Nomor PDM/
Terbit
No.Revisi
Mulaiberlaku
Disahkan
oleh
Kepala UPTD
Puskesmas Susukan
Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus 2 (SARS-CoV-2). SARS-CoV-2
merupakan coronavirus jenis baru yang belum pernah diidentifikasi sebelumnya pada
manusia. Ada setidaknya dua jenis coronavirus yang diketahui menyebabkan penyakit
yang dapat menimbulkan gejala berat seperti Middle East Respiratory Syndrome
(MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Tanda dan gejala umum
infeksi COVID-19 antara lain gejala gangguan pernapasan akut seperti demam, batuk
dan sesak napas. Masa inkubasi rata-rata 5-6 hari dengan masa inkubasi terpanjang 14
hari. Pada kasus COVID-19 yang berat dapat menyebabkan pneumonia, sindrom
pernapasan akut, gagal ginjal, dan bahkan kematian.
Berkaitan dengan kebijakan penanggulangan wabah penyakit menular, Indonesia telah
memiliki Undang-Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular,
Peraturan Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penangulangan Wabah Penyakit
Menular, dan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 1501/Menkes/Per/X/2010 tentang
Jenis Penyakit Menular Tertentu Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangan. Untuk itu dalam rangka upaya penanggulangan dini wabah COVID-
19, Menteri Kesehatan telah mengeluarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor
HK.01.07/MENKES/104/2020 tentang Penetapan Infeksi Novel Coronavirus (Infeksi
2019-nCoV) sebagai Jenis Penyakit Yang Dapat Menimbulkan Wabah dan Upaya
Penanggulangannya. Penetapan didasari oleh pertimbangan bahwa Infeksi Novel
Coronavirus (Infeksi 2019-nCoV) telah dinyatakan WHO sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia (KKMMD)/Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC). Selain itu meluasnya penyebaran COVID-19 ke berbagai negara
dengan risiko penyebaran ke Indonesia terkait dengan mobilitas
Peningkatan jumlah kasus berlangsung cukup cepat, dan menyebar ke berbagai negara
dalam waktu singkat. Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020, WHO melaporkan
11.84.226 kasus konfirmasi dengan 545.481 kematian di seluruh dunia (Case
Fatality Rate/CFR 4,6%). Indonesia melaporkan kasus pertama pada tanggal 2 Maret
2020. Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di seluruh wilayah Indonesia.
Sampai dengan tanggal 9 Juli 2020 Kementerian Kesehatan melaporkan 70.736 kasus
konfirmasi COVID-19 dengan 3.417 kasus meninggal (CFR 4,8%).
Dilihat dari situasi penyebaran COVID-19 yang sudah hampir menjangkau seluruh
wilayah provinsi di Indonesia dengan jumlah kasus dan/atau jumlah kematian semakin
meningkat dan berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial, budaya, pertahanan dan
keamanan, serta kesejahteraan masyarakat di Indonesia, Pemerintah Indonesia telah
menetapkan Keputusan Presiden Nomor 11 Tahun 2020 tentang Penetapan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Keputusan
Presiden tersebut menetapkan COVID-19 sebagai jenis penyakit yang menimbulkan
Kedaruratan Kesehatan Masyarakat (KKM) dan menetapkan KKM COVID-19 di
Indonesia yang wajib dilakukan upaya penanggulangan sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan. Selain itu, atas pertimbangan penyebaran COVID-19 berdampak
pada meningkatnya jumlah korban dan kerugian harta benda, meluasnya cakupan
wilayah terdampak, serta menimbulkan implikasi pada aspek sosial ekonomi yang luas di
Indonesia, telah dikeluarkan juga Keputusan Presiden Nomor 12 Tahun 2020 tentang
Penetapan Bencana Nonalam Penyebaran Corona Virus Disease 2019 (COVID-19)
Sebagai Bencana Nasional.
Penanggulangan KKM dilakukan melalui penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan baik
di pintu masuk maupun di wilayah. Dalam penyelenggaraan kekarantinaan kesehatan di
wilayah, setelah dilakukan kajian yang cukup komprehensif Indonesia mengambil
kebijakan untuk melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang pada
prinsipnya dilaksanakan untuk menekan penyebaran COVID- 19 semakin meluas,
didasarkan pada pertimbangan epidemiologis, besarnya ancaman, efektifitas, dukungan
sumber daya, teknis operasional, pertimbangan politik, ekonomi, sosial, budaya,
pertahanan dan keamanan. Pengaturan PSBB ditetapkan melalui Peraturan Pemerintah
Nomor 21 Tahun 2020 tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka
Percepatan Penanganan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19), dan secara teknis
dijabarkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 9 Tahun 2020 tentang Pedoman
Pembatasan Sosial Berskala Besar Dalam Rangka Percepatan.
Sampai saat ini, situasi COVID-19 di tingkat global maupun nasional masih dalam risiko
sangat tinggi. Selama pengembangan vaksin masih dalam proses, dunia dihadapkan
pada kenyataan untuk mempersiapkan diri hidup berdampingan dengan COVID-19. Oleh
karenanya diperlukan pedoman dalam upaya pencegahan dan pengendalian COVID-19
untuk memberikan panduan bagi petugas kesehatan agar tetap sehat, aman, dan
produktif, dan seluruh penduduk Indonesia mendapatkan pelayanan yang sesuai
standar. Pedoman pencegahan dan pengendalian COVID-19 disusun berdasarkan
rekomendasi WHO yang disesuaikan dengan perkembangan pandemi COVID-19, dan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.
B. Tujuan Pedoman
1. Tujuan Umum
Melaksanakan pencegahan dan pengendalian COVID-19 di Kecamatan Susukan.
2. Tujuan Khusus
Memahami strategi dan indikator penanggulangan
Melaksanakan surveilans epidemiologi
Melaksanakan diagnosis laboratorium
Melaksanakan manajemen klinis
Melaksanakan pencegahan dan pengendalian penularan
Melaksanakan komunikasi risiko dan pemberdayaan masyarakat
Melaksanakan penyediaan sumber daya
Melaksanakan pelayanan kesehatan esensial
1. Kasus Suspek
Seseorang yang memiliki salah satu dari kriteria berikut:
Orang dengan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA)* DAN pada 14 hari terakhir
sebelum timbul gejala memiliki riwayat perjalanan atau tinggal di negara/wilayah
Indonesia yang melaporkan transmisi lokal**.
Orang dengan salah satu gejala/tanda ISPA* DAN pada 14 hari terakhir sebelum timbul
gejala memiliki riwayat kontak dengan kasus konfirmasi/probable COVID-19.
Orang dengan ISPA berat/pneumonia berat*** yang membutuhkan perawatan di rumah
sakit DAN tidak ada penyebab lain berdasarkan gambaran klinis yang meyakinkan.
Catatan:
2. Kasus Probable
Kasus suspek dengan ISPA Berat/ARDS***/meninggal dengan gambaran klinis yang
meyakinkan COVID-19 DAN belum ada hasil pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
3. Kasus Konfirmasi
Seseorang yang dinyatakan positif terinfeksi virus COVID-19 yang dibuktikan dengan
pemeriksaan laboratorium RT-PCR.
Kasus konfirmasi dibagi menjadi 2:
Kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik)
Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik)
4. Kontak Erat
Orang yang memiliki riwayat kontak dengan kasus probable atau konfirmasi COVID-19.
Riwayat kontak yang dimaksud antara lain:
Kontak tatap muka/berdekatan dengan kasus probable atau kasus konfirmasi dalam radius
1 meter dan dalam jangka waktu 15 menit atau lebih.
Sentuhan fisik langsung dengan kasus probable atau konfirmasi (seperti bersalaman,
berpegangan tangan, dan lain-lain).
Orang yang memberikan perawatan langsung terhadap kasus probable
atau konfirmasi tanpa menggunakan APD yang sesuai standar.
Situasi lainnya yang mengindikasikan adanya kontak berdasarkan penilaian risiko lokal
yang ditetapkan oleh tim penyelidikan epidemiologi setempat (penjelasan sebagaimana
terlampir).
Pada kasus probable atau konfirmasi yang bergejala (simptomatik), untuk menemukan
kontak erat periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum kasus timbul gejala dan hingga 14
hari setelah kasus timbul gejala.
Pada kasus konfirmasi yang tidak bergejala (asimptomatik), untuk menemukan kontak erat
periode kontak dihitung dari 2 hari sebelum dan 14 hari setelah tanggal pengambilan
spesimen kasus konfirmasi.
5. Pelaku Perjalanan
Seseorang yang melakukan perjalanan dari dalam negeri (domestik) maupun luar negeri
pada 14 hari terakhir.
6. Discarded
Discarded apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
Seseorang dengan status kasus suspek dengan hasil pemeriksaan RT- PCR 2 kali negatif
selama 2 hari berturut-turut dengan selang waktu >24 jam.
Seseorang dengan status kontak erat yang telah menyelesaikan masa karantina selama
14 hari.
7.Selesai Isolasi
Selesai isolasi apabila memenuhi salah satu kriteria berikut:
Kasus konfirmasi tanpa gejala (asimptomatik) yang tidak dilakukan pemeriksaan follow
up RT-PCR dengan ditambah 10 hari isolasi mandiri sejak pengambilan spesimen
diagnosis konfirmasi. Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang
tidak dilakukan pemeriksaan follow up RT-PCR dihitung 10 hari sejak tanggal onset
dengan ditambah minimal 3 hari setelah tidak lagi menunjukkan gejala demam dan
gangguan pernapasan.
Kasus probable/kasus konfirmasi dengan gejala (simptomatik) yang mendapatkan hasil
pemeriksaan follow up RT-PCR 1 kali negatif, dengan ditambah minimal 3 hari setelah
tidak lagi menunjukkan gejala demam dan gangguan pernapasan.
Ketentuan lebih lanjut mengenai kriteria selesai isolasi pada kasus probable/kasus
konfirmasi dapat dilihat dalam Bab Manajemen Klinis
8. Kematian
Kematian COVID-19 untuk kepentingan surveilans adalah kasus konfirmasi/probable
COVID-19 yang meninggal.
9. KLB
Jika ditemukan satu kasus konfirmasi COVID-19 di suatu daerah maka dinyatakan sebagai
KLB di daerah tersebut
Denah Ruang
Denah Puskesmas Susukan Lantai 1 1
2
Timur
TERAS UGD
W GARA
C BED 1 SI
W UGD AMBU
C LANCE
GUDA BED 1
LABO NG
KIA LOKET UGD
RAT OBAT
APOTEK
SEKRET
AULA PUSKESMAS ARIAT
TIM
MUSHOLA
MUTU
R R.STERI
. LISASI
A
S
I R. R.ANGGRE
PERSALI K1 W
NAN R.ME C R.
R.MEL
LATI W DA
R.P.PER R.ANGGRE ATI 1
1 C PU
SALINA K2
W
R
N
GUDAN C
R.JAGA R.MA T.S
G R.MA W
PERAWAT WAR C ET
INFUS WAR 1
w cuci 2 LA
RIK
U
c N A
T. D
GUDAN MU W R
G SH U Y
KASUR OL DH
A WU
C R.T
B
Denah Puskesmas Susukan Lantai 2
GU
GU DA WC
GUD GUD R.KO
DA NG R.KA.T
ANG ANG NSUL WC
NG BH U Timur
P
GUD r
ANG
W R.TAM
C U
W
C
R. R.KAP
R.KEUANGAN R.ADM IMUNI R. IVA US
SASI
Keterangan
Kotak yang berwarna merah adalah ruangan yang dibuat atau dialihfungsikan selama covid
19 sebagai
Simbol no 1 adalah Ruang untuk desinfeksi petugas perujuk suspect,probable,dan pasien
terkonfirmasi,serta petugas tracing kontak erat
Simbol no 2 adalah ruang screening awal pasien.
Simbol biru adalah penambahan wastafel dengan air mengalir, dilengkapi sarana cuci
tangan
Ruang Gudang Obat dijebol dan dijadikan satu dengan ruang tunggu agar physical
distancing terjaga
Ruang Sekretariat Mutu dialih fungsikan untuk tempat penyimpanan APD Tim Tanggap
covid dan tempat ganti pakaian untuk karyawan serta untuk tempat pemakaian APD
Standar Fasilitas
Pada saat Pandemi covid 19 ada standar baru yang ditetapkan oleh kepala puskesmas
diantaranya Penambahan sarana pencegahan pengendalian infeksi untuk beberapa unit
pelayanan diantaranya
N NAMA JENIS SARANA DAN FUNGSI PENANGGUNG
O KEGIATA PRASARANA JAWAB
N
1 Tempat Wastafel,Air CTPS semua Bagian
CTPS mengalir,sabun,tissue,tempa pasien dan Sarpras,Kesling,PP
t sampah injak karyawan I
yang akan
masuk ke
dalam
puskesmas
Susukan
2 Screening Termogun 1. Untuk PJ UKP
awal Form screening deteksi awal PPI
Pasien Masker pasien yang
Nomor antrean pendaftaran suhu 37
keatas akan
diarahkan ke
tempat
pelayanan di
UGD
2. Untuk
mengecek
kepatuhan
pasien
memakai
masker, jika
ada yang tidak
pakai masker,
dilakukan
edukasi dan
diberi masker
3. Nomor
antrean
pendaftaran
disiapkan
sampai
dengan 20
nomor,
dengan
harapan
pasien tidak
berkerumun
3 Ruang 1.Kursi tunggu ditata Untuk PJ UKP, CS,PPI
Tunggu sedemikian hingga ada jarak menerapkan
Pasien 1 meter atas pasien, dan physical
petugas ditempat ini ada 1 distancing
yang bertugas untuk
mengatur tempat duduk, dan
mencegah pasien
berkerumun
4 Tracer 1. Form Laporan 1. untuk Ketua Tim, PPI
Kronologis mencegah
2. ATK droplet kontak
3. Masker bedah dan aerosol
4. Faceshild secara
langsung dari
pasien ke
petugas tracer
A. MANAJEMEN PUSKESMAS
Pandemi COVID-19 merupakan situasi yang terjadi secara mendadak dan cepat. Kondisi ini tentu sangat
berpengaruh kepada perencanaan yang telah disusun oleh Puskesmas. Oleh karena itu, Puskesmas perlu
menyesuaikan tahapan manajemen Puskesmas yang telah disusun dan direncanakan sebelumnya dengan
kebutuhan pelayanan dalam menghadapi pandemi COVID-19.
1. Perencanaan (P1)
Melakukan penyesuaian target kegiatan yang telah disusun (kegiatan yang tidak bisa dilaksanakan, bisa
dilaksanakan dengan metode yang berbeda atau ditunda waktunya).
Mencari akar penyebab masalah tidak tercapai indikator program selain diakibatkan oleh situasi
pandemi COVID-19 dan merencanakan upaya inovasi yang akan dilakukan bila masa pandemi COVID-19 telah
berakhir guna perbaikan capaian kinerja.
Pelaksanaan revisi sesuai kebutuhan pandemi COVID-19 mengacu pada juknis/ pedoman yang berlaku
melalui pembinaan dan koordinasi dengan dinas kesehatan daerah kabupaten/kota.
Puskesmas menentukan target sasaran kasus terkait COVID-19 dengan angka prevalensi dari dinas
kesehatan daerah kabupaten/kota guna memperkirakan kebutuhan logistik, termasuk APD, BMHP untuk
pengambilan spesimen Reverse Transcription - Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) dan pelaksanaan rapid
test.
Puskesmas menentukan populasi rentan (Lansia, orang dengan komorbid, ibu hamil, bersalin, nifas dan
bayi baru lahir) untuk menjadi sasaran pemeriksaan.
a. Pembiayaan
Pembiayaan pelaksanaan layanan pada masa pandemi COVID-19 bersumber dari Anggaran Pendapatan
Belanja Daerah (APBD), Anggaran Pendapatan Belanja Negara (APBN) dan sumber lainnya yang sah serta
penggunaannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
Pencatatan dan pelaporan dilaksanakan dengan mengacu kepada Sistem Informasi Puskesmas (SIP)
. Pencatatan dan pelaporan kasus COVID-19 mengacu pada format dalam Pedoman Pencegahan dan
Pengendalian Coronavirus Disease (COVID-19) pada revisi 5 /terakhir atau format pelaporan lainnya yang
ditetapkan oleh pemerintah melalui sistem yang digunakan di Gugus Tugas Nasional khusus untuk pelaporan
COVID-19. Kasus terkait COVID-19 (Suspect, probable, Konfirmasi) di wilayah kerja Puskesmas baik dari segi
jumlah maupun diuraikan berdasarkan kondisi biologi (seperti jenis kelamin dan kelompok umur), psikologi,
sosial (seperti tingkat pendidikan, pekerjaan) dan budaya direkapitulasi dan dipantau laju perkembangannya
dari hari ke hari..
Pada masa pandemi COVID-19, upaya kesehatan masyarakat tetap dilaksanakan dengan
memperhatikan skala prioritas. Puskesmas tetap melaksanakan pelayanan dasar untuk memenuhi
kebutuhan masyarakat akan pelayanan kesehatan dan dalam rangka pencapaian SPM kab/kota
bidang kesehatan sebagaimana diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 2 Tahun 2018 tentang Standar
Pelayanan Minimal dan Permenkes Nomor 4 Tahun 2019 tentang Standar Teknis Pemenuhan Mutu
Pelayanan Dasar Pada Standar Pelayanan Minimal Bidang Kesehatan. Selain itu, pemerintah daerah
dapat menambahkan pelayanan sesuai permasalahan kesehatan lokal spesifik terutama dalam hal
mengantisipasi terjadinya kejadian luar biasa (KLB) yang pernah dialami daerah tersebut pada tahun
sebelumnya di periode yang sama seperti malaria, demam berdarah (DBD) dan lain sebagainya.
Pelaksanaan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) yang sudah terjadwal sebaiknya dilihat kembali
apakah tetap dapat dilaksanakan seperti biasa, dilaksanakan dengan metode atau teknik yang berbeda,
ditunda pelaksanaannya, atau sama sekali tidak dapat dilaksanakan, tentunya dengan memperhatikan
kaidah-kaidah Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) dan physical distancing guna memutus mata
rantai penularan.
A. Promosi Kesehatan
Ruang lingkup Peran Promosi Kesehatan di Puskesmas dalam penanggulangan COVID-19 adalah:
1. Melakukan kemitraan untuk mendapat dukungan dan menjalin kerjasama kegiatan Puskesmas
dalam pencegahan COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas. Sasaran kemitraan diantaranya gugus
tugas tingkat RW atau Relawan Desa, Ormas, TP PKK, swasta, SBH, tokoh masyarakat,
tokoh agama dan mitra potensial lainnya. Puskemas perlu melakukan identifikasi status
psikologis diri atau kondisi masyarakat di wilayah kerjanya dalam menghadapi kondisi pandemi
ini seperti pembagian zona pada gambar 7.
Gambar 7. Zonasi situasi masyarakat pada masa Pandemi COVID-19
2. Melakukan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi (KIS) dengan lintas sektor, Ormas serta
mitra potensial lainnya dalam optimalisasi kegiatan penanggulangan COVID-19 di wilayah kerja
Puskesmas, termasuk sinkronisasi data terkait dengan kelompok/individu berisiko antara data
Puskesmas (PIS- PK dan pelayanan perorangan) dan data dari gugus tugas tingkat RW dan/atau
Relawan Desa.
3. Melakukan advokasi kepada penentu kebijakan untuk mendapatkan dukungan terhadap
optimalisasi kegiatan pencegahan COVID-19 di wilayah kerja Puskesmas. Sasaran advokasi
dilakukan kepada Kepala Desa/Lurah, Ketua RW, Ketua RT, Ketua TP PKK Kecamatan, Ketua TP
PKK Desa/Kelurahan, Ketua Ormas, Pimpinan Perusahaan dll. Langkah-langkah advokasi
dijelaskan dalam lampiran Juknis ini.
4. Meningkatkan literasi serta kapasitas kader, toma, toga, dan kelompok peduli kesehatan agar
mendukung upaya penggerakan dan pemberdayaan keluarga dalam pencegahan COVID-19 di
wilayah kerja Puskesmas. Peningkatan literasi serta kapasitas dapat dilakukan melalui media
daring seperti grup Whatsapp/ SMS/Video Call/telepon atau melalui interaksi langsung dengan
memperhatikan PPI dan physical distancing.
5. Melakukan pengorganisasian dan memobilisasi potensi/sumber daya masyarakat untuk
mengoptimalkan kegiatan Promkes dan pemberdayaan keluaga dalam pencegahan COVID-19 di
wilayah kerja Puskesmas, termasuk melaksanakan Survei Mawas Diri (SMD) dan Musyawarah
Masyarakat Desa (MMD) yang dilaksanakan dengan tetap menerapkan prinsip PPI dan physical
distancing. Puskesmas dapat menggerakkan masyarakat untuk memanfaatkan pelayanan
kesehatan tradisional dalam pengendalian COVID-19. Upaya yang dapat dilakukan diantaranya
asuhan mandiri kesehatan tradisional melalui pemanfaatan Taman Obat Keluarga (TOGA) dan
akupresur, yang dapat digunakan untuk meningkatkan daya tahan tubuh serta mengatasi
beberapa gangguan kesehatan ringan seperti meningkatkan nafsu makan, mengatasi susah tidur,
mengatasi stres, dan mengurangi keinginan merokok. Lima tips meningkatkan daya tahan tubuh
dengan cara kesehatan tradisional dapat dilihat pada lampiran bagian UKM.
6. Membuat media promosi kesehatan lokal spesifik dengan berdasarkan kepada protokol-protokol
yang ada seperti cara pencegahan di level individu, keluarga dan masyarakat, kelompok rentan
dan apa yang harus dilakukannya dll. Media tersebut disebarluaskan melalui media daring
seperti grup Whatsapp atau secara langsung seperti poster, stiker, spanduk, baliho, dll.
7. Melakukan KIE bersama kader, tokoh masyarakat, tokoh agama, ormas, kelompok peduli
kesehatan, UKBM serta mitra potensial lainnya guna meningkatkan literasi dan
memberdayakan kelompok/individu/anggota keluarga agar mau melakukan PHBS pencegahan
COVID-19. Sangat penting untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat dan lintas sektor
terkait bahwa pemutusan rantai penularan COVID-19 adalah tanggung jawab bersama mulai dari
masyarakat, tokoh masyarakat, lintas sektor, bidang kesehatan dan Pemerintah mulai dari
pemerintah daerah sampai pemerintah Pusat.
8. Melakukan tata kelola manajemen kegiatan promosi kesehatan dalam pencegahan COVID-
19 (P1, P2 dan P3).
Semua kegiatan ini diintegrasikan dengan tugas dari Gugus Tugas tingkat RW atau Relawan
Desa.
Posyandu dapat dilaksanakan dengan persyaratan ketat seperti menerapkan prinsip PPI dan physical
distancing sesuai Surat Menteri Dalam Negeri kepada Gubernur dan Bupati/Walikota No. 094/1737/BPD
tanggal 27 April 2020 tentang Operasional Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) dalam Pencegahan
Penyebaran COVID-19.
Pelaksanaan Pencegahan dan Pengendalian Infeksi (PPI) di Puskesmas bertujuan untuk untuk
memutus siklus penularan penyakit infeksi melalui kewaspadaan standar dan kewaspadaan
berdasarkan transmisi. Agar pelaksanaan PPI dapat terlaksana dengan baik, maka petugas
Puskesmas perlu memahami enam komponen rantai penularan yaitu:
1. Agen infeksi (infectious agent) adalah mikroorganisme penyebab infeksi. Agen penyebab infeksi
COVID-19 berupa virus severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-C0V-2).
2. Reservoir atau wadah tempat/sumber agen infeksi dapat hidup, tumbuh, berkembang-biak dan
siap ditularkan kepada manusia. Reservoir COVID-19 adalah saluran napas atas.
3. Pintu keluar adalah lokasi tempat agen infeksi (mikroorganisme) meninggalkan
reservoir. Pada COVID-19 melalui saluran napas, hidung dan mulut.
4. Cara penularan (Metode Transmisi) adalah metode transport mikroorganisme dari wadah/reservoir
ke pejamu yang rentan. Pada COVID-19 metode penularannya yaitu: (1) kontak: langsung dan
tidak langsung, (2) droplet, (3) airborne
5. Pintu masuk adalah lokasi agen infeksi memasuki pejamu yang rentan. Virus COVID-19
melalui saluran napas, hidung, mulut, dan mata.
Pejamu rentan adalah seseorang dengan kekebalan tubuh menurun sehingga tidak mampu melawan agen
infeksi. Faktor yang dapat mempengaruhi kekebalan adalah umur, status gizi, status imunisasi,
penyakit kronis.
Gambar 14. Mata rantai penularan penyakit
1. Kewaspadaan Standar
Kewaspadaan standar dilakukan melalui 11 langkah sesuai pedoman yang berlaku, untuk
kasus COVID-19 terdapat penekanan-penekanan sebagai berikut:
1) Kebersihan tangan
Kebersihan tangan dilakukan dengan cara 6 langkah benar cuci tangan dan 5 Momen kapan
harus dilakukan cuci tangan.
Harus tersedia sarana cuci tangan seperti wastafel dengan air mengalir, sabun cair agar
setiap pengunjung/pasien melakukan cuci tangan pakai sabun (CTPS) saat datang dan
pulang dari Puskesmas
Gambar 15. Cara cuci tangan menggunakan desifektan dan air mengalir
2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)
Penggunaan APD memerlukan 4 unsur yang harus dipatuhi yaitu, menetapkan indikasi
penggunaan APD, cara memakai dengan benar, cara melepas dengan benar, cara mengumpulkan
(disposal) setelah dipakai. Cara tersebut dilakukan sesuai pedoman yang berlaku.
Penetapan indikasi penggunaan APD dilakukan dengan mempertimbangkan resiko terpapar, dimana
APD digunakan oleh orang yang berisiko terpajan dengan pasien atau material infeksius; dinamika
transmisi, yaitu droplet dan kontak, transmisi secara airborne dapat terjadi pada tindakan yang
memicu terjadinya aerosol misalnya resusitasi jantung paru, pemeriksaan gigi seperti
penggunaan scaler ultrasonik dan high speed air driven, pemeriksaan hidung dan tenggorokan,
pemakaian nebulizer dan pengambilan swab. Jenis APD yang digunakan pada kasus COVID-19,
berdasarkan tempat layanan kesehatan, profesi dan aktivitas petugas, cara pemakaian dan
pelepasan APD dapat dilihat pada lampiran.
3) Kesehatan lingkungan
a. Pembersihan area sekitar pasien menggunakan klorin 0,05%, atau H2O2 0,5-1,4%, bila ada cairan
tubuh menggunakan klorin 0,5%:
- Pembersihan permukaan sekitar pasien harus dilakukan secara rutin setiap hari, termasuk
setiap kali pasien pulang/keluar dari fasyankes (terminal dekontaminasi).
- Pembersihan juga perlu dilaksanakan terhadap barang yang sering tersentuh tangan,
misalnya: nakas disamping tempat tidur, tepi tempat tidur dengan bed rails,tiang infus, tombol
telpon, gagang pintu, permukaan meja kerja, anak kunci, dll.
b. Ventilasi dan kualitas udara
Sistem Ventilasi adalah sistem yang menjamin terjadinya pertukaran udara di dalam gedung dan luar
gedung yang memadai, sehingga konsentrasi droplet nuklei menurun. Sistem ventilasi campuran
mengkombinasikan antara ventilasi alamiah dan penggunaan peralatan mekanis. Misalnya, kipas
angin yang berdiri atau diletakkan di meja dapat mengalirkan udara ke arah tertentu, hal ini dapat
berguna bila dipasang pada posisi yang tepat, yaitu dari petugas kesehatan ke arah pasien.
4) Penempatan pasien
Penempatan pasien termasuk di sini penyesuaian alur guna menempatkan pasien infeksius terpisah
dengan pasien non infeksius. Disamping itu, penempatan pasien disesuaikan dengan pola
transmisi infeksi penyakit pasien (kontak, droplet, airborne) sebaiknya ruangan tersendiri.
5) Etika batuk dan bersin
Petugas, pasien dan pengunjung dengan gejala infeksi saluran napas harus menerapkan etika batuk.
Edukasi terkait hal ini disampaikan melalui media
/secara langsung oleh petugas. Disamping itu bagi pengunjung/pasien harus menggunakan
masker sesuai ketentuan yang berlaku.
6) Penyuntikan yang aman
Sesuai cara penularannya, jenis kewaspadaan berdasarkan transmisi yang berlaku pada kasus suspek dan
COVID-19 adalah kewaspadaan berdasarkan transmisi droplet, kontak, dan airborne pada kondisi
tertentu yang dilaksanakan mengacu pada pedoman yang berlaku.
Terkait kewaspadaan berdasarkan transmisi melalui airborne pengaturan penempatan posisi pemeriksa,
pasien dan ventilasi mekanis di dalam suatu ruangan dengan memperhatikan arah suplai udara bersih
yang masuk dan keluar. Pada saat pemeriksaan fisik arahkan muka pasien berlawanan arah dengan
muka pemeriksan. WHO merekomendasikan natural ventilasi, boleh kombinasi dengan mekanikal
ventilasi menggunakan kipas angin untuk mengarahkan dan menolak udara yang tercemar menuju area
ruangan yang dipasang exhaust van/jendela/lubang angin sehingga dapat membantu mengeluarkan udara.
Posisi duduk petugas juga diatur agar aliran udara bersih dari arah belakang petugas ke arah pasien atau
memotong antara pasien dan petugas.
Gambar 16. Contoh aliran udara antara pasien dan petugas Sumber: Pedoman Teknis Bangunan Dan Prasarana
Fasilitas Pelayanan Kesehatan Tingkat Pertama Untuk Mencegah Infeksi Yang Ditransmisikan Melalui Udara (Airborne
Infection), Kemenkes 2014
B. Manajemen Kesehatan Masyarakat
Manajemen kesehatan masyarakat merupakan serangkaian
kegiatan kesehatan masyarakat yang dilakukan terhadap kasus.
Kegiatan ini meliputi kegiatan karantina/isolasi, pemantauan,
pemeriksaan spesimen, penyelidikan epidemiologi, serta komunikasi
risiko dan pemberdayaan masyarakat. Pembahasan mengenai masing-
masing kegiatan dibahas pada bagian tersendiri. Ringkasan manajemen
kesehatan masyarakat sebagaimana terlampir.
C. Penyelidikan Epidemiologi
Setiap kasus suspek, kasus probable dan kasus konfirmasi harus
dilakukan penyelidikan epidemiologi menggunakan formulir sebagaimana
terlampir. Hasil penyelidikan epidemiologi dapat digunakan untuk
memberikan masukan bagi pengambil kebijakan dalam rangka
penanggulangan atau pemutusan penularan secara lebih cepat. Selain
penyelidikan epidemiologi, kegiatan penanggulangan lain meliputi
tatalaksana penderita, pencegahan, pemusnahan penyebab penyakit,
penanganan jenazah, komunikasi risiko, dan lain-lain yang dijelaskan
pada masing-masing bagian.
1. Definisi KLB
Jika ditemukan satu kasus konfirmasi COVID-19 di suatu daerah
maka dinyatakan sebagai KLB di daerah tersebut.
2. Tujuan Penyelidikan Epidemiologi
Penyelidikan epidemiologi dilakukan dengan tujuan mengetahui besar
masalah KLB dan mencegah penyebaran yang lebih luas. Secara
khusus tujuan penyelidikan epidemiologi sebagai berikut:
1) Mengetahui karakteristik epidemiologi, gejala klinis dan virus
2) Mengidentifikasi faktor risiko
3) Mengidentifikasi kasus tambahan
4) Mengidentifikasi kontak erat
5) Memberikan rekomendasi upaya penanggulangan
3. Tahapan Penyelidikan Epidemiologi
Tahapan penyelidikan epidemiologi secara umum meliputi:
1) Konfirmasi awal KLB
Petugas surveilans atau penanggung jawab surveilans
puskesmas/Dinas Kesehatan melakukan konfirmasi awal untuk
memastikan adanya kasus konfirmasi COVID-19 dengan cara
wawancara dengan petugas puskesmas atau dokter yang
menangani kasus.
2) Pelaporan segera
Mengirimkan laporan W1 ke Dinkes Kabupaten/Kota dalam
waktu <24 jam, kemudian diteruskan oleh Dinkes
Kabupaten/Kota ke Provinsi dan PHEOC.
3) Persiapan penyelidikan
a. Persiapan formulir penyelidikan sebagaimana terlampir.
b. Persiapan Tim Penyelidikan
c. Persiapan logistik (termasuk APD) dan obat-obatan jika diperlukan
4) Penyelidikan epidemiologi
a. Identifikasi kasus
b. Identifikasi faktor risiko
c. Identifikasi kontak erat
d. Pengambilan spesimen di rumah sakit rujukan
e. Penanggulangan awal
Ketika penyelidikan sedang berlangsung petugas sudah
harus memulai upaya pengendalian pendahuluan dalam
rangka mencegah terjadinya penyebaran penyakit
kewilayah yang lebih luas. Upaya ini dilakukan
berdasarkan pada hasil penyelidikan epidemiologi yang
dilakukan saat itu. Upaya tersebut dilakukan terhadap
masyarakat maupun
lingkungan, antara lain dengan:
- Menjaga kebersihan/higiene tangan, saluran pernapasan.
- Sedapat mungkin membatasi kontak dengan kasus yang sedang
diselidiki dan bila tak terhindarkan buat jarak dengan kasus.
- Asupan gizi yang baik guna meningkatkan daya tahan tubuh.
- Apabila diperlukan untuk mencegah penyebaran penyakit dapat
dilakukan tindakan isolasi dan karantina.
- Penggunaan APD sesuai risiko pajanan sesuai tabel 3.1
1. Identifikasi Kontak
Identifikasi kontak sudah dimulai sejak ditemukannya kasus
suspek, kasus probable dan/kasus konfirmasi COVID-19.
Identifikasi kontak erat ini bisa berasal dari kasus yang masih hidup
ataupun kasus yang sudah meninggal. Proses identifikasi kontak
merupakan proses kasus mengingat kembali orang-orang yang
pernah berkontak dengan kasus dalam 2 hari sebelum kasus
timbul gejala dan hingga
14 hari setelah kasus timbul gejala. Konsep epidemiologi: waktu,
tempat dan orang diterapkan disini.
Gambar 3. 2. Contoh Hubungan Kontak Erat
E. Penilaian Risiko
Berdasarkan informasi dari penyelidikan epidemiologi maka
dilakukan penilaian risiko cepat meliputi analisis bahaya,
paparan/kerentanan dan kapasitas untuk melakukan karakteristik risiko
berdasarkan kemungkinan dan dampak. Hasil dari penilaian risiko ini
diharapakan dapat digunakan untuk rekomendasi dan rencana operasi
penanggulangan kasus COVID-19. Penilaian risiko ini dilakukan secara
berkala sesuai dengan perkembangan penyakit. Penjelasan lengkap
mengenai penilaian risiko cepat dapat mengacu pada pedoman WHO
Rapid Risk Assessment of Acute Public Health.
1) Puskesmas
2) Rumah sakit
3) Klinik dan fasilitas pelayanan kesehatan (fasyankes) lainnya
4) Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP)
5) Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota
6) Laboratorium Kesehatan yang ditunjuk:
BAB V
LOGISTIK
Pada saat Pandemi covid-19 maka proses pengendalian mutu diprioritaskan dalam
rangka pencegahan dan pengendalian infesci Covid-19 baik kegiatan dalam gedung
maupun luar gedung. Dan proses pengendalian mutu adalah sesuai dengan juknis
pelayanan di puskesmas selama pandemic.
Tim PPI berperan dalam monitoring dan evaluasi kepatuhan petugas terhadap
kegiatan selama pelayanan dan melakukan tindak lanjut terhadap ketidak patuhan
yang dilakukan baik karyawan maupun masyarakat kecamatan Susukan
BAB IX
PENUTUP
Pedoman ini disusun sebagai acuan bagi seluruh petugas Puskesmas dalam
melaksanakan tugas dan fungsinya pada situasi pandemi COVID-19. Pembinaan
dan pendampingan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota secara terencana,
terpadu, berkala dan berkesinambungan akan sangat membantu Puskesmas dalam
menjalankan fungsinya selama pandemi Covid-19.
Akhir kata, saya ucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada seluruh petugas di
Puskemas, Dinas kesehatan dan semua pihak untuk dedikasi dan pengabdiannya
dalam menjalankan tugas di masa pandemi COVID-19 ini. Semoga Allah SWT
senantiasa menaungi langkah kita semua untuk dapat bersama-sama berkontribusi
optimal dalam menghadapi Pandemi COVID-19.