Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN HEPATITIS STASE KEPERAWATAN

MEDIKAL BEDAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Keperawatan Medikal
Bedah yang diampu oleh bapa Diwa Agus Sudrajat M.Kep.

Disusun Oleh :
Dendi maulana
320005

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KEPERAWATAN PPNI JAWA
BARAT BANDUNG

2021
A. Hepatitis
1. Definisi
Hepatitis adalah keadaan radang atau cedera pada hati, sebagai reaksi
terhadap virus, obat atau alkohol (FKAUI, 2006). Hepatitis adalah infeksi
sistemik oleh virus disertai nekrosis dan klinis, biokimia serta seluler yang
khas. Hepatitis B adalah peradangan pada hati yang disebabkan oleh virus B
(Wening Sari, 2008). Sedangkan menurut Smeltzer dan Bare (2002)
Hepatitis B adalah radang atau cidera pada hati yang disebabkan oleh virus
B. Hepatitis B adalah suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus
hepatitis B, yaitu suatu virus yang dapat menyebabkan peradangan hati akut
atau menahun yang dapat berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
Berdasarkan pengertian tersebut penulis dapat menyimpulkan bahwa
hepatitis B adalah radang hati yang disebabkan oleh virus B, suatu virus
yang dapat menyebabkan peradangan hati akut atau menahun yang dapat
berlanjut menjadi sirosis hati atau kanker hati.
2. Anatomi dan Fisiologi
a. Anatomi
Hati merupakan sistem utama yang terlibat dalam pengaturan fungsi
hati. Hati adalah salah satu organ tubuh terbesar dalam tubuh, yang terletak
dibagian teratas dalam rongga abdomen disebelah kanan dibawah diafragma
dan hati secara luas dilindungi oleh iga-iga, berat hati rata-rata sekitar 1500
gr 2,5% dari berat tubuh pada orang deawa normal, hati dibagi menjadi 4
lobus, yaitu lobus kanan sekitar 3/4 hati, lobus kiri 3/10 hati, sisanya 1/10
ditempati oleh ke 2 lobus caudatus dan quadatus. Lobus hati terbungkus
oleh lapisan tipis jaringan ikat yang membentang kedalam lobus itu sendiri
dan membagi masa hati menjadi unit-unit yang kecil dan unit-unit kecil itu
disebut lobulus (Pearce, 2006).
Hati mempunyai dua jenis peredaran darah yaitu arteri hepatica dan vena
porta. Arteri hepatica keluar dari aorta dan memberi 1/5 darah pada hati,
darah ini mempunyai kejenuhan 95—100% masuk ke hati akan akhirnya
keluar sebagai vena hepatica. Sedangkan vena porta terbentuk dari lienalis
dan vena mensentrika superior menghantarkan 4/5 darahnya ke hati darah ini
mempunyai kejenuhan 70% darah ini membawa zat makanan kehati yang
telah diabsorbsi oleh mukosa dan usus halus. Cabang vena porta arteri
hepatica dan saluran membentuk saluran porta (Syaifuddin, 2003).
Hati dibungkus oleh simpai yang tebal, terdiri dari serabut kolagen dan
jaringan elastis yang disebut kapsul glisson. Simpai ini akan masuk ke dalam
parenchym hepar mengikuti pembuluh darah getah bening dan duktus
biliaris. Massa dari hepar seperti spons yang terdiri dari sel-sel yang disusun
di dalam lempengan-lempengan atau plate dimana akan masuk ke dalamnya
sistem pembuluh kapiler. Di bagian tepi di antara lobuli-lobuli terhadap
tumpukan jaringan ikat yang disebut traktus portalis yang mengandung
cabang-cabang vena porta, arteri hepatika, duktus biliaris. Cabang dari vena
porta dan arteri hepatika akan mengeluarkan isinya langsung ke dalam
sinusoid setelah banyak percabangan. Canaliculi akan mengeluarkan isinya
ke dalam intralobularis, dibawa ke dalam empedu yang lebih besar, air keluar
dari saluran empedu menuju kandung empedu (FKUI, 2006).
a. Fisiologi
Hati mempunyai fungsi yang sangat beraneka ragam, sirkulasi
vena porta yang menyuplai 75% dari suplai asinus memang peranan penting
dalam fisiologis hati, mengalirkan darah yang kaya akan nutrisi dari traktus
gastrointestinal. Bagian lain suplai darah tersebut masuk dalam hati lewat
arteri hepatika dan banyak mengandung oksigen. Vena porta yang terbentuk
dari vena linealis dan vena mesenterika superior, mengantarkan 4/5
darahnya kehati darah ini mempunyai kejenuhan oksigen hanya 70% sebab
beberapa oksigen telah diambil oleh limpa dan usus. Darah ini membawa
kepada hati zat makanan yang telah di absorbsi oleh mukosa usus halus.
Vena hepatika mengembalikan darah dari hati ke vena kava inferior.
Terdapat empat pembuluh darah utama yang menjelajahi keseluruh hati, dua
yang masuk yaitu arteri hepatika dan vena porta, dan dua yang keluar yaitu
vena hepatika dan saluran empedu. Sinusoia mengosongkan isinya kedalam
venulel yang berada pada bagian tengah masing-masing lobulus hepatik dan
dinamakan vena sentralis, vena sentralis bersatu membentuk vena hepatika
yang merupakan drainase vena dari hati dan akan mengalirkan isinya
kedalam vena kava inferior didekat diafragma jadi terdapat dua sumber
yang mengalirkan darah masuk kedalam hati dan hanya terdapat satu
lintasan keluar (FKUI, 2006).

Selain merupakan organ parenkim yang berukuran terbesar, hati juga


sangat penting untuk mempertahankan hidup dan berperan pada setiap
metabolik tubuh. Adapun fungsi hati menurut (Pearce, 2006) sebagai
berikut:

1. Fungsi vaskuler untuk menyimpan dan filtrasi darah.


Aliran darah melalui hati sekitar 1100 ml darah mengalir dari vena porta
kesinosoid hati tiap menit, dan tambahan sekitar 350 ml lagi mengalir
kesinosoid dari arteri hepatica, dengan total rata-rata 1450 ml/menit.
2. Fungsi metabolisme yang berhubungan dengan sebagian besar sistem
metabolisme tubuh.
Hepar melakukan fungsi spesifik dalam metabolisme karbohidat,
mengubah galaktosa dan fruktosa menjadi glukosa, glukoneogenesis
membentuk banyak senyawa kimia penting dan hasil perantara
metabolisme karbohidrat serta menyimpan glikogen.
3. Fungsi sekresi dan ekskresi yang berperan membentuk empedu yang
mengalir melalui saluran empedu ke saluran pencernaan.
4. Tempat metabolisme karbohidrat, lemak dan protein.
5. Tempat sintesis protein-protein yang berkaitan dengan koagulasi darah.
6. Tempat menyimpan beberapa vitamin (vitamin A, D, E, K), mineral
(termasuk zat besi).
7. Mengontrol produksi serta ekskresi kolesterol.
8. Empedu yang dihasilkan oleh sel hati membantu mencerna makanan dan
menyerap zat gizi penting.
9. Menetralkan dan menghancurkan substansi beracun (detoksikasi) serta
memetabolisme alkohol.
10. Membantu menghambat infeksi.
b. Etiologi
Penyebab hepatitis menurut Wening Sari (2008) meliputi:
1. Obat-obatan, bahan kimia, dan racun.
Menyebabkan toksik untuk hati, sehingga sering disebut hepatitis toksik
dan hepatitis akut.
2. Reaksi transfusi darah yang tidak terlindungi virus hepatitis.
3. Infeksi virus
Virus hepatitis B (HBV) merupakan virus yang bercangkang ganda yang
memiliki ukuran 42 nm, Ditularkan melalui darah atau produk darah,
saliva, semen, sekresi vagina. Ibu hamil yang terinfeksi oleh hepatitis B
bisa menularkan virus kepada bayi selama proses persalinan, Masa
inkubasi 40 — 180 hari dengan rata- rata 75 hari, Faktor resiko bagi
para dokter bedah, pekerja laboratorium, dokter gigi, perawat dan
terapis respiratorik, staf dan pasien dalam unit hemodialisis, para
pemakai obat yang menggunakan jarum suntik bersama-sama, atau
diantara mitra seksual baik heteroseksual maupun pria homoseksual.
c. Manifestasi klinik
Manifestasi klinis hepatitis menurut FKUI (2006) terdiri dari 3 tahapan meliputi:
1. Fase Pre Ikterik
Keluhan umumnya tidak khas. Keluhan yang disebabkan infeksi virus
berlangsung sekitar 2-7 hari. Nafsu makan menurun (pertama kali timbul),
nausea, vomitus, perut kanan atas (ulu hati) dirasakan sakit. Seluruh badan
pegal-pegal terutama di pinggang, bahu dan malaise, lekas capek terutama sore
hari, suhu badan meningkat sekitar 39°C berlangsung selama 2-5 hari, pusing,
nyeri persendian. Keluhan gatal-gatal mencolok pada hepatitis virus B.
2. Fase Ikterik
Urine berwarna seperti teh pekat, tinja berwarna pucat, penurunan suhu badan
disertai dengan bradikardi. Ikterus pada kulit dan sklera yang terus meningkat
pada minggu I, kemudian menetap dan baru berkurang setelah 10-14 hari.
Kadang-kadang disertai gatal-gatal pasa seluruh badan, rasa lesu dan lekas
capai dirasakan selama 1-2 minggu.
3. Fase penyembuhan
Dimulai saat menghilangnya tanda-tanda ikterus, rasa mual, rasa sakit di ulu
hati, disusul bertambahnya nafsu makan, rata-rata 14-15 hari setelah timbulnya
masa ikterik. Warna urine tampak normal, penderita mulai merasa segar
kembali, namun lemas dan lekas capai.
d. Patofisiologi

Inflamasi yang menyebar pada hepar (hepatitis) dapat disebabkan oleh


infeksi virus dan oleh reaksi toksik terhadap obat-obatan dan bahanbahan
kimia. Unit fungsional dasar dari hepar disebut lobul dan unit ini unik karena
memiliki suplai darah sendiri. Sering dengan berkembangnya inflamasi pada
hepar, pola normal pada hepar terganggu. Gangguan terhadap suplai darah
normal pada sel-sel hepar ini menyebabkan nekrosis dan kerusakan sel-sel
hepar. Setelah lewat masanya, sel-sel hepar yang menjadi rusak dibuang dari
tubuh oleh respon sistem imun dan digantikan oleh sel-sel hepar baru yang
sehat. Oleh karenanya, sebagian besar klien yang mengalami hepatitis sembuh
dengan fungsi hepar normal (Baraderu, 2008).

Timbulnya ikterus karena kerusakan sel parenkim hati. Walaupun


jumlah billirubin yang belum mengalami konjugasi masuk ke dalam hati tetap
normal, tetapi karena adanya kerusakan sel hati dan duktuli empedu
intrahepatik, maka terjadi kesukaran pengangkutan billirubin tersebut didalam
hati, selain itu juga terjadi kesulitan dalam hal konjugasi. Akibatnya billirubin
tidak sempurna dikeluarkan melalui duktus hepatikus, karena terjadi retensi
(akibat kerusakan sel ekskresi) dan regurgitasi pada duktuli, empedu belum
mengalami konjugasi (bilirubin indirek), maupun bilirubin yang sudah
mengalami konjugasi (bilirubin direk). Jadi ikterus yang timbul disini terutama
disebabkan karena kesukaran dalam pengangkutan, konjugasi dan eksresi
bilirubin (Smeltzer dan Bare, 2002).
Virus atau bakteri yang menginfeksi manusia masuk ke aliran darah dan
terbawa sampai ke hati. Di sini agen infeksi menetap dan mengakibatkan
peradangan dan terjadi kerusakan sel-sel hati (hal ini dapat dilihat pada
pemeriksaan SGOT dan SGPT). akibat kerusakan ini maka terjadi penurunan
penyerapan dan konjugasi bilirubin sehingga terjadi disfungsi hepatosit dan
mengakibatkan ikterik. peradangan ini akan mengakibatkan peningkatan suhu
tubuh sehinga timbul gejala tidak nafsu makan (anoreksia). Salah satu fungsi
hati adalah sebagai penetralisir toksin, jika toksin yang masuk berlebihan atau
tubuh mempunyai respon hipersensitivitas, maka hal ini merusak hati sendiri
dengan berkurangnya fungsinya sebagai kelenjar terbesar sebagai penetral
racun (Syaifuddin, 2006).
Aktivitas yang berlebihan yang memerlukan energi secara cepat dapat
menghasilkan H2O2 yang berdampak pada keracunan secara lambat dan juga
merupakan hepatitis non-virus. H2O2 juga dihasilkan melalui pemasukan
alkohol yang banyak dalam waktu yang relatif lama, ini biasanya terjadi pada
alkoholik. Peradangan yang terjadi mengakibatkan hiperpermea-bilitas
sehingga terjadi pembesaran hati, dan hal ini dapat diketahui dengan meraba
atau palpasi hati. Nyeri tekan dapat terjadi pada saat gejala ikterik mulai
nampak (Syaifuddin, 2006).
Inflamasi pada hepar karena invasi virus akan menyebabkan peningkatan suhu
badan dan peregangan kapsula hati yang memicu timbulnya perasaan tidak
nyaman pada perut kuadran kanan atas. Hal ini dimanifestasikan dengan
adanya rasa mual dan nyeri di ulu hati. pucat (abolis). Karena bilirubin
konjugasi larut dalam air, maka bilirubin dapat dieksresi ke dalam kemih,
sehingga menimbulkan bilirubin urine dan kemih berwarna gelap. Peningkatan
kadar bilirubin terkonjugasi dapat disertai peningkatan garam-garam empedu
dalam darah yang akan menimbulkan gatal-gatal pada ikterus (Smeltzer dan
Bare, 2002).

e. Pathway
f. Komplikasi
1. Fibrosis
Salah satu komplikasi yang umum dari hepatitis kronis adalah fibrosis, yaitu
kondisi yang disebabkan oleh jaringan parut hati. Dalam kasus-kasus fibrosis,
hati dirusak oleh peradangan yang konstan, menciptakan jaringan parut untuk
memperbaiki dirinya sendiri. Sayangnya, jaringan parut ini membuat hati tidak
berfungsi seperti dulu. 
2. Sirosis Hati
Fibrosis yang menyebar luas disebut sirosis. Hepatitis B, C, dan hepatitis
alkoholik dapat menyebabkan sirosis, serta penyakit hati berlemak dan kondisi
terkait hati lainnya. Jaringan parut yang berhubungan dengan sirosis sering
tidak dapat dipulihkan. Dalam kasus yang parah dan tanpa pengobatan,
tindakan terbaik untuk mengatasinya adalah transplantasi hati. 
3. Kanker Hati
Kanker hati merupakan kelanjutan dari komplikasi sirosis. Kanker hati
dapat berkembang sebagai salah satu dari dua jenis, yaitu karsinoma
hepatoseluler dan karsinoma kolangiolar. Karsinoma hepatoseluler
memengaruhi sel-sel hati, sedangkan karsinoma kolangiolar mempengaruhi
saluran empedu. 
4. Gagal Hati
Meski jarang terjadi, gagal hati termasuk komplikasi serius yang bisa
disebabkan oleh hepatitis. Dokter menggunakan istilah berbeda untuk
menggambarkan variasi gagal hati, seperti gagal hati fulminan atau gagal hati
akut. Jika hati tidak berfungsi lagi, kondisi tersebut dapat mengancam jiwa. 
5. Glomerulonefritis
Glomerulonefritis merupakan kelainan ginjal yang disebabkan oleh
peradangan yang paling terkait dengan respons imun. Ini paling sering terlihat
pada orang-orang dengan infeksi hepatitis B kronis dan hepatitis C. Tanpa
pengobatan, peradangan dapat berkembang dan akan sangat merusak ginjal. 
6. Cryoglobulinemia
Cryoglobulinemia termasuk dalam penyakit yang jarang terjadi.
Penyakit ini disebabkan oleh sekelompok protein abnormal yang menghalangi
pembuluh darah kecil. Kondisi ini paling umum terjadi pada mereka yang
mengalami infeksi hepatitis B kronis dan hepatitis C, sehingga menyebabkan
terjadinya masalah sirkulasi.

7. Ensefalopati Hepatik
Kehilangan fungsi hati yang parah, seperti gagal hati, dapat
menyebabkan otak meradang. Kondisi tersebut dikenal sebagai ensefalopati.
Penyakit ini menyebabkan masalah mental dan dapat menyebabkan koma.
Ensefalopati hati lanjut adalah kondisi serius dan biasanya berakibat fatal. 
8. Hipertensi Portal
Salah satu fungsi penting hati adalah  menyaring darah. Namun, sirosis
dan masalah lain dapat mengganggu sistem sirkulasi portal hati. Saat sistem
portal ini tersumbat, darah tidak dapat kembali ke hati dari sistem pencernaan
dan tekanan meningkat, yang disebut hipertensi portal. Penyakit ini termasuk
komplikasi serius dan bisa berakibat fatal.
9. Porfiria
Porfiria merupakan sekelompok penyakit yang disebabkan oleh
masalah pemrosesan bahan kimia penting dalam tubuh yang disebut porfirin.
Salah satu jenis komplikasi yang disebut porphyria cutanea tara dapat
menyebabkan lepuhan pada tangan dan wajah. Penyakit tersebut merupakan
komplikasi yang jarang dari infeksi hepatitis C kronis. 

g. Pemeriksaan penunjang

-Test Fungsi Hati


Pemeriksaan laboratorium pada hepatitis umumnya terdiri dari test fungsi
hati dan serologi. Test fungsi hati yang sering dilakukan sebagai test penyaring
untuk mengetahui awal adanya gangguan atau kerusakan hati adalah SGOT,
SGPT, Gamma GT, dan Bilirubin.Sedangakantest fungsi hati lebih lanjut
untuk mengetahui adanya kerusakan hati yang sudah lanjut seperti sirosis antara
lain test Protein total, Albumin, Globulin, Cholinesterase dan Protrombin
Time.

-Test Serologi
Pemeriksaan serologi pada hepatitis umumnya untuk mengetahui
penyebab dan perkembangan penyakit hepatitis. Pemeriksaan yang sering
dilakukan untuk mengetahui penyebab Hepatitis antara lain HBsAg untuk
mengetahui adanya Hepatitis B. Anti HAV Ig Muntuk mengetahui adanya
infeksi Hepatitis A akut.
-USG Hati
Pemeriksaan ini penting dilakukan untuk mengetahui adanya
peradangan, pelemakan, pembesaran, kista, abses, dan tumor pada hati.
 

h. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan menurut Syaifuddin (2002) adalah:
 Pada periode akut dan keadaan lemah diberikan cukup istirahat. Istirahat
mutlak tidak terbukti dapat mempercepat penyembuhan tetapi banyak pasien
akan merasakan lebih baik dengan pembatas aktifitas fisik, kecuali diberikan
pada mereka dengan umur orang tua dan keadaan umum yang buruk.
 Obat-obatan
a. Kortikosteroid tidak diberikan bila untuk mempercepat penurunan bilirubin
darah. Pemberian bila untuk menyelamatkan nyawa dimana ada reaksi imun
yang berlebihan.
b. Berikan obat-obatan yang bersifat melindungi hati. Contoh obat : Asam
glukoronat/ asam asetat, Becompion, kortikosteroid.
c. Vitamin K pada kasus dengan kecenderungan perdarahan.
d. Obat-obatan yang memetabolisme hati hendaknya dihindari. Karena
terbatasnya pengobatan terhadap hepatitis maka penekanan lebih dialirkan
pada pencegahan hepatitis, termasuk penyediaan makanan dan air bersih dan
aman. Higien umum, pembuangan kemih dan feses dari pasien yang
terinfeksi secara aman, pemakaian kateter, jarum suntik dan spuit sekali pakai
akan menghilangkan sumber infeksi. Semua donor darah perlu disaring
terhadap HAV, HBV, dan HCV sebelum diterima menjadi panel donor.

A. Pengkajian Keperawatan
Data dasar tergantung pada penyebab dan beratnya kerusakan atau
gangguan hati (Doengoes, 2002).

a. Aktifitas
Kelemahan, kelelahan, dan malaise.
b. Sirkulasi
Bradikardi, ikterik pada sclera kulit, dan membran mukosa.
c. Eliminasi
urine gelap dan diare feses warna tanah liat.
d. Makanan dan cairan
Anoreksia, berat badan menurun, mual dan muntah, peningkatan oedem
dan asietas.
e. Neurosensori
Peka terhadap rangsang, cenderung tidur, alergi, dan asteriksis.
f. Nyeri atau kenyamanan
Kram abdomen, nyeri tekan pada kuadran kanan, sakit kepala dan gatal.
g. Keamanan
Demam, urtikaria, eritema, splenomegali dan pembesaran nodul servikal
posterior.
h. Seksualitas
Pola hidup atau perilaku meningkat resiko terpajan.
i. Pemeriksaan dianostik pada pasien hepatitis yang perlu dikaji menurut
Doengoes (2002):
 Test fungsi hati: Abnormal (4-10 kali normal) untuk membedakan
hepatitis virus dari non virus.
 SGOT/SGPT: Awalnya meningkat (dapat meningkat 1-2 minggu
sebelum ikterik kemudian tampak menurun.
 Darah lengkap: Sel darah merah (SDM) menurun karena penurunan
masa hidup SDM (gangguan fungsi hati).
 Difersnsual darah lengkap: Ekositosis, monositosis dan sel plasma.
 Alkali fostatase: Agak meningkat.
 Feses: Warna tanah liat, dan diare feses warna tanah liat.
 Gula darah: Hiperglikemia transien/hipoglikemia (gangguan fungsi hati).
 Anti-HAV IgM: Positif pada tipe A.
 HbsAg: Dapat positif (tipe B) atau negstif (tipe A).
Catatan: merupakan diagnostik sebelum terjadi gejala klinik.
 Masa protrombin: Mungkin memanjang (disfungsi hati).
 Bilirubin serum: Di atas 2,5 mg/100 ml (bila di atas 200 mg/ml,
prognosis buruk mungkin berhubungan dengan peningkatan nekrosis
seluler).
 Tes ekskresi BSP: Kadar darah meningkat.
 Biopsi hati: Menunjukkan diagnosis dan luasnya nekrosis.
 Scan hati: Membantu dalam perkiraan beratnya kerusakan parenkim.
 Urinalisa: Peninggian kadar bilirubin: protein/hematuria dapat terjadi.
 Diagnosa keperawatan
Beberapa masalah keperawatan yang mungkin muncul pada penderita
hepatitis menurut (Doengoes, 2003):
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
3. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder
terhadap hepatitis.
 Fokus intervensi dan Rasional Fokus intervensi dan rasional menurut
Doengoes (2003):
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan,
perasaan tidak nyaman di kuadran kanan atas, gangguan absorbsi dan
metabolisme pencernaan makanan, kegagalan masukan untuk memenuhi
kebutuhan metabolik karena anoreksia, mual dan muntah.
Tujuan : nutrisi dapat terpenuhi.
Kriteria hasil: kebutuhan nutrisi adekuat, tidak ada tanda malnutrisi, mampu
menghabiskan makanan sesuai dengan porsi yang diberikan atau dibutuhkan.
Intervensi :
a. Ajarkan dan bantu klien untuk istirahat sebelum makan.
Rasional : keletihan berlanjut menurunkan keinginan untuk makan.
b. Awasi pemasukan diet/jumlah kalori, tawarkan makan sedikit tapi sering
dan tawarkan pagi paling sering.
Rasional : pembesaran hepar dapat menekan saluran gastro intestinal dan
menurunkan kapasitasnya.
c. Pertahankan hygiene mulut yang baik sebelum makan dan sesudah makan.
Rasional : akumulasi partikel makanan di mulut dapat menambah baru dan
rasa tak sedap yang menurunkan nafsu makan.
d. Anjurkan makan pada posisi duduk tegak.
Rasional : menurunkan rasa penuh pada abdomen dan dapat meningkatkan
pemasukan.
e. Berikan diit tinggi kalori, rendah lemak.
Rasional : glukosa dalam karbohidrat cukup efektif untuk pemenuhan
energi, sedangkan lemak sulit untuk diserap/dimetabolisme sehingga akan
membebani hepar.
2. Nyeri akut berhubungan dengan pembengkakan hepar yang mengalami
inflamasi hati dan bendungan vena porta.
Tujuan : nyeri berkurang atau terkontrol.
Kriteria hasil : setelah dilakukan tindakan keerawatan nyeri berkurang,
skala nyeri menurun. Tekanan darah :100/80, Suhu :36, 5 cc Nadi : 80 x /
menit, Respiratori Rate: 20 x/ menit.
Intervensi :
a. Kolaborasi dengan individu untuk menentukan metode yang dapat
digunakan untuk intensitas nyeri.
Rasional : nyeri yang berhubungan dengan hepatitis sangat tidak nyaman,
oleh karena terdapat peregangan secara kapsula hati, melalui pendekatan
kepada individu yang mengalami perubahan kenyamanan nyeri diharapkan
lebih efektif mengurangi nyeri.
b. Memonitoring perkembangan nyeri.
Rasional :mengetahui perkembangan tindakan dari yang dilakukan.
c. Memonitoring tanda — tanda vital darah dan nadi. Tekanan darah : 100 / 80
mmHg Suhu : 36,5ºC
Rasional : untuk mengetahui keadaan pasien.
d. Ajarkan tekhnik relaksasi nafas dalam.
Rasional : mengurangi rasa nyeri untuk pasien.
e. Berikan tindakan nyaman dan aktivitas hiburan.
Rasional : menigkatkan relaksasi dan membantu pasien memfokuskan
perhatian pada sesuatu disamping diri atau ketidak nyamanan.
f. Kolaborasi dalam pemberian analgetik sesuai advis dokter
Rasional : untuk mengurangi rasa nyeri pada pasien.
3. Keletihan berhubungan dengan proses inflamasi kronis sekunder terhadap
hepatitis.
a. Jelaskan sebab-sebab keletihan individu.
Rasional : dengan penjelasan sebab-sebab keletihan maka keadaan klien
cenderung lebih tenang.
b. Sarankan klien untuk tirah baring.
Rasional : tirah baring akan meminimalkan energi yang dikeluarkan
sehingga metabolisme dapat digunakan untuk penyembuhan penyakit.
c. Bantu individu untuk mengidentifikasi kekuatan-kekuatan, kemampuan-
kemampuan dan minat-minat.
Rasional : memungkinkan klien dapat memprioritaskan kegiatankegiatan
yang sangat penting dan meminimalkan pengeluaran energi untuk kegiatan
yang kurang penting.
d. Analisa bersama-sama tingkat keletihan selama 24 jam meliputi waktu
puncak energi, waktu kelelahan, aktivitas yang berhubungan dengan
keletihan
Rasional : keletihan dapat segera diminimalkan dengan mengurangi
kegiatan yang dapat menimbulkan keletihan.
e. Bantu untuk belajar tentang keterampilan koping yang efektif (bersikap
asertif, teknik relaksasi).
Rasional : untuk mengurangi keletihan baik fisik maupun psikologis.

Anda mungkin juga menyukai