Anda di halaman 1dari 24

TUGAS

Dokter Penguji:
dr. Endang Septiningsih, Sp.KJ

Disusun oleh:
Icha Cloudia Crishtin
(11 2017 247)

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kesehatan Jiwa


Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Rumah Sakit Jiwa Daerah Dr. Amino Gondohutomo
Periode 2019 – 28 Desember 2019
1. Definisi umum gangguan jiwa

Gangguan jiwa Adalah sindrom atau pola perilaku atau psikologik yang secara
klinik cukup bermakna dan secara khas berkaitan dengan suatu gejala penderitaan
(distress) atau hendaya (impairment dissability) di dalam satu atau lebih fungsi
yang penting dari manusia. Sebagai tambahan, disimpulkan bahwa disfungsi itu
adalah disfungsi dalam segi perilaku, psikologik, atau biologik, gangguan itu itu
tidak semata-mata terletak di dalam hubungan orang itu dengan masyarakat.

2. Sebutkan macam-macam gangguan jiwa

• F0 Gangguan Mental Organik, termasuk Gangguan Mental Simtomatik

• Fl Gangguan Mental dan Perilaku Akibat Penggunaan Alkohol dan Zat


Psikoaktif Lainnya

• F2 Skizofrenia, Gangguan Skizotipal dan Gangguan Waham

• F3 Gangguan Suasana Perasaan (Mood/Afektif)

• F4 Gangguan Neurotik, Gangguan Somatoform dan Gangguan Terkait Stres

• F5 Sindrom Perilaku yang Berhubungan dengan Gangguan Fisiologis dan


Faktor Fisik

• F6 Gangguan Kepribadian dan Perilaku Masa dewasa

• F7 Retardasi Mental

• F8 Gangguan Perkembangan Psikologis

• F9 Gangguan Perilaku dan Emosional dengan Onset Biasanya Pada Masa


Kanak dan Remaja
3. Terangkan tentang gangguan proses pikir dan gangguan persepsi

• Berpikir adalah aliran, gagasan simbol dan assosiasi yang diarahkan oleh
tujuan dimulai oleh suatu masalah atau suatu tugas dan mengarah pada
kesimpulan yang berorientasi pada kenyataan.

a. Gangguan umum bentuk fikir.

1) Berfikir psikosis, yaitu ketidakmampuan membedakan kenyataan


dengan fantasi, tes realitas terganggu dengan menciptakan realitas baru.
Reality test pemeriksan dan pertimbangan objektif tentang dunia diluar
diri.

2) Berfikir dereistik (autistik), yaitu preokupasi dgn dunia dalam dan


pribadi.

3) Berfikir tidak logis, yaitu berfikir mengandung kesimpulan yang salah


atau kontradiksi internal, berikir ini bersifat patologis jika nyata dan
tidak disebabkan oleh nilai kultural.

4) Berfikir magis, yaitu berfikir dimana fikiran, tindakan dan kata-kata


mempunyai kekuatan misalnya dapat mencegah penyebabkan suatu
peristiwa.

5) Proses berfikir primer yaitu istilah umum berfikir magis, dereistik, tidak
logis. Normal pd mimpi dan abnormal pd psikosis.

b. Gangguan spesifik proses/arus fikir.


1) Neologisme, yaitu kata baru diciptakan pasien, sering kombinasi
beberapa kata, tidak mengandung makna baru, menunjukkan keanehan
psikologik pasien.

2) Word salad/gado-gado kata, yaitu campuran kata dengan frase yang


membingungkan.

3) Inkoherensi, yaitu pembicaraan tidak logis, tidak dapat dimengerti yang


berjalan bersama kata yang diucapkan tidak logis, tanpa tata bahasa
sehingga terjadi disorganisasi bicara.

4) Assosiasi longgar/pengenduran assosiasi, yaitu arus fikir dimana


gagasan-gagasan bergeser dari subjek satu ke subjek lainnya yang tidak
berhubungan, lebih ringan dari inkoherensi.

5) Flight of ideas, yaitu verbalisasi atau pengucapan kata-kata yang cepat


dan terus menerus mengakibatkan pergeseran terus menerus dari satu ide
ke ide lainnya.

6) Sirkumtansial, yaitu bicara tidak langsung yang lambat dalam mencapai


tujuan (mutar-mutar); ditandai dengan pemasukan perincian-perincian
dan tanda kutip yang berlebihan.

7) Tangensial, yaitu ketidakmampuan untuk mempunyai assosiasi pikiran


yang diarahkan oleh tujuan; pasien bicara tidak ada titik awal yang
sampai pada titik akhir.

8) Perseverasi, yaitu respon terhadap stimulus sebelumnya yang menetap


setelah stimulus baru diberikan sehingga tampak pasien mengulangi
kalimat jawaban; kadang-kadang disertai gangguan kognitif.
9) Verbigerasi, yaitu pengulangan kata-kata atau frasa-frasa spesifik yang
tidak mempunyai arti.

10) Ekolalia, yaitu menirukan kata-kata atau frasa-frasa seseorang oleh


orang lain, cenderung berulang-ulang dan menetap dan bisa`intonasinya
terputus-putus.

11) Kondensasi, yaitu penggabungan beberapa kata menjadi satu kata.

12) Jawaban irrelevan, yaitu jawaban yang tidak sesuai dengan pertanyaan,
pasien mungkin mengabaikan atau tidak memperhatikan.

13) Glossolalia , yaitu ekspresi pesan-pesan yang relevan melalui kata-kata


yang tidak dapat dipahami.

14) Assosiasi bunyi, yaitu assosiasi kata-kata yang mirip bunyinya tapi
berbeda artinya, kata-kata tidak mempunyai hubungan logis sering
seperti sajak atau pantun.

➢ Assoasiasi pengertian, yaitu ada kata-kata yang diidentikkan


persamaan fungsi, misalnya rajawali besi maksudnya adalah kapal
terbang.

➢ Blocking, yaitu terputusnya aliran berfikir secara tiba-tiba sebelum


pikiran/gagasan diselesaikan, setelah periode terhenti singkat pasien
tidak tampak ingat apa yang telah dikatakan dan apa yang akan
dikatakan.

c. Gangguan spesifik isi fikiran.


1) Kemiskinan isi fikiran yaitu fikiran yang memberikan sedikit informasi
karena tidak ada informasi pengertian, pengulangan kosong atau frase
yang tidak jelas.

2) Grandiositas (gagasan berlebihan/gagasan mirip waham), yaitu keyakinan


palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan, dipertahankan secara
kurang kuat dibandingkan dengan waham.

3) Preokupasi fikiran, yaitu pemusatan fikiran pada ide tertentu disertai


irama afektif yang kuat seperti kecenderungan paranoid ingin membunuh
atau bunuh diri.

4) Egomania, yaitu preokupasi pada diri sendiri yang patologis.

5) Monomania, yaitu preokupasi pada suatu objek tunggal.

6) Hipokondria, yaitu ketakutan/kecemasan yang berlebihan tentang


kesehatan diri pasien didasarkan bukan pd patologi organ yang nyata
tetapi pada interpretasi yang tidak realistik terhadap tanda atau suatu
sensasi fisik yang sebagai abnormal.

7) Obsesi, yaitu ide yang terpaku dan patologis dari suatu fikiran atau
perasaan yang tidak dapat ditentang dan dihilangkan dari kesadaran oleh
logika serta disertai kecemasan.

8) Fikiran kompulsi, yaitu kebutuhan yang patologis untuk melakukan suatu


impuls dimana bila ditahan akan timbul kecemasan; perilaku berulang
sebagi respon suatu obsesi atau dilakukan menurut aturan tertentu tanpa
akhir yang sebenarnya dalam diri terjadi dimasa depan.

9) Koprolali, yaitu pengungkapan secara kompulsif dari kata-kata yang


cabul.
10) Waham, yaitu keyakinan palsu didasarkan pada keyakinan yang salah
tentang kenyataan eksternal, tidak sejalan dengan logika dan budaya serta
tidak dapat dikoreksi dengan suatu alasan.

a) Waham yang kacau/bizzar delusion, yaitu keyakinan yang aneh,


mustahil dan sangat tidak masuk akal, misalnya fikiran pasien disedot
(thought withdrawl), fikirannya disisipi/ dimasuki (thought insertion),
fikiran disiarkan/ disebarkan (thought broadcast) atau fikiran
dipengaruhi/diatur (thought control ) mahluk lain.

b) Waham tersistematisasi, yaitu keyakinan adanya peristiwa yang


digabungkan oleh suatu tema/peristiwa tunggal, misalnya ada yang
memata-matainya mau menculik/membunuh.

c) Waham nihilistik, yaitu perasaan palsu bahwa dirinya atau orang lain
dan dunianya tidak ada atau berakhir.

d) Waham somatik, yaitu merasa bahwa fungsi/struktur organ tubuhnya


ada kelainan/perubahan yang patologis. contoh : keyakinan bahwa
otak pasien adalah berakar atau mencair.

e) Waham sejalan dengan mood, yaitu waham dengan isi yang tidak
punya hubungan dengan mood misalnya pasien depresi atau
merupakan mood netral.

f) Waham paranoid, yaitu berisi fikiran-fikiran paranoid yaitu waham


presekutorik (curiga akan dibunuh, akan disiksa, diganggu atau
ditipu), waham kebesaran (gambaran kepentingan, kekuatan atau
identitas seseorang yang berlebihan), waham referensi (setiap ada
kejadian ataupun selalu dihubungkan dengan dirinya, contoh: percaya
bahwa orang di TV atau di radio berbicara padanya atau
membicarakan dirinya), waham cemburu/ ketidaksetiakawanan
(setiap orang yang berhubungan dengannya tidak jujur), Waham
menyalahkan diri sendiri (keyakinan yang palsu tentang penyesalan
yang dalam dan bersalah), Waham pengendalian (perasaan palsu
bahwa kemauan, pikiran, atau perasaan pasien dikendalikan oleh
tenaga dari luar).

11) Erotomania, yaitu keyakinan bahwa seseorang sangat mencintai dirinya,


lebih sering terjadi pada wanita (juga dikenal sebagai Kompleks
Clerambault-Kandinsky.

12) Pseudologia phantastica, yaitu suatu jenis kebohongan dimana seseorang


tampak percaya terhadap kenyataan fantasinya dan bertindak atas
kenyataannya disertai dengan Sindroma Munchausen, berpura-pura sakit
yang berulang

13) Fobia, yaitu rasa takut yang persisten, irrasional, berlebihan dan selalu
terjadi terhadap sesuatu jenis stimulasi atau situasi tertentu;
menyebabkan keinginan menghindar stimulus atau situasi tersebut.

➢ Fobia simplek, yaitu rasa takut yang jelas pada objek atau situasi
yang jelas, tunggal dan tidak berbahaya.

➢ Fobia sosial, yaitu rasa takut pada keramaian/banyak orang.

➢ Akrofobia, yaitu rasa takut ditempat yang tinggi.

➢ Agorafobia, yaitu rasa takut pada tempat yang terbuka, biasanya


takut menyeberang jalan.

➢ Klaustrofobia, yaitu takut pada tempat tertutup, biasanya pada lift.


➢ Erithrofobia, yaitu takut pd warna merah, biasanya pd darah.

➢ Panfobia, yaitu rasa takut terhadap segala sesuatu.

➢ Xenofobia, yaitu rasa takut terhadap orang asing.

➢ Zoofobia, yaitu rasa takut terhadap binatang.

➢ Dll.

14) Noesis, yaitu suatu wahyu dimana terjadi pencerahan yang besar sekali
disertai dengan perasaan bahwa pasien dipilih untuk memimpin dan
memerintah

15) Unio mystica, yaitu suatu perasaan yang meluap, pasien secara mistik
bersatu dengan kekuatan yang tidak terbatas; tidak dianggap suatu
gangguan isi pikiran jika sejalan dengan keyakinan pasien atau
lingkungan kultural

• Persepsi adalah suatu proses memindahkan stimulasi fisik menjadi informasi


psikologis; suatu proses mental dimana stimulasi sensoris dibawa ke kesadaran.

a. Gangguan persepsi.

1) Halusinasi

Persepsi sensoris yang palsu yang tidak disertai stimuli eksternal yang
nyata, mungkin terdapat atau tidak terdapat interpretasi waham tentang
pengalaman halusinasi.

a) Halusinasi hipnagogik yaitu halusinasi terjadi saat akan tertidur.

b) Halusinasi hipnopompik yaitu halusinasi terjadi saat bangun tidur.


c) Halusinasi visual yaitu halusinasi penglihatan dapat berupa orang,
benda (fisik) atau citra yang tidak berbentuk (kilatan), sering terjadi
pada kerusakan otak.

d) Halusinasi olfaktorik (cium) yaitu halusinasi membau sesuatu, sering


terjadi pada kerusakan otak.

e) Halusinasi akustik (auditorik) yaitu halusinasi dengar, ditemukan


lebih 99 % halusinasi.

f) Halusinasi kecap (gustatoris), yaitu halusinasi tentang rasa kecap


yang palsu; paling sering pada gangguan organik

g) Halusinasi somatik, yaitu sensasi palsu tentang sesuatu hal yang


terjadi di dalam atau terhadap tubuh, paling sering berasal dari
visceral (dikenal sebagai halusinasi kinestetik)

h) Halusinasi raba (taktil, haptik) yaitu halusinasi ada sesuatu rabaan


pada kulit, adanya gerakan dibawah kulit.

i) Halusinasi somatik (halusinasi kinestetik) yaitu halusinasi adanya


kejadian disuatu alat/bagian tubuhnya.

j) Halusinasi liliput (mikroskopik) yaitu halusinasi dimana benda yang


dilihat tapak lebih kecil ukurannya.

k) Halusinasi yg sejalan dg mood (mood-congruent hallucination) yaitu


halusinasi dimana isi halusinasi adalah konsisten dengan mood.

l) Halusinasi yang tidak sejalan dengan mood (mood-incongruent


hallucination) yaitu halusinasi dimana isinya tidak konsisten dengan
mood.
m) Halusinosis yaitu halusinasi oleh karena pengunaan alkohol yang
kronik.

n) Sinestesia yaitu halusinasi yang muncul diadahului halusinasi yang


lain, misalnya halusinasi visual didahului halusinasi pembauan.

o) Trailling phenomena yaitu halusinasi oleh karena pengguaan obat/


zat.

2) Illusi.

Mispersepsi atau misinterpretasi terhadap stimuli eksternal yang nyata.

b. Gangguan persepsi yang berhubungan dengan gangguan kognitif yaitu


ketidakmampuan mengenali, menginterpretasikan kepentingan kesan
sensorik.

1) Agnosognosia (ketidaktahuan tentang penyakit): yaitu ketidakmampuan


mengenali suatu defek neurologis yang terjadi pada dirinya.

2) Somatopagnosia (autopagnosia) yaitu tidak mengenali bagian tubuhnya


sendiri.

3) Agnosia visual yaitu tidak mengenali benda/orang yang sudah


dikenalnya.

4) Astereognosia yaitu tidak mengenal benda melalui sentuhan/rabaan.

5) Prosopagnosia yaitu tidak mengenali wajah.

6) Apraksia yaitu ketidakmampuan mengerjakan tugas tertentu.


7) Stimultagnosia yaitu ketidakmampuan mengerti lebih satu elemen
pandangan visual pada`suatu waktu atau mengintegrasikan bagian-bagian
menjadi keseluruhan.

8) Adiadokokinesia yaitu ketidakmampuan untuk melakukan pergerakan yg


berubah dengan cepat

c. Gangguan persepsi yang berhubungan fenomena konversi dan disosiasi.

1) Anestesia histerik yaitu hilangnya modalitas sensorik disebabkan konflik


emosional.

2) Makropsia yaitu benda-benda yang dilihat tampak lebih besar dari yang
sebenarnya.

3) Mikropsia yaitu benda-benda yang dilihat tampak lebih kecil dari yang
sebenarnya.

4) Depersonalisasi yaitu perasaan subjektif dirinya berubah terhadap


lingkungannya.

5) Derealisasi yaitu perasaan subjektif lingkungannya berubah terhadap


dirinya.

6) Fugue yaitu mengambil identitas baru pada amnesia dari identitas lama,
pasien dapat bertindak dg identitas baru tersebut.

7) Kepribadian ganda (multiple personality) yaitu satu orang yang tampak


pd wkt yang berbeda menjadi dua atau lebih kepribadian atau karakter
yang sama sekali berbeda ( gangguan disosiasi ).
4. Terangkan tentang tilikan

Kemampuan pasien untuk mengerti penyebab sebenarnya dan arti dari suatau
situasi spt kumpulan gejala.

• Tilikan derajat 1 : penyangkalan total terhadap penyakitnya.

• Tilikan derajat 2 : ambivalensi terhadap penyakitnya.

• Tilikan derajat 3 : menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya.

• Tilikan derajat 4 : menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan tetapi tidak
memahami penyebab sakitnya.

• Tilikan derajat 5 : menyadari penyakitnya dari faktor-faktor yang


berhubungan dengan penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku
praktisnya.

• Tilikan derajat 6 : menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai


motivasi untuk mencapai perbaikan.

5. Diagnosis secara umum skizofrenia dan pembagiannya

Pedoman diagnostik Skizofrenia menurut PPDGJ III:

1. Harus ada sedikitnya satu gejala berikut ini yang amat jelas (dan biasanya dua
gejala atau lebih bila gejala-gejala itu kurang tajam atau kurang jelas) :

a) - “Thought echo“ = isi pikiran dirinyasendiri yang berulang atau bergema


dalam kepalanya (tidak keras) , dan isi pikiran ulangan, walaupun isi
sama, namun kualitasnya berbeda; atau
-“Thought insertion or withdrawal” = isi pikiran yang asing dari luar masuk
kedalam pikirannya (insertion) atau isi pikirannya diambil keluar oleh
sesuatu dari luar dirinya (withdrawal); dan

-“Thought broadcasting” = isi pikirannya tersiar keluar sehingga orang lain


atau umum mengetahuinya;

b) -“Delusion of control” = waham tentang dirinya dikendalikan oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau

-“Delusion of influence” = waham tentang dirinya dipengaruhi oleh suatu


kekuatan tertentu dari luar; atau

-“Delusion of passivity” = waham tentang dirinya tidak berdaya dan pasrah


terhadap suatu kekuatan tertentu dari luar;

(tentang “dirinya“ = secara jelas merujuk ke pergerakan tubuh atau


anggota gerak atau ke pikiran, tindakan, atau penginderaan khusus);

-“Delusional perception” = pengalaman inderawi yang tak wajar, yang


bermakna, sangat khas bagi dirinya, biasanya bersifat mistik atau mukjizat;

c) Halusinasi auditorik:

- Suara halusinasi yang berkomentar secara terus menerus terhadap perilaku


pasien, atau

- Mendiskusikan perihal pasien diantara mereka sendiri (diantara berbagai


suara yang berbicara), atau

- jenis suara halusinasi lain yang berasla dari salah satu bagian tubuh
d) Waham – waham menetap jenis lainnya, yang menurut budaya setempat
dianggap tidak wajar dan sesuatu yang mustahil, misalnya perihal keyakinan
agama atau politik tertentu, atau kekuatan dan kemampuan diatas manusia
biasa (misalnya mampu mengendalikan cuaca, atau berkomunikasi dengan
makhluk asing dari dunia lain).

2. Atau paling sedikit dua gejala dibawah ini yang harus selalu ada secara jelas :

a) Halusinasi yang menetap dari panca indera apa saja, apabila disertai baik
oleh waham yang mengambang maupun yang setengah berbentuk tanpa
kandungan afektif yang jelas, ataupun disertai oleh ide – ide berlebihan
(over loaded ideas) yang menetap, atau yang apabila terjadi setiap hari
selama berminggu – minggu atau berbulan – bulan terus menerus;

b) Arus pikiran yang terputus (break) atau yang mengalami sisipan


(interpolation), yang berakibat inkoherensi atau pembicaraan yang tidak
relevan atau neologisme;

c) Perilaku katatonik, seperti keadaan gaduh gelisah (excitement), posisi tubuh


tertentu (posturing), atau fleksibilitas cerea, negativisme, mutisme dan
stupor;

d) Gejala – gejala “negatif”, seperti sangat apatis, bicara yang jarang, dan
respons emosional yang menumpul atau tidak wajar, biasanya yang
mengakibatkan penarikan diri dari pergaulan sosial dan menurunnya kinerja
sosial; tetapi harus jelas bahwa semua hal tersebut tidak disebabkan oleh
depresi atau medikasi neuroleptika;

3. Adanya gejala – gejala khas tersebut diatas telah berlangsung selama kurun
waktu satu bulan atau lebih (tidak berlaku untuk setiap fase nonpsikotik
prodormal);
4. Harus ada suatu perbuatan yang konsisten dan bermakna dalam mutu
keseluruhan (overall quality) dari beberapa aspek perilaku pribadi (personal
behaviour), bermanifestasi sebagai hilangnya minat, hidup tak bertujuan, tidak
berbuat sesuatu, sikap larut dalam diri sendiri (self absorbed attitude), dan
penarikan diri secara sosial.

SUB TIPE SKIZOFRENIA

A. Skizofrenia Paranoid

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofrenia

2. Sebagai tambahan :

• Halusinasi dan/atau waham harus menonjol;

a) Suara – suara halusinasi yang mengancam pasien atau memberi


perintah, atau halusinasi auditorik tanpa bentuk verbal berupa bunyi
pluit (whistling), mendengung (humming), atau bunyi tawa (laughing);

b) Halusinasi pembauan atau pengecapan rasa, atau bersifat seksual, atau


lain – lain perasaan tubuh; halusinasi visual mungkin ada tetapi jarang
menonjol;

c) Waham dapat berupa hampir setiap jenis, tetapi waham dikendalikan


(delusion of control), dipengaruhi (deusion of influence), atau
“passivity” (delusion of passivity), dan keyakinan dikejar – kejar
beraneka ragam, adalah yang paling khas;

• Gangguan afektif, dorongan kehendak dan pembicaraan, serta gejala

katatonik secara relatif tidak nyata/tidak menonjol.

B. Skizofrenia Hebefrenik
1. Memenuhi kriteria umu diagnosis skizofrenia.

2. Diagnosis henefrenia untuk pertama kalinya hanya ditegakkan pada usia


remaja atau dewasa muda (onset biasanya mulai 15 – 25 tahun)

3. Kepribadian premorbid menunjukkan ciri khas: pemalu dan senang


menyendiri (solitary), namun tidak harus demikian untuk menentukan
diagnosis.

4. Untuk diagnosis henefrenik yang meyakinkan umumnya diperlukan


pengamatan kontinu selama 2 atau 3 bulan lamanya, untuk memastikan
bahwa gambaran yang khas berikut ini memang benar bertahan :

a) Perilaku yang tidak bertanggung jawab dan tidak dapat diramalkan, serta
mannerisme; ada kecenderungan untuk selalu menyendiri (solitary), dan
perilaku menunjukkan hampa tujuan atau hampa perasaan;

b) Afek pasien dangkal (shallow) dan tidak wajar (inappropiate), sering


disertai oleh cekikikan (giggling) atau perasaan puas diri (self satisfied),
senyum sendiri (self absorbed smilling) atau oleh sikap, tinggi hati (lofty
manner), tertawa menyeringai ( grimaces), mannerisme, mengibuli secara
bersenda gurau (pranks), keluahan hipokondriakal, dan ungkapan kata
yang diulang – ulang (reiterated phrase).

c) Proses pikir mengalami disorganisasi dan pembicaraan tak menentu


(rambling) serta inkoheren.

5. Gangguan afektif dan dorongan kehendak, serta gangguan proses pikir


umumnya menonjol halusinasi atau waham mungkin ada tetapi biasanya
tidak menonjol (fleeting and fragmentary delusions and hallucinations).
Dorongan kehendak (drive) dan yang bertujuan (determination) hilang serta
sasaran ditinggalkan, sehingga perilaku penderita memperlihatkan ciri khas,
yaitu perilaku tanpa tujuan (aimless)dan tanpa maksud ( empty of puspose)
adanya suatu preokupasi yang dangkal dan bersifat dibuat – buat terhadap
agama, filsafat dan tema abstrak lainnya, makin mempersukar orang
memahamijalan pikiran pasien.

C. Skizofrenia Katatonik

1. Memenuhi kriteria umum diagnosis skizofenia

2. Satu atau lebih perilaku berikut ini harus mendominasi gambaran klinisnya :

a) Stupor (amat berkurangnya dalam reaktifitas terhadap lingkungan dan


dalam gerakan serta aktifitas spontan) atau mutisme (tidak berbicara);

b) Gaduh gelisah ( tampak jelas aktifitas motorik yang tak bertujuan, yang
tidak dipengaruhi oleh stimuli eksternal);

c) Menampilkan posisi tubuh tertentu (secara sukarela mengambil dan


mempertahankan anggota gerak dan tubuh dalam posisi tubuh tertentu
yang tidak wajar atau aneh);

d) Negativisme (tampak jelas perlawanan yang tidak bermotif terhadap


semua perintah atau upaya untuk menggerakkan, atau pergerakan kearah
yang berlawanan);

e) Rigiditas (mempertahankan posisi tubuhyang kaku untuk melawan upaya


menggerakan dirinya);

f) Fleksibilitas cerea/”waxy flexibility (mempertahankan anggota gerak dan


tubuh dalam posisi yang dapat dibentuk dari luar); dan
g) Gejala – gejala lain seperti “command automatism” (kepatuhan secara
otomatis terhadap perintah), dan pengulangan kata - kata serta kalimat –
kalimat.

3. Pada pasien yang tidak komunikatif dengan manifestasi perilaku dan


gangguan katatonik, diagnosis skizofrenia mungkin harus ditunda sampai
diperoleh bukti yang memadai tentang adanya gejala – gejala lain. Penting
untuk diperhatikan bahwa gejala –gejala katatonik bukan petunjuk untuk
diagnosis skizofrenia. Geja katatonik dapat dicetuskan oleh penyakit otak,
gangguan metabolik, atau alkohol dan obat – obatan, serta dapat juga terjadi
pada gangguan afektif.

D. Skizofrenia Tak Terinci

1. Memenuhi kriteria umum untuk diagnosis skizofrenia.

2. Tidak memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia paranoid, hebefrenik,


atau katatonik.

3. Tidak memenuhi kriteria untuk skizofrenia residual atau depresi pasca


skizofrenia.

E. Depresi Pasca Skizofrenia

1. Diagnosis harus ditegakan hanya kalau:

a) Pasien telah menderita skizofrenia (yang memenuhi kriteria umum


skizofrenia) selama 12 bulan terakhir ini;

b) Beberapa gejala skizofrenia masih tetap ada (tetapi tidak lagi


mendominasi ggambaran klinisnya) dan ;
c) Gejala – gejala depresif menonjol dan mengganggu, memenuhi paling
sedikit kriteria untuk episode depresif (F32.-), dan telah ada dalam kurun
waktu paling sedikit 2 minggu.

2. Apabila pasien tidak menunjukkan lagi gejala skizofrenia, diagnosis


menjadi episode depresif (F32.-). Bila gejala skizofrenia masih jelas dan
menonjol, diagnosis harus tetap salah satu dari subtipe skizofrenia yang
sesuai (F20.0-F20.3).

F. Skizofrenia Residual

1. Untuk suatu diagnosis yang meyakinkan, persyaratan berikut ini harus


dipenuhi semua :

b) Gejala “negatif” dari skizofrenia yan menonjol, misalnya perlambatan


psikomotorik, aktifitas yang menurun, afek yang menumpul, sikap pasif
dan ketiadaan inisiatif, kemiskinan dalam kuantitas atau isi pembicaraan,
komunikasi non verbal yang buruk sperti dalam ekspresi muka, kontak
mata, modulasi suara dan posisi tubuh, erawatan diri dan kinerja sosial
yang buruk;

c) Sedikitnya ada riwayat satu episode psikotikyang jelas dimasa lampau


yang memenuhi kriteria untuk diagnosis skizofrenia;

d) Sedikitnya sudah melewati kurun waktu satu tahun dimana intensitas dan
frekuensi gejala yang nyata seperti waham dan halusinasi telah sangat
berkurang (minimal) dan telah timbul sindrom “negatif” dari skizofrenia;

e) Tidak terdapat dementia atau penyakit/gangguan otak organik lain,


depresi kronis atau institusionalisasi yang dapat menjelaskan disabilitas
negatif tersebut.
G. Skizofrenia Simpleks

1. Diagnosis skizofrenia simpleks sulit dibuat secara meyakinkankarena


tergantung pada pemantapan perkembangan yang berjalan perlahan dan
progresif dari :

o) Gejala “negatif” yang khas dari skizofrenia residual tanpa didahului


riwayat halusinasi, waham, atau manifestasi lain dari episode psikotik;
dan

p) Disertai dengan perubahan – perubahan perilaku pribadi yang bermakna,


bermanifestasi sebagai kehilangan minat yang mencolok, tidak berbuat
sesuatu, tanpa tujuan hidup, dan penarikan diri secara sosial.

2. Gangguan ini kurang jelas gejala psikotiknya dibandingkan subtipe


skizofrenia lainnya.

6. Diagnosis multiaksial

• Aksis I: Gangguan Klinis (F00-09, F10-29, F20-29, F30-39, F40-48,


F50-59, F62-68, F80-89, F90-98, F99).

• Aksis II: Gangguan Kepribadian (F60-61, gambaran kepribadian


maladaptif, mekanisme defensi maladaptif) dan retardasi mental (F70-79) 

Aksis III: Kondisi Medik Umum

• Aksis IV: Masalah Psikososial dan Lingkungan (keluarga, lingkungan sosial,


pendidikan, pekerjaan, perumahan, ekonomi, akses pelayanan kesehatan,
hukum, psikososial)

• Aksis V: Penilaian Fungsi Secara Global (Global Assesment of Functioning


= GAF Scale)
Tujuan diagnosis multiaksial:

• Informasi komprehensif sehingga membantu perencanaan terapi dan


meramalkan outcome.

• Format mudah dan sistematik sehingga membantu menata dan


mengkomunikasikan informasi klinis, menangkap kompleksitas situasi
klinis, dan menggambarkan heterogenitas individu dengan diagnosis yang
sama.

• Penggunaan model bio-psiko-sosial.

7. Prognosis skizofrenia

Sejumlah studi telah menunjukkan bahwa selama periode 5 sampai 10 tahun setelah
rawat inap psikiatrik yang pertama untuk skizofrenia, hanya sekitar 10 sampai 20 persen
pasien yang dapat dideskripsikan memiliki hasil akhir yang baik. Lebih dari 50 persen
pasien dapat digambarkan memiliki hasil akhir yang buruk, dengan rawat inap berulang,
eksaserbasi gejala, episode gangguan mood mayor, dan percobaan bunuh diri. Meski
terdapat gambaran yang kelam ini, skizofrenia tidak selalu memiliki perjalanan penyakit
yang memburuk dan sejumlah faktor dikaitkan dengan prognosis yang baik.

Prognosis baik Prognosis buruk


Onset akut Onset kronik
Faktor pencetus jelas Faktor pencetus tidak jelas
Pendukung sosial baik Pendukung sosial buruk
Gejala positif yang menonjol Gejala negatif yang menonjol
Riwayat premorbid baik Riwayat premorbid buruk
Menikah Tidak menikah
Psikoseksual yang baik Psikoseksual yang buruk
Status ekonomi yang baik Status ekonomi yang buruk
Tidak ada kekambuhan Ada kekambuhan
Faktor genetik tidak ada Faktor genetik ada

8. Jelaskan tentang GAF dan tujuan pemeriksaannya

Global Assessment of Functioning (GAF) adalah sistem penilaian yang digunakan para
profesional kesehatan mental untuk menilai seberapa baik seseorang berfungsi dalam
kehidupan sehari-hari mereka. Skala ini digunakan untuk mengukur dampak penyakit
kejiwaan pada kehidupan seseorang dan keterampilan dan kemampuan fungsional sehari-
hari. Skor yang digunakan adalah dari 0 hingga 100, dengan 100 mewakili fungsi
superior. Dokter mempertimbangkan seberapa sulit seseorang dalam kehidupan sehari-
hari mereka dengan fungsi sosial, pekerjaan, sekolah, dan psikologis sebelum
memberikan skor. GAF mencakup rentang dari kesehatan mental positif hingga
psikopatologi berat, menilai secara global tentang bagaimana pasien melakukan kegiatan
keseharian, dan bertujuan untuk menjadi sistem penilaian generik daripada diagnosis
spesifik. GAF mencerminkan kebutuhan akan informasi multidimensi yang lebih banyak
tentangpasien, daripada diagnosis, dan mengukur tingkat penyakit mental dengan menilai
fungsi psikologis, sosial dan pekerjaan. Karena sistem GAF menggunakan seperangkat
kriteria standar, seorang dokter dapat memberi tahu dokter lain skor GAF seseorang dan
dapat dengan segera memiliki gagasan tentang bagaimana penyakit seseorang
mempengaruhi mereka. Ada dua kategori pertimbangan utama. Yang pertama adalah
tingkat fungsi seseorang dalam kehidupan sehari-hari. Yang kedua adalah tingkat
keparahan penyakit mental mereka.
Penilaian Interpretasi
100-91 gejala tidak ada, fungsi max, tidak ada masalah yang tidak
tertanggulangi
90-81 gejala minimal, fungsi baik, cukup puas, tidak lebih dari masalh harian
biasa
80-71 gejala sementara dan dapat diatasi, disabilitas ringan dalam social
70-61 beberapa gejala ringan dan menetap, disabilitas ringan dalam fungsi,
secara umum baik
60-51 gejala dan disabilitas sedang
50-41 gejala dan disabilitas berat
40-31 beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan komunikasi,
disabilitas berat dalam beberapa fungsi
30-21 disabilitas berat dalam komunikasi dan daya nilai, tidak mampu
berfungsi dalam hampir semua bidang
20-11 bahaya mencederai diri/orang lain, disabilitas sangat berat dalam
komunikasi dan mengurus diri
10-01 persisten dan lebih serius
0 informasi tidak adekuat

Anda mungkin juga menyukai

  • Ich Pons
    Ich Pons
    Dokumen34 halaman
    Ich Pons
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Lfuckclxk
    Lfuckclxk
    Dokumen8 halaman
    Lfuckclxk
    Andarini Nurvikasari
    Belum ada peringkat
  • FSDS
    FSDS
    Dokumen1 halaman
    FSDS
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Ipd
    Lapsus Ipd
    Dokumen31 halaman
    Lapsus Ipd
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Lapsus Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang (Icha, Sella)
    Lapsus Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang (Icha, Sella)
    Dokumen14 halaman
    Lapsus Diare Akut Dehidrasi Ringan Sedang (Icha, Sella)
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Sate
    Sate
    Dokumen1 halaman
    Sate
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Lapsus DF Ica
    Lapsus DF Ica
    Dokumen28 halaman
    Lapsus DF Ica
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • JKLM
    JKLM
    Dokumen1 halaman
    JKLM
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Ydcv
    Ydcv
    Dokumen2 halaman
    Ydcv
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • 22
    22
    Dokumen10 halaman
    22
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • FHCF
    FHCF
    Dokumen28 halaman
    FHCF
    ichacloudiac
    100% (2)
  • Referat Internet Gaming Disorder
    Referat Internet Gaming Disorder
    Dokumen16 halaman
    Referat Internet Gaming Disorder
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Avnbfh
    Avnbfh
    Dokumen2 halaman
    Avnbfh
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • HGFGHJ
    HGFGHJ
    Dokumen13 halaman
    HGFGHJ
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • 72-Article Text-204-1-10-20170421 PDF
    72-Article Text-204-1-10-20170421 PDF
    Dokumen7 halaman
    72-Article Text-204-1-10-20170421 PDF
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • HGFGHJ
    HGFGHJ
    Dokumen13 halaman
    HGFGHJ
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
    Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
    Dokumen37 halaman
    Bab I Pendahuluan 1.1. Latar Belakang
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • 22
    22
    Dokumen10 halaman
    22
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Herpes Simolex
    Herpes Simolex
    Dokumen6 halaman
    Herpes Simolex
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Status THT Lie Ai Tjoe
    Status THT Lie Ai Tjoe
    Dokumen8 halaman
    Status THT Lie Ai Tjoe
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Case Ujian Ica PDF
    Case Ujian Ica PDF
    Dokumen15 halaman
    Case Ujian Ica PDF
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Lapkas Tinea
    Lapkas Tinea
    Dokumen8 halaman
    Lapkas Tinea
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Status Anak
    Status Anak
    Dokumen12 halaman
    Status Anak
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Herpes Simolex
    Herpes Simolex
    Dokumen6 halaman
    Herpes Simolex
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Journal Reading
    Journal Reading
    Dokumen15 halaman
    Journal Reading
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • PENE ULANG FIX REVisiiiii'
    PENE ULANG FIX REVisiiiii'
    Dokumen51 halaman
    PENE ULANG FIX REVisiiiii'
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • GHLK
    GHLK
    Dokumen19 halaman
    GHLK
    ichacloudiac
    Belum ada peringkat
  • Bab I
    Bab I
    Dokumen9 halaman
    Bab I
    rifnafebraini
    Belum ada peringkat
  • Konjungtivitis
    Konjungtivitis
    Dokumen16 halaman
    Konjungtivitis
    andi firdha restuwati
    Belum ada peringkat