OLEH:
NOVYCHA AULIAFENDRI
NIM 167014031
TESIS
OLEH:
NOVYCHA AULIAFENDRI
NIM 167014031
OLES:
NOVYCBA AULIAPENDRf
NIM 167014031
Menyetujui:
Komisi Pembimbing, Komisi Penguji,
Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt Dr. Poppy Anjelisa Z. Hsb, S.Si., M.Si., Apt
NIP 195103261978022001 NIP 197506102005012003
Yuandani, S.Farm., M.Si., Ph.D., Apt . Amin Dalimunthe, S. Si., M.Si., Apt
NIP 198303202009122004 NIP 19780 32005012004
yril 2019
Mengetahui:
Ketua Program Studi,
Telah diuji dan dinyatakan LULUS di depan Komisi Penguji Tesis pada hari Rabu
tanggal dua puluh tiga bulan Januari tahun dua ribu sembilan belas.
Menyetujui:
Puji dan syukur kehadirat Allah SWT, atas limpahan karunia dan rahmat-
Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tesis ini. Penelitian ini bertujuan
untuk melakukan skrining fitokimia, uji aktivitas sitotoksik, uji produksi Nitric
Oxide dan uji analisis ekspresi gen pada ekstrak n-heksana, etilasetat, etanol herba
poguntano (Picria fel-terrae Lour.) terhadap sel RAW 264.7 secara In vitro. Tesis
ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar magister farmasi
mendapatkan bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, baik moril maupun
materil. Untuk itu penulis ingin menghaturkan penghargaan dan terima kasih yang
1. Bapak Prof. Dr. Runtung Sitepu, S.H., M.Hum., selaku Rektor Universitas
2. Ibu Prof. Dr. Masfria, M.S., Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi, Universitas
Sumatera Utara, Medan, yang telah menyediakan fasilitas dan kesempatan bagi
3. Bapak Prof. Dr. Urip Harahap, Apt selaku Ketua Program Studi Magister
vi
Universitas Sumatera Utara
4. Ibu Prof. Dr. Rosidah, M.Si., Apt., dan Ibu Yuandani, M.Si., P.hD., Apt.,
arahan, masukan, saran, dan dorongan dengan penuh kesabaran tulus dan
tesis ini.
5. Ibu Dr. Poppy Anjelisa Z. Hsb, S.Si, M.Si., Apt dan Ibu Dr. Aminah
Dalimunthe, S.Si., M.Si., Apt., sebagai Komisi Penguji yang telah banyak
memberikan saran dan masukan bagi penulis dalam penyelesaian tesis ini,
beserta staf.
beserta staf.
8. Bapak dan Ibu Staff Pengajar Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara
Penulis juga tidak lupa mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang
tulus kepada orang tua, Ayahanda, Ibunda Endriniati atas doa dan dukungan baik
moril maupun materil; kakak, adik tersayang, atas doa, dorongan dan semangat
dalam penyelesaian tesis ini; dan kepada abang Denny Satria, M.Si., Apt., dan
kakak Dina Maya Syari, S.Farm., Apt terima kasih atas bimbingan dan
motivasinya serta semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu selalu
vii
Universitas Sumatera Utara
Penulis menyadari bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan sehingga
penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pihak guna perbaikan tesis ini. Akhir kata penulis berharap semoga tesis ini dapat
Novycha Auliafendri
NIM 167014031
viii
Universitas Sumatera Utara
AKTIVITAS IMUNOMODULATOR EKSTRAK HERBA
POGUNTANO (Picria fel-terrae Lour.) TERHADAP
SEL RAW 264.7 SECARA IN VITRO
ABSTRAK
Kata kunci: Herba poguntano, Sel RAW 264.7, Nitric Oxide, ekspresi gen.
ix
Universitas Sumatera Utara
THE IMMUNOMODULATORY ACTIVITIES OF THE EXTRACT OF
POGUNTANO (Picria fel-terrae Lour.) HERB
TOWARD RAW 264.7 CELL IN VITRO
ABSTRACT
Keywords: Picria fel-terrae Lour, RAW 264.7 Cell, Nitric Oxide, gene expression.
x
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR ISI
xi
Universitas Sumatera Utara
2.8.3 Nama asing .................................................................................................37
2.8.4 Morfologi tumbuhan ..................................................................................37
2.8.5 Khasiat tumbuhan .......................................................................................37
2.9 Simplisia .....................................................................................................38
2.10 Ekstraksi .....................................................................................................39
2.10.1 Cara dingin .................................................................................................39
2.10.2 Cara panas ..................................................................................................41
2.11 Kerangka teori penelitian ...........................................................................42
xii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................79
LAMPIRAN ...........................................................................................................89
xiii
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR TABEL
xiv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR GAMBAR
xv
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR LAMPIRAN
xvi
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR SINGKATAN
xvii
Universitas Sumatera Utara
BAB I
PENDAHULUAN
dalam pertahanan infeksi disebut sistem imun, sedangkan reaksi koordinasi sel-sel
dan molekul tersebut dalam pertahanan terhadap infeksi disebut respon imun
(Abbas, et al., 2016). Pada era modern ini populasi manusia sangat rentan
kanker, penyakit akibat infeksi dan lain-lain (WHO, 2015). Hal ini disebabkan
diantaranya karena gangguan sistem imun tubuh manusia dan juga faktor gaya
dapat dilawan dengan adanya sistem imun. Pada saat fungsi dan jumlah sistem
penyakit terutama terkait dengan penyakit infeksi dan pada saat fungsi dan jumlah
sistem imun berlebih maka akan menyerang dirinya sendiri atau disebut penyakit
autoimun. Oleh karena itu, sangat penting mempertahankan sistem imun bekerja
1
Universitas Sumatera Utara
imunosupresor berfungsi menekan aktivitas sistem imun (Alamgir and Uddin,
seperti AIDS dan kanker (Sudiono, 2014; Ilyas, et al., 2016; Abbas, et al., 2016).
jawab atas 8,8 juta kematian pada tahun 2015. Kanker yang disebabkan oleh
infeksi seperti hepatitis dan human papilloma virus (HPV), bertanggung jawab
tetapi banyak dari mereka memiliki efek samping yang serius. Aspirin dan
ibuprofen adalah salah satu obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID) yang dapat
menyebabkan masalah mukosa lambung dan usus (Sostres, et al., 2010; Yuandani,
telah menunjukkan berbagai efek samping seperti retensi cairan, kenaikan berat
2
Universitas Sumatera Utara
pengobatan herbal untuk penyakit-penyakit infeksi virus, hepatotoksik, kanker
dan lain-lain tanpa menggunakan obat sintetis dapat mengurangi bahkan tidak
menimbulkan efek samping dari obat sintetis tersebut (Ilyas, et al., 2016).
untuk memodulasi sistem kekebalan tubuh. Ekstrak dari beberapa tanaman herbal
regulasi baik respon bawaan dan adaptif dari respon imun (Gautam, et al., 2004;
Jayathirtha and Mishra, 2004; Yu L, et al., 2009; Kim, et al., 2016; Chi, et al.,
2016; Kwon, et al., 2016; Zheng, et al., 2017; Yuandani, et al., 2017;). Unsur
kimia dari tanaman ini adalah sumber baru agen imunomodulasi yang potensial.
khusus pada berbagai komponen dan fungsi sistem kekebalan tubuh. Ada
peningkatan minat untuk prospek imunomodulator alami dari tanaman yang telah
merupakan peluang yang prospektif. Salah satu tanaman yang potensial adalah
Poguntano.
3
Universitas Sumatera Utara
Tumbuhan Poguntano (Picria fel-terrae Lour) telah dilakukan berbagai
(Thuan, et al., 2007); antivirus (Zheng, et al., 2010); antidiabetes (Harfina, et al.,
2012; Sitorus, et al., 2014); anthelmintik (Patilaya dan Husori 2015); antikanker
yang bisa dikembangkan sebagai kokemoterapi (Satria, et al., 2015; Lestari, et al.,
yang tinggi dan aktivitas antiproliferatif terhadap sel kanker payudara (Satria, et
al., 2017).
Apigenin memiliki efek anti inflamasi, antiradikal bebas, antikanker (Long, et al.,
wogonin, luteolin dan luteolin 7 glukosida mencegah produksi TNF-α, IL-1β dan
IL-6 pada sel makrofag RAW 264.7 yang diinduksi Lipopolisakarida (Durga, et
al., 2014). Pada penelitian Sitorus, et al., (2014) juga menunjukkan adanya
4
Universitas Sumatera Utara
senyawa steroid/triterpenoid pada ekstrak n-heksana pogunatano yaitu senyawa β-
makrofag RAW 264.7 memilliki efek antiinflamasi (Choi, et al., 2012) dan
bakteri gram-negatif berfungsi sebagai inducer utama yang dapat memicu aktivasi
sel makrofag pada sistem kekebalan (Olson dan nardin, 2014, Joo, et al., 2014).
dosis ekstrak etanol daun poguntano yang diuji pada penelitian 0,5% dosis 10
Inflamasi merupakan sebuah reaksi yang kompleks dari sistem imun tubuh
pada jaringan vaskuler yang menyebabkan akumulasi dan aktivasi leukosit serta
protein plasma yang terjadi pada saat infeksi, keracunan maupun kerusakan sel.
(kronis) juga dapat menyebabkan kerusakan jaringan dan bertanggung jawab pada
5
Universitas Sumatera Utara
mekanisme beberapa penyakit (Abbas, et al., 2010). Proses terjadinya inflamasi
Makrofag merupakan salah satu sel yang berperan penting dalam respon
imun, baik secara fungsional dalam proses fagositosis maupun sebagai antigen
presenting cells (APC) mengambil dan menelan bahan asing dan menyajikan
antigen ini ke sel lain dari sistem kekebalan tubuh seperti sel T dan sel B.
menempel pada sel endotel dan bermigrasi keluar pembuluh darah ke rongga
respon inflamasi. Makrofag yang berada pada jaringan yang diaktifkan akan
TNF-α (tumor necrosis factor-α) yang menginduksi perubahan lokal dan sistemik.
Mediator inflamasi seperti IL-1, IL-6 dan TNF-α juga berperan dalam memacu
merupakan sel efektor utama pada pertahanan inang melawan bakteri, melalui
produksi nitric oxide (NO) yang bersifat sitotoksik untuk parasit. NO merupakan
produk utama dan produksi yang dikendalikan oleh nitric oxide synthase (NOS)
seperti iNOS (inducible nitric oxide synthase). iNOS diinduksi pada makrofag
sehingga aktivasi mengarah pada kehancuran organ pada beberapa inflamasi dan
imun sehingga perlu diketahui ekspresi gen dari sitokin tersebut. Metode yang
6
Universitas Sumatera Utara
dilakukan dalam mengetahui pengaruh ekspresi gen menggunakan metode
RNA dan menghasilkan DNA yang disebut dengan cDNA. Setelah terbentuk
Metode RT-PCR juga telah digunakan untuk melihat tingkat ekspresi dari TNF-α,
IL-6, IL-1β, COX-2, iNOS dan β-actin (Yoon, et al., 2009; Yanti, et al., 2011).
Adapun RNA/DNA yang digunakan dalam metode RT-PCR ini diperoleh dari Sel
RAW 264.7. Sel RAW 264.7 merupakan suatu monocyte-machrophage cell line
yang banyak digunakan dalam penelitian tentang sistem imun karena merupakan
sel makrofag yang diproduksi dari sumsum tulang belakang. Sel RAW 264.7
dapat diperoleh dari organisme Mus musculus yang mengalami tumor diinduksi
oleh virus leukemia murine Abelson dan juga dapat diperoleh dari kultur sel
aktivitas imunomodulator ekstrak herba poguntano pada kultur sel RAW 264.7
secara in vitro. Pengujian viabilitas sel untuk mengetahui konsentrasi aman pada
ekstrak herba poguntano menggunakan metode MTT assay, produksi nitric oxide
(NO) menggunakan pereaksi Griess dan analisis ekspresi iNOS, TNF-α, IL-1β,
PCR).
7
Universitas Sumatera Utara
1.2 Perumusan masalah
adalah:
RAW 264.7?
nitric oxide (NO) pada sel RAW 264.7 yang diinduksi dengan
Lipopolisakarida?
iNOS, TNF-α, IL-1β dan IL-6 pada sel RAW 264.7 yang diinduksi dengan
Lipopolisakarida?
1.3 Hipotesis
ini adalah :
RAW 264.7.
oxide (NO) pada sel RAW 264. 7 yang diinduksi dengan Lipopolisakarida.
TNF-α, IL-1β dan IL-6 pada sel RAW 264.7 yang diinduksi dengan
Lipopolisakarida.
8
Universitas Sumatera Utara
1.4 Tujuan penelitian
menghambat produksi nitric oxide (NO) pada sel RAW 264.7 yang
menghambat ekspresi iNOS, TNF-α, IL-1β dan IL-6 pada sel RAW 264.7
imunomodulator.
variabel terikat dan 1 parameter. Variabel bebas pada penelitian ini yaitu ekstrak
positif dengan berbagai konsentrasi. Variabel terikat dalam penelitian ini adalah
9
Universitas Sumatera Utara
viabilitas sel (untuk mengetahui konsentrasi aman dari sampel), produksi NO dan
ekspresi gen (iNOS, TNF-α, IL-1β dan IL-6). Adapun parameter pada kerangka
pikir penelitian ini yaitu persentase sel hidup, kadar NO dan densitas gambaran
pita ekspresi gen. Secara skematis kerangka pikir penelitian ditampilkan pada
Gambar 1.1
10
Universitas Sumatera Utara
Variabel Bebas Variabel Terikat Parameter
Konsentrasi
yang aman
Konsentrasi
paling efektif
11
Universitas Sumatera Utara
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Sistem imun merupakan molekul, sel, jaringan dan organ yang secara
organisme asing. Sistem imun dibagi atas dua jenis, yaitu sistem imun alami
(nonspesifik atau innate immune) dan sistem imun dapatan (spesifik atau adaptive
immune) (Abbas, et al, 2016). Mekanisme pertahanan tubuh oleh sistem imun
alami bersifat spontan, tidak spesifik, dan tidak berubah baik secara kualitas
maupun kuantitas bahkan setelah paparan berulang dengan patogen yang sama
sedangkan sistem imun dapatan muncul setelah proses mengenal oleh limfosit
melindungi tubuh selama 4-5 hari merupakan waktu yang diperlukan untuk
Gambar 2.1 Mekanisme imunitas alami dan imunitas adaptif (Abbas et al., 2016).
Mekanisme imunitas alami merupakan pertahanan awal melawan infeksi.
Sedangkan respon imun adaptif timbul setelahnya dan dimediasi oleh
limfosit dan produknya. Antibodi mengblok infeksi dan mengeliminasi
mikroba, eradikasi mikroba ekstrasel dilakukan oleh sel T. Kinetika respon
imun bawaan dan adaptif berbeda tergantung dari jenis infeksinya.
12
Universitas Sumatera Utara
2.2 Komponen sistem imun
Sistem imun terdiri dari 2 komponen yaitu komponen selular dan humoral.
2.2.1 Selular
Komponen selular dalam sistem imun yaitu sel fagosit dan sel limfosit.
2.2.1.1 Fagosit
a. Polimorfonuklear
Pada respon terhadap infeksi, produksi neutrofil dari sumsum tulang meningkat
cepat dan jumlahnya meningkat hingga 20.000/µL darah. Neutrofil adalah tipe sel
bakteri dan fungi, dan merupakan sel yang dominan saat inflamasi akut (Abbas, et
al., 2016). Eosinofil terlibat dalam respons antiparasit dan reaksi alergi, infeksi
parasit dan inflamasi kulit. Di dalam darah 1 sampai 3 % sel darah putih adalah
eosinofil. Basofil merupakan granulosit yang paling jarang hanya 0,4 sampai 1%
sel darah putih di dalam darah. Jumlah basofil dapat meningkat pada kasus
leukemia, pada beberapa respons alergi, pada pasien penderita inflamasi kronis
dan pada pasien setelah terapi. Basofil berperan dalam inflamasi dan alergi (Olson
b. Mononuklear
13
Universitas Sumatera Utara
sel monosit matang dan menjadi makrofag. Sel makrofag berdiferensiasi,
Lichtman, 2010). Ukuran makrofag bisa 5-10 kali lebih besar dibanding monosit
2.2.1.2 Limfosit
yang sangat beragam yang terdistribusi secara klonal, merupakan mediator kunci
imunitas adaptif. Sel limfosit naif berproliferasi dan berdiferensiasi menjadi sel
limfosit memori dan berbagai sel efektor yang mensekresi berbagai limfokin yang
dapat berperan sebagai mediator dalam sistem imunitas. Limfokin ini berpengaruh
pada aktivasi sel B, sel T, sel NK dan sel lain yang terlibat dalam respon imun
a. Limfosit B
yang mengenali antigen dan mengawali proses aktivasi sel. Antigen terlarut dan
antigen permukaan mikroba serta sel-sel lainnya dapat berikatan dengan reseptor
b. Limfosit T
14
Universitas Sumatera Utara
menyajikan molekul, yang disebut molekul Major Histocompatibility Complex
(MHC), pada permukaan sel khusus yang disebut sel penyaji antigen (antigen-
presenting cells APC). Limfosit T, sel T CD4+ disebut sel T helper karena
al., 2016).
al., 2016). Sel NK adalah sumber penting IFN-γ, terutama ketika dirangsang
dengan IL-12 dan IL-18. Selain itu, IFN-γ merupakan penambah aktivitas sel NK
sitotoksik. Dengan demikian, sel-sel NK yang toksik pada tikus defisiensi IFN-γ.
Sebagai catatan, IFN-γ adalah penginduksi paling kuat dari protein pengikat IL-
18, inhibitor signifikan IL-18. Dengan fungsi pengaturan ini, IFN-γ menginduksi
jalur umpan balik negatif dalam proses inflamasi, juga mempengaruhi produksi
sel NK itu sendiri. Dalam sel B, IFN-γ bertindak langsung pada sekresi antibodi
dengan mengatur perpindahan kelas Ig dari IgM ke isotipe hilir (Avau and
Matthys, 2015).
15
Universitas Sumatera Utara
2.2.2 Humoral
komplemen.
2.2.2.1 Sitokin
inflamasi dan bertanggung jawab dalam komunikasi antara leukosit dan antara
sebagai sitokin disebut Interleukin. Sitokin diproduksi makrofag dan sel NK yang
berperan pada inflamasi dini, merangsang proliferasi, diferensiasi, dan aktivasi sel
efektor khusus seperti makrofag. Sitokin yang diproduksi sel T mengaktifkan sel-
a. Interleukin
limfosit atau pirogen endogen, yang merupakan pengatur kunci dari inflamasi
adhesi endotel dan aktivasi makrofag. Selain itu IL-1 juga berperan dalam
IL-1 terdiri dari α dan β (Playfair dan Chain, 2012). IL-1β memainkan peran
penting dalam regulasi sistem kekebalan dan respon inflamasi. IL-1β merupakan
mediator terjadinya inflamasi. IL-1β dan sitokin proinflamasi yang lain berperan
16
Universitas Sumatera Utara
meningkatkan aktivitas sel makrofag, sel NK, dan limfosit (Chi, et al., 2016). IL-
1β merupakan sitokin yang dirilis oleh ICE, dan juga berperan di dalam aktivitas
selular seperti proliferasi, diferensiasi dan apoptosis. Induksi COX-2 pada sitokin
ini di dalam sistem saraf pusat ditemukan sebagai penyebab hipersensitivitas yang
berperan sebagai mediator inflamasi. IL-6 dihasilkan oleh makrofag dan juga
dihasilkan oleh jenis sel lainnya, seperti limfosit T, fibroblast dan sel-sel tumor
seperti glioblastoma, miksoma dan sel karsinoma kandung kemih. IL-6 yang
dihasilkan oleh sel limfosit T digolongkan pula dalam limfokin. IL-6 memiliki
keterkaitan dengan IL-1 dan TNF (Tumor Necrosis Factor), karena ketiga sitokin
menginduksi pelepasan monokin lain. Misalnya IL-1 dan TNF dapat menginduksi
pelepasan IL-6, dan IL-6 menginduksi pelepasan IL-1 dan TNF. Hal yang menarik
“respon fase akut”. Respon fase akut ini bermanifestasi sebagai demam dan
pergeseran kandungan beberapa jenis protein dalam serum yang diproduksi oleh
Faktor nekrosis tumor terdiri TNF-α dan TNF-β. TNF menimbulkan efek
17
Universitas Sumatera Utara
menimbulkan syok vaskular. Dahulu diberi nama tersebut karena mampu
menyediakan pasokan darah tumor. TNF-α juga berperan penting dalam degradasi
sitokin tersebut untuk tujuan terapi adalah salah satu cara keberhasilan bidang
imunologi selama beberapa dekade terakhir (Playfair dan Chain, 2012). Tumor
dan regulasi proses inflamasi dan berfungsi sebagai komponen penting dari
monosit dan makrofag dan mereka mengatur beberapa aspek dari sistem
kekebalan tubuh (Chi, et al., 2016). Faktor nekrosis tumor lain yaitu TNF-β
TNF-α dan TNF-β memiliki sepasang reseptor yang sama, sebagian struktur dan
lokasi kromosom dalam MHC. Faktor ini berperan penting dalam perkembangan
Tabel 2.1. Sitokin dan fungsinya (Katzung, 2002; Hariadi, T.S., 2015; Abbas, et
al., 2016).
Reseptor
Sitokin Sumber
sitokin
dan sel Sel target dan efek biologis
dan
submit utama
subunit
Inter Makro- CD121a Sel endotel: aktivasi (inflamasi, koagulasi)
leukin- fag, sel (IL-1R1) Hipotalamus : demam
1β den- IL-1RAP Hepar : sintesis protein fase akut
(IL-1β) dritik, atau Fungsi :
fibro- CD121b Mengaktifkan sel T, menginduksi demam,
18
Universitas Sumatera Utara
blas, sel (IL-1R2) meningkatkan pertumbuhan, merangsang produksi
endotel, limfokin diantaranya IL-2, B cell growth factor, IFN-γ,
kera- dan faktor kemotaktik.
tinosit
Inter- Makro- CD126 Hepar : Sintesis protein fase akut,
leukin- fag, sel (IL-6R), Sel B : Proliferasi sel yang memproduksi antibodi
6 endotel, CD130 Sel T : diferensiasi Th17
(IL-6) sel T (gp130) Fungsi :
Proliferasi sel HCF, TH2, CTL dan B,
Merangsang produksi IgM dalam sel B.
Tumor Makro- CD120a Sel endotel: aktivasi (inflamasi, koagulasi)
Necrosi fag, sel (TNFRS Neutrofil: aktivasi
s NK, F1) atau Hipotalamus: demam
Factor sel T CD120b Otot, lemak: katabolisme (kakesia)
(TNF, (TNFRS Fungsi TNF-α:
TNFSF F2) Aktivasi makrofag, proinflamasi, onkostatik,
1) kemotaksis.
Meningkatkan ekspresi reseptor dari IL-2, IFN-γ dari
sel T, menjadi sitotoksin langsung pada sel tumor
tertentu, merangsang tidur, demam.
2.2.2.2 Antibodi
sekumpulan protein yang sangat mirip, setiap protein ini mampu berikatan secara
spesifik dengan sejumlah antigen yang sedikit berbeda, dengan spesifisitas yang
berlainan untuk setiap antigen. Antibodi dapat berikatan dengan dan menetralisir
toksin bakteri dan beberapa virus secara langsung, tetapi antibodi juga bekerja
2.2.2.3 Komplemen
Sekumpulan protein yang ada dalam serum, yang jika teraktivasi akan
menimbulkan efek inflamasi yang meluas, disertai juga dengan lisis bakteri dsb.
lain dapat melakukan hal ini dengan bantuan antibodi (Playfair dan Chain, 2012).
19
Universitas Sumatera Utara
2.3 Respon imun
Respon imun diperantarai oleh berbagai sel dan molekul larut yang
disekresi oleh sel-sel tersebut. Sel-sel utama yang terlibat dalam reaksi imun
adalah limfosit (sel B, sel T, dan sel NK), fagosit (neutrofil, eosinofil, monosit,
dan makrofag), sel asesori (basofil, sel mast, dan trombosit), sel-sel jaringan, dan
lain-lain. Bahan larut yang disekresi dapat berupa antibodi, komplemen, mediator
inflamasi, dan sitokin. Walaupun bukan merupakan bagian utama dari respon
imun, sel-sel lain dalam jaringan juga dapat berperan serta dengan memberi
isyarat pada limfosit atau berespons terhadap sitokin yang dilepaskan oleh limfosit
dan makrofag (Wahab dan Madarina, 2002). Respon imun terbagi atas 2 yaitu
dimana respon imun terhadap zat asing dapat terjadi walaupun tubuh sebelumnya
tidak pernah terpapar oleh zat tersebut (Kresno, 1996). Imunitas nonspesifik
berperan paling awal dalam pertahanan tubuh melawan mikroba patogen yaitu
mikroba yang masuk ke jaringan tubuh (Abbas, et al., 2016). Respon imun jenis
ini akan selalu memberikan respon yang sama terhadap semua jenis agen infektif
dan tidak memiliki kemampuan untuk mengenali agen infektif meskipun sudah
20
Universitas Sumatera Utara
Reaksi utama terhadap sistem imun alami adalah inflamasi dan pertahanan
antivirus. Pertahanan imun alami terhadap virus intraselular diperantarai oleh sel
natural killer (NK) yang membunuh sel yang terinfeksi virus dan oleh sitokin
yang disebut interferon yang menghambat replikasi virus di dalam sel inang.
Inflamasi terdiri dari akumulasi dan aktivasi leukosit dan protein plasma pada
lokasi infeksi atau kerusakan jaringan. Sel-sel dan protein tersebut bertindak
infeksi dan kerusakan jaringan. Respon imun alami diatur oleh berbagai
menghambat kerja IL-1. Terdapat juga banyak mekanisme umpan balik dimana
seperti produk bakteri dan faktor kimiawi yang dilepas pada aktivasi komplemen.
opsonisasi. Opsonin adalah molekul besar yang diikat dan dapat dikenal oleh
21
Universitas Sumatera Utara
reseptor permukaan sel fagosit makrofag, sehingga meningkatkan efisiensi
sitoplasma sel dan terbentuk vesikel intraseluler yang mengandung bakteri atau
bahan lain asal ekstraseluler yang disebut fagosom. Didalam sel terdapat enzim
lisosom yang diperlukan untuk memecah bahan yang ditelan, bersatu dengan
2012).
Gambar 2.2 Tahapan fagositosis mikroba oleh sel fagosit (Abbas et al., 2010). Mikroba
yang masuk ke dalam tubuh akan berikatan dengan reseptor sel fagosit
kemudian membran sel fagosit akan mengelilingi mikroba yang terikat tadi
dan pada akhirnya mikroba akan dicerna di dalam fagosom. Di dalam sel
fagosit terjadi fusi antara fagosom dan lisosom membentuk fagolisosom.
Sel fagosit menghasilkan ROS, NO dan enzim lisosomal dalam
fagolisosom sehingga menyebabkan mikroba mati.
berikut:
22
Universitas Sumatera Utara
metabolit oksigen mikrobisidal yang dilepas selama fagositosis. Ikatan mikroba
inflamasi LTB4, PAF dan TNF atau produk bakteri seperti peptida N-
oxide synthase (NOS). Pada aktivitas nitric oxide synthase (NOS) diperlukan
bantuan IFN-γ dan TNF tipe I yang dapat meningkatkan produksi NO dari
lactoferrin dan nitric oxide synthase (iNOS). Nitric oxide synthase merupakan
fagolisosom terjadi reaksi fagosit oksidase antara nitric oxide dengan hidrogen
peroksida atau superoksida yang menghasilkan radikal peroxy nitrit sangat reaktif
23
Universitas Sumatera Utara
2.3.1.2 Makrofag teraktivasi
ekspresi gen-gen tersebut maka makrofag dapat melakukan fungsi yang tidak
dapat dilakukan oleh sel yang sama dalam keadaan istirahat. Sitokin aktivator
dengan ikatan kuat terhadap bagian Fc dari IgG. Bakteri setelah masuk ke dalam
makrofag maka akan dilakukan pembunuhan dengan ROS melalui jalur ROI.
termasuk golongan ROS. ROS sangat reaktif maka dapat membunuh bakteri dan
oksigen (kebutuhan oksigen meningkat sampai 100 kali) maka prosesnya disebut
dengan molekul kofaktor tetrahidrobiopterin, ikatan NOS dan kofaktor ini akan
mengubah L-arginin dengan bantuan oksigen untuk membentuk sitrulin dan NO.
24
Universitas Sumatera Utara
NO ini bersifat toksik untuk bakteri. Jalur ini diaktivasi oleh IFN-γ dan dipicu
beberapa disintesis oleh makrofag sendiri dan yang lainnya dihasilkan dari
cascade akan menyebabkan neutrofil dan sel endotel mensintesis PAF. Pemberian
Nitric oxide (NO) adalah produk yang dihasilkan oleh makrofag teraktivasi
radikal bebas yang disintesis oleh enzim NOS melalui reaksi yang kompleks.
Proses produksi nitric oxide diawali dari terpajan makrofag oleh lipopolisakarida
(LPS) dari bakteri sehingga jalur produksi reactive nitrogen intermediate (RNI)
terinduksi. Jalur produksi RNI dimulai dari proses perubahan L-arginin menjadi
dari biopretin (BH4) dengan bantuan enzym nitric oxide synthase (NOS). Proses
25
Universitas Sumatera Utara
seperti dinitrogentrioxide (N2O3) dan dinitrogentetraoxide (N2O4). RNI akan
berperan pada fase awal dan berikutnya pada aktifitas antibakteri makrofag. Nitric
oxide, nitrit dan nitrat termasuk dalam kelompok RNI. Makrofag mencit yang
teraktivasi oleh sitokin IFN, TNF, IL-1, IL-2 dan lipid A dari lipopolisakarida
(LPS) bakteri dengan bantuan iNOS akan terinduksi untuk membentuk NO dari
(superoksida) yang dapat dimetabolisir menjadi ROI seperti H2O2 yang sangat
2000). NOS terdiri dari tiga bentuk isoform yang dibedakan atas pola ekspresi dan
kebutuhan kalsium yaitu : neural nitric oxide synthase (nNOS), endothelial nitric
oxid synthase (eNOS) and inducible nitric oxide synthase (iNOS). nNOS dan
cell dan mengontrol produksi NO, sedangkan ekspresi iNOS diatur oleh kalium
dan sintesis NO makrofag (Kil, et al., 2011; Yannick, et al., 2011; Haanwinckel,
et al., 2011).
26
Universitas Sumatera Utara
NOS akan berikatan dengan molekul kofaktor tetrahidrobiopterin dan
dengan bantuan O2, ikatan NOS dan kofaktor ini akan mengubah L-arginin
bakteri seperti salmonella. Respon imun Th1 yang didominasi oleh IFN, TNF dan
potensi sitotoksisitas. Selain reaksi tersebut diatas, sinergi ROI dengan RNI dapat
merusak lipid, protein dan DNA bakteri. Peroksinitrit ini dapat meningkatkan
immunity) dan respon imun humoral. Perbedaan kedua respon imun tersebut
terletak pada molekul yang berperan dalam melawan agen infektif, namun tujuan
Respon imun seluler diperlukan untuk melawan mikroba yang berada di dalam sel
(intraseluler) seperti virus dan bakteri. Respon ini dimediasi oleh limfosit T (sel
dan membunuh sel yang terinfeksi. Beberapa sel T juga berkontribusi dalam
patogen dan membantu sel B membuat antibodi yang efektif (Abbas et al., 2016).
Agen infektif yang berada di luar sel dapat dilawan dengan respon imun
humoral. Respon ini dimediasi oleh serum antibodi, suatu protein yang
27
Universitas Sumatera Utara
disekresikan oleh sel B (Benjamini, et al., 2000). Sel B berdiferensiasi menjadi
satu klon sel plasma yang memproduksi dan melepaskan antibodi spesifik ke
dalam darah serta membentuk klon sel B memori. Sel B menghasilkan antibodi
yang spesifik untuk antigen tertentu. Antibodi ini berikatan dengan antigen
Respon imun humoral ada dalam darah dan cairan sekresi seperti mukosa,
saliva, air mata dan ASI. Elemen lain yang berperan penting dalam respon imun
antara antigen dan antibodi. Ketika aktif sistem komplemen akan melisiskan sel
2000). Interaksi respon imun seluler dengan humoral disebut antibody dependent
cell mediated cytotoxicity (ADCC) karena sitolisis baru terjadi bila dibantu
antibodi. Dalam hal ini antibodi berfungsi melapisi antigen sasaran sehingga sel
NK dapat melekat pada sel atau antigen sasaran dan menghancurkannya (Kresno,
1996).
2.4 Imunomodulator
imun dengan pemberian obat atau senyawa. Imunomodulator adalah zat yang
imun bawaan dan adaptif dan menjaga mereka dalam kondisi yang sangat siap
dalam ancaman yang datang. Mereka merangsang atau menekan sistem imun
28
Universitas Sumatera Utara
tubuh menjadi kondisi yang seimbang, sehingga respons imun meningkat. Dalam
keadaan sangat siap, patogen dan antigen lainnya yang masuk ke tubuh tidak
antigen. Banyak zat biologis atau sintetis telah diidentifikasi sebagai agen yang
respon imun adaptif dan bawaan seperti interferon-γ, steroid, sitokinin, dan
2.4.1 Imunostimulasi
fungsi sistem imun dengan menggunakan bahan yang merangsang sistem tersebut.
tingkat respons imun dasar, dan pada individu dengan penurunan respon imun
2.4.2 Imunosupresi
klinik terutama pada transplantasi untuk mencegah reaksi penolakan dan pada
29
Universitas Sumatera Utara
2.4.3 Imunoadjuvant
Agen ini digunakan untuk meningkatkan khasiat vaksin dan oleh karena
penggunaan ajuvan dalam vaksinasi bacillus calemette guérin (BCG) (Ilyas, et al.,
2016).
Sampel
Refe
NO dan Hasil Pengujian
rensi
Metode
1 -Panax Dalam penelitian ini, 4 fraksi polisakarida yang ditetapkan Zhe
ginseng sebagai RGP1, RGP2, RGP3, dan RGP4 diisolasi dari ng,
C.A. ginseng merah dengan kromatografi selulosa DEAE-52, dan et
Meyer menyelidiki aktivitas imunomodulator pada sel makrofag. al.,
Hasil ini memberikan bukti bahwa fraksi polisakarida netral 2017
- In vitro RGP1 dan RGP2 memiliki aktivitas imunomodulator yang
signifikan dan dapat dieksplorasi sebagai agen
imunomodulasi alami yang menjanjikan yang digunakan
dalam makanan fungsional atau obat-obatan.
2 -Gynura Semua sampel menghambat respon imun alami yang diuji Yua
segetum kecuali ekspresi CD 18 pada permukaan leukosit. Sampel, n
8,8 '- (ethene-1,2-diyl)–dinaphtalene-1,4,5-triol menujukkan dani,
-In vitro penghambatan yang kuat pada kemotaksis, fagositosis, ROS et
dan pelepasan NO. Senyawa ini menujukkan penghambatan al.,
yang sangat kuat terhadap aktivitas ROS dan kemotaksis 2017
dengan nilai IC50 lebih rendah daripada kontrol positif,
aspirin dan ibuprofen. 4,5,4'-Trihydroxy chalcone menun-
jukkan aktivitas immunosupresif terkuat pada percambahan
limfosit (nilai IC50 1.52 μM) dan pada pelepasan IL-1β (nilai
IC50 6.69 μM). Sementara itu rutin adalah sampel paling ku-
at terhadap pelepasan TNF-α dari monosit (IC50, 16.96 μM).
3 -Annona Bahan aktif dalam ekstrak daun Graviola (GE) telah dikenal Kim,
muricata sebagai kaempferol-3-O-rutinoside dan quercetin-3-O- et
30
Universitas Sumatera Utara
(Graviol rutinoside oleh LC-MS / MS. Apabila diuji dengan steam al.,
a) atau 50% etanol GE, morfologi sel telah diubah pada 2016
permulaan diferensiasi sel. Walaupun daya tahan sel tidak
-In vitro diubah oleh GE steam, ia direduksi oleh GE etanol. Kedua-
dua steam dan GE etanol mendorong ekspresi transkripasi
sitokin, termasuk TNF-α dan interleukin-1β tetapi hanya
ekstrak steam yang dapat di upregulasi oleh nitric oxide
synthase (iNOS). Dalam konsisten dengan ekspresi mRNA,
pengeluaran TNF-α dan nitrite dinaikkan oleh kedua ekstrak
steam dan ekstrak etanol daun Graviola. Ini disebabkan oleh
pengaktifan saluran signal kinase protein (MAP) diaktifkan
mitogen. Hasil ini menunjukkan bahwa daun Graviola
meningkatkan imunitas dengan mengaktifkan jalur kinase
MAP. Sifat bioaktif Graviola ini menunjukkan potensinya
sebagai ramuan kesehatan untuk meningkatkan sistem imun.
4 -Dryop Efek senyawa kaempferol 3-a-L- (4-O-acetyl) rhamno Chi,
teris pyranoside-7-a-rhamnopyranoside (SA) yang diisolasi dari et
crassirhi Dryopteris crassirhizoma terhadap ekspresi gen terkait keke- al.,
zoma balan pada Ctenophary ngodon idella head kidney macro- 2016
phages (CIHKM) ). Ekspresi gen terkait kekebalan (IL-1�,
-In vitro, TNF-�, MyD88, dan Mx1) diselidiki menggunakan PCR
In vivo realtime. Gen IL-1� menunjukkan ekspresi yang signifikan
pada 2 dan 8 jam setelah paparan 1-10 �gmL-1 SA. SA juga
menginduksi ekspresi gen dari sitokin seperti MyD88, Mx1,
dan TNF-�. Selanjutnya, parameter kekebalan diting-katkan
dalam ikan mas rumput mengkonfirmasi aktivitas imuno-
modulator SA. Senyawa ini tidak memiliki efek toksik pada
sel CIHKM yang diuji dengan tes MTT. Selain itu, ikan
yang diimunisasi dengan 10 �gmL-1 dari SA menunjukkan
resistensi maksimum terhadap infeksi Aeromonas hydro-
phila. Hasil ini menunjukkan bahwa SA memiliki potensi
untuk merangsang respon imun pada ikan mas rumput.
5 -Penggu Analisis respon imun selular dengan mengukur pengeluaran Mart
naan IFN-γ oleh ELISPOT, respon imun humoral dgn mengukur inez,
kodon jumlah IgG dan IgG2a / IgG1 nisbah oleh ELISA, dan profil et
vaksin sitokin TH1 dan TH2 oleh ELISA, dalam tikus yang diimu- al.,
virus nisasi formulasi vaksin. Formulasi vaksin yang diusulkan 2015
A27L meningkat kan produksi vaksin-mediated IFN-γ pada limpa
tikus, dan meningkatkan kekebalan humoral dengan respon
-In vivo bias TH1. Juga, vaksin kami menginduksi lingkungan
sitokin TH1, yang penting melawan infeksi virus. Hasil ini
mendukung upaya untuk menemukan mekanisme baru untuk
meningkatkan respon imun terhadap cacar, melalui
penerapan platform vaksinasi DNA bebas virus yang aman.
6 -Picria Ekstrak etanol daun poguntano memiliki aktivitas Dali
fel-terrae imunomodulator yang telah dilakukan pengujian mun
menggunakan metode Delayed Type Hypersensitivity the,
-In vivo Response (DTH) dengan membandingkan derajat et
31
Universitas Sumatera Utara
pembengkakan (inflamasi) kelompok hewan perlakuan al.,
2011
7 -Morus Potensi immunoenhancing dari ekstrak air dari Mori folium Kwo
alba (WEMF) pada makrofag murine RAW 264.7. WEMF secara n, et
signifikan merangsang produksi NO dan PGE 2 sebagai al.,
-In vitro parameter respon imun pada konsentrasi non sitotoksik, yang 2016
dikaitkan dengan peningkatan ekspresi NO synthase dan
COX-2 yang dapat diinduksi. Pelepasan dan ekspresi sitokin,
seperti TNF-α, IL-1β, IL-6, dan IL-10, juga meningkat
secara signifikan sebagai tanggapan terhadap pengobatan
dengan WEMF. Selain itu, WEMF mempromosikan
diferensiasi makrofag sel RAW264.7 dan aktivitas
fagositosis yang dihasilkan. WEMF memiliki potensi untuk
memodulasi fungsi kekebalan tubuh dengan mengatur
parameter imunologi.
a. MTT assay
Metode MTT adalah salah satu uji sitotoksisitas yang bersifat kuantitatif.
Uji sitotoksisitas dengan metode MTT didasarkan pada aktivitas enzim yang dapat
diukur secara kolorimetri. Metode ini cepat, sensitif, akurat dan sejumlah besar
mengukur sel yang hidup (baik yang masih membelah ataupun tidak membelah)
yang terjadi sebagai hasil metabolisme suatu substrat oleh sel hidup menjadi
produk berwarna. Pada uji ini digunakan garam MTT. Garam ini akan terlibat
pada kerja enzim dehydrogenase. MTT akan direduksi menjadi formazan oleh
sistem reduktase suksinat tetrazolium yang termasuk dalam mitokondria dari sel
b. Pereaksi Griess
kemudahannya reaksi Griess telah digunakan secara luas pada analisa sampel
32
Universitas Sumatera Utara
biologis seperti plasma, serum, urin, cairan serebrospinal dan saliva. Pada metode
media asam untuk membentuk garam diazonium sementara. Hasil antara ini
untuk membentuk senyawa azo yang stabil. Warna ungu yang dihasilkan
memungkinkan untuk analisa nitrit dengan tingkat sensitivitas yang tinggi (Sun, et
al., 2003).
c. Metode RT-PCR
nukleotida tertentu dengan cara in vitro. Salah satu metode PCR yaitu Reverse
molekul RNA hasil transkripsi yang terdapat dalam jumlah sangat sedikit di
dalam sel. Hal ini karena PCR tidak dapat dilakukan dengan menggunakan RNA
sebagai cetakan maka terlebih dahulu dilakukan proses transkripsi balik (reverse
cetakan dalam proses PCR. Teknik ini digunakan untuk mendeteksi ekspresi gen,
untuk amplifikasi RNA sebelum dilakukan cloning dan analisis, maupun untuk
d. Imunoelektroforesis
antigen. Proses ini pertama antigen dielektroforesis melalui gel agrose dan
33
Universitas Sumatera Utara
selanjutnya diberikan kesempatan difusi menuju kedepan pada antiserum untuk
Teknik kultur sel adalah salah satu teknik yang digunakan untuk
mengembangbiakkan sel diluar tubuh atau dikenal sebagai salah satu teknik in
vitro. Pada teknik kultur, spesifisitas sel harus diperhatikan karena pada awalnya
didalam tubuh, sel-sel bekerja secara integritas dalam suatu jaringan, sedangkan
dalam kultur, sel terpisah-pisah. Selain itu, teknik ini harus dilakukan dalam
kondisi steril karena sel tumbuh lebih lambat dari pada kontaminan (Freshney,
2000). Fungsi utama media pada teknik kultur sel adalah untuk mempertahankan
pH dan osmolalitas essensial untuk viabilitas sel serta penyedia nutrisi dan energi
berbagai suplemen organik seperti protein, peptida, nukleosida dan lipid serta
hormon dan faktor pertumbuhan. Kultur sel secara in vitro membutuhkan kondisi
lingkungan yang sama dengan keadaan di dalam tubuh. Kondisi tersebut akan
mempengaruhi proses biologis yang terjadi dalam kultur sel, sehingga dapat
34
Universitas Sumatera Utara
fase gas yang sesuai untuk pertumbuhan sel. Pengamatan terhadap proses
vivo antara lain; keadaan lingkungan pertumbuhan dapat stabil karena diamati
secara langsung, selain itu karakteristik dari sel yang ingin ditumbuhkan dapat
banyak digunakan dalam penelitian tentang sistem imun karena mirip dengan
berasal dari sel prekursor sumsum tulang belakang, dari promonosit yang
Sel RAW 264.7 berasal dari Mus musculus, mencit atau yang diinduksi
oleh virus leukemia murine Abelson. Strain sel RAW 264.7 adalah BALB/c.
Metode kultur sel RAW 264.7 menggunakan media pertumbuhan lengkap sebagai
media dasar untuk sel ini adalah ATCC-formulated Dulbecco's Modified Eagle's
kosentrasi akhir 10%, kemudian subkultur disiapkan dengan cara dikorek. Untuk
35
Universitas Sumatera Utara
direkomendasikan untuk subkultur produk ini. Lepaskan sel dari substrat flask
dengan penggerak sel; aspirasi dan tambahkan aliquot yang sesuai dari suspensi
sel ke dalam bejana kultur baru. Rasio subkultur yang direkomendasikan 1:3
hingga 1:6. Medium renewal: ganti atau tambah media setiap 2 sampai 3 hari
(ATCC, 2017).
berikut:
Kingdom : Plantae
Divisi : Spermatophyta
Subdivisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Ordo : Lamiales
Famili : Linderniaceae
Genus : Picria
36
Universitas Sumatera Utara
2.8.2 Nama daerah
Nama daerah dari tumbuhan ini adalah poguntano, pugun tana, pogon
tanoh (Dairi), tamah daun kukurang, raheut (Sunda), daun kukurang (Maluku) dan
Nama asing dari tumbuhan ini Kong saden, Pu:n (Laos), Hempedu tanah,
Gelumak susu, Rumput kerak nasi (Malaysia), M[aaj]t d[aas]t, Thanh (Vietnam),
dengan cabang yang jarang, tegak, segiempat, berakar, berbulu halus yang padat.
membundar, ujung daun agak melancip, tepi daun beringgitan, berbulu halus.
Pembungaan berupa tandan di ujung atau di batang, jumlah bunga 2-16, daun
gagang kecil, melanset, mahkota bunga bentuk tabung, berbibir rangkap, gundul
bagian luar, bagian dalam ada kelenjar bulu, bibir atas berwarna coklat kemerah-
merahan, bibir bagian bawah berwarna putih. Buah kapsul lonjong, padat,
berkatup dua, dengan beberapa biji. Biji membulat, diameter sekitar 0,6 mm
(Anonim, 2015).
37
Universitas Sumatera Utara
anthelmintik dan analgesik serta memiliki aktivitas imunomodulator (Dalimunthe,
et al., 2015; Huang, et al., 1994; Dalimunthe, et al., 2011; Thuan, et al., 2007;
Zou, et al., 2005; Harfina, et al., 2012; Sitorus, et al., 2014;. Sihotang, et al., 2016;
Patilaya dan Husori 2015). Selain itu, Picria fel-terrae menghambat hepatitis B
(HB) e-antigen diekskresikan oleh cell line HepG2 2215 menimbulkan aktivitas
apoptosis dan menghambat siklus sel dan menekan ekspresi cyclin D1 dan BCl-2
(Satria, et al., 2015; Lestari, et al., 2013) dan studi terbaru ekstrak etilasetat herba
2.9 Simplisia
Simplisia adalah bahan alamiah yang digunakan sebagai obat yang belum
mengalami pengolahan apapun juga dan kecuali dinyatakan lain, berupa bahan
alam yang telah dikeringkan. Simplisia dibedakan atas simplisia nabati, simplisia
merupakan bahan baku proses pembuatan ekstrak, baik sebagai bahan obat atau
sebagai produk. Ekstrak tumbuhan obat dapat berfungsi sebagai bahan baku obat
tradisional atau sebagai produk yang dibuat dari simplisia (Depkes, 2000).
simplisia yang sudah dikeringkan melalui proses pembuatan serbuk dengan suatu
38
Universitas Sumatera Utara
dibutuhkan dan diayak hingga diperoleh serbuk dengan derajat kehalusan tertentu.
Derajat kehalusan serbuk simplisia terdiri dari serbuk sangat kasar, kasar, agak
kasar, halus dan sangat halus. Kecuali dinyatakan lain, derajat kehalusan serbuk
2.10 Ekstraksi
simplisia nabati atau hewani dengan pelarut yang sesuai sehingga terpisah dari
bahan yang tidak dapat larut, sebelum ekstraksi dilakukan biasanya bahan-bahan
(Harborne, 1987). Ekstraksi adalah proses penarikan kandungan kimia yang dapat
larut sehingga terpisah dari bahan yang tidak larut dalam pelarut. Simplisia yang
diekstraksi mengandung senyawa aktif yang dapat larut dan senyawa yang tidak
dapat larut seperti serat, karbohidrat, protein dan lain-lain (Depkes, 2000).
a. Maserasi
39
Universitas Sumatera Utara
Maserasi dapat dilakukan dengan cara menurut Farmakope Herbal
Indonesia Suplemen III (2013) yaitu satu bagian serbuk kering simplisia
Ulangi proses penyarian sekurang-kurangnya dua kali dengan jenis dan jumlah
pelarut yang sama. Kumpulkan semua maserat, kemudian uapkan dengan penguap
vakum atau penguap tekanan rendah hingga diperoleh ekstrak kental. Hitung
rendemen yang diperoleh yaitu persentase bobot (b/b) antara rendemen dengan
b. Perkolasi
sampai terjadi penyarian sempurna yang pada umumnya dilakukan pada suhu
kamar. Proses perkolasi terdiri dari tahapan penyiapan bahan, tahap perendaman
bejana silinder yang bagian bawahnya diberi sekat berpori. Cairan penyari
dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut, cairan penyari akan
melarutkan zat aktif dari sel-sel yang dilalui sampai mencapai keadaan jenuh.
Gerak ke bawah disebabkan oleh adanya kekuatan gaya beratnya sendiri dan
cairan di atasnya, dikurangi dengan gaya kapiler yang cenderung untuk menahan.
40
Universitas Sumatera Utara
Untuk menentukan akhir perkolasi, dilakukan pemeriksaan zat aktif secara
a. Refluks
selama waktu tertentu dengan jumlah pelarut terbatas yang relatif konstan dengan
pertama sampai 3-5 kali sehingga dapat termasuk proses ekstraksi sempurna.
b. Digesti
tinggi dari temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada temperatur 40-
500C.
c. Sokletasi
d. Infundasi
e. Dekoktasi.
air pada temperatur sampai titik didih air, yakni 30 menit pada suhu 90-1000C
(Depkes, 2000).
41
Universitas Sumatera Utara
2.11 Kerangka Teori Penelitian
Berdasarkan teori yang telah dipaparkan pada tinjauan pustaka maka dapat
mediator inflamasi yaitu TNF-α, IL-1β, IL-6 yang dapat merangsang terjadinya
membunuh mikroba dengan menghasilkan ROS dan RNS. ROS akan merangsang
yang disintesis oleh iNOS. NO yang dihasilkan secara berlebihan akan mengalami
inflamasi. Hal ini secara keseluruhan merupakan respon imun alami tubuh
terhadap antigen tetapi jika aktivasi berlebihan maka akan terjadi gangguan sistem
zat aktif apigenin, luteolin dan β-sitosterol didalam ekstrak tersebut sehingga
dapat menghambat ekspresi TNF-α, IL-1β, IL-6 dan iNOS dan dapat menurunkan
42
Universitas Sumatera Utara
Rebusan daun sungkai Pengembangan Produk
(Peronema canescens) Farmakoterapi COVID-19
Flavonoid, Steroid,
Terpenoid, Saponin,
Tanin, dan Fenolik
Leukosit dan
Immunomodulator Sel Fagosit
(Neutrofil, Makrofag)
Makrofag
teraktivasi
Mediator Proses
Inflamasi Fagositosis
Membunuh
SarsCoV-2
Inflamasi
43
Universitas Sumatera Utara
BAB III
METODE PENELITIAN
imunomodulator ekstrak herba poguntano secara in vitro terhadap sel RAW 264.7.
dan penentuan ekspresi iNOS, TNF-α, IL-1β dan IL-6 yang dilakukan di
3.1.1 Alat-alat
(Hausser Scientific), neraca listrik (Vibra AJ), oven (Memmert), penangas air
evaporator (Stuart), vortex (IKA), 6-well plate (Iwaki), 96-wells plate (Iwaki).
44
Universitas Sumatera Utara
3.1.2 Bahan-bahan
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah herba poguntano. Bahan
kimia yang digunakan kecuali dinyatakan lain adalah berkualitas pro analisis,
yaitu klorofom, methanol, asam asetat, asam sulfat, n-butanol, FeCl3 sedangkan n-
heksana, etilasetat dan etanol 96% (teknis). Sel RAW 264.7 yang merupakan
Scientific), natrium dodesil sulfat (SDS) dalam HCl 0,1 N, Total RNa kit
(Geneaid), Rever Tra-Ace (Toyobo), wash buffer, DNase, RNase bebas air, primer
iNOS, primer IL-6, primer TNF-α, primer IL-1β, GoTaq®Green Master Mix
membandingkan dengan tumbuhan yang sama dari daerah lain. Sampel yang
45
Universitas Sumatera Utara
digunakan adalah herba Poguntano (Picria fel-terrae Lour.) yang diambil dari
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah herba poguntano yang
telah dikumpulkan dan dicuci bersih dengan air mengalir, kemudian ditiriskan lalu
disebarkan diatas kertas dibiarkan hingga airnya terserap, setelah itu bahan
dimasukkan dalam lemari pengering. Berat dari bahan yang kering ditimbang.
turut n-heksana, etilasetat dan etanol 96%. Serbuk simplisia dimaserasi dengan
pelarut n-heksana sebanyak tiga kali, kemudian serbuk yang sama dimaserasi lagi
dengan pelarut etilasetat sebanyak tiga kali dan terakhir serbuk tersebut
46
Universitas Sumatera Utara
jenis dan jumlah pelarut yang sama. Semua maserat dikumpulkan kemudian
(Depkes, 2013).
tersebut kemudian ditotolkan pada fase diam. Fase diam yang digunakan yaitu
plat yang dilapisi dengan silika gel 60 F254 (Merck, Germany) berukuran 10x5 cm.
Selanjutnya plat dimasukkan kedalam chamber yang telah jenuh dengan uap fase
gerak. Fase gerak yang digunakan sesuai dengan pemeriksaan yang dilakukan.
disemprotkan dengan penampak bercak dan dipanaskan dalam oven pada suhu
berwarna orange kekuningan atau kuning kehijauan (Wagner and Bladt, 1996).
47
Universitas Sumatera Utara
c. Identifikasi Senyawa Saponin
Bladt, 1996).
Pereaksi asam sulfat 50%. Reaksi positif ditunjukkan dengan terbentuknya noda
105oC selama 5 menit. Reaksi positif steroid ditunjukkan dengan adanya noda
Alat-alat yang digunakan dalam uji aktivitas ini, disterilkan terlebih dahulu
gelas dan plastik yang akan digunakan disterilkan di dalam autoklaf pada suhu
48
Universitas Sumatera Utara
3.4 Pembuatan Media
Cara pembuatan :
digunakan HCl 1 N (bila larutan terlalu basa) atau NaOH 1 N (bila larutan terlalu
vaccum didalam LAF (Laminar Air Flow), dipasang filter aparatus steril pada
botol duran 1 L steril, lakukan proses penyaringan dengan filter, aliquot media
ditampung dalam botol duran 500 mL, diberi identitas pada botol media (nama
media, tanggal pembuatan, expire date, dan nama pembuat), dan disimpan pada
49
Universitas Sumatera Utara
Cara pembuatan :
Campur semua bahan di atas, dan dilakukan di dalam LAF (Laminar Air
Flow), beri identitas pada botol MK (nama media, tanggal pembuatan, expire
date, dan nama pembuat), simpan pada suhu 2-8ºC (Sambrook, et al., 1989).
media DMEM pada tabung konikel 15 mL, ambil ampul dari freezer -80ºC atau
tangki nitrogen dan cairkan pada suhu kamar, ambil suspensi sel dalam ampul,
masukkan tetes demi tetes kedalam media DMEM yang telah disiapkan,
sentrifuge pada 600 rpm selama 5 menit, buang supernatant dan tambahkan 4 mL
microscope. Pastikan sel homogen pada seluruh permukaan flask kultur (tidak
menggerombol pada bagian tertentu). Beri identitas pada flask kultur, kemudian
pengerjaan pada LAF. Proses panen sel dilakukan dengan cara mengambil 500 μL
homogenkan. Diinkubasi sel pada inkubator CO2, diamati kondisi sel pada
50
Universitas Sumatera Utara
3.5.2 Panen Sel
Persiapkan alat dan kondisikan bahan pada suhu ruangan, amati kondisi
sel. Panen dilakukan apabila sel telah dalam kondisi 80% konfluen, semua
pekerjaan dilakukan pada LAF. Dibuang MK dari flask dengan mikropipet atau
pipet Pasteur, cuci sel 2 kali dengan 5 mL PBS (Phosphate Buffer salin),
menginaktifkan tripsin. Diresuspensi sel dengan mikropipet agar sel terlepas satu-
Diresuspensi sel kembali jika masih ada sel yang menggerombol lalu dipindahkan
panenan sel dan pipetkan ke dalam hemositometer. Hitung jumlah sel dibawah
hitung (A, B, C, dan D), setiap kamar hitung terdiri dari 16 kotak (Gambar 3.1).
Hitung sel pada 4 kamar hemositometer, sel yang gelap (mati) dan sel
yang berada dibatas luar di sebelah kiri dan atas tidak ikut dihitung. Sel dibatas
kanan dan bawah ikut dihitung. Hitung jumlah sel/mL dengan rumus:
51
Universitas Sumatera Utara
∑∑∑∑4
∑=
Hitung jumlah total sel yang diperlukan. Misalnya untuk menanam sel
pada tiap susunan 96-well plate, maka jumlah total sel yang diperlukan adalah
Hitung volume panenan sel yang diperlukan (dalam mL) dengan rumus:
Ambil volume panenan sel, transfer ke tabung konikel baru kemudian tambahkan
konsentrasi 200 μg/mL, 100 μg/mL, 50 μg/mL, 25 μg/mL dan 12,5 μg/mL semua
konsentrasi 20 μg/mL, 10 μg/mL, 5 μg/mL, 2,5 μg/mL dan 1,25 μg/mL semua
52
Universitas Sumatera Utara
3.7 Uji viabilitas sel
streptomisin dan fetal bovin serum (FBS). Sel RAW 264.7 (3x103 sel/well)
ditanam dalam 96-well plate dan diinkubasi selama 24 jam untuk mendapatkan
pertumbuhan yang baik. Setelah 24 jam medium diganti dengan yang baru
200; 100; 50; 25; 12,5 μg/mL dan deksametason (20; 10; 5; 2,5; 1,25 μg/mL) dan
diinkubasi pada suhu 37oC dalam inkubator CO2 5% selama 24 jam. Pada akhir
inkubasi, media dan larutan uji dibuang kemudian sel dicuci dengan PBS. Pada
mg/ml. Untuk mengamati viabilitasnya sel diinkubasi kembali selama 4-6 jam
dalam inkubator CO2 5 % pada suhu 37oC. Reaksi MTT dihentikan dengan reagen
stopper (SDS 10% dalam HCl 0,1 N), lalu plate dibungkus dengan aluminium foil
agar tidak tembus cahaya pada suhu kamar dan dibiarkan selama satu malam. Sel
yang hidup bereaksi dengan MTT membentuk warna ungu. Hasil pengujian
dibaca dengan microplate reader pada panjang gelombang 595 nm. Viabilitas sel
Persentase viabilitas sel yang tidak diobati dihitung 100% (Nugroho, et al., 2013;
Sel RAW 264.7 (3x103 sel/well) ditanam pada 96-well plates dan
53
Universitas Sumatera Utara
ENHP) dengan konsentrasi 25 dan 12,5 μg/mL dan deksametason (2,5 μg/mL dan
1,25 μg/mL) sebagai kontrol positif, diikuti dengan stimulasi menggunakan LPS
sebagai konrol negatif (1 μg/mL) lalu diinkubasi kembali selama 24 jam dalam
inkubator CO2 5 % pada suhu 37oC. Jumlah nitrit dalam media kultur diukur
sebagai indikator produksi NO. Jumlah nitrit, metabolit NO yang stabil, diukur
dalam asam fosfat 2,5% dan sulfanilamida 1%). Kemudian, 100 μL supernatan
menit di ruangan yang gelap. Absorbansi diukur pada 595 nm pada microplate
Natrium nitrit (1000 μM), dibuat pengenceran dengan konsentrasi 100; 50; 25;
12,5; 6,25; 3,125; 1,5625; 0,78125 μM, lalu direaksikan dengan pereaksi Griess
Pemeriksaan ekspresi gen iNOS, TNF-α, IL-6 dan IL-1β dilakukan dengan
Reaction). Sel RAW 264.7 (5x105 sel/well) ditanam pada microplate 6 sumuran
dengan jumlah pada tiap sumuran 2 ml kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam
inkubator CO2 5 % pada suhu 37oC. Media lama dibuang dan diganti dengan
media baru lalu diinduksi dengan LPS (1 μg/mL) dan diinkubasi kembali selama 6
kembali selama 24 jam setelah itu media dipindahkan dalam tabung konikel dan
54
Universitas Sumatera Utara
ditambahkan dengan PBS, kemudian sel-sel yang mengapung dan melekat
kedalam tabung konikel, sel dicuci sebanyak dua kali dengan 1 ml PBS dan
disentrifugasi 2500 rpm selama 5 menit, lapisan paling atas dibuang dan endapan
dikumpulkan dan diresuspensi dalam PBS dan di sentrifugasi 3000 rpm selama 3
RNA dilakukan dengan tahap lisis sel, pencucian dan elusi RNA (Anonim, 2008).
Sel RAW 264,7 (5x105 sel/well) yang telah dipanen ditambahkan 400 μl
Tambahkan 400 μl dengan etanol 70% yang telah disiapkan dalam ddH2O (DNase
RNAse free water). Dikocok kuat hingga campuran homogen. Siapkan kolom RB
tube 2mL, pindahkan 500 μl campuran pada kolom RB. Sentrifuge dengan
kekuatan 14-16.000 rpm selama 1 menit, lalu filtrat dibuang. Pindahkan campuran
yang tersisa pada kolom RB yang sama, sentrifuge dengan kekuatan 14-16.000
rpm selama 1 menit. Buang filtrat dan tempatkan kolom RB pada tube 2 mL yang
b. Tahap 2 (Pencucian)
kekuatan 14-16.000 rpm selama 30 detik. Filtrat dibuang, lalu tambahkan 600 μL
55
Universitas Sumatera Utara
buffer pencuci (pastikan etanol telah ditambahkan) kedalam kolom RB. Sentrifuge
dengan kekuatan 14-16.000 rpm selama 30 detik, lalu filtrat dibuang. Tempatkan
1,5 mL yang baru. Tambahkan 50 μl RNase bebas air kedalam bagian tengah
kolom matriks. Diamkan selama 1 menit untuk memastikan RNase bebas air telah
untuk mengelusi RNA yang dipurifikasi. Hitung konsentrasi RNA yang dihasilkan
(Anonim, 2008).
free water hingga volume total 12 μL. Sebanyak 8 μL larutan campuran (5x RT-
buffer 4 μL; random primer 1 μL; dNTP 2 μL; Rever Tra-Ace 1 μL) ditambahkan
pada tiap microtube yang berisi RNA, kemudian diresuspensi dan dilakukan PCR
dengan kondisi 300C selama 10 menit, 420C selama 60 menit, dan 990C selama 5
3.9.3 Analisis Ekspresi gen iNOS, TNF-α, IL-6, IL-1β dan β-actin
Ekspresi gen iNOS, TNF-α, IL-6, IL-1β dan β-actin diperiksa dengan cara
(GoTaq®Green 12,5 μL; primer forward 1 μL; primer reverse 1 μL; DNase RNase
56
Universitas Sumatera Utara
Annealing
Gen Primer Sequens Size (bp)
Temp (°C)
F 5’-CGAAACGCTTCACTTCCAA-3’
iNOS 311 60
R 5’-TGAGCCTATATTGCTGTGGCT-3’
F 5’-CCCTGCAGCTGGAGAGTGTGGA-3’
IL-1β 447 62,5
R 5’-TGTGCTCTGCTTGTGAGGTGCTG-3’
F 5’-TGTGCCGCCGCTGTCTGCTTCACGCT-3’
TNF-α 374 55
R 5’-GATGAGGAAAGACACCTGGCTGTAGA-3’
F 5’-GATGCTACCAAACTGGATATAATC-3’
IL-6 269 55
R 5’-GGTCCTTAGCCACTCCTTCTGTG-3’
F 5’- TGGAATCCTGTGGCATCCATGAAAC-3’
β-actin 349 55
R 5’- TAAAACGCAGCTCAGTAACAGTCCG-3’
PCR terdiri dari 35 siklus amplifikasi dan setiap siklus dilakukan selama
30 detik pada 95°C (denaturasi), 1 menit pada suhu annealing (55°C untuk TNF-
α, IL-6 dan β-actin dan 60°C untuk iNOS) dan 45 detik pada 95°C (denaturasi), 1
menit pada suhu annealing 62,5°C untuk IL-1β.) dan 1 menit pada 72°C
3.9.4 Elektroforesis
dipanaskan dalam microwave selama 3-4 menit dan tambahkan flouroVue 4 μL.
Agarosa dituangkan dalam piringan gel dan didinginkan pada suhu ruangan
57
Universitas Sumatera Utara
gel doc. Gambaran band kemudian diukur menggunakan analisis densitometry
Sciences (SPSS) versi 22.0. Data disajikan sebagai mean ± standard error means
58
Universitas Sumatera Utara
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.2 Ekstraksi
bertujuan untuk memisahkan senyawa kimia yang terdapat pada herba poguntano
polar dan senyawa non polar akan larut dalam pelarut non polar.
etilasetat dan etanol herba poguntano diperoleh dengan berat masing masingnya
menarik senyawa kimia non polar, seperti steroid/ triterpenoid. Pelarut etilasetat
digunakan agar senyawa kimia yang bersifat semipolar dan agak polar tersari
didalamnya, seperti alkaloid dan tanin. Pelarut etanol untuk menarik senyawa
yang bersifat polar seperti flavonoid, glikosida, saponin. Flavonoid secara umum
larut pada pelarut polar. Adanya gula yang terikat pada flavonoid cenderung
59
Universitas Sumatera Utara
menyebabkan flavonoid lebih mudah larut dalam air. Sebaliknya, aglikon yang
kurang polar seperti isoflavon, flavanon, dan flavon serta flavonol yang
termetoksilasi cenderung lebih mudah larut dalam pelarut seperti eter dan
pada Tabel 4.1 dan penampakan bercak pada plat silica gel 60 F254 (berukuran
10x5 cm) serta nilai Rf terlihat pada Gambar 4.1 dan Tabel 4.2.
etilasetat herba poguntano (EEAHP) dan ekstrak etanol herba poguntano (EEHP)
60
Universitas Sumatera Utara
1 1
A B a b c
a b c
1 1 1 1
C a b c D a b c
2
3
1
2 2
1 1
E a b c F a b c
Gambar 4.1 Hasil penampakan bercak pada plat KLT dari ekstrak herba
poguntano. A. Alkaloid, B. Flavonoid, C. Saponin, D. Tanin, E.
Glikosida, F. steroid/Triterpenoid. a. Ekstrak n-heksana Herba
Poguntano; b. Ekstrak Etilasetat Herba Poguntano; c. Ekstrak
Etanol Herba Poguntano. :Bagian gambar yang positif.
61
Universitas Sumatera Utara
Tabel 4.2 Nilai Rf dan warna noda dari skrining fitokimia ekstrak herba
poguntano
(Wagner and Bladt, 1996). Dari hasil KLT pada Gambar 4.1.A terlihat adanya
noda berwarna hijau pada ekstrak n-heksana, etilasetat dan etanol setelah
senyawa alkaloid.
atau kuning kehijauan setelah disemprotkan dengan AlCl3 10% (Wagner and
Bladt, 1996). Dari hasil KLT pada Gambar 4.1.B dan Tabel 4.2 terlihat adanya
noda berwarna orange kekuningan dan kuning kehijauan pada ekstrak etilasetat
dan etanol dengan nilai Rf sebesar 0,92 dan 0,91 menegaskan adanya kandungan
62
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi senyawa saponin dengan KLT menggunakan fase gerak
vanillin (Wagner and Bladt, 1996). Dari hasil KLT pada Gambar 4.1.C dan Tabel
4.2 terlihat adanya noda berwarna kuning kecoklatan pada ekstrak etilasetat dan
etanol dengan nilai Rf sebesar 0,96 dan 0,95 menegaskan adanya kandungan
kehitaman setelah disemprotkan dengan FeCl3 10% (Depkes, 2013). Dari hasil
KLT pada Gambar 4.1.D terlihat adanya noda berwarna hijau kehitaman pada
ekstrak etilasetat dan etanol dengan nilai Rf sebesar 0,96 dan 0,94 menegaskan
adanya noda berwarna hijau muda yang merupakan warna asli dari ekstrak
setelah penyemprotan dengan asam sulfat 50% (Wagner and Bladt, 1996). Dari
hasil KLT pada Gambar 4.1.E terlihat adanya noda berwarna biru pada ekstrak
etilasetat dengan nilai Rf sebesar 0,43; 0,52; 0,64 dan pada ekstrak etanol dengan
nilai Rf sebesar 0,44 dan 0,54 menegaskan adanya kandungan senyawa glikosida
sedangkan pada ekstrak n-heksana terlihat berwana kehitaman yang berarti tidak
63
Universitas Sumatera Utara
Identifikasi senyawa steroid/triterpenoid dengan KLT menggunakan fase
Dari hasil KLT pada Gambar 4.1.F terlihat adanya noda berwarna merah
keunguan pada ekstrak n-heksana dengan nilai Rf sebesar 0,54; 0,74; 0,91
ekstrak etilasetat dan etanol tidak terlihat warna merah keunguan tetapi warna
hijau pada ekstrak etilasetat dan warna coklat pada ekstrak etanol yang berarti
benzopyran yang terdiri dari kerangka dasar C15 (C6-C3-C6). Beberapa tanaman
penyakit dan agen terapeutik pada pengobatan tradisional di Asia selama ribuan
glikosida pada ekstrak etanol dan etilasetat menunjukkan pada ekstrak tersebut
Yu, et al., 2015; Ahn, et al., 2015). Pada penelitian Huang, et al., (1999)
senyawa flavonoid yang memiliki efek yang baik sebagai antikanker (Long, et al.,
64
Universitas Sumatera Utara
imunosupresan merupakan golongan steroid (Abbas, et al., 2016; Venkatesha, et
konsentrasi yang bersifat tidak toksik pada ekstrak herba poguntano terhadap sel
etanol). Hanya sel aktif dan secara metabolik aktif yang dapat mereduksi MTT
semakin banyak sel yang dapat hidup (Yuandani, et al., 2016). Metode MTT [3-
konsentrasi aman yang akan digunakan dalam penelitian berikutnya. Uji ini
metabolisme suatu substrat oleh sel hidup menjadi produk berwarna. Pada uji ini
digunakan garam MTT. Garam ini akan terlibat pada kerja enzim dehidrogenase.
MTT akan direduksi menjadi formazan oleh sistem reduktase suksinat tetrazolium
termasuk mitokondria dari sel hidup (Kupcsick and Martin, 2011). Hasil
65
Universitas Sumatera Utara
Kristal
Kristal formazan
formazan
dehidrogenase mitokondria sel yang hidup akan mereduksi warna kuning MTT
membentuk warna ungu. Warna gelap dan berserabut yang nampak pada
banyak sel hidup berarti semakin banyak sel yang aktif melakukan metabolisme
sehingga jumlah kristal formazan yang terbentuk juga semakin banyak. Semakin
ungu semakin meningkat dalam plate. Sel yang mati tidak dapat terwarnai oleh
garam MTT sehingga tidak membentuk warna ungu seperti pada sel hidup.
Akibatnya pada sel mati tidak terbentuk formazan yang berwarna ungu, tetapi
Menunjukkan adanya korelasi antara konsentrasi larutan uji dengan efek viabilitas
konsentrasi 20; 10; 5; 2,5; μg/mL. Grafik hasil pengujian viabilitas sel pada
masing-masing ekstrak dan deksametason terhadap sel RAW 264.7 dapat dilihat
pada Gambar 4.3 dan nilai rata-rata % sel hidup dari Ekstrak herba poguntano dan
66
Universitas Sumatera Utara
100,00
90,00
12,5 μg/mL
80,00
25 μg/mL
70,00
50 μg/mL
% Sel hidup
Tabel 4.3 Nilai rata-rata % sel hidup dari Ekstrak herba poguntano dan
Deksametason
Rata-rata %
Konsen Konsen
Rata-rata % sel hidup ± SEM sel hidup ±
NO trasi trasi
SEM
(μg/mL) (μg/mL)
ENHP EEAHP EEHP Deksametason
1 12,5 92,48±0,23 93,83±0,26 98,76±0,35 1,25 91,32 ± 0,46
2 25 90,14±0,31 92,22±0,26 94,78±0,13 2,5 84,83 ± 1,05
3 50 86,09±0,19 86,42±0,20 89,63±0,11 5 75,73 ± 0,51
4 100 83,42±0,20 65,94±0,26 84,37±0,20 10 68,86 ± 0,41
5 200 68,09±0,10 6,61±0,19 84,23±0,13 20 54,28 ± 0,67
Hasil uji viabilitas sel pada Gambar 4.3 dan nilai viabilitas sel pada Tabel
4.3 menunjukkan bahwa semakin tinggi konsentrasi maka nilai viabilitas semakin
rendah atau semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka sel yang hidup semakin
sedikit yang berarti semakin tinggi konsentrasi ekstrak maka semakin tinggi efek
sitotoksiknya terhadap sel kultur yang diuji. Hasil uji viabilitas sel dari Ekstrak n-
heksana, etilasetat dan etanol herba Poguntano (Picria fel-terrae Lour) dan
67
Universitas Sumatera Utara
dengan konsentrasi 12,5 dan 25 μg/mL dan memiliki % sel hidup paling tinggi.
menyebabkan toksik pada sel RAW 264.7 (Susanto, et al., 2018; Yuandani, et al.,
2017). Dengan hasil ini, konsentrasi sampel yang menghasilkan % sel hidup
paling tinggi (>90%) dipilih untuk percobaan berikutnya (Yuandani, et al., 2016).
dalam media asam untuk membentuk garam diazonium sementara. Hasil antara ini
untuk membentuk senyawa azo yang stabil. Warna ungu yang dihasilkan
memungkinkan untuk analisa nitrit dengan tingkat sensitivitas yang tinggi (Sun, et
al., 2003). Pada pengujian produksi NO pada sel RAW 264.7 diinduksi dengan
LPS (1 μg/mL) dan diberikan perlakuan dengan ekstrak n-heksana, etilasetat dan
etanol herba Picria fel-terrae Lour dengan konsentrasi ekstrak yang berbeda yaitu
12,5 dan 25 μg/mL. Produksi NO diukur sebagai konsentrasi nitrit dalam media
kultur, ketika dibandingkan dengan kontrol yang tidak diberi perlakuan, sel-sel
yang diinduksi dengan LPS melepaskan kadar NO yang lebih tinggi dalam
medium dari pada yang tidak diberi perlakuan (Joo, et al., 2014). Hasil produksi
68
Universitas Sumatera Utara
12
0 *^
*#^
10
0
Kadar NO (μg/mL )
*#^ *#^
8
0
6 *#^
0
4 *#^
0
#
2 # #
0 #
0
Sampel
Gambar 4.4 Hasil produksi nitric oxide (NO) pada sel RAW 264.7 yang
diinduksi oleh LPS pada ekstrak herba poguntano.
*
P<0,05 berbeda signifikan dengan kelompok kontrol normal (KS)
#
P<0,05 berbeda signifikan dengan kelompok kontrol negatif (LPS)
^
P<0,05 berbeda signifikan dengan kelompok kontrol positif
(deksametason).
yang distimulasi dengan LPS mengalami peningkatan kadar nitrit dan sebaliknya
konsentrasi 12,5 μg/mL kadar nitrit lebih besar dan pada konsentrasi 25 μg/mL
produksi NO. Dari ketiga ekstrak tersebut ENHP memiliki efek penghambatan
yang paling bagus dibandingkan dengan EEAHP dan EEHP. Ketiga ekstrak
RAW 264.7 (P<0,05) yang distimulasi dengan LPS dan dibandingkan dengan
kontrol sel. Konsentrasi yang paling bagus terlihat pada konsentrasi 25 μg/mL
sebagai positif kontrol yang dapat menurunkan kadar NO terlihat pada grafik yang
69
Universitas Sumatera Utara
steroid anti-inflamasi (NSAIDs) dan juga dapat bersifat sebagai imunosupresan
menghambat produksi NO pada sel RAW 264.7 yang telah distimulasi dengan
NO (Yu, et al., 2015; Deng, et al., 2015; Jang, et al., 2016; Dewi, et al., 2017).
kerja metode ini mengamplifikasi RNA. RNA diubah menjadi DNA dengan
RNA dan menghasilkan DNA yang disebut dengan cDNA. Setelah terbentuk
DNA maka dapat diamplifikasi dengan menggunakan PCR (Sudjadi, 2008). Pada
pengujian ini, sel RAW 264.7 diberi perlakuan dengan ekstrak n-heksana,
etilasetat dan etanol herba Picria fel-terrae Lour dengan konsentrasi 25 μg/mL
yang telah diinduksi dengan LPS (1 μg/mL). Hasil pengujian ekspresi gen TNF-α,
IL-6, IL-1β, iNOS dan β-actin oleh ekstrak herba poguntano yang telah dilakukan
70
Universitas Sumatera Utara
komputerisasi Gel doc sehingga dapat ditentukan nilai densitas ekspresi gen yang
terlihat pada Tabel 4.4 serta penurunannya terlihat pada Gambar 4.6.
TNF-α 374 Bp
IL-6 269 Bp
IL-1β 441 Bp
iNOS 311 Bp
β-actin 349 Bp
a b c d e f
Gambar. 4.5. Hasil ekspresi gen TNF-α, IL-6, IL-1β dan iNOS, terhadap ekstrak
herba poguntano, a. Deksametason 2,5 μg/mL; b. Ekstrak Etanol
Herba Poguntano 25 μg/mL; c. Ekstrak Etilasetat Herba Poguntano
25 μg/mL; d. Ekstrak n-Heksana Herba Poguntano 25 μg/mL; e.
Lipopolisakarida; f. Kontrol Sel.
ekspresi TNF-α, IL-6, IL-1β dan iNOS yang dibandingkan dengan LPS yang
perlakuan dengan LPS yang menghasilkan pita paling tebal. LPS merupakan
ekspresi gen (Yu, et al., 2015; Kim, et al., 2016). Pada perlakuan dengan
deksametason, pita terlihat lebih tipis dari perlakuan yang diberikan ekstrak
gen (Yuandani, et al., 2016). Deksametason merupakan obat NSAID yang juga
71
Universitas Sumatera Utara
digunakan sebagai kontrol internal dalam analisis ekspresi gen karena ia
selama suatu organisme hidup. Housekeeping gene memiliki tingkat ekspresi yang
stabil diberbagai jaringan pada semua tahapan perkembangan (Dheda, et al., 2004;
Libault, et al., 2008; Yoon, et al., 2009). Hasil ini menunjukkan bahwa ekstrak
tersebut mempunyai aktivitas imunosupresan pada sel makrofag RAW 264.7 yang
dengan Post Hoc Test berupa uji Tuckey HSD memberikan hasil bahwa terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok perlakuan dengan kontrol sel sebagai
kontrol negatif (dapat menaikkan ekspresi gen), dan deksametason sebagai kontrol
positif (dapat menurunkan ekspresi gen). Hasil ekspresi gen TNF-α, IL-6, IL-1β,
iNOS yang diberikan perlakuan (ENHP, EEAHP, EEHP) berbeda nyata secara
Tabel 4.4 Hasil densitas ekspresi gen dari ekstrak herba poguntano
72
Universitas Sumatera Utara
EEAHP 2,78 ± 0,009abc
EEHP 1,80 ± 0,006abc
Deksametaon 1,06 ± 0,007ab
LPS 4,03 ± 0,007ac
KS 1,00 ± 0,000bc
4 iNOS ENHP 0,67 ± 0,012ab
EEAHP 0,75 ± 0,009abc
EEHP 0,69 ± 0,009ab
Deksametaon 0,65 ± 0,006ab
LPS 1,03 ± 0,006c
KS 1,00 ± 0,000c
Keterangan:
a: Sig (P) <0,05 ada perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol normal
(KS)
b: Sig (P) <0,05 ada perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol negatif
(LPS)
c: Sig (P) <0,05 ada perbedaan yang signifikan dengan kelompok kontrol positif
(deksametason)
TNF-α, IL-1β dan IL-6 pada sel RAW 264.7 yang diinduksi Lipopolisakarida
dengan nilai densitas ekspresi iNOS paling kecil pada ENHP (0,67±0,012) yang
menunjukkan efek tidak berbeda secara signifikan dengan kontrol positif p>0,05
dan berbeda secara signifikan dengan kontrol negatif dan kontrol normal p<0,05
sedangkan nilai densitas ekspresi TNF-α paling kecil pada EEAHP (1,03±0,012)
yang menunjukkan efek tidak memiliki perbedaan yang signifikan dengan kontrol
normal p>0,05 dan berbeda secara signifikan dengan kontrol positif dan kontrol
negatif p<0,05, selanjutnya nilai densitas ekspresi IL-1β paling kecil pada EEHP
normal, kontrol positif dan kontrol negatif p<0,05, kemudian nilai densitas
ekspresi IL-6 paling kecil pada ENHP (1,27±0,008) yang menunjukkan efek
berbeda secara signifikan dengan kontrol normal, kontrol positif dan kontrol
negatif p<0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ENHP; EEAHP; EEHP memiliki
73
Universitas Sumatera Utara
efek penghambatan ekspresi iNOS, TNF-α, IL-1β dan IL-6 pada sel RAW 264.7
KS
LPS
4,5
0 *^
EEHP
4,0
0 EEAHP
Nilai densitas
2,0
0
1,5 TNF-α IL-6 IL-1β iNOS
0 Ekspresi gen
Gambar.
1,0 4.6 Grafik nilai densitas ekspresi gen TNF-α, IL-6, IL-1β dan iNOS
0 terhadap ekstrak herba poguntano.
0,5 *p<0,05 berbeda signifikan dengan kelompok kontrol normal (KS)
0 #p<0,05 berbeda signifikan dengan kelompok kontrol negatif
0,0 (LPS). ^p<0,05 berbeda signifikan dengan kelompok kontrol
0 positif (deksametason).
Nilai densitas ekspresi gen pada Gambar. 4.6 terlihat grafik yang
mengalami penurunan yang signifikan dibandingkan dengan LPS. Pada gen TNF-
ENHP dan EEHP sedangkan pada gen IL-6 dengan pemberian ENHP mengalami
penurunan lebih besar dari EEAHP dan EEHP dan pada gen IL-1β, dengan
pemberian EEHP penurunan yang lebih besar dibandingkan ENHP dan EEAHP
sedangkan pada gen iNOS, dengan pemberian ENHP mengalami penurunan lebih
74
Universitas Sumatera Utara
cincin terpadu. Senyawa ini mempunyai efek fisiologis tertentu. Pada penelitian
terdahulu, steroid dapat menghambat ekspresi gen TNF-α, IL-6, IL-1β dan iNOS
(Checker, et al., 2012; Venkatesha, et al., 2016). Pada skrining fitokimia EEAHP
ditemukan pada tumbuhan. Flavonoid tersusun dari dua cincin aromatis yang
dapat atau tidak dapat membentuk cincin ketiga dengan susunan C6-C3-C6
senyawa hasil kondensasi suatu gula dengan suatu senyawa hidroksil organik
yang apabila dihidrolisis akan menghasilkan gula (glikon) dan non-gula (aglikon).
Pada penelitian terdahulu, flavonoid dapat menghambat ekspresi gen TNF-α, IL-6,
IL-1β dan iNOS (Lee, et al., 2009; Liu, et al., 2014; Fachnian, et al., 2017;
TNF-α, IL-6, IL-1β dan iNOS (Yu, et al., 2015; Ahn, et al., 2015; Jang, et al.,
2016).
terhadap rangsangan LPS yang berasal dari bakteri, infeksi dan rangsangan
inflamasi. Sitokin tersebut juga memainkan peran penting dalam sistem kekebalan
tubuh dengan membantu efek sitotoksik dan sitostatik pada sel yang terinfeksi
atau sel ganas. TNF-α adalah salah satu faktor utama yang mengaktivasi makrofag
sebagai kekebalan tumor (Yanti, et al., 2011). TNF-α, IL-1β, dan IL-6 adalah
yang disintesis dengan bantuan enzim yaitu iNOS. iNOS yang mengalami
75
Universitas Sumatera Utara
peningkatan ekspresi maka akan menghasilkan NO yang berlebih. Dengan
mampu menyebabkan inisiasi peradangan (Ryu, et al., 2015; Dewi, et al., 2017).
Hasil ini menunjukkan bahwa ENHP; EEAHP; EEHP dapat menghambat ekspresi
gen TNF-α, IL-1β, IL-6 dan juga menghambat enzim yang menginduksi
menghambat produksi NO. Hal ini merupakan strategi yang kuat untuk
imunomodulator.
76
Universitas Sumatera Utara
BAB V
5.1 Kesimpulan
a. Pemberian ENHP; EEAHP; EEHP tidak bersifat toksik terhadap sel RAW
264.7 dengan nilai persentase sel hidup yang paling aman terlihat pada
oxide (NO) pada sel RAW 264.7 yang diinduksi dengan Lipopolisakarida,
dan 25 μg/mL dengan nilai kadar NO ENHP sebesar 10,42 μg/mL yang
dan kontrol normal p>0,05. Hal ini menunjukkan bahwa ENHP; EEAHP;
TNF-α, IL-1β dan IL-6 pada sel RAW 264.7 yang diinduksi
dengan kontrol negatif dan kontrol normal p<0,05 sedangkan nilai densitas
77
Universitas Sumatera Utara
ekspresi TNF-α paling kecil pada EEAHP (1,03±0,012) yang
positif dan kontrol negatif p<0,05, selanjutnya nilai densitas ekspresi IL-1β
negatif p<0,05, kemudian nilai densitas ekspresi IL-6 paling kecil pada
dengan kontrol normal, kontrol positif dan kontrol negatif p<0,05. Hal ini
ekspresi iNOS, TNF-α, IL-1β dan IL-6 pada sel RAW 264.7 yang
5.2 Saran
78
Universitas Sumatera Utara
DAFTAR PUSTAKA
Abbas, A.K., Lichtman, A.H. and Pillai S. (2010). Celullar and Molecular.
Immunology, 6th ed. Philadelphia: W.B Saunders Company. 69, 83, 115
Abbas, A.K., Licthtman, A.H dan Pillai, S. (2016). Imunologi Dasar Fungsi dan
Kelainan Sistem Imun. Edisi Indonesia kelima. Penerjemah: Handono
Kalim. Elsevier. Hal: 1-25, 35, 47, 55.
Adebayo, S. A., Steel, H. C., Shai, L. J., and Eloff, J. N. (2017). Investigation of
the Mechanism of Anti-Inflammatory Action and Cytotoxicity of a
Semipurified Fraction and Isolated Compounds From the Leaf of
Peltophorum africanum (Fabaceae). Journal of Evidence-based
Complementary and Alternative Medicine, 22(4): 840-845
Ahn, S., Siddiqi, M.H., Noh, H.Y., Kim, Y.J., Kim, Y.J., Jin, C.G., and Yang,
D.C. (2015). Anti-inflammatory activity of ginsenosides in LPS-stimulated
RAW 264.7 cells. Science bulletin, 60(8): 773-784.
Alamgir, M. and Uddin, S.J. (2010). Recent advances on the ethnomedicinal
plants as immunomodulatory agents. Ethnomedicine: A Source of
Complementary Therapeutics, 37/661(2): 227-244.
Amanda, U.D. dan Cartealy, I.C. (2015). Isolasi RNA dari mesokarp buah Elaeis
guineenssis Jacq. var. Tenera. Pros Sem Nas Masy Biodiv Indon, 1(2):
171-176.
Anonim. (2008). Geneaid. Diakses tanggal 13 Februari 2018.
http://www.geneaid.com/products/rna-extraction/total-rna-purification.
ATCC. (2017). Product Sheet. RAW 264.7 (ATCC® TIB71™). American Type
Culture Collection. Manassas. VA 20108 USA.
79
Universitas Sumatera Utara
Benjamini, E., Coico, R. and Sunshine, G. (2000). Immunology A Short Course.
Forth Edition. New York: Wiley-Liss. A John Wiley dan Sons. Inc. Hal:
178
Bogdan, C. (2001). Nitric oxide and the immune response. Nat Immunol 2: 907-
916.
Checker, R., Sandur, S. K., Sharma, D., Patwardhan, R. S., Jayakumar, S., Kohli,
V., et al. (2012). Potent anti-inflammatory activity of ursolic acid, a
triterpenoid antioxidant, is mediated through suppression of NF-κB, AP-1
and NF-AT. PloS one, 7(2): 31318.
Chi, C., Giri, S.S., Jun, J.W., Kim, H.J., Yun, S., Kim, S.G. et al. (2016).
Immunomodulatory Effects of a Bioactive Compound Isolated from
Dryopteris crassirhizoma on the Grass Carp Ctenopharyngodon idella.
Journal of Immunology. 1-10.
Choi. J.N., Choi, Y.H., Lee, J.M., Noh, I.C., Park, J.W., Choi, W.S. et al. (2012).
Anti-inflammatory effects of β-sitosterol-β-D-glucoside from
Trachelospermum jasminoides (Apocynaceae) in lipopolysaccharide-
stimulated RAW 264.7 murine macrophages. Natural product research.
26(24): 2340-2343.
Cree, I.A. (2011). Cancer Cell Culture: Methods and Protocols. Edisi Kedua.
New York: Springer Human Press. Hal. 237-244.
Deng, G.G., Wei, W., Yang, X. W., Zhang, Y.B., Xu, W., Gong, N.B. et al.
(2015). New coumarins from the roots of Angelica dahurica var.
formosana cv. Chuanbaizhi and their inhibition on NO production in LPS-
activated RAW264. 7 cells. Fitoterapia. 101: 194-200.
80
Universitas Sumatera Utara
Depkes, RI. (2000). Parameter Standar Umum Ekstrak Tumbuhan Obat. Cetakan
pertama. Jakarta. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Hal: 10-11.
Depkes, R.I. (2013). Suplemen III. Farmakope Herbal Indonesia. Edisi 1. Jakarta.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Hal: 106-107.
Dewi, K., Widyarto, B., Erawijantari, P. P., and Widowati, W. (2017). In vitro
study of Myristica fragrans seed (Nutmeg) ethanolic extract and quercetin
compound as anti-inflammatory agent. International Journal of Research
in Medical Sciences, 3(9), 2303-2310.
Dheda, K., Huggett, J. F., Bustin, S. A., Johnson, M. A., Rook, G., and Zumla, A.
(2004). Validation of housekeeping genes for normalizing RNA
expression in real-time PCR. Biotechniques, 37(1): 112-119.
Doyle, A. and Griffith, J.B. (2000). Cell and Tissue Culture for Medical
Research. New York: John Willey and Sons. Ltd. Hal: 49.
Fachinan, R., Fagninou, A., Nekoua, M. P., Amoussa, A. M., Adjagba, M.,
Lagnika, L., et al. (2017). Evidence of Immunosuppressive and Th2
Immune Polarizing Effects of Antidiabetic Momordica charantia Fruit
Juice. BioMed research international, 42(5): 265-270.
Hadiarto, T., Listanto, E., Eny, I. and Riyanti. (2015). Identification of RB gene
cDNA in Genetically Modified Potato Katahdin SP951. Jurnal
AgroBiogen 11(2): 59-64.
81
Universitas Sumatera Utara
Handayani, G. (2010). Imunomodulator. AL-FIKR. UIN Alauddin Makassar
Press, Makassar. 14(1) : 1-17.
Harfina, F., Bahri, S. dan Saragih, A. (2012). Pengaruh Serbuk Daun Poguntano
(Curanga fel-terrae Merr.) Pada Pasien Diabetes Mellitus. Journal of
Pharmaceutics and Pharmacology. 2(1): 112-118.
Harison, M.A. and Freshney, I.A. (1997). General Techniques of Cell Culture.
London: Cambridge. Hal: 196.
Huang, Y., Cimanga, K., Lasure, A., Van, P.B., Pieters, L. and Berghe-
Vanden, D. (1994). Biological activities of picria fel-terrae Lour. Pharm
World Sci Suppl. 16(6): 18.
Huang, Y., Bruyne, T.D., Apers, S., Ma, Y., Claeys, M., Pieters, L. et al. (1999).
Flavonoid Glucuronides from Picria fel-terrae. Elsevier Science. 52(8):
1701-1703.
Ilyas, U., Katare, D., Aeri, V. and Naseef, P. (2016). A review on hepato-
protective and immunomodulatory herbal plants Pharmacognosy Reviews;
Bangalore. 10(19): 66-70.
Jang, K. J., Choi, S. H., Yu, G. J., Hong, S. H., Chung, Y. H., Kim, C. H., et al.
(2016). Anti-inflammatory potential of total saponins derived from the
roots of Panax ginseng in lipopolysaccharide-activated RAW 264.7
macrophages. Experimental and therapeutic medicine, 11(3): 1109-1115.
Joo, T., Kandhasamy, S., Sunghyun, H., Jaehak, L., Sun, Y.Park., Songmun, K.,et
al. (2014). Inhibition of nitric oxide production in LPS-stimulated RAW
264.7 cells by stem bark of Ulmus pumila L. Saudi Journal of Biological
Sciences 21: 427-435
Katzung, B.G. (2002). Farmakologi Dasar dan Klinik 2. Edisi 8. Jakarta: Salemba
Medika. Hal: 386.
82
Universitas Sumatera Utara
Kil, J.S., Son, Y., Cheong, Y.K., Kim, N.H., Jeong, H.J., Kwon, J.W., et al.
(2011). Okanin, a chalcone found in the genus Bidens, and 3-penten-2-one
inhibit inducible nitric oxide synthase expression via heme oxygenase-1
induction in RAW 264.7 macrophages activated with Lipopolysaccharide.
J. Clin. Biochem. Nutr. 50(1): 53-58.
Kim, K.A., Lee, I.A., Gu, W., Hyam, S.R., and Kim, D.H. (2014). β‐Sitosterol
attenuates high‐fat diet‐induced intestinal inflammation in mice by
inhibiting the binding of lipopolysaccharide to toll‐like receptor 4 in the
NF‐κB pathway. Molecular nutrition & food research. 58(5): 963-972.
Kim, G.T., Tran, N.K.S., Choi, E.H., Song, Y.J., Song, J.H, Shim, S.M. et al.
(2016). Immunomodulatory Efficacy of Standardized Annona muricata
(Graviola) Leaf Extract via Activation of Mitogen-Activated Protein
Kinase Pathways in RAW 264.7 Macrophages. Evidence-Based
Complementary and Alternative Medicine: 1-10.
Kim, J., Heesook, H., Ara, J., Huwon, K., Hyojeong, Y., Sojeong, I., et al. (2018).
Anti-Inflammatory Effects of a Stauntonia hexaphylla Fruit Extract in
Lipopolysaccharide-Activated RAW-264.7 Macrophages and Rats by
Carrageenan-Induced Hind Paw Swelling. Nutrients. 10: 110.
Kobayashi, S.D., Voyich, J.M., Burlak, C,. and DeLeo, F.R. (2005). Neutrophils
in the innate immune response. Arch Immunol Ther Exp (Warsz). 53(6):
505-517.
Kupcsik, L., and Martin, J.S. (2011). Mammalian Cell Viability: Methods and
Protocols. New York: Humana Press. Hal. 13-18.
Kusmardi, S.K. dan Enif, E.T. (2007). Efek Imunomodulator Ekstrak Daun
Ketepeng Cina (Cassia alata. L) terhadap Aktivitas dan Kapasitas
Fagositosis Makrofag. Makara Kesehatan. 11(2): 50-51. Hal: 1-7.
Kwon, D.H., Cheon, J.M., Choi, E.O., Jeong, J.W., Lee, K.W., Kim, K.Y. et al.
(2016). The Immunomodulatory Activity of Mori folium, the Leaf of
Morus alba L in RAW 264.7 Macrophages In Vitro. Journal Of Cancer
Prevention. 21(3): 144-151.
Lee, S. H., Kim, Y. J., Kwon, S. H., Lee, Y. H., Choi, S. Y., Park, J. S., et al.
(2009). Inhibitory effects of flavonoids on TNF-α-induced IL-8 gene
expression in HEK 293 cells. BMB reports, 42(5): 265-270.
83
Universitas Sumatera Utara
Leiro, J., Alvarez, E., Arranz, J.A., Laguna, R., Uriarte, E., and Orallo, F. (2004).
Effects of cis-resveratrol on inflammatory murine macrophages:
Antioxidant activity and down-regulation of inflammatory genes. J Leukoc
Biol. 75(6): 1156-1165.
Lestari, P. (2013). Efek kombinasi ekstrak aktif daun poguntano (Picria fel-terrae
Lour.) dengan doksorubisin terhadap sel kanker payudara secara in vitro.
Tesis: Medan. Fakultas Farmasi. Universitas Sumatera Utara. Hal: 21
Libault, M., Thibivilliers, S., Bilgin, D.D., Radwan, O., Benitez, M., Clough, S.J.
et al. (2008). Identification of four soybean reference genes for gene
expression normalization. The plant Genome, 1: 44-45
Liu, X., Jia, L., Gao, Y., Li, B., and Tu, Y. (2014). Anti-inflammatory activity of
total flavonoids from seeds of Camellia oleifera Abel. Acta Biochim
Biophys Sin, 46(10): 920-922.
Long, X., Fan, M. and Bigsby, R.M. (2008). Apigenin Inhibits Antiestrogen
Resistant Breast Cancer Cell Growth Through Estrogen Receptor-Alpha-
Dependent and Estrogen Receptor-Alpha-Independent Mechanisms. Mol
Cancer Ther. 7: 2096-2108.
Martínez, O., Miranda, E., Ramírez, M., Santos, S., Rivera, C., Vázquez, L. et al.
(2015). Immunomodulator-Based Enhancement of Anti Smallpox Immune
Responses. Plos One. 10(4): 1-17.
Nugroho, A.E., Hermawan, A., Putri, D.D.P., Novika, A. and Meiyanto, E.,
(2013). Combinational Effects of Hexane Insoluble Fraction of Ficus
septica Burm. F. and Doxorubicin Chemotherapy on T47D Breast Cancer
Cells. Asian Pacific Journal of Tropical Biomedicine. 2: 1-6.
Olson, K.R dan Nardin, E.D. (2014). Imunologi dan Serologi Klinis Modern.
Jakarta: EGC. Hal: 6-8.
84
Universitas Sumatera Utara
Plummer, M., Martel, D.C., Vignat, J., Ferlay, J., Bray, F. and Franceschi, S.
(2016). Global burden of cancers attributable to infections in 2012: a
synthetic analysis. Lancet Glob Health. 4(9): 609-616.
Price, L.C., Montani, D., Tcherakian, C., Dorfmüller, P., Souza, R., Gambaryan,
N., et al. (2010). Dexamethasone reverses monocrotaline - induced
pulmonary arterial hypertension in rats. European Respiratory Journal. 37:
813-822.
Ryu, J. H., Park, H. J., Jeong, Y. Y., Han, S., Shin, J. H., Lee, S. J., et al. (2015).
Aged Red Garlic Extract Suppresses Nitric Oxide Production in
Lipopolysaccharide-Treated RAW 264.7 Macrophages Through Inhibition
of NF-κ B. Journal of medicinal food, 18(4): 439-445.
Saeidnia, S., Manayi, A., Gohari, A.R., and Abdollahi, M. (2014). The story of
beta-sitosterol-a review. European journal of medicinal plants. 4(5): 590-
609.
Saroj, P., Verma, M., Jha, K.K. and Pal, M. (2012). An overview on
immunomodulation. Journal of Advanced Scientific Research. 3(1): 7-12.
Satria, D., Silalahi, J., Haro, G., Ilyas, S. and Hasibuan, P.A.Z. (2017).
Antioxidant and Antiproliferative Activities of an Ethylacetate Fraction of
Picria fel-terrae Lour. Herbs. Asian Pacific Journal of Cancer Prevention.
18(2): 399-403.
Sihotang, Y.M., Silalahi, J., Hadisahputra, H., Hasibuan, P.A.Z. and Satria, D.
(2016). Cardioprotective effect of ethylacetate extract of poguntano (Picria
85
Universitas Sumatera Utara
fel-terrae Lour.) against doxorubicin-induced cardiotoxicity in rats. Int J
Pharm Clin Resc. 8: 466-470.
Sitorus, P., Hasibuan, P.A.Z and Satria, D. (2017). Total Phenolic and Flavonid
Contents and antioxidant activity of Ethanol Fraction of Picria fel-terrae
(Lour.) Herbs. Asian Journal of Pharmaceutical and Clinical Research.
10(7): 243-245.
Sostres, C., Gargallo, C.J., Arroyo, M.T and Lanas, A. (2010). Adverse effects of
non-steroidal anti-inflammatory drugs (NSAIDs, aspirin and coxibs) on
upper gastrointestinal tract. Best Prac Res Cl Ga. 24: 121-132.
Subowo. (2014). Imunobiologi. Edisi 3. Jakarta: Sagung seto. Hal: 172, 206-226.
Sudiono, J. (2014). Sistem Kekebalan tubuh. Jakarta: Buku Kedokteran EGC. Hal:
42.
Sun, J., Zhang, X., Broderick, M. and Fein, H. (2003). Measurement of Nitric
Oxide Production in Biological Systems. Sensors. 3: 276-284.
Than, N.V. and Tung, N.T. (2017). Microscopic Features and Preliminary Thin
Layer Chromatography of “Thanh ngam” (Picria fel-terrae Lour. ex Wall)
Collected in Viet Nam. Trop J Nat Prod Res. 1(6): 241-243.
Thuan, N.D., Ha, D.T., Thuong, P.T., Na, M.K, Lee, J.P., Lee, J.H. et al. (2007).
A phenylpropanoid glycoside with antioxidant activity from Picria tel-
ferae. Arch Pharm Res. 30(9):1062-1066.
Torres, A.V., Carson, J.J., Mastroeni, P., Ischiropoulos, H. and Fang, F.C. (2000).
Antimicrobial Action of the NADPH Phagocyte Oxidase and Inducible
Nitric Oxide Synthase in Experimental Salmonellosis Effect on Microbial
Killing by Activated Peritoneal Macrophages in vitro. J.Exp Med. 192(2):
227-236.
86
Universitas Sumatera Utara
for Pharmaceutical and Medical Aspects: An Overview. Medicines, 5(3),
93.
Veluswamy., Rajwanth, R., Ward, S.C., Yum, K., Abramovitz, R.B., Isola, L.M.
et al. (2014). Adverse drug reaction: pomalidomide-induced liver injury.
The Lancet; London. 383(9935): 2125-2126.
Venkatesha, S.H., Dudics, S., Astry, B., and Moudgil, K.D. (2016). Control of
autoimmune inflammation by celastrol, a natural triterpenoid. Fems
Pathogens and Disease, 74(6): 59.
Wagner, H., and Bladt, S. (1996). Plant drug analysis: a thin layer
chromatography atlas. Springer Science & Business Media. Hal: 4-6, 99-
100, 196, 306, 335.
Wahab, A.S. dan Madarina, J. (2002). Sistem Imun, Imunisasi, dan Penyakit Imun.
Jakarta: Penerbit Widya Medika. Hal: 87
WHO. (2015). Kanker. Diakses tanggal 13 februari 2018
http:who.int/mediacenter.factsheets/fs297/en/
Yanti., Pramudito, T.E., Nuriasari, N and Juliana, K. (2011). Lemon Pepper Fruit
Extract (Zanthoxylum acanthopodium DC.) Suppresses the Expression of
Inflammatory Mediators in Lipopolysaccharide-Induced Macrophages In
Vitro. American Journal of Biochemistry and Biotechnology. 7(4): 190-
195.
Yannick, L., Jeanne, M. and Jean, F.S. (2011). In vitro modulation of reactive
oxygen and nitrogen intermediate (ROI/RNI) production in Crassostrea
gigas hemocytes. J. Biol.Sci. 7(9): 1401-11.
Yoon, W.J., Ham, Y.M., Kim, S.S., Yoo, B.S., Bulan, Y.J., Baik, J.S. et al.
(2009). Suppression of pro-inflammatory cytokines, iNOS and COX-2
expression by brown algae Sargassum micracanthum in RAW 264.7
macrophages. EurAsian Journal of BioSciences. 3: 130-143.
Yuandani., Jantan, I., Ilangkovan, M., Husain, K., and Chan, K.M. Inhibitory
effects of compounds from Phyllanthus amarus on nitric oxide production,
lymphocyte proliferation, and cytokine release from phagocytes. (2016).
Drug design, development and therapy. 10:1935-1945.
87
Universitas Sumatera Utara
Yu, G. J., Choi, I. W., Kim, G. Y., Kim, B. W., Park, C., Hong, S. H., et al.
(2015). Anti-inflammatory potential of saponins derived from cultured
wild ginseng roots in lipopolysaccharide-stimulated RAW 264.7
macrophages. International journal of molecular medicine, 35(6): 1690-
1698.
Yu, L., Zhao, M., Yang, B., and Bai, W. (2009). Immunomodulatory and
anticancer activities of phenolics from Garcinia mangostana fruit pericarp.
Food Chem. 116: 969-973.
Zeng, J., Pan, X., Yang, K., Wei, Z., and Chen C. (2010). Experimental study on
the inhibitory effect on HBeAg and HBsAg excreted by 2215 cells of
different extracts of Picria fel-tarrae Lour. China Medical Herald.
7(16):27.
Zheng, L., Wang, M., Peng, Y. and Li, X. (2017). Physicochemical Characte-
rization of Polysaccharides with Macrophage Immunomodulatory
Activities Isolated from Red Ginseng (Panax ginseng C. A. Meyer).
Journal of Chemistry. 3276430.
Zong, Y., Sun, L., Liu, B., Deng, Y.S., Zhan, D., Chen, Y.L. et al. (2012).
Resveratrol Inhibits LPS-Induced MAPKs Activation via Activation of the
Phosphatidylinositol 3-Kinase Pathway in Murine RAW 264.7
Macrophage Cells. Plos one. 7(8). 44107.
Zou, J.M., Wang, L.S., Niu, X.M., Sun, H.D. and Guo, Y.J. (2005).
Phenylethanoid glycosides from Picria fel-terrae Lour. J Integr Plant Biol.
47(5):632-636.
88
Universitas Sumatera Utara
LAMPIRAN
Lampiran 1. Identifikasi tumbuhan
89
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 2. Surat persetujuan etik (ethical clearence)
90
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 3. Gambar Herba Poguntano
91
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 4. Bagan ekstraksi serbuk simplisia secara maserasi bertingkat
Serbuk Simplisia
dimaserasi dengan n-heksana
(3x perendaman)
Ampas Maserat
Ekstrak Etanol
Hasil
diskrining
Hasil
92
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 5. Bagan pembuatan media DMEM
Larutan Media
Media DMEM
93
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 6. Bagan pembuatan media komplit (MK) DMEM
Dicampur
Diberi identitas pada botol MK
Disimpan pada suhu 2-80C
94
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 7. Bagan penumbuhan sel
Konikel
Dibuang supernatant
Ditambahkan 4 mL MK DMEM
Flask
Dihomogenkan
95
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 8. Bagan panen sel
Ditambahkan 4 mL MK
96
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 9. Bagan perhitungan sel
97
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 10. Bagan pembuatan larutan uji
Ditimbang sebanyak 5 mg
Divortex
Larutan Uji
98
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 11. Bagan pengujian viabilitas sel
Dibuang medium
Absorban
% Sel Hidup
99
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 12. Bagan pengujian produksi NO
Dibuang medium
Absorban
Dihitung kadar NO
Kadar NO
100
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 13. Bagan ekstraksi RNA
101
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan. Bagan uji ekstraksi RNA
102
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 14. Bagan pembuatan cDNA
Hasil isolasi
RNA
Sel RAW 264.7
Diatur kondisinya:
- 30 0C selama 10 menit
- 42 0C selama 60 menit
- 99 0C selama 5 menit
cDNA
103
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 15. Bagan analisis ekspresi gen
cDNA
Diatur suhu sesuai kondisi gen (TNFα-, IL-6, β-actin, IL-1β, iNOS):
TNF-α, IL-6, β-actin IL-1β iNOS
D: 95 0C selama 2 menit 95 0C selama 2 menit 95 0C selama 2 menit
95 0C selama 30 detik 95 0C selama 45 detik 95 0C selama 30 detik
A: 55 0C selama 60 detik 62,50C selama 60dtik 60 0C selama 60 detik
E: 72 0C selama 60 detik 72 0C selama 60 detik 72 0C selama 60 detik
72 0C selama 5 menit 72 0C selama 5 menit 72 0C selama 5 menit
Produk PCR
(TNFα-,IL-6, β-
actin, IL-1β,
iNOS).
104
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 16. Bagan pengujian elektroforesis
Produk PCR
(TNFα-, IL-6, β-
actin, IL-1β, iNOS)
Gambaran pita
ekspresi gen
Nilai densitas
ekspresi gen
105
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 17. Sel RAW 264.7 dibawah mikroskop
b c
106
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 18. Microplate-96 sumuran pengujian viabilitas sel
c cc
d dd
ee
e
Keterangan: microplate-96 sumuran yang berisi sel dan larutan uji serta
deksametason
a. 200 μg/mL
b. 100 μg/mL aa. 20 μg/mL
c. 50 μg/mL bb. 10 μg/mL
d. 25 μg/mL cc. 5 μg/mL
e. 12,5 μg/mL dd. 2,5 μg/mL
f. Kontrol sel ee. 1,25 μg/mL
g. Kontrol media
107
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 19. Microplate-96 sumuran pada uji produksi NO
(a)
(b)
108
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 20. Microplate-6 sumuran pada uji ekspresi gen
a b c
d e f
109
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 21. Perhitungan pembuatan larutan uji
V1 x C1 =V2 x C2
Keterangan:
V1 : Volume awal
C1 : Konsentrasi awal
V2 : Volume yang akan dibuat untuk pengenceran
C2 : Konsentrasi yang akan dibuat untuk pengenceran
110
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan pembuatan larutan Deksametason :
Keterangan:
V1 : Volume awal
C1 : Konsentrasi awal
V2 : Volume yang akan dibuat untuk pengenceran
C2 : Konsentrasi yang akan dibuat untuk pengenceran
111
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan pembuatan larutan Lipopolisakarida :
Konsentrasi Lipopolisakarida : 1 mg
LPS 1 mg dilarutkan dalam 1 ml aquadest
Cara kerja :
Dipipet 10 µL LPS ad 1000 µL MK DMEM lalu dimasukkan kedalam masing-
masing sumuran (96-well) inkubasi 24 jam
Konsentrasi Lipopolisakarida : 1 mg
LPS 1 mg dilarutkan dalam 1 ml aquadest
Untuk 6-wellplate :
20 µL konsentrasi (1 µg/µL) + 1980 µl MK DMEM = 2000 µL =2 mL
Konsentrasi : 0,01 µg/µL x 200 µL = 2 µg/µL
Cara kerja :
Dipipet 20 µL LPS ad 2000 µL MK DMEM lalu dimasukkan 1 ml kedalam
masing-masing sumuran (6-well) inkubasi 24 jam
112
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 22. Perhitungan penanaman sel :
Keterangan:
A : Jumlah sel pada bagian A
B : Jumlah sel pada bagian B
C : Jumlah sel pada bagian C
D : Jumlah sel pada bagian D
lalu dihitung jumlah sel yang akan ditanam pada well yang digunakan (96 well
plate) :
Cara kerja :
Dipipet 115 µL sel di ad kan sampai 10 mL dengan MK DMEM lalu dimasukkan
100 µL kedalam masing-masing sumuran (96-well) inkubasi 24 jam.
lalu dihitung jumlah sel yang akan ditanam pada well yang digunakan (96 well
plate) :
Cara kerja :
Dipipet 250 µL sel di ad kan sampai 10 mL dengan MK DMEM lalu dimasukkan
100 µL kedalam masing-masing sumuran (96-well) inkubasi 24 jam.
113
Universitas Sumatera Utara
Perhitungan sel untuk uji ekspresi gen
lalu dihitung jumlah sel yang akan ditanam pada well yang digunakan (6 well
plate) :
Cara kerja :
Dipipet 2,87 mL sel di ad kan sampai 12 mL dengan MK DMEM lalu
dimasukkan 2 ml kedalam masing-masing sumuran (6-well) inkubasi 24 jam
114
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 23. Perhitungan Viabilitas sel
Deksametason
Absorbansi Rata-rata
1 2 3 Absorbansi
Kontrol Sel 0,875 0,880 0,878 0,878
Kontrol Media 0,087 0,087 0,086 0,087
115
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 24. Perhitungan Viabilitas sel dengan SPSS
Descriptives
95% Confidence
Std. Interval for Mean Mini
N Mean Std. Error Maximum
Deviation Lower Upper mum
Bound Bound
ENHP 12.50 3 92.4790 .39491 .22800 91.4980 93.4600 92.04 92.81
25.00 3 90.1424 .54029 .31194 88.8002 91.4846 89.52 90.51
50.00 3 86.0898 .33462 .19319 85.2586 86.9210 85.80 86.45
100.00 3 83.4246 .35209 .20328 82.5500 84.2992 83.17 83.83
200.00 3 68.0905 .16731 .09660 67.6749 68.5062 67.94 68.27
Total 15 84.0453 8.87890 2.29252 79.1283 88.9622 67.94 92.81
EEAHP 12.50 3 93.8299 .45601 .26328 92.6971 94.9626 93.46 94.34
25.00 3 92.2234 .45601 .26328 91.0907 93.3562 91.71 92.59
50.00 3 86.4184 .35209 .20328 85.5438 87.2930 86.02 86.67
100.00 3 65.9365 .45601 .26328 64.8037 67.0693 65.43 66.30
200.00 3 6.6083 .32859 .18971 5.7920 7.4245 6.28 6.94
Total 15 69.0033 33.89670 8.75209 50.2319 87.7747 6.28 94.34
EEHP 12.50 3 98.7587 .60324 .34828 97.2601 100.2572 98.06 99.16
25.00 3 94.7791 .21906 .12647 94.2349 95.3233 94.56 95.00
50.00 3 89.6313 .18971 .10953 89.1600 90.1025 89.52 89.85
100.00 3 84.2278 .35209 .20328 83.3532 85.1025 83.83 84.48
200.00 3 84.3739 .21906 .12647 83.8297 84.9180 84.15 84.59
Total 15 90.3541 5.93623 1.53273 87.0668 93.6415 83.83 99.16
Deksametason
95% Confidence
Std. Interval for Mean
N Mean Std. Error Minimum Maximum
Deviation Lower Upper
Bound Bound
1.25 3 91.3190 .45582 .26317 90.1867 92.4513 90.81 91.70
2.50 3 84.8293 1.05268 .60776 82.2143 87.4443 83.99 86.01
5.00 3 75.7269 .51093 .29499 74.4577 76.9961 75.26 76.27
10.00 3 68.8580 .40639 .23463 67.8485 69.8675 68.56 69.32
20.00 3 54.2773 .66896 .38623 52.6155 55.9391 53.52 54.78
Total 15 75.0021 13.35292 3.44771 67.6075 82.3967 53.52 91.70
116
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 25. Perhitungan pengujian produksi NO
Keterangan:
V1 : Volume awal
C1 : Konsentrasi awal
V2 : Volume yang akan dibuat untuk pengenceran
C2 : Konsentrasi yang akan dibuat untuk pengenceran
117
Universitas Sumatera Utara
Hasil nilai absorbansi Larutan standar nitrit :
0,150
y = 0.0008x + 0.041
Absorbansi
R² = 0.9995
0,100
0,050
0,000
0 20 40 60 80 100 120
Konsentrasi
(µg/µLdiperoleh
Hasil persamaan regresi yang ) : Y= 0,0008 x + 0,041
118
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 26. Perhitungan pengujian produksi NO dengan SPSS
Descriptives
Kadar NO
95% Confidence
Std. Std. Interval for Mean
N Mean Minimum Maximum
Deviation Error Lower Upper
Bound Bound
ENHP 12.5 3 72.5000 7.80625 4.50694 53.1082 91.8918 63.75 78.75
ENHP 25 3 10.4167 3.14576 1.81621 2.6022 18.2312 7.50 13.75
EEAHP 12.5 3 87.9167 10.63113 6.13788 61.5075 114.3258 77.50 98.75
EEAHP 25 3 30.8333 11.88048 6.85920 1.3206 60.3461 18.75 42.50
EEHP 12.5 3 75.0000 3.30719 1.90941 66.7845 83.2155 71.25 77.50
EEHP 25 3 22.0833 4.38986 2.53448 11.1783 32.9883 17.50 26.25
Deksametason
3 7.4767 .05132 .02963 7.3492 7.6041 7.42 7.52
1.25
Deksametason
3 4.1800 .02646 .01528 4.1143 4.2457 4.16 4.21
2,5
LPS 3 98.7500 1.25000 .72169 95.6448 101.8552 97.50 100.00
KS 3 2.5000 2.16506 1.25000 -2.8783 7.8783 1.25 5.00
Total 30 41.1657 37.06960 6.76795 27.3236 55.0077 1.25 100.00
Homogeneous Subsets
Kadar NO
a
Tukey HSD
Subset for alpha = 0.05
Perlakuan N 1 2 3 4 5
KS 3 2.5000
Deksametason 2,5 3 4.1800
Deksametason 1.25 3 7.4767 7.4767
ENHP 25 3 10.4167 10.4167
EEHP 25 3 22.0833 22.0833
EEAHP 25 3 30.8333
ENHP 12.5 3 72.5000
EEHP 12.5 3 75.0000
EEAHP 12.5 3 87.9167 87.9167
LPS 3 98.7500
Sig. .827 .148 .738 .110 .483
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
119
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 27. Perhitungan pengujian ekspresi gen
Rumus :
120
Universitas Sumatera Utara
Rumus : V1 x C1 =V2 x C2
Keterangan:
V1 : Volume awal
C1 : Konsentrasi awal
V2 : Volume yang akan dibuat untuk pengenceran
C2 : Konsentrasi yang akan dibuat untuk pengenceran
121
Universitas Sumatera Utara
Hasil nilai densitas ekspresi gen
Nilai densitas
No Ekspresi gen Sampel Rata-rata
1 2 3
KS 1,00 1,00 1,00 1,00
LPS 1,47 1,45 1,47 1,46
ENHP 1,09 1,07 1,08 1,08
1 TNF-α
EEAHP 1,01 1,04 1,05 1,03
EEHP 1,28 1,24 1,26 1,26
Dexa 1,21 1,24 1.25 1,23
KS 1,00 1,00 1,00 1,00
LPS 2,61 2,59 2,63 2,61
ENHP 1,27 1,28 1,25 1,27
2 IL-6
EEAHP 1,27 1,29 1,30 1,29
EEHP 1,33 1,32 1,36 1,34
Dexa 0,78 0,76 0,80 0,78
KS 1,00 1,00 1,00 1,00
LPS 4,02 4,04 4,02 4,03
ENHP 2,33 2,35 2,32 2,33
3 IL-1β
EEAHP 2,78 2,76 2,79 2,78
EEHP 1,79 1,80 1,81 1,80
Dexa 1,07 1,03 1,06 1,05
KS 1,00 1,00 1,00 1,00
LPS 1,03 1,04 1,02 1,03
ENHP 0,69 0,65 0,68 0,67
4 iNOS
EEAHP 0,73 0,75 0,76 0,75
EEHP 0,69 0,70 0,67 0,69
Dexa 0,65 0,64 0,66 0,65
122
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 28. Perhitungan analisis ekspresi gen dengan SPSS
Descriptives
95%
Confidence
Std. Std. Interval for
N Mean Mean Minimum Maximum
Deviation Error
Lower Upper
Bound Bound
Beta_Actin KS 3 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00
LPS 3 1.0400 .01000 .00577 1.0152 1.0648 1.03 1.05
ENHP 3 1.0867 .00577 .00333 1.0723 1.1010 1.08 1.09
EEAHP 3 1.0633 .00577 .00333 1.0490 1.0777 1.06 1.07
EEHP 3 1.0500 .02000 .01155 1.0003 1.0997 1.03 1.07
Dexa 3 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00
Total 18 1.0400 .03361 .00792 1.0233 1.0567 1.00 1.09
TNF_AlphaKS 3 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00
LPS 3 1.4633 .01155 .00667 1.4346 1.4920 1.45 1.47
ENHP 3 1.0800 .01000 .00577 1.0552 1.1048 1.07 1.09
EEAHP 3 1.0333 .02082 .01202 .9816 1.0850 1.01 1.05
EEHP 3 1.2600 .02000 .01155 1.2103 1.3097 1.24 1.28
Dexa 3 1.2333 .02082 .01202 1.1816 1.2850 1.21 1.25
Total 18 1.1783 .16508 .03891 1.0962 1.2604 1.00 1.47
IL_6 KS 3 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00
LPS 3 2.6100 .02000 .01155 2.5603 2.6597 2.59 2.63
ENHP 3 1.2667 .01528 .00882 1.2287 1.3046 1.25 1.28
EEAHP 3 1.2867 .01528 .00882 1.2487 1.3246 1.27 1.30
EEHP 3 1.3367 .02082 .01202 1.2850 1.3884 1.32 1.36
Dexa 3 .7800 .02000 .01155 .7303 .8297 .76 .80
Total 18 1.3800 .60027 .14149 1.0815 1.6785 .76 2.63
iNOS KS 3 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00
LPS 3 1.0300 .01000 .00577 1.0052 1.0548 1.02 1.04
ENHP 3 .6733 .02082 .01202 .6216 .7250 .65 .69
EEAHP 3 .7467 .01528 .00882 .7087 .7846 .73 .76
EEHP 3 .6867 .01528 .00882 .6487 .7246 .67 .70
Dexa 3 .6500 .01000 .00577 .6252 .6748 .64 .66
Total 18 .7978 .16152 .03807 .7175 .8781 .64 1.04
IL_1 KS 3 1.0000 .00000 .00000 1.0000 1.0000 1.00 1.00
Beta LPS 3 4.0267 .01155 .00667 3.9980 4.0554 4.02 4.04
ENHP 3 2.3333 .01528 .00882 2.2954 2.3713 2.32 2.35
EEAHP 3 2.7767 .01528 .00882 2.7387 2.8146 2.76 2.79
EEHP 3 1.8000 .01000 .00577 1.7752 1.8248 1.79 1.81
Dexa 3 1.0533 .02082 .01202 1.0016 1.1050 1.03 1.07
Total 18 2.1650 1.07883 .25428 1.6285 2.7015 1.00 4.04
123
Universitas Sumatera Utara
Homogeneous Subsets
TNF_Alpha
Subset for alpha = 0.05
Sampel N
1 2 3 4 5
Tukey KS 3 1.0000
HSDa EEAHP 3 1.0333
ENHP 3 1.0800
Dexa 3 1.2333
EEHP 3 1.2600
LPS 3 1.4633
Sig. .175 1.000 .364 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
IL_6
Subset for alpha = 0.05
Sampel N
1 2 3 4 5
Tukey Dexa 3 .7800
HSDa KS 3 1.0000
ENHP 3 1.2667
EEAHP 3 1.2867
EEHP 3 1.3367
LPS 3 2.6100
Sig. 1.000 1.000 .696 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
iNOS
Subset for alpha = 0.05
Sampel N
1 2 3 4 5
Tukey Dexa 3 .6500
HSDa ENHP 3 .6733
EEHP 3 .6867
EEAHP 3 .7467
KS 3 1.0000
LPS 3 1.0300
Sig. .054 1.000 .143
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
IL_1Beta
Subset for alpha = 0.05
Sampel N 1 2 3 4 5 6
Tukey KS 3 1.0000
HSDa Dexa 3 1.0533
EEHP 3 1.8000
ENHP 3 2.3333
EEAHP 3 2.7767
LPS 3 4.0267
Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.
124
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 29. Gambar pita dari ekspresi gen ekstrak herba poguntano
TNF-α 374 Bp
400 Bp
300 Bp
200 Bp
100 Bp
Ladder a b c d e f Ladder
IL-6 269 Bp
300 Bp
200 Bp
100 Bp
a b c d e f Ladder
iNOS 311 Bp
400 Bp
300 Bp
200 Bp
100 Bp
Ladder a b c d e f Ladder
IL-1 β 441 Bp
500 Bp
400 Bp
300 Bp
200 Bp
100 Bp
a b c d e f Ladder
β-actin 349 Bp
400 Bp
300 Bp
200 Bp
100 Bp
Ladder a b c d e f Ladder
Keterangan : a. Deksametason 2,5 μg/mL
b. Ekstrak Etanol Herba Poguntano 25 μg/mL
c. Ekstrak Etilasetat Herba Poguntano 25 μg/mL
d. Ekstrak n-Heksan Herba Poguntano 25 μg/mL
e. LPS
f. KS
125
Universitas Sumatera Utara
Lampiran 30. Gambar alat
b c
d
Keterangan: a. Laminar Air Flow
b. Inkubator CO2
c. Microscope inverted
d. Microplate reader
126
Universitas Sumatera Utara
Lanjutan. Gambar alat
a b
d
Keterangan: a. Nano drop c. Elektroforesis
b. PCR multibox d. Gel Doc
127
Universitas Sumatera Utara