Ejaan Bahasa Indonesia Makalah
Ejaan Bahasa Indonesia Makalah
Ejaan Bahasa Indonesia Makalah
OLEH :
NAMA : Febriandy Permana Adriansyah
NIM : D021211051
KELAS : Teknik Mesin A
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini meskipun jauh dari kesempurnaan.
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu wadah pembelajaran dalam
menimbah ilmu utamanya dalam mata kuliah bahasa Indonesia terkhusus pada pelafalan,
pemakaian huruf, pemisahan suku kata, penulisan huruf, kata, partikel, dan angka bilangan. Pada
kesempatan ini penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang berguna untuk
perbaikan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dalam proses
, 31 Agustus 2021
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Kata Pengantar........................................................................................................................ii
Daftar Isi..................................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN
1.2 Tujuan..................................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
2.2 Pelafalan...............................................................................................................................8
2.7 Partikel...............................................................................................................................16
3.1 Kesimpulan........................................................................................................................19
3.2 Saran..................................................................................................................................19
Daftar Pustaka.......................................................................................................................20
iii
BAB I
PENDAHULUAN
berbagai tahap sejak sebelum Sumpah Pemuda tahun 1928 hingga sekarang. Perkembangan
yang dimaksud antara lain adanya penerapan ejaan oleh Ch.A.Van Ophujsen, atas nama
Prijono (1957), Ejaan Melindo Slametmuljana(1959), Ejaan Baru Bahasa Indonesia Anton
Moeliono (1967), Ejaan Yang Disempurnakan I.B.Mantra (1972), yang akhirnya EYD ini
disahkan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1972.Dan dalam setiap
kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan dan
lambang-lambang itu. Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan
kata, dan pemakaian tanda baca.Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat
aturan atau kaidah penggunaan BahasaIndonesia dalam konteks resmi, baik lisan maupun
tulisan. Materi utama yang dibahas dalam EYD meliputi kaidah tentang pelafalan,
pemakaian huruf, pemisahan suku kata, penulisan huruf, penulisan kata, partikel dan angka
bilangan.
1
1.2 Tujuan
5. Menulis kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan gabungan kata secara cepat
2
BAB II
PEMBAHASAN
Ejaan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang
dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca. MenurutTasai(2002), mengemukakan bahwa
ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana
hubungan antar lambang-lambang itu.Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan
5.Ejaan Baru Bahasa Indonesia atau Ejaan Bahasa Indonesia LBK ( Lembaga Bahasa dan
Kesusastraan) (1966)
Charles Adrian van Ophuysen untuk menuliskan bahasa Melayu. Tugas itu diselesaikannya pada
3
tahun 1901 sejak permulaan usahanya pada tahun 1896. Sejak tahun 1901 itulah baru
3.Membantu penyebaran bahasa-bahasa daerah cara yang lebih luas dengan mencetak
buku-buku pelajaran dan buku lain dalam bahasa daerah tersebut dengan huruf Latin.
Kekurangan
2.Memasukkan fonem asing ayang bukan merupakan fonem bahasa Melayu seperti: ain,
hamzah, z, f, ch, sj, oe, dl, ts sehingga seringkali timbul cara penulisan yang salah.
Contoh: -hadir sering dibaca had-lir karena kadang-kadang ditulis hadlir -hasil sering dibaca hat-
berlaku sejak 17 Maret1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi,
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu.Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan
Van Ophuijsenyang mulai berlaku sejak tahun 1901.Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini
bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis dengan
4
'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.
kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.
awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang
mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan
Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van
Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang
perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut:
b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak,
maklum, rakjat.
c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.
d. Awalan di-dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,
seperti kata depan di pada dirumah, dikebun ,disamakan dengan imbuhan di-pada ditulis,
dikarang.
1.Lambang oe diubah dengan u yang lebih sesuai dengan ilmu ejaan umum
3.Kata dari bahasa asing tidak disisipi e-pepet Contoh: peraktek praktek
5
c. Ejaan Pembaharuan atau Ejaan Prijono-Katoppo
merupakan hasil dari E.Katoppo dan Prof. Dr. Prijono. Pembaharuan ejaan ini mengalami
beberapa kesulitan seperti biaya perombakan mesin tik sehingga ejaan ini tidak diresmikan.
fonem dalam ejaan itu diusahakan hanya dilambangkan dengan satu huruf.Tampak seperti
Gunakan vokal ai, au dan oi(di sebut diftong) di tulis berdasarkan pelafalannya yaitu ay,
d. Ejaan Melindo(1959)
Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia.Merupakan ejaan yang disusun atas kerja
sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak Persekutuan Tanah Melayu (Malaysia)
dipimpin oleh Syed Nasir bin Ismailyang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-
Bahasa Indonesiatahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo.Awalnya Ejaan
6
tersebut.Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia,
Ejaan itupun akhirnya gagal diresmikan.Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah
diumumkan.
Ejaan Baru Bahasa Indonesia merupakan hasil dari usaha pembaharuan yang berasaskan
kurang dapat mencerminkan kodrat bahasa Indonesia Ejaan ini merupakanlanjutan dari rintisan
panitia ejaan melindo.Pelaksananya pun terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga bahasadan
Kasusaatraan,sekarang bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) juga dari panitia
Ejaan bahasa Melayu yang berhasil merumuskan ejaan yang disebut Ejaan Baru.Namun lebih
Secara definisi, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sistem ejaan bahasa
Indonesia yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57tahun 1972 yang diresmikan pada
tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia.Pedoman ejaan bahasa Indonesia
disebut pedoman umum,karena dasarnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum.Namun
ada hal-hal lain yang bersifat khusus,yang belum di atur dalam pedoman itu,yang disesuaikan
dengan bertitik tolak pada pedoman umum itu.Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil
penyempurnaan dari beberapa ejaan yang disusun sebelumnya,terutama ejaan Republik yang
dipadukan pula dengan konsep-konsep ejaan Pembaharuan,ejaan Melindo, dan ejaan Baru.
7
2.2 Pelafalan
Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam
bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa
Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna bahasa
dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan
Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa
lain,terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam
bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /g/, dapat
diucapkandengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di
sekitarnya. Lainhalnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa
Indonesiacukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai
dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.
-energi Lafal yang salah: enerhi, enersi, enerji Lafal yang benar: energi [e n e r g i]
-MTQ Lafal yang salah: [emtekyu], [emtekui] Lafal yang benar: [em te ki]
Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada
penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan
pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan
sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain.
8
Pertimbangan yang dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan,
dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang
Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang
tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut. Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur
kimia, nama minuman, atau nama obatobatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk
nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan
yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan.
Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/. Pelafalan
bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang
sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/
yang terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak
kedengaran, seperti pada kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya
dilafalkan dengan bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku
bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa asalnya, seperti
yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf
9
/f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara
resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan
Contoh:
Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita ingat
ketentuan pemakaian huruf /q/ dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat dipakai untuk nama istilah khusus,
sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan huruf /k/. Demikian pula huruf /x/ dapat
dipakai untuk lambang, seperti xenon, sinar x, x, + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengan kata
Contoh:
Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk melambangkan
bunyi huruf hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang menggunakan tanda
10
Contoh:
Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu dapat
didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita
dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna
bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari
kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan.
Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang
1) Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, pemisahan dilakukan di antara vokal
tersebut. Contoh:
1. Apabila di tengan kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan dilakukan di antara kedua
2. Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara dua vokal pemisahannya dilakukan
3. Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahannya dilakukan di antara
konsonan pertama dan konsonan kedua. Contoh: bangkrut bang-krut instumen in-stru-men
11
4. Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel yang biasanya ditulis
serangkai dengan kata dasarnya, penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh:
5. Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf yang berdiri sendiri, baik vokal
maupun konsonan.
6. Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan juga tidak
A. Huruf Besar dan Huruf KapitalHuruf besar dan huruf kapital digunakan untuk hal-hal
berikut:
2.Ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan,
3.Nama diri, huruf awal gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama
orang.
4.Huruf pertama nama bangsa, suku, bahasa, tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah.
Contoh: bangsa Indonesia, tahun Masehi, hari Senin, hari Kebangkitan Nasional.
12
6.Huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan, ketatanegaraan, dan dokumen resmi.
Contoh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dewan Perwakilan Rakyat, Surat Perintah
Sebelas Maret
7.Huruf pertama semua kata utama dalam buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan.
8.Singkatan nama gelar dan sapaan, huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan yang
Contoh : Dr. Nuril Huda, Kapan Saudara datang?, Silahkan diminum, Mbak!
B. Huruf Miring
1.Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.
Contoh: Bab ini tidak membicarakan..., Huruf pertama kata abad ialah a
3.Menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan
ejaannya.
A. Kata Dasar
Kata asli yang belum medapat imbuhan. Kata dasar yang terdapat dalam kalimat ditulis
satu-kesatuan.
Contoh :
13
-Dia tidak suka marah
B. Kata Turunan
Kata yang diturunkan dari kata dasar asli, bisa disebut kata ber imbuhan.
Contoh :
-Pemanas (pe+panas)
-Jawaban (jawab+an)
Awalan atau akhiran ditulis serangkai denan kata yang mendahului apabila
Contoh :
Jika bentuk dasarnya berupa kata gabung dan mendapat awalan dan
Contoh :
Jika salah satu unsur kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan ditulis
serangkai.
Contoh :
-PascasarjanaoPrasangka
-Mahasiswa
14
C. Kata Ulang
Kata dasar yang diulang. Dapat berupa kata ulang murni (sama dengan kata dasar)
dan kata ulang sebagian (berbeda dengan kata dasar). Kata dasar yang berupa kata ulang
Contoh :
-Sepandai-pandai
-Lauk-pauk
D. Gabungan
KataKata dasar yang terbentuk dari penggabungan dua kata. Bisa disebut kata majemuk,
kata dasar yang berasal dari gabungan kata yang punya makna tertentu.
Contoh :
-Sapu tangan
Gabungan kata termasuk istilah khusus yang menimbulkan salah baca dapat
Contoh :
15
E.Kata Ganti
Contoh :
F. Kata Depan
Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali
daripada.
Contoh :
G. Kata Sandang
Kata sandang berupa Sidan Sangditulis secara terpisah dari kata yang megikutinya.
Contoh :
-Si Unyil
-Sang Raja
2.7 Partikel
1.Partikel lah, kah, dan tahditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.
Contoh :
2.Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya. Kecuali : adapun,
16
bagaimanapun, maupun, biarpun, walaupun.
Contoh :
3.Partikel per yang berarti mula, demi, dan tiap dtulis terpisah dari kalimat yang
mendampinginya.
Contoh :
Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata.Angka dipakai sebagai lambang
bilangan atau nomor.Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.
Angka : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000),
Contoh : 1, 2, 3.
Digunakan untuk ukuran panjang, berat, isi, satuan waktu, nilai uang.
Contoh :
-3 meter kain, 10 kilogram beras, 5 liter.oPukul 12.30, 100 dolar, tahun 1962.
-Penulisan lambang bilangan dengan huruf.Contoh : sebelas (11), dua per tiga (2/3).
17
Contoh :
-Bab ke-3
Contoh :
Akta dan Kuitansi, bilangan ditulis dengan kata dan huruf skaligus dalam teks.
Contoh :o
18
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan/penulis mencoba
banyak orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar
sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Jadi dilhat dari fungsinya bahasa merupakan
jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama
yang lain. Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian
berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak
lepas dari bagaimanakita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah
dimengerti oleh bangsa lain. Mudahmudahan urain singkat diatas dapat memberi
sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis
harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul ”Berbahasa Indonesia
3.2 Saran
Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis. Dengan adanya penjabaran
tentang pamakaian EYD diharapkan para pembaca dapat memahami dan menerapkan
penggunaan EYD dalam pembuatan suatu karya tulis.Dan semoga penjabaran ini dapat
19
DAFTAR PUSTAKA
Anonim. 2012. “Dari Ejaan van Ophujsen hingga EYD”. www.makalahkuliah.com. Pada 31
Agustus 2021.
Fakultas Pertanian UB. 2010. Modul Bahasa Indonesia dan Penulisan Ilmiah.Malang.
20