Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

TOWARD AN AUDITING PHILOSOPHY

Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Auditing and Assurances

Oleh :

Yusridar 196020302011005

PROGRAM STUDI MAGISTER AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS BRAWIJAYA

2020
BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Banyak yang berfikir bahwa audit sebagai ilmu praktis, sebagai lawan ilmu teoritis,

subjek. Bagi mereka audit adalah serangkaianpraktik dan prosedur, metode dan teknik, cara

melakukan dengan sedikit kebutuhan untuk penjelasan, deskripsi, rekonsiliasi, dan argumen,

begitu sring dinyatakan sebagai teoritis.

Pemahaman dalam teori auditing membantu kita dalam mencari pemecahan yang

masuk akal atas berbagai permaslaahan yang sedang dihadapi oleh profesi auditor. Akan

tetapi sampai saat ini literatur yang membahas teori auditing belum sebanyak lteratur yang

membahas disiplin ilmu akuntansi. Audit datang sebagai hukum dengan bentuk dan prosedur

yang ditentukan. Dengan demikian auditor didorong untuk melakukan investigasi dengan

landasan standar atu model yang telah ada.

B. Rumusan Masalah

Untuk membatasi ruang lingkup dalam penulisan makalah ini maka penulih hanya

menulis mengenai penjelasan tentang menuju filosopi audit yang akan di bahas oleh penulis

dalam makalah ini.

C. Tujuan Penulisan

Tujuan penulisan dalam makalah ini adalah untuk memenuhi kewajiban selaku

mahasiswa dalam menyelesaikan tugas yang di berikan oleh dosen pengampu mata kuliah

auditing and assurance. Selain itu juga penulis bertujuan untuk menambah wawasan

mengenai philosofi audit dan bagaimana pendekatan tahap tahap audit berkembang.
BAB II

TOWARD AN AUDITING PHILOSOPHY

Auditing sebagai rangkaian praktek dan prosedur, metode dan teknik, suatu cara yang hanya

sedikit butuh penjelasan, diskripsi, rekonsiliasi dan argumen yang biasanya menggumpal sebagai teori

(R.K Mautz,Husaina Sharaf ;1993)

A. Masalah yang belum terpecahkan dalam pengauditan (Unsolved Problem in Auditing)

Banyak yang berpikir bahwa audit sebagai ilmu praktis, sebagai lawan ilmu teoritis, subjek.

Bagi mereka, audit adalah serangkaian praktik dan prosedur, metode dan teknik, cara melakukan

dengan sedikit kebutuhan untuk penjelasan, deskripsi, rekonsiliasi, dan argumen begitu sering

disatukan sebagai "teoritis".

Pemahaman akan teori auditing membantu kita dalam mencari jalan pemecahan yang masuk

akal atas berbagai permasalahan yang sedang dihadapi oleh profesi auditor. Akan tetapi, sampai

saat ini, literatur yang membahas tentang teori auditing belum sebanyak literatur yang membahas

disiplin ilmu akuntansi. Jika dibandingkan dengan teori di bidang akuntansi maka akan nyata

terlihat bahwa auditing sangat ketinggalan jauh. Ini merupakan tantangan tersendiri bagi para

praktisi maupun pemikir ilmu auditing. Untuk mencegah argumen bahwa diskusi teori auditing

kurang karena tidak ada teori seperti itu, beberapa ilustrasi dapat dikutip yang menunjukkan

bahwa audit dikembangkan sebagai prosedur pemeriksaan rinci, di mana teori tampaknya tidak

perlu dan tidak diinginkan. Audit datang sebagai hukum dengan bentuk dan prosedur yang

ditentukan. Dengan demikian auditor didorong hanya untuk melakukan investigasi dengan

landasan standar atau model yang telah ada.

B. Tujuan Teori (Purpose Of Theory)

Auditing seharusnya bukan hanya sekadar untaian praktik, prosedur, metode, dan teknik yang

tidak memerlukan uraian, penjelasan, dan argumentasi ilmiah yang kita kenalsebagai teori. Akan

tetapi auditing merupakan disiplin tersendiri yang mengandung teori-teori. Fungsi

profesionalisme dalam audting diakui, lalu mendapatkan kewenangan dan kepercayaan publik,

karena teori-teori akan menjadi penuntun bagi langkah-langkah kegiatannya, dan etika perilaku
akan membatasinya dalam penerapan teori-teori tersebut untuk tujuan yang baik dan bermanfaat

bagi masyarakat.

Bagi auditing, eksistensi teori akan bermanfaat sebagai landasan berpijakyang menawarkan

penjelasan, baik dukungan ataupun pengingkaran terhadap standar, praktik, metode, prosedur,

atau teknik-teknik yang ada dalam auditing. Teori auditing juga akan menjadi penuntun bagi

pengembangan, penciptaan, dan inovasi terhadap standar, praktik, prosedur, metode, maupun

teknik auditing yang baru. Tidak hanya itu,teori auditing memiliki peranan yang kritis dalam

mempertahankan auditing sebagai profesi tersendiri.

Berikut ini adalah beberapa jawaban terhadap pertanyaan tentang mengapa wilayah teoretis

dari auditing perlu dipikirkan dan dikembangkan:

1. Teori auditing akan membantu kemandirian auditing sebagai ilmu ataudisiplin yang berdiri

sendiri.

2. Teori auditing dapat memampukan auditing untuk menjelaskan dengan baik domain yang

menjadi wilayah tugasnya.

3. Teori auditing seyogyanya dapat memperjelas tujuan pokok auditing.

4. Teori auditing dapat menyediakan kerangka dasar bagi pengembangan auditing.

5. Teori auditing dapat memperkokoh auditing sebagai profesi yang melayani kepentingan

masyarakat dengan berlandaskan pada pendekatan ilmiah.

6. Teori auditing memberi acuan bagi evaluasi standar dan praktik auditing, apakah standar dan

praktik telah sesuai dan tidak bertentangan dengan tujuan auditing itu sendiri.

Dengan bermodalkan standar dan praktik, tanpa kerangka teori, auditing dapat tersingkirkan

dengan mudah dan akan kehilangan validitasnya karena pasar akan menentukan apa yang

bermanfaat dan apa yang harus disisihkan. Tanpa landasan ilmiah yang jelas, auditing bisa

kehilangan masa depannya. Apabila auditing diangkat dalam tingkatan“beyond the standards”

atau supra-standar, kita tidak saja menyediakandiri untuk memetik kesempatan dalam ambang

pelayanan kepada publik,tetapi kita pun akan lebih mampu mencegah kebingungan dan

mengurangi kadar kesalahan yang tidak searah dengan tujuan auditing itu sendiri.
C. Pendekatan Filosofi (The Philosophical Approach)

Pendekatan filosofi mempunyai empat karakteristik, yaitu:

1. Komprehensif,

Menyiratkan adanya pemahaman secara menyeluruh. Berhubung seorang filsuf

berminat untuk memahami kehidupan manusia dalam arti yang luas, maka ia

menggunakan konsep-konsep generalisasi seperti “perihal (matter), pikiran (mind),

bentuk (form), entitas, dan proses,” yang komprehensif dalam artian bahwa kesemuanya

ini diterapkan terhadap keseluruhan lingkup pengalaman manusia. Jika diterapkan dalam

auditing, kita harus mencari ide yang cukup umum dalam disiplin auditing. Hal ini

mengarahkan kita untuk mempertimbangkan konsep–konsep umum seperti pembuktian

(evidencing), kecermatan profesi (professional due care), keterungkapan (disclosure), dan

independensi. Studi terhadap konsep-konsep yang bersifat umum tersebut mengarahkan

kita pada pengembangan body of knowledge yang komprehensif dan koheren yang

didasari atas interpretasi auditing sebagai suatu disiplin ilmu yang secara sosial

bermanfaat.

2. Perspektif

Sebagai suatu komponen dari pendekatan filosofi, mengharuskan kita untuk

meluaskan pandangan untuk menangkap arti penting dari benda-benda. Jika hal ini

diterapkan pada pengembangan filosofi auditing, kita akan melihat kebutuhan akan

pengesampingan kepentingan pribadi.

3. Insight

Elemen ketiga dari pendekatan filosofi, menekankan dalamnya penyelidikan yang

diusulkan. Pencarian wawasan filosofi adalah jalan lain untuk mengatakan bahwa filsuf

berupaya untuk mengungkapkan asumsi dasar yang mendasari pandangan manusia akan

setiap gejala kehidupan alam. Asumsi dasar dimaksud sesungguhnya merupakan dasar

atau alasan manusia untuk berbuat, walaupun alasan itu cenderung atau acap kali

tersembunyi sehingga tingkat kepentingannya tidak dikenali.


4. Vision

Menunjukkan jalan yang memungkinkan manusia berpikir dalam kerangka yang

sempit ke kemampuan untuk memandang gejala dalam kerangka yang lebih luas, ideal,

dan imajinatif(conceived).

D. Metode Filosofi (The Method Of Philosophy)

Sebagaimana setiap bidang ilmu yang mempunyai metode studimasing-masing, filosofi juga

memiliki metode atau tradisi dalamdiskursusnya. Dari pendekatan tradisional yang dikenal dalam

bidangstudi filosofi, kita mengenal adanya metode analitis dan valuasi yang dapat digunakan

dalam pengembangan teori auditing. Auditing berkaitan dengan perwujudan tanggung jawab

sosial dan perilaku etis (ethical conduct), di samping kepentingannya dengan pengumpulan dan

evaluasi bukti. Jadi, masing-masing dari metode ini mempunyai tempat tersendiri dalam auditing.

Pendekatan-pendekatan ini dijelaskansebagai berikut:

1. Pendekatan analitis

Sikap filosofis berupaya merefleksikan sikap kritis dan analitis terhadap ide-ide maupun

gagasan yang selama ini diterima begitu saja oleh sebagian orang. Pendekatan analitis tertarik

akan ketegasan dan ketepatan dalam berpikir, terutama dengan menggunakan teknik logika.

2. Pendekatan penilaian (valuation approach)

Ada dua di antara beberapa jenis penilaian, yakni moral dan etika. Dengan pendekatan

ini, dicari jawaban terhadap bagaimana sebaiknya seseorang berbuat, dan prinsip apa yang

semestinya digunakan untuk mengarahkan tindakan manusia.

Auditing memanfaatkan pendekatan analitis maupun pendekatan valuation. Sebagai contoh,

pertimbangan (judgment) dalam audit tergantung pada kualitas dari keyakinan yang diperoleh

melalui pengumpulan dan pengembangan bukti-bukti. Sementara itu, pengumpulan dan

pengembangan bukti-bukti dimaksud memerlukan upaya analisis atas fakta-fakta yang terjadi

yang melatar belakangi asersi yang sedang diaudit. Keyakinan hanya dapat didukung atas dasar

sejauh mana seorang auditor dapat menjelaskannya dari bukti-bukti yang berhasil diurai. Makin
kuat penguraiannya, maka makin kuat pembuktiannya, dan karenanya simpulan (judgment) yang

diambilakan semakin handal.

Demikian pula halnya dengan peranan nilai moral dan etis dalam audit sebagai konsekuensi

kehormatan (privilege) yang diperolehnya darimasyarakat. Standar nilai moral dan etis

selanjutnya akan menjadi pengendalinya. Jadi, penerapan pendekatan valuation menekankan

bahwa filosofi dari auditing tidak hanya mencakup pentingnya kegiatan analitis, melainkan juga

mempunyai implikasi sosial.

Secara filosofis, auditing tidak hanya menyajikan kepada parapemakai mengenai informasi

yang dibutuhkan untuk melakukan tindakan. Akan tetapi, auditing juga merangsang setiap yang

berkepentingan untuk bertindak, memberi inspirasi dan mendefinisikan tujuan yang harus

dicapai.

E. Auditing Sebagai Suatu Disiplin Ilmu

Terdapat beberapa pemikiran yang salah mengenai auditing, banyak orang berpendapat

bahwa auditing merupkan bagian dari akuntansi, hal ini terjadi karena auditor juga dikenal

sebagai akuntan. Terdapat perbedaaan dalam cara kerja dan metodologi antara auditing dan

akuntansi. Hubungan antara kedua disiplin ini sangat dekat karena objeknya sama. Dalam

akuntansi yang dilakukan adalah mengumpulkan, mengolongkan, rangkuaman serta komunikasi

dari suatu data keuangan. Sedangkan auditing tidak mengkomunikasikan data akan tetapi untuk

mereview, mengukur apakah sudah tepat dalam penyajiannya.

Auditing dan akuntansi saling melengkapi, meskipun objek dari disiplin ini sama akan tetapi

fungsi dan pendekatannya berbeda. Dalam melakukan auditing seorang auditor harus menjadi

akuntan yang handal sehingga dapat melaksanakan tugasnya dengan baik. Auditing berhubungan

dengan verifikasi data keuangan bertujuan untuk menilai penyajian dari data keuangan apakah

sudah sesuai dengan kondisi saat ini. Verifikasi yang dilakukan ini membutuhkan teknik aplikasi

dan metode pembuktian.

Dalam penerapannya, teknik yang digunakan dalam auditing dapat dijuga digunakan dalam

disiplin ilmu yang lain. Salah satu contoh adalah :


1. Auditing berkaitan terhadap bukti

Salah satu fungsi auditing adalah verifikasi, sehingga diperlukan penelusuran yang cukup

terhadap bukti yang ada untuk mendukung adanya suatu pendapat.

2. Auditing berkaitan terhadap sampling.

Sampling erat kaitannya dengan statistik, tetapi dalam kaitannya dengan teknik sampling

auditing harus disesuaikan dengan karakteristik data keuangan sehingga dapat diperoleh data

yang sesuai.

Dalam auditing terdapat konsep yang tidak diadopsi dari disiplin ilmu yang lain yaitu

independen. Seleksi, modifikasi dan integrasi merupakan suatu ide yang juga diterapkan

disiplin ilmu lain dalam auditing juga ditambahkan pengembangan konsep dan metodologi.

Auditing dapat juga disebut sebagai disiplin ilmu terapan (applied discipline). Hal ini karena

dalam auditing terdapat prinsip atau juga teori dasar dari disiplin ilmu yang lain yang

diterapkan di auditing, akan tetapi auditing sebagai ilmu terapan juga mempunyai

karakteristik tersendiri yang berbeda dengan yang lain.

Anda mungkin juga menyukai