Anda di halaman 1dari 16

I.

KONSEP TEORI KEPERAWATAN JIWA PADA KASUS ISOLASI


SOSIAL
A. Pengertian
Isolasi sosial atau menarik diri merupakan percobaan untuk
menghindari interaksi dengan orang lain, menghindari hubungan
dengan orang lain (pawin dalam keliat,2011).
Isolasi Sosial atau Menarik diri adalah suatu keadaan pasien yang
mengalami ketidak mampuan untuk mengadakan hubungan dengan
orang lain atau dengan lingkungan di sekitarnya secara wajar.
B. Etiologi
a. Faktor predisposisi
1) Tahap perkembangan
Pada dasarnya kemampuan seseorang untuk berhubungan
sosial berkembang sesuai dengan proses tumbuh kembang
mulai dari usia bayi sampai dewasa lanjut untuk dapat
mengembangkan hubungan sosial yang positif, diharapkan
setiap tahap perkembangan dilalui dengan sukses. sistem
keluarga yang terganggu dapat menunjang perkembangan
respon sosial maladaptif.
2) Faktor biologis
Faktor genetik dapat berperan dalam respon sosial maladaptif
3) Faktor sosialkultur
Isolasi sosial merupakan faktor utama dalam gangguan
berhubungan.
b. Faktor presipitasi
1) Faktor eksternal
Contohnya adalah stresor, sosial budaya,yaitu stres yang
tinggalkan oleh faktor sosial budaya seperti keluarga
2) Faktor internal
Contohnya adalah stresor psikologis, yaitu stress yang terjadi
akibat kecemasan yang berkepanjangan dan terjadi bersamaan
dengan keterbatasan kemampuan individu untuk berpisah

1
untuk mengatasinya.kecemasan ini dapat terjadi akibat
tuntunan untuk berpisah dengan orang terdekat atau tidak
terpenuhinya kebutuhan individu

Ansietas berat yang berkepanjangan terjadi bersamaan dengan


keterbatasan kemampuan untuk mengatasinya. Tuntutan untuk
berpisah dengan orang dekat atau kegagalan orang lain untuk
memenuhi kebutuhan ketergantungan dapat menimbulkan
ansietas tingkat tinggi.
C. Patofisiologi
Salah satu gangguan berhubungan sosial diantaranya perilaku
menarik diri atau isolasi sosial yang disebabkan oleh perasaan tidak
berharga yang bisa dialami pasien dengan latar belakang yang
penuh dengan permasalahan, ketegangan, kekecewaan dan
kecemasan.
Perasaan tidak berharga menyebabkan pasien makin sulit dalam
mengembangkan berhubungan dengan orang lain. Akibatnya
pasien menjadi regresi atau mundur, mengalami penurunan dalam
aktivitas dan berkurangnya perhatian terhadap penampilan dan
kebersian diri. Pasien semakin tenggelam dalam perjalanan
terhadap penampilan dan tingkah laku masa lalu serta tingkah laku
yang sesuai dengan kenyataan, sehingga berakibat lanjut halusinasi
(stuart dan sudden dalam dalami, dkk 2009).
D. Pohon masalah
Perubahan sensori persepsi: halusinasi effect

Isolasi sosial: menarik diri Cor problem

Gangguan Konsep diri : Harga diri rendah Cause

2
E. Manifestasi klinik
Adapun tanda dan gejala isolasi sosial yang ditemukan pada klien
pada saat wawancara biasanya berupa beberapa hal dibawah ini:
 Klien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang
lain
 Klien merasa tidak aman berada dengan orang lain.
 Klien mengatakan hubungan yang tidak berarti dengan orang
lain.
 Klien merasa bosan dan lambat menghabiskan waktu
 Klien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan
 Klien merasa tidak berguna
 Klien tidak yakin dapat melangsungkan hidup

Tanda dan gejala isolasi sosial yang didapat melalui observasi,


antara lain:

 Klien tidak memiliki teman dekat


 Menarik diri
 Tidak komunikatif
 Tindakan berulang dan tidak bermakna
 Asyik dengan pikirannya sendiri
 Tidak ada kontak mata
 Tambah sedih, apatis, afek tumpul
F. Penatalaksanaan
Menurut Dalami, dkk 2009 isolasi sosial termasuk dalam kelompok
penyakit skizofrenia tak tergolongkan maka jenis penatalaksanaan
medis yang bisa dilakukan adalah:
a. Electro convulsive therapy (ECT)
Adalah suatu jenis pengobatan dimana arus listrik digunakan pada
otak dengan menggunakan 2 elektode yang ditempatkan dibagian
tempooral kepala (pelpis kiri dan kanan). Arus tersebut
menimbulkan kejang grand mall yang berlangsung 25-30 detik

3
dengan tujuan terapeutik. Respon bangkitan listriknya diotak
menyebabkan terjadinya perubahan faal dan biokimia dalam otak.
b. Psikoterapi
Membutuhkan waktu yang relatif cukup lama dan merupakan
bagian penting dalam proses terapeutik, upaya dalam psikoterapi
ini meliputi: memberikan rasa aman dan tenang, menciptakan
lingkungan yang terapeutik, bersifat empati, menerima pasien apa
adanya, memotovasi pasien untuk dapat mengungkapkan perasaan
secara verbal, bersikap ramah, dan jujur kepada pasien.
c. Terapi Okupasi
Adalah suatu ilmu dan seni untuk mengarahkan partisipasi
seseorang dalam melaksanakan aktivitas atau tugas yang sengaja
dipilih dengan maksud untuk memperbaiki, memperkuat dan
meningkatkan harga diri seseorang.
G. Pemeriksaan penunjang ( ECT/psikotherapy )
Merupakan pengobatan untuk menurunkan kejang grandial yang
menghaliskan efek samping tetapi dengan menggunakan arus
listrik. Tujuan untuk memperpendek lamanya sziofrenia dan dapat
memperbudah kontak dengan orang lain. Dengan kekuatan 75 –
100 volt. ECT diberikan pada klien dengan indikasi depresi berat
dan terapi obat sebelumnya tidak berhasi, klien akan berisiko
bunuh diri dan skizofrenia akut
H. Komplikasi
Komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada kllien dengan isolasi
sosial antara lain:
1) Defisit perawatan diri
2) Resiko terjadinya gangguan sensori persepsi halusinasi

4
II. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA ISOLASI
SOSIAL
A. Pengkajian

Pengelompokan data pada pengkajian kesehatan jiwa berupa faktor


presipitasi, penilaian stressor , suberkoping yang dimiliki klien. Setiap
melakukan pengajian ,tulis tempat klien dirawat dan tanggal dirawat isi
pengkajian meliputi :

1. Identitas klien
Meliputi nama klien , umur , jenis kelamin , status perkawinan,
agama, tangggal MRS , informan, tangggal pengkajian, No Rumah
klien dan alamat klien.
2. Keluhan utama
Keluhan biasanya berupa menyediri (menghindar dari orang lain)
komunikasi kurang atau tidak ada , berdiam diri dikamar ,menolak
interaksi dengan orang lain ,tidak melakukan kegiatan sehari – hari,
dependen.
3. Factor predisposisi
kehilangan , perpisahan , penolakan orang tua ,harapan orang tua
yang tidak realistis ,kegagalan / frustasi berulang , tekanan dari
kelompok sebaya; perubahan struktur sosial.
Terjadi trauma yang tiba tiba misalnya harus dioperasi , kecelakaan
dicerai suami , putus sekolah ,PHK, perasaan malu karena sesuatu
yang terjadi ( korban perkosaan , tituduh kkn, dipenjara tiba – tiba)
perlakuan orang lain yang tidak menghargai klien/ perasaan negatif
terhadap diri sendiri yang berlangsung lama.
4. Aspek fisik/biologis
Hasil pengukuran tada vital (TD, Nadi, suhu, Pernapasan , TB, BB)
dan keluhafisik yang dialami oleh klien.
5. Aspek Psikososial
a. Genogram yang menggambarkan tiga generasi
b. Konsep diri

5
 Citra tubuh : Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh
yang berubah atau tidak menerima perubahan tubuh yang telah
terjadi atau yang akan terjadi. Menolak penjelasan perubahan
tubuh , persepsi negatip tentang tubuh . Preokupasi dengan
bagia tubuh yang hilang , mengungkapkan keputus asaan,
mengungkapkan ketakutan
 Identitas diri : Ketidak pastian memandang diri , sukar
menetapkan keinginan dan tidak mampu mengambil
keputusan.
 Peran : Berubah atau berhenti fungsi peran yang disebabkan
penyakit , proses menua , putus sekolah, PHK.
 Ideal diri : Mengungkapkan keputus asaan karena
penyakitnya : mengungkapkan keinginan yang terlalu tinggi
 Harga diri : Perasaan malu terhadap diri sendiri , rasa bersalah
terhadap diri sendiri , gangguan hubungan sosial ,
merendahkan martabat , mencederai diri, dan kurang percaya
diri.
a. Klien mempunyai gangguan / hambatan dalam melakukan
hubunga social dengan orang lain terdekat dalam
kehidupan, kelempok yang diikuti dalam masyarakat.
b. Keyakinan klien terhadap Tuhan dan kegiatan untuk
ibadah ( spritual)
 Status mental : Kontak mata klien kurang /tidak dapat
mepertahankan kontak mata , kurang dapat memulai
pembicaraan , klien suka menyendiri dan kurang mampu
berhubungan dengan orang lain , Adanya perasaan
keputusasaan dan kurang berharga dalam    hidup.
 Kebutuhan persiapan pulang
a. Klien mampu menyiapkan dan membersihkan alat makan
b. Klien mampu BAB dan BAK, menggunakan dan
membersihkan WC,   membersikan dan merapikan
pakaian.

6
c. Pada observasi mandi dan cara berpakaian klien terlihat
rapi
d.  Klien dapat melakukan istirahat dan tidur , dapat
beraktivitas didalam dan diluar rumah
e. Klien dapat menjalankan program pengobatan dengan
benar.
 Mekanisme koping : Klien apabila mendapat masalah takut
atau tidak mau menceritakan nya pada orang orang lain( lebih
sering menggunakan koping menarik diri).
 Aspek medik : Terapi yang diterima klien bisa berupa therapy
farmakologi ECT, Psikomotor, therapy okopasional, TAK ,
dan rehabilitas.
B. Diagnosa Keperawatan
a. Isolasi sosial menarik diri b.d harga diri rendah

7
Rencana Tindakan Keperawatan
Isolasi Sosial: Menarik Diri

DIAGNOSA PERENCANAAN
KEPERAWATAN Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi Rasional
(TUK/TUM)
Isolasi sosial TUM: 1. Setelah 1 x interaksi, klien 1.2 Bina hubungan saling percaya dengan Membina hubungan
Klien dapat menunjukkan tanda-tanda mengemukakan prinsip komunikasi saling percaya dengan
berinteraksi dengan percaya kepada perawat: terapeutik: klien. Kontak yang
orang lain. a. Ekspresi wajah cerah, a. Mengucapkan salam terapeutik. jujur, singkat, dan
TUK 1: tersenyum Sapa klien dengan ramah, baik konsisten dengan peraw
Klien dapat b. Mau berkenalan verbal ataupun non verbal. at dapat membantu
membina hubungan c. Ada kontak mata b. Berjabat tangan dengan klien. klien membina kembali
saling percaya d. Bersedia menceritakan c. Perkenalkan diri dengan sopan. interaksi penuh percya
perasaan d. Tanyakan nama lengkap klien dan dengan orang lain.
e. Bersedia mengungkapkan nama panggilan yang disukai klien.
masalah e. Jelaskan tujuan pertemuan.
f. Membuat kontrak topik, waktu, dan
tempat setiap kali bertemu klien.

8
g. Tujukkan sikap empati dan
menerima klien apa adanya.
h. Beri perhatian kepada klien dan
perhatian kebutuhan dasar klien.
TUK 2: Kriteria Evaluasi: 2.1 Tanyakan pada klien tentang: Dengan mengetahui tan
Klien mampu 1. Klien dapat menyebutkan a. Orang yang tinggal serumah atau da dan gejala isolasi
menyebutkan minimal satu penyebab sekamar dengan klien. sosial yang muncul, per
penyebab isolasi isolasi sosial. Penyebab b. Orang yang paling dekat dengan klien awat dapat menentukan 
sosial munculnya isolasi sosial; diri dirumah atau ruang perawatan. langkah intervensi selan
sendiri, orang lain, dan c. Hal apa yang membuat klien dekat jutnya.
lingkungan. dengan orang tersebut.
d. Orang yang tidak dekat dengan klien,
baik dirumah atau diruang perawatan.
e. Apa yang membuat klien tidak dekat
dengan orang tersebut.
f. Upaya yang sudah dilakukan agar
dekat dengan orang lain.
2.2 Diskusikan dengan klien penyebab
isolasi sosial atau tidak mau bergaul

9
dengan orang lain.
2.3 beri pujian terhadap kemampuan klien
dalam mengungkapkan perasaan.
TUK 3: Kriteria Evaluasi: 3.1 Tanyakan kepada klien tentang: Perbedaan  seputar
Klien mampu  meny 1. Klien dapat menyebutkan a. manfaat hubungan sosial. manfaat hubungan
ebutkan keuntungan keuntungan dalam b. kerugian isolasi sosial. sosial dan kerugian
berhubungan sosial berhubungan sosial, seperti: 3.2 Diskusikan bersama klien tentang isolasi sosial membantu
dan kerugian dari a. Banyak teman manfaat berhubungan sosial dan kerugian klien mengidentifikasi
isolasi sosial b. Tidak kesepian isolasi sosial. apa yang terjadi pada
c. Bisa diskusi 3.3 Beri pujian terhadap kemampuan klien dirinya, Sehingga dapat
d. Saling menolong dalam mengungkapkan perasaannya. diambil langkah untuk
2. Klien dapat menyebutkan mengatasi masalah ini.
kerugian menarik diri, seperi:
a. Sendiri Penguatan (reinforceme
b. Kesepian t) dapat membantu
c. Tidak bisa diskusi meningkatkan harga
diri klien.
TUK 4: Kriteria evaluasi: a. Observasi perilaku klien ketika Kehadiran orang yang
Klien dapat 1. Klien dapat melaksanakan berhubungan sosial. dapat dipercaya
melaksanakan hubungan sosial secara b. Jelaskan kepada klien cara berinteraksi memberi klien rasa

10
hubungan sosial bertahap dengan: dengan orang lain. aman dan terlindungi.
secara bertahap. a. Perawat c. Berikan contoh cara berbicara dengan
b. Perawat lain orang lain. Setelah dapat berinterak
c. Klien lain d. Beri kesempatan klien mempraktikkan si dengan orang lain
d. Keluarga cara berinteraksi dengan orang lain yang dan memberi kesempata
e. Kelompok dilakukan dihadapan perawat. n  klien dalam mengikut
e. Bantu klien berinteraksi dengan satu i aktivitas kelompok,
orang, teman, atau anggota keluarga. klien merasa lebih
f. Bila klien sudah menunjukkan kemajuan, berguna dan rasa
tingkatkan jumlah interaksi dengan dua, percaya diri klien dapat
tiga, empat orang dan seterusnya. tumbuh kembali.
g. Beri pujian untuk setiap kemajuan
interaksi yang telah dilakukan oleh klien.
h. Latih klien bercakap-cakap dengan
anggota keluarga daat melakukan
kegiatan harian dan kegiatan rumah
tangga.
i. Latih klien bercakap-cakap saat
melakukan kegiatan sosial misalnya:

11
belanja ke warung, ke pasar, ke kantor
pos, ke bank, dan lain-lain.
j. Siap medengarkan ekspresi perasaan
klien setelah berinteraksi dengan orang
lain. Mungkin klien akan
mengungkapkan keberhasilan atau
kegagalannnya. Beridorongan terus-
menerus agar klien tetap semangat
meningkatkan interaksinya.
TUK 5: Kriteria Evaluasi: 5.1 Diskusikan dengan klien tentang Ketika klien merasa
Klien mampu 1. Klien dapat menjelaskan perasaannya setelah berhubungan sosial dirinya lebih baik dan
menjelaskan perasaannya setelah dengan: mempunyai makna, inte
perasaannya setelah berhubungan sosial dengan: a. Orang lain raksi sosial dengan
berhubungan sosial. a. Orang lain b. Kelompok orang lain dapat ditingk
b. Kelompok 5.2 Beri pujian terhadap kemampuan klien atkan.
mengungkapkan perasaannya,

TUK 6: Kriteria Evaluasi: 6.1Diskusikan pentingya peran serta keluarga Dukungan dari keluarga
Klien mendapat Keluarga dapat menjelaskan sebagai pendukung untuk mengatasi merupakan bagian penti
dukungan keluarga tentang: perilaku isolasi sosial. ng dari rehabilitasi

12
dalam memperluas 1. Isolasi sosial beserta tanda 6.2Diskusikan potensi keluarga untuk klien.
hubungan sosial. dan gejalanya. membantu klien mengatasi perilaku
2. Penyebab dan akibat isolasi isolasi sosial.
sosial. 6.3 Jelaskan pada keluarga tentang:
3. Cara merawat klien menarik a. isolasi sosial beserta tanda dan
diri. gejalanya.
b. Penyebab dan akibat isolasi sosial.
c. Cara merawat klien isolasi sosial.
6.4 Latih keluarga cara merawatkan klien
isolasi sosial.
6.5 Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan.
6.6 Beri motivasi keluarga agar membantu
klien untuk bersosialisasi.
6.7 Beri pujian kepada keluarga atas
keterlibtannya merawat klien dirumah
sakit.
TUK 7: Kriteria Evaluasi: 7.1 Diskusikan dengan klien tentang manfaat Membantu dalam meni
Klien dapat Klien bisa menyebutkan: dan kerugian tidak minimum obat, naam, ngkatkan perasaan kend

13
memanfaatkan obat a. Manfaat minimum obat warna, dosis, cara, efek terapi, dan efek ali dan keterlibatan
dengan baik. b. Kerugian yang ditimbulkan samping penggunaan obat. dalam perawatan keseh
akibat tidak minimum obat. 7.2 Pantau klien pada saat penggunaan obat. atan klien.
c. Nama, warna, dosis, efek 7.3 Berikan pujian kepada klien jika klien
terapi, dan efek samping menggunakan obat dengan benar.
obat. 7.4 Diskusiakn akibat berhenti minum obat
d. Akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi.
tanpa konsultasi dokter. 7.5 Anjurkan klien untuk konsultasi dengan
dokter atau perawat jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan.

14
C. Evaluasi
Evaluasi adalah proses yang berkelenjutan untuk menilai efek dari
tindakan keperawatan pada klien. Evaluasi dilaksanakan terus menerus
pada respon klien terhadap tindakan keperawatan yang telah dilaksanakan.
Evaluasi dapat dibagi jadi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif
dilakukan setiap selesai melaksanakan tindakan.

Evaluasi hasil atau sumatif dilakukan dengan membandingkan respon


klien.

Evaluasi dapat dapat dilakukan dengan menggunakan pendekatan


SOAP, sebagai pola fikir.

S = respon subyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang


telah dilaksanakan.

O = respon obyektif klien terhadap tindakan keperawatan yang telah


dilaksanakan.

A = analisa ulang atas data subyektif dan obyektif untuk menyimpulkan


apakah masalah masih tetap atau muncul masalah baru atau ada data yang
kontradiksi dengan masalah yang ada.

P = perencanaan atau tindak lanjut berdasarkan hasil analisa pada respon


klien.

Rencana tindak lanjut dapat berupa :

a. Rencana teruskan, jika masalah tidak berubah.


b. Rencana di modifikasi jika masalah tetap, semua tindakan sudah
dijalankan tetapi hasil belum memuaskan.
c. Rencana dibatalkan jika ditemukan masalah baru dan bertolak belakang
dengan masalah yang ada serta diagnosa lama dibatalkan. (Stuart dan
Laria, 2005).

15
DAFTAR PUSTAKA

Sutejo. 2011. Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Pustaka Baru Press


Prabowo, Eko. 2014. Konsep &N Aplikasi Asuhan Keperawatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Keliat. B.A. 2006. Proses Keperawatan Jiwa. Jakarta : EGC

Perry, Potter. 2005 . Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Jakarta : EGC

Rasmun S. Kep. M 2004. Seres Kopino dan Adaptasir Toors dan Pohon Masalah
Keperawatan. Jakarta : CV Sagung Seto.

16

Anda mungkin juga menyukai