4
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan penciuman
( - ) Sekret ( - ) Pilek
( - ) Epistaksis
Mulut
( - ) Bibir (kering) ( - ) Lidah
( - ) Gusi ( - ) Gangguan pengecap
( - ) Selaput ( - ) Stomatitis
Tenggorokan
( - ) Nyeri tenggorakan ( - ) Perubahan suara
Leher
( - ) Benjolan ( - ) Nyeri leher
5
( - ) Leukore ( - ) Perdarahan
Haid
( -) Haid terakhir teratur ( - ) Jumlah dan lamanya
( - ) Gangguan haid ( - ) Nyeri
( - ) Hematuria ( - ) Pasca menopause
( - ) Menarche ( - ) Gejala klimakterum
Saraf dan Otot
( - ) Anestesi ( - ) Sukar mengingat
( - ) Parestesi ( - ) Ataksia
( - ) Otot lemah ( - ) Hipo / hiper – esthesi
( - ) Kejang ( - ) Pingsan
( - ) Afasia ( - ) Kedutan (“Tick”)
( - ) Amnesia ( - ) Pusing (vertigo)
( - ) Lain-lain ( - ) Gangguan bicara (Disartri)
Ekstremitas
( -) Bengkak ( - ) Deformitas ( - ) Nyeri sendi ( - ) Sianosis
RIWAYAT HIDUP
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir : ( ) Di rumah ( √ ) Rumah bersalin ( ) RS Bersalin
Ditolong oleh : ( ) Dokter (√) Bidan ( ) Dukun
Riwayat Imunisasi
( + ) Hepatitis ( + ) BCG( + ) Campak( + ) DPT( + ) Polio(+)Tetanus
Riwayat Makanan
Frekuensi/Hari : 2-3 kali/hari
Variasi/Hari : bervariasi
Jumlah/Hari : Porsi kecil
Nafsu makan :menurun
Pendidikan
( ) SD ( )SLTP (√ ) SLTA ( ) Sekolah kejuruan
( ) Akademi ( ) Universitas ( ) Kursus ( ) Tidak sekolah
Kesulitan
Keuangan : Ada, pengguna BPJS
6
Keluarga : Tidak ada
Pekerjaan : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada
PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan umum
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 40 kg
IMT : 17.7
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi :89x/menit
Suhu : 36.7oC
Pernapasan (frekuensi & tipe) : 24x/menit, thorakoabdominal
Keadaan gizi : normal
Kesadaran : Compos Mentis
Sianosis : Tidak ada
Udema umum : Tidak ada
Habitus : astenikus
Cara berjalan : simetris
Mobilisasi (aktif/pasif) : Aktif
Umur menurut perkiraan pemeriksa : sesuai usia
Aspek kejiwaan
Tingkah laku : Wajar
Alam perasaan: Biasa
Proses pikir : Wajar
Kulit
7
Warna : sawo matang Pembuluh darah temporal :
Jaringan parut : Tidak ada Normal
Pigmentasi : Tidak ada
Mata
Pertumbuhan rambut : Merata
Exopthalmus : Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak tampak
Enopthalmus :
pelebaran
Tidak ada
Suhu raba : Hangat
Kelopak : Normal
Lembab/kering : Normal
Lensa :
Keringat : Umum
Jernih
Turgor : Baik
Konjungtiva : Tidak anemis
Ikterus : Tidak ada
Visus :
Lapisan lemak : Merata
Normal
Edema : Tidak Ada
Sklera : Tidak ikterik
Lain-lain : Tidak ada
Gerakan mata :
Normal
Kelenjar getah bening
Lapangan penglihatan : Normal
Submandibula : Tidak teraba
Tekanan bola mata :
membesar
Normal
Supraklavikula : Tidak teraba
Nistagmus : Tidak
membesar
ada
Lipat paha : Tidak teraba
membesar Telinga
Leher : Tidak teraba Tuli : Tidak tuli
membesar Selaput pendengaran : Utuh,
Ketiak : Tidak teraba intak
membesar Lubang : Lapang
Kepala Penyumbatan : Tidak
Ekpresi wajah : ada
Tenang Serumen : Tidak ada
Rambut : Perdarahan : Tidak
Merata, hitam ada
Simetri muka : Cairan : Tidak ada
Simetri
Mulut
8
Bibir : Lembab
Kiri Simetris saat statis dan dinamis
Langit langit : Tidak ada
kelainan
· Gerakan dinding dada simetri
Gigi geligi : Utuh
Kanan · Taktil fremitus normal
Faring : Tidak
· Nyeri tekan (-)
hiperemis
Palpasi
Lidah : Tidak kotor
· Gerakan dinding dada simetri
Tonsil : T1-T1
Kiri · Taktil fremitus normal
Bau pernapasan : Tidak ada
· Nyeri tekan (-)
Trismus : Tidak ada
Selaput lendir : Normal Kanan Sonor di seluruh lapang paru
Perkusi
Kiri Sonor di seluruh lapang paru
Leher
· Suara vesikuler
Tekanan vena jugularis (JVP) : Kanan
· Ronki (+), wheezing (-)
5+2 cmH2O Auskultasi
Kelenjar Tiroid : · Suara vesikuler
Kiri
Tidak teraba membesar · Ronki (+), wheezing (-)
Kelenjar limfe :
Tidak teraba membesar
Jantung
9
Arteri Poplitea : shifting dullness
Pulsasi teraba (-)
Arteri Tibialis Posterior : Auskultasi : Bising usus
Pulsasi teraba normoperistaltik
Arteri Dorsalis Pedis : Refleks dinding perut : normal
Pulsasi teraba
Anggota gerak
Perut Lengan Kanan
Inspeksi :warna kulit Kiri
sawo matang, Otot : tidak
bentuk atrofi tidak
membuncit, atrofi
tidak ada Tonus :
benjolan, tidak normotonus
ada bekas luka, normotonuss
tidak ada asites. Massa : tidak
Palpasi ada tidak
Dinding perut : Supel, tidak ada
terdapat nyeri tekan Sendi :
Hati : Tidak teraba, pergerakan baik
tidak terdapat pergerakan baik
nyeri tekan Gerakan : baik
Limpa : Tidak teraba, baik
tidak terdapat Kekuatan : +++++
nyeri tekan +++++
Ginjal : Tidak teraba, Edema : ada
ballotement (-), ada
nyeri ketok Petechie : tidak ada
CVA(-) tidak ada
Kandung empedu : Tidak terdapat Rumple Leede : negatif
nyeri tekan, murphy negatif
sign (-)
Perkusi : Timpani pada
abdomen,
10
Tungkai dan Kaki Kanan Kiri
Luka : tidak ada tidak ada
Varises : tidak ada tidak ada
Otot : normotrofi normotrofi
Tonus : normotonus normotonus
Massa : tidak ada tidak ada
Sendi : tidak nyeri tidak nyeri
Gerakan : aktif aktif
Kekuatan : +++++ +++++
Edema : ada ada
Petechie : tidak ada tidak ada
Refleks
Kanan Kiri
Refleks Tendon Positif Positif
Bisep Positif Positif
Trisep Positif Positif
Patela Positif Positif
Achiles Positif Positif
Refleks Patologis Negatif Negatif
12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 06 Januari 2019
Hematologi
Hemoglobin : 12,4 g/dL
Hematokrit : 35.8 %
Eritrosit : 4,39 juta/uL
Leukosit : 8.200/uL
Trombosit : 274000/uL
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium : 138 mEq/L
Kalium : 3.5 mEq/L
Klorida : 105 mEq/L
Fungsi Ginjal
Ureum :10 mg/dL
Kreatinin :0.6 mg/dL
Asam Urat : 3.2 mg/Dl
GDS : 123 mg/dL
Fungsi Liver
AST : 19 U/L
ALT : 12 U/L
Rontgen Thorax PA
Rontgen thorax : tampak infiltrat di kedua lapang paru
13
RINGKASAN
Seorang perempuan umur 49 tahun masuk RSUD Tarakan pada tanggal 06 Januari 2019
dengan keluhan utama sesak dialami sejak 3 minggu yang lalu, sesak dirasakan kadang-kadang,
tidak mengganggu aktivitas namun memberat beberapa hari terakhir dan mengganggu aktivitas
pasien, pasien juga mengeluh batuk sudah 1 bulan terakhir, dan memberat dalam 3 minggu
terakhir, ada lendir (+). Riwayat demam (+) 2 minggu terakhir terus-menerus, menggigil dan
berkeringat malam hari, anoreksia, penurunan BB (+) 10 kg dalam 2 bulan terakhir. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan sakit sedang, gizi kurang, composmentis, suhu 380C. anemia (+).
Pada pemeriksaan thorax didapatkan rhonki pada paru dextra dan sinistra. Hasil pemeriksaan
laboratorium dalam batas normal. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang
maka pasien ini didiagnosis sebagai TB paru kategori 1.
RENCANA PENGELOLAAN
Medikamentosa
- Rifampicin tab 450 mg
- Isoniazid tab 300 mg
- Pyrazinamid tab 500 mg
- Ethambutol tab 500 mg
- Acetylsistein tab 200 mg
- Paracetamol tab 500 mg
14
Non-medikamentosa
- Tirah-baring
PROGNOSIS
a. Ad vitam : dubia ad Bonam
b. Ad functionam : dubia ad Bonam
c. Ad sanationam : dubia ad Bonam
BAB II
PEBAHASAN
TUBERKULOSIS PARU
DEFINISI
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia
yang disebaban oleh M. tuberculosis. Tuberkulosis paru mencangkup 80% dari keseluruhan
kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberkulosis
ekstrapulmonar. Diperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia pernah terinfeksi kuman
M.tuberculosis.(1,2,3)
EPIDEMIOLOGI
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang sejarahnya dapat dilacak sampai
ribuan tahun sebelum masehi. Sejak zaman purba, penyakit ini dikenal sebagai penyebab
kematian yang menakutkan. Sampai pada saat Robert Koch menemukan penyebabnya, penyakit
ini masih termasuk penyakit yang mematikan. Istilah saat itu untuk penyakit yang mematikan ini
adalah consumption. (1,2,3)
Di Indonesia, TB paru menduduki urutan ke-4 untuk angka kesakitan sedangkan sebagai
penyebab kematian menduduki urutan ke-5. TB menyerang sebagian besar kelompok usia
produktif dari kelompok sosioekonomi lemah. Walau upaya memberantas TB telah dilakukan,
tetapi angka insiden maupun prevalensi TB paru di Indonesia tidak pernah turun. Dengan
bertambahnya penduduk, bertambah pula jumlah penderita TB paru. Dengan meningkatnya
HIV/AIDS di Indonesia, penderita TB akan meningkat pula.( 1,2,3)
15
Karena diperkirakan seperempat penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis,
pada tahun 1993 WHO merencanakan tuberkulosis sebagai kedaruratan global. (1,2,3)
PATOGENESIS
A. Tuberkulosis Primer
Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru
sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek
primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan
sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah
bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis
regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
nasib sebagai berikut : (3,4)
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum) (3,4)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus) (3,4)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya Salah satu contoh adalah epituberkulosis,
yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh
kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas
bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar
sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan
peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai
epituberkulosis. (3,4)
c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya
tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh
secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini
akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis
tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan
tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia
dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan : (3,4)
16
· Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada
anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau
· Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang pneumoni ini akan
mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan di atas
· Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali,
mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
· Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh
dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai
kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
A. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura. (5)
17
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak (BTA)
TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:
· Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif
· Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak menunjukkan BTA positif dan biakan
positif(5)
c. Kasus defaulted atau drop out Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan
dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai. (5)
18
c. Kasus gagal Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir
pengobatan.
d. Kasus kronik Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.
· Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan
gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung
· Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan
OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi
C. Tuberkulosis Ekstraparu
Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-
lain. (5)
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari tempat lesi.
Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti
klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.(5)
DIAGNOSA
A. Gejala klinik
Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala
sistemik, bila organ yang terkena adalah paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala
lokal sesuai organ yang terlibat) (1-6)
1. Gejala respiratorik
· batuk darah dapat terjadi akibat banyak hal yaitu: tuberculosis, brokkiektasis, abses paru,
Ca paru, dan bronchitis kronik. Namun diantara banyak penyebab, yang paling sering
adalah tuberculosis. Adanya infeksi pada paru dapat menyebabkan nekrosis pada
19
parenkim paru yang akan menimbulkan proses perkejuan. Apabila dibatukkan, bahan cair
dari perkejuan tersebut akan keluar dan meninggalkan lubang yang disebut kavitas.
Kavitas ini lama-lama akan menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah
besar dan terjadilah sklerotik. Jika terjadi peradangan arteri di dinding kavarne akan
mengakibatkan pecahnya vasa darah. Jika vasa darah pecah maka darah akan dibatukkan
keluar dan terjadilah hemoptisis. (1-6)
· sesak napas
· nyeri dada
Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang
cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check
up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada
gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar. (1-6)
2. Gejala sistemik
· Demam merupakan salah satu tanda inflamasi. Demam pada penyakit tuberculosis
biasanya hilang timbul, biasanya muncul pada sore hari. Mekanisme demam sendiri yaitu
mikroorganisme yang masuk ke dalam jaringan atau darah akan difagositosis oleh
leukosit darah, makrofag, dan sel mast. Setelah memfagositosis, sel ini akan
mengeluarkan IL-1 ke dalam cairan tubuh disebut sebagai pirogen endogen. IL-1
menginduksi pembentukan prostaglandin akan menstimulus hipotalamus sebagai pusat
termoregulator untuk meningkatkan temperatur tubuh dan terjadi demam atau panas. (1-6)
· gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan
menurun(1-6)
o Keringat malam ini kemungkinan disebabkan oleh karena kuman yang
menginfeksi penderita, misalnya kuman Mycobacterium Tuberculosis,
mengadakan metabolisme seperti pembelahan didalam tubuh penderita sehingga
terjadilah manifestasi keringat. Sebenarnya, keringat yang disebut disini tidak
hanya terjadi pada malam hari saja tetapi juga terjadi setiap saat. Namun, pada
pagi dan siang hari umumnya penderita melakukan aktivitas fisik jadi keringat
akibat metabolisme kuman tersebut menjadi samar.
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu
20
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar
getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis, sementara pada
pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang
rongga pleuranya terdapat cairan. (1-6)
B. Pemeriksaan Jasmani
Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang
terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru.
Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan
kelainan. Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks
dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6). Pada pemeriksaan
jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. (1-6)
Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan
di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah
sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.
B. Pemeriksaan Bakteriologik
1. Bahan pemeriksasan
21
· Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3 hari berturut-
turut. (6)
Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam
kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identiti
pasien yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium. Bila lokasi
fasiliti laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen dahak
dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos. (6)
· Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian tengahnya
Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari kertas
saring sebanyak + 1 ml.
· Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yang
tidak mengandung bahan dahak.
· Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal
di dalam dus Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam
kantong plastik kecil.
· Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi
kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi.
· Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak
Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium
Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar /BAL, urin,
fases dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara. (6)
22
a. Mikroskopik(6)
· Biakan
Pemeriksaan mikroskopik:
o Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan
23
uji niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide serta melihat pigmen
yang timbul.
D. Pemeriksaan Radiologik
Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral,
top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi
gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). (6)
o Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah.
o Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
Bayangan bercak milier.
o Fibrotik
o Kalsifikasi
Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya
secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis,
ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit
hanya perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses penyakit.
(6)
Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan
sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif) :
o Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak
lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari
iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra
torakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti
24
o Lesi luas: Bila proses lebih luas dari lesi minimal.
E. Pemeriksaan khusus
Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam
perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi kuman
tuberkulosis secara lebih cepat. (6,7)
o Pemeriksaan BACTEC
25
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respons humoral
berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini
antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama. (6,7)
· ICT
· Mycodot
Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini
menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat
yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum
pasien, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam
jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan
warna pada sisir dan dapat dideteksi dengan mudah. (6,7)
Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi.
Dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus
hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi.
(6,7)
Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi antibodi
IgG dengan antigen spesifik untuk Mycobacterium tuberculosis. Uji IgG berdasarkan
antigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan 16 kDa dan kombinasi lainnya
26
akan menberikan tingkat sensitiviti dan spesifisiti yang dapat diterima untuk
diagnosis. Di luar negeri, metode imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk
mendiagnosis TB ekstraparu, tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis TB pada
anak(6,7).
Saat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai pegangan untuk
diagnosis. (6,7)
Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan
pada pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil
analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan
cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan
glukosa rendah. (6,7)
o Pemeriksaan histopatologi jaringan
Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk
tuberkulosis. Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai
indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju
27
endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang
spesifik. (7,8)
o Uji tuberkulin
PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan. Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.(9)
· INH
28
· Rifampisin
· Pirazinamid
· Streptomisin
· Etambutol
· Kanamisin
· Amikasin
· Kuinolon
· Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavulanat.
· Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain : (9)
o Kapreomisin
o Sikloserino
B. DOSIS OBAT
29
(15-20) (20-35)
Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk
menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant tuberculosis).
Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama WHO.
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarakan
untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB
primer pada tahun 1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap berdasarkan WHO
seperti terlihat pada tabel 3. Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain: (9)
c. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang benar dan standar
e. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan penggunaan
monoterapi
2 BULAN 4 BULAN
30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5
30
Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis yang telah
ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih termasuk dalam batas dosis
terapi dan non toksik. (9)
Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek samping
serius harus dirujuk ke rumah sakit / dokter spesialis paru / fasiliti yang mampu menanganinya.
(9)
31
KOMPLIKASI
Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan
atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.
· Batuk darah
· Pneumotoraks
· Gagal napas
· Gagal jantung
· Efusi pleura
DAFTAR PUSTAKA
1. Alsagaff H. Mukty HA, Infeksi tuberculosis paru dalam: Dasar-dasar ilmu penyakit paru,
Surabaya: Airlangga University Press, 2006: 73-109.
2. Amin Z. Bahar A, Tuberkulosis paru dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
IV, Jakarta, 2007: 988-93.
3. Price SA. Standridge MP, Tuberkulosis Paru dalam: Patofisiologi Edisi VI, Jakarta : EGC,
2006: 852-62.
4. Djojodibroto Darmanto, Tuberkulosis paru dalam: Respirologi respiratory medicine,
Jakarta: EGC, 2007: 151-68.
5. WHO Tuberculosis Fact Sheet no. 104., Available at: http//www.who.Tuberculosis.htm.
Accesed on March 3, 2004.
6. Soeroso Luhur, Tuberkulosis primer dengan infeksi sekunder dalam: Mutiara paru atlas
radiologi dan ilustrasi kasus, Jakarta: EGC, 2005: 48-9.
7. Setyanto DB, Tuberkulosis pada anak dalam: Manajemen kasus respirtorik anak dalam
praktek sehari-hari, Jakarta, Yapnas sddhaprana, 2007: 61-81.
32
8. Mansjoer A. Triyanti K. et all, Pulmonologi tuberculosis paru dalam: Kapita selekta
kedokteran, Jilid I Edisi 3, Jakarta, Media Aesculapius, 2001: 472-6.
9. Treatment of Tuberculosis. Guidelines for National Programmes 3 rd ed. WHO – Geneva,
2003.
33