Anda di halaman 1dari 31

FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA

(UNIVERSITAS KRISTEN KRIDA WACANA)


JL.TerusanArjuna No.6 KebonJeruk – Jakarta Barat

KEPANITERAAN KLINIK
STATUS ILMU PENYAKIT DALAM
FAKULTAS KEDOKTERAN UKRIDA
Hari/TanggalUjian/PresentasiKasus:……………..
SMF PENYAKIT DALAM
RUMAH SAKIT : RSUD TARAKAN

IDENTITAS PASIEN
Nama lengkap : Ny. R Jenis kelamin : Perempuan
Tempat/Tanggal Lahir: 16 Agustus 1970 Suku bangsa : Jawa
Status perkawinan : Menikah Agama : Islam
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Pendidikan : SMA
Alamat : Jl. Thalib II Dalam No 10

ANAMNESIS:
Diambil dari : Autoanamnesis Tanggal: 7 Desember 2018 Jam: 10.00

Keluhan Utama:
Sesak napas sejak 1 bulan SMRS.

Keluhan Tambahan:
Batuk, demam.

Riwayat Penyakit Sekarang:


Pasien perempuan usia 49 tahun datang dengan keluhan sesak nafas yang dialami sejak 1
bulan SMRS, awalnya pasien merasa kadang-kadang sesak dan tidak mengganggu aktivitas,
tapi berapa hari terakhir semakin sesak dan mengganggu aktivitas sehari-hari, pasien masih
bisa tidur dengan menggunakan satu bantal, memberat saat pasien batuk dan melakukan
aktivitas, batuk dialami 1 bulan sebelum masuk rumah sakit, memberat dalam 3 minggu ini,
ada lendir berwarna kuning kehijauan, tidak ada darah, nyeri dada ada bila batuk sangat keras
saja.

2
Ada demam, sejak dua minggu terakhir, terus menerus dan berkurang bila minum obat
penurun demam (paracetamol), menggigil ada dan berkeringat banyak terutama pada malam
hari. Nyeri kepala tidak ada, pusing tidak ada, nyeri menelan tidak ada, Mual tidak ada, muntah
tidak ada, nyeri ulu hati tidak ada, nyeri perut tidak ada. Nafsu makan menurun, ada penurunan
berat badan sekitar 10 kg dalam 2 bulan terakhir tanpa penyebab yang jelas. BAB dan BAK
dalam batas normal.
Riwayat penyakit sebelumnya: riwayat kontak dengan penderita batuk lama tidak jelas,
riwayat OAT sebelumnya tidak ada, riwayat malaria tidak ada, riwayat DM tidak ada, riwayat
merokok tidak ada, riwayat kontak dengan perokok ada.

Penyakit Dahulu
(-)Cacar (- ) Malaria (-) Batu ginjal/Sal.kemih
( - ) Cacar Air (-) Disentri (- ) Burut (Hemia)
(-) Difteri (-) Hepatitis (-) Penyakit Prostat
(-) Batuk Rejan (-) Tifus Abdominalis (-) Wasir
(-) Campak (-) Skrofula ( - ) Diabetes
( - )Influenza (-) Sifilis (-) Alergi
(-) Tonsilitis (-) Gonore (-) Tumor
(-) Korea (-) Hipertensi (-) Penyakit Pembuluh
(-)Demam Rematik Akut (-) Ulkus Ventrikuli (- ) Pendarahan Otak
(-) Pneumonia (-) Ulkus Duodeni (- ) Psikosis
(-) Pleuritis ( - ) Gastritis (- ) Neurosis
(-) Tuberkulosis (- ) Batu Empedu lain-lain: (-) Operasi
( - )Kecelakaan
Riwayat Keluarga:

Hubungan Umur Jenis Kelamin Keadaan Kesehatan Penyebab Meninggal


Kakek - Laki-laki Meninggal -
Nenek - Perempuan Meninggal -
Ayah - Laki-laki Meninggal -
Ibu 72 tahun Perempuan Meninggal -
50 tahun Perempuan Sehat -
Saudara
47 tahun Perempuan Sehat -
Anak 23 tahun Laki-laki Sehat -

3
Adakah kerabat yang menderita:

Penyakit Ya Tidak Hubungan


Alergi √
Asma √
Tuberkulosis √
Arthritis √
Rematisme √
Hipertensi √
Jantung √ Ayah
Ginjal √
Lambung √

ANAMNESIS SISTEM
Kulit
( - ) Bisul ( - ) Rambut ( - ) Keringat malam
( - ) Kuku ( - ) Kuning/Ikterus ( - ) Sianosis
( - ) Lain-lain
Kepala
( - ) Trauma ( - ) Sakit kepala
( - ) Sinkop ( - ) Nyeri pada sinus
Mata
( - ) Nyeri ( - ) Radang
( - ) Sekret ( - ) Gangguan penglihatan
( - ) Kuning/ikterus ( - ) Ketajaman penglihatan
Telinga
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan pendengaran
( - ) Sekret ( - ) Kehilangan pendengaran
( - ) Tinitus
Hidung
( - ) Trauma ( - ) Tersumbat

4
( - ) Nyeri ( - ) Gangguan penciuman
( - ) Sekret ( - ) Pilek
( - ) Epistaksis

Mulut
( - ) Bibir (kering) ( - ) Lidah
( - ) Gusi ( - ) Gangguan pengecap
( - ) Selaput ( - ) Stomatitis
Tenggorokan
( - ) Nyeri tenggorakan ( - ) Perubahan suara
Leher
( - ) Benjolan ( - ) Nyeri leher

Thorax (Jantung & Paru-paru)


( - ) Nyeri dada ( + ) Sesak napas
( - ) Berdebar-debar ( - ) Batuk berdarah
( - ) Ortopnoe ( - ) Batuk
Abdomen (Lambung/Usus)
( -) Rasa kembung ( - ) Wasir
( -) Mual ( -) Mencret
( - ) Muntah ( - ) Tinja darah
( - ) Muntah darah ( - ) Tinja berwarna dempul
( - ) Sukar menelan ( - ) Tinja berwarna ter
(-) Nyeri perut, kolik ( - ) Benjolan
( -) Perut membesar
Saluran kemih/ Alat kelamin
( - ) Disuria ( - ) Kencing nanah
( - ) Stranguria ( - ) Kolik
( -) Poliuria ( -) Oliguria
( -) Polakisuria ( - ) Anuria
( - ) Hematuria ( - ) Retensi urin
( - ) Kencing batu ( - ) Kencing menetes
( - ) Ngompol (tidak disadari) ( - ) Penyakit Prostat
Katamenia

5
( - ) Leukore ( - ) Perdarahan
Haid
( -) Haid terakhir teratur ( - ) Jumlah dan lamanya
( - ) Gangguan haid ( - ) Nyeri
( - ) Hematuria ( - ) Pasca menopause
( - ) Menarche ( - ) Gejala klimakterum
Saraf dan Otot
( - ) Anestesi ( - ) Sukar mengingat
( - ) Parestesi ( - ) Ataksia
( - ) Otot lemah ( - ) Hipo / hiper – esthesi
( - ) Kejang ( - ) Pingsan
( - ) Afasia ( - ) Kedutan (“Tick”)
( - ) Amnesia ( - ) Pusing (vertigo)
( - ) Lain-lain ( - ) Gangguan bicara (Disartri)
Ekstremitas
( -) Bengkak ( - ) Deformitas ( - ) Nyeri sendi ( - ) Sianosis

RIWAYAT HIDUP
Riwayat Kelahiran
Tempat lahir : ( ) Di rumah ( √ ) Rumah bersalin ( ) RS Bersalin
Ditolong oleh : ( ) Dokter (√) Bidan ( ) Dukun
Riwayat Imunisasi
( + ) Hepatitis ( + ) BCG( + ) Campak( + ) DPT( + ) Polio(+)Tetanus
Riwayat Makanan
Frekuensi/Hari : 2-3 kali/hari
Variasi/Hari : bervariasi
Jumlah/Hari : Porsi kecil
Nafsu makan :menurun
Pendidikan
( ) SD ( )SLTP (√ ) SLTA ( ) Sekolah kejuruan
( ) Akademi ( ) Universitas ( ) Kursus ( ) Tidak sekolah
Kesulitan
Keuangan : Ada, pengguna BPJS

6
Keluarga : Tidak ada
Pekerjaan : Tidak ada
Lain-lain : Tidak ada

PEMERIKSAAN JASMANI
Pemeriksaan umum
Tinggi badan : 150 cm
Berat badan : 40 kg
IMT : 17.7
Tekanan darah : 120/70 mmHg
Nadi :89x/menit
Suhu : 36.7oC
Pernapasan (frekuensi & tipe) : 24x/menit, thorakoabdominal
Keadaan gizi : normal
Kesadaran : Compos Mentis
Sianosis : Tidak ada
Udema umum : Tidak ada
Habitus : astenikus
Cara berjalan : simetris
Mobilisasi (aktif/pasif) : Aktif
Umur menurut perkiraan pemeriksa : sesuai usia
Aspek kejiwaan
Tingkah laku : Wajar
Alam perasaan: Biasa
Proses pikir : Wajar
Kulit

7
Warna : sawo matang Pembuluh darah temporal :
Jaringan parut : Tidak ada Normal
Pigmentasi : Tidak ada
Mata
Pertumbuhan rambut : Merata
Exopthalmus : Tidak ada
Pembuluh darah : Tidak tampak
Enopthalmus :
pelebaran
Tidak ada
Suhu raba : Hangat
Kelopak : Normal
Lembab/kering : Normal
Lensa :
Keringat : Umum
Jernih
Turgor : Baik
Konjungtiva : Tidak anemis
Ikterus : Tidak ada
Visus :
Lapisan lemak : Merata
Normal
Edema : Tidak Ada
Sklera : Tidak ikterik
Lain-lain : Tidak ada
Gerakan mata :
Normal
Kelenjar getah bening
Lapangan penglihatan : Normal
Submandibula : Tidak teraba
Tekanan bola mata :
membesar
Normal
Supraklavikula : Tidak teraba
Nistagmus : Tidak
membesar
ada
Lipat paha : Tidak teraba
membesar Telinga
Leher : Tidak teraba Tuli : Tidak tuli
membesar Selaput pendengaran : Utuh,
Ketiak : Tidak teraba intak
membesar Lubang : Lapang
Kepala Penyumbatan : Tidak
Ekpresi wajah : ada
Tenang Serumen : Tidak ada
Rambut : Perdarahan : Tidak
Merata, hitam ada
Simetri muka : Cairan : Tidak ada
Simetri
Mulut

8
Bibir : Lembab
Kiri Simetris saat statis dan dinamis
Langit langit : Tidak ada
kelainan
· Gerakan dinding dada simetri
Gigi geligi : Utuh
Kanan · Taktil fremitus normal
Faring : Tidak
· Nyeri tekan (-)
hiperemis
Palpasi
Lidah : Tidak kotor
· Gerakan dinding dada simetri
Tonsil : T1-T1
Kiri · Taktil fremitus normal
Bau pernapasan : Tidak ada
· Nyeri tekan (-)
Trismus : Tidak ada
Selaput lendir : Normal Kanan Sonor di seluruh lapang paru
Perkusi
Kiri Sonor di seluruh lapang paru
Leher
· Suara vesikuler
Tekanan vena jugularis (JVP) : Kanan
· Ronki (+), wheezing (-)
5+2 cmH2O Auskultasi
Kelenjar Tiroid : · Suara vesikuler
Kiri
Tidak teraba membesar · Ronki (+), wheezing (-)

Kelenjar limfe :
Tidak teraba membesar
Jantung

Dada Inspeksi Bentuk thorax normal, ictus cordis t


Bentuk : Palpasi Sela iga tidak melebar, ictus cordis t
Simetris, sela iga tidak melebar atau Batas kanan : ICS
sempit Batas kiri : ICS
Perkusi
Pembuluh darah : Tidak ke me
terlihat kelainan Batas atas : ICS
Buah dada : Auskultasi BJ I-II murni reguler, Murmur (-), G
Simetris

Paru-paru Pembuluh darah


Arteri Temporalis : Pulsasi teraba
Depan
Arteri Karotis : Pulsasi teraba
Inspeksi Kanan Simetris saat statis dan dinamis
Arteri Brakhialis : Pulsasi teraba
Arteri Radialis : Pulsasi teraba
Arteri Femoralis : Pulsasi teraba

9
Arteri Poplitea : shifting dullness
Pulsasi teraba (-)
Arteri Tibialis Posterior : Auskultasi : Bising usus
Pulsasi teraba normoperistaltik
Arteri Dorsalis Pedis : Refleks dinding perut : normal
Pulsasi teraba
Anggota gerak
Perut Lengan Kanan
Inspeksi :warna kulit Kiri
sawo matang, Otot : tidak
bentuk atrofi tidak
membuncit, atrofi
tidak ada Tonus :
benjolan, tidak normotonus
ada bekas luka, normotonuss
tidak ada asites. Massa : tidak
Palpasi ada tidak
Dinding perut : Supel, tidak ada
terdapat nyeri tekan Sendi :
Hati : Tidak teraba, pergerakan baik
tidak terdapat pergerakan baik
nyeri tekan Gerakan : baik
Limpa : Tidak teraba, baik
tidak terdapat Kekuatan : +++++
nyeri tekan +++++
Ginjal : Tidak teraba, Edema : ada
ballotement (-), ada
nyeri ketok Petechie : tidak ada
CVA(-) tidak ada
Kandung empedu : Tidak terdapat Rumple Leede : negatif
nyeri tekan, murphy negatif
sign (-)
Perkusi : Timpani pada
abdomen,

10
Tungkai dan Kaki Kanan Kiri
Luka : tidak ada tidak ada
Varises : tidak ada tidak ada
Otot : normotrofi normotrofi
Tonus : normotonus normotonus
Massa : tidak ada tidak ada
Sendi : tidak nyeri tidak nyeri
Gerakan : aktif aktif
Kekuatan : +++++ +++++
Edema : ada ada
Petechie : tidak ada tidak ada

Refleks

Kanan Kiri
Refleks Tendon Positif Positif
Bisep Positif Positif
Trisep Positif Positif
Patela Positif Positif
Achiles Positif Positif
Refleks Patologis Negatif Negatif

12
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 06 Januari 2019
Hematologi
Hemoglobin : 12,4 g/dL
Hematokrit : 35.8 %
Eritrosit : 4,39 juta/uL
Leukosit : 8.200/uL
Trombosit : 274000/uL
Kimia Klinik
Elektrolit
Natrium : 138 mEq/L
Kalium : 3.5 mEq/L
Klorida : 105 mEq/L
Fungsi Ginjal
Ureum :10 mg/dL
Kreatinin :0.6 mg/dL
Asam Urat : 3.2 mg/Dl
GDS : 123 mg/dL
Fungsi Liver
AST : 19 U/L
ALT : 12 U/L

Rontgen Thorax PA
Rontgen thorax : tampak infiltrat di kedua lapang paru

13
RINGKASAN
Seorang perempuan umur 49 tahun masuk RSUD Tarakan pada tanggal 06 Januari 2019
dengan keluhan utama sesak dialami sejak 3 minggu yang lalu, sesak dirasakan kadang-kadang,
tidak mengganggu aktivitas namun memberat beberapa hari terakhir dan mengganggu aktivitas
pasien, pasien juga mengeluh batuk sudah 1 bulan terakhir, dan memberat dalam 3 minggu
terakhir, ada lendir (+). Riwayat demam (+) 2 minggu terakhir terus-menerus, menggigil dan
berkeringat malam hari, anoreksia, penurunan BB (+) 10 kg dalam 2 bulan terakhir. Pada
pemeriksaan fisis didapatkan sakit sedang, gizi kurang, composmentis, suhu 380C. anemia (+).
Pada pemeriksaan thorax didapatkan rhonki pada paru dextra dan sinistra. Hasil pemeriksaan
laboratorium dalam batas normal. Berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang
maka pasien ini didiagnosis sebagai TB paru kategori 1.

DIAGNOSIS KERJA DAN DASAR DIAGNOSIS


1. Diagnosis kerja:
TB Paru kategori 1
2. Dasar diagnosis:
Keluhan yang dirasakan pasien berupa batuk berlendir kurang lebih 1 bulan, sering
demam, menggigil dan berkeringat malam hari, nafsu makan juga menurun disertai
dengan penurunan berat badan merupakan gejala pada infeksi TB paru. Hasil rontgen
thorax PA pasien juga ditemukan infiltrat di kedua lapang paru.

PEMERIKSAAN YANG DIANJURKAN


1. BTA TCM
2. Anti HIV

RENCANA PENGELOLAAN
Medikamentosa
- Rifampicin tab 450 mg
- Isoniazid tab 300 mg
- Pyrazinamid tab 500 mg
- Ethambutol tab 500 mg
- Acetylsistein tab 200 mg
- Paracetamol tab 500 mg

14
Non-medikamentosa
- Tirah-baring

PROGNOSIS
a. Ad vitam : dubia ad Bonam
b. Ad functionam : dubia ad Bonam
c. Ad sanationam : dubia ad Bonam

BAB II
PEBAHASAN
TUBERKULOSIS PARU

DEFINISI
Tuberkulosis paru adalah penyakit radang parenkim paru karena infeksi kuman
mycobacterium tuberculosis. Tuberkulosis paru termasuk suatu pneumonia, yaitu pneumonia
yang disebaban oleh M. tuberculosis. Tuberkulosis paru mencangkup 80% dari keseluruhan
kejadian penyakit tuberkulosis, sedangkan 20% selebihnya merupakan tuberkulosis
ekstrapulmonar. Diperkirakan bahwa sepertiga penduduk dunia pernah terinfeksi kuman
M.tuberculosis.(1,2,3)

EPIDEMIOLOGI
Tuberculosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang sejarahnya dapat dilacak sampai
ribuan tahun sebelum masehi. Sejak zaman purba, penyakit ini dikenal sebagai penyebab
kematian yang menakutkan. Sampai pada saat Robert Koch menemukan penyebabnya, penyakit
ini masih termasuk penyakit yang mematikan. Istilah saat itu untuk penyakit yang mematikan ini
adalah consumption. (1,2,3)
Di Indonesia, TB paru menduduki urutan ke-4 untuk angka kesakitan sedangkan sebagai
penyebab kematian menduduki urutan ke-5. TB menyerang sebagian besar kelompok usia
produktif dari kelompok sosioekonomi lemah. Walau upaya memberantas TB telah dilakukan,
tetapi angka insiden maupun prevalensi TB paru di Indonesia tidak pernah turun. Dengan
bertambahnya penduduk, bertambah pula jumlah penderita TB paru. Dengan meningkatnya
HIV/AIDS di Indonesia, penderita TB akan meningkat pula.( 1,2,3)

15
Karena diperkirakan seperempat penduduk dunia telah terinfeksi kuman tuberkulosis,
pada tahun 1993 WHO merencanakan tuberkulosis sebagai kedaruratan global. (1,2,3)

PATOGENESIS

A. Tuberkulosis Primer

Kuman tuberkulosis yang masuk melalui saluran napas akan bersarang di jaringan paru
sehingga akan terbentuk suatu sarang pneumoni, yang disebut sarang primer atau afek
primer. Sarang primer ini mungkin timbul di bagian mana saja dalam paru, berbeda dengan
sarang reaktivasi. Dari sarang primer akan kelihatan peradangan saluran getah bening
menuju hilus (limfangitis lokal). Peradangan tersebut diikuti oleh pembesaran kelenjar getah
bening di hilus (limfadenitis regional). Afek primer bersama-sama dengan limfangitis
regional dikenal sebagai kompleks primer. Kompleks primer ini akan mengalami salah satu
nasib sebagai berikut : (3,4)
1. Sembuh dengan tidak meninggalkan cacat sama sekali (restitution ad integrum) (3,4)
2. Sembuh dengan meninggalkan sedikit bekas (antara lain sarang Ghon, garis fibrotik,
sarang perkapuran di hilus) (3,4)
3. Menyebar dengan cara :
a. Perkontinuitatum, menyebar ke sekitarnya Salah satu contoh adalah epituberkulosis,
yaitu suatu kejadian penekanan bronkus, biasanya bronkus lobus medius oleh
kelenjar hilus yang membesar sehingga menimbulkan obstruksi pada saluran napas
bersangkutan, dengan akibat atelektasis. Kuman tuberkulosis akan menjalar
sepanjang bronkus yang tersumbat ini ke lobus yang atelektasis dan menimbulkan
peradangan pada lobus yang atelektasis tersebut, yang dikenal sebagai
epituberkulosis. (3,4)

b. Penyebaran secara bronkogen, baik di paru bersangkutan maupun ke paru sebelahnya


atau tertelan(3,4)

c. Penyebaran secara hematogen dan limfogen. Penyebaran ini berkaitan dengan daya
tahan tubuh, jumlah dan virulensi kuman. Sarang yang ditimbulkan dapat sembuh
secara spontan, akan tetetapi bila tidak terdapat imuniti yang adekuat, penyebaran ini
akan menimbulkan keadaan cukup gawat seperti tuberkulosis milier, meningitis
tuberkulosis, typhobacillosis Landouzy. Penyebaran ini juga dapat menimbulkan
tuberkulosis pada alat tubuh lainnya, misalnya tulang, ginjal, anak ginjal, genitalia
dan sebagainya. Komplikasi dan penyebaran ini mungkin berakhir dengan : (3,4)

16
· Sembuh dengan meninggalkan sekuele (misalnya pertumbuhan terbelakang pada
anak setelah mendapat ensefalomeningitis, tuberkuloma ) atau

· Meninggal. Semua kejadian diatas adalah perjalanan tuberkulosis primer.

B. Tuberkulosis Post Primer

Tuberkulosis postprimer akan muncul bertahun-tahun kemudian setelah tuberkulosis


primer, biasanya terjadi pada usia 15-40 tahun. Tuberkulosis postprimer mempunyai nama
yang bermacam-macam yaitu tuberkulosis bentuk dewasa, localized tuberculosis,
tuberkulosis menahun, dan sebagainya. Bentuk tuberkulosis inilah yang terutama menjadi
masalah kesehatan masyarakat, karena dapat menjadi sumber penularan. Tuberkulosis
postprimer dimulai dengan sarang dini, yang umumnya terletak di segmen apikal lobus
superior maupun lobus inferior. Sarang dini ini awalnya berbentuk suatu sarang pneumoni
kecil. Sarang pneumoni ini akan mengikuti salah satu jalan sebagai berikut :(5)
1. Diresopsi kembali dan sembuh tanpa meninggalkan cacat
2. Sarang tersebut akan meluas dan segera terjadi proses penyembuhan dengan penyebukan
jaringan fibrosis. Selanjutnya akan terjadi pengapuran dan akan sembuh dalam bentuk
perkapuran. Sarang tersebut dapat menjadi aktif kembali dengan membentuk jaringan
keju dan menimbulkan kaviti bila jaringan keju dibatukkan keluar. (5)
3. Sarang pneumoni meluas, membentuk jaringan keju (jaringan kaseosa). Kaviti akan
muncul dengan dibatukkannya jaringan keju keluar. Kaviti awalnya berdinding tipis,
kemudian dindingnya akan menjadi tebal (kaviti sklerotik). Kaviti tersebut akan menjadi:
(5)

· Meluas kembali dan menimbulkan sarang pneumoni baru. Sarang pneumoni ini akan
mengikuti pola perjalanan seperti yang disebutkan di atas
· Memadat dan membungkus diri (enkapsulasi), dan disebut tuberkuloma.
Tuberkuloma dapat mengapur dan menyembuh, tetapi mungkin pula aktif kembali,
mencair lagi dan menjadi kaviti lagi
· Bersih dan menyembuh yang disebut open healed cavity, atau kaviti menyembuh
dengan membungkus diri dan akhirnya mengecil. Kemungkinan berakhir sebagai
kaviti yang terbungkus dan menciut sehingga kelihatan seperti bintang (stellate
shaped).
KLASIFIKASI TUBERKULOSIS
A. Tuberkulosis Paru
Tuberkulosis paru adalah tuberkulosis yang menyerang jaringan paru, tidak termasuk pleura. (5)

17
1. Berdasar hasil pemeriksaan dahak  (BTA)    
TB paru dibagi atas:
a. Tuberkulosis paru BTA (+) adalah:

· Sekurang-kurangnya 2 dari 3 spesimen dahak  menunjukkan hasil BTA positif(5)

· Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak  menunjukkan BTA positif dan kelainan
radiologi menunjukkan gambaran tuberkulosis aktif

· Hasil pemeriksaan satu spesimen dahak  menunjukkan BTA positif dan biakan
positif(5)

b. Tuberkulosis paru BTA (-)


· Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif, gambaran klinis dan
kelainan radiologi menunjukkan tuberkulosis aktif
· Hasil pemeriksaan dahak 3 kali menunjukkan BTA negatif dan biakan M.
(5)
tuberculosis
2. Berdasarkan tipe pasien
Tipe pasien ditentukan berdasarkan riwayat pengobatan sebelumnya. Ada beberapa tipe
pasien yaitu: (5)
a. Kasus baru Adalah pasien yang belum pernah mendapat pengobatan dengan OAT atau
sudah pernah menelan OAT kurang dari satu bulan.
b. Kasus kambuh (relaps) Adalah pasien tuberkulosis yang sebelumnya pernah mendapat
pengobatan tuberkulosis dan telah dinyatakan sembuh atau pengobatan lengkap,
kemudian kembali  lagi berobat dengan hasil pemeriksaan dahak BTA positif atau
biakan positif.
Bila BTA negatif atau biakan negatif tetapi gambaran radiologi dicurigai lesi aktif /
perburukan dan terdapat gejala klinis maka harus dipikirkan beberapa kemungkinan :
· Lesi nontuberkulosis (pneumonia, bronkiektasis, jamur, keganasan dll)
· TB paru kambuh yang ditentukan oleh dokter spesialis yang berkompeten
menangani kasus tuberkulosis

c. Kasus defaulted atau drop out Adalah pasien yang telah menjalani pengobatan > 1 bulan
dan tidak mengambil obat 2 bulan berturut-turut atau lebih sebelum masa
pengobatannya selesai. (5)

18
c. Kasus gagal Adalah pasien BTA positif yang masih tetap positif atau kembali menjadi
positif pada akhir bulan ke-5 (satu bulan sebelum akhir pengobatan) atau akhir
pengobatan.

d. Kasus kronik Adalah pasien dengan hasil pemeriksaan BTA masih positif setelah selesai
pengobatan ulang dengan pengobatan kategori 2 dengan pengawasan yang baik.

a. Kasus Bekas TB:  (5)   

· Hasil pemeriksaan BTA negatif (biakan juga negatif bila ada) dan gambaran
radiologi paru menunjukkan lesi TB yang tidak aktif, atau foto serial menunjukkan
gambaran yang menetap. Riwayat pengobatan OAT adekuat akan lebih mendukung

· Pada kasus dengan gambaran radiologi meragukan dan telah mendapat pengobatan
OAT 2 bulan serta pada foto toraks ulang tidak ada perubahan gambaran radiologi

C. Tuberkulosis Ekstraparu
Tuberkulosis ekstraparu adalah tuberkulosis yang menyerang organ tubuh lain selain
paru, misalnya kelenjar getah bening, selaput otak, tulang, ginjal, saluran kencing dan lain-
lain. (5)
Diagnosis sebaiknya didasarkan atas kultur positif atau patologi anatomi dari tempat lesi.
Untuk kasus-kasus yang tidak dapat dilakukan pengambilan spesimen maka diperlukan bukti
klinis yang kuat dan konsisten dengan TB ekstraparu aktif.(5)

DIAGNOSA

Diagnosis tuberkulosis dapat ditegakkan berdasarkan gejala klinis, pemeriksaan


fisis/jasmani, pemeriksaan bakteriologi, radiologi dan pemeriksaan penunjang lainnya. (1-6)

A. Gejala klinik 

Gejala klinis tuberkulosis dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu gejala lokal dan gejala
sistemik, bila organ yang terkena adalah  paru maka gejala lokal ialah gejala respiratori (gejala
lokal sesuai organ yang terlibat) (1-6)

1. Gejala respiratorik    

· batuk > 2  minggu

· batuk darah dapat terjadi akibat banyak hal yaitu: tuberculosis, brokkiektasis, abses paru,
Ca paru, dan bronchitis kronik. Namun diantara banyak penyebab, yang paling sering
adalah tuberculosis. Adanya infeksi pada paru dapat menyebabkan nekrosis pada

19
parenkim paru yang akan menimbulkan proses perkejuan. Apabila dibatukkan, bahan cair
dari perkejuan tersebut akan keluar dan meninggalkan lubang yang disebut kavitas.
Kavitas ini lama-lama akan menebal karena infiltrasi jaringan fibroblas dalam jumlah
besar dan terjadilah sklerotik. Jika terjadi peradangan arteri di dinding kavarne akan
mengakibatkan pecahnya vasa darah. Jika vasa darah pecah maka darah akan dibatukkan
keluar dan terjadilah hemoptisis. (1-6)

· sesak napas

· nyeri dada

Gejala respiratori ini sangat bervariasi, dari mulai tidak ada gejala sampai gejala yang
cukup berat tergantung dari luas lesi. Kadang pasien terdiagnosis pada saat medical check
up. Bila bronkus belum terlibat dalam proses penyakit, maka pasien mungkin tidak ada
gejala batuk. Batuk yang pertama terjadi karena iritasi bronkus, dan selanjutnya batuk
diperlukan untuk membuang dahak ke luar. (1-6)

2. Gejala sistemik    
· Demam merupakan salah satu tanda inflamasi. Demam pada penyakit tuberculosis
biasanya hilang timbul, biasanya muncul pada sore hari. Mekanisme demam sendiri yaitu
mikroorganisme yang masuk ke dalam jaringan atau darah akan difagositosis oleh
leukosit darah, makrofag, dan sel mast. Setelah memfagositosis, sel ini akan
mengeluarkan IL-1 ke dalam cairan tubuh disebut sebagai pirogen endogen. IL-1
menginduksi pembentukan prostaglandin akan menstimulus hipotalamus sebagai pusat
termoregulator untuk meningkatkan temperatur tubuh dan terjadi demam atau panas. (1-6)
· gejala sistemik lain adalah malaise, keringat malam, anoreksia dan berat badan
menurun(1-6)
o Keringat malam ini kemungkinan disebabkan oleh karena kuman yang
menginfeksi penderita, misalnya kuman Mycobacterium Tuberculosis,
mengadakan metabolisme seperti pembelahan didalam tubuh penderita sehingga
terjadilah manifestasi keringat. Sebenarnya, keringat yang disebut disini tidak
hanya terjadi pada malam hari saja tetapi juga terjadi setiap saat. Namun, pada
pagi dan siang hari umumnya penderita melakukan aktivitas fisik jadi keringat
akibat metabolisme kuman tersebut menjadi samar.
3. Gejala tuberkulosis ekstraparu 

20
Gejala tuberkulosis ekstraparu tergantung dari organ yang terlibat, misalnya pada
limfadenitis tuberkulosis akan terjadi pembesaran yang lambat dan tidak nyeri dari kelenjar
getah bening, pada meningitis tuberkulosis akan terlihat gejala meningitis, sementara pada
pleuritis tuberkulosis terdapat gejala sesak napas dan kadang nyeri dada pada sisi yang
rongga pleuranya terdapat cairan. (1-6)

B. Pemeriksaan Jasmani

Pada pemeriksaan jasmani kelainan yang akan dijumpai tergantung dari organ yang
terlibat. Pada tuberkulosis paru, kelainan yang didapat tergantung luas kelainan struktur paru. 
Pada permulaan (awal) perkembangan penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan
kelainan.  Kelainan paru pada umumnya terletak di daerah lobus superior terutama daerah apeks
dan segmen posterior (S1 dan S2) , serta daerah apeks lobus inferior (S6).  Pada pemeriksaan
jasmani dapat ditemukan antara lain suara napas bronkial, amforik, suara napas melemah, ronki
basah, tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum. (1-6)

Pada pleuritis tuberkulosis, kelainan pemeriksaan fisis tergantung dari banyaknya cairan
di rongga pleura. Pada perkusi ditemukan pekak, pada auskultasi suara napas yang melemah
sampai tidak terdengar pada sisi yang terdapat cairan.

Pada limfadenitis tuberkulosis, terlihat pembesaran kelenjar getah bening, tersering di


daerah leher (pikirkan kemungkinan metastasis tumor), kadang-kadang di daerah ketiak.
Pembesaran kelenjar tersebut dapat menjadi “cold abscess”. (1-6)

B. Pemeriksaan Bakteriologik

1. Bahan pemeriksasan

Pemeriksaan bakteriologi untuk menemukan kuman tuberkulosis mempunyai arti


yang sangat penting dalam menegakkan diagnosis.  Bahan untuk pemeriksaan
bakteriologi ini dapat berasal dari dahak, cairan pleura, liquor cerebrospinal, bilasan
bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin,
faeces dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH). (6)

2. Cara pengumpulan dan pengiriman bahan

Cara pengambilan dahak 3 kali (SPS):

· Sewaktu / spot (dahak sewaktu saat kunjungan)

· Pagi ( keesokan harinya )

21
· Sewaktu / spot ( pada saat mengantarkan dahak pagi) atau setiap pagi 3  hari berturut-
turut. (6)

Bahan pemeriksaan/spesimen yang berbentuk cairan dikumpulkan/ditampung dalam


pot yang bermulut lebar, berpenampang 6 cm atau lebih dengan tutup berulir, tidak
mudah pecah dan tidak bocor. Apabila ada fasiliti, spesimen tersebut dapat dibuat
sediaan apus pada gelas objek (difiksasi) sebelum dikirim ke laboratorium. Bahan
pemeriksaan hasil BJH, dapat dibuat sediaan apus kering di gelas objek, atau untuk
kepentingan biakan dan uji resistensi dapat ditambahkan NaCl 0,9% 3-5 ml sebelum
dikirim ke laboratorium. (6)

Spesimen dahak yang ada dalam pot (jika pada gelas objek dimasukkan ke dalam
kotak sediaan) yang akan dikirim ke laboratorium, harus dipastikan telah tertulis identiti
pasien yang sesuai dengan formulir permohonan pemeriksaan laboratorium. Bila lokasi
fasiliti laboratorium berada jauh dari klinik/tempat pelayanan pasien, spesimen dahak
dapat dikirim dengan kertas saring melalui jasa pos. (6)

3. Cara pembuatan dan pengiriman dahak dengan kertas saring:

· Kertas saring dengan ukuran 10 x 10 cm, dilipat empat agar terlihat bagian tengahnya
Dahak yang representatif diambil dengan lidi, diletakkan di bagian tengah dari kertas
saring sebanyak +  1 ml.
· Kertas saring dilipat kembali dan digantung dengan melubangi pada satu ujung yang
tidak mengandung bahan dahak.
· Dibiarkan tergantung selama 24 jam dalam suhu kamar di tempat yang aman, misal
di dalam dus Bahan dahak dalam kertas saring yang kering dimasukkan dalam
kantong plastik kecil.
· Kantong plastik kemudian ditutup rapat (kedap udara) dengan melidahapikan sisi
kantong yang terbuka dengan menggunakan lidi.
· Di atas kantong plastik dituliskan nama pasien dan tanggal pengambilan dahak
Dimasukkan ke dalam amplop dan dikirim melalui jasa pos ke alamat laboratorium

4. Cara pemeriksaan dahak dan bahan lain.    

Pemeriksaan bakteriologi dari spesimen dahak dan bahan lain (cairan pleura, liquor
cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar /BAL, urin,
fases dan jaringan biopsi, termasuk BJH) dapat dilakukan dengan cara. (6)

22
a. Mikroskopik(6)

· Biakan

Pemeriksaan mikroskopik:

Mikroskopik biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen

Mikroskopik fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin (khususnya


untuk screening)

lnterpretasi hasil pemeriksaan dahak dari 3 kali pemeriksaan ialah bila:

o 3 kali positif atau 2 kali positif, 1 kali negatif ® BTA positif


o 1 kali positif, 2 kali negatif ® ulang BTA 3 kali, kemudian
o bila 1 kali positif, 2 kali negatif ®  BTA positif
o bila 3 kali negatif ® BTA negatif
Interpretasi pemeriksaan mikroskopis dibaca dengan skala IUATLD
(rekomendasi WHO).
Skala IUATLD (International Union Against Tuberculosis and Lung Disease) :

o Tidak ditemukan BTA dalam 100 lapang pandang, disebut negatif

o Ditemukan 1-9 BTA dalam 100 lapang pandang, ditulis jumlah kuman yang
ditemukan

o Ditemukan 10-99 BTA dalam 100 lapang pandang disebut + (1+)


Ditemukan 1-10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut ++ (2+)

o Ditemukan >10 BTA dalam 1 lapang pandang, disebut +++ (3+)

Pemeriksaan biakan kuman:

Pemeriksaan biakan M.tuberculosis dengan metode konvensional ialah dengan


cara :

o Egg base media: Lowenstein-Jensen (dianjurkan), Ogawa, Kudoh

o Agar base media : Middle brook.

Melakukan biakan dimaksudkan untuk mendapatkan diagnosis pasti, dan


dapat mendeteksi Mycobacterium tuberculosis dan juga Mycobacterium other
than tuberculosis (MOTT). Untuk mendeteksi MOTT dapat digunakan beberapa
cara, baik dengan melihat cepatnya pertumbuhan, menggunakan uji nikotinamid,

23
uji niasin maupun pencampuran dengan cyanogen bromide  serta melihat pigmen
yang timbul.

D. Pemeriksaan  Radiologik

Pemeriksaan standar ialah foto toraks PA. Pemeriksaan lain atas indikasi: foto lateral,
top-lordotik, oblik, CT-Scan. Pada pemeriksaan foto toraks, tuberkulosis dapat memberi
gambaran bermacam-macam bentuk (multiform). (6)

Gambaran radiologi yang dicurigai sebagai lesi TB aktif:

o Bayangan berawan / nodular di segmen apikal dan posterior  lobus atas paru dan segmen
superior lobus bawah.

o Kaviti, terutama lebih dari satu, dikelilingi oleh bayangan opak berawan atau nodular
Bayangan bercak milier.

o Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilateral (jarang)    

Gambaran radiologik yang dicurigai lesi TB inaktif:

o Fibrotik

o Kalsifikasi

o Schwarte atau penebalan pleura

Luluh Paru  (destroyed Lung ) :

Gambaran radiologi yang menunjukkan kerusakan jaringan paru yang berat, biasanya
secara klinis disebut luluh paru . Gambaran radiologi luluh paru terdiri dari atelektasis,
ektasis/ multikaviti dan fibrosis parenkim paru. Sulit untuk menilai aktiviti lesi atau penyakit
hanya perlu dilakukan pemeriksaan bakteriologi untuk memastikan aktiviti proses penyakit.
(6)

Luas lesi yang tampak pada foto toraks untuk kepentingan pengobatan dapat dinyatakan
sebagai berikut (terutama pada kasus BTA negatif) :

o Lesi minimal , bila proses mengenai sebagian dari satu atau dua paru dengan luas tidak
lebih dari sela iga 2 depan (volume paru yang terletak di atas chondrostemal junction dari
iga kedua depan dan prosesus spinosus dari vertebra torakalis 4 atau korpus vertebra
torakalis 5), serta tidak dijumpai kaviti

24
o Lesi luas: Bila proses lebih luas dari lesi minimal.

E. Pemeriksaan khusus

Salah satu masalah dalam mendiagnosis pasti tuberkulosis adalah lamanya waktu yang
dibutuhkan untuk pembiakan kuman tuberkulosis secara konvensional. Dalam
perkembangan kini ada beberapa teknik yang lebih baru yang dapat mengidentifikasi kuman
tuberkulosis secara lebih cepat. (6,7)

o Pemeriksaan  BACTEC

  Dasar teknik pemeriksaan biakan dengan BACTEC ini adalah metode


radiometrik. M tuberculosis memetabolisme asam lemak yang kemudian menghasilkan
CO2 yang akan dideteksi growth indexnya  oleh mesin ini. Sistem ini dapat menjadi salah
satu alternatif pemeriksaan biakan secara cepat untuk membantu menegakkan diagnosis
dan melakukan uji kepekaan. Bentuk lain teknik ini adalah dengan menggunakan
Mycobacteria Growth Indicator Tube (MGIT). (6,7)

o Polymerase chain reaction (PCR):

Pemeriksaan PCR adalah teknologi canggih yang dapat mendeteksi DNA,


termasuk DNA M.tuberculosis. Salah satu masalah dalam pelaksanaan teknik ini adalah
kemungkinan kontaminasi. Cara pemeriksaan ini telah cukup banyak dipakai, kendati
masih memerlukan ketelitian dalam pelaksanaannya. (6,7)
Hasil pemeriksaan PCR dapat membantu untuk menegakkan diagnosis sepanjang
pemeriksaan tersebut dikerjakan dengan cara yang benar dan sesuai standar 
internasional. Apabila hasil pemeriksaan PCR positif sedangkan data lain tidak ada yang
menunjang ke arah diagnosis TB, maka hasil tersebut tidak dapat dipakai sebagai
pegangan untuk diagnosis TB. Pada pemeriksaan deteksi M.tb tersebut diatas, bahan /
spesimen pemeriksaan dapat berasal dari paru maupun ekstraparu sesuai dengan  organ
yang terlibat. (6,7)

o Pemeriksaan serologi, dengan berbagai metoda:

· Enzym linked immunosorbent assay (ELISA)

25
Teknik ini merupakan salah satu uji serologi yang dapat mendeteksi respons humoral
berupa proses antigen-antibodi yang terjadi. Beberapa masalah dalam teknik ini
antara lain adalah kemungkinan antibodi menetap dalam waktu yang cukup lama. (6,7)

· ICT

Uji Immunochromatographic tuberculosis (ICT tuberculosis) adalah uji serologi


untuk mendeteksi antibodi M.tuberculosis dalam serum. Uji ICT  merupakan uji
diagnostik TB yang menggunakan 5 antigen spesifik yang berasal dari membran
sitoplasma M.tuberculosis, diantaranya antigen M.tb 38 kDa. Ke 5 antigen tersebut
diendapkan dalam bentuk 4 garis melintang pada membran immunokromatografik (2
antigen diantaranya digabung dalam 1 garis) disamping garis kontrol. Serum yang
akan diperiksa sebanyak 30 ml diteteskan ke bantalan warna biru, kemudian serum
akan berdifusi melewati garis antigen. Apabila serum mengandung antibodi IgG
terhadap M.tuberculosis, maka antibodi akan berikatan dengan antigen dan
membentuk garis warna merah muda. Uji dinyatakan positif bila setelah 15 menit
terbentuk garis kontrol dan minimal satu dari empat garis antigen pada membran. (6,7)

· Mycodot

Uji ini mendeteksi antibodi antimikobakterial di dalam tubuh manusia. Uji ini
menggunakan antigen lipoarabinomannan (LAM) yang direkatkan pada suatu alat
yang berbentuk sisir plastik. Sisir plastik ini kemudian dicelupkan ke dalam serum
pasien, dan bila di dalam serum tersebut terdapat antibodi spesifik anti LAM dalam
jumlah yang memadai sesuai dengan aktiviti penyakit, maka akan timbul perubahan
warna pada sisir dan dapat dideteksi dengan mudah. (6,7)

· Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Uji ini merupakan salah satu jenis uji yang mendeteksi reaksi serologi yang terjadi.
Dalam menginterpretasi hasil pemeriksaan serologi yang diperoleh, para klinisi harus
hati hati karena banyak variabel yang mempengaruhi kadar antibodi yang terdeteksi.
(6,7)

· Uji serologi yang baru / IgG TB

Uji IgG adalah salah satu pemeriksaan serologi dengan cara mendeteksi antibodi
IgG dengan antigen spesifik  untuk Mycobacterium tuberculosis. Uji IgG berdasarkan
antigen mikobakterial rekombinan seperti 38 kDa dan 16 kDa  dan kombinasi lainnya

26
akan menberikan tingkat  sensitiviti dan spesifisiti yang dapat diterima untuk
diagnosis. Di luar negeri, metode imunodiagnosis ini lebih sering digunakan untuk
mendiagnosis TB ekstraparu, tetapi tidak cukup baik untuk diagnosis  TB pada
anak(6,7).

Saat ini pemeriksaan serologi belum dapat dipakai sebagai pegangan untuk
diagnosis. (6,7)

F. Pemeriksaan Penunjang lain

o Analisis Cairan Pleura

Pemeriksaan analisis cairan pleura dan uji Rivalta cairan pleura perlu dilakukan
pada pasien efusi pleura untuk membantu menegakkan diagnosis. Interpretasi hasil
analisis yang mendukung diagnosis tuberkulosis adalah uji Rivalta positif dan kesan
cairan eksudat, serta pada analisis cairan pleura terdapat sel limfosit dominan dan
glukosa rendah. (6,7)
o Pemeriksaan histopatologi jaringan

Pemeriksaan histopatologi dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis TB.


Pemeriksaan yang dilakukan ialah pemeriksaan histopatologi. Bahan jaringan dapat
diperoleh melalui biopsi atau otopsi, yaitu : (6,7)
· Biopsi aspirasi dengan jarum halus (BJH) kelenjar getah bening (KGB)
· Biopsi pleura (melalui torakoskopi atau dengan jarum abram, Cope dan Veen
Silverman)
· Biopsi jaringan paru (trans bronchial lung biopsy/TBLB) dengan bronkoskopi,
trans thoracal needle aspiration/TTNA, biopsi paru terbuka).
· Otopsi

Pada pemeriksaan biopsi sebaiknya diambil 2 sediaan, satu sediaan


dimasukkan ke dalam larutan salin dan dikirim ke laboratorium mikrobiologi
untuk dikultur serta sediaan yang kedua difiksasi untuk pemeriksaan histologi. (7,8)
o Pemeriksaan darah

Hasil pemeriksaan darah rutin kurang menunjukkan indikator yang spesifik untuk
tuberkulosis.  Laju endap darah ( LED) jam pertama dan kedua dapat digunakan sebagai
indikator penyembuhan pasien. LED sering meningkat pada proses aktif, tetapi laju

27
endap darah yang normal tidak menyingkirkan tuberkulosis. Limfositpun kurang
spesifik. (7,8)
o Uji tuberkulin

Uji tuberkulin yang positif menunjukkan ada infeksi tuberkulosis. Di Indonesia


dengan prevalens tuberkulosis yang tinggi, uji tuberkulin sebagai alat bantu diagnostik
penyakit kurang berarti pada orang dewasa.  Uji ini akan mempunyai makna bila
didapatkan konversi, bula atau apabila kepositivan dari uji yang didapat besar sekali.
Pada malnutrisi dan infeksi HIV uji tuberkulin dapat memberikan hasil negatif. (7,8)

Gambar 1.  Skema alur diagnosis TB paru pada orang dewasa(7,8)

PENGOBATAN TUBERKULOSIS
Pengobatan tuberkulosis terbagi menjadi 2 fase yaitu fase intensif (2-3 bulan) dan fase
lanjutan 4 atau 7 bulan.  Paduan obat yang digunakan terdiri dari paduan obat utama dan
tambahan.(9)

A. OBAT ANTI TUBERKULOSIS (OAT)

Obat yang dipakai: (9)


1. Jenis obat utama (lini 1) yang digunakan adalah: (9)

· INH

28
· Rifampisin
· Pirazinamid
· Streptomisin

· Etambutol

2. Jenis obat tambahan lainnya (lini 2) (9)

· Kanamisin

· Amikasin

· Kuinolon

· Obat lain masih dalam penelitian yaitu makrolid dan amoksilin + asam klavulanat.

· Beberapa obat berikut ini belum tersedia di Indonesia antara lain : (9)

o Kapreomisin

o Sikloserino

o PAS (dulu tersedia)

o Derivat rifampisin dan INH

o Thioamides (ethionamide dan prothionamide)

B. DOSIS OBAT

Tabel 1. Dosis OAT(9)

JENIS OAT SIFAT DOSIS (MG/KG) DOSIS (MG/KG)


HARIAN 3 X SEMINGGU
Isoniazid (H) Bakterisid 5 10
(4-6) (8-12)
Rifampisin (R) Bakterisid 10 10
(8-12) (8-12)
Pyrazinamide (Z) Bakterisid 25 35
(20-30) (30-40)
Steptomycin (S) Bakterisid 15 -
(12-18)
Ethambutol (E) Bakteriostatik 15 30

29
(15-20) (20-35)

Pengembangan pengobatan TB paru yang efektif merupakan hal yang penting untuk
menyembuhkan pasien dan menghindari MDR TB (multidrug resistant tuberculosis).
Pengembangan strategi DOTS untuk mengontrol epidemi TB merupakan prioriti utama WHO.
International Union Against Tuberculosis and Lung Disease (IUALTD) dan WHO menyarakan
untuk menggantikan paduan obat tunggal dengan kombinasi dosis tetap dalam pengobatan TB
primer pada tahun 1998. Dosis obat tuberkulosis kombinasi dosis tetap berdasarkan WHO
seperti terlihat pada tabel 3. Keuntungan kombinasi dosis tetap antara lain: (9)

a. Penatalaksanaan sederhana dengan kesalahan pembuatan resep minimal

b. Peningkatan kepatuhan dan penerimaan pasien dengan penurunan kesalahan pengobatan


yang tidak disengaja

c. Peningkatan kepatuhan tenaga kesehatan terhadap penatalaksanaan yang benar dan standar

d. Perbaikan manajemen obat karena jenis obat lebih sedikit

e. Menurunkan risiko penyalahgunaan obat tunggal dan MDR akibat penurunan penggunaan
monoterapi

Tabel 2. Dosis obat anti-tuberkulosis kombinasi dosis tetap(9)

FASE INTENSIF FASE LANJUTAN

2 BULAN 4 BULAN

BB HARIAN HARIAN 3X/MINGGU HARIAN 3X/MINGGU

RHZE RHZ RHZ RH RH


150/75/400/275 150/75/400 150/150/500 150/75 150/75

30-37 2 2 2 2 2
38-54 3 3 3 3 3
55-70 4 4 4 4 4
>71 5 5 5 5 5

30
Penentuan dosis terapi kombinasi dosis tetap 4 obat berdasarkan rentang dosis yang telah
ditentukan oleh WHO merupakan dosis yang efektif atau masih termasuk dalam batas dosis
terapi dan non toksik. (9)

Pada kasus yang mendapat obat kombinasi dosis tetap tersebut, bila mengalami efek samping
serius harus dirujuk ke rumah sakit / dokter spesialis paru / fasiliti yang mampu menanganinya.
(9)

Tabel 3. Efek samping OAT(9)

Efek samping Penyebab Penatalaksanaan


Tidak ada nafsu makan Rifampisin Semua OAT diminum
malam sebelum tidur
Nyeri sendi Pyrazinamid Beri aspirin
Kesemutan INH Beri vitamin B6 (piridoxin)
100 mg per hari

Warna kemerahan pada Rifampisin Tidak perlu diberikan apa-


urine apa, tapi berikan penjelasan
pada pasien
Gatal dan kemerahan pada Semua jenis OAT Ikuti petunjuk
kulit penatalaksanaan
Tuli Streptomisin Streptomisin dihentikan
Gangguan keseimbangan Streptomisin Streptomisin dihentikan
ganti dengan etambutol
Ikterus tanpa penyebab lain Hampir semua OAT Hentikan semua OAT
sampai ikterus menghilang
Mual dan muntah Hampir semua OAT Hentikan semua OAT,
segera lakukan tes fungsi
hati
Gangguan penglihatan Etambutol Hentikan etambutol
Purpura dan renjatan Rifampisin Hentikan rifampisin
(syok)

31
KOMPLIKASI

Pada pasien tuberkulosis dapat terjadi beberapa komplikasi, baik sebelum pengobatan
atau dalam masa pengobatan maupun setelah selesai pengobatan.

Beberapa komplikasi yang mungikin timbul adalah :

· Batuk darah

· Pneumotoraks

· Gagal napas

· Gagal jantung

· Efusi pleura

DAFTAR PUSTAKA

1. Alsagaff H. Mukty HA, Infeksi tuberculosis paru dalam: Dasar-dasar ilmu penyakit paru,
Surabaya: Airlangga University Press, 2006: 73-109.
2. Amin Z. Bahar A, Tuberkulosis paru dalam: Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam Jilid II Edisi
IV, Jakarta, 2007: 988-93.
3. Price SA. Standridge MP, Tuberkulosis Paru dalam: Patofisiologi Edisi VI, Jakarta : EGC,
2006: 852-62.
4. Djojodibroto Darmanto, Tuberkulosis paru dalam: Respirologi respiratory medicine,
Jakarta: EGC, 2007: 151-68.
5. WHO Tuberculosis Fact Sheet no. 104., Available at: http//www.who.Tuberculosis.htm.
Accesed on March 3, 2004.
6. Soeroso Luhur, Tuberkulosis primer dengan infeksi sekunder dalam: Mutiara paru atlas
radiologi dan ilustrasi kasus, Jakarta: EGC, 2005: 48-9.
7. Setyanto DB, Tuberkulosis pada anak dalam: Manajemen kasus respirtorik anak dalam
praktek sehari-hari, Jakarta, Yapnas sddhaprana, 2007: 61-81.

32
8. Mansjoer A. Triyanti K. et all, Pulmonologi tuberculosis paru dalam: Kapita selekta
kedokteran, Jilid I Edisi 3, Jakarta, Media Aesculapius, 2001: 472-6.
9. Treatment of Tuberculosis. Guidelines for National Programmes 3 rd ed. WHO – Geneva,
2003.

33

Anda mungkin juga menyukai

  • Referat Internet Gaming Disorder
    Referat Internet Gaming Disorder
    Dokumen16 halaman
    Referat Internet Gaming Disorder
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Lfuckclxk
    Lfuckclxk
    Dokumen8 halaman
    Lfuckclxk
    Andarini Nurvikasari
    Belum ada peringkat
  • FSDS
    FSDS
    Dokumen1 halaman
    FSDS
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Tugas Jiwa
    Tugas Jiwa
    Dokumen24 halaman
    Tugas Jiwa
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang (Icha, Sella)
    Lapsus Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang (Icha, Sella)
    Dokumen14 halaman
    Lapsus Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang (Icha, Sella)
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Ich Pons
    Ich Pons
    Dokumen34 halaman
    Ich Pons
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Sate
    Sate
    Dokumen1 halaman
    Sate
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Lapsus DF Ica
    Lapsus DF Ica
    Dokumen28 halaman
    Lapsus DF Ica
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • JKLM
    JKLM
    Dokumen1 halaman
    JKLM
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Ydcv
    Ydcv
    Dokumen2 halaman
    Ydcv
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • 22
    22
    Dokumen10 halaman
    22
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • FHCF
    FHCF
    Dokumen28 halaman
    FHCF
    ichacloudiac
    100% (2)
  • Avnbfh
    Avnbfh
    Dokumen2 halaman
    Avnbfh
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • HGFGHJ
    HGFGHJ
    Dokumen13 halaman
    HGFGHJ
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • 72-Article Text-204-1-10-20170421 PDF
    72-Article Text-204-1-10-20170421 PDF
    Dokumen7 halaman
    72-Article Text-204-1-10-20170421 PDF
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • HGFGHJ
    HGFGHJ
    Dokumen13 halaman
    HGFGHJ
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
    Dokumen37 halaman
    Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • 22
    22
    Dokumen10 halaman
    22
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Herpes Simolex
    Herpes Simolex
    Dokumen6 halaman
    Herpes Simolex
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Status THT Lie Ai Tjoe
    Status THT Lie Ai Tjoe
    Dokumen8 halaman
    Status THT Lie Ai Tjoe
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Case Ujian Ica PDF
    Case Ujian Ica PDF
    Dokumen15 halaman
    Case Ujian Ica PDF
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Tinea
    Lapkas Tinea
    Dokumen8 halaman
    Lapkas Tinea
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Status Anak
    Status Anak
    Dokumen12 halaman
    Status Anak
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Herpes Simolex
    Herpes Simolex
    Dokumen6 halaman
    Herpes Simolex
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen15 halaman
    Journal Reading
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • PENE ULANG FIX REVisiiiii'
    PENE ULANG FIX REVisiiiii'
    Dokumen51 halaman
    PENE ULANG FIX REVisiiiii'
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • GHLK
    GHLK
    Dokumen19 halaman
    GHLK
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    rifnafebraini
    Belum ada peringkat
  • Konjungtivitis
    Konjungtivitis
    Dokumen16 halaman
    Konjungtivitis
    andi firdha restuwati
    Belum ada peringkat