DINAS KESEHATAN
UPTD PUSKESMAS LAHUSA
JL. Gunungsitoli-Teluk Dalam Km. 80,4 Desa Bawootalua Kecamatan Lahusa Kode Pos: 22874
Email: puskesmaslahusa001@gmail.co.id
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.057/SK/I/2019
TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa pelayanan klinis Puskesmas dilaksanakan sesuai
kebutuhan dan perlu memperhatikan mutu dan
keselamatan pasien;
b. bahwa untuk menjamin pelayanan klinis dilaksanakan
sesuai kebutuhan pasien, bermutu, dan memperhatikan
keselamatan pasien, maka perlu disusun kebijakan
pelayanan klinis di Puskesmas Lahusa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien;
10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 47 Tahun 2018 ttg Pelayanan Kegawatdaruratan;
11 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
12 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Menetapka : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LAHUSA TENTANG
n KEBIJAKAN PELAYANAN KLINIS PUSKESMAS LAHUSA
Kesatu : Kebijakan pelayanan klinis puskesmas sebagaimana
tercantum dalam lampiran merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari keputusan ini.
Kedua : Segala biaya yang di keluarkan sehubungan dengan
pelaksanaan kegiatan dibebankan pada Rencana Anggaran
Bisnis (RAB) Puskesmas Lahusa.
Ketiga : Surat keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dan
apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan
dilakukan perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
A. PENDAFTARAN PASIEN
1. Pendaftaran pasien harus dipandu dengan prosedur yang jelas
2. Pendaftaran dilakukan oleh petugas yang kompeten yang
memenuhi kriteria sebagai berikut:
a. Petugas pendaftaran harus memenuhi kualifikasi minimal
D3 dengan pelatihan tambahan rekam medis atau pelatihan
kerja yang diselenggarakan puskesmas
3. Pendaftaran pasien memperhatikan keselamatan pasien
4. Identitas pasien harus dipastikan minimal dengan dua cara dari
cara identifikasi sebagai berikut: nama pasien, tanggal lahir
pasien, alamat/tempat tinggal, dan nomor rekam medis
5. Informasi tentang jenis pelayanan klinis yang tersediri, dan
informasi lain yang dibutuhkan masyarakat yang meliputi: tarif,
jenis pelayanan, ketersediaan tempat tidur, dan informasi
tentang kerjasama dengan fasilitas kesehatan yang lain harus
dapat disediakan di tempat pendaftaran
6. Hak dan kewajiban pasien harus diperhatikan pada
keseluruhan proses pelayanan yang dimulai dari pendaftaran
7. Hak-hak pasien meliputi:
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan
yang berlaku di Puskesmas.
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien/
pelanggan.
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur, dan tanpa
diskriminasi.
d. Memperoleh pelayanan kesehatan bermutu sesuai dengan
standar profesi dan standar prosedur operasional.
e. Memperoleh layanan yang efektif dan efisien sehingga pasien
terhindar dari kerugian fisik dan materi;
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang
didapatkan.
g. Meminta konsultasi tentang penyakit yang dideritanya
kepada dokter lain (second opinion) yang memiliki Surat Ijin
Praktik (SIP) baik di dalam maupun di luar Puskesmas.
h. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita
termasuk data-data medisnya.
i. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang
akan dilakukan oleh tenaga kesehatan terhadap penyakit
yang dideritanya.
j. Mendapat informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara
tindakan medis, tujuan tindakan medis, alternatif tindakan,
risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi, dan prognosis
terhadap tindakan yang dilakukan serta perkiraan biaya
pengobatan.
k. Didampingi keluarganya dalam keadaan kritis.
l. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama
dalam perawatan di Puskesmas.
m. Mengajukan usul, saran, perbaikan atas perlakuan
Puskesmas terhadap dirinya.
n. Menggugat dan atau menuntut Puskesmas apabila
Puskesmas itu diduga memberikan pelayanan yang tidak
sesuai dengan standar baik secara perdata ataupun pidana.
o. Mengeluhkan pelayanan Puskesmas yang tidak sesuai
dengan standar pelayanan melalui media cetak dan
elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
8. Kewajiban pasien meliputi:
a. Memberi informasi yg lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya.
b. Mematuhi nasihat dan petunjuk dokter dan dokter gigi, serta
perawat,
c. Mematuhi ketentuan yang berlaku di Puskesmas.
d. Memberi imbalan jasa atas pelayanan yang diterima
9. Kendala fisik, bahasa, dan budaya serta penghalang lain wajib
diidentifikasi dan ditindak lanjuti
C. PELAKSANAAN LAYANAN;
1. Pelaksanaan layanan dipandu dengan pedoman dan prosedur
pelayanan klinis
2. Pedoman dan prosedur layanan klinis meliputi: pelayanan
medis, keperawatan, kebidanan, dan pelayanan profesi
kesehatan yang lain
3. Pelaksanaan layanan dilakukan sesuai rencana layanan
4. Pelaksanaan layanan dan perkembangan pasien harus dicatat
dalam rekam medis
5. Jika dilakukan perubahan rencana layanan harus dicatat dalam
rekam medis
6. Tindakan medis/pengobatan yang berisiko wajib diinformasikan
pada pasien sebelum mendapatkan persetujuan
7. Pemberian informasi dan persetujuan pasien (informed consent)
wajib didokumentasikan
8. Pelaksanaan layanan klinis harus dimonitor, dievaluasi, dan
ditindak lanjut
9. Evaluasi harus dilakukan terhadap evaluasi dan tindak lanjut
10. Kasus-kasus gawat darurat harus diprioritaskan dan
dilaksanakan sesuai prosedur pelayanan pasien gawat darurat
11. Kasus-kasus berisiko tinggi harus ditangani sesuai dengan
prosedur pelayanan kasus berisiko tinggi
12. Kasus-kasus yang perlu kewaspadaan universal terhadap
terjadinya infeksi harus ditangani dengan memperhatikan
prosedur pencegahan (kewaspadaan universal)
13. Pemberian obat/cairan intravena harus dilaksanakan dengan
prosedur pemberian obat/cairan intravena yang baku dan
mengikuti prosedur aseptik.
14. Kinerja pelayanan klinis harus dimonitor dan dievaluasi dengan
indikator yang jelas
15. Hak dan kebutuhan pasien harus diperhatikan pada saat
pemberian layanan.
16. Keluhan pasien/keluarga wajib diidentifikasi, didokumentasikan
dan ditindak lanjuti
17. Pelaksanaan layanan dilaksanakan secara tepat dan terencana
untuk menghindari pengulangan yang tidak perlu
18. Pelayanan mulai dari pendaftaran, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan penunjang, perencanaan layanan, pelaksanaan
layanan, pemberian obat/tindakan, sampai dengan pasien
pulang atau dirujuk harus dijamin kesinambungannya
19. Pasien berhak untuk menolak pengobatan
20. Pasien berhak untuk menolak jika dirujuk ke sarana kesehatan
lain
21. Penolakan untuk melanjutkan pengobatan maupun untuk
rujukan dipandu oleh prosedur yang baku.
22. Jika pasien menolak untuk pengobatan atau rujukan, wajib
diberikan informasi tentang hak pasien untuk membuat
keputusan, akibat dari keputusan, dan tanggung jawab mereka
berkenaan dengan keputusan tersebut
23. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dipandu dengan
prosedur baku
24. Pelayanan anestesi dan pembedahan harus dilaksanakan oleh
petugas yang kompeten
25. Sebelum melakukan anestesi dan pembedahan harus
mendapatkan informed consent
26. Status pasien wajib dimonitor setelah pemberian anestesi dan
pembedahan
27. Pendidikan/penyuluhan kesehatan pada pasien dilaksanakan
sesuai dengan rencana layanan
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.058/SK/I/2019
TENTANG
PENYAMPAIAN HAK DAN KEWAJIBAN PASIEN PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan upaya kesehatan secara
efektif dan efisien, diperlukan mekanisme komunikasi
yang baik antara pimpinan, petugas pelayanan kesehatan
sebagai pemberi pelayanan dan pasien sebagai penerima
pelayanan di Puskesmas Lahusa;
b. bahwa mekanisme tersebut di atas dimaksudkan untuk
melindungi hak dan kewajiban pasien dalam pelayanan
kesehatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
10 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.059/SK/I/2019
TENTANG
KEWAJIBAN MENGIDENTIFIKASI HAMBATAN BUDAYA, BAHASA,
KEBIASAAN DAN HAMBATAN LAIN DALAM PELAYANAN
PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa untuk menjamin tercapainya hasil mutu
pelayanan yang sesuai harapan pasien, diperlukan
komunikasi yang baik antara petugas pemberi layanan
dengan pasien maupun keluarganya;
b. bahwa agar komunikasi antara petugas pemberi layanan
dengan pasien dapat berjalan optimal, dipandang perlu
untuk melakukan identifikasi hambatan budaya, bahasa,
kebiasaan dan hambatan lain dalam pelayanan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
MEMUTUSKAN
1. Hambatan Budaya
a. Budaya/Pantangan masyarakat untuk berobat pada hari Minggu.
b. Budaya/Pantangan masyarakat yang menghindari makanan amis-amisan
(dalam bahasa Jawa) setlah melaksanakan operasi / tindakan medis lain
yang membutuhkan tindakan pembedahan, yang mana makanan tersebut
justru mempunyai nilai gizi yang tinggi.
c. Budaya/Pantangan bagi ibu hamil untuk tidur di siang hari, yang mana
kebutuhan istirahat pada ibu hamil sangat dibutuhkan untuk
mempersiapkan kondisinya saat menjelang persalinan.
2. Hambatan Bahasa
a. Lambung (dalam bahasa Jawa), yang sebenarnya adalah pinggang.
b. Mancur-mancur (dalam bahasa Jawa), yang sebenarnya adalah diare /
mencret.
c. Bayu (dalam bahasa Jawa), yang sebenarnya adalah pembuluh darah
vena.
d. Otot (dalam bahasa Jawa maknanya pembuluh darah), yang sebenarnya
adalah daging.
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101. 19/7.060/SK/I/2019
TENTANG
PENYUSUNAN RENCANA LAYANAN MEDIS PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa dalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan
secara efektif dan efisien, diperlukan penyusunan
rencana layanan medis di Puskesmas Lahusa;
b. bahwa penyusunan rencana layanan medis sebagaimana
dimaksud huruf a dimaksudkan untuk melindungi hak
dan kewajiban pasien dalam pelayanan kesehatan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2018 tentang Pelayanan Kegawatdaruratan;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Menetapka : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LAHUSA TENTANG
n PENYUSUNAN RENCANA LAYANAN MEDIS PUSKESMAS
LAHUSA
Kesatu : Semua petugas pemberi layanan klinis wajib meningkatkan
mutu layanan klinis dan layanan terpadu di Puskesmas
Lahusa.
Kedua : Dalam upaya meningkatkan mutu layanan klinis dan
layanan terpadu sebagaimana yang dimaksud pada diktum
Kesatu semua petugas pemberi layanan klinis wajib
menyusun rencana layanan medis.
Ketiga : Penyusunan rencana layanan medis sebagaimana yang
dimaksud pada diktum Kedua sebagai berikut :
1. Disusun dengan tahapan waktu yang jelas,
mempertimbangkan resiko dan efek samping pengobatan.
2. Didokumentasikan dalam rekam medis.
3. Diinformasikan kepada pasien termasuk bila ada
tindakan medis.
4. Memuat pendidikan atau penyuluhan kepada pasien.
Keempat : Segala biaya yang di keluarkan sehubungan dengan
pelaksanaan kegiatan dibebankan pada Rencana Anggaran
Bisnis (RAB) Puskesmas Lahusa.
Kelima : Surat keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dan
apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan
dilakukan perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.061/SK/I/2019
TENTANG
PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa keberadaan Puskesmas dalam mengemban misi
dalam meningkatkan pelayanan kesehatan dasar dan
pengembangan dengan menjamin tersedianya upaya
kesehatan yang profesional;
b. bahwa untuk memahami dan memperhatikan hak dan
kewajiban sasaran program dan pasien pengguna
layanan puskesmas, maka dalam penyelenggaraan
pelayanan dan pelaksanaan Upaya/ Kegiatan Puskesmas
perlu dibuat Hak dan kewajiban sasaran program dan
pasien pengguna layanan Puskesmas;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEWAJIBAN PASIEN
1. Memberikan informasi yang lengkap dan jujur tentang masalah
kesehatannya;
2. Mematuhi nasehat dan petunjuk tenaga kesehatan yang kompeten;
3. Mematuhi ketentuan yang berlaku di sarana pelayanan kesehatan;
4. Memberikan imbalan jasa atas pelayanan yang diterima, kecuali yang
mempunyai asuransi
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.062/SK/I/2019
TENTANG
PENANGANAN PASIEN GAWAT DARURAT PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan
Puskesmas Lahusa, maka diperlukan kebijakan
penanganan pasien gawat darurat;
b. bahwa kasus-kasus gawat darurat yang bisa ditangani di
Puskesmas Lahusa perlu diidentifikasi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290 Tahun 2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2018 ttg Pelayanan Kegawatdaruratan;
10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
11 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
A. KEBIJAKAN UMUM
Bahwa semua pasien gawat darurat yang datang ke Puskesmas Lahusa harus
segera mendapatkan prioritas pelayanan kesehatan.
B. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Setiap petugas Puskesmas harus bisa mengidentifikasi kasus-kasus
gawat darurat yang datang ke Puskesmas Lahusa dan harus segera
ditangani lebih dahulu
2. Penanganan pasien gawat darurat harus dilakukan oleh dokter bersama
perawat dan/atau bidan.
3. Dalam hal tidak terdapat dokter yang bertugas, maka penanganan oleh
perawat dan/atau bidan yang berkompeten serta telah mendapat
Pelimpahan (Pendelegasian) Wewenang dari Dokter atau Kepala
Puskesmas Lahusa.
4. Setiap pasien gawat darurat yang datang ke Puskesmas Lahusa dilakukan
Triase.
5. Setelah dilakukan Triase pasien segera diberikan tindakan dan pelayanan
kegawatdaruratan sesuai kebutuhan pasien.
6. Pasien dapat dinyatakan pulang atau diobservasi atau dirujuk sesuai
dengan kondisi dan kebutuhan pasien.
7. Pasien yang membutuhkan layanan kesehatan di luar kemampuan
Puskesmas dirujuk ke Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan lain.
8. Pendaftaran pasien gawat darurat dapat dilakukan oleh petugas
pendaftaran dengan keluarga pasien atau pengantar pasien, sementara
pasien ditangani.
9. Setiap tindakan didokumentasikan dalam Rekam Medis pasien.
10. Pembinaan dan pengawasan penanganan pasien gawat darurat
dilaksanakan secara periodik oleh Pejabat Teknis Upaya Kesehatan
Perorangan di Puskesmas Lahusa.
LAMPIRAN II : KEPUTUSAN KEPALA
PUSKESMAS LAHUSA
NOMOR : 440/05.0101.19/7.062/SK/I/
2019
TENTANG : PENANGANAN PASIEN GAWAT
DARURAT DI PUSKESMAS
LAHUSA
1. Luka Bakar
2. Vulnus
3. Cidera kepala
4. Diare dengan dehidrasi berat
5. Asma Attack
6. Kejang Demam
7. Syok Hipovolemi
8. Keracunan
9. Hiperemesis gravidarum
10. Pre eklamsi
11. Perdarahan Post Partum (Atonia, Retensio Plasenta)
12. Asfiksia Neonatus
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.063/SK/I/2019
TENTANG
PENANGANAN PASIEN GAWAT BERISIKO TINGGI
PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan pelayanan bagi pasien
dengan risiko tinggi supaya tertangani dengan baik maka
kasus-kasus pasien dengan risiko tinggi perlu
diidentifikasi;
b. bahwa penanganan kasus-kasus berisiko tinggi yang
memungkinkan terjadinya penularan baik bagi petugas
maupun pasien yang lain perlu diperhatikan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2018 ttg Pelayanan Kegawatdaruratan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
10 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
D. KEBIJAKAN KHUSUS
1. Penanganan pasien berisiko tinggi harus dilakukan oleh dokter bersama
perawat dan/atau bidan.
2. Dalam hal tidak terdapat dokter yang bertugas, maka penanganan oleh
perawat dan/atau bidan yang berkompeten serta telah mendapat
Pelimpahan (Pendelegasian) Wewenang dari Dokter atau Kepala
Puskesmas Lahusa.
3. Setiap pasien berisiko tinggi yang datang ke Puskesmas Lahusa harus
dilakukan identifikasi.
4. Setelah dilakukan identifikasi segera dilakukan pelayanan kesehatn
sesuai kebutuhan pasien.
5. Pasien yang membutuhkan layanan kesehatan di luar kemampuan
Puskesmas dirujuk ke Rumah Sakit atau fasilitas kesehatan lain.
6. Pendaftaran pasien gawat darurat dapat dilakukan oleh petugas
pendaftaran dengan keluarga pasien atau pengantar pasien, sementara
pasien ditangani.
7. Setiap tindakan didokumentasikan dalam Rekam Medis pasien.
8. Pembinaan dan pengawasan penanganan pasien berisiko tinggi
dilaksanakan secara periodik oleh Pejabat Teknis Upaya Kesehatan
Perorangan di Puskesmas Lahusa.
KEPALA UPTD
PUSKESMAS
LAHUSA
LURUSAN HATI
HAREFA
LAMPIRAN II : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS
LAHUSA
NOMOR : 440/05.0101.19/7.063/SK/I/2019
TENTANG : PENANGANAN PASIEN BERISIKO
TINGGI DI PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.064/SK/I/2019
TENTANG
PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN OBAT ATAU CAIRAN INTRAVENA
DIPUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa salah satu jenis pelayanan kesehatan di
Puskesmas Lahusa adalah penggunaan dan pemberian
obat atau cairan intravena;
b. bahwa dalam penggunaaan dan pemberian obat atau
cairan intravena merupakan kegiatan yang beresiko
sehingga harus sesuai prosedur;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
200 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2018 ttg Pelayanan Kegawatdaruratan;
10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
11 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Menetapka : KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS LAHUSA TENTANG
n PENGGUNAAN DAN PEMBERIAN OBAT ATAU CAIRAN
INTRAVENA DIPUSKESMAS LAHUSA
Kesatu : Pemberian obat atau cairan intravena adalah tindakan
memasukan obat atau cairan langsung kedalam pembuluh
darah vena dalam jumlah dan waktu tertentu.
Kedua : Pemberian cairan intravena dapat digunakan ketika pasien
syok, dehidrasi, tidak dapat menelan, tidak sadar, atau obat
perlu diberikan secara intravena.
Ketiga : Tujuan pemberian obat intravena adalah:
a. Memberikan jalan masuk untuk pemberian obat-obatan
kedalam tubuh.
b. Memberikan atau menggantikan cairan tubuh yang tidak
dapat dipertahankan secara adekuat melalui oral
Keempat : Surat keputusan ini mulai berlaku sejak ditetapkan dan
apabila terdapat kekeliruan dalam keputusan ini, akan
dilakukan perubahan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.065/SK/I/2019
TENTANG
IDENTIFIKASI DAN PENANGANAN KELUHAN PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa identifikasi keluhan dari pelanggan Puskesmas
Lahusa diperlukan untuk melakukan perbaikan mutu
dan kinerja Puskesmas baik dalam pengelolaan maupun
pelaksanaan pelayanan agar sesuai dengan kebutuhan
dan harapan pelanggan Puskesmas Lahusa;
b. bahwa keluhan pelanggan Puskesmas Lahusa perlu
ditangani dengan baik dan segera ditanggapi oleh
Puskesmas Lahusa dengan memberi umpan balik terhadap
keluhan pelanggan Puskesmas Lahusa melalui media
komunikasi yang mudah diakses oleh pelanggan
Puskesmas Lahusa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
2. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.067/SK/I/2019
TENTANG
LAYANAN KLINIS YANG MENJAMIN KESINAMBUNGAN
PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka kelancaran pemberian pelayanan
yang komprehensif dan menjamin kesinambungan
layanan pada pasien;
b. bahwa setiap pelayanan klinis harus didokumentasikan
dengan lengkap pada rekam medis;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2018 ttg Pelayanan Kegawatdaruratan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.068/SK/I/2019
TENTANG
JENIS ANESTESI DAN SEDASI YANG DAPAT DILAKUKAN
PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam hal
pelayanan klinis, diperlukan penanganan gawat darurat
dan tindakan pembedahan minor yang dapat dilakuKan
di Puskesmas;
b. bahwa untuk meningkatkan pelayanan klinis dalam hal
gawat darurat dan tindakan pembedahan minor
diperlukan tindakan anestesi local dan sedasi yang dapat
dilakukan di Puskesmas;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2018 ttg Pelayanan Kegawatdaruratan;
7. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.069/SK/I/2019
TENTANG
TENAGA KESEHATAN YANG MEMPUNYAI KEWENANGAN
MELAKUKAN ANESTESI PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka meningkatkan kelancaran
pelaksanaan tugas dan untuk memperjelas tugas – tugas
tenaga kesehatan dalam pelayanaan anestesi lokal di
Puskesmas Lahusa;
b. bahwa sehubungan dengan hal pelaksanaan pelayanan
anestesi lokal dan sedasi di puskesmas Lahusa, maka
diperlukan adanya kebijakan yang menyatakan bahwa
pelayanan anestesi lokal dan sedasi tersebut harus di
lakukan oleh tenaga kesehatan yang kompeten;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2018 ttg Pelayanan Kegawatdaruratan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.070/SK/I/2019
TENTANG
PENETAPAN PENANGGUNG JAWAB PEMULANGAN PASIEN
PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa puskesmas sebagai salah satu institusi pelayanan
publik wajib memberikan pelayanan yang bermutu
kepada masyarakat;
b. bahwa rangka meningkatkan kelancaran pelaksanaan
tugas dan tanggung jawab pemulangan pasien perlu
ditetapkan penanggung jawab pemulangan pasien;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.071/SK/I/2019
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI
PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan pelayanan yang
bermutu di Puskesmas Lahusa, perlu dilakukan
Peningkatan Mutu Pelayanan;
b. bahwa dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
maksud tersebut point a, perlu dibentuk Tim Pencegahan
dan Pengendalian Infeksi;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.072/SK/I/2019
TENTANG
PEMBENTUKAN TIM PENANGANAN KELUHAN PELANGGAN
PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa dalam rangka memberikan pelayanan yang
bermutu di Puskesmas Lahusa, perlu dilakukan
Peningkatan Mutu Pelayanan;
b. bahwa dalam rangka peningkatan mutu pelayanan
maksud tersebut point a, perlu dibentuk Tim Penanganan
Keluhan Pelanggan;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Peraturan Menteri Pemberdayaan dan Aparatur Negara
Nomor 13 Tahun 2009 tentang Pedoman Peningkatan
Pelayanan Publik dengan Partisipasi Masyarakat;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
ANGGOTA :
1. SYUKUR S. AMAZIHONO, AMK
2. ABIYUDI HAREFA, SKM
3. SERIUSMAN AMAZIHONO, AMK
4. SYUKUR G. BUULOLO, AMK
5. KHALISMAWATI LAIA, SST
6. IMAN K. MENDROFA, AM.KEB
7. PINTA DCP BUULOLO, AM.KEB
8. MARTA H. PANGGABEAN, AMK
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.073/SK/I/2019
TENTANG
PENYUSUNAN INDIKATOR KLINIS
DAN INDIKATOR PERILAKU PEMBERI LAYANAN KLINIS
PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa untuk menyelenggarakan pelayanan klinis yang
baik, maka perlu keterlibatan tenaga klinis dalam upaya
peningkatan mutu layanan klinis secara
berkesinambungan;
b. bahwa untuk meningkatkan mutu layanan klinis, maka
perlu dilakukan penyusunan indikator klinis dan
indikator perilaku pemberi pelayanan klinis oleh pemberi
layanan klinis dan Kepala Puskesmas Lahusa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien;
11 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.074/SK/I/2019
TENTANG
MENGHINDARI PENGULANGAN YANG TIDAK PERLU
PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa untuk kelancaran pemberian pelayanan dan
menjamin kesinambungan layanan maka diharapkan
tidak terjadi pengulangan yang tidak perlu;
b. bahwa semua petugas wajib mendokumentasikan hasil
pengkajian dan pelayanan yang tidak dilakukan kedalam
rekam medis untuk menghindari pengulangan yang tidak
perlu;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien;
10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 47 Tahun 2018 ttg Pelayanan Kegawatdaruratan;
11 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
12 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.075/SK/I/2019
TENTANG
MONITORING STATUS FISOLOGIS PASIEN
SELAMA PEMBERIAN ANESTESI LOKAL DAN SEDASI
PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa bahwa dalam melaksanakan tindakan
pembedahan maupun penanganan kegawatdaruratan
perlu dilakukan pemberian anestesi lokal maupun sedasi
bahwa untuk menjamin keselamatan;
b. bahwa keamanan pasien selama pemberian anestesi lokal
dan sedasi perlu dilakukan monitoring terhadap status
fisiologis pasien;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2018 ttg Pelayanan Kegawatdaruratan;
8. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.076/SK/I/2019
TENTANG
JENIS-JENIS PEMBEDAHAN MINOR YANG DAPAT DILAKUKAN
PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa untuk memenuhi kebutuhan pasien dalam hal
pelayanan klinis, baik dalam keadaaan gawat darurat
maupun tidak, maka diperlukan beberapa tindakan
bedah minor yang dapat dilaksanakan oleh petugas
kesehatan di Puskesmas Lahusa;
b. bahwa berdasarkan pertimbangan pada huruf a
tersebut di atas, perlu ditetapkan Keputusan Kepala
Puskesmas Lahusa tentang jenis-jenis Pembedahan
Minor yang dapat dilakukan di Puskesmas Lahusa;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
47 Tahun 2018 ttg Pelayanan Kegawatdaruratan;
9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
KEPUTUSAN
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
Nomor : 440/05.0101.19/7.077/SK/I/2019
TENTANG
PENDIDIKAN DAN PENYULUHAN PASIEN PUSKESMAS LAHUSA
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,
KEPALA PUSKESMAS LAHUSA,
Menimbang : a. bahwa untuk meningkatkan hasil klinis yang optimal,
perlu adanya kerjasama antara petugas kesehatan
dengan pasien / keluarga;
b. bahwa agar kerjasama antara petugas kesehatan dengan
pasien / keluarga dapat terlaksana dengan baik perlu
dilaksanakan penyuluhan kesehatan dan edukasi yang
terkait dengan penyakit dan kebutuhan klinis pasien
yang dipadukan dengan pelayanan klinis;
Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun
2004 tentang Praktik Kedokteran;
2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 tentang Kesehatan;
3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2014 tentang Tenaga Kesehatan;
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
75 Tahun 2014 tentang Pusat Kesehatan Masyarakat;
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
46 tahun 2015 tentang Akreditasi Puskesmas, Klinik
Pratama, Tempat Praktik Mandiri Dokter, dan Tempat
Praktik Mandiri Dokter Gigi;
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
44 tahun 2016 tentang Pedoman Manajemen Puskesmas;
7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
11 Tahun 2017 Tentang Keselamatan Pasien;
8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
27 Tahun 2017 Tentang Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Fasilitas Pelayanan Kesehatan;
9. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
4 Tahun 2018 Kewajiban Rumah Sakit Dan Kewajiban
Pasien;
10 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 47 Tahun 2018 ttg Pelayanan Kegawatdaruratan;
11 Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pelayanan Dasar
Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan;
12 Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
. 514 Tahun 2015 Tentang Panduan Praktek Klinis Bagi
Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama;
MEMUTUSKAN
Ditetapkan di : Lahusa
Pada tanggal : 14 Januari 2019
KEPALA UPTD PUSKESMAS LAHUSA
I. Pengertian
Pendidikan dan penyuluhan kesehatan adalah gabungan dari sebagian
kegiatan dan kesempatan yang berlandaskan prinsip – prinsip belajar untuk
mencapai suatu keadaan, dimana individu, keuarga, kelompok atau
masyarakat secara keseluruhan ingin hidup sehat, tahu bagaimana caranya
dan melakukan apa yang bisa dilakukan secara perseorangan maupun
kelompok dan meminta pertolongan bila perlu (Effendy, 1998).
Pendidikan dan penyuluhan pasien adalah suatu kegiatan penyampaian
informasi kepada pasien yang bertujuan untuk memberi pengetahuan
kepada pasien dan keluarga pasien mengenai penyakit dan kebutuhan
klinis pasien demi untuk tercapainya hasil klinis yang optimal.
II. Tujuan
Tujuan Pendidikan dan Penyuluhan Kesehatan kepada Pasien dan keluarga
pasien adalah:
1. Tersampainya informasi tentang penyakit dan kebutuhan klinis pasien
kepada pasien dan keluarga pasien.
2. Tercapainya perubahan perilaku individu dan keluarga dalam membina
dan memelihara perilaku sehat dan lingkungan sehat serta berperan
aktif dalam upaya mewujudkan hasil klinis yang optimal.
3. Terbentuknya perilaku sehat dari individu dan keluarga, yang sesuai
dengan konsep hidup sehat.
III. Sasaran
1. Individu adalah pasien yang memiliki masalah kesehatan dan
keperawatan yang dapat dilakukan di Puskesmas.
2. Keluarga adalah keluarga pasien yang memiliki masalah kesehatan dan
keperawatan yang tergolong dalam keluarga resiko tinggi, di antaranya
adalah anggota keluarga yang menderita penyakit menular, penyakit
kronis, keluarga dengan masalah sanitasi lingkungan yang buruk,
keadaan gizi yang buruk.
V. Tempat Penyelenggaraan
Pendidikan dan Penyuluhan Pasien dilakukan di dalam Puskesmas yang
meliputi bidang Perawatan dan Pengobatan, Gizi dan Kesehatan Ibu Anak
serta Kesehatan Lingkungan.