Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN MUSKULOSKELETAL

SPRAIN/CIDERA OTOT

NAMA : TIO MARYDANTO

NIM : PO 62 20 1 19 435

PRODI : SERJANA TERAPAN REG V

POLITEKNIK KEMENTRIAN KESEHATAN

PALANGKA RAYA

2020/2021
A. Pengertian
Sprain adalah ligament yang mengalami penarikan total atau robek sebagian. Bagian
luar tampak seperti patah tulang. Penderita akan merasa sangat kesakitan. Bagian
yang terkena tampak bengkak dan kemungkinan akan memar, berikan analgetik
seperti Ettyl Cloride. Sprain terjadi akibat sendi yang tertekuk tiba-tiba (pergerakan
sendi yang tidak normal).
Menurut para ahli, pengertian dari sprain itu sendiri adalah cidera pada
bagian ligamen yang disebabkan oleh peregangan otot yang melebihi kapasitas
normal. Jadi apabila melakukan aktifitas terlalu over maka akan sangat rentan sekali
terkena keseleo, karena otot-otot kita selalu berada dalam keadaan tegang.Sprain
adalah jenis cidera yang paling sering dialami oleh para pemain sepak bola, untuk
menghindari keseleo, diperlukan pemanasan yang cukup dan strectching yang tepat
bisa mencegah terjadinya cidera tersebut
B. Etiologi
Sprain ankle dapat terjadi pada atlet maupun non atlet, anak-anak maupun orang
dewasa.sprain ankle dapat terjadi ketika sedang berolahraga, aktivitas fisik,
melangkah di permukaanyang tidak rata, perputaran kaki ke dalam atau ke luar yang
berlebihan yang menyebabkankerobekan ligament lateral kompleks ankle.
Sprain pada ligamentum lateral complex dihasilkan oleh gaya inversi dan plantar
fleksiankle yang tiba-tiba, dimana seringkali terjadi selama olahraga atletik atau
exercise ketika berat tubuh ketika berat tubuh yang diterima oleh kaki saat
menumpuh tidak sempurna diatas permukaan yang tidak rata menyebabkan tapak
kaki (dorsum kaki) dalam posisi inversi saat gaya tersebut terjadi. Akibatnya,
ligamentum lateral complex  mengalami overstretch.
C. patofisiologi
Sprain ankle dapat mempengaruhi kualitas gerak dan fungsi ankle dan sendi tubuh
yanglain seperti lutut dan hip. Akibat sprain ankle akan menimbulkan nyeri yang
mengangguaktivitas seseorang sehingga terjadi kompensasi gerak dari bagian tubuh
yang lain untukmenghindari nyeri. Seseorang yang mengalami sprain ankle
sebagian besar pola berjalannya berubah menjadi antalgic gait, dimana individu
tersebut berjalan berjinjit untuk menghindarinyeri dan penekanan pada lateral dan
anterior ankle ketika fase mid stance pada stand phase berjalan.Kompensasi gerak
dengan pola jalan antalgic gait, akan membuat m. gastrocnemeus danm. soleus
bekerja dengan keras mempertahankan posisi ankle yang menjinjit dimana
lututfleksi sehingga menimbulkan ketegangan pada otot-otot tersebut dan tendon
achilesmenerima tegangan yang besar dengan posisi yang memendek. Akibatnya,
tendon achilestightness, m. gastrocnemeus dan m. soleus spasme dan tightness.
Selain itu, posisi ankle yang plantar fleksi dengan jari-jari kaki fleksi akan
mempengaruhi m. Tibialis anterior yang terus bekerja mempertahankan gerak
plantar fleksi sehingga otot ini cenderung lemah dan spasme.Overkontraksi otot
akan menimbulkan spasme otot dimana terjadi iskemik pada otot
sehinggamenimbulkan trigger point di otot.
D. Manifestasi klinis
a. Nyeri lokal (khususnya pada saat pergerakan sendi)
b. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
c. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri (yang baru terjadi beberapa jam setelah
cedera)
d. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan sekitarnya.

E. KLARIFIKASI
a. Sprain Tingkat I
Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa
serabut yang putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa
sakit pada daerah tersebut.
b. Sprain Tingkat II
Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih
separuh serabut ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan,
pembengkakan, efusi, (cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan
persendian tersebut.
c. Sprain Tingkat III
Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah.
Persendian yang bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian,
pembekakan, tidak dapat bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang
abnormal.
d. Sprain Tingkat IV
Robekan yang parah pada ligamen. Biasanyua ligamennya putus sehingga tulang-
tulang yang dihubungkan olah ligamen akan terpisah.

F. Pemeriksaan penunjang/diagnostik
Pemeriksaan diagnostik dilakukan untuk melengkapi informasi yang diperoleh dari
anamnesis (wawancara dengan penderita) serta pemeriksaan fisik. Pemeriksaan
diagnostik yang dilakukan dapat berupa CT scan MRI, artroskopi, elektromyografi
dan foto rontgen.

G. Penatalaksanaan

1. Pembedahan.
Mungkin diperlukan agar sendi dapat berfungsi sepenuhnya; pengurangan-
pengurangan perbaikan terbuka terhadap jaringan yang terkoyak.
2. Kemotherapi.
Dengan analgetik Aspirin (100-300 mg setiap 4 jam) untuk meredakannyeri dan
peradangan. Kadang diperlukan Narkotik (codeine 30-60 mg peroral setiap 4 jam)
untuk nyeri hebat.3.
3. Elektromekanis.
a. Penerapan dinginDengan kantong es 24oC
b.Pembalutan / wrapping ekstemal.
Dengan pembalutan, cast atau pengendongan (sung).
c. Posisi ditinggikan.
Jika yang sakit adalah bagian ekstremitas.
d.Latihan ROM.
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan.Latihan pelan-
pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yangsakit.
e. Penyangga beban.
Menghentikan penyangga beban dengan penggunaan kruk selama 7hari atau lebih
tergantung jaringan yang sakit.

H. Pathway
DAFTAR PUSTAKA

http://staffnew.uny.ac.id/upload/132300162/penelitian/12.+Diagnosis+dan+Manajemen+Ce
dera+Olahraga.pdf

http://www.scribd.com/doc/106915170/Makalah-Dislokasi-Sprain-Strain
Kowalak, Jennifer P. 2011. Buka Ajar Patofisiologi. Jakarta : EGC
Price, Sylvia A dan Wilson, Lorraine M. 2006.Patofisiologi Edisi  V,  Jilid  II .Jakarta :
EGCSmeltzer, Suzanne C dan Bare, Brenda G.
2002. Keperawatan Medical Bedah Edisi VIII, Jilid  I. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai