Anda di halaman 1dari 23

EJAAN BAHASA INDONESIA

TUGAS II BAHASA INDONESIA

OLEH :
NAMA : Febriandy Permana Adriansyah
NIM : D021211051
KELAS : Teknik Mesin A

DEPARTEMEN TEKNIK MESIN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS HASANUDDIN TAHUN AJAR 2021
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan

hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini meskipun jauh dari kesempurnaan.

Pembuatan makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu wadah pembelajaran dalam

menimbah ilmu utamanya dalam mata kuliah bahasa Indonesia terkhusus pada pelafalan,

pemakaian huruf, pemisahan suku kata, penulisan huruf, kata, partikel, dan angka bilangan. Pada

kesempatan ini penulis membuka diri untuk menerima kritik dan saran yang berguna untuk

perbaikan dalam makalah ini. Semoga makalah ini dapat memberikan pengetahuan dalam proses

pembelajaran utamanya dalam penggunaan ejaan bahasa Indonesia yang benar.

, 31 Agustus 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI

Kata Pengantar........................................................................................................................ii

Daftar Isi..................................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.....................................................................................................................1

1.2 Tujuan..................................................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan..................................................................................................................3

2.1.1 Sejarah Perkembangan Ejaan..........................................................................................3

2.2 Pelafalan...............................................................................................................................8

2.3 Pemakaian Huruf.................................................................................................................9

2.4 Pemisahan Suku Kata........................................................................................................11

2.5 Penulisan Huruf.................................................................................................................12

2.6 Penulisan Kata...................................................................................................................13

2.7 Partikel...............................................................................................................................16

2.8 Angka Bilangan.................................................................................................................17

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan........................................................................................................................19

3.2 Saran..................................................................................................................................19

Daftar Pustaka.......................................................................................................................20

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Dalam perkembangannya, penyempurnaan ejaan Bahasa Indonesia mengalami

berbagai tahap sejak sebelum Sumpah Pemuda tahun 1928 hingga sekarang. Perkembangan

yang dimaksud antara lain adanya penerapan ejaan oleh Ch.A.Van Ophujsen, atas nama

pemerintah Belanda, penetapan Ejaan Republik Soewandi (1947), Ejaan Pembaharuan

Prijono (1957), Ejaan Melindo Slametmuljana(1959), Ejaan Baru Bahasa Indonesia Anton

Moeliono (1967), Ejaan Yang Disempurnakan I.B.Mantra (1972), yang akhirnya EYD ini

disahkan oleh Presiden Soeharto pada tanggal 17 Agustus 1972.Dan dalam setiap

perkembangannya selalu mengalami pembaharuan di dalamnya.Ejaan merupakan kaidah-

kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb) dalam bentuk tulisan dan

penggunaan tanda baca. MenurutTasai (2002), mengemukakan bahwa ejaan adalah

keseluruhan peraturanbagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana hubungan antar

lambang-lambang itu. Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan huruf, penulisan

kata, dan pemakaian tanda baca.Ejaan Yang Disempurnakan (EYD) merupakan seperangkat

aturan atau kaidah penggunaan BahasaIndonesia dalam konteks resmi, baik lisan maupun

tulisan. Materi utama yang dibahas dalam EYD meliputi kaidah tentang pelafalan,

pemakaian huruf, pemisahan suku kata, penulisan huruf, penulisan kata, partikel dan angka

bilangan.

1
1.2 Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian perkembangan ejaan

2. Menggunakan huruf-huruf dalam bahasa indonesia secara tepat

3. Memisahkan kata atas suku kata secara cepat

4. Menuliskan huruf besar (kapital) dan huruf miring secara cepat

5. Menulis kata dasar, kata turunan, kata ulang, dan gabungan kata secara cepat

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Ejaan

Ejaan merupakan sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana ucapan atau apa yang

dilisankan oleh seseorang ditulis dengan perantaraan lambang-lambang atau gambar-gambar

bunyi.Ejaan merupakan kaidah-kaidah cara menggambarkan bunyi-bunyi (kata, kalimat, dsb)

dalam bentuk tulisan dan penggunaan tanda baca. MenurutTasai(2002), mengemukakan bahwa

ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana

hubungan antar lambang-lambang itu.Secara teknis, yang dimaksud ejaan adalah penulisan

huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

Adapun macam-macam ejaan menurut perkembangannya, antara lain :

1.Ejaan Ophujsen (1901)

2.Ejaan Soewandi atau ejaan Republik (1947)

3.Ejaan Pembaharuan Bahasa Indonesia atau Ejaan Prijono-Katoppo (1956)

4.EjaanMelindo (Melayu Indonesia) (1959)

5.Ejaan Baru Bahasa Indonesia atau Ejaan Bahasa Indonesia LBK ( Lembaga Bahasa dan

Kesusastraan) (1966)

6.Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan (EYD) (1972)

2.1.1 Sejarah Perkembangan Ejaan

a. Ejaan Ophujsen (1901)

Ejaan Ophuysen didasarkan atas prakarsa pemerintah Hindia Belanda menugaskan

Charles Adrian van Ophuysen untuk menuliskan bahasa Melayu. Tugas itu diselesaikannya pada

3
tahun 1901 sejak permulaan usahanya pada tahun 1896. Sejak tahun 1901 itulah baru

timbulkeseragaman ejaan untuk menuliskan bahasa Melayu.

 Kelebihan Ejaan Ophuysen

1.Berhasil menghindarkan kesulitan penulisan bahasa Melayu dari huruf Arab-Melayu ke

dalam huruf Latin

2.Membantu pemerintah Hindia Belanda dalam menjalankan roda pemerintahan

3.Membantu penyebaran bahasa-bahasa daerah cara yang lebih luas dengan mencetak

buku-buku pelajaran dan buku lain dalam bahasa daerah tersebut dengan huruf Latin.

 Kekurangan

 1.Terlalu bertegak di atas konsep bahasa Belanda

 2.Memasukkan fonem asing ayang bukan merupakan fonem bahasa Melayu seperti: ain,

hamzah, z, f, ch, sj, oe, dl, ts sehingga seringkali timbul cara penulisan yang salah.

Contoh: -hadir sering dibaca had-lir karena kadang-kadang ditulis hadlir -hasil sering dibaca hat-

sil karena kadang-kadang ditulis hatsil.

b. Ejaan Soewandi atau Ejaan Republik (1947)

Ejaan Republik(edjaan republik) adalah ketentuan ejaan dalam Bahasa Indonesiayang

berlaku sejak 17 Maret1947. Ejaan ini kemudian juga disebut dengan nama edjaan Soewandi,

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan kala itu.Ejaan ini mengganti ejaan sebelumnya, yaitu Ejaan

Van Ophuijsenyang mulai berlaku sejak tahun 1901.Perbedaan-perbedaan antara ejaan ini

dengan ejaan Van Ophuijsen ialah:

 huruf 'oe' menjadi 'u', seperti pada goeroe→ guru.

 bunyi hamzah dan bunyi sentak yang sebelumnya dinyatakan dengan (') ditulis dengan

4
'k', seperti pada kata-kata tak, pak, maklum, rakjat.

 kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti ubur2, ber-main2, ke-barat2-an.

 awalan 'di-' dan kata depan 'di' kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang

mengikutinya. Kata depan 'di' pada contoh dirumah, disawah, tidak dibedakan dengan

imbuhan 'di-' pada dibeli, dimakan.

Pada tanggal 19 Maret 1947 ejaan Soewandi diresmikan menggantikan ejaan van

Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan Republik. Hal-hal yang

perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut:

a. Huruf oe diganti dengan u, seperti pada guru, itu, umur.

b. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak,

maklum, rakjat.

c. Kata ulang boleh ditulis dengan angka 2, seperti anak2, ber-jalan2, ke-barat2-an.

d. Awalan di-dan kata depan di kedua-duanya ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya,

seperti kata depan di pada dirumah, dikebun ,disamakan dengan imbuhan di-pada ditulis,

dikarang.

Kebaikan Ejaan Soewandi:

1.Lambang oe diubah dengan u yang lebih sesuai dengan ilmu ejaan umum

2.Menundukkan ucapan kata asing pada kebiasaan ucapan dalam masyarakat

Contoh: hadlir > hadir export > ekspor

3.Kata dari bahasa asing tidak disisipi e-pepet Contoh: peraktek praktek

Kekurangan Ejaan Soewandi:

1.Tidak membedakan e-taling dengan e-pepet Contoh: seri

5
c. Ejaan Pembaharuan atau Ejaan Prijono-Katoppo

Ejaan Pembaharuan merupakan penyempurnaan dari ejaan Republik karena ejaan

tersebut terdapat unsur-unsur yang kurang dapat dipertanggungjawabkan. Ejaan pembaruan

merupakan hasil dari E.Katoppo dan Prof. Dr. Prijono. Pembaharuan ejaan ini mengalami

beberapa kesulitan seperti biaya perombakan mesin tik sehingga ejaan ini tidak diresmikan.

Konsep Ejaan Pembaharuan yang menarik ialah disederhanakannya huruf-huruf yang

berupagabungan konsonan dengan huruf-huruf tunggal.Atau bersifat fonemis artinya setiap

fonem dalam ejaan itu diusahakan hanya dilambangkan dengan satu huruf.Tampak seperti

contoh di bawah ini :

1. Gabungan konsonan dj di ubah menjadi j

2. Gabungan konsonan tj di ubah menjadi ts

3. Gabungan konsonan ng di ubah menjadi ŋ

4. Gabungankonsonan nj di ubah menjadi ñ

5. Gabungan konsonan sj di ubah menjadi š

Gunakan vokal ai, au dan oi(di sebut diftong) di tulis berdasarkan pelafalannya yaitu ay,

aw, dan oy. Misal : satai → satay Harimau → harimaw.

d. Ejaan Melindo(1959)

Melindo ialah akronim dari Melayu-Indonesia.Merupakan ejaan yang disusun atas kerja

sama antara pihak Indonesia Slamet Muljana dan pihak Persekutuan Tanah Melayu (Malaysia)

dipimpin oleh Syed Nasir bin Ismailyang tergabung dalam Panitia Kerja Sama Bahasa Melayu-

Bahasa Indonesiatahun 1959 berhasil merumuskan ejaan yaitu ejaan Melindo.Awalnya Ejaan

Melindo dimaksudkan untuk menyeragamkan ejaan yang digunakan di kedua negara

6
tersebut.Namun karena pada masa itu terjadi ketegangan politik antara Indonesia dan Malaysia,

Ejaan itupun akhirnya gagal diresmikan.Sebagai akibatnya pemberlakuaan ejaan itu tidak pernah

diumumkan.

e. Ejaan Baru Bahasa Indonesia / LBK (Lembaga Bahasa dan Kesusastraan)

Ejaan Baru Bahasa Indonesia merupakan hasil dari usaha pembaharuan yang berasaskan

pada dasarpemikiran:•Kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan •Ejaan Soewandi yang

kurang dapat mencerminkan kodrat bahasa Indonesia Ejaan ini merupakanlanjutan dari rintisan

panitia ejaan melindo.Pelaksananya pun terdiri dari panitia Ejaan LBK (Lembaga bahasadan

Kasusaatraan,sekarang bernama Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa) juga dari panitia

Ejaan bahasa Melayu yang berhasil merumuskan ejaan yang disebut Ejaan Baru.Namun lebih

dikenal dangan ejaan LBK.

f. Ejaan Yang Disempurnakan (EYD)

Secara definisi, Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan adalah sistem ejaan bahasa

Indonesia yang didasarkan pada Keputusan Presiden No. 57tahun 1972 yang diresmikan pada

tanggal 16 Agustus 1972 oleh Presiden Republik Indonesia.Pedoman ejaan bahasa Indonesia

disebut pedoman umum,karena dasarnya hanya mengatur hal-hal yang bersifat umum.Namun

ada hal-hal lain yang bersifat khusus,yang belum di atur dalam pedoman itu,yang disesuaikan

dengan bertitik tolak pada pedoman umum itu.Ejaan Yang Disempurnakan merupakan hasil

penyempurnaan dari beberapa ejaan yang disusun sebelumnya,terutama ejaan Republik yang

dipadukan pula dengan konsep-konsep ejaan Pembaharuan,ejaan Melindo, dan ejaan Baru.

7
2.2 Pelafalan

Salah satu hal yang diatur dalam ejaan ialah cara pelafalan atau cara pengucapan dalam

bahasa Indonesia. Pada akhir-akhir ini sering kita dengar orang melafalkan bunyi bahasa

Indonesia dengan keraguan. Keraguan yang dimaksud ialah ketidakteraturan pengguna bahasa

dalam melafalkan huruf. Kesalahan pelafalan dapat terjadi karena lambang (huruf) diucapkan

tidak sesuai dengan bunyi yang melambangkan huruf tersebut.

Kaidah pelafalan bunyi bahasa Indonesia berbeda dengan kaidah bunyi bahasa

lain,terutama bahasa asing, seperti bahasa Inggris, bahasa Belanda, dan bahasa Jerman. Dalam

bahasa tersebut, satu bunyi yang dilambangkan dengan satu huruf, misalnya /a/ atau /g/, dapat

diucapkandengan berbagai wujud bunyi bergantung pada bunyi atau fonem yang ada di

sekitarnya. Lainhalnya dengan bahasa Indonesia, ketentuan pelafalan yang berlaku dalam bahasa

Indonesiacukup sederhana, yaitu bunyi-bunyi dalam bahasa Indonesia harus dilafalkan sesuai

dengan apa yang tertulis. Tegasnya, lafal dalam bahasa Indonesia disesuaikan dengan tulisan.

Perhatikan contoh berikut!

-teknik Lafal yang salah: tehnik Lafal yang benar: teknik [t e k n i k]

-tegel Lafal yang salah: tehel Lafal yang benar: tegel [t e g e l]

-energi Lafal yang salah: enerhi, enersi, enerji Lafal yang benar: energi [e n e r g i]

-TV Lafal yang salah: [tivi] Lafal yang benar: [t e ve]

-MTQ Lafal yang salah: [emtekyu], [emtekui] Lafal yang benar: [em te ki]

Hal yang perlu mendapat perhatian ialah mengenai pemakaian dan pelafalan huruf pada

penulisan dan pelafalan nama diri. Di dalam kaidah ejaan dikatakan bahwa penulisan dan

pelafalan nama diri, yaitu nama orang, badan hukum, lembaga, jalan, kota, sungai, gunung, dan

sebagainya disesuaikan dengan kaidah ejaan yang berlaku, kecuali kalau ada pertimbangan lain.

8
Pertimbangan yang dimaksud ialah pertimbangan adat, hukum, agama, atau kesejahteraan,

dengan kebebasan memilih apakah mengikuti Ejaan Republik (Soewandi) atau Ejaan yang

Disempurnakan. Jadi, pelafalan nama orang dapat saja diucapkan tidak sesuai dengan yang

tertulis, bergantung pada pemilik nama tersebut. Demikian pula halnya dengan pelafalan unsur

kimia, nama minuman, atau nama obatobatan, bergantung pada kebiasaan yang berlaku untuk

nama tersebut. Jadi, pemakai bahasa dapat saja melafalkan unsur tersebut tidak sesuai dengan

yang tertulis. Hal tersebut memerlukan kesepakatan lebih lanjut dari pakar yang bersangkutan.

Perhatikan contoh berikut!

- coca Lafal yang benar: cola [ko ka ko la]

- HCI Lafal yang benar: [Ha Se El]

- CO2 Lafal yang benar: [Se O2]

Kaidah pelafalan yang perlu dibicarakan di sini ialah pelafalan bunyi /h/. Pelafalan

bunyi /h/ ada aturannya dalam bahasa Indonesia. Bunyi /h/ yang terletak di antara dua vokal yang

sama harus dilafalkan dengan jelas, seperti pada kata mahal, pohon, luhur, leher, sihir. Bunyi /h/

yang terletak di antara dua vokal yang berbeda dilafalkan dengan lemah atau hampir tidak

kedengaran, seperti pada kata tahun, lihat, pahit. Bunyi /h/ pada kata seperti itu umumnya

dilafalkan dengan bunyi luncur /w/ atau /y/, yaitu tawun, liyat, payit. Aturan ini tidak berlaku

bagi kata-kata pungut karena lafal kata pungut disesuaikan dengan lafal bahasa asalnya, seperti

kata mahir, lahir, kohir, kohesi.

2.3 Pemakaian Huruf

Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan menggunakan 26 huruf didalam abjadnya,

yaitu mulai dengan huruf /a/ sampai dengan huruf /z/. Beberapa huruf di antaranya, yaitu huruf

9
/f/, /v/, /x/, dan /z/, merupakan huruf serapan dan sekarang huruf-huruf tersebut dipakai secara

resmi di dalam bahasa Indonesia. Dengan demikian, pemakaian huruf itu tetap dipertahankan dan

jangan diganti dengan huruf lain.

Contoh:

- fakta tidak boleh diganti dengan pakta

- aktif tidak boleh diganti dengan aktip

- valuta tidak boleh diganti dengan paluta

- pasif tidak boleh diganti dengan pasip

- ziarah tidak boleh diganti dengan jiarah, siarah

Meskipun huruf-huruf serapan sudah dimasukkan ke dalam bahasa Indonesia, harus kita ingat

ketentuan pemakaian huruf /q/ dan /x/. Huruf /q/ hanya dapat dipakai untuk nama istilah khusus,

sedangkan untuk istilah umum harus diganti dengan huruf /k/. Demikian pula huruf /x/ dapat

dipakai untuk lambang, seperti xenon, sinar x, x, + y. Huruf /x/ apabila terdapat pada tengan kata

dan akhir kata diganti dengan huruf gugus konsonan /ks/.

Contoh:

- Quran tetap ditulis Quran (nama)

- aquarium harus ditulis dengan akuarium

- quadrat harus ditulis dengan kuadrat

- taxi harus ditulis dengan taksi

- complex harus ditulis dengan kompleks

Huruf /k/ selain untuk melambangkan bunyi /k/, juga digunakan untuk melambangkan

bunyi huruf hamzah (glotal). Ternyata masih ada pengguna bahasa yang menggunakan tanda

‘ain’ /’/ untuk bunyi hamzah (glotal) tersebut.

10
Contoh:

- ta’zim harus diganti dengan taksim

- ma’ruf harus diganti dengan makruf

- da’wah harus diganti dengan dakwah

- ma’mur harus diganti dengan makmur

2.4 Pemisahan Suku Kata

Setiap suku kata bahasa Indonesia ditandai oleh sebuah vokal. Huruf vokal itu dapat

didahului atau diikuti oleh huruf konsonan. Persukuan atau pemisahan suku kata biasanya kita

dapati pada penggantian baris, yaitu terdapat pada bagian akhir setiap baris tulisan. Pengguna

bahasa tidak boleh melakukan pemotongan kata berdasarkan kepentingan lain, misalnya mencari

kelurusan baris pada pinggir baris setiap halaman atau hanya untuk memudahkan pengetikan.

Penulisan harus mengikuti kaidah-kaidah pemisahan suku kata yang diatur dalam Ejaan yang

Disempurnakan seperti berikut ini :

1) Apabila di tengah kata terdapat dua vokal berurutan, pemisahan dilakukan di antara vokal

tersebut. Contoh:

Main ma-in, taat ta-at

1. Apabila di tengan kata terdapat dua konsonan berurutan, pemisahan dilakukan di antara kedua

konsonan tersebut. Contoh : ambil am-bil undang un-dang

2. Apabila di tengan kata terdapat konsonan di antara dua vokal pemisahannya dilakukan

sebelum konsonan. Contoh: bapak ba-pak sulit su-lit

3. Apabila di tengah kata terdapat tiga atau empat konsonan, pemisahannya dilakukan di antara

konsonan pertama dan konsonan kedua. Contoh: bangkrut bang-krut instumen in-stru-men

11
4. Imbuhan termasuk awalan yang mengalami perubahan bentuk partikel yang biasanya ditulis

serangkai dengan kata dasarnya, penyukuannya dipisahkan sebagai satu kesatuan. Contoh:

minuman mi-num-an bantulah ban-tu-lah

5. Pada akhir baris dan awal baris tidak diperkenankan ada huruf yang berdiri sendiri, baik vokal

maupun konsonan.

6. Tanda pemisah (tanda hubung) tidak diperkenankan diletakkan di bawah huruf dan juga tidak

boleh berjauhan dengan huruf, tetapi diletakkan di samping kanan huruf.

2.5 Penulisan Huruf

A. Huruf Besar dan Huruf KapitalHuruf besar dan huruf kapital digunakan untuk hal-hal

berikut:

1.Awal kalimat danhuruf pertama petikan langsung.

Contoh: Dia berangkat ke sekolah.Ibu bertanya,” Mengapa kamu menangis?”

2.Ungkapan yang berhubungan dengan hal keagamaan, kitab suci, nama Tuhan,

termasuk kata gantinya.

Contoh: Allah, Yang Mahakuasa, Islam, Kristen, Alkitab

3.Nama diri, huruf awal gelar kehormatan, keturunan, keagamaan yang diikuti nama

orang.

Contoh: Sultan Hasanudin, Gubernur Joko Widodo, ProfesorSamsuri

4.Huruf pertama nama bangsa, suku, bahasa, tahun, bulan, hari, hari raya dan peristiwa sejarah.

Contoh: bangsa Indonesia, tahun Masehi, hari Senin, hari Kebangkitan Nasional.

5.Huruf pertama khas dalam geografi.

Contoh: Danau Towuti, Afrika Selatan, Jalan Surabaya

12
6.Huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan, ketatanegaraan, dan dokumen resmi.

Contoh: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Dewan Perwakilan Rakyat, Surat Perintah

Sebelas Maret

7.Huruf pertama semua kata utama dalam buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan.

Contoh: Pelajaran Matematika untuk Sekolah Lanjutan Atas, majalah Trubus

8.Singkatan nama gelar dan sapaan, huruf pertama kata petunjuk hubungan kekerabatan yang

dipakai sebagai kata ganti.

Contoh : Dr. Nuril Huda, Kapan Saudara datang?, Silahkan diminum, Mbak!

B. Huruf Miring

Huruf miring digunakan untuk hal-hal berikut :

1.Menuliskan nama buku, majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam karangan.

Contoh: majalah Tempo,harian Kompas. buku Dasar-dasar Penulisan

2.Menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

Contoh: Bab ini tidak membicarakan..., Huruf pertama kata abad ialah a

3.Menuliskan istilah ilmiah atau ungkapan asing, kecuali yang telah disesuaikan

ejaannya.

Contoh: Penataran merupakan kata lain dari upgrading.

2.6 Penulisan Kata

A. Kata Dasar

Kata asli yang belum medapat imbuhan. Kata dasar yang terdapat dalam kalimat ditulis

satu-kesatuan.

Contoh :

13
-Dia tidak suka marah

-Siapa yang datang ?

B. Kata Turunan

Kata yang diturunkan dari kata dasar asli, bisa disebut kata ber imbuhan.

 Imbuhan (awalan dan akhiran) ditulis serangkai dengan kata dasar.

Contoh :

-Pemanas (pe+panas)

-Jawaban (jawab+an)

 Awalan atau akhiran ditulis serangkai denan kata yang mendahului apabila

bentuk dasarnya berupa gabungan kata.

Contoh :

-Bersuka ria (ber+ suka ria)

-Dimejahijaukan (di + meja hijau + kan)oMembabi buta (me-N + babi buta).

 Jika bentuk dasarnya berupa kata gabung dan mendapat awalan dan

akhiran, kata ditulis serangkai.

Contoh :

-Mengedepankan (me-N + ke + depan + kan)

-Mempertanggungjawabkan (me-N + pe + tanggung jawab + kan)

 Jika salah satu unsur kata hanya dipakai dalam kombinasi, gabungan ditulis

serangkai.

Contoh :

-PascasarjanaoPrasangka

-Mahasiswa

14
C. Kata Ulang

Kata dasar yang diulang. Dapat berupa kata ulang murni (sama dengan kata dasar)

dan kata ulang sebagian (berbeda dengan kata dasar). Kata dasar yang berupa kata ulang

ditulis lengkap menggunakan tanda gabung.

Contoh :

-Sepandai-pandai

-Lauk-pauk

D. Gabungan

KataKata dasar yang terbentuk dari penggabungan dua kata. Bisa disebut kata majemuk,

kata dasar yang berasal dari gabungan kata yang punya makna tertentu.

 Gabungan kata yang lazim, kata majemuk termasuk istilah khusus

bagiannya ditulis terpisah.

Contoh :

-Sapu tangan

-Mata pisauoMata hati

 Gabungan kata termasuk istilah khusus yang menimbulkan salah baca dapat

diberi tanda hubung untuk menegaskan pertalian diantara unsur yang

bersangkutan. Contoh : alat pandang-dengar.

 Gabungan kata yang sudah diangap padu,kata ditulis serangkai.

Contoh :

-Apabila (apa + bila)

-Daripada (dari + pada)

-Adapun (ada + pun)

15
E.Kata Ganti

Kata ganti –ku, -mudan –nyaditulis dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh :

-Ayahmu orang yang dermawan

-Buku ini miliknya

F. Kata Depan

Kata depan di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali

daripada.

Contoh :

-Ayah berangkat ke masjid

-Saya dari masjid

G. Kata Sandang

Kata sandang berupa Sidan Sangditulis secara terpisah dari kata yang megikutinya.

Contoh :

-Si Unyil

-Sang Raja

2.7 Partikel

1.Partikel lah, kah, dan tahditulis serangkai dengan kata yang mendahuluinya.

Contoh :

-Bacalah buku itu dengan baik !

-Akankah kita tetap menjadi saudara ?

2.Partikel pun ditulis terpisah dengan kata yang mendahuluinya. Kecuali : adapun,

16
bagaimanapun, maupun, biarpun, walaupun.

Contoh :

-Sepetak tanah pun aku tak punya.

-Sepucuk surat pun tak datang.

3.Partikel per yang berarti mula, demi, dan tiap dtulis terpisah dari kalimat yang

mendampinginya.

Contoh :

-Dia membaca buu itu per bab.

-Dia menggaji karyawannya per hari

2.8 Angka Bilangan

Bilangan dapat dinyatakan dengan angka atau kata.Angka dipakai sebagai lambang

bilangan atau nomor.Di dalam tulisan lazim digunakan angka Arab atau angka Romawi.

Angka Arab : 0,1,2,3,4,5,6,7,8,9

Angka : I, II, III, IV, V, VI, VII, VIII, IX, X, L (50), C (100), D (500), M (1.000),

Romawi V (5.000), M (1.000.000).

 Dipakai untuk menyatakan lambang bilangan nomor.

Contoh : 1, 2, 3.

 Digunakan untuk ukuran panjang, berat, isi, satuan waktu, nilai uang.

Contoh :

-3 meter kain, 10 kilogram beras, 5 liter.oPukul 12.30, 100 dolar, tahun 1962.

-Penulisan lambang bilangan dengan huruf.Contoh : sebelas (11), dua per tiga (2/3).

 Penulisan kata bilangan tingkat.

17
 Contoh :

-Bab IIIoBab tiga

-Bab ke-3

 Penulisan kata bilangan yang mendapat akhiran –an.

 Contoh :

Tahun60-anoTahun enam puluhan

 Akta dan Kuitansi, bilangan ditulis dengan kata dan huruf skaligus dalam teks.

Contoh :o

-Telah diterima uang sebesar Rp 500.000 (lima ratus ribu rupiah).

18
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Dari uraian singkat di atas maka kita bisa menarik kesimpulan/penulis mencoba

memberikan kesimpulan berdasarkan data-data dan fakta dilapangan menunjukkan masih

banyak orang-orang tidak memahami pemakain bahasa Indonesia yang baik dan benar

sesuai dengan kaidah-kaidah yang benar. Jadi dilhat dari fungsinya bahasa merupakan

jantung dari kehidupan ini karena tanpa bahasa kita tidak akan bisa berinteraksi sesama

yang lain. Maka dari itu kita sebagai warga negara Indonesia harus bisa menjaga keaslian

berbahasa Indonesia yang baik dan benar, karena dipandangnya suatu bangsa itu tidak

lepas dari bagaimanakita menggunakan basaha yang dapat dipahami atau mudah

dimengerti oleh bangsa lain. Mudahmudahan urain singkat diatas dapat memberi

sumbang sih bagi pembaca, saran dan kritik yang sifatnya membangun selalu penulis

harapkan, demi kesempurnaan karya tulis kami ini yang berjudul ”Berbahasa Indonesia

Yang Baik Dan Benar”.

3.2 Saran

Sudah selayaknya kita sebagai bagian dari bangsa Indonesia dapat menggunakan bahasa

Indonesia yang baik dan benar khususnya dalam bahasa tulis. Dengan adanya penjabaran

tentang pamakaian EYD diharapkan para pembaca dapat memahami dan menerapkan

penggunaan EYD dalam pembuatan suatu karya tulis.Dan semoga penjabaran ini dapat

bermanfaat bagi kita semua.

19
DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2012. “Dari Ejaan van Ophujsen hingga EYD”. www.makalahkuliah.com. Pada 31

Agustus 2021.

Fakultas Pertanian UB. 2010. Modul Bahasa Indonesia dan Penulisan Ilmiah.Malang.

Musaba, Zulkifli. 2012. Bahasa Indonesia Untuk Mahasiswa.Yogyakarta: Aswaja Pressindo.

Safioedin, Asis. 1987.Membina Bahasa Indonesia.Bandung: Penerbit Alumni.

Yaqin, M. Zubad Nurul. 2011 .Bahasa Indonesia Keilmuan.Malang: UIN-Maliki Press.

Wilyarsa, I Gusti Agung. 2012. ”Perkembangan Ejaan Bahasa Indonesia”.

www.ejaanindonesia.blogspot.com. Pada 31 Agustus 2021.

20

Anda mungkin juga menyukai