Anda di halaman 1dari 1

Ulasan Mengenai Artikel “Menyoal Investasi BP Jamsostek”.

Artikel ini telah tayang di


Bisnis.com pada tanggal 9 Maret 2021 oleh Muhammad Khadafi. Link Artikel :
https://finansial.bisnis.com/read/20210309/215/1365809/menyoal-investasi-bp-jamsostek

Melihat dari tiga kategori alokasi aset investasi, yaitu konservatif (porsi aset beresiko
maksimal 30% dari portofolio), moderat (31-60%), dan agresif (>60%). maka menurut kami,
BPJS Ketenagakerjaan atau selanjutnya kita sebut BPJamsostek mengelola portofolionya
secara konservatif dengan resiko yang tidak terlalu tinggi. Hal ini dapat dilihat dari alokasi
portfolio aset investasinya. Sampai akhir 2020 nilai portfolio investasi BP jamsostek adalah
Rp486,4 triliun dengan alokasi:

1. Surat Utang : 64%


2. Saham : 17%
3. Deposito : 10%
4. Reksa dana : 8%
5. Investasi langsung : 1%

Dapat dilihat dari alokasi diatas, porsi investasi BP Jamsostek terdiri dari 74 persen aset
berisiko rendah (surat utang dan deposito) dan 26 persen aset berisiko tinggi (saham, reksa
dana dan investasi langsung).

Secara garis besar, investasi dimulai dengan strategi mengalokasikan dana ke dalam
beberapa kelas aset sesuai tujuan investasi. BP Jamsostek sangat konservatif dan
berorientasi pada keamanan modal investasi (capital preservation) daripada untuk
pertumbuhan investasi dari kenaikan harga-harga aset (capital appreciation).

Selain itu pada masing-masing kelas aset BP Jamsostek melakukan strategi pemilihan
sekuritas atau manajer investasi yang cocok dengan tujuan investasi. Pemilihan manajer
investasi juga relatif ketat dengan syarat harus memiliki dana kelolaan minimal Rp 1,5
triliun. Hal ini menunjukkan telah dilakukan pengelolaan resiko yang cukup baik dari BP
Jamsostek;

Data portofolio saham juga menunjukkan bahwa investasi yang dilakukan pada saham
perusahaan yang kapitalisasi pasarnya besar dan likuid. Risiko fundamental saham-saham
tersebut sangat rendah, karena merupakan perusahaan yang pertumbuhan, profitabilitas,
dan kekuatan keuangannya sangat baik.

Sejalan dengan inherent risk dari investasi saham adalah volatilitas harga, maka risiko
terpapar kerugian yang mungkin terjadi akibat penurunan dan kenaikan harga saham
sangatlah besar. Namun, Kerugian yang terjadi (yang belum direalisasikan atau disebut
unrealized loss/UL) masih sejalan dengan perkembangan pasar saham Indonesia hal itu
tercermin dari pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang terdampak krisis
pandemi dan resesi ekonomi. Naik turun UL masih sesuai dengan pergerakan harga saham;

Oleh karena itu kami menilai bahwa UL yang dialami BP Jamsostek ini wajar dan hal ini
merupakan resiko investasi. Portfolio BP jamsostek bisa kembali untung apabila ekonomi
membaik dan krisis pandemik berakhir. Lebih lanjut UL ini belum tepat jika dikategorikan
sebagai kerugian hasil manipulasi atau kesalahan manajemen yang berpotensi pidana
karena UL yang terjadi karena resiko bisnis yang tetap ada meskipun manajemen telah
mengelola asetnya dengan konservatif dan hati-hati.

Anda mungkin juga menyukai