MEDIKAL BEDAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah yang diampu oleh bapa Diwa Agus Sudrajat M.Kep.
Disusun Oleh :
Dendi maulana
320005
2021
A. Hepatitis
1. Definisi
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006). Hepatitis adalah infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang
khas. Hepatitis B adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus B
(Wening Sari, 2008). Sedangkan menurut Smeltzer dan Bare (2002)
Hepatitis B adalah radang atau cidera pada hati yang disebabkan oleh virus
B. Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis B, yaitu suatu virus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut
atau menahun yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Berdasarkan pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa
hepatitis B adalah radang hati yang disebabkan oleh virus B, suatu virus
yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi
hati. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak
dibagian teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan dibawah diafragma
dan hati secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata sekitar 1500
gr 2,5% dari berat tubuh pada orang deawa normal, hati dibagi menjadi 4
lobus, yaitu lobus kanan sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya 1/10
ditempati oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus hati terbungkus
oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu sendiri
dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang kecil dan unit-unit kecil itu
disebut lobulus (Pearce, 2006).
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena
porta. Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati,
darah ini mempunyai kejenuhan 95—100% masuk ke hati akan akhirnya
keluar sebagai vena hepatica. Sedangkan vena porta terbentuk dari lienalis
dan vena mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati darah ini
mempunyai kejenuhan 70% darah ini membawa zat makanan kehati yang
telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena porta arteri
hepatica dan saluran membentuk saluran porta (Syaifuddin, 2003).
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan
jaringan elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam
parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus
biliaris. Massa dari hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang disusun
di dalam lempengan-lempengan atau plate dimana akan masuk ke dalamnya
sistem pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap
tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang mengandung
cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris. Cabang dari vena
porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam
sinusoid setelah banyak percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya
ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar
dari saluran empedu menuju kandung empedu (FKUI, 2006).
a. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi
vena porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting
dalam fisiologis hati, mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus
gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk dalam hati lewat
arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Vena porta yang terbentuk
dari vena linealis dan vena mesenterika superior, mengantarkan 4/5
darahnya kehati darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab
beberapa oksigen telah diambil oleh limpa dan usus. Darah ini membawa
kepada hati zat makanan yang telah di absorbsi oleh mukosa usus halus.
Vena hepatika mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior.
Terdapat empat pembuluh darah utama yang menjelajahi keseluruh hati, dua
yang masuk yaitu arteri hepatika dan vena porta, dan dua yang keluar yaitu
vena hepatika dan saluran empedu. Sinusoia mengosongkan isinya kedalam
venulel yang berada pada bagian tengah masing-masing lobulus hepatik dan
dinamakan vena sentralis, vena sentralis bersatu membentuk vena hepatika
yang merupakan drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya
kedalam vena kava inferior didekat diafragma jadi terdapat dua sumber
yang mengalirkan darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu
lintasan keluar (FKUI, 2006).
e. Pathway
f. Komplikasi
1. Fibrosis
Salah satu komplikasi yang umum dari hepatitis kronis adalah fibrosis, yaitu
kondisi yang disebabkan oleh jaringan parut hati. Dalam kasus-kasus fibrosis,
hati dirusak oleh peradangan yang konstan, menciptakan jaringan parut untuk
memperbaiki dirinya sendiri. Sayangnya, jaringan parut ini membuat hati tidak
berfungsi seperti dulu.
2. Sirosis Hati
Fibrosis yang menyebar luas disebut sirosis. Hepatitis B, C, dan hepatitis
alkoholik dapat menyebabkan sirosis, serta penyakit hati berlemak dan kondisi
terkait hati lainnya. Jaringan parut yang berhubungan dengan sirosis sering
tidak dapat dipulihkan. Dalam kasus yang parah dan tanpa pengobatan,
tindakan terbaik untuk mengatasinya adalah transplantasi hati.
3. Kanker Hati
Kanker hati merupakan kelanjutan dari komplikasi sirosis. Kanker hati
dapat berkembang sebagai salah satu dari dua jenis, yaitu karsinoma
hepatoseluler dan karsinoma kolangiolar. Karsinoma hepatoseluler
memengaruhi sel-sel hati, sedangkan karsinoma kolangiolar mempengaruhi
saluran empedu.
4. Gagal Hati
Meski jarang terjadi, gagal hati termasuk komplikasi serius yang bisa
disebabkan oleh hepatitis. Dokter menggunakan istilah berbeda untuk
menggambarkan variasi gagal hati, seperti gagal hati fulminan atau gagal hati
akut. Jika hati tidak berfungsi lagi, kondisi tersebut dapat mengancam jiwa.
5. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis merupakan kelainan ginjal yang disebabkan oleh
peradangan yang paling terkait dengan respons imun. Ini paling sering terlihat
pada orang-orang dengan infeksi hepatitis B kronis dan hepatitis C. Tanpa
pengobatan, peradangan dapat berkembang dan akan sangat merusak ginjal.
6. Cryoglobulinemia
Cryoglobulinemia termasuk dalam penyakit yang jarang terjadi.
Penyakit ini disebabkan oleh sekelompok protein abnormal yang menghalangi
pembuluh darah kecil. Kondisi ini paling umum terjadi pada mereka yang
mengalami infeksi hepatitis B kronis dan hepatitis C, sehingga menyebabkan
terjadinya masalah sirkulasi.
7. Ensefalopati Hepatik
Kehilangan fungsi hati yang parah, seperti gagal hati, dapat
menyebabkan otak meradang. Kondisi tersebut dikenal sebagai ensefalopati.
Penyakit ini menyebabkan masalah mental dan dapat menyebabkan koma.
Ensefalopati hati lanjut adalah kondisi serius dan biasanya berakibat fatal.
8. Hipertensi Portal
Salah satu fungsi penting hati adalah menyaring darah. Namun, sirosis
dan masalah lain dapat mengganggu sistem sirkulasi portal hati. Saat sistem
portal ini tersumbat, darah tidak dapat kembali ke hati dari sistem pencernaan
dan tekanan meningkat, yang disebut hipertensi portal. Penyakit ini termasuk
komplikasi serius dan bisa berakibat fatal.
9. Porfiria
Porfiria merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh
masalah pemrosesan bahan kimia penting dalam tubuh yang disebut porfirin.
Salah satu jenis komplikasi yang disebut porphyria cutanea tara dapat
menyebabkan lepuhan pada tangan dan wajah. Penyakit tersebut merupakan
komplikasi yang jarang dari infeksi hepatitis C kronis.
g. Pemeriksaan penunjang
-Test Serologi
Pemeriksaan serologi pada hepatitis umumnya untuk mengetahui
penyebab dan perkembangan penyakit hepatitis. Pemeriksaan yang sering
dilakukan untuk mengetahui penyebab Hepatitis antara lain HBsAg untuk
mengetahui adanya Hepatitis B. Anti HAV Ig Muntuk mengetahui adanya
infeksi Hepatitis A akut.
-USG Hati
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mengetahui adanya
peradangan, pelemakan, pembesaran, kista, abses, dan tumor pada hati.
h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002) adalah:
Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat
mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien
akan merasakan lebih baik dengan pembatas aktifitas fisik, kecuali diberikan
pada mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang buruk.
Obat-obatan
a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin
darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun
yang berlebihan.
b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati. Contoh obat : Asam
glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
d. Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari. Karena
terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih dialirkan
pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih dan
aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien yang
terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai
akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu disaring
terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.
A. Pengkajian Keperawatan
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan atau
gangguan hati (Doengoes, 2002).
a. Aktifitas
Kelemahan, kelelahan, dan malaise.
b. Sirkulasi
Bradikardi, ikterik pada sclera kulit, dan membran mukosa.
c. Eliminasi
urine gelap dan diare feses warna tanah liat.
d. Makanan dan cairan
Anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah, peningkatan oedem
dan asietas.
e. Neurosensori
Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, alergi, dan asteriksis.
f. Nyeri atau kenyamanan
Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, sakit kepala dan gatal.
g. Keamanan
Demam, urtikaria, eritema, splenomegali dan pembesaran nodul servikal
posterior.
h. Seksualitas
Pola hidup atau perilaku meningkat resiko terpajan.
i. Pemeriksaan dianostik pada pasien hepatitis yang perlu dikaji menurut
Doengoes (2002):
Test fungsi hati: Abnormal (4-10 kali normal) untuk membedakan
hepatitis virus dari non virus.
SGOT/SGPT: Awalnya meningkat (dapat meningkat 1-2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
Darah lengkap: Sel darah merah (SDM) menurun karena penurunan
masa hidup SDM (gangguan fungsi hati).
Difersnsual darah lengkap: Ekositosis, monositosis dan sel plasma.
Alkali fostatase: Agak meningkat.
Feses: Warna tanah liat, dan diare feses warna tanah liat.
Gula darah: Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
Anti-HAV IgM: Positif pada tipe A.
HbsAg: Dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A).
Catatan: merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik.
Masa protrombin: Mungkin memanjang (disfungsi hati).
Bilirubin serum: Di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml,
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis
seluler).
Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.
Biopsi hati: Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
Scan hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
Urinalisa: Peninggian kadar bilirubin: protein/hematuria dapat terjadi.
Diagnosa keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis menurut (Doengoes, 2003):
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis.
Fokus intervensi dan Rasional Fokus intervensi dan rasional menurut
Doengoes (2003):
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil: kebutuhan nutrisi adekuat, tidak ada tanda malnutrisi, mampu
menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
Intervensi :
a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
Rasional : keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering
dan tawarkan pagi paling sering.
Rasional : pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan
menurunkan kapasitasnya.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan.
Rasional : akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan
rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan.
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak.
Rasional : glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan
energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keerawatan nyeri berkurang,
skala nyeri menurun. Tekanan darah :100/80, Suhu :36, 5 cc Nadi : 80 x /
menit, Respiratori Rate: 20 x/ menit.
Intervensi :
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri.
Rasional : nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman,
oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan
kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan
lebih efektif mengurangi nyeri.
b. Memonitoring perkembangan nyeri.
Rasional :mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan.
c. Memonitoring tanda — tanda vital darah dan nadi. Tekanan darah : 100 / 80
mmHg Suhu : 36,5ºC
Rasional : untuk mengetahui keadaan pasien.
d. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam.
Rasional : mengurangi rasa nyeri untuk pasien.
e. Berikan tindakan nyaman dan aktivitas hiburan.
Rasional : menigkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan
perhatian pada sesuatu disamping diri atau ketidak nyamanan.
f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai advis dokter
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien.
3. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis.
a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu.
Rasional : dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang.
b. Sarankan klien untuk tirah baring.
Rasional : tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan
sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat.
Rasional : memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatankegiatan
yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan
yang kurang penting.
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan
keletihan
Rasional : keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi
kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan.
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap
asertif, teknik relaksasi).
Rasional : untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis.