Anda di halaman 1dari 25
MAKALAH, SEMINAR PRAKTIKUM FARMASI FISIK “PEMBUATAN SUSPENSI TERFLOKULASI DAN PEMERIKS. SIFAT - SIFAT FISIKNYA” DISUSUN OLEH: Nanda Pratama 121524001 Marselina Saing 121524005 Yudhi Permana 121524011 Imom Suhendra 121524015 Fhizri Ayuningtyas 121524031 Maidawati 121524035 Jessy Fransiska 121524051 Hendri Asrin 121524098 B. Agung Permana 121524097 Lusia Katarina Pasaribu 121524132 Kelompok :VI-B Program : $-1 Ekstensi Farmasi Asisten : Rosy Ershendy Hari/Tanggal Percobaan Selasa/ 24 September 2013 LABORATRIUM FARMASI FISTK FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA. MEDAN 2013 BABI PENDAHULUAN 11 Tujuan Pembuatan suspensi yang terflokulasi dengan Aluminium Klorida sebagai bahan pemflokulasi = Pengamatan pengaruh flokulasi konsentrasi aluminium Klorida terhadap stabilitas fisikt suspensi = Pengamatan pengaruh konsentrasi aluminium klorida terhadap kemudahan dispersi ulang suspensi 12 Prinsip Pembuatan suspensi terflokulasi dengan menggunakan bahan pemflokulasi yaity aluminium klorida (AICI) sebagai salah satu elektrolit dengan jalan mengurangi potensial zeta dan membentuk suafu jembatan yang menghubungkan partkel-partikel tersebut dimana valensi ion-ion mempunyai muatan yang berlawanan, Sehingga mengurangi gaya elektris tolak menolak dan memperkuat gaya tarik menarik antar partikel-partikelnya yang membentuk agregat longgar yang disebut flok, kemudian dinji stabilitas fisiknya yaitu pengaruh konsentrasi AICI tethadap kemudahan dispersi ulang suspensi 13 Latar Belakang Suspensi adalah sediaan cair yang mengandung obat padat, tidak melarut dan terdispersikan sempurna dalam cairn pembawa atau sediaan padat terdii dari obat dalam bentuk serbuk halus, dengan atau tanpa zat tambahan, yang akan terdispersikan sempuma dalam cairan pembawa yang ditetapkan (Ditjen POM, 1978). Dalam pembuatan suspensi diperlukan partikel dengan ukuran yang sesnai, distribusi ukuran partikel, dan stabilitas fase dispersi, Interaksi antar partikel yang sama, partkel yang tidak sama dan medium fase kontiniu mempakan hal kompleks dan bagian essensial dari teknologi dispersi (Agoes, 2009), Disamping itu dalam pembuatan suspensi pembahiasan partikel dari bentuk yang tidak larut dalam cairan pembawa adalah langkah yang penting, kadang- kadang sukar mendispersi serbuk, Karena adanya udara, lemak, dan lain-lain Kontaminasi tersebut tidak dapat segera dibasahi walaupun p nya besar. Mereka mengembang pada permukaan. Dari suspensi medium rendah dan sukar terbasahi dapat dilihat dari sudut Kontak yang dibentuk serbuk dengan permukaan eairan (Anief,2007), Bahan Pemflokulasi elektrolit bertindak dengan mengurangi hambatan listik antara pautikel, seperti yang dibuktikan oleh penunman potensial zeta dan pembentukan jembatan antara partikel yang berdekatan sehingga partikel-partikel memibentuk flok longgar (Gennaro, 1990). Pada sistem flokulasi biasanya mencegah pemisahan yang sungguh bergantung pada kadar partikel padat dan derajat flokulasinya dan pada suatu waktu sistem flokulasi kelihatan kasar akibat terjadinya flokul (Anief,2007), Untuk tujuan fannasi, kestabilan fisika dari suspensi bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata diseluruh sistem dispersi. Jika partikel -partikel tersebut mengendap maka partikel-partikel tersebut harus dengan mndah disuspensikan kembali dengan sedikit pengocokan (Martin, 2008) BABIT TINJAUAN PUSTAKA Suatu suspensi dalam bidang farmasi adalah suatu dispersi kasar dimana partikel zat padat yang tidak larut terdispersi dalam suatu medium cair (mautin2008). partikel dari fase terdispersi biasanya ukurannya sangat berbeda- beda, dari partikel besar yang dapat dilihat dengan mata telanjang sampai ke partikel dari ukuran koloid; jatuh antara 1 milikikron dan kira-kira $00 milimikron atau 0.5 mikron, Dispersi yangberisi partikel-partikel kasar, biasanya dengan ukuran 1-100 mikron, disebut sebagai dispersi kasar dan mrencakup suspeusi dan emulsi. Dispersi yang mengandung partikel dengan ukuran yang lebil kecil disebut dispersi halus dan bila partikel-partikel yang ada dalam batas koloid disebut dispersi koloid. Magma dan gel adalah dispersi halus (Ansel, 2008). Suspensi dapat didefinisikan sebagai preparat yang mengandung partikel obat dan terbagi secara halus (dikenal sebagai suspensoid) disebarkan secaramerata dalam pembawadimana obat menunjukkan kelarutan sangat minim (Ansel,2008). Ada beberapa alasan pembuatan suspensi oral, salah satu adalah Karena obat-obat tertentu tidak stabil secara kimia bila ada dalam larutan,tetapi stabil bila disuspensi, Dalam hal seperti ini suspensi oral menjamin stabilitas kimia dan memungkinkan terapi dengan cairan, Untuk banyak pasien, bentuk cair lebih disukai daripada bentuk padat (kapsul atau tablet).karena mudahnya menelan cairan dan Keluesan dalam pemberian dosis, pemberian lebih mudahuntuk memberikan dosis yang relatif besar, aman, mudah diberikan untuk anak-anak dan juga diatur untuk penyesuaian dosisnya, Formulasi suspensi untuk membuat suspensi stabilsecara fisik ada 2cara, yaitu; 1. penggnnaan "struktur vehicle" untuk menjaga partikel deflokulasi dalam suspensi, Struktur vehicle adalah larutan hidrokoloid seperti tilosegom, bentonit, dan lain-lain. 2. Penggunaan_prinsip- prinsip flokulasi untuk membentuk flok, meskipun cepat terjadi pengendapan, tetapidengan pengocokan ringan mudah disuspensikan kembali (Syamsuni,2007). Gliserin dan zat higroskopis yang serupa juga berguna dalam menggiling zat-zat yang tidak larut. Secara nyata gliserin mengalir antara partikel untuk menggantikan udara dan selama berlangsungnya penyampuran, melapisi dan memisalikan zat tersebut sehingga air dapat mempeuetrasi dan membasabi masing-masing pattikel tersebut, Selain gliserin, alkohol dan propilenglikel juga dapat membiarkan air berpenetrasi ke cela-cela partikel (Martin,2008). Untuk tujuan farmasi, kestabilan fisika dari suspensi bisa didefinisikan sebagai keadaan dimana partikel tidak menggumpal dan tetap terdistribusi merata diseluruh sistem dispersi, Jika partikel -partikel tersebut mengendap makapartikel- partikel tersebut harus dengan mudah disuspensikan Kembali dengan sedikit pengocokan (Martin, 2008), Kebanyakan stabilitas fisik dari suatu suspensi dari sediaan farmasi kelihatan paling cocok disesuaikan dengan mengadakan perubahan pada fase terdispersi dan bahan pada medium dispersi. Dalam banyak hal medium dispersi menyokong fase terdispersi yang disesuaikan tersebut. Penyesuaian terutama mengenai ukuran partikel, keserangan ukuran partikel dan pemisahan partikel - paryikel tersebut sehingga tidak mumgkin menjadi lebih besar atau membentuk padatan pada pendiaman(Martin,2008). Dalam suspensi, suspending agent biasanya digunakan untuk penyususnan suspensi sehingga Keseragaman dosis dapat tercapai. Massa yang. sulituntuk didespersikan dan menjaga koagulasi dari resinus dan material - material yang berasal dari lemak. Sifat khas viskositas supensi dapat diubah tidak hanya dengan penggunaan pembawa, tetapi juga dengan kandungan padataya. Apabila proporsi partikel padat dinaikan maka viskositasnya juga akan meningkat, Dengan meningkatnya viskositas, juga memperlambat —pembentukan —endapan (Martin,2008). Terdapat banyak pertimbangan dalam pengembangan dan pembuatan suatu suspeusi farmasi yang baik. Disamping Khasiat terapeutik, stabilitas kimia dari komponen-komponen formulasi, kelanggengan sediaan dan bentuk estetik dari sediaan, sifat-sifat yang diinginkan dalam semua sediaan farmasi, dan sifat- sifat lain yang lebih spesifik untuk suspensi farmasi yaitu: 1.Suatu suspensi farmasi dibuat dengan tepat meugendap secara lambat dan harus rata lagi bila dikocok. 2.Karakteristik suspensi harus sedemikian rupa sehingga ukuran partikel dari suspensoid tetap agak Konstan untuk yang lama pada penyimpanan. 3. ‘Suspensi harus bisa dituang dari wadah dengan cepat dan homogen. 4. Ciri utama dari suspensi ini, tergantung pada sifat fase terdispersi, medium pendispersi dan bahan pembantu farmasi (Ansel,2008) ‘Suspensi dapat dibuat dengan metode sebagai berikut: a. Metode Dispersi Metode ini dilakukan dengan cara menambahkan serbuk bahan obat ke dalam mmucilago yang terbentuk, kemmudian bar diencerkan, Kadang- Kadang terjadi kesukaran pada saat mendispersikan serbuk ke dalam pembawa, Hal tersebut Karena adanya dara, lemak, atau kontaminan pada serbuk. Serbuk yang sangat halus mudah termasuki wdara sehingga sukar dibasahi, Mudah dan sukamya serbuk dibasahi tergantmg pada besamnya sudut Kontak + 90°, serbuk akan mengambang di atas cairan, Serbuk yang demikian disebut memiliki sifat hidrofob. Untuk menurikan tegangan permmkaan antara partikel zat padat dengan cairan tersebut peri ditambabkan zat pembasah atau wetting agent. b. Metode Presipitasi Zat yang hendak didispersikan dilarutkan dahulu ke dalam pelarut organik yang hendak dicampur dengan air. Setelah larut dalam pelarut organik, Jarntan zat ini kemmdian diencerka dengan Iarutan pensuspensi dalam air, sehingga akan terjadi endapan halus tersuspensi dengan bahan pensusupensi cairan organik tersebut adalah etanol, propilen glikol, dan polietilenglikol ( Syamsuni, 2007). Persyaratan - persyaratan tenmodinamika diperlukan agar didapat suatu kestabilan dari partikel-partikel yang tersuspensi, Harus dilakukan suatw usaha (Kerja) untuk memperkeeil snatu padatan menjadi partikel-partikel keeil untuk mendispersikannya dalam suatu pembawa, Besamya luas pemmukaan parikel yang diakibatkan oleh mengecilaya zat padat berhubungan dengan energi bebas permukaan yang membuat sistem tersebut tidak stabil secara termodinamik, simana dimaksudkan disini bahwa partikel-partikel tersebut berenergi tinggi dan cendenmg untuk mengelompok Kembali sedimikian rupa untuk mengurangi nas permukaan total dan memperkecil energi bebas permukaan, Oleh Karena itu partikel-partikel dalam suspensi cair cenderang untuk berflokulasi, yakni membentuk satu gumpalan yang Iunak dan ringan yang bersatu Karena gaya van der waals yang lemah ( Martin, 2008) Pembentukan setiap jenis gumpalan ( agglomerate ), apakah itu flokulat atau agregat, dianggap sebagai suatu ukuran dari suatu sistem untuk mencapai keadaan termodinamika. Tegangan antarmuka dapat dikuangi dengan penambahan suatu surfaktan, tapi biasanya tdak dibuat sama dengan nol. Maka suatu suspensi dari partikel-partikel yang tidak larut biasanya mempunyai snatu tegangan antarmuka positif tertentu, dan partikel-partikel tersebut cenderung untuk berflokulasi ( Martin, 2008). Agregat jaringan terbuka atau flokula dikarakteristikkan dengan suatu jaringan terbuka, lunak dan berserat dari partikel-partikel yang teragregasi, maka agregat — agregat ini mengendap dengan cepat membentuk sedimen (endapan) yang tinggi dan mudabnya dapat didispersikan kembali, karena partikel-partikel yang membentuk agregat masing-masing cukup jaub terpisah satu dengan yang Jainnya untuk menghindarkan caking (Lachmann, 1994), Suatu cara umum untuk mencegah kohesi yang kuat dari partikel-partikel tersebut dengan menggunakan daya ikat antar partikel yang lemah, Penggumpalan partikel seperti ini disebut flok atau flokula, dimana partikel-partikel yang terflokulasi itm membentuk sejenis kisi yang dapat menghalangi pengendapan sempurna sehingga tidak mudah menjadi kompak dibandingkan dengan partikel- partikel yang tidak terflokulasi, Flok tersebut mengendap membentuk sedimen dengan volume yang lebih besar, struktur yang lei lemahmemungkinkan gumpalan tersebut pecah lagi dengan mudah dan tersebar lagi bila dikocok sedikit saja (Ansel, 2008), Dalam suspensi yang teragregasi, partikel-partikel terikat bersama-sama menjadi flok ( gumpalan yang terbentuk Karena agregasi sejumlah partikel halus yang tersuspensi), yang mula-mula mengendap menurut ukuran flok dan porositas dar massa yang teragregasi. Selanjutnya laju diatur dengan proses pengompakan dan proses penyusunan Kembali. Supematan yang jemih dibentuk pada pengendapan, Karena partikel-partikel keeil pun dikurung dalam jaringan seperti mesh dari flok tersebut. Keadaan pertengahan juga terjadi dimana semua partikel tidak dibubungkan dengan flok (Lachmann, 1994). Dalam sistem flokulasi, partikel flokulasi terikat lemah, cepat mengendap dan pada penyimpanan tidak terjadi cake dan mudah tersuspensi kembali. Seeara ‘umum sifat partikel flokulasi adalah: 1. Partikel merupakan agregat yang bebas 2. Sedimen terjadi cepat dan terbentuk cepat Sedimen tidak membentuk cake yaug keras dan padat serta mudal didisperiskan kembali seperti semula 4, Wujud suspensi kurang bagus sebab sedimentasi terjadi cepat dan diatasnya terjadi daerah cairan yang jemih dan nyata Pembuatan suspensi sistem flokulasi: 1, Partikel diberi zat pembasah dan dispersi medium 2. Setelah itu ditambahkan zat pemflokulasi, biasany larutan elektrolit, surfaktan dan polimer Diperoleh suspensi flokulasi sebagai produk akhir 4, Tika dikehendaki, agar flok yang terjadi tidak cepat mengendap maka ditambahkan structured vehicle 5. Produk akhir yang diperoleh ialah suspensi flokulasi dalam. struktur vehicle (Syamsuni, 2007), Bahan pemflokulasi yang dipergunakan dapat berupa larutan elektrolit surfaktan atau polimer untuk partikel bermuatan_ positif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif, dan sebaliknya, Coutoh, untuk suspensi sulfonamida yang bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif digunakan zat pemflokulasi yang bermuatan positif yaitu Aluminium Triklorida, untuk susupensi bismuth subnitrat yang bermuatan positif dignnakan zat pemflokulasi yang bermuatan negatif yaitu kalium fosfat mouobase (Syamsuni, 2007) Elektrolit bekerja sebagai zat yang memflokulasi dengan mengurangi barrier elektrik antara partikel-partikel suspensoid, dapat dibuktikan oleh suata pengurangan dalam potensial zeta dan pembentukan suatu jembatan antara partikel- partikel yang berdekatan sehingga terjadi ikatan-ikatan antar partikel suspensi dalam suatn struktur yang tersusun longgar ( Martin, 2008), Polimer merupakan suatu senyawa berantai panjang dan mempunyai bobot molekul yang tinggi dan menganding gugus-gugus aktif yang ditempatkan disepanjang panjangnya. Zat ini bekerja sebagai pemflokulasi Karena sebagian dari rantai tersebut diabsorpsi pada permukaan partikel dengan bagian-bagian yang terakhir ini mengakibatkan terbentuknya flokulasi ( Martin, 2008). Suspensipartikel terflokulasi dapat dikontrol dengan penambahan elektrolit atau surfaktan ionik yang menurunkan potensial zeta, Flokulasi dengan artikel terkkontrol juga dapat digunakan polimer non ionik seperti gum (tragakan), polimer sellnosa (Na CMC), dimana polimer ini meningkatkan viskositas dan juga 10 membuat lapisan pada adsorpsi dan partikel yang stabil dan jembatan antar partikel (Martin, 2008). Dua parameter pengendapan (sedimentasi) adalah volume sedimentasi (F) dan derajat flokulasi . Volume sedimentasi (F) adalah perbandingan dari volume akhir endapan (Vo) terhadap volume awal suspensi (Vo) sebelum mengendap. Derajat flokulasi adalah suatu parameter yaug lebih mendasar daripada F. Votum Volume aknir endapan surpenst yong mengalam! flokulest Derajat flokulasi (B) = V2! 4ktir endapan suspensi yang mengalami defiokulast (Martin, 2008) 11 3a BAB III METODOLOGI PERCOBAAN Alat Neraca Analitik (Boeco Germany) ~ Gelas Ukur 50 ml (Pyrex) ~ Beaker glass 50 ml ( Pyrex) ~ Labu tentukur 250 ml (Pyrex) - Matt pipet (Pyrex) - Lumpang ~ Stamper - Batang pengaduk - Sudip = Spatula ~ Kertas perkamen ~ Pipet tetes ~ Serbet Plastik wrapping = Label ~ Tissue 12 32 Bahan Suifamerazin Pemerian : Serbuk atau bentuk hablur putih atau agak putih kekuningan tidak berbau atau praktis tidak berbau; rasa agak pahit; stabil di udara, tetapi perlahan-lahan menjadi gelap pada pemaparan terhadap eahaya Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, agak sukar larut dalam aseton sukar Jarut dalam etanol; sangat sukar larut dalam eter dan ‘Kloroform (Ditjen POM, 1995), Aluminium Klorida (AICI3) Pemerian: Massa hablur, berasap dalam udara lembab, abu-abu atau kuning Ditjen POM, 1995). Gliserin Pemerian: Cairan jernih seperti sirup, tidak berwama, rasa manis, hanya boleh berbau khas lemab ( tajam atau tidak enak ). Higroskopis: netral terhadap lakmus Kelarutan: Dapat bereampur dengan air dan etanol, tidak larut dalam eter, dalam minyak lemak dan dalam minyak menguap (Ditjen POM, 1995). Aquadest Pemerian: Cairan jernih, tidak berbau, tidak berwama (Ditjen POM, 1995). 13 3.3 Prosedur percobaan - Pembuatan Larutan Aluminium Klorida 0,03M_ Dilarutkan 1.8207 gram Aluminium Klorida dalam 250 mal air - Pembuatan Suspensi Sulfamerain 7 % dengan Aluminium Klorida Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 0,1 x 10° Dimasukken Sulfamerazin kedalam lumpang alu ditambahkan Gliserin secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa Ditambabikan 0.17 wl Aluminiwn Klorida Jalu digerus sampai homogen, dengan penambahan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml. - Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Aluminium Klorida Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 0,5 x 10° Dimasukkan Sulfamerazin Kedalam lumpang alu ditambahkan Gliserin secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa. Ditambahkan 0,8 ml Aluminium Klorida lala digerus sampai homogen, dengan penambalian aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml. - Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Aluminium Klorida Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 1 x 10° Dimasu ‘an Sulfamerazin Kedalam lumpang lat ditambahkan Gliserin secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa. Ditambahkan 1,7 ml Aluminium Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan penambalian aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml - Pembuatan Suspensi Sulfamerazin 7 % dengan Ahmninium Klorida Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 1,5 x 10° 14 Dimasuikkan Sulfamerazin Kedalam Iumpang lat ditambahkan Gliserin secukupnya, Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa Ditambahkan 2,5 ml Aluminium Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan penambalan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml - Pembuatan Suspensi Sulfamerain 7 % dengan Aluminium Klorida Sebagai Bahan Pemflokulasi Dengan konsentrasi 2,0. x 10" Dimasukken Sulfamerazin kedalam lumpang alu ditambahkan Gliserin secukupnya. Gerus homogen hingga terbentuk massa yang dapat dikempa Ditambabkan 33 ml Aluminiwn Klorida lalu digerus sampai homogen, dengan penambahan aquadest dilarutkan sampai volume 50 ml. - Pengamatan Stabilitas Suspensi Dimasukkan masing — masing kedalam gelas ukur 50 ml, ditutup dengan plastik wrapping lalu disimpan pada suhu kamar. Dicatat volume endapan dari masing- masing suspensi setelah 1 jam, 2 jam, 3 jam, dan 1-7 hari + Pengamatan Kenmudahan Dispersi Ulang Suspensi Dibalikkan suspensi yang sudah didiamkan selama 1 minggu dengan tangan dengan kecepatan 20 kali permenit dan dihitung jumlah pembalikan (N) yang diperlukan sehingga diperoleh suspensi yang homogen kembali. 15 BABIV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 HASIL 4.1.1 Perhitungan Suspensi Sulfamerazin 7 gram Sulfamerazin 7 % dalam $0 ml = 200ml 59 ml 4.1.2 Konsentuasi LIB 1 Aluminium Klorida 0,03M dalam labu tentukur 250 unl gram 1000 M = Mr x 250 gram 1000 0.03 = 24143 , 250 = 18107 4.1.3 Konsentrasi Aluminium Klorida 0,18 10°M 0,58 10°M Vi.Mi = V2.Mi Vii V1. 0,03 = (50) (0,001) V1. 0,03 = (50) (0,005) Vi = 0,167 ml Vi = 0,833 ml 16 © Ix l0°M Vi. 0,03 = (50) (0,0015) 2.5m ViM, =Vz.M. Vj. 0,03 = (50) (0,001) #2x10°M Vi= 1,67 ml ViM, =V2.M: © 15x10°M Vi. 0.03 = (50) (0,002) ViM: = 3.33 ml 4.1.4. Volume sedimentasi (F) ve F =¥° dimana: V,: Volume akhir dari endapan V.. Volume awal dari suspensi (0ml) ~Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 0,1 x 10° M Yu 43 mt va 25m sFy=¥0 =50 m= 0,86 sFy= V0 = 50m = 0.46 Yu 325 mt +F,=Ve = 50m! = 0.65 Yu 19:25 mi sf =¥0 = 50m = 0,53 “Fy =" 17 Fy Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluntiniun Klorida 1x 10° M Yu 295mt Yu 25 mi sy =¥2 = 50m = 0.46 “E.= 18 18:75 mat 50 mt 295 145 mt 145 mt 145 mt 50 mi = 0.29 Vu 145 mt sFyy=¥o = 80 mi Va 145 mt Fy =¥2 = 80 mi Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 1,5 x 10? M Yu 23mt emt ml =0,28 13m mi = 0.26 33 mt 50m! = 0,26 Va az mt +Fe= ml = 0,24 19 ik Yu 12 mi #Fyp= V0 =30 ml = 0.24 32 mt Yu a2mt 50m = 0,24 +Fis= 4? =80 ™! = 0,24 Volume sedimentasi dengan konsentrasi Aluminium Klorida 2 x 10° M 32 mt ml = 0,24 “ +F,=¥2 20 4.2 Tabel 4.2.1 Tabel Pengamatan Volume Sediaan Lama ‘Volume Sedimen Pendiaman | %1x10° | 05x10 | 10x10 [15x108[ 2x 10° 10Menit [44 [42 [31 29 [30 23 5 20 Menit 39 34 | 255 23 27 19 22 30Menit_| 35 | 30_[ 21 20 [24 7 19 45Menit_[ 30 [27 [19 1s_| 20 15 7 tian [| 28 | 25 [18 7 [18 i u 2 Jam 24 22 16 16 18 13 13 33am [24 [21 [155 15 [16 13 iB 1Han [20.5 [20 [153 4 [155 [ 13 2 2Hai_| 20 [19 [149 wa [155 [ 12 12 3 Hari 19. 19 14 14 15 12 12 Thani [19.5 [18 [14 1415 12 2 3Hai__| 19 [1s [4 [15 12 12 CHai [19 [1s [14 wa [ 15 12 12 7 Hari 19 18 14 14 15 12 12 Tabel Volume Sediaan (F) ama Volume Sediaan Pendiaman | 01x10" | 05x10" 10 Menit__ [0.86 0.735 20Menit [0.73 0.51 30 Menit [0.65 45 Menit [0.57 0.44 Lam. 0.53 en 2am 0.45 036 3 Jam 0.405, 0.345 Hari 039 0.333 2 Hari 0.385 0.319 3 Hani 0.385 0,30) hari 0. 0330 3 Hai 0.37 0.29 . 6 Hati 0.37 0.29) 0.24 7 Hari 0.37 0.29) 0.24 4.2.3 Tabel Harga Angka Dispersi Ulang (N) VS Konsentrasi Aluminium Klorida Konsentrasi AIC, | Angka Dispersi Ulang (N) 0.1 x 10° = 3 0.5 x 107 12 21 1x 10° ; 13x10 3 x10" 43° Grafik Terlampir 4.4 Reaksi Percobaan 4.5 Pembahasan Elektrolit bekerja sebagai zat yang memflokulasi dengan mengurangi barier elektrolit antara partikel-partikel, dapat dibuktikan oleh suatu pengurangan potensial zeta dan pembentukan suatu jembatan antara partikel — partikel yang berdekatan sehingga terjadi ikatan antar partikel tersebut dalam struktur yang tersusun longgar. Jika aluminium Klorida ditambahkan kedalam suatu suspensi sulfamerazin dalam ait. Dalam sistem ini, potensial zeta mula — mula dari partikel — partikel sulfamerazin adalah negatif dan dikurangi secara nyata oleh adsorpsi dari kation aluminium bervalensi tiga. Sika ditambahkan elektrolit yang dalam jumlah yang cukup, potensial zeta mencapai nol dan kemudian naik dengan arah positif, Pada suatu potensial zeta positif, terjadi flokulasi maksimum, Onset flokulasi bersamaan dengan volume sedimentasi maksimum yang ditentukan F terhadap Konstan selagi flokulasi masih ada, dan hanya jika potensial zeta menjadi cukup negatif untuk mengakibatkan dispersi kembali, maka volume sedimentasi mulai turun (martin,2008) Laju sedimentasi dan agregasi merupakan sifat dari sistem suspensi yang diatur oleh ukuran partikel, interaksi partikel, kerapatan partikel, medium 22 dan viskositas fase Kontinn, Partikel — partikel besar mengendap kebawah lebih cepat daripada partikel — partikel yang lebih kecil. Dalam suspensi teragregasi partikel — partikel terikat bersama-sama menjadi flok (gumpalan yang terbentuk Karena agregasi sejumlah partikel halus yang tersuspensi). Supematan yang jemih dibentuk kembali pada pengendapan, karena Partikel — partikel keeilpun dikurung dalam jaringan seperti mesh dari flok tersebut (Lachman,2008), Dari hasil pengamatan pada percobaan yang telah dilakukan didapatkan bahwa semakin tinggi Konsentrasi aluminium klorida sedimentasi semakin cepat Karena partikel ~partikel membentuk agregasi yang lebih cepat dan longgar, serta volume sedimentasi semakin menurun, Pada Konsentrasi dan waktu pendiaman tertentu. volume sedimentasi (F) menjadi konstan, Suspensi dengan aluminium Klorida 0,1 x 10° M dan 0,5 x 10° M pada hari keenam volume sedimentasi (F) unulai Konstan dan pada suspensi dengan aluminium Klorida 1,0 10° M dan 1,3 x 10° M dan 2,0x 10° M_ pada hari pertama volume sedimentasi (F) mulai konstan, Suspensi terflokulasi ini menunjukkan balwa cairan diatas endapan jernih,karena partikel —partikel kecil yang ada dalam sistem bergabung dengan flokulat. Suspensi juga dengan mudah dapat diredispersikan hanya dengan tiga kali pengocokan. 23 BABV KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan = Suspensi sulfamerazin terflokulasi dibuat dengan menggunakan aluminium, Klorida sebagai balan pemflokulasi dengan variasi Kousentvasi dari aluminium Klorida yaitu 0,1 x 10° M; 0,5 x 10° M; 1,0x 10° M dan 1,5 x 10° M dan 2,0x 10° M yaitu ditambahkan kedalam sulfamerazin yang telah dibasahi dengan gliserin dan diencerkan dengan aquadest hingga mencukupi volume suspensi. - Semakin tinggi Konsentrasi dari aluminium Klorida yang digunakan dalam pembuatan suspensi maka stabilitas fisik suspensi semakin berkurang ~ Semakin tinggi konsentrasi dari aluminium klorida yang digunakan dalam pembuatan suspensi maka dispersi lang suspensi akan sulit, tetapi pada konsentrasi tepat dispersi ulang akan muda, 5.2 Saran = Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat dibuat suspensi sulfamerazin terflokulasi dengan bahan pemflokulasi lain selain aluminium. Klorida, seperti polimer atau surfaktan (tween, polietilenglikol dan tragacant). - Sebaiknya pada percobaan selanjutnya dapat digunakan bahan obat yang Jain , misalnya sulfacetamid, sulfadiazin, dan lain-lain agar dapat membandingkan pengaruh struktur tethadap aluminium klorida, 24 DAFTAR PUSTAKA, Agoes, Goeswin. 2008. Pengenibangan Sediaan Farmasi. Bandung : ITB. Hal: Anief, M. (2007). Farmasetika. Yogyakarta: UGM Press. Hal. 141-155, Ansel, H., C. (2008), Pengaruh Bentuk Sediaan Farmasi, edisi keempat. ‘Yogyakarta: UI Press, Hal.353-360 Ditjen, POM.. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta : Departemen Kesehatan RI. Hal: 413, 767, 1125. Gemnaro,A.R.1990. Remington's Pharmaceutical Science, 18th Edition Pehsyvania : Mark Printing Company. Page:294 Lachman.dkk,. 2008, Teori dan Praktek Farmasi Industri. Edisi Ketiga, Jakauta UI Press. Hal: 985 Martin, A., et all. (2008). Farmasi Fisik. Jakarta: UI Press. Page 284-285. Syamsuni. (2006), Jin Resep. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG. Hal: 25

Anda mungkin juga menyukai