Modul KPP-008
Sistem Limbic, Bahasa Non Verbal dan
Kebohongan
Haryoko R. Wirjosoetomo
Risk Management Consultant & Trainer
1
Bahasa Non Verbal
berkomunikasi.
Dalam berkomunikasi, dampaknya terhadap orang lain
adalah :
Bahasa Verbal/kata-kata :7%
Nada Bicara : 38 %
Bahasa Non Verbal : 55 %
Bahasa non verbal atau perilaku non verbal atau
bahasa tubuh adalah suatu transmisi informasi -
serupa dengan bahasa yang diucapkan – melalui
ekspresi wajah, gerak isyarat, sentuhan, gerakan fisik,
postur, perhiasan (pakaian, permata, gaya rambut,
tato) hingga nada suara, warna suara dan volume
suara.
Bahasa Non Verbal bersifat universal sehingga dapat
diaplikasikan dimanapun juga
Halaman : 3 | Modul No : KPP-008 Chocolate
tangan, wajah
(Broca)
Bahasa
(Area Wernick)
Penciuman Penglihatan
(Lobus (Lobus
Frontal) Occipetal)
Pendengaran
emosi
Koordinasi Keseimbangan Tubuh
Halaman : 4 | Modul No : KPP-008 (Cerebrum/Otak Kecil)
2
Sistem Syaraf Manusia
bagian tubuh.
Sistem syaraf terbagi dua :
Sistem syaraf pusat (Medulla Oblongata
dan Medulla Spinalis)
Sistem syaraf tepi :
Sistem syaraf sadar (kranial dan
spinal)
Sistem syaraf tak sadar (simpatis dan
parasimpatis)
3
Sistem Limbic : Basis Bahasa Non Verbal
TEKNIK WAWANCARA INVESTIGASI BERBASIS NLP
4
Respon Sistem Limbic Terhadap Ancaman
TEKNIK WAWANCARA INVESTIGASI BERBASIS NLP
Freeze
Flight
Fight
5
Respon 2 : Flight (Melarikan Diri)
sumber ancamannya.
Tujuan respon ini adalah menyelamatkan diri atau
minimal menjauhkan diri dari ancaman.
Dalam kehidupan sosial, perilaku ini
dimanifestasikan dengan upaya mengambil jarak
sehingga tidak menarik perhatian, menghindari
orang dan percakapan yang mengancam. Perilaku
blocking seperti menutup mata, meraba mata
atau menutupi wajah dengan kedua tangan juga
merupakan bentuk respon flight.
6
Dinamika Respon Sistem Limbic Terhadap Ancaman
TEKNIK WAWANCARA INVESTIGASI BERBASIS NLP
7
Sistem Limbic dan Kebohongan : Teori Emosional
Rasa bersalah
Rasa takut
Rasa senang
Rasa bersalah, takut dan senang dapat
mempengaruhi perilaku pembohong melalui
beberapa cara :
Rasa bersalah menyebabkan seorang
pembohong menghindari kontak mata ketika ia
mengatakan kebohongannya.
Rasa takut dapat meningkatkan gejolak
fisiologis, sehingga memicu perilaku khusus
seperti kedipan mata, gerakan menyentuh diri
sendiri, ragu dalam berbicara (banyak jeda :
mmmm….), salah ucap/terselip lidah,
perubahan nada suara (parau, melengking).
8
Sistem Limbic dan Kebohongan : Teori Kognitif
cukup besar :
Membuat sebuah kebohongan menuntut
seseorang mengerahkan kemampuan
kognitifnya.
Pembohong harus melebih-lebihkan
ceritanya dan memantau rangkaiannya
sehingga masuk akal.
Pembohong harus ingat cerita awal
mereka, sehingga dapat menjaga
konsistensi cerita ketika harus
mengulangnya kembali dan tahu persis
kisah palsunya tersebut telah disampaikan
kepada siapa saja.
Pembohong harus menghindari slip lidah
dan harus menahan diri untuk
mengembangkan cerita baru berbasis pada
cerita lamanya.
mengatakan kebenaran.
Pembohong akan berupaya memantau untuk
mengukur apakah kebohongannya diterima
atau ditolak orang lain. Pemantauan tersebut
memerlukan energi kognitif yang cukup besar.
Pembohong akan “dijajah” oleh ingatannya
untuk terus bertindak dan bermain peran yang
diciptakannya, yang mana memerlukan energi
kognitif cukup besar.
Berbohong adalah tindakan sengaja, sehingga
harus mengerahkan energi mental cukup
besar.
9
Sistem Limbic dan Kebohongan : Teori Pengendalian
Perilaku
10
Penelitian Kebohongan dan Bahasa Tubuh
TEKNIK WAWANCARA INVESTIGASI BERBASIS NLP
11
TERIMA KASIH
12