Anda di halaman 1dari 148

UNIVERSITAS ANDALAS

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINDAKAN


PENYEMPROTAN, CARA PENYIMPANAN PESTISIDA
DAN
WAKTU PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN AKTIVITAS ENZIM
CHOLINESTERASE PADA PETANI SAYUR DI ALAHAN PANJANG
KABUPATEN SOLOK TAHUN 2018

Oleh :

ARIFFALDY ASDAFI
No. BP. 1511211061

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
UNIVERSITAS ANDALAS

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINDAKAN


PENYEMPROTAN, CARA PENYIMPANAN PESTISIDA DAN
WAKTU PENYEMPROTAN PESTISIDA DENGAN AKTIVITAS
ENZIM CHOLINESTERASE PADA PETANI SAYUR DI ALAHAN
PANJANG KABUPATEN SOLOK TAHUN 2018

Oleh :

ARIFFALDY ASDAFI
No. BP. 1511211061

Diajukan Sebagai Syarat Untuk Mendapatkan Gelar


Sarjana Kesehatan Masyarakat

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT


UNIVERSITAS ANDALAS
PADANG, 2019
DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Ariffaldy Asdafi

Tempat/Tanggal Lahir : Padang / 02 Januari 1998

Alamat : Jl. M Yunus Gang Msjd Al-Ikhlas Surau Balai Anduring

Status Keluarga : Belum Menikah

No. Telp/HP 082387451085

E-mail : asdafifaldy@yahoo.com

Riwayat Pendidikan :

SDN 48 Kuranji Lulus tahun 2009

SMPN 12 Padang Lulus tahun 2012

SMAN 3 Padang Lulus tahun 2015

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas Lulus tahun 2019


Alhamdulillah…Alhamdulillahirabbil’alamin
Puji berserta syukur Faldy ucapkan kepada Allah SWT yang selalu memberikan rahmat dan
karunia-Nya, Sehingga Faldy dapat menyelesaikan kuliah di
Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas
Shalawat beserta salam Faldy sampaikan kepada pucuk junjungan umat manusia
Nabi Muhammad SAW.

"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah melainkan orang-orang kufur"
(QS Yusuf : 87)

...”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(QS.AL Mujadila : 11)

Gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat ini Faldy Persembahkan untuk kalian:

Teruntuk Mama
Teruntuk wanita pertama yang Faldy cintai di dunia ini. Terimakasih untuk segala kasih dan
sayang yang telah mama berikan untuk dy. Karena usaha dan doa mama, hari ini Faldy bisa
mendapatkan gelar sarjana ini. Terimakasih ma, untuk kesabaran dalam mendidik dan
membesarkandy dari dy kecil sampai sekarang. Yang berjuang sendirian mendidik kedua jagoan
hebatnya dari Papa sudah tiada. Dy mohon maaf sampai sekarang belum ada yang bisa dy
berikan kecuali gelar ini dan kebaikan faldy untuk mama. Dy selalu berdoa semoga bisa terus
membahagiakan mama lepas dari awal dy dapatkan gelar ini dan selanjutnya. Semoga dy bisa
terus buat ma bangga akan pencapaian dy di dunia dan akhirat kelak. Faldy Sayang Mama

Teruntuk Papa
Teruntuk Lelaki terhebat dihidup Faldy, Papa. Terimakasih pa, untuk segala usaha dan do’anya
selama Papa masih bisa melihat dy dulu, tapi dy yakin sekarang Papa masih melihat dy memakai
Toga waktu wisuda esok. Faldy berterimakasih sekali pa karena papa faldy belajar apa arti kerja
keras, dari papa faldy juga belajar betapa kita harus bahagia akan pertemuan sebelum menangis
akan kehilangan. Gelar ini untuk papa, untuk kerja keras papa yang bermimpi melihat anaknya
memakai toga dan berhasil menjadi seorang yang sukses. Pa, faldy janji akan jaga mama dan
fatur, faldy akan terus pegang pesan papa untuk jadi anak yang selalu berikan kebaikan dan
senyuman dimanapun berada. Terimakasih selama papa hidup telah menegur ketika faldy salah,
selalu mengapresiasi ketika faldy benar dan selalu menjadi orang yang faldy tangisi kepergiannya
di sepertiga malam terakhir. Do’a faldy selalu untuk papa pa, tenang disana pa. Terimakasih dan
Mohon Maaf pa atas semuanya.

Teruntuk Abah
Terimakasih bah. Karena abah Faldy bisa berkuliah dan memakai toga dan menyandang sarjana
ini. Terimakasih bah sudah berikan yang terbaik untuk dy, cucu pertama bah. Si jolong yang
dibanggakan dikeluarganya ini sudah sarjana bah. Abah yang membiayai sekolah dy dan fatur
dari SMA hingga S1 ini bah. Terimakasih sudah sabar dalam menghadapi dy bah. Kita sering

i
berdebat akan kehidupan tapi untuk segala pelajaran hidupnya, terimakasih bah. Panjang umur
terus bah, faldy akan erusaha bahagiakan bah. InsyaAllah.

Teruntuk Fatur
Tur, adik abang satu satunya.Kita selalu tak sejalan, jarang kita beriringan. Tapi ketahiulah,
abang sayang samo tur. Semoga lekas tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik dan
sholeh. Yang, selalu menanyakan, “baa kok lamo bana pulang bang, sibuk bana dikampus yo”.
Kini abang ndak sibuk lai tur. Kini abang lah bisa diajak diskusi masalah kampus. Semoga yang
terbaik selalu menyertaimu dik. InsyaAllah kita akan bahagiakan mama dan keluarga. Abang
yakin. Abang sayang Fatur.

Teruntuk Bapak dan Ibuu Pembimbing, Bapak Edi dan Buu Hesti
Terimakasih pak Edi yang senantiasa membimbing Faldy dan kawan yang lainnya dalam proses
kehidupan dikampus FKM. Bapak yang pertam faldy temui sewaktu masuk di Organisasi
SAFE masih kenal dan ingat sama faldy sampai sekarang. Terimakasih atas kemudahan yang
bapak berikan kepada Faldy hingga saat ini faldy bisa memakai toga dan mendapat gelar sarjana.
Terimakasih kepada buu Hesti yang telah bersedia menjadi pembimbing faldy buk . Faldy
sangat bersyukur bisa ibuu masukkan kekelompok payung ibuu, padahal sebelumnya faldy masih
ragu dengan judul yang akan faldy bawa. Terimakasih buu akan kesabaran membimbing faldy
yang banyak masalah ini buu, satu satunya anak bimbingan payung ibu yang telat wisuda
karena ego organisasi dan kehidupannya. Jangan sungkan- sungkan marahi faldy buu. Faldy
senang dibimbing dan kenal sama Ibuu.

Teruntuk Bapak dan Ibuu Penguji, Bapak Arya dan Buu Putri
Terimakasih untuk pak Arya, selaku penguji 1 faldy yang sangat baik dan bijak dalam menguji
faldy. Terimakasih telah mengingatkan dan mengoreksi segala kesalahan faldy selama ini dalam
proses skripsi pak. Bapak sangat baik dengan faldy bahkan dikala faldy sering merepotkan dalam
pengulangan tanda tangan kemarin pak hehe. Terimakasih pak, faldy akan selalu ingat yang
bapak bilang soal perjuangan proses lebih manis dari hasil indah yang dicapai.
Terimakasih buu Putri, selaku penguji 2 faldy yang kritis dan baikkk sekali. Karena ibu detail
faldy jadi terbantu dari penyusunan bahkan sampai akhir ibuu masih bersedia memberikan yang
terbaik untuk faldy . Terimakasih buu dan maaf faldy telat di wisudanya hehe. Faldy
Bangga pernah kenal dan diskusi dengan ibuu.

Teruntuk FKM Unand


Salam Hormat dan Terimakasih Faldy ucapkan kepada Pihak Fakultas Kesehatan Masyarakat
tempat faldy menimba ilmu selama kurang lebih 3 tahun 8 bulan hingga diyudisiumkan hehe 
Terimakasih untuk Pak Mas, Pak Def, Buk Ade, Pak Kamal, Bang Azriel, Ni Wi`d, Ni Rosi
dan Civitas Akademik Lainnya yang senantiasa membantu faldy selama Perkuliahan di Kampus
Ungu Jati Ini

Teruntuk Sahabat Faldy


Teruntuk GOMES, terimakasih telah menghiasi suka duka masa kuliah ku selama ini.
Terimaksih Tommy, Raen, Tulus, Tania, Paula, Siska, Via, Vinda, Febrya, Delvinda, Sukma dan
Sarah. Cepat cepat sukses dan berkeluarga. Semoga kita menjadi lebih baik logi dan bersahabat
sampai Syurga
Teruntuk Ciki dan Tata, Sahabat terbaik dari zaman putih abu-abu. Kita pernah punya rasa tapi
berakhir bahagia dengan cerita berbeda, ya menjadi sahabat. Semoga kita bisa mengisi hari
dengan kebikan dan semoga kita bisa sukses di dunia IT, Teknik dan HSE kita masing-masing.
Teruntuk Aldo dan Tommy, Terimakasih telah menyempatkan faldy untuk singgah dan berkeluh
kesah selama perkuliahan ini dikamar kecil kalian, faldy sadar sering menyusahkan dan
merepotkan. Maafkan, dan karena kalian juga faldy bisa bertoga hari ini. Semangat untuk kita.
Teruntuk Zada dan Heru, tim 7 ku yang baru. Kenapa aku klop sama kalian, ya karena kita
seirama dan sevisi mungkin. Semangat untuk zada, you can do it. Kita akan suskses kok,
InsyaAllah jang jad. AAMIIN.
Teruntuk Sahabat Payungku : Diki, Raen dan Paula. Terimakasih untuk perjuangannya,
terimakasih untu ksegala perdebatannya. Terimakasih dan mohon maaf faldy tidak di Wisuda
bersama kalian. Tetap jadi yang faldy kenal dan jangan lupain faldy.

Teruntuk Pemudi Baik


Teruntuk Pemudi Baik dimanapun berada. Terimakasih akan kebaikan dan ketulusan selama ini
kepadaku Pemuda Biasa ini. Ku ucapkan terimakasih akan senyuman semangat itu, dukungan di
setiap waktu ku lelah, bahkan topangan kekuatan dikala ku sudah lemah akan serangan lembar
lembar revisi dan deadline Bab Bab sialan itu. Aku sadar akan kesalahan masa lalu yang berat,
akan pahitnya memulai dengan penuh kemustahilan, akan kehilangan yang menanti kapan saja
dan akan kejahatan yang selalu bersembunyi diantara. Kita sering sering diskusi agar narasi
besar ini siap diperjuangkan dan digaungkan lebih. Saejak Berdua. Sejak Denganmu, Sajakku
Selalu Tentangmu. Tetap bertumbuh dan Berkembang Bersama, kita bisa.

Yang Terakhir terimakasih unuk teman sahabat dan keluarga yang pernah Faldy temui yaitu
K3KESLING 2015, IKM A1 2015, Seluruh Pejuang Generasi PERISAI 2015, Keluarga KKN
Saok Laweh, Kastrat KEBERS, Kastrat KABATAKU, UKM SAFE, Klub Olahraga FKM
Unand, Kementrian Sosial Politik Kabinet Akselarasi Padu , Kementrian Sosial Politik Kabinet
Tekad Juang, Keluarga tapi danau PBL Singkarak, Kerabat Magang di Dinas Kesehatan Kota
Padang, Laki-laki di Kos-Kosan Nenek, Kawan Sepayung serta teman - teman lainnya yang
tidak bisa Faldy sebutkan satu persatu.

Terimakasih untuk segenap manusia baik yang telah Faldy temui yang tak dapat dieja semuanya
dimana cinta dan benci bersatu, dimana suka dan duka teraduk, dimana segala peluang dan
resiko telah dipilih sehingahari ini semuanya berubah menjadi air mata kebahagiaan oleh segala
penantian dan perjuangan. Dalam sendiri dan tenang Faldy selalu berdo’a agar diberikan
kebaikan dan kemudahan kepada kita semua dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Semoga
kita termasuk hamba hamba yang pandai mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah
SWT.

“Kita adalah kita dengansegala kelebihan dan keterbatasan, jangan mudah melihat keatas dan
kebawah, sesekali lihatlah kedalam. Kita bisa”

Saudaramu,

Ariffaldy Asdafi,

SKM
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

Skripsi, April 2019


ARIFFALDY ASDAFI, No. BP. 1511211061

HUBUNGAN TINGKAT PENDIDIKAN, TINDAKAN PENYEMPROTAN, CARA


PENYIMPANAN PESTISIDA DAN WAKTU PENYEMPROTAN PESTISIDA
DENGAN AKTIVITAS ENZIM CHOLINESTERASE PADA PETANI SAYUR DI
ALAHAN PANJANG KABUPATEN SOLOK TAHUN 2018

xiii + 76 halaman, 16 tabel, 2 gambar,12 lampiran

ABSTRAK

Tujuan
Penggunaan pestisida dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang harus dilakukan
karena pestisida dapat menyebabkan keracunan. Menurut data dari WHO (World
Health Organization) pada tahun 2009 memperkirakan bahwa 300.000 orang
meninggal setiap tahun karena keracunan pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan tingkat pendidikan, tindakan penyemprotan, cara
penyimpanan pestisida dan waktu penyemprotan pestisida dengan aktivitas enzim
cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok tahun 2018.

Metode
Penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif. Populasi terdiri dari 80 orang
dan sampel sebanyak 44 responden dengan teknik accidental sampling. Sampel
darah diambil untuk dilakukan pemeriksaan di Laboratorium dengan menggunakan
alat spektrofotometer.

Hasil
Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur
diperoleh hasil rata-rata responden memiliki kadar enzim cholinesterase sebanyak
8285,7025 U/L, dengan kadar enzim cholinesterase terendah 3561,10 U/L dan
tertinggi 14624,75 U/L. . Hasil penelitian ini adalah ada yang berhubungan antara
tindakan penyemprotan p value (p=0,033), dan waktu penyemprotan pestisida p
value (p=0,048) dengan cholinesterase, tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan p value (p=0,121), cara penyimpanan pestisida p value (p=0,188) dengan
cholinesterase.

Kesimpulan
Adanya hubungan antara tindakan penyemprotan dan waktu penyemprotan pestisida
dengan aktivitas enzim cholinesterase. Upaya yang perlu dilakukan petani adalah
memperhatikan tindakan dalam pengelolaan yaitu penyimpanan pestisida, cara
pencampuran pestisida, dan waktu penyemprotan pestisida.

Daftar Pustaka: 66 (1983-2018)


Kata Kunci : Pestisida, Cholinesterase, Tindakan, Penyimpanan, Penyemprotan
FACULTY OF PUBLIC HEALTH
ANDALAS UNIVERSITY

Undergraduated Thesis, April 2019


ARIFFALDY ASDAFI, No. BP. 1511211061

RELATIONSHIP OF EDUCATION LEVEL, PROTECTION ACTION,


STORAGE METHODE PESTICIDE AND SPRAYING TIME OF PESTICIDE
WITH ACTIVITIES OF CHOLINESTERASE ENZYMES IN V EGETABLE
FARMERS IN ALAHAN PANJANG SOLOK DISTRICT 2018

xiii + 76 pages, 16 tables, 2 picture, 12 attachment

ABSTRACT

Objective
The use of pesticides in the right way is an absolute thing to do because pesticides
can cause poisoning. According to data from the WHO (World Health Organization)
in 2009 estimated that 300,000 people die every year due to pesticide poisoning. This
study aims to analyze the relationship of education level, protection action, storage
methode pesticide and spraying time of pesticides with cholinesterse enzyme activity
in vegetable farmers in Alahan Panjang Solok District 2018.

Method
The research used quantitative design. The population consist of 80 peoples and
sample of 44 respondents with accidental sampling technique. Blood samples are
taken for examination in the laboratory using a spectrophotometer.

Result
Based on the results of the study, the average cholinesterase enzyme activity in
vegetable farmers levels 8285.7025 U / L, with the lowest cholinesterase enzyme
levels 3561.10 U / L and the highest 14624.75 U / L. The results of this study there
are relationship to protection action p value (p = 0.033), and spraying time of
pesticide p value (p = 0.048) with cholinesterase, no relationship between education
level p value (p = 0.121), storage methode pesticide p value (p = 0.850) with
cholinesterase.

Conclusion
There are relationship between the protection action and the spraying time pesticides
with cholinesterase enzyme activity. Efforts need to do is pay attention to the actions
of farmers in the management of that storage of pesticides, how mixing pesticides,
and pesticide spraying time.

Reference : 66 (1983-2018)
Key Word : Pesticide, Cholinesterase, Action, Storage, Spraying
KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya

kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul

“Hubungan Tingkat Pendidikan, Tindakan Penyemprotan, Cara Penyimpanan

Pestisida dan Waktu Penyemprotan Pestisida Dengan Aktivitas Enzim

Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun

2018 “. Penyusunan dan penulisan skripsi ini merupakan rangkaian dari proses

pendidikan secara menyeluruh di program studi S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Universitas Andalas, dan sebagai prasyarat dalam menyelesaikan pendidikan.

Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr.Tafdil Husni, SE, MBA, selaku Rektor Universitas

Andalas.

2. Bapak Defriman Djafri, SKM, MKM, Ph.D, selaku Dekan Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas.

3. Ibu Ade Suzana Eka Putri PhD selaku Ketua Program Studi Ilmu

Kesehatan Masyarakat yang telah membimbing peneliti dalam penulisan

skripsi ini.

4. Bapak Nizwardi Azkha, SKM, MPPM, M.Pd, M.Si sebagai pembimbing I

yang selalu memberikan bimbingan, pemikiran, dan arahan dengan penuh

semangat dan ketulusan pada peneliti selama penelitian skripsi ini.

5. Ibu Septia Pristi Rahmah, SKM, MKM sebagai Pembimbing II yang

selalu memberikan bimbingan, pemikiran, dan arahan dengan penuh

semangat dan ketulusan pada peneliti selama penelitian skripsi ini.

iii
6. Dr. Aria Gusti, SKM, M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan

masukan dan saran kepada penulis selama penyelesaian hasil skripsi ini.

7. Ibu Putri Nilam Sari, SKM, M.Kes selaku penguji II yang telah

memberikan masukan dan saran kepada penulis selama penyelesaian

hasil skripsi ini.

8. Ibu Dr. dr, Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM selaku Pembimbing

Akademik yang telah memberikan semangat kepada peneliti.

9. Keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan baik dari segi

materil maupun moril yang selalu memberikan semangat dan doanya

agar penulis semangat dalam menyelesaikan skripsi ini.

10. Sahabat, teman-teman, dan semua pihak yang secara langsung maupun

tidak langsung telah membantu penulis dalam menyelesaikan hasil

penelitian skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari penelitian skripsi

ini, baik dari materi maupun teknik penyajian, mengingat kurangnya pengetahuan

dan pengalaman penulis.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran

yang sifatnya membangun. Akhirnya penulis berharap semoga hasil penelitian

skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang

akan datang. Semoga semua bantuan, bimbingan, semangat, dan amal kebaikan yang

telah diberikan dijadikan amal shaleh dan diridhai Allah SWT. Aamiin.

Padang, 8 Mei 2019

Penulis
DAFTAR ISI

PERNYATAAN PERSETUJUAN PEMBIMBING


PERNYATAN PERSETUJUAN TIM PENGUJ
PERNYATAAN PENGESAHAN
PERNYATAAN TIDAK PLAGIAT ..........................................................................
ABSTRAK....................................................................................................................i
KATA PENGANTAR...............................................................................................iii
DAFTAR ISI................................................................................................................v
DAFTAR TABEL......................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.................................................................................................xi
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN.........................................................................xii
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................................xiii
BAB 1 : PENDAHULUAN.........................................................................................1
1.1 Latar Belakang....................................................................................................1
1.2 Perumusan Masalah............................................................................................8
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................8
1.3.1 Tujuan Umum..............................................................................................8
1.3.2 Tujuan Khusus.............................................................................................8
1.4 Manfaat Penelitian..............................................................................................9
1.4.1 Manfaat Teoritis...........................................................................................9
1.4.2 Manfaat Praktis..........................................................................................10
1.5 Ruang Lingkup Penelitian................................................................................10
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA.............................................................................12
2.1 Pestisida............................................................................................................12
2.1.1 Pengertian..................................................................................................12
2.1.2 Golongan Pestisida....................................................................................12
2.1.3 Formulasi Pestisida....................................................................................15
2.1.4 Pedoman Umum Penggunaan Pestisida.....................................................18
2.1.5 Mekanisme Pajanan Pestisida Pada Manusia............................................20
2.1.6 Diagnosis Keracunan Pestisida..................................................................22
2.1.7 Patofisiologi Paparan Pestisida..................................................................23
2.1.8 Dampak Penggunaan Pestisida..................................................................23
2.2 Enzim Cholinesterase.......................................................................................26
2.2.1 Pengertian..................................................................................................26
2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim Cholinesterase..................28
2.2.2.1 Faktor Internal (Dari Dalam Tubuh)...................................................28
2.2.2.2 Faktor Eksternal (Dari Luar Tubuh)...................................................30
2.3 Telaah Sistematis..............................................................................................36
2.4 Kerangka Teori.................................................................................................42
2.5 Kerangka Konsep..............................................................................................43
2.6 Hipotesis...........................................................................................................43
BAB 3 : METODE PENELITIAN..........................................................................44
3.1 Jenis Penelitian.................................................................................................44
3.2 Waktu dan Tempat............................................................................................44
3.3 Populasi dan Sampel.........................................................................................44
3.3.1 Populasi......................................................................................................44
3.3.1.1 Populasi Subjek..................................................................................44
3.3.1.2 Populasi Obyek...................................................................................45
3.3.2 Sampel.......................................................................................................45
3.3.2.1 Sampel Subjek....................................................................................45
3.3.2.2 Sampel Objek......................................................................................45
3.3.3 Besaran Sampel..........................................................................................45
3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel.....................................................................46
3.4 Kriteria Sampel.................................................................................................46
3.4.1 Kriteria Inklusi...........................................................................................46
3.4.2 Kriteria Ekslusi..........................................................................................46
3.5 Definisi Operasional.........................................................................................48
3.6 Instrumen Penelitian.........................................................................................50
3.7 Pemeriksaan Enzim Cholinesterase..................................................................50
3.7.1 Prinsip........................................................................................................50
3.7.2 Alat dan Bahan...........................................................................................50
3.7.3 Bahan.........................................................................................................51
3.7.4 Prosedur Kerja...........................................................................................51
3.8 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data.....................................................52
3.8.1 Teknik Pengumpulan Data.........................................................................52
3.8.1.1 Data Primer.........................................................................................52
3.8.1.2 Data Sekunder.....................................................................................52
3.8.2 Pengolahan Data........................................................................................52
3.9 Analisis Data.....................................................................................................53
3.9.1 Analisis Univariat......................................................................................53
3.9.2 Analisis Bivariat........................................................................................54
BAB 4 : HASIL.........................................................................................................55
4.1 Gambaran Lokasi Penelitian.............................................................................55
4.2 Analisis Univariat.............................................................................................57
4.2.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden..........................................57
4.2.2 Distribusi Frekuensi Aktivitas Enzim Cholinesterase...............................58
4.2.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Petani Sayur.............................60
4.2.4 Distribusi Frekuensi Tindakan Penyemprotan Petani Sayur.....................60
4.2.5 Distribusi Frekuensi Cara Penyimpanan Pestisida Petani Sayur...............61
4.2.6 Distribusi Frekuensi Waktu Penyemprotan Pestisida Petani Sayur...........62
4.3 Analisis Bivariat............................................................................................63
4.3.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Petani Sayur dengan Aktivitas Enzim
Cholinesterase..........................................................................................63
4.3.2 Hubungan Tindakan Penyemprotan Petani Sayur dengan Aktivitas
Enzim Cholinesterase...............................................................................63
4.3.3 Hubungan Cara Penyimpanan Pestisida dengan Aktivitas Enzim
Cholinesterase..........................................................................................64
4.3.4 Hubungan Waktu Penyemprotan Pestisida dengan Aktivitas Enzim
Cholinesterases........................................................................................65
BAB 5 : PEMBAHASAN.........................................................................................66
5.1 Keterbatasan Penelitian.....................................................................................66
5.2 Aktivitas Enzim Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang...........66
5.3 Tingkat Pendidikan...........................................................................................67
5.4 Tindakan Penyemprotan...................................................................................67
5.5 Cara Penyimpanan Pestisida.............................................................................68
5.6 Waktu Penyemprotan Pestisida........................................................................69
5.7 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Aktivitas Enzim Cholinesterase
Pada Petani Sayur di Alahan Panjang......................................................................70
5.8 Hubungan Tindakan Penyemprotan dengan Aktivitas Enzim Cholinesterase
Pada Petani Sayur di Alahan Panjang......................................................................71
5.9 Hubungan Cara Penyimpanan Pestisida dengan Aktivitas Enzim
Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang...................................72
5.10 Hubungan Waktu Penyemprotan Pestisida dengan Aktivitas Enzim
Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang...................................73
BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN..................................................................76

6.1 Kesimpulan.......................................................................................................76
6.2 Saran.................................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................79
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tabel Aktifitas Enzim Cholinesterase dalam darah.........................24

Tabel 2.2 Telaah Sistematis................................................................................32

Tabel 3.2 Defenisi Operasional...........................................................................44

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin dan Tingkat


Pendidikan Responden........................................................................57

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia dan Masa Kerja Responden.57

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Aktivitas Enzim Cholinesterase.......................58

Tabel 4.4 Hasil Uji Laboratorium Aktifitas Enzim Cholinesterase...................58

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Petani Sayur Di Alahan
Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018..............................................60

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tindakan Penyemprotan Pada Petani Sayur Di


Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018...................................61

Tabel 4.7 Uraian Distribusi Tindakan Penyemprotan Petani Sayur di Alahan


Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018..............................................61

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Cara Penyimpanan Pestisida Pada Petani Sayur
Di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018..............................62

Tabel 4.9 Uraian Distribusi Cara Penyimpanan Pestisida Petani Sayur di Alahan
Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018..............................................62

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Waktu Penyemprotan Pestisida Pada Petani


Sayur Di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018..................63

Tabel 4.11 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Aktivitas Enzim


Cholinesterase Pada Petani Sayur Di Alahan Panjang Kabupaten
Solok Tahun 2018..............................................................................63

Tabel 4.12 Hubungan Tindakan Penyemprotan Dengan Aktivitas Enzim


Cholinesterase Pada Petani Sayur Di Alahan Panjang Kabupaten
Solok Tahun 2018...............................................................................64

Tabel 4.13 Hubungan Cara Penyimpanan Pestisida Dengan Aktivitas Enzim


Cholinesterase Pada Petani Sayur Di Alahan Panjang KabupatenSolok
Tahun 2018............................................................................................65
Tabel 4.14 Hubungan Waktu Penyemprotan Pestisida Dengan Aktivitas Enzim
Cholinesterase Pada Petani Sayur Di Alahan Panjang Kabupaten
Solok Tahun 2018...............................................................................65
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Teori................................................................................38


Gambar 2.2 Kerangka Konsep............................................................................39
DAFTAR ISTILAH/SINGKATAN

1. ACP : Acetylcholine Perchlorate

2. APD : Alat Pelindung Diri

3. BPS : Biro Pusat Statistik

4. DDT : Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane

5. EDCs : Endocrine Disrupting Chemicals

6. LD50 : Lethal Dose 50

7. PAN : Pesticide Action Network

8. PCP : Pentachlorofenol

9. PUS : Pasangan Usia Subur

10. SD : Sekolah Dasar

11. SMP : Sekolah Menengah Pertama

12. SMA : Sekolah Menengah Atas

13. SMAK : Sekolah Menengah Analisis Kimia

14. SPSS : Statistical Product and Service Solutions

15. WHO : World Health Organization


LAMPIRAN

Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Turun Lapangan oleh

Pembimbing Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas

Lampiran 3 : Surat Ijin Penelitian dari Instansi Tempat

Penelitian Lampiran 4 : Informed Consent

Lampiran 5 : Kuesioner Penelitian

Lampiran 6 : Surat pernyataan selesai penelitian

Lampiran 7 : Output analisis data

Lampiran 8 : Hasil Analisis Cholinesterase


: Hasil Uji Etik
Lampiran 9
: Hasil cek similarity
Lampiran 10
: Dokumentasi penelitian
Lampiran 11
: Manuskrip
Lampiran 12
BAB 1 : PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pertanian adalah salah satu bidang strategis dalam pemenuhan hidup

masyarakat. Hasil dari pertanian dapat digunakan untuk pemenuhan hidup seperti

bahan pokok dan bahan pelengkap seperti sayur, buah-buahan dll. Indonesia sebagai

negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam

atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting

dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia.(1)

Petani adalah kelompok kerja terbesar di Indonesia. (2) Indonesia dengan 38,97

juta penduduk atau sekitar 34% penduduk Indonesia, bekerja pada sektor pertanian.

Hal ni menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang penduduknya bekerja di

sektor pertanian.(3) Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2015

menunjukkan bahwa sekitar 40 juta orang bekerja di sektor pertanian dari sekitar 90

juta angkatan kerja yang berusia 15 tahun keatas.(4) Faktor tersebutlah yang membuat

pada hari ini sektor pertanian sangat memerlukan bantuan pestisida sebagai bahan

penting dalam membantu meningkatkan hasil pertanian. Sehingga, tanpa

menggunakan pestisida dapat menimbulkan penurunan terhadap hasil pertanian.(5)

Pestisida adalah bahan yang digunakan untuk mengontrol, menghentikan,

menarik atau merusak organisme pengganggu. Pestisdia adalah maha karya dari

hasil teknologi modern dan mempunyai fungsi penting untuk kesejahteraan rakyat. (6)

Pada negara maju dan negara berkembang pestisida berhasil meningkatkan hasil

produksi pertanian dan dapat mengendalikan hama atau serangga pembawa masalah

bagi pertanian dan kesehatan.(5)

Pestisida adalah zat kimia yang dipakai pada saat ini untuk membasmi hama.
(7)
Penggunaan pestisida dengan cara yang tepat dan aman adalah hal mutlak

1
2

yang harus dilakukan karena pestisida termasuk salah satu bahan beracun.(6)

Penggunaan pestisida di negara-negara berkembang pada saat ini adalah 25% dari

penggunaan pestisida di seluruh dunia. Hal yang paling mengejutkan adalah

walaupun negara-negara berkembang hanya menggunakan 25% pestisida dari

seluruh dunia tetapi angka kematian akibat pestisida 99% dialami oleh wilayah

tersebut. Hal ini disebabkan karena rendahnya tingkat pendidikan, pengetahuan

petani sehingga cara penggunaannya sangat tidak aman dan cenderung berlebihan

pola penyemprotan pada tanaman yang rentan terhadap hama (8)

Menurut data dari WHO (World Health Organization) pada tahun 2009

memperkirakan bahwa 300.000 orang meninggal setiap tahun karena keracunan

pestisida.(9) Data dari PAN (Pesticide Action Network) Internasional pada tahun 2007

memperkirakan ada 1 sampai 41 juta orang didunia mengalami dampak kesehatan

akibat pestisida.(9) Gejala keracunan pestisida yang muncul akibat penggunaan

pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran yaitu iritasi pada kulit, pandangan kabur,

diare, pusing , keringat berlebihan, sakit kepala, sakit otot, mual mual, sesak nafas,

sakit dada hingga kematian.(10) Hasil penelitian di Palestina menunjukkan tentang

pengguunaan pestisida sebanyak 34 orang (36%) mengalami gangguan kesehatan

kulit dan 27 orang (28%) mengalami sakit kepala dan pusing. (11) Gejala lain dari
(12)
keracunan pestisida menimbulkan paresthesia dan bicara cadel. Studi di India

pada tahun 2010 mengatakan bahwa gejala neurologis akibat paparan pestisida

organofosfat pada anak-anak pekerja pertanian menyebabkan tremor 9,3% kasus dan

takikardia sebanyak 3,1% kasus. (13)

Pada saat ini penggunaan pestisida adalah zat yang paling banyak dipakai

oleh petani di Indonesia.(14) Pada tahun 2016 terdapat 3207 pestisida yang terdaftar

sebagai jenis pestisida yang aktif yang ada pada masyarakat saat ini. Pestisida yang
3

terdaftar tersebut ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian

Nomor.24/Permentan/ SR.140/4/2011 tentang syarat dan Tata Cara Pendaftaran

Pestisida.(5) Petani yang paling banyak menggunakan berbagai pestisida adalah

petani sayuran, tanaman pangan, dan tanaman hortikultura buah-buahan.(15) Di antara

berbagai jenis pestisida, golongan organophosphate dan karbamat adalah yang

paling umum digunakan oleh petani.(16) Pada umumnya petani di Indonesia

mengetahui bahaya pestisida, akan tetapi mereka tidak perduli akan dampak yang

ditimbulkan. Banyak sekali petani yang bekerja menggunakan pestisida tanpa

menggunakan pengaman seperti masker, topi, pakaian yang menutupi tubuh dan lain

sebagainya. Lebih parah lagi ketika diingatkan untuk menggunakan alat pelindung

diri, petani dengan bangganya menyebutkan bahwasanya mereka sudah kebal dengan

bau pestisida yang menyengat. Pada umumnya petani beranggapan bahwa

menggunakan alat pelindung diri saat menangani pestisida adalah hal yang tidak

praktis dan dianggap merepotkan. Apabila alat tersebut tidak digunakan, maka

pestisida ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan saluran pernapasan.(17)

Tingkat pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan

berdasarkan tingkat perkembangaan yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku,

sehinggan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memudahkan masyarakat untuk

menyerap informasi serta mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup. (18)

Menurut Cinta dalam hasil penelitiannya menunjukkan hasil uji statistik antara

tingkat pendidikan dengan kejadian keracunan pestisida bahwa tidak ada hubungan

tingkat pendidikan dengan kejadian keracunan pestisida pada petani holtikultura

anorganik di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Hasil penelitian

ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dkk pada tahun 2014

yang mengatakan tidak ada hubungan tingkat pendidikan terhadap kadar


4

cholinesterase pada petani penyemprot padi di Desa Samberejo, Kecamatan Balong,

Kabupaten Ponorogo.(19) Petani di Desa Batur memiliki tingkat pendidikan tidak

tamat SMP tergolong banyak yaitu 71,1% responden. Hal tersebut menunjukkan

bahwa tingkat pendidikan petani di Desa tersebut tergolong rendah. Tingkat

pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan tentang pestisida dan bahaya

yang dapat ditimbulkan oleh pestisida lebih baik dari pada pengetahuan yang rendah.

Pentingnya pendidikan formal akan memberikan seseorang tambahan pengetahuan

serta wawasan sehingga dapat menerima informasi perkembangan pestisida atau

perkembangan teknologi baru dibidang pertanian.(20)

Penelitian yang dilakukan oleh Ai Sukmawati tentang hubungan antara

tindakan praktek penyemprotan dengan aktivitas Cholinesterase pada darah pada

petani cabe di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya

didapatkan hasil bahwa 18 responden (85,7%) dengan aktivitas Cholinesterase

normal, 13 responden (76,5%) dengan keracunan ringan dan 13 responden (65%)

dengan keracunan sedang memiliki tindakan yang cukup, sedangkan pada keracunan

berat 3 responden (100%) memiliki tindakan yang kurang. Hasil perhitungan statistik

korelasi Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,820 dan p = 0,001 yang menunjukkan

ada hubungan bermakna antara tindakan praktek penyemprotan dengan aktivitas

Cholinesterase darah. Hasil uji statistik sesuai dengan kenyataan dilapangan bahwa

tindakan praktek penyemprotan pestisida masih kurang baik contohnya penggunaan

alat pelindung diri (APD) yang kurang pada saat mencampur dan menyemprot , serta

adanya kebiasaan menyemprot lebih dari 5 jam dalam satu hari, kondisi tersebut

sangat mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida pada petani.(21)

Menurut Imelda dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang

berhubungan dengan kadar kolinesterase pada perempuan usia subur di daerah


5

pertanian didapatkan hasil adanya hubungan cara penyimpanan pestisida dengan

kadar kolinesterase, dimana persentase PUS yang kadar kolinesterasenya rendah

paling tinggi pada PUS dengan cara penyimpanan pestisida buruk, sedangkan

persentase PUS yang kadar kolinesterasenya normal paling tinggi pada PUS dengan

cara penyimpanan pestisida baik, namun berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh

nilai p =0,162 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara cara

penyimpanan pestisida dengan kadar kolinesterase pada PUS di Kecamatan Kersana

Kabupaten Brebes.(22)

Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sri Suparti dkk bahwa kebiasaan

waktu menyemprot yang dilakukan petani terbukti sebagai faktor risiko terjadinya

keracunan pestisida organofosfat, dengan nilai p = 0,036 (95% CI = 1,083 – 11,541)

dan OR 3,535. Hal tersebut berarti bahwa kebiasaan waktu menyemprot setelah jam

11.00 dan sore sebelum pukul 15.00 berisiko terjadi keracunan pestisida organofosfat

sebesar 3,535 kali dibanding dengan waktu menyemprot sesuai anjuran yaitu pagi

sebelum pukul jam 11.00 dan sore sesudah pukul 15.00. Hasil penelitian waktu

menyemprot yang dilakukan mulai pukul 05.30- 08.00 sebesar 20 (24,39%),

menyemprot pukul 08.30-09.30 sebesar 23 (28,05%), menyemprot pukul 10.00-

11.00 sebesar 22 (26,83%) dan menyemprot sore hari diatas pukul 13.00-15.00

sebesar 17 (20,73%), menyemprot pestisida yang dilakukan petani sebagian besar

dilakukan pada pagi hari dengan alasan masalah cuaca yang dianggap sesuai, dan

melakukan aktifitas menyemprot nyaman di pagi hari karena tidak ada angin kencang

supaya banyak pestisida terbawa angin(23), dengan kebiasaan menyemprot disiang

hari saat matahari terik akan mengakibatkan pestisida akan menguap dan mengurai,

serta akan berdampak negatif terhadap petani yaitu akan mengakibatkan keracunan

pestisida di tangan dan punggung yang banyak paparan yang masuk lewat kulit serta
6

akan merugikan petani karena pestisida banyak yang hilang karena menguap.

Menyemprot terlalu pagi atau terlalu sore akan mengakibatkan pestisida menempel

pada bagian tanaman, pestisida yang menempel pada tanaman jika berama-lama

maka akan mengakibatkan atau berdampak tidak baik yaitu akan membuat tanaman

mengering.(24)

Sumatera Barat merupakan salah satu dari provinsi di Indonesia yang struktur

perekonomiannya banyak dibantu oleh sektor pertanian. Sehingga tidak heran kalau

provinsi berpenduduk lebih dari 4,8 juta jiwa ini mampu menjadi salah satu produsen

utama komoditas pertanian di pulau Sumatera, terutama sayur-sayuran dan buah-

buahan.(25) Salah satu daerah di Sumatera Barat adalah di Nagari Alahan Panjang.

Nagari Alahan Panjang terkenal sebagai daerah sentra sayuran terbesar di Sumatera

Barat karena melimpahnya hasil dari pertanian yaitu sayur-sayuran serta buah-

buahan. Alahan panjang berada pada lereng timur di kawasan Taman Nasional

Kerinci Seblat. Namun daerah ini berisiko tinggi terhadap pencemaran yang

disebabkan oleh pestisida.(26) Berdasarkan penelitian cholinesterase yang dilakukan

pada tahun 2017 di Laboratorium Kesehatan Daerah (LABKESDA), sampel diambil

dari petani bawang merah di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok bahwasanya

didapatkan dari 5 sampel darah petani bawang merah kadar cholinesterase antara

lain: sampel A (9.165,2u/l), sampel B (10.154u/l), sampel C (2.835,6u/l), sampel D

(5.281,2u/l) dan sampel E (6.852,2u/l). Dari kelima sampel didapatkan satu orang

yang kadar cholinesterase dibawah batas normal atau terpapar pestisida yaitu sampel

C.(17)

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan pada 10 orang responden dari

petani sayur di Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok diperoleh hasil bahwa ada

7 dari 10 orang petani di Nagari Alahan Panjang yang berpendidikan rendah, tingkat
7

pendidikan rendah akan mempengaruhi pemahaman dalam pemakaian pestisida,

kecendrungan untuk terkena toksik lebih banyak. Pada studi pendahuluan yang

dilakukan ditemukan 5 dari 10 petani sayur melaksanakan tindakan penyemprotan

pestisida pada tanaman kurang baik, ini dapat menimbulkan adanya efek toksikologi

yang diberikan terhadap kesehatan petani yang nantiya mempengaruhi kadar

aktivitas ezim Cholinesterase dalam darah. Pada cara penyimpanan pestisida

ditemukan 4 dari 10 responden menyimpan pestisida dengan kurang baik , ini juga

bisa menimbulkan efek racun yang nantinya mempengaruhi kadar Cholinesterase

dalam darah. Pada variabel terakhir, yaitu waktu penyemprotan pestisida , ditemukan

9 dari 10 petani sayur di Nagari Alahan Panjang berperilaku kurang baik,

dikarenakan petani sayur tidak menargetkan waktu sesuai dengan seharusnya, waktu

penyemprotan yang tidak terstandar dapat mengakibatkan efek toksik terhadap tubuh

dan menurunkan kadar Cholinesterase pada darah. Pada studi pendahuluan

ditemukan gejala keracunan pestisida subjektif pada petani sayur di Nagari Alahan

Panjang Kabupaten Solok. Para petani merasakan gejala keracunan seperti pusing

setelah melakukan penyemprotan, keringat yang berlebihan setelah menjalani

penyemprotan, nafsu makan yang berkurang, tangan gemetar, sering mengantuk pada

siang hari dan sulitnya tidur ketika malam hari. Hal itu berkaitan dengan efek yang

ditimbulkan oleh pestisida yang digunakan oleh petani pada saat penyemprotan

pestisida pada sayuran.

Berdasarkan fakta diatas, maka peneliti tertarik melakukan penelitan untuk

mengetahui Hubungan Tingkat Pendidikan, Tindakan Penyemprotan, Cara

Penyimpanan Pestisida dan Waktu Penyemprotan Pestisida Dengan Aktivitas Enzim

Cholinesterase Pada Petani Sayur Di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.
8

1.2 Perumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas maka yang menjadi rumusan masalah

adalah “Bagaimana Hubungan Tingkat Pendidikan, Tindakan Penyemprotan, Cara

Penyimpanan Pestisida Dan Waktu Penyemprotan Pestisida dengan Aktivitas Enzim

Cholinesterase pada Petani Sayur Di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun

2018”?

1.3 Tujuan Penelitian


1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui Hubungan Tingkat

Pendidikan, Tindakan Penyemprotan, Cara Penyimpanan Pestisida dan Waktu

Penyemprotan Pestisida Dengan Aktivitas Enzim Cholinesterase Pada Petani Sayur

Di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.

1.3.2 Tujuan Khusus


1. Mengetahui distribusi frekuensi aktivitas enzim Cholinesterase pada petani

sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.

2. Mengetahui distribusi frekuensi tingkat pendidikan petani sayur di Alahan

Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.

3. Mengetahui distribusi frekuensi tindakan penyemprotan petani sayur pada

pestisida di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.

4. Mengetahui distribusi frekuensi cara penyimpanan pestisida petani sayur di

Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.

5. Mengetahui distribusi frekuensi waktu penyemprotan pestisida petani sayur

di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.


9

6. Menganalisis hubungan antara tingkat pendidikan petani sayur pada

penggunaan pestisida dengan aktivitas enzim Cholinesterase di Alahan

Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.

7. Menganalisis hubungan antara tindakan penyemprotan petani sayur pada

penggunaan pestisida dengan aktivitas enzim Cholinesterase di Alahan

Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.

8. Menganalisis hubungan antara cara penyimpanan pestisida petani sayur

dengan aktivitas enzim Cholinesterase pada penggunaan pestisida di Alahan

Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.

9. Menganalisis hubungan antara waktu penyemprotan pestisida petani sayur

dengan aktivitas enzim Cholinesterase di Alahan Panjang Kabupaten Solok

Tahun 2018.

1.4 Manfaat Penelitian


1.4.1 Manfaat Teoritis
1. Hasil Penelitian yang dilakukan oleh peneliti dapat dimanfaatkan sebagai

rujukan dan bahan bacaan untuk penelitian selanjutnya serta menjadi salah

satu bacaan di perpustakan FKM Unand.

2. Hasil Penelitian dapat digunakan untuk menambah pengetahuan, pengalaman

dan pemahaman terhadap peneliti mengenai kadar enzim Cholinestrase

dalam darah dan menjadi bahan masukan untuk peneliti selanjutnya

3. Hasil Penelitian dapat digunakan untuk memberikan informasi dan

pengetahuan kepada petani sayur tentang dampak dan resiko penggunaan

pestisida terhadap aktivitas enzim cholinesterase dalam darah yang

mempengaruhi kesehatan pada petani sayur.


10

1.4.2 Manfaat Praktis


1. Hasil Penelitian dapat digunakan oleh Dinas Kesehatan untuk memberikan

informasi dan sebagai acuan dalam melaksanakan upaya promotif, preventif,

kuratif, rehabilitatif dan pengawasan terhadap penggunaan pestisida pada

petani

2. Hasil penelitian dapat digunakan oleh Dinas Pertanian untuk bahan

pertimbangan upaya pengamanan dan penanganan pestisida sehingga

keracunan akibat pestisida dapat dicegah serta membuat program untuk

penanggulangan masalah keracunan akibat pestisida.

3. Penelitian ini dapat dijadikan untuk menambah pengetahuan, wawasan,

dan pengalaman peneliti pada suatu kegiatan penelitian dalam menganalisis

permasalahan.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian


Peneliti membatasi ruang lingkup dari penelitian ini sesuai dengan tujuan

penelitian adalah untuk mencari hubungan tingkat pendidikan, tindakan

penyemprotan, cara penyimpanan pestisida dan waktu penyemprotan pestisida

dengan Aktivitas Enzim Cholinestrase. Rancangan penelitian ini menggunakan studi

cross sectional. Penelitian ini berlokasi di Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok.

Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2018 sampai Maret 2019. Sasaran

responden pada penelitian ini adalah para petani sayur di Nagari Alahan Panjang,

Kabupaten Solok.

Responden adalah petani yang melakukan kegiatan pertanian sekaligus

melakukan penyemprotan pestisida pada lahan pertanian.Sedangkan objek dari

penelitian ini adalah darah petani sayur di Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok.

Pemeriksaan kadar enzim Cholinesterase di darah pada penelitian ini dilakukan


11

kerjasama dengan pihak ketiga yaitu Analis Puskesmas Belimbing Kuranji.

Penelitian ini adalah penelitian payung dengan 5 jenis penelitian yang terlibat di

dalamnya.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pestisida
2.1.1 Pengertian
Pestisida atau pembasmi hama adalah bahan yang digunakan untuk

mengendalikan, menolak, atau membasmi organisme pengganggu. Nama ini berasal

dari pest yang berarti hama dan diberi akhiran -cide yang berarti pembasmi(27).

Menurut Permentan No. 24 Tahun 2011 yang dikatakan Pestisida adalah semua zat

kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus untuk mengendalikan atau

memberantas hama-hama dan penyakit yang merusak tanaman, memberantas

rerumputan, menghabiskan daun dan mencegah pertumbuhan tidak diinginkan,

mengatur dan merangsang pertumbuhan tanaman dan bagian-bagian tanaman,

menghabisakan atau mengurangi hama-hama luar pada hewan peliharaan dan ternak,

memberantas dan mencegah hama-hama di air, menghilangkan atau mengurangi

binatang-binatang yang menyebabkan penyakit, memberantas dan mengurangi

binatang-binatang danjasad-jasad renik dalam rumah tangga,bangunan dan alat

pengangkutan.(28)

2.1.2 Golongan Pestisida


1. Insektisida

Insektisida merupakan kelompok pestisida terbesar yang terdiri atas beberapa

sub kimia yang berbeda, antara lain: (29)

1. Organoklorin, merupakan insektisida chlorinated hydrocarbon secara kimia

tergolong ke dalam insektisida relatif stabil dan kurang reaktif, ditandai

dengan terurainya residu di lingkungan. Salah satu organoklrin yang terkenal

adalah DDT. Pestisida ini telah banyak menimbulkan perdebatan. Kelompok

12
13

organoklorin bersifat racun terhadap susunan saraf, namun baik pada

serangga maupun mamalia. Keracunan dapat bersifat akut maupun kronis.

Keracunan kronisnya bersifat karsinogenik (kanker).

2. Organofosfat, insektisida ini merupakan ester asam fosfat atau asam tiosulfat.

Pada umumnya pestisida ini merupakan racun pembunuh serangga yang

paling toksik akut terhadap binatang bertulang belakang seperti burung, ikan,

cicak dan mamalia. Pestisida ini juga memblokade penyaluran implus saraf

dengan cara mengikat enzim asetikolinesterase. Golongan organofosfat ini

bersifat karsinogenik.

3. Karbamat merupakan ester asam N-metilkarbamat yang menghambat

asetikolinesterase, pengaruh terhadap enzim tidak bertahan lama dan dapat

cepat kembali normal. Pada umumnya, kelompok ini dapat bertahan dalam

tubuh selama 24 jam sehingga dapat diekresikan.

4. Piretroid berasal dari piretrum diperoleh dari bunga Chrysanthemum

cinerariaefolium. Piretrum dapat menyebabkan alergi pada orang yang peka

dengan toksisitas rendah.

2. Herbisida

Ada beberapa jenis herbisida yang toksisitasnya pada hewan belum diketahui

dengan pasti.

1. Senyawa klorofenoksi, senyawa ini bekerja pada tumbuh-tumbuhan yang

2. berperan sebagai hormon pertumbuhan. Toksissitasnya pada hewan relatif

rendah, akan tetapi klorakne yang mempunyai efek yang disebabkan oleh

pencemar 2,3,7,8-tetraklorobenzo-p-dioksin.

3. Herbisida biperidil, telah dipergunakan secara luas. toksisitas zat ini

dilakukan lewat pembentukan radikal bebas. Toksisitas parakuat ini ditandai


14

oleh efek paru-paru melalui paparan oral dan inhalasi. Keracunan pada

pestisida ini bersifat parakuat dan dikuat karsinogenik.

4. Fungisida

1. Senyawa merkuri, misalnya metil dan etil merkuri yang digunakan secara

luas untuk mengawetkan butir-butir padi yang sangat efektif sebagai

fungisida. Kerugian dari pestisida ini dapat menyebabkan kematian dan

kerusakan neurologi menetap sehingga pada saat sekarang sudah tidak

digunakan lagi.

2. Senyawa dikarboksimida antara lain dimetil-tiokarbamat (ferbam, tiram, dan

ziram) dan etilenbisdiotikar (maneb, nabam, dan zineb). Senyawa ini relatif

rendah pada toksisitas akut sehingga dipergunakan secara luas dalam

pertanian namun ada kemungkinan berpotensi karsinogenik.

3. Derifat ftalimida misalnya kaptan dan folpet, yang mempunyai toksisitas akut

dan kronis yang berpotensi karsinogenik dan teratogenik.

4. Senyawa aromatik misalnya pentaklorofenol (PCP) sebagai bahan pengawet

kayu. Senyawa ini dipergunakan dalam mengolah tanah yang secara akutnya

zat ini tidak begitu toksik tetapi dapat bersifat karsinogenik.

5. Senyawa lain dari pestisida ini adalah senyawa N-heterosiklik tertentu

sepeerti benomil dan tiabenazol. Toksisitas ini dipergunakan secara luas

dalam pertanian yang toksisitas bahan kimianya yang rendah.

Heksaklorobenzen digunakan sebagai zat pengolah benih.

5. Rodentisida

1. Warfarin merupakan anti metabolit vitamin K sebagai antikoagulan. Warfarin

ini dapat menghambat pembentukan protombrin yang dipergunakan secara

luas karena toksisitasnya rendah.

2. Tiourea yang sangat toksik pada tikus tetapi tidak pada manusia.
15

3. Natrium fluoroasetat dan fluoroasetamida yang bersifat sangat toksik yang

dapat menghambat siklus asam sitrat yang dipergunakan oleh orang-orang

yang mendapat izin.

4. Rodentisida misalnya alkaloid striknin sebagai perangsang susunan saraf

pusat. Squill merah yang mengandung glikosida skilaren A dan B. Glikosida

ini mempunyai efek kardiotonik dan emesis sentral dimana zat ini relatif tidak

beracun bagi mamalia dan sangat beracun bagi tikus. Rodentisida anorganik

antara lain seng fosfid, talium sulfat, arsen trioksida dan unsur fosfor.

5. Fumigan

Sesuai dengan namanya, kelompok pestisida ini mencakup beberapa gas, dan

cairan yang mudah menguap serta zat padat yang dapat melepaskan berbagai gas

lewat reaksi kimia. Untuk mengendalikan serangga-serangga, hewan pengerat, dan

nematoda tanah zat dalam bentuk gas dapat menembus tanah sebagai proses

pengendalian. Kloropikrin dan etilen bromida merupakan zat kimia yang reaktif dan

dapat dipergunakan secara luas dalam industri kimia yang sifatnya karsinogenik

seperti etilen bromida, 1,3-dikloropropen.

2.1.3 Formulasi Pestisida


Pestisida yang telah diformulasi penggunaannya perlu diencerkan terlebih

dahulu ataupun dapat langsung digunakan tergantung dari formulasinnya.

Keuntungan yang diperoleh dari suatu jenis pestisida antara lain:(30) Dapat

meningkatkan aktivitasnya sebagai pestisida

a. Tahan terhadap suhu maupun cuaca dan tahan lama tanpa mudah rusak

b. Dapat ditangani oleh pengguna.


16

Secara umum jenis formulasi pestisida dapat dibedakan antara lain:

1. Emulsi Pekat (Emulsifiable Concentrate)

Merupakan formulasi berwujud cair yang bahan aktifnya dapat larut

dalam pelarut, akan tetapi tidak larut dalam air, emulsi ini akan membentuk

emulsi pekat apabila bercampur dengan air. Ada dua jenis formulasi yaitu

cairan dengan kepekatan rendah (1-10% bahan aktif) yang digunakan untuk

mengendalikan seranga terbang dan merayap dan juga dengan kepekatan

tinggi (10-80% bahan aktif) yang biasanya digunakan pada sayur-sayuran

ataupun hewan ternak.

2. Serbuk basah (Wettable powders)

Formulasi pestisida kering yang mengandung bahan aktif cukup

tinggi. Apabila bercampur dengan air, maka akan terbentu dua lapisan yang

terpisah yaitu pada bagian atasnya serbuk dari pestisidanya terapung. Untuk

menghindari hal ini, bahan pembasah (wetting agent) perlu dicampur, karena

mengandung 50-75% tanah liat atau bedak. Pada saat menyiapkan bahan akan

lebih mudah terisap dan perlu menggunakan alat pelindung diri.

3. Serbuk larut air (Water soluble powders)

Formulasi kering yang mengandung 50% bahan aktif dan dibutuhkan

perata dan bahan pembasah jika digunakan untuk menyemprot tanaman yang

mempunyai permukaan licin atau berbulu yang terdapat pada permukaan

batang/daunnya.

4. Suspensi

Pada formulasi ini bahan aktifnya dicampuri dengan serbuk tertentu

dan sedikit air sehingga akan terbentuk serbuh halus dan basah.
17

5. Debu (Dust)

Formulasi yang paling sederhana dalam pemakaiannya dan formulasi

kering yang mengandung bahan aktif rendah 1-10%. Formulasi ini digunakan

dalam keadaan kering tanpa perlu dicampuri air atau zat pelarut lainnya.

6. Butiran (Granules)

Formulasi ini menyerupai debu dengan ukuran yang lebih besar 20-80

mesh dan dapat digunakan langsung tanpa perlu dicairkan atau dicampur

dengan pelarut lain. Pada umumnya akan berbentuk cair setelah dicampurkan

dengan butiran, bahan aktifnya akan menyerap atau melekat pada butiran

dengan konsentrasi 2-45%.

7. Aerosol

Bahan aktif dari pestisida ini mudah menguap dan harus dilautkan

dengan ukuran butiran yang kurang dari 10 mikron sehingga mudah terhisap

pada saat bernapas kemudian masuk ke dalam paru-paru. Formulasi dengan

residu yang sangat rendah hanya efektif terhadap serangga yang terbang atau

merayap.

8. Umpan

Umpan merupakan makanan atau bahan tertentu yang telah dicampur

racun. Untuk mengganggu sasaran maka bahan makanan ini berperan sebagai

daya penarik jasad. Pestisida dengan formulasi ini sangat mudah digunakan

dengan cara meletakkannya di tempat-tempat strategis. Jumlah bahan aktif di

dalam umpan yang sangat rendah, sehingga tidak menimbulkan pengaruh

terhadap lingkungan akan tetapi berbahaya terhadap anak-anak dan hewan

ternak.
18

9. Fumigansia (Fumigant)

Fumigant adalah formulasi yang berada dalam bentuk cairan atau gas

yang mudah menguap. Gas ini sangat beracun terhadap manusia dan dapat

terisap oleh kulit yang biasanya digunakan untuk mengendalikan hama

gudang dan jamur pathogen yang berada di dalam tanah.

2.1.4 Pedoman Umum Penggunaan Pestisida

Pestisida merupakan racun yang dapat memberikan ke untungan bagi petani,

namun penggunaan pestisida lebih banyak memberikan dampak negatif, oleh karena

itu penggunaan pestisida harus secara bijaksana dengan memperhatikan prinsip 6

(enam) tepat yaitu:(31)

1. Tepat Sasaran

Tepat sasaran ialah pestisida yang digunakan harus berdasarkan

jenis OPT yang menyerang. Sebelum menggunakan pestisida, langkah

awal yang harus dilakukan ialah melakukan pengamatan untuk

mengetahui jenis OPT yang menyerang. Langkah selanjutnya ialah

memilih jenis pestisida yang sesuai dengan OPT tersebut.

2. Tepat Mutu

Tepat mutu ialah pestisida yang digunakan harus bermutu

baik.Untuk itu agar dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh

Komisis Pestisida.jangan menggunakan pestisida yang tidak terdaftar,

sudah kadaluarsa, rusak atau yang diduga palsu karena efikasinya

diragukan dan bahkan dapat menggunakan pertumbuhan tanaman.

Pestisida yang terdaftar diijinkan beredar di Indonesia kemasannya

diharuskan menggunakan bahasa Indonesia.


19

3. Tepat Jenis

Setelah diketahui hasil analisis agro ekosistem, maka dapat

ditentukan pula jenis pestisida apa yang harus digunakan, misalnya:

untuk hama serangga gunakan insektisida, untuk tikus gunakan

rodentisida.

Pilihlah pestisida yang paling tepat diantara sekian banyak

pilihan, misalnya: untuk pengendalian hama ulat grayak pada tanaman

kedlai. Berdasarkan izin dari Menteri Pertanian tersedia ± 150 nama

dagang insektisida. Jangan menggunakan pestisida tidak berlabel, kecuali

pestisida botani racikan sendiri ang dibuat berdasarkan anjuran yang

ditetapkan sesuai pilihan tersebut dengan alat aplikasi yang dimiliki atau

akan dimiliki.

4. Tepat Waktu

Waktu pengendalian yang paling tepat harus di tententukan berdasarkan:

1. Stadium rentan dari hama yang menyerang tanaman, misalnya

stadium larva instar I, II, dan II.

2. Kepadatan populasi yang paling tepat untuk dikendalikan, lakukan

aplikasi pestisida berdasarkan Ambang Kendali atau Ambang

Ekonomi.

3. Kondisi lingkungan, misalnya jangan melakukan aplikasi pestisida

pada saat hujan, kecepatan angin tinggi, cuaca panas terik.

4. Lakukan pengulangan sesuai dengan waktu yang dibutuhkan.

5. Tepat Dosis/konsentrasi
20

Gunakan konsentrasi/ dosisi yang sesuai dengan yang dianjurkan oleh

Menteri Pertanian. Untuk itu bacalah label kemasan pestisida. Jangan

melakukan aplikasi pestisida dengan konsentrasi/ dosis yang melebiihi atau

kurang sesuai dengan anjuran, karena dapat menimbulkan dampak negatif

yaitu meninggalkan residu pada tanaman hasil panennya yang

membahayakan bagi konsumen.

6. Tepat Cara

Pada umumnya penggunaan pestisida diaplikasikan dengan cara

disemprotkan. Namun demikian, tidak semua jenis OPT dapat dikendalikan

dengan disemprot. Pada jenis OPT dapat tertentu dan tanaman tertentu,

aplikasi pestisida dapat dilakukkan dengan cara penyiraman, perendaman,

penaburan, penghembusan, pengolesan, dll. Informasi tersebut dapat

diperoleh dari brosur label kemasan pestisida.

2.1.5 Mekanisme Pajanan Pestisida Pada Manusia


Mekanisme pajanan Pestisida pada Manusia terbagi 3 yaitu :

a. Kontaminasi lewat kulit (Adsorbsi)

Kontaminasi Adsorbsi adalah yang paling serng terjadi, walupun

seluruhnya tak berakhr dengan kearacunan kut. Lebh dar 90% kercunan di

dunia ni disebabkan oleh kontminasi melalu kulit. Faktor-faktor kontaminasi

melalui kulit ini dipengaruhi oleh daya racun kulit, konsentrasi, formulasi,

bagian kulit yang terpapar dan luasannya, serta kondisi fisik individu yang

terpapar.Risiko dar keracunan akan semakin besar jika nilai lethal dose 50

(LD50) semakin kecil, konsentrasi pestisida yang menempel pada kulit

semakin pekat, formulasi pestisida dalam bentuk yang mudah diserap, kulit
21

yang terpapar lebih mudah menyerap seperti punggung tangan, area yang

terpapar luas serta jika kondisi sistem kekebalan individu sedang

lemah.Pekerjaan yang memungkinkan resiko kontaminasi melalui kulit ini

adalah petani penyemprot, pencampur pestisida, dan proses pencucian lat alat

pestisda.(32)

b. Kontaminasi lewat Saluran Pernafasan (Inhalasi)

Kontaminasi Inhalasi adalah keracunan yang diakibatan partikel

masuk melalui hidung. Kontaminasi ini terbanyak kedua setelah kontaminasi

Adsorbsi. Gas dan partikel semprot yang sangat halus masuk kedalam paru-

paru, sedangkan partikel yang besar akan menempel diselaput lendir dihidung

atau di kerongkongan. Bahaya penghirupan pestisida lewat saluran

pernapasan juga dipengaruhi oleh LD 50 pestisida yang terhirup dan ukuran

partikel dan bentuk fisik pestisida.(33) Partikel gas yang masuk kedalam paru-

paru sangatlah berbahaya. Partikel atau droplet yang berukuran kurang dari

10 mikron dapat mencapai paru-paru, namun droplet yang berukuran lebih

dari 50 mikron mungkin tidak mencapai paru-paru, tetapi dapat menimbulkan

gangguan pada selaput lendir hidung dan kerongkongan. Tingkat racun

droplet/gas pestisida yang terhisap ditentukan oleh konsentrasinya di dalam

ruangan atau di udara, lamanya paparan dan kondisi fisik individu yang

terpapar.(34)

Pekerjaan yang memungkinkan kontaminasi lewat saluran pernafasan

adalah pekerjaan yang terkait dengan penyemprotan lahan pertanian, fogging

atau alat pembasmi serangga domestik.

c. Kontaminasi lewat Saluran pencernaan (Ingesti)


22

Kontaminasi yang ketiga adalah Ingesti , yaitu melalui saluran

pencernaan ataupun oral. Peristiwa masuknya kedalam mulut ini tidaklah

sesering yang terjadi lewat kulit dan saluran pernafasan.Contoh oral intake

misalnya kasus bunuh diri, makan minum merokok ketika bekerja dengan

pestisida, menyeka keringat dengan sarung tangan atau kain yang

terkontaminasi pestisida, drift atau butiran pestisida yang terbawa angin

masuk ke mulut, meniup nozzle yang tersumbat dengan mulut, makanan dan

minuman terkontaminasi pestisida.(35)

2.1.6 Diagnosis Keracunan Pestisida


Diagnosis keracunan pestisida haruslah tepat dilakukan dan dilaksanakan.

Diagnosis melalui medis baku , dan dilakukan di laboratorium. Jika seseorang yang

mula-mula sehat kemudian setelah bekerja atau selama bekerja mersakan gejala

penurunan kesehatan ringan seperti seperti pusing, sesak nafas, diare, muntah, reaksi

alergi hingga gejala berat seperti pingsan atau koma, dapat di tetapkan orang tersebut

mengalami keracunana akibat pestisida.

Untuk pestisida yang dapat mempengaruhi enzim Cholinestrase yaitu

pestisdia golongan organopospat dan karbamat dapat didiagnosis melalui uji (test)

cholinestrase.(36). Pada umumnya keracunan diakibatkan pestisida golongan

organopospat dan karbamat akan terlihat jika aktivitas Cholinestrase darah turun

hingga 30%, tetapi penurunan sampai 50% pada penggunaan pestisdia diambil

sebagai batas aman, dan jika sudah dibatas diharapkan pekerja menghentikan

pekerjaan yang berhubungan dengan pestisida.(37)


23

2.1.7 Patofisiologi Paparan Pestisida


Pestisida masuk kedalam tubuh melalui beberapa cara, diantranya adsorbsi,

inhalasi dan ingesti. Absorbsi lewat kulit atau subkutan dapat terjadi jika substansi

toksik menetap di kulit dalam waktu lama. Intake melalui saluran pernafasan terjadi

jika pemaparan berasal dari droplet, uap atau serbuk halus. Pestisida meracuni

manusia melalui berbagai mekanisme kerja.

a. Mempengaruhi kerja enzim dan hormon.

Bahan racun yang masuk kedalam tubuh dapat menonaktifkan aktivator

sehingga enzim atau hormon tidak dapat bekerja.(38) Pestisida tergolong sebagai

endocrine disrupting chemicals (EDCs), yaitu bahan kimia yang dapat mengganggu

sintesis, sekresi, transport, metabolisme, pengikatan dan eliminasi hormon-hormon

dalam tubuh yang berfungsi menjaga homeostasis, reproduksi dan proses tumbuh

kembang.(39)

b. Merusak jaringan.

Masuknya pestisida akan memproduksi serotonin dan histamin, hormon ini

memicu reaksi alergi dan dapat menimbulkan senyawa baru yang lebih toksik.(38)

2.1.8 Dampak Penggunaan Pestisida


Dampak penggunaan pestisida bagi petani apabila terpapar lama ataupun

sebentar ada 2 yaitu kronis dan akut. Efek ini disebabkan oleh racun yang ada pada

pestisida itu sendiri, akibatnya bisa menjadi 2, kanker keracunan kronis ataupun

kematian pada keracunan akut. Perbedaan kualitas paparan menimbulkan perbedaan

dampak toksisitas. Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan

dalam waktu yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan akut terjadi apabila efek

keracunan pestisida langsung pada saat dilakukan aplikasi atau seketika setelah

aplikasi pestisida:
24

a. Keracunan Kronis

Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku

(bersifat neuro toksik) atau mutagenitas. Selain itu ada beberapa dampak kronis

keracunan pestisida pada organ paru-paru, hati, lambung dan usus(37), serta

mempengaruhi kerja sistem organ seperti sistem syaraf, sistem hormonal, sistem

kekebalan tubuh.(40) Individu yang terpapar oleh pestisida bisa mengalami batuk yang

tidak juga sembuh, atau merasa sesak di dada . Ini merupakan manifestasi gejala

penyakit bronkitis, asma, atau penyakit paru-paru lainnya. Kerusakan paru-paru yang

sudah berlangsung lama dapat mengarah pada kanker paru-paru.(41) Individu yang

terpapar pestisida mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mengidap kanker.

Tapi ini bukan berarti individu yang bekerja dengan pestisida pasti akan menderita

kanker. Ratusan pestisida dan bahan-bahan yang dikandung dalam pestisida

diketahui sebagai penyebab kanker. Penyakit kanker yang paling banyak terjadi

akibat pestisida adalah kanker darah (leukemia), limfoma non-Hodgkins, dan kanker

otak.(42) Gangguan otak dan syaraf yang paling sering terjadi akibat terpapar pestisida

selama bertahun-tahun adalah masalah pada ingatan, sulit berkonsentrasi,perubahan

kepribadian, kelumpuhan, bahkan kehilangan kesadaran dan koma.(43)

Hati adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menetralkan bahan-bahan

kimia beracun. Pestisida yang masuk ketubuh akan mengalami proses detoksikasi

oleh organ hati. Senyawa racun ini akan diubah menjadi senyawa lain yang sifatnya

tidak lagi beracun terhadap tubuh. Meskipun demikian hati itu sendiri sering kali

dirusak oleh pestisida apabila terpapar selama bertahuntahun. Hal ini dapat

menyebabkan penyakit seperti hepatitis, sirosis bahkan kanker.(37) Lambung dan usus

yang terpapar pestisida akan menunjukkan respon mulai dari yang sederhana seperti

iritasi, rasa panas, mual. muntah hingga respon fatal yang dapat menyebabkan
25

kematian seperti perforasi, pendarahan dan korosi lambung.. Muntah-muntah, sakit

perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan pestisida. Banyak orang yang

dalam pekerjaannya berhubungan langsung dengan pestisida selama bertahuntahun,

mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan pestisida, baik sengaja atau

tidak, efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak

langsung melalui dinding-dinding perut.(34)

Beberapa jenis pestisida telah diketahui dapat mengganggu sistem kekebalan

tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat

melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti

tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi, atau jika telah terjadi infeksi penyakit ini

menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan. (40) Hormon adalah bahan

kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti otak, tiroid, paratiroid, ginjal,

adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol fungsi-fungsi tubuh yang penting.

Beberapa pestisida mempengaruhi hormon reproduksi yang dapat menyebabkan

penurunan produksi sperma pada pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal

pada wanita. Beberapa pestisida dapatmenyebabkan pelebaran tiroid yang akhirnya

dapat berlanjut menjadi kanker tiroid.(39)

b. Keracunan Akut

Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada saat

dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida. Efek keracunan akut
(29)
terbagi menjadi efek akut lokal dan efek akut sistemik Efek akut lokal jika hanya

mempengaruhi bagian tubuh yang terkena kontak langsung dengan pestisida

biasanya bersifat iritasi mata, hidung, tenggorokan dan kulit. Efek sistemik jika

pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan mengganggu sistem tubuh. Darah akan

membawa pestisida keseluruh bagian tubuh menyebabkan bergeraknya syaraf-syaraf


26

otot secara tidak sadar dengan gerakan halus maupun kasar dan pengeluaran air mata

serta pengeluaran air ludah secara berlebihan, pernafasan menjadi lemah/cepat (tidak

normal).

2.2 Enzim Cholinesterase


2.2.1 Pengertian
Cholinesterase merupakan suatu bentuk enzim katalis biologik yang berada di

dalam jaringan tubuh berperan sebagai menjaga agar otot-otot, kelenjar-kelenjar dan

saraf yang bekerja secara harmonis dan terorganisir. Cholinesterase disentesis pada

hati (liver) yang berfungsi menghentikan implus syaraf dengan cara memecahkan

neurohormon acetylCholinesterase pada sinaps menjadi acetil dan choline.(44)

Apabila aktivitas Cholinesterase sampai pada tingkat yang rendah kira-kira

20% dari keadaan normal maka gejala keracunan akan terlihat, seperti pupil mata

atau celah iris mata menyempit sehingga penglihatan kabur. mengeluarkan air mata

yang diakibatkan dari gerakan otot yang melemah, mengeluarkan air liur yang

banyak, mual, pusing, kejang-kejang, muntah-muntah, detak jantung menjadi cepat,

sesak napas, otot tidak dapat digerakkan sehingga pingsan dan otot pernapasan mulai

lumpuh dapat menyebabkan kematian (45)

Cholinesterase adalah enzim yang diperlukan serta diproduksi oleh tubuh

agar sistem saraf pusat berfungsi denan baik. Enzim ini digunakan sebagai katalis

untuk mengidrolisa asetilcholin dan mengubahnya menjadi cholin dan asam asetat

terutama di terminal saraf. Ada tiga jenis Cholinesterase utama, yaitu enzim

kolinesterase yang terdapat dalam sinaps, Cholinesterase dalam plasma, dan

kolinesterase dalam sel darah merah. Cholinesterase sel darah merah merupakan

indikator keracunan pestisida dimana enzim ini ditemukan dalam sistem saraf.(46)

Departemen Kesehatan menetapkan untuk mengetahui tingkat keracunan pestisida


27

dilakukan pengukuran kadar Cholinesterase di dalam darah menggunakan metode

Tintometer kit.(29)

Tabel 2.1 Tabel Aktifitas Enzim Cholinesterase dalam darah

Aktifitas Tingkat Keracunan dan Tindakan Penyelamatan


Cholinesteras
e
100%-75% Normal:
- Boleh kerja terus, perlu pemeriksaan berkala

75%-50% Keracunan Ringan:


- Lakukan pemeriksaan ulang, jika hasilnya sama,
pekerja jauhkan dari jenis organoposphat
- Lakukan pemeriksaan ulang dalam waktu 2 minggu

50%-25% Keracunan Sedang:


- Lakukan pemeriksaan ulang, jika hasilnya sama,
pindahkan pekerja yang bebas pestisida dan bila sakit
perlu pemeriksaan dokter.

25%-0% Keracunan Berat dan sangat berbahaya


- Lakukan pemeriksaan ulang
- Pekerja dilarang bekerja sampai ada rekomendasi
dari dokter.

Adapun perbedaan kadar cholinesterase yang dibagi menjadi 2 kelompok

yaitu kelompok normal dan abnormal. Selain itu terdapat perbedaan kelompok

keracunan pestisida dengan melihat kadar cholinesterase dalam darah yaitu

kelompok keracunan (<75%) dan tidak keracunan atau normal (≥75%). Kadar enzim
28

cholinesterase normal yaitu 5400-13200 U/L, sedangkan abnormal yaitu kurang dari

5400 U/L berdasarkan panduan randox butyryl.(36)

2.2.2 Faktor Yang Mempengaruhi Aktivitas Enzim Cholinesterase


Keracunan dapat terjadi karena adanya proses interaksi antara host (manusia)

dengan agen kimia dan adanya faktor pendukung dari lingkungan. Aktivitas enzim

Cholinesterase dapat menurun disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat

mempengaruhi terjadinya keracunan dapat dibagi menjadi dua yaitu: (47)

2.2.2.1 Faktor Internal (Dari Dalam Tubuh)


1. Umur

Usia atau umur juga berkaitan dengan kekebalan tubuh dalam

mengatasi tingkat toksisitas suatu zat, semakin tua umur seseorang maka
(48)
efektifitas sistem kekebalan di dalam tubuh akan semakin berkurang Pada

usia 20 tahun kebawah, aktivitas Cholinesterase darah dapat menurun

sehingga memperberat terjadinya keracunan hal ini disebabkan karena pada

usia ini kontra indikasi bagi pekerja organofosfat.(49)

Semakin bertambah umur seseorang semakin banyak pemaparan yang

dialaminya. Bertambahnya umur seseorang menyebabkan fungsi metabolisme

akan menurun dan ini juga akan berakibat menurunnya aktifitas

kholinesterase darahnya sehingga akan mempermudah terjadinya keracunan

pestisida.(48)

2. Jenis kelamin

Jenis kelamin sangat mempengaruhi aktivitas enzim Cholinesterase

Kandungan enzim Cholinesterase pada wanita lebih tinggi dibandingkan


29

pada laki-laki. Namun pada saat kehamilan, kadar Cholinesterase mengalami

penurunan.(48).Pada laki-laki normal terdapat sekitar 4.400 U/I kadar

Cholinesterase pada plasma darahnya.(50) Untuk mempertahankan kadar

plasma hingga menjadi konstan baik setelah makan maupun pada saat

pemberian kholin dalam jumlah besar maka perlu dilakukan analisis

beberapa bulan.(48) Aktivitas enzim Cholinesterase sangat dipengaruhu oleh

jenis kelamin.

3. Tingkat pendidikan

Tingkat pendidikan dapat menambah pengetahuan mengenai

pestisida.(51) Peluang terjadinya keracunan dilihat dari tingkat pendidikan

seseorang. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin

kecil peluang terjadinya keracunan dikakarenakan pengetahuan mengenai

racun serta cara penggunaan dan penanganan racun yang aman dan tepat

sasaran maka kejadian keracunan pun akan dapat dihindari. (52)

4. Status Gizi

Penurunan daya tahan tubuh dapat disebabkan oleh buruknya status gizi

seseorang.(50) Baik buruk gizinya seseorang dapat dilihat dari tingkat

keracunannya, semakin buruk status gizi mka akan semakin mudah terjadinya

keacunan, oleh karena itu petani yang mempunyai status gizi yang baik

cenderung memiliki aktifitas Cholinesterase yang lebih baik. Buruknya

keadaan gizi seseorang juga akan berakibat menurunnya daya tahan tubuh

dan meningkatnya kepekaan terhadap infeksi. Kondisi gizi yang buruk

menyebabkan protein yang ada dalam tubuh terbatas sehingga mengganggu

pembentukan enzim Cholinesterase. (53)

5. Status kesehatan
30

Beberapa jenis pestisida yang sering digunakan menekan aktifitas

kolinesterase dalam plasma yang dapat berguna dalam menetapkan over

exposure terhadap pestisida tersebut. Pada orang-orang yang selalu terpapar

pestisida terjadi kenaikan tekanan darah dan kolesterol.(54)

6. Pengetahuan, sikap dan tindakan

Jika seseorang telah setuju dengan suatu objek, maka akan terbentuk

sikap positif terhadap objek yang sama. Apabila sikap positif terhadap suatu

program atau objek terbentuk, maka adanya niat untuk melakukan program

tersebut. Niat untuk melakukan tindakan misalnya pengguanaan APD pada

saat melakukan penyemprotan pestisida, seharusnya sudah ada hal yang

praktis sehingga petani mau menggunakannya. Hal ini merupakan dorongan

untuk melakukan tindakan secara tepat sesuai aturan kesehatan sehingga

risiko terjadinya keracunan dapat dikurangi atau dicegah.(52)

2.2.2.2 Faktor Eksternal (Dari Luar Tubuh)


1. Dosis

Dosis pestisida berpengaruh langsung terhadap bahaya keracunan pestisida,

karena itu dalam melakukan pencampuran pestisida untuk penyemprotan petani

hendaknya memperhatikan takaran atau dosis yang tertera pada label. Dosis atau

takaran yang melebihi aturan akan membahayakan penyemprot itu sendiri. Setiap

zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh

dosis dan cara pemberian.(48) Paracelsus pada tahun 1564 telah meletakkan dasar

penilaian toksikoligis dengan mengatakan “dosis sola facit venenum”, (dosis

menentukan suatu zat kimia adalah racun). Untuk setiap zat kimia, termasuk air,
31

dapat ditentukan dosis kecil yang tidak berefek samasekali, atau dosis besar sekali

yang dapat menimbulkan keracunan atau kematian.(53)

2. Masa kerja

Merupakan masa waktu berapa lama petani mulai bekerja sebagai petani.

Semakin lama petani bekerja maka smakin banyak pula kemungkinan terjadi

kontak langsung dengan pestisida.(53)

3. Tata cara pencampuran pestisida.

Penyemprotan dapat membahayakan jika tata cara pencampuran pestisida

tidak sesuai dengan aturan pemakaian. Bahaya dari keracunan pestisida dapat

dipengaruhi langsung oleh tata cara penyemprotan. Aturan pemakaian sudah

diatur oleh pihak pembuat pestisida maupun lembaga penelitian yang memliki

wewenang dan telah melakukan penelitian serta aturan ini harus dipatuhi oleh

pengguna pestisida.(55)

4. Waktu Penyemprotan

Waktu penyemprotan, perlu diperhatikan dalam melakukan penyemprotan

pestisida, hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat menyebabkan

keluarnya keringat lebih banyak terutama pada siang hari. Sehingga waktu

penyemprotan semakin siang akan mudah terjadi keracunan pestisida terutama

penyerapan melalui kulit.(56) Waktu dalam melakukan penyemprotan yang baik

dilakukan yaitu pada jam 08.00 WIB sampai jam 11.00 WIB dengan jam istirahat

pada jam 09.00 WIB sampai 09.30 WIB.(57)

Penyemprotan terlalu pagi atau terlalu sore mengakibatkan pestisida yang

menempel pada tanaman akan terlalu lama mengering dan menyebabkan tanaman

yang disemprot keracunan. Pada pagi hari biasanya daun masih berembun sehigga

pestisida tidak merata keseluruh permukaan daun, sedangkan menyemprot pada


32

matahari terik akan mengakibatkan pestisida mudah menguap dan menguai oleh

sinar ultra violet.

5. Jumlah pestisida yang digunakan

Jumlah pestisida yang digunakan dalam waktu penyemprotan akan

menimbulkan efek keracunan yang lebih besar.(53)Efek keracunan lebih besar

kemungkinannya terjadi apabila penggunaannya lebih dari satu jenis pestisida. Hal

ini terjadi karena semakin kuatnya daya racun atau konsentrasi pestisida.(55)

6. Cara penyimpanan pestisida.

Apabila pestisida yang dipakai tidak menggunakan wadah aslinya maka akan

bersiko terjadinya keracunan. Pada proses pembelian, penyimpanan sampai

dengan pencampuran dan penyemprotan perlu penanganan yang benar.(58)

7. Arah semprot terhadap arah angin.

yArah penyemprotan yang benar adalah searah dengan arah angin, jika

dilakukan penyemprotan yang melawan arah angin, maka akan berpotensi

pestisida terserap oleh kulit sehingga terjadi keracunan.(50)

8. Lama Penyemprotan

Dalam melakukan penyemprotan tidak diperbolehkan lebih dari 4 jam/hari.

Semakin lama melakukan penyemprotan per hari maka akan semakin tinggi

intensitas pemaparan yang terjadi.(53)

9. Frekuensi penyemprotan

Penyemprotan yang dilkukan dalam seminggu berturut-turut tidak boleh

lebih dari 4 jam per hari hal ini berguna untuk mencegah terjadinya efek yang

tidak diinginkan, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-

03/Men/1986 Pasal 2 ayat 2a.(50)

10. Personal Hygiene


33

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara personal hygiene

dengan gejala keracunan akut. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Zuraida,

bahwa personal hygiene untuk mengurangi risiko keracunan ialah harus

melakukan semua proses dengan lengkap dan benar agar residu dari pestisida

tidak menempel di tubuh maupun pakaian yang menyebabkan gejala keracunan

muncul. Kesesuaian hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian sebelumnya,

bahwa untuk mengurangi risiko gejala keracunan akut harus melakukan step

dengan lengkap baik dari mencuci tangan sebelum dan sesudah meracik dengan

sabun dan air yg bersih, mandi dan juga mengganti pakaian.(59)

11. Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD)

Alat pelindung diri sangat penting digunakan karena pada umumnya racun

pestisida bersifat kontak hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja

dan Transmigrasi No. Per.03/Men/1986 mengenai keselamatan kerja dan

kesehatan kerja di tempat kerja pada pasal 2 ayat 2. Alat pelindung diri ini harus

digunakan saat sejak mulai mencampur sampai setelah melakukan penyemprotan.

Alat pelindung diri memiliki beberapa jenis, diantaranya : (57)

a. Alat untuk melindungi kepala yaitu dapat berupa penutup bagian

rambut, topi yang tebuat dari berbagai bahan, dan pengikat rambut.

b. Alat untuk melindungi mata. Alat ini berupa googles, masker wajah

yang berguna untuk melindungi bagian mata dari paparan pestisida berupa

percikan, gas, partkel yang melayang, uap dan debu.

c. Alat pelindung pernafasan. Alat ini berupa respirator atau masker

yang terbuat khusus guna untuk melindungi pernafasan saat berkontak

dengan pestisida. Ada dua jenis alat untuk melindungi pernafasan, yaitu :

1. Masker
34

Terbuat dari bahan kain yang memiliki pori-pori dengan ukuran tertentu

yang berguna untuk menghalangi partikel yang lebih besar masuk saat

bernafas.

2. Respirator

Debu, uap logam, kabut, gas serta asap dapat dihalangi dengan respirator

agar tidak masuk kedalam pernafasan. Respirator dapat dibedakan

menjadi :

1) Respirator pemurni udara

Alat ini berfungsi untuk menyerap kontaminan dan melakukan penyaringan

dengan toksisitas rendah sebelum memasuki pernafasan. Filter pada respirator

berguna untuk menangkap debu yang ada diudara serta tabung kimianya

berguna untuk menyerap uap, kabut serta gas.

2) Respirator penyalur udara

a. Alat ini biasa digunakan oleh pekerja yang bekerja di tempat yang

terpapar gas beracun. Dengan selang yang bertekanan udara maka alat

ini secara terus menerus memopakan udara yang tidak terkontaminasi

dari sumber yang jauh.

b) Alat untuk melindungi tubuh. Alat ini berupa pakaian yang berguna untuk

mencegah terjadinya kontak percikan bahan kimia yang berbahaya.

c) Alat untuk melindungi tangan. Alat ini terbuat dari bahan kedap air yang

berbentuk sarung tangan, sehingga tidak bereaksi apabila berkontak dengan

bahan kimia yang ada di pestisida.

d) Alat untuk melindungi kaki.


35

e) Alat ini berupa sepatu yang panjangnya dari bawah lutut dsn bahannya

terbuat dari bahan kedap ari, tahan terhadap asam, basa maupun bahan

korosiflainnya.
2.3 Telaah Sistematis
Tabel 2.2 Telaah Sistematis

No Nama Peneliti Judul Penelitian Desain Penelitian Variabel Hasil Penelitian

1 Ais Regi Osang , Hubungan antara Mongondow Cross Sectional 1. Masa Kerja
Benedictus S. masa kerja dan 2. Arah Angin
Lampus, Audy D. arah angin
Wuntu - ari hasil uji statistik yang didapat adalah
dengan kadar nilai r = -0,891 dan p = 0,000 dengan (α<0,05)
Choinesterase maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
darah pada petani hubungan yang signifikan antara masa kerja
padi pengguna dengan kadar kolinesterase darah.
pestisdia di desa - Didapatkan hasil dari uji statistik dengan r
Pangian Tengah = -0,479 dan p = 0,004 dengan α<0,05 maka
Kecamatan Passi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
Timur Kabupaten yang signifikan antara arah angin dengan
Bolaang kadar kolinesterase darah.

2 Marisa, Akbar Pemeriksaan Cross Sectional 1. Lama Bekerja - Penelitian yang telah dilakukan dengan 5
Septian Arrasyid Kadar Pestisida 2. Pengetahuan sampel darah petani bawang merah didapatkan
Dalam Darah 3. APD hasil kadar kholinesterase Sampel A: 91.652 U/L,
Petani Bawang Sampel B: 10.154 U/L, Sampel C: 2.835,6 U/L,
Merah Di Nagari Sampel D: 5.281,2 U/L, dan Sampel E: 6.862,2
Alahan Panjang U/L.
Tahun 2017 - Dari kelima sampel di dapatkan satu orang
yang kadar cholinesterase dibawah batas normal
atau dapat dikatakan petani tersebut terpapar

36
37

pestisida. - Dari hasil wawancara yang dilakukan


dapat diketahui bahwa sampel C telah menjadi
petani bawang merah selama 42 tahun sehingga
tingkat terpapar pestisida semakin tinggi karena
selalu melakukan penyemprotan atau kontak
dengan pestisida.
- Pada Sampel C dapat diketahui faktor-faktor
lain yang menyebabkan tingginya tingkat
terpapar pestisida pada sampel C,karena
kurangnya pengetahuan terhadap bahaya
pestisida dan cara penggunaan dengan aman,
sehingga mempengaruhi prilaku petani seperti
tidak memakai alat pelindung diri (APD) saat
melakukan penyemprotan, menyemprot tidak
searah dengan arah angin dan kebersihan diri
petani tersebut, sehingga terpapar pestisida.

3 Berlian Kando, Gambaran Kadar Deskriptif dengan Distribusi frekuensi - Hampir seluruh responden wanita usia subur
Jon Farizal, Enzim pendekatan kadar enzim (87,5%) dengan k777adar enzim
Susiwati Cholinesterase Laboratorium kholinesterase pada Cholinesterase abnormal dan sebagian kecil
Pada Wanita Usia wanita usia subur responden (12,5%) yang memiliki kadar
Subur yang Aktif yang aktif membantu enzim normal.
Membantu aktivitas pertanian.
Aktivitas
Pertanian Di
Kecamatan
Sukaraja
Kabupaten
38

Seluma Tahun
2017

4. Putri Arida Analisis Faktor- Cross Sectional 1. Frekuensi - Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p
Ipmawati, Onny Faktor Risiko karakteristik sebesar 0,369 yang artinya tidak ada
Setiani, Yusniar yang responden hubungan antara umur responden dengan
Hanani Mempengaruhi 2. Frekuensi kejadian keracunan pestisida pada petani.
Darundianti Tingkat responden - Nilai p sebesar 0,001 yang artinya terdapat
Keracunan berdasarkan hubungan antara frekuensi menyemprot
Pestisida Pada tingkat keracunan dengan keracunan pestisida dengan nilai RP=
Petani Di Desa pestisida 13,791 ; 95% CI= 3,551-53,557 berarti petani
Jati, Kecamatan 3. Kejadian menyemprot >2 kali dalam seminggu yang
Sawangan, keracunan hampir mempunyai risiko 14 kali
Kabupaten pestisida pada dibandingkan petani yang menyemprot <2 kali
Magelang, Jawa petani menurut dalam seminggu.
Tengah Tahun umur - Responden yang berpengetahuan kurang
2016 4. Kejadian sebanyak 44 orang dengan angka kejadian
keracunan keracunan sebanyak 26 orang (59,1%) dan
pestisida pada berpengetahuan baik sebanyak 17 orang
petani menurut (35,4%)
frekuensi - Masa lama kerja >1 tahun mempunyai risiko
menyemprot 5 kali lebih besar dibanding yang masa lama
5. Keajadian kerja <1 tahun.
keracunan - Lama kerja yang buruk mempunyai risiko 11
pestisida pada kali terjadi keracunan pestisida.
petani menurut - Hampir semua responden tidak menggunakan
tingkat APD.
pengetahuan
39

6. Kejadian
keracunan
pestisida pada
petani menurut
masa kerja
7. Keracunan
pestisida pada
petani
menurut lama
kerja
8. Frekuensi
kelengkapan Alat
Pelindung Diri

5 Cinta Nur Trya, Faktor-Faktor Cross sectional - Usia - Di Desa Batur terdapat 91,1 % responden
MG. Catur Yang - Tingkat dengan usia produktif, untuk usia paling muda
Yuantari Berhubungan Pendidikan yaitu 22 tahun dan paling tua 82 tahun.
Dengan Kejadian - Masa Kerja Adanya pertambahan usia dapat
Keracunan - Jumlah mempengaruhi penurunan kadar
Pestisida Pestisida Cholinesterase yang iakibatkan adanya
Anorganik - Dosis penurunan fungsi organ dalam tubuh sehingga
Terhadap Enzim - Cara menyebabkan penimbunan racun dan bahan
Cholinesterase Pengelolaan kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Dalam Darah - Kelengkapan - Petani di Desa Batur memiliki tingkat
Pada Petani APD pendidikan tidak tamat SMP tergolong banyak
Holtikultura Di yaitu 71,1% responden. Hal tersebut
Desa Batur, enunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani
Kecamatan di Desa tersebut tergolong rendah.
Getasan, - Masa kerja petani di Desa Batur menunjukkan
40

Kabupaten sudah lama menjadi petani yaitu lebih dari 20


Semarang tahun dengan masa kerja paling lama bekerja
Tahun 2017 sebagai petani 52 tahun dan baru bekerja
ebagai petani 3 tahun
- Di lapangan beberapa petani di Desa Batur
tidak menggunakan alat ukur yang memiliki
nilai takaran seperti botol mineral, sendok
makan, wadah. Hal tersebut dapat
menyebabkan pemakaian pestisida dengan
dosis berlebih. Semakin banyak dosis yang
digunakan maka dapat menimbulkan tingkat
toksik yang semakin besar, sehingga risiko
masuknya pestisida dalam tubuh akan
semakin besar sehingga dapat menyebabkan
adanya sistem organ akan mengalami
kegagalan satu per satu.
- Sebagian besar petani di Desa Batur
mengelola pestisida dengan baik.
- Dari hasil uji statistik antara kelengkapan
APD dengan kejadian keracunan pestisida
bahwa tidak ada hubungan kelengkapan APD
dengan kejadian keracunan pestisida pada
petani holtikultura anorganik di Desa Batur,
Kecamatan Getasan,Kabupaten Semarang.
41

Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah :

Lokasi : Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok

Variabel : Tingkat Pendidikan, Tindakan Penyemprotan, Cara Penyimpanan Pestisida, dan Waktu Penyemprotan Pestisida

Waktu Penelitian : Agustus 2018 – Maret 2019

Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi kadar Enzim Cholinesterase, Tingkat Pendidikan, Tindakan

Penyemprotan, Cara Penyimpanan Pestisida, dan Waktu Penyemprotan Pestisida pada petani sayur di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok

Tahun 2018, serta menganalisis Tingkat Pendidikan, Tindakan Penyemprotan, Cara Penyimpanan Pestisida, dan Waktu Penyemprotan Pestisida

dengan aktivitas Enzim Cholinesterase.


2.4 Kerangka Teori
Berdasarkan dasar teori yang telah diuraikan, maka dikembangkan suatu kerangka teori yaitu:

Pestisida 1. Insektisida 1. Emulsi Pekat Tubuh Manusia Internal Usia


2. Herbisida 2. Serbuk Basah
3. Fungisida 3. Serbuk Larut Air
4. Rodentisida 4. Suspensi Jenis Kelamin
5. Fumigan 5. Debu Sinaps
Penyemprotan 6. Butiran
7. Aerosol Tingkat Pendidikam
8. Umpan Cholinestrase
Formulasi 9. Fumigansia Dalam Status kesehatan
Plasma
Pertanian
Adsorbsi Cholinestrase Status Gizi
1. Dalam Sel Darah
Tepat Merah
Sasaran Inhalasi Pengetahuan, sikap, tindakan
2. Normal
Tepat
Mutu Ingesti
Eksternal
3. Abnormal

Kronis Kanker
Dosis APD Arah Angin Masa Kerja Tata Cara Pencampuran
Akut Kematian

Cara
Waktu Lama Penyimpanan
Personal
Penyemprotan
Penyemprotan Hygiene
Frekuensi Jumlah
Pestisida
Penyemprotan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
42
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang merupakan hasil penelitian didapatkan

variabel yang mempunyai hubungan dengan Aktivitas Kadar Cholinesterase dalam

darah yang dapat dijelaskan dalam diagram di bawah ini:

Tingkat Pendidikan

Tindakan Penyemprotan
Enzim
Cara Penyimpanan Pestisida Cholinesterase

Waktu Penyemprotan

Pestisida

Gambar 2.1 Kerangka Konsep

2.6 Hipotesis
Berdasarkan teori dari tinjauan pustaka diatas hipotesis penelitian ini adalah:

1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan petani sayur dengan aktivitas enzim

Cholinesterase di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.

2. Ada hubungan antara tindakan penyemprotan petani sayur dengan aktivitas

enzim Cholinesterase di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.

3. Ada hubungan antara cara penyimpanan pestisida petani sayur dengan

aktivitas enzim Cholinesterase di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun

2018.

4. Ada hubungan antara waktu penyemprotan pestisida petani sayur dengan

aktivitas enzim Cholinesterase di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun

2018.

43
BAB 3 : METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah kuantitatif dengan

desain penelitian Cross Sectional, yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika

korelasi antara faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi, atau

pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu tertentu. Studi Cross Sectional

mengambil data pada satu waktu dimana variabel dependen serta independen

dilakukan pada waktu yang bersamaan, sehingga penelitian dengan studi Cross

Sectional dilakukan dalam waktu yang singkat dan biaya yang dibutuhkan relatif

tidak mahal.(60) Studi Cross Sectional pada penelitian ini bertujuan untuk melihat

tingkat pendidikan, tindakan penyemprotan, cara penyimpanan pestisida dan waktu

penyemprotan pestisida dengan aktivitas enzim Cholinesterase pada petani sayur di

Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok tahun 2018. Penelitian ini menggunakan

Uji T-Test

3.2 Waktu dan Tempat


Penelitian ini dilakukan di Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok.

Penelitian dimulai dari bulan Agustus 2018 sampai Maret 2019. Penelitian ini

dilakukan pada petani sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok.

3.3 Populasi dan Sampel


3.3.1 Populasi
Populasi merupakan keseluruhan obyek penelitian atau obyek yang diteliti.(60)

3.3.1.1 Populasi Subjek


Populasi yang berisiko dalam penelitian ini adalah petani sayur yang berada

di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok sebanyak 80 orang petani.

44
45

3.3.1.2 Populasi Obyek


Populasi Obyek penelitian ini adalah sampel Cholinesterase sel darah

petani sayur di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok.

3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti

dan dianggap mewakili seluruh populasi.(60)

3.3.2.1 Sampel Subjek


Sampel penelitian ini adalah sebagian petani sayur di Nagari Alahan Panjang

Kabupaten Solok.

3.3.2.2 Sampel Objek


Sampel Objek diambil pada darah sebagian petani sayur yang berada di

Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok oleh bantuan Analis Puskesmas

Belimbing Kuranji.

3.3.3 Besaran Sampel


Penentuan jumlah sample subjek didasarkan pada jumlah petani sayur di

Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok. Besar sampel yang ditetapkan dihitung

dengan menggunakan rumus Lemeshow(60)

n =𝑍2.𝑁.𝑝.𝑞

𝑑2(𝑁−1) + 𝑍2.𝑝.𝑞
keterangan :

n = Besar sampel minimal

N = Jumlah populasi

d = Derajat ketapatan yang digunakan (90% atau 0,1)

p = Proporsi target populasi adalah 0,53

q = proporsi tanpa atribut 1-p = 0,47

𝑍= Standar deviasi normal untuk 1,96 dengan CI

95% besar sampel yang digunakan adalah :


46

n= 1,962. 80 . 0,53 . 0,47

0,12 (80−1) + 1,962 . 0,53 . 0,47


= 43,82, 44 orang

Untuk antisipasi terjadinya drop out dalam pengambilan data, maka jumlah

sampel ditambah 10% dari jumlah sebenarnya sehingga jumlah sampel menjadi 48

orang.

3.3.4 Teknik Pengambilan Sampel


Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling

yaitu teknik pengambilan sampelnya secara acak dengan sampel diambil atas dasar

seandainya saja, tanpa direncanakan terlebih dahulu, juga jumlah sampel yang

dikehendaki tidak berdasarkan pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan,

asal memenuhi keperluan saja. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan

sementara saja.(60)

3.4 Kriteria Sampel


3.4.1 Kriteria Inklusi
Kriteria Inklusi dari penelitian ini adalah :

1. Bersedia menjadi responden.

2. Dapat berkomunikasi dengan baik.

3. Respnden merupakan petani sayur di Nagari Alahan Panjang Kabupaten

Solok.

4. Responden merupakan petani yang melakukan penyemprotan pestisida.

5. Merupakan petani sayur berusia 18 tahun keatas yang bertani ≥ 1 tahun di

Alahan Panjang.

3.4.2 Kriteria Ekslusi


Adapun kriteria ekslusi didalam penelitian ini yaitu:

1. Petani yang mengalami sakit pada saat akan diambil sampel darah.
47

2. Petani yang sulit ditemukan pembuluh darahnya pada saat pengambilan

sampel darah.
48

3.5 Definisi Operasional


Tabel 3.1 Defenisi Operasional

Definisi Alat Cara


Variabel Operasional Skala Hasil Ukur
Ukur Pengukuran

Aktivitas Bagian dari katalis Spektrofot Pemeriksaan Ratio Konsentrasi


Enzim biologis yang ometer enzim Enzim
Cholinesterase berfungsi untuk Cholinesteras Cholinesterase
mengkoorganisir e dengan dalam darah
jalannya sistem serum darah (U/L)
otot, kelenjar dan
sel syaraf secara
harmonis yang
mana dengan
menggunakan
enzim
Cholinesterase
dapat diketahui
seseorang
mengalami
keracunan atau
tidak.

Tingkat Tingakatan Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Pendidikan


Pendidikan pendidikan Rendah : SD
responden terakhir. - SMP
Pendidikan akhir 2. Pendidikan
yang pernah Tinggi : >
ditempuh sebelum SMA
bekerja

Tindakan Tindakan Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Kurang Baik:


Penyemprotan responden terhadap skor < dari
wujud praktik dari mean dan
sikap seorang median
petani dalam 2. Baik: skor ≥
penggunaan dari mean
pestisida seperti dan median
tindakan dalam
penggunaan alat
pelindung diri pada
saat petani
melakukan
kegiatan
penyemprotan,
49

penyimpanan
pestisida pada
tempat yang aman,
cara pencampuran
pestisida yang baik
dan benar,
penangan ketika
terjadi keracunan
akibat pestisida,
serta tindakan pada
saat petani
melakukan
kegiatan
penyemprotan pada
tanaman sayur.

Cara Tempat dan cara Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Kurang


Penyimpanan menyimpan Baik : Bila
Pestisida pestisida pada Skor <75%
suatu tempat 2. Baik :
khusus Bila Skor
>75%

Waktu Waktu Kuesioner Wawancara Ordinal 1. Kurang


Penyemprotan penyemprotan Baik (
Pestisida pestisida oleh Menyemprot
responden dalam Siang)
pengapikasiannya 2. Baik
(Menyempro
t Pagi 08.00-
11.00 dan
Sore 15.00-
17.00)
50

3.6 Instrumen Penelitian


Instrumen penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah:

1. Spektrofotometer yang digunakan untuk mengukur kadar Enzim

Cholinesterase.

2. Neraca Analitik yang digunakan untuk menimbang berat sampel untuk

diencerkan dalam aquades.

3. Thermometer yang digunakan untuk mengukur suhu ruangan.

4. Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui data diri dari responden dan

untuk mencatat data antropometri serta gangguan kesehatan.

3.7 Pemeriksaan Enzim Cholinesterase


3.7.1 Prinsip
Pemeriksaan Cholinesterase ini dengan prinsip kerja yaitu pengujian darah

yang mengandung enzim cholinesterase membebaskan asam asetat dari acetyl

choline sehingga akan merubah Ph larutan (mixture) darah dan indikator.(61)

3.7.2 Alat dan Bahan


Alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut:(61)

1. Cuvette

2. Spektrofotometer

3. Centrifuge

4. Tabung reaksi

5. Mikropipet 500, 1000 µl

6. Gelas piala 150 ml

7. Stopwatch

8. Rak tabung reaksi


51

9. Vortex Mixed

3.7.3 Bahan
Adapun bahan yang digunakan:(61)

1. Sampel serum darah

2. Cholinesterase Kit

3. Aquades

3.7.4 Prosedur Kerja

a. Pengujian Sampel(61)

1. Pipet serum darah sebanyak 20 µl, masukan ke dalam tabung reaksi.

2. Kemudian tambahkan Reagent I 1000 µl (pyrophosphate pH 7.6 95 mmol/L dan

potassium hexacyanoferrate (III) 2.5 mmol/L).

3. Homogenkan dengan alat vortex mixed selama 10 detik dan tunggu selama 3

menit.

4. Setelah itu, tambahkan Reagent II 250 µl (butyrylthiocholine 75 mmol/L).

5. Homogenkan kembali dengan vortex mixed selama 10 detik sampai semua

larutan dalam tabung reaksi homogen sempurna.

6. Setelah itu lakukan pengukuran dengan spektrofotometer dengan panjang

gelombang 405 nm selama 2 menit.

7. Catat hasil yang tertera pada layar spektrofotometer dalam satuan U/L.

b. Analisa Hasil Pengamatan(61)

Nilai normal

a) laki-laki = 4620-11500 U/L

b) Perempuan = 3930-10800 U/L


52

3.8 Teknik Pengumpulan dan Pengolahan Data


3.8.1 Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini ada 2 yaitu :

3.8.1.1 Data Primer


Data primer diperoleh dengan melakukan pengambilan darah pada petani

sayur dan melakukan pengukuran enzim cholinesterase secara langsung di

Laboratorium Biokimia Fakultas Kedokteran Universitas Andalas Padang. Data ini

diambil dengan menggunakan alat yaitu Spektrofotometer. Selain itu data primer

juga diperoleh melalui wawancara langsung dengan menggunakan kuesioner serta

melakukan pengukuran langsung pada responden untuk mendapatkan data serta pola

aktivitas responden. Pengambilan serum darah pada data primer ini dibantu oleh

Analis Puskesmas Belimbing Kuranji Padang.

3.8.1.2 Data Sekunder


Pengumpulan data sekunder berupadata jumlah petani sayur yang memiliki

lahan pertanian di Alahan Panjang dari penelitian sebelumnya dan data status

kesehatan serta gangguan kesehatan petani akibat paparan pestisida yang terjadi di

wilayah sehingga dijadikan sebagai lokasi penelitian dan data status kesehatan serta

gangguan kesehatan petani akibat paparan pestisida yang terjadi di wilayah sehingga

dijadikan sebagai lokasi penelitian.(62)

3.8.2 Pengolahan Data


Setelah data terkumpul melalui kuesioner, dilakukanlah tahap pengolahan

data. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program

komputer(63): Pengolahan data dapat dilakukan dengan cara:

1. Data coding (mengkode data)

Tahap pertama Coding yaitu pemberian data pada setiap variable yang telah

dikumpulkan, hal ini bertujuan untuk memudahkan pada proses pemasukan

dan pengolahan data.


53

2. Editing data ( penyuntingan data)

Tahap kedua adalah Editing yaitu pemerikasaan kebenaran dan lengkap atau

tidaknya data dilakukan pada tahap ini. Hal yang dilakukan pada tahap ini

adalah untuk pemerikasaan mengenai konsistensi pengisian pada setiap

jawaban di kuesioner, lengkap atau tidaknya data, serta kesalahan dalam

pengisian. Data ini adalah data awal atau input yang utama pada penelitian.

3. Entry data ( memasukkan data)

Tahap ketiga yaitu Entry di aplikasi SPSS digunakan untuk memasukkan data

yang telah diberi kode (Coding).

4. Cleaning ( membersihkan data)

Tahap keempat yaitu Cleaning adalah dilakukan pengecekkan kembali data

yang sudah dimasukkan dan memastikan tidak ada kesalahan pada data yang

telah di input dan siap untuk dilakukan pengolahan dan analisis.

5. Processing (memproses data)

Tahap terakhir yaitu Processing adalah kegiatan memproses data dapat

dilakukan setelah data di entry dan cleaning ke dalam computer sehingga

dapat dianalisis menggunakan uji statistic yang telah ditetapkan.

3.9 Analisis Data


3.9.1 Analisis Univariat
Analisis Univariat pada penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran

distribusi frekuensi dari variable yang akan diteliti, yaitu dengan cara melakukan

deskripsi terhadap variabel independen dan dependen. Analisis univariat berfungsi

untuk melakukan penyederhanaan kumpulan data serta hasil dari pengukuran

sehingga kumpulan dari data tersebut menjadi informasi yang berguna. Data yang

telah diringkas tersebut dapat berupa grafik, tabel dan ukuran-ukuran statistik.(63)
54

3.9.2 Analisis Bivariat


Untuk mengetahui hubungan antara variable independen dengan dependen

maka dilakukam analisis bivariat. Variabel independen pada penelitian ini ialah

tingkat pendidikan, tindakan penyemprotan, cara penyimpanan pestisida dan waktu

penyemprotan pestisida.Sedangkan variabel dependen dari penilitian ini adalah

aktivits kadar enzim Cholinesterase.

Pada data numerik yaitu aktivitas enzim Cholinesterase dan data kategorik

yaitu tingkat pendidikan, tindakan penyemprotan, cara penyimpanan pestisida, dan

waktu penyemprotan pestisida dengan uji T-Test. Derajat kemaknaan pada penelitian

ini sebesar 5% . Adanya hubungan bermakna antara variabel independen dengan

aktivitas kadar enzim Cholinesterase ditandai dengan nilai P value < 0,05 sedangkan

untuk nilai P value ≥ 0,05 berarti menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara

variabel independen dengan aktivitas kadar Enzim Cholinesterase.


BAB 4 : HASIL

4.1 Gambaran Lokasi Penelitian


Alahan Panjang adalah salah satu nagari di Kecamatan Lembah Gumanti,

Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Indonesia. Nagari Alahan Panjang adalah salah

satu dari empat nagari yang berada dalam wilayah Kecamatan Lembah Gumanti,

Kabupaten Solok, yang mempunyai luas 88,76 km2. Nagari yang berjarak sekitar 65

km dari Kota Padang ini berada di atas Bukit Barisan tepatnya di lereng bagian

timur Kawasan Taman Nasional Kerinci Seblat pada ketinggian 1.400-1.600

mdpl.(64)

Secara administratif,pemerintahaniNagariiAlahaniPanjangiberbatasan

dengan:(64)

1. Sebelah utara berbatasan dengan Nagari Simpang Tanjung nan IV, Kecamatan

Danau Kembar.

2. Sebelah selatan berbatasan dengan Nagari Air Dingin.

3. Sebelah timur berbatasan dengan Nagari Salimpat.

4. Sebelah barat berbatasan dengan Nagari Sungai Nanam.

Jumlah penduduk pada tahun 2017 adalah sebanyak 20.006 jiwa dengan

kepadatan 225,39 per km2. Tinggi daerah dari permukaan laut adalah 1.450 m,

dengan curah hujan rata-rata 212 hari per tahun.(64) Nagari Alahan Panjang terdiri

dari 10 (sepuluh) jorong yaitu: Alahan Panjang, Pangalian Kayu, Galagah, Taluak

Dalam, Taratak Tangah, Batu Putiah, Taratak Galundi, Batng Hari, Usak, Padang

Laweh, dan Sungai Nanam.(65)

Nagari Alahan Panjang mempunyai potensi wilayah dengan lahan subur yang

luas yaitu sekitar 500 Ha. Saat ini sebagian besar merupakan wilayah

pertanian/sawah, tegalan/ladang, perkebunan dan hutan. Tanah yang digunakan

55
56

untuk lahan pertanian yaitu sekitar 15 Ha, ladang/tegalan sebesar 1.704 Ha,

perkebunan sebesar 10 Ha, lahan tidur sebesar 922 Ha, hutan sebesar 1.224 Ha,

perikanan sebesar 300 Ha, sisanya digunakan untuk bangunan sebesar 26,5 Ha,

rekreasi, olahraga dan lain-lain.(64)

Nagari Alahan Panjang terkenal sebagai daerah sentra sayuran terbesar di

Sumatera Barat karena melimpahnya hasil dari pertanian yaitu sayur-sayuran serta

buah-buahan. Nagari Alahan Panjang berada pada lereng timur di kawasan Taman

Nasional Kerinci Seblat.(26) Nagari Alahan Panjang terdapat tiga kelompok tani.

Ketiga kelompok tani tersebut tersebut ialah Kelompok Tani Tanjung Harapan,

Kelompok Tani Tuah Sepakat, dan Kelompok Tani Kembali Jaya. Kelompok Tani

ini dibagi perkelompok untuk memudahkan dalam menangani masalah pertanian

serta adanya pelatihan-pelatihan tentang pertanian, serta di dalam Kelompok Tani ini

terdapat ketua Kelompok Tani yang berperan dalam mengatur serta mengkoordinir

anggota-anggota petaninya.

Petani di Alahan Panjang banyak menggunakan pestisida dalam membantu

menumbuhkan dan mengembangkan pertaniannya. Pestisida yang digunakan berasal

dari campuran beberapa pestisida golongan organofosfat dengan bahan aktif

(profenofos, protiofos, dan chlorpyrofos) dan golongan non organofosfat. Pestisida

yang digunakan oleh petani di Alahan Panjang adalah pestisida yang terdaftar serta

memiliki ijin dari Dinas Pertanian Kabupaten Solok. Penggunaan pestisida yang

digunakan petani di Alahan Panjang tidak mendapat perhatian khusus dari pihak

Dinas Pertanian dan Dinas Kesehatan Kabupaten Solok dalam pengawasan

pemakaian dan penggunaannya sehingga petani sayur menggunakan pestisida tanpa

aturan pemakaian yang berlaku. Petani menyebutkan pihak Dinas Kesehatan dan

Dinas Pertanian jarang melakukan pengontrolan pestisida terhadap mereka. Tidak


57

rutinnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah kepada petani sayur di Alahan

Panjang, membuat keracunan terhadap pestisida dapat terjadi yang karenakan tidak

memperhatikan syarat dan ketentuan dalam pengunaan pestisida.

4.2 Analisis Univariat


4.2.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden
Berikut hasil dari distribusi karakteristik responden Jenis Kelamin dan Tingk

at Pendidikan:

Tabel 4.1 Distribusi Frekuensi Karakteristik Jenis Kelamin Responden


Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)
Jenis Kelamin:
a. Laki-Laki 27 61,4
b.Perempuan 17 38,6

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar

responden berjenis kelamin laki-laki (61,4%) dan sebagian kecil responden berjenis

kelamin perempuan (38,6%).

Berikut hasil dari distribusi karakteristik responden Usia dan Masa Kerja:

Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia dan Masa Kerja Responden

Variabel Frekuensi Mean Median Modus Std Min Max


(f) Deviasi
Usia 44 34,61 34 35 11,738 19 63
Masa Kerja 44 14,23 13,50 15 9,157 3 43

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 rata-rata responden berusia 34,61

tahun, dengan usia termuda 19 tahun dan tertua 63 tahun serta responden yang paling

banyak berada pada berusia 35 tahun. Sedangkan berdasarkan masa kerja, rata-rata

lama bertani responden selama 14,23 tahun, dengan lama bertani paling singkat

adalah 3 tahun dan terlama 43 tahun serta responden yang lama bertani paling

banyak selama 15 tahun.


58

4.2.2 Distribusi Frekuensi Aktivitas Enzim Cholinesterase.


Hasil kadar enzim cholinesterase responden didapat melalui pemeriksaan di

Biokimia Fakultas Kedokteran Unand yang mana sampel darah diambil dilokasi

penelitian oleh Analis Puskesmas Belimbing Kuranji, dengan hasil aktivitas enzim

cholinesterase sebagai berikut:

Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Aktivitas Enzim Cholinesterase

Variabel Frekuensi Mean Median Std Min Max


(f) Deviasi
Enzim 44 8285 7915,17 1829,1 3561,1 14624,75
Cholinesterase ,7025

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.3 rata-rata responden memiliki

kadar enzim cholinesterase sebanyak 8285,7025 U/L, dengan kadar enzim

cholinesterase terendah 3561,1 U/L dan tertinggi 14624,75 U/L.

Tabel 4.1 Hasil Uji Laboratorium Aktivitas Enzim Cholinesterase


No. Responden Jenis Kelamin
Cholinesterase Kriteria
(Unit/Liter)
1 Laki-laki 7343.2 Normal
2 Laki-laki 9656.65 Normal

10487.35 Normal
4 Perempuan
5 Laki-laki 8726.9 Normal
8665.25 Normal
6 Laki-laki
7 Laki-laki 7699.4 Normal

8 Perempuan 8302.2 Normal

9 Perempuan 9507.8 Normal


10 Laki-laki 6165 Normal
8966.65 Normal
11 Laki-laki
7719.95 Normal
12 Laki-laki
13 Laki-laki 11679.25 Tidak Normal
14 Laki-laki 9631.1 Normal
15 Perempuan 14624.75 Tidak Normal
16 Laki-laki 8357 Normal
17 Perempuan 7404.85 Normal

18 Perempuan 11692.95 Tidak Normal


59

19 Laki-laki 6987.7 Normal


20 Perempuan 9199.55 Normal

21 Laki-laki 7672 Normal

22 Perempuan 8110.4 Normal

23 Laki-laki 9946.2 Normal


24 Perempuan 7562.4 Normal
25 Perempuan 7411.7 Normal
10361.1 Normal
26 Perempuan
27 Perempuan 3561.1 Tidak Normal
28 Laki-laki 6845.15 Normal

8829.65 Normal
29 Laki-laki
30 Laki-laki 6877.4 Normal
31 Laki-laki 7262.52 Normal

32 Perempuan 6918.5 Normal


33 Laki-laki 7507.6 Normal
8158.35 Normal
34 Laki-laki
7514.45 Normal
35 Laki-laki
36 Perempuan 8178.9 Normal
5555.35 Normal
37 Laki-laki
38 Laki-laki 7637.57 Normal

39 Laki-laki 6932.2 Normal


40 Laki-laki 9679.05 Normal

41 Perempuan 7550.1 Normal


42 Perempuan 6452.7 Normal
43 Perempuan 6548.6 Normal
9309.15 Normal
44 Laki-laki
45 Laki-laki 9370.8 Normal

Standar batas normal aktivitas enzimcholinesterasepada perempuan yaitu

3930-10800 U/L dan pada laki-laki yaitu 4620-11500 U/L. Berdasarkan tabel 4.4

diketahui bahwa dari 44 responden terdapat sebanyak 4 responden dengan aktivitas

enzim cholinesterase tidak normal, yaitu pada petani dengan nomor responden 13,
60

jenis kelamin laki-laki dengan jumlah enzim cholinesterase melebihi batas normal

yaitu11.679,25 U/L, petani dengan nomor responden 15, jenis kelamin perempuan

dengan jumlah enzim cholinesterase melebihi batas normal yaitu 14.624,75 U/L,

petani dengan nomor responden 18, jenis kelamin perempuan dengan jumlah enzim

cholinesterase melebihi batas normal yaitu 11.692,95 U/L, dan petani dengan nomor

responden 27, jenis kelamin perempuan dengan jumlah enzim cholinesterase kurang

dari batas normal yaitu 3.561,1 U/L.

4.2.3 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Petani Sayur


Berikut hasil dari distribusi frekuensi tingkat pendidikan petani sayur di

Alahan Panjang Kabupaten Solok:

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Petani Sayur di


Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018
Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
Pendidikan Rendah 22 50,0
Pendidikan Tinggi 22 50,0
Jumlah 44 100,0

Berdasarkan hasil penelitian tabel 4.5 diketahui bahwasanya tingkat

pendidikan responden seimbang dan sama banyak antara pendidikan rendah dan

pendidikan tinggi (50%).

4.2.4 Distribusi Frekuensi Tindakan Penyemprotan Petani Sayur


Berikut hasil dari distribusi frekuensi tindakan penyemprotan petani sayur di

Alahan Panjang Kabupaten Solok:

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Tindakan Penyemprotan Pada Petani Sayur di


Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018
Tindakan Penyemprotan Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang Baik 27 61,4
Baik 17 38,6
Jumlah 44 100,0

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 diketahui bahwasanya lebih dari

setengah responden yang memiliki tindakan penyemprotan yang kurang baik


61

(61,4%). Berdasarkan hasil kuesioner, dapat diuraikan distribusi tindakan

penyemprotan petani sayur di Alahan Panjang seperti tabel 4.6 berikut:

Tabel 4.7 Uraian Distribusi Tindakan Penyemprotan Petani Sayur di Alahan


Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018

Sangat Baik Kurang


No Pernyataan Baik Baik

f % f % f %
1 Semua pestisida yang Bapak/ibu 16 36,4 1 2,3 27 61,4
pergunakan terdaftar atau
memperoleh ijin dari Menteri
Pertanian
2 Bapak/Ibu menyimpan pestisida 34 77,3 8 18,2 2 4,5
setelah selesai melakukan
penyemprotan di
3 Pedoman Bapak/Ibu dalam 37 84,1 5 11,4 2 4,5
melakukan pengenceran lebih dari
1 jenis pestisida
4 Jarak waktu penyemprotan yang 5 11,4 22 50,0 17 38,6
Bapak/Ibu lakukan sesuai dengan
label kemasan pestisida
5 Setelah selesai penyemprotan 38 86,4 5 11,4 1 2,3
biasanya apa yang Bapak/Ibu
lakukan
6 Pada saat penyemprotan terkena 41 93,2 2 4,5 1 2,3
bagian wajah, tindakan yang
Bapak/Ibu lakukan
7 Bapak/Ibu lakukan jika pada saat 28 63,6 16 36,4 - -
penyemprotan tiba-tiba angin
bertiup kencang
8 Tatacara penggunaan pestisida 38 86,4 2 4,5 4 9,1
yang Bapak/Ibu lakukan

Berdasarkan tabel distribusi tindakan penyemprotan pestisida petani sayur

didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah responden tidak menggunakan pestisida

yang memperoleh izin dari Mentri Pertanian (61,4%) dan hampir setengah responden

tidak melakukan waktu penyemprotan sesuai dengan label kemasan pestisida

(38,6%).

4.2.5 Distribusi Frekuensi Cara Penyimpanan Pestisida Petani Sayur


Berikut hasil dari distribusi frekuensi cara penyimpanan pestisida petani

sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok:


62

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Cara Penyimpanan Pestisida Pada Petani


Sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018
Cara Penyimpanan Pestisida Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang Baik 28 63,6
Baik 16 36,4
Jumlah 44 100.0

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 diketahui bahwasanya lebih dari

separuh responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang kurang baik

(63,6%).Berdasarkan hasil kuesioner, dapat diuraikan distribusi cara penyimpanan

pestisida petani sayur di Alahan Panjang seperti tabel 4.8 berikut:

Tabel 4.9 Uraian Distribusi Cara Penyimpanan Pestisida Petani Sayur


di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018

Ya Tidak
No Pertanyaan
f % f %
1 Pestisida diletakkan dalam 42 95,5 2 4,5
ruangan dengan ventilasi
cukup 8 18,2 36 81,8
2 Disediakan pasir atau serbuk
untuk menyerap pestisida yang
tumpah 42 95,5 2 4,5
3 Ruangan penyimpanan
pestisida terkunci dan tidak
mudah dijangkau anak-anak 15 34,1 29 65,9
4 Pestisida diberi tanda peringatan
bahaya

Berdasarkan uraian distribusi pertanyaan cara penyimpanan pestisida

didapatkan hasil bahwa kebanyakan responden tidak menggunakan pasir atau serbuk

untuk menyerap pestisida yang tumpah (81,8%) dan tempat penyimpan pestisida

tidak diberikan label bahaya (65,9%). Hal ini mengakibatkan keracunan pestisida

karena cara penyimpanan pestisida yang kurang baik.

4.2.6 Distribusi Frekuensi Waktu Penyemprotan Pestisida Petani Sayur


Berikut hasil dari distribusi frekuensi waktu penyemprotan pestisida petani

sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok:


63

Tabel 4.10 Distribusi Frekuensi Waktu Penyemprotan Pestisida Pada


Petani Sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018
Waktu Penyemprotan Pestisida Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang Baik 26 59,1
Baik 18 40,9
Jumlah 44 100,0

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.10 diketahui bahwasanya lebih dari

separuh responden melakukan waktu penyemprotan yang kurang baik (59,1%).

Artinya adalah waktu penyemprotan petani sayur yang tidak dijadwalkan dari pukul

08:00-11:00 dan pukul 15:00-18:00.

4.3 Analisis Bivariat


4.3.1 Hubungan Tingkat Pendidikan Petani Sayur dengan Aktivitas Enzim
Cholinesterase
Hubungan tingkat pendidikan dengan aktivitas enzim cholinesterase pada

petani sayur di Alahan Panjang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.11 Hubungan Tingkat Pendidikan Dengan Aktivitas Enzim


Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok
Tahun 2018

Tingkat N Nilai Rata-Rata p-Value


Pendidikan
Rendah 22 25,50 0,121
Tinggi 22 19,50

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.11 diketahui bahwa pada kelompok

pendidikan rendah memiliki nilai rata-rata 25,50 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata

kelompok pendidikan tinggi yaitu 19.50. Hasil uji statistik didapatkan p value >0,05

(p=0,121) hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan

aktivitas enzim cholinesterase.

4.3.2 Hubungan Tindakan Penyemprotan Petani Sayur dengan Aktivitas Enzim


Cholinesterase
Hubungan tindakan penyemprotan dengan aktivitas enzim cholinesterase

pada petani sayur di Alahan Panjang dapat dilihat pada tabel berikut:
64

Tabel 4.12 Hubungan Tindakan Penyemprotan Dengan Aktivitas Enzim


Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok
Tahun 2018
Tindakan N Nilai Rata-Rata p-Value
Penyemprotan
Kurang Baik 27 25,78 0,033
Baik 17 17,29

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.12 diketahui bahwa pada kelompok

tindakan penyemprotan kurang baik nilai rata-ratanya 25,78 lebih tinggi dari pada

nilai rata-rata kelompok tindakan penyemprotan baik yaitu 17,29. Hasil uji statistik

didapatkan p value <0,05 (p=0,033) hal ini berarti terdapat hubungan antara tindakan

penyemprotan dengan aktivitas enzim cholinesterase.

4.3.3 Hubungan Cara Penyimpanan Pestisida dengan Aktivitas Enzim


Cholinesterase
Hubungan cara penyimpanan pestisida dengan aktivitas enzim cholinesterase

pada petani sayur di Alahan Panjang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.13 Hubungan Cara Penyimpanan Pestisida Dengan Aktivitas


Enzim Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang
Kabupaten Solok Tahun 2018
Cara N Nilai Rata-Rata p-Value
Penyimpanan
Kurang Baik 28 20,57 0,188
Baik 16 25,88

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.13 diketahui bahwa pada kelompok

cara penyimpanan pestisida kurang baik nilai rata-ratanya 20,57 lebih rendah dari

pada nilai rata-rata kelompok cara penyimpanan pestisida “baik” yaitu 25,88. Hasil

uji statistik didapatkan p value >0,05 (p=0,188) hal ini berarti tidak terdapat

hubungan antara cara penyimpanan pestisida dengan aktivitas enzim cholinesterase.


65

4.3.4 Hubungan Waktu Penyemprotan Pestisida dengan Aktivitas Enzim


Cholinesterases
Hubungan waktu penyemprotan pestisida dengan aktivitas enzim

cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang dapat dilihat pada tabel berikut:

Tabel 4.14 Hubungan Waktu Penyemprotan Pestisida Dengan Aktivitas


Enzim Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang Kabupaten
Solok Tahun 2018
Waktu N Nilai Rata-Rata p-Value
Penyemprotan
Kurang Baik 26 25,69 0,048
Baik 18 17,89

Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.14 diketahui bahwa pada kelompok

waktu penyemprotan pestisida kurang baik nilai rata-ratanya 25,69 lebih tinggi dari

pada nilai rata-rata kelompok waktu penyemprotan pestisida baik yaitu 17,89. Hasil

uji statistik didapatkan p value <0,05 (p=0,048) hal ini berarti terdapat hubungan

antara waktu penyemprotan pestisida dengan aktivitas enzim cholinesterase


BAB 5 : PEMBAHASAN

5.1 Keterbatasan Penelitian


Keterbatasan pada penelitian ini adalah pada pengambilan sampel darah dan

pertanyaan melalui kuesioner yang dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, hal

ini terjadi karena keterbatasan dalam dana, tenaga, waktu serta lokasi penelitian yang

berada di luar Kota Padang yaitu di Alahan Panjang. Pada penelitian dilapangan

masyarakat banyak yang menolak untuk menjadi responden untuk diambil sampel

darahnya dikarenakan takut dengan jarum suntik sehingga peneliti mengubah teknik

pengambilan sampel menjadi accidental. Pada penelitian ini petani banyak yang

tidak memakai pestisida yang emmperoleh izin Kementrian Pertanian tapi mengakui

memakai pestisida yang telah mendapatkan izin dari Dinas Pertanian Kabupaten

Solok.

5.2 Aktivitas Enzim Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan pada petani di Alahan Panjang

Kabupaten Solok diperoleh sebanyak 4 dari responden memilik aktivitas enzim

cholinesterase yang tidak normal. Aktivitas enzim cholinesterase dikatakan normal

apabila pada laki-laki bernilai adalah 4620-11500 U/L sedangkan pada perempuan

bernilai 3930-10800 U/L(66) Rata-rata responden memiliki kadar enzim

cholinesterase sebanyak 8285,7025 U/L, dengan kadar enzim cholinesterase

terendah 3561,10 U/L dan tertinggi 14624,75 U/L, sedangkan pada 4 responden tidak

normal masing-masing memilik aktivitas enzim cholinesterase 11679.25 U/L,

14624.75 U/L, 11692.95 U/L dan 3561.10 U/L.

Hasil penelitian di atas dapat disimpulkan bahwa penurunan kadar enzim

cholinesterase disebabkan terpapar pestisida yang akan menurunkan aktivitas enzim

cholinesterase dalam darah. Aktivitas cholinesterase darah adalah jumlah enzim

66
67

cholinesterase yang aktif dalam plasma darah dan sel darah merah yang berperan

dalam menjaga keseimbangan sistem saraf. Aktivitas enzim cholinesterase ini dapat

digunakan sebagai indikator keracunan pestisida golongan organofosfat.(44)

(DITAMBAH)

5.3 Tingkat Pendidikan


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa responden

berpendidikan rendah adalah 22 orang (50%) dan responden berpendidikan tinggi

berjumlah 22 orang (50%) serta rincian variasi tingkat pendidikan responden adalah

diploma berjumlah 8 orang (18,2%) , SMA berjumlah 14 orang (31,8%) , SMP

berjumlah 11orang (25,0%) , SD berjumlah 8 orang (18,2%) dan tidak sekolah

berjumlah 3 orang (6,8%).

Tingkat pendidikan dapat menambah pengetahuan mengenai pestisida.(51)

Peluang terjadinya keracunan dilihat dari tingkat pendidikan seseorang. Semakin

tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin kecil peluang terjadinya

keracunan dikakarenakan pengetahuan mengenai racun serta cara penggunaan dan

penanganan racun yang aman dan tepat sasaran maka kejadian keracunan pun akan

dapat dihindari.(52) Kejadian keracunan pada tingkat pendidikan rendah cendrung

lebih tinggi dibandingkan tingkat pendidikan tinggi. Hal itu dikarenakan

pengetahuan seseorang akan lebih meningkat ketika pendidikan yang didudukinya

lebih tinggi sehingga untuk menerima informasi dan menyerap informasi lebih cepat

dan tepat dibanding seseorang yang berpendidikan rendah.

5.4 Tindakan Penyemprotan


Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan lebih dari setengah responden

yang memiliki tindakan penyemprotan yang kurang baik (61,4%). Tindakan

penyemprotan kurang baik yang paling banyak yaitu lebih dari setengah respoden

tidak menggunakan pestisida yang memperoleh izin dari Mentri Pertanian (61,4%)
68

dan hampir setengah responden tidak melakukan waktu penyemprotan sesuai dengan

label kemasan pestisida (38,6). Tindakan yang kurang baik akan menghasilkan

pengaruh terhadap paparan pestisida yaitu bisa menjadi keracunan. Ketidakmampuan

responden atau petani dalam bertindak sesuai pengetahuan dan sikap terhadap

tindakan yang dilakukan akan berdampak terhadap kedepannya.

Tindakan penyemprotan yang dimaksud adalah tindakan responden terhadap

wujud praktik dari sikap seorang petani dalam penggunaan pestisida seperti tindakan

dalam penggunaan alat pelindung diri pada saat petani melakukan kegiatan

penyemprotan, penyimpanan pestisida pada tempat yang aman, cara pencampuran

pestisida yang baik dan benar, penangan ketika terjadi keracunan akibat pestisida,

serta tindakan pada saat petani melakukan kegiatan penyemprotan pada tanaman

sayur.

Tindakan penyemprotan petani yang kurang baik akan menjadi masalah

untuk kesehatan petani kedepannya. Tindakan petani yang kurang baik berakibat

akan terjadinya tingkat keracunan pada petani di kemudian hari sehingga dibutuhkan

tindakan yang baik dari petani dalam pengelolaan penyemprotan pestisida yang

berakibat keracunan bisa lebih diatasi.

5.5 Cara Penyimpanan Pestisida


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwasanya lebih dari setengah

responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang kurang baik (63,6%).

Penyimpanan pestisida yang kurang baik terdiri dari bahwasanya responden tidak

menggunakan pasir atau serbuk untuk menyerap pestisida yang tumpah (81,8%) dan

tempat penyimpanan pestisida yang tidak diberikan label bahaya (65,9%) Cara

penyimpanan pestisida yang kurang baik berpengaruh terhadap paparan pestisida

terhadap tubuh dari petani yang menggunakannya sehingga menimbulkan keracunan.


69

Akibatnnya penyimpanan pestisida yang kurang baik menyebabkan

keracunan akibat pestisida sangatlah mungkin terjadi karena apabila pestisida yang

dipakai tidak menggunakan wadah aslinya maka akan bersiko terjadinya keracunan.

Pada proses pembelian, penyimpanan sampai dengan pencampuran dan

penyemprotan perlu penanganan yang benar.(58) Kriteria penyimpanan yang baik

terdiri dari pestisida pestisida diletakkan dalam ruangan dengan ventilasi cukup,

tempat penyimpanan pestisida disediakan pasir atau serbuk untuk menyerap

pestisida yang tumpah, ruangan penyimpanan pestisida terkunci dan tidak mudah

dijangkau oleh anak-anak dan pestisida harus diberi tanda peringatan bahaya agar

tidak disentuh oleh orang yang tidak memakai alat pelindung iri yang baik dan benar.

5.6 Waktu Penyemprotan Pestisida


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwasanya lebih dari setengah

responden melakukan waktu penyemprotan yang kurang baik (59,1%). Artinya

adalah waktu penyemprotan petani sayur yang tidak sesuai jadwal yaitu dari pukul

08:00-11:00 dan pukul 15:00-18:00. Petani di Alahan Panjang dalam menyemprot

pestisida tidak sesuai dengan waktu yang ditetepkan sehingga tidak menargetkan

waktu pasti berhenti dan memulai penyemprotan. Hal itu yang dapat mempengaruhi

keracunan akibat paparan pestisida terhadap tubuh.

Waktu penyemprotan, perlu diperhatikan dalam melakukan penyemprotan

pestisida, hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat menyebabkan

keluarnya keringat lebih banyak terutama pada siang hari. Sehingga waktu

penyemprotan semakin siang akan mudah terjadi keracunan pestisida terutama

penyerapan melalui kulit.(56) Waktu dalam melakukan penyemprotan yang baik

dilakukan yaitu pada jam 08.00 WIB sampai jam 11.00 WIB dengan jam istirahat

pada jam 09.00 WIB sampai 09.30 WIB.(57)


70

Penyemprotan terlalu pagi atau terlalu sore mengakibatkan pestisida yang

menempel pada tanaman akan terlalu lama mengering dan menyebabkan tanaman

yang disemprot keracunan. Pada pagi hari biasanya daun masih berembun sehigga

pestisida tidak merata keseluruh permukaan daun, sedangkan menyemprot pada

matahari terik akan mengakibatkan pestisida mudah menguap dan menguai oleh

sinar ultra violet.

5.7 Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Aktivitas Enzim


Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang
Hasil penelitian hubungan antara tingkat pendiikan dengan aktivitas enzim

cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok menunjukan

bahwa tingkat pendidikan responden sama banyak antara ttingkat pendidikan rendah

responden sebanyak 22 orang sedangkan tingkat pendidikan tinggi responden

sebanyak 22 orang. Berdasarkan uji T-test diperoleh hasil p value>0,05 (p=0.121)

yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan aktivitas enzim

cholinesterase. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini kategori

responden yang yang berpendidikan rendah dan kategori responden berpendidikan

tinggi sama banyak yaitu 50% .

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Cinta dalam hasil

penelitiannya menunjukkan hasil uji statistik antara tingkat pendidikan dengan

kejadian keracunan pestisida bahwa tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan

kejadian keracunan pestisida pada petani holtikultura anorganik di Desa Batur,

Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini diperkuat dengan

penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dkk pada tahun 2014 yang mengatakan

tidak ada hubungan tingkat pendidikan terhadap kadar cholinesterase pada petani

penyemprot padi di Desa Samberejo, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo.(19)

Petani di Desa Batur memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SMP tergolong banyak
71

yaitu 71,1% responden. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani

di Desa tersebut tergolong rendah.

Tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan tentang

pestisida dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pestisida lebih baik dari pada

pengetahuan yang rendah.(20) Pentingnya pendidikan formal akan memberikan

seseorang tambahan pengetahuan serta wawasan sehingga dapat menerima informasi

perkembangan pestisida atau perkembangan teknologi baru dibidang pertanian.

5.8 Hubungan Tindakan Penyemprotan dengan Aktivitas Enzim


Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang
Hasil penelitian hubungan antara tindakan penyemprotan dengan aktivitas

enzim cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok

menunjukan bahwa tindakan penyemprotan berhubungan dengan aktivitas enzim

cholinesterase dibuktikan dengan hasil uji T-test diperoleh hasil p value<0,05

(p=0.033) yang berarti ada hubungan antara tindakan penyemprotan dengan aktivitas

enzim cholinesterase. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini responden

yang kategori tindakan penyemprotan kurang baik mendominasi melebihi setengah

daripada kategori tindakan penyemprotan yang baik(61,4%).

Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ai Sukmawati tentang

hubungan antara tindakan praktek penyemprotan dengan aktivitas Cholinesterase

pada darah pada petani cabe di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong,

Kabupaten Tasikmalaya didapatkan hasil bahwa 18 responden (85,7%) dengan

aktivitas Cholinesterase normal, 13 responden (76,5%) dengan keracunan ringan dan

13 responden (65%) dengan keracunan sedang memiliki tindakan yang cukup,

sedangkan pada keracunan berat 3 responden (100%) memiliki tindakan yang

kurang. Hasil perhitungan statistik korelasi Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,820
72

dan p = 0,001 yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara tindakan praktek

penyemprotan dengan aktivitas Cholinesterase darah.(21)

Hasil uji statistik sesuai dengan kenyataan dilapangan bahwa tindakan

penyemprotan pestisida masih kurang baik contohnya lebih dari setengah responden

tidak menggunakan pestisida yang memperoleh izin dari Mentri Pertanian (61,4%)

dan hampir setengah responden tidak melakukan waktu penyemprotan sesuai dengan

label kemasan pestisida (38,6%). Tindakan yang buruk dihasilkan oleh seseorang

yang tidak setuju dengan suatu objek, maka akan terbentuk sikap negatif terhadap

objek yang sama. Apabila sikap negatif terhadap suatu program atau objek terbentuk,

maka tidak adanya niat untuk melakukan program tersebut.(52) Niat untuk melakukan

tindakan misalnya pengguanaan APD pada saat melakukan penyemprotan pestisida,

seharusnya sudah ada hal yang praktis sehingga petani mau menggunakannya. Hal

ini merupakan dorongan untuk tidak melakukan tindakan secara tepat sesuai aturan

kesehatan sehingga risiko terjadinya keracunan dapat dikurangi atau dicegah

5.9 Hubungan Cara Penyimpanan Pestisida dengan Aktivitas Enzim


Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang
Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara cara penyimpanan pestisida

dengan aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang

Kabupaten Solok menunjukan bahwa hasil uji T-test diperoleh hasil p value>0,05

(p=0,188) yang berarti tidak ada hubungan antara tindakan penyemprotan dengan

aktivitas enzim cholinesterase. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini

lebih dari setengah responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang

kurang baik (63,6%).

Penelitian ini sejalan dengan Imelda dalam penelitiannya mengenai analisis

faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar kolinesterase pada perempuan usia

subur di daerah pertanian didapatkan hasil adanya hubungan cara penyimpanan


73

pestisida dengan kadar kolinesterase, dimana persentase PUS yang kadar

kolinesterasenya rendah paling tinggi pada PUS dengan cara penyimpanan pestisida

buruk, sedangkan persentase PUS yang kadar kolinesterasenya normal paling tinggi

pada PUS dengan cara penyimpanan pestisida baik, namun berdasarkan hasil uji Chi-

square diperoleh nilai p =0,162 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada

hubungan antara cara penyimpanan pestisida dengan kadar kolinesterase pada PUS

di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.(22)

Berdasarkan penelitian yang dilakukan dilapangan bahwa kebanyakan

responden tidak menggunakan pasir atau serbuk untuk menyerap pestisida yang

tumpah dalam sistem penyimpanannya(81,8%) sehingga membuat pestisida yang

tumpah dibiarkan begitu saja lalu tidak ada antisipasi setelahnya dan tempat

penyimpan pestisida tidak diberikan label bahaya (65,9%) ini juga salah satu

kesalahan dari petani sayur dalam menyimpan pestisida yang tidak digunakan,

seharusnya dalam pelaksanaan pengelolaan diberikan label bahaya diempat

penyimpanan agar tidak didekati atau dimasuki anak-anak dan orang yang tidak

paham akan bahaya pestisida lainnya. Hal ini mengakibatkan keracunan pestisida

karena cara penyimpanan pestisida yang kurang baik.

5.10 Hubungan Waktu Penyemprotan Pestisida dengan Aktivitas


Enzim Cholinesterase Pada Petani Sayur di Alahan Panjang
Hasil penelitian hubungan antara waktu penyemprotan pestisida dengan

aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok

menunjukan bahwa hasil uji T-test diperoleh hasil p value<0,05 (p=0,048) yang

berarti adanya hubungan antara tindakan penyemprotan dengan aktivitas enzim

cholinesterase. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini lebih dari

setengah responden melakukan waktu penyemprotan yang kurang baik (59,1%).


74

Artinya adalah waktu penyemprotan petani sayur yang tidak dijadwalkan dari pukul

08:00-11:00 dan pukul 15:00-18:00.

Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Suparti dkk

bahwa kebiasaan waktu menyemprot yang dilakukan petani terbukti sebagai faktor

risiko terjadinya keracunan pestisida organofosfat, dengan nilai p = 0,036 (95% CI =

1,083 – 11,541) dan OR 3,535. Hal tersebut berarti bahwa kebiasaan waktu

menyemprot setelah jam 11.00 dan sore sebelum pukul 15.00 berisiko terjadi

keracunan pestisida organofosfat sebesar 3,535 kali dibanding dengan waktu

menyemprot sesuai anjuran yaitu pagi sebelum pukul jam 11.00 dan sore sesudah

pukul 15.00. Hasil penelitian waktu menyemprot yang dilakukan mulai pukul 05.30-

08.00 sebesar 20 (24,39%), menyemprot pukul 08.30-09.30 sebesar 23 (28,05%),

menyemprot pukul 10.00-11.00 sebesar 22 (26,83%) dan menyemprot sore hari

diatas pukul 13.00-15.00 sebesar 17 (20,73%), menyemprot pestisida yang dilakukan

petani sebagian besar dilakukan pada pagi hari dengan alasan masalah cuaca yang

dianggap sesuai, dan melakukan aktifitas menyemprot nyaman di pagi hari karena

tidak ada angin kencang supaya banyak pestisida terbawa angin(23).

Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah responden petani seringkali tidak

memperhatikan jam waktu penyemprotan, petani dengan kebiasaan menyemprot

disiang hari saat matahari terik akan mengakibatkan pestisida akan menguap dan

mengurai, serta akan berdampak negatif terhadap petani yaitu akan mengakibatkan

keracunan pestisida di tangan dan punggung yang banyak paparan yang masuk lewat

kulit serta akan merugikan petani karena pestisida banyak yang hilang karena

menguap. Para petani juga ada menyemprot terlalu pagi atau terlalu sore akan

mengakibatkan pestisida menempel pada bagian tanaman, pestisida yang menempel

pada tanaman jika berama-lama maka akan mengakibatkan atau berdampak tidak
75

baik yaitu akan membuat tanaman mengering.(24) Sebaiknya petani dalam

menyemprot pestisida terhadap tanaman memperhatikan waktu penyemprotan yang

dianjurkan yaitu jam 08:00-11:00 dan jam 15:00-18:00 agar waktu yang rutin

tersebut pas dan tidak menimbulkan keracunan terhadap petani apabila terlalu siang

sekali menyemprot atau terlalu sore sekali menyemprotnya.


BAB 6 : KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian hubungan tingkat pendidikan, tindakan

penyemprotan, cara penyimpanan pestisida dan waktu penyemprotan pestisida

dengan aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur di nagar Alahan Panjang

Kabupaten Solok tahun 2018 dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur diperoleh hasil rata-rata

responden memiliki kadar enzim cholinesterase sebanyak 8285,7025 U/L,

dengan kadar enzim cholinesterase terendah 3561,10 U/L dan tertinggi

14624,75 U/L.

2. Tingkat pendidikan reponden sebanding atau sama besar antara rendah dan

tinggi (50%) yaitu jumlah Diploma dan SMA berjumlah 22 orang lalu SMP,

SD dan tidak sekolah berjumlah 22 orang.

3. Lebih dari setengah responden memiliki tindakan penyemprotan yang kurang

baik (61,4%)

4. Lebih dari setengah responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang

kurang baik (63,6%) yaitu tidak terpenuhinya 75% standar cara penyimpanan

pestisida yang ditentukan.

5. Lebih dari setengah responden melakukan waktu penyemprotan yang kurang

baik (59,1%) dikarenakan waktu penyemprotan petani sayur yang tidak

dijadwalkan semestinya yaitu dari pukul 08:00-11:00 dan pukul 15:00-18:00.

6. Tidak terdapat hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Aktivitas Enzim

Cholinesterase pada petani sayur (p value = 0,121)

7. Adanya hubungan antara Tindakan Penyemprotan dengan Aktivitas Enzim

Cholinesterase pada petani sayur (p value = 0,033)

76
77

8. Tidak terdapat hubungan antara Cara Penyimpanan Pestisida dengan Aktivitas

Enzim Cholinesterase pada petani sayur (p value = 0,188)

9. Adanya hubungan antara Waktu Penyemprotan Pestisida dengan Aktivitas

Enzim Cholinesterase pada petani sayur (p value = 0,048)

6.2 Saran
Berdasarkan penelitian hubungan tingkat pendidikan, tindakan

penyemprotan, cara penyimpanan pestisida dan waktu penyemprotan pestisida

dengan aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang

Kabupaten Solok tahun 2018 maka peneliti menyarankan sebagai berikut:

1. Bagi Petani

a. Petani harus memperhatikan tindakan saat melaksanakan penyemprotan

pestisida mulai dari saat membeli pestisida yang terdaftar pada kementrian

pertanian, menyimpan pestisida di tempat yang aman, mencampur

pestisida, sampai ke tahap aman dalam penyemprotan pestisida.

b. Petani harus memperhatikan waktu penyemprotan yang baik dan benar

ketika hendak menyemprot pestisida terhadap tanaman agar cairan

pestisida tidak menimbulkan keracunan terhadap petani.

c. Petani perlu menyimpan pestisida ditempat yang aman yaitu tempat

penyimpanan pestisida diberi serbuk kayu atau pasir yang berfungsi

menyerap pestisida ketika pestisid tumpah ketanah dan tempat penyimpan

pestisida harus diberikan label bahaya diempat penyimpanan agar tidak

didekati atau dimasuki anak-anak dan orang yang tidak paham akan

bahaya pestisida lainnya.

d. Petani harus menggunakan alat pelindung diri lengkap seperti: pemakaian

masker, topi, sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang serta
78

menggunakan sepatu bot dianjurkan untuk mengurangi risiko masuknya

pestisida dalam tubuh.

2. Bagi Dinas Kesehatan

a. Dinas Kesehatan Kabupaten Solok melakukan promosi kesehatan

tentang bahaya dari pestisida terhadap kesehatan agar petani dapat

mengetahui efek yang ditimbulkan dari pemakaian pestisida pada

penyemprotan tanaman.

b. Dinas Kesehatan Kabupaten Solok melakukan pengecekan aktivitas

enzim cholinesterase pada petani secara berkala, agar masyarakat

mengetahui secara dini paparan pestisida sebelum maupun sesudah

masuknya ke dalam tubuh.

3. Bagi Dinas Pertanian

Diperlukan penyuluhan penggunaan pestisida yang aman secara rutin

dari Dinas Pertanian kepada petani agar petani mengetahui bahaya dari

paparan pestisida dan tidak terjadinya keracunan

4. Bagi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Bagi Fakultas Kesehatran Masyarakat penelitian ini dapat dijadikan

bahan referensi untuk penelitian penelitian selanjutnya serta sebagai

referensi bahan bacaan sehingga dapat menambah ilmu pengetahuan bagi

para pembaca.

5. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diperlukan penelitian lebih lanjut berupa studi epidemiologi

kesehatan lingkungan untuk melihat gejala atau penyakit berbasis toksisitas

pestisida serta melakukan pengecekan sampel darah dengan menambah

jumlah responden / sampel sehingga memperoleh variasi nilai yang relevan.


DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi, Ni Luh Prima Kemala. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk terhadap


Keunggulan Kompetitif dan Tingkat Keuntungan Usahatani Padi di
Kabupaten Tabanan. Universitas Udayana, Bali. 2011.
2. Achmadi, UF. Manajemen Penyakit Berbasis Wilayah. Kompas.
Jakarta.2005.
3. Statistik, Badan Pusat. http://bps.go.id. (Diakses 06 September 2018)
4. Departemen Pertanian Republik Indonesia. Statistik Ketenagakerjaan Sektor
Pertanian. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian; 2013.
5. Direktorat Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Republik
Indonesia. Pestisida Pertanian dan Kehutanan Tahun 2016
6. Bambang Setiyobudi, Onny Setiani, Nur Endah W. 2011. Hubungan
Paparan Pestisida pada Masa Kehamilan dengan Kejadian Berat Badan Bayi
Lahir Rendah (BBLR) di Kecamatan Ngablak Kabupaten Magelang. 2011
7. Sartono. 2002. Lama Pajanan Organofosfat Terhadap Penurunan
Aktivitas Enzim Cholinesterase Dalam Darah Petani Sayuran
8. Soedarto, 2013 Lingkungan Dan Kesehatan, Sagung Seto, Jakarta.
9. Bella, Witle, 2010, Communities in Peril: Asian Regional Report on
Community Monitoring of Highly Hazardous Pesticide Use, Penang:
Jothee Printers.
10. Quijano R dan Sarojeni VR, 1999, Awas Pestisida Berbahaya Bagi
Kesehatan, Terjemahan oleh Ronald M, Yayasan Duta Aawam,
Solo.
11. Dr. Bassam F, 2014, Pesticides Usage, Perceptions, Practices and Health
Effects among Farmers in North Gaza, Palestine, Volume 4, Issue 6, June
2014, 17-22.
12. Yuantari, Maria G.C, 2013, Tingkat Pengetahuan dalam Menggunakan
Pestisida (Studi kasus di Desa Curut Kecamatan penawangan kabupaten
Grobogan), Prosiding Seminar Nasional Pengelolaan Sumberdaya Alam
dan Lingkungan.
13. Rastogi, SK, S Tripathi, D Ravishanker, 2010, A study of neurologic
on exposure to organophosphate pesticides in the children of
agricultural workers, (Online), Vol. 14, No. 2, hal 54-57
14. Subiyakto, S. Pestisida. Yogyakarta : Penerbit Kanisius. 2007.
15. Girsang, Warlinson/Dampak Negatif Penggunaan Pestisida.
http://usitani. wordpress.com/2009/02/26/dampak-negatif-penggunaan-
pestisida
16. Dirjen PPM dan PLP. Peraturan PerUndang-Undangan Tentang Pestisida.
Depkes RI; 1992.
17. Marisa, Arrasyid, A.S. Pemeriksaan Kadar Pestisida dalam Darah Petani
Bawang Merah di Nagari Alahan Panjang. Jurnal Saintek. 2017;9(1):14-18.
18. Drajat, Suhardjo. Definisi Tingkat Pendidikan. 2007
19. Pengaruh Faktor Karakteristik Petani dan Metode Penyemprotan Terhadap
Kadar Kolinesterase. Rahmawati, Yeviana Dwi dan Martiana, Tri. s.l. :
The Indonesian Journal of Occupational Safety, Health and Environment,
2014, Vol. 1.
20. Nur Trya,Cinta.Yuantari. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kejadian
Keracunan Pestisida Anorganik Terhadap Enzim Cholinesterase Dalam
Darah Pada Petani Holtikultura Di Desa Batur, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang.2017.
21. Sukmawati. Hubungan Antara Perilaku Dalam Pengelolaan Pestisida
Dengan Aktivitas Enzim Cholinesterase Darah Pada Petani Cabe di Desa
Santana Mekar Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya.2003.
22. Imelda GP. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kadar Kolinesterase Pada Perempuan Usia Subur Di Daerah
Pertanian.2010
23. Sri Suparti.Anies.Onny. Beberapa Faktor Resiko Yang
Mempengaruhi Terhadap Kejadian Keracujnan Pestisida Pada Petani.
Jurnal PENA MEDIKA Vol. 6, No.2.2016
24. Wudianto, R. Petunjuk Penggunaan Pestisida Swadaya . Jakarta:
Anggota Ikapi. XVII ed. Penerbit ,2008.
25. www.SumbarProv.go.id. Masa Depan pertanian Sumatera Barat.
Diakses kamis, 8 September 2018 pukul 11.00 Wib
26. Aria Gusti, Ira Desnizar. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan
Gejala Neurotoksik Akibat Paparan Pestisida pada Petani Sayuran di
Kenagarian Alahan Panjang Kabupaten Solok. Jurnal.2016
27. US Environmental (July 24, 2007), epa.gov. Diakses 01 September 2018
28. Permentan No. 24 Tahun 2011
29. Raini, M. Toksikologi Pestisida dan Penanganan Akibat Keracunan dan
Penanganan Akibat Keracunan Pestisida. Media Litbang Kesehatan Vol.
XVII No. 3, 2007. Departemen Kesehatan,Jakarta, Indonesia, 2007.
30. Novisan, Kiat Mengatasi Permasalahan Praktis Petunjuk
Pemakaian Pestisida. Jakarta: Argomedia Pustaka; 2002
31. Rini,Wudianto. Petunjuk Penggunaan Pestisida, Jakarta: Penebar
Swadaya. 2005
32. Djojosumarto. 2008. Pestisida dan Aplikasinya. Jakarta: Agromedia Pustaka
33. Wispriono, et.al. 2013. Tingkat Keamanan Konsumsi Residu Karbamat
dalam Buah dan Sayur Menurut Analisis Pascakolom Kromatografi Cair
Kinerja Tinggi. Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol.7 No. 7.p. 317-323
34. Pasiani, et al. 2012. Knowledge, Attitudes, Practices and Biomonitoring of
Farmers and Residents Exposed to Pesticides in Brazil. International
Journal of Environmental Research and Public Health. No. 9.p. 3051-3068
35. Quijano dan Rengam. 2001. Pestisida Berbahaya Bagi Kesehatan.
Solo: yayasan Duta Awam.
36. Rustia. Wispriono. Susanna. Luthfiah. 2010. Lama Pajanan
Organofosfat Terhadap Penurunan Aktivitas Enzim Kolinesterase Dalam
Darah Petani Sayuran. Makara, Kesehatan. Vol. 14 No. 2 p. 95-101
37. Jenni. Suhartono. Nurjazuli. 2014. HubunganRiwayat Paparan Pestisida
dengan Kejadian Gangguan Fungsi Hati (Studi Pada Wanita Usia Subur di
Daerah Pertanian Kota Batu). Jurnal Kesehatan Lingkungan Indonesia.
Vol. 13. No. 2. p. 62-65. 4)
38. Bolognesi, Claudia. 2003. Genotoxicity of Pesticides: A Review of
Human Biomonitoring Studies. Mutation Research 543. p. 251-272
39. Suhartono. 2014. Dampak Pestisida Terhadap Kesehatan. Prosiding Seminar
Nasional Pertanian Organik. p. 15-23. IPB.
40. D’Arce and Coluse. 2000. Cytogenetic and molecular biomonitoring
of agricultural workers exposed to pesticides in Brazil. Teratogenesis,
41. Kurniasih. Setiani. Nugraheni. 2013. Faktor Terkait Paparan Pestisida dan
Hubungannya dengan Kejadian Anemia pada Petani Hortikultura di Desa
Gombong Belik Pemalang Jawa Tengah. Jurnal Kesehatan Lingkungan.
Vol. 12. No. 2. p. 132-137.
42. Kumar and Panneerselvam. 2008. Toxic Effects Of Pesticides: A Review
On Cytogenetic Biomonitoring Studies. Medicine and Biology Vol. 15 No.
2. p. 46-50.
43. Yuantari. 2011. Dampak Pestisida Organoklorin Terhadap Kesehatan
Manusia Dan Lingkungan Serta Penanggulannya. Makalah disampaikan pada
Semnas Peran Kesmas dalam pencapaian MDG’s di Indonesia. 12 April
2011
44. Berlian Kando, Jon Farizal, Susiwati. Gambaran Kadar Enzim
Cholinesterase Pada Wanita Usia Subur (WUS) yang Aktif Membantu
Aktivitas Pertanian di Kecamatan Sukaraja Kabupaten Seluma Tahun 2017.
JNPH. 2017: 5.
45. Wudianto, Rini. Petunjuk Penggunaan Pestisida. Jakarta : PT
Penebar Swadaya, 2002.
46. Nursidah Amir, Eddy Suprayitno, Hardoko, dkk. Kadar Enzim
Kolinesterase Tikus Wistar yang Terpapar Sipermetrin. Jurnal IPTEKS PSP.
2016: 3; 423- 433.
47. Achmadi, Umar Fahmi. Dasar-dasar penyakit berbasis lingkungan,Rajawali
Pers, Jakarta, 2011
48. Dreisbach, R.H. Metallic Poisons. Arsenic and arsine. Pp. 241-245 in
Handbook of Poisoning. Loa Altos, CA: Lang Medical
Publication.1983.
49. Suhenda, Dadang. Karakteristik Individu, Waktu Penyemprotan
Terakhir, Pengetahuan, Perilaku dan Kadar Cholinesterase Darah
Petani di Kabupaten Subang Tahun 2006. Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia
50. Rustia, Hana Nika. Pengaruh Pajanan Pestisida Golongan Organofosfat
Terhadap Penurunan Aktivitas Enzim Cholinesterase Dalam Darah Petani
Sayuran Penyemprot Pestisda (Keluruhan Campang, Kecamatan Gisting,
Kabupaten Tanggamus, Lampung Tahun 2009). Skripsi. Fakultas Kesehatan
Masyarakat Universitas Indonesia.
51. Notoadmodjo. Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta. Rineka
Cipta.
52. Rustia, Hana Rustia, et al., et al. s.l. Lama Pajanan Organofosfat
Terhadap Penurunan Aktivitas Enzim Kolinesterase Dalam Darah Petani
Sayuran. Makara Kesehatan. 2010: 14.
53. Guyton AC, Hall J. Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta: EGC; 2007.
54. Yeviana Dwi Rahmawati, Tri Martiana. Pengaruh Faktor Karakteristik
Petani dan Metode Penyemprotan Terhadap Kadar Cholinesterase. The
Indonesian Journal of Occupational Safety, Health and Environment.
2014:1(1);85-94.
55. Tugiyo. Keracunan Pestisida Pada Tenaga Kerja Perusahaan
Pengendalian Hama. Tesis. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas
Indonesia. 2003
56. Priyanto, 2009, Farmakoterapi Dan Terminologi Medis, Halaman
150,Diterbitkan oleh: Lembaga Studi dan Konsultasi
Farmakologi (Leskonfi),Jakarta
57. Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian Edisi
Revisi, Kanisius. Yogyakarta.
58. Afriyanto. Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabe di
Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Tesis. Universitas
Indonesia. 2008
59. Zuraida. Faktor yang Berhubungan dengan Tingkat Keracunan Pestisida
pada petani di Desa Srimari Tambun Utara, Bekasi Tahun 2012. Skripsi.
Depok, Universitas Indonesia. 2012.
60. Notoatmodjo S. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka
Cipta; 2010.
61. Recommendations of the German Society for Clinical Chemistry.
Standarization of methods for the estimation of enzyme activities in
biological fluids: Standard method for determination of
Cholinesterase activity. J Clin Chem Clin Biochem 1992;30:163-70.
62. Laporan Hasil Penelitian Dosen Septia Pristi Rahma, SKM, MKM di
Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.
63. Hastono, Susanto. Analisis Dasata. Modul. Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia. 2007
64. Badan Pusat Statistik Kabupaten Solok Tahun 2017.
65. Cairns, Malcolm (23 May 2007). Voices from the Forest: Integrating
Indigenous Knowledge into Sustainable Upland Farming. Earthscan.
hlm. 157–. ISBN 978-1-891853-92-0.
66. Recommendations of the German Society for Clinical Chemistry.
Standarization of methods for the estimation of enzyme activities in
biological fluids: Standard method for determination of Cholinesterase
activity. J Clin Chem Clin Biochem 1992;30:163-70.
LAMPIRAN
Lampiran 1 : Formulir Persetujuan Turun Lapangan oleh Pembimbing
Lampiran 2 : Surat Izin Penelitian dari Fakultas
Lampiran 3 : Surat Izin Penelitian dari Instansi Tempat Penelitian
Lampiran 4 : Inform Consent

KUESIONER PENELITIAN

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

Hubungan Tingkat Pendidikan, Tindakan Penyemprotan , Cara


Penyimpanan Pestisida Dan Waktu Penyemprotan Pestisida Dengan
Aktivitas Enzim Cholinesterase Pada Petani Sayur Di Alahan
Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018
DenganHormat,
Saya Mahasiswa dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas sedang
melakukan penelitian tentang “Hubungan Tingkat Pendidikan, Tindakan
Penyemprotan, Cara Penyimpanan Pestisida dan Waktu Penyemprotan Pestisida
Dengan Aktivitas Enzim Cholinesterase Pada Petani Sayur Di Alahan Panjang
Kabupaten Solok Tahun 2018”.
Demi untuk keperluan penelitian dan analisis kesehatan masyarakat yang
dilakukan oleh Ariffaldy Asdafi sebagai peneliti Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Andalas, maka dengan ini saya bersedia untuk mengikuti serangkaian
pemeriksaan untuk pengambilan data serta memberikan izin untuk melihat dan
memeriksakan kondisi saya.
Peneliti sangat mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk mengisi formulir
kuesioner ini, karena sangat berguna bagi ilmu pengetahuan, khususnya pemerintah
dalam mengatasi masalah keracunan pada petani terhadap paparan pestisida.Kuesioner ini
tidak berpengaruh terhadap Bapak/Ibu.Perlu Kami tegaskan bahwa:
1. Kami menjamin kerahasiaan identitas pribadi serta jawaban yang Bapak/Ibu berikan.
2. Jawaban Jujur dari Bapak/Ibu sangat kami harapkan dan bermanfaat untuk kemajuan
Ilmu Pengetahuan dan Kesehatan.
3. Setelah penelitian ini selesai, kuesioner ini akan kami musnahkan.
Demikian surat persetujuan ini saya buat untuk dapat digunakan dengan sebenar-
benarnya. Surat persetujuan ini saya buat tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun.

Alahan Panjang, 2018

Pewawancara Responden

( ) ( )
KUESIONER

Identitas Responden
Nomor Responden (diisi peneliti) :
Nama :
JenisKelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Umur : tahun
PendidikanTerakhir : 1. SD
2. SMP
3. SMA
4.Perguruan Tinggi
Lama menggunakan pestisida : 1. 1-5 tahun
2. 5-10 tahun
3. > 10 tahun
Sudah berapa lama Bapak/Ibu berani :
Hasil
Pengukuran BB
:
TB :
Tensi :

TINDAKAN
1. Semua pestisida yang Bapak/ibu pergunakan terdaftar atau memperoleh ijin
dari Menteri Pertanian
a. Semua c. Sebagian. e.Hanya beberapa
saja.
b. Tidak ada yang terdaftar. d. Tidak tahu.

2. Bapak/Ibu menyimpan pestisida setelah selesai melakukan penyemprotan di


a. Disimpan di lemari yang kering, tertutup rapat dan jauh dari
jangkauan anak-anak.
b. Diletakkan di tempat kering dan tertutup.
c. Dibungkus dengan plastik
d. Diletakkan dibawah pohon jeruk.
e. Dibiarkan begitu saja.

3. Pedoman Bapak/Ibu dalam melakukan pengenceran lebih dari 1 jenis


pestisida
a. Berpedoman pada label kemasan dan pengarahan dari dinas pertanian.
b. Hanya berpedoman pada label kemasan saja.
c. Berdasarkan informasi dari teman.
d. Berdasarkan pengalaman pribadi.
e. Coba- coba saja.

4. Jarak waktu penyemprotan yang Bapak/Ibu lakukan sesuai dengan label


kemasan pestisida
a. Sangat sesuai c. Sesuai e. Ragu-ragu
b. Tidak sesuai d. Sangat tidak sesuai

5. Setelah selesai penyemprotan biasanya yang Bapak/Ibu lakukan


a. Mandi dengan memakai sabun dan ganti baju.
b. Cuci tangan dan ganti baju.
c. Cuci tangan saja.
d. Merokok.
e. Tidak ada.

6. Pada saat penyemprotan terkena bagian wajah, tindakan yang Bapak/Ibu


lakukan
a. Dicuci dengan air mengalir .
b. Dibersihkan sekedarnya dengan air.
c. Dibersihkan dengan kain.
d. Dibersihkan dengan tangan.
e. Dibiarkan saja.

7. Bapak/Ibu lakukan jika pada saat penyemprotan tiba-tiba angin bertiup


kencang
a. Atur posisi sesuai dengan arah angin.
b. Berhenti sebentar sampai tidak ada lagi angin.
c. Terus menyemprot.
d. Berhenti menyemprot dan pulang.
e. Menyemprot berlawanan dengan arah angin.

8. Tatacara penggunaan pestisida yang Bapak/Ibu lakukan


a. Dengan memakai alat pelindung diri, melihat arah angin, dan
penyemprotan dilakukan sesuai dengan peraturan yang ada pada label
kemasan pestisida.
b. Hanya memperhatikan label pada kemasan.
c. Sesuai dengan informasi yang diperoleh dari distributor pestisida.
d. Sesuai dengan kemauan sendiri.
e. Tidak menggunakan alat pelindung diri

CARA PENYIMPANAN PESTISIDA


No Tempat penyimpanan Ya Tidak
1. Pestisida diletakkan dalam ruangan dengan ventilasi
cukup
2. Disediakan pasir atau serbuk untuk
menyerap pestisida yang tumpah
3. Ruangan penyimpanan pestisida terkunci dan tidak
mudah dijangkau anak-anak

4. Pestisida diberi tanda peringatan bahaya

WAKTU PENYEMPROTAN PESTISIDA


Kapan waktu penyemprotan pestisida yang bapak dan ibu lakukan?
a. Pagi hari sampai selesai atau sore hari sampai selesai
b. Pagi jam 08.00-11.00 WIB atau sore jam 15.00-18.00 WIB
Lampiran 6 :Surat Pernyataan Selesai Penelitian
Lampiran 7 :Output Analisis Data

Tingkat Pendidikan

Frequencies

Tingkat Pendidikan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Diploma 8 18.2 18.2 18.2

SD 8 18.2 18.2 36.4

SMA 14 31.8 31.8 68.2

SMP 11 25.0 25.0 93.2

Tidak Sekolah 3 6.8 6.8 100.0

Total 44 100.0 100.0

Tingkat Pendidikan Kat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Rendah 22 50.0 50.0 50.0

Tinggi 22 50.0 50.0 100.0

Total 44 100.0 100.0

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Tingkat
Pendidikan
Kat N Mean Rank Sum of Ranks

Cholinesterase Rendah 22 25.50 561.00


Tinggi 22 19.50 429.00

Total 44

Test Statisticsa

Cholinesterase

Mann-Whitney U 176.000
Wilcoxon W 429.000

Z -1.549

Asymp. Sig. (2-tailed) .121

a. Grouping Variable: Tingkat Pendidikan Kat


Tindakan Penyemprotan

Frequencies

Statistics

Tindakan Kat

N Valid 44

Missing 0

Tindakan Kat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Baik 27 61.4 61.4 61.4


Baik 17 38.6 38.6 100.0
Total 44 100.0 100.0

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Tindakan Kat N Mean Rank Sum of Ranks

Cholinesterase Kurang Baik 27 25.78 696.00

Baik 17 17.29 294.00

Total 44

Test Statisticsa

Cholinesterase

Mann-Whitney U 141.000
Wilcoxon W 294.000
Z -2.133

Asymp. Sig. (2-tailed) .033

a. Grouping Variable: Tindakan Kat


Waktu Penyemprotan

Frequencies

Waktu Penyemprotan

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Baik 26 59.1 59.1 59.1

Baik 18 40.9 40.9 100.0

Total 44 100.0 100.0

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Waktu
Penyemprotan
N Mean Rank Sum of Ranks

Cholinesterase Kurang Baik 26 25.69 668.00

Baik 18 17.89 322.00

Total 44

Test Statisticsa

Cholinesterase

Mann-Whitney U 151.000
Wilcoxon W 322.000

Z -1.981

Asymp. Sig. (2-tailed) .048

a. Grouping Variable: Waktu Penyemprotan


Cara Penyimpanan

Frequencies

Penyimpanan Pestisida Kat

Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent

Valid Kurang Baik 28 63.6 63.6 63.6

Baik 16 36.4 36.4 100.0

Total 44 100.0 100.0

NPar Tests

Mann-Whitney Test

Ranks

Penyimpanan
Pestisida Kat N Mean Rank Sum of Ranks

Cholinesterase Kurang Baik 28 20.57 576.00

Baik 16 25.88 414.00

Total 44

Test Statisticsa

Cholinesterase

Mann-Whitney U 170.000
Wilcoxon W 576.000

Z -1.317

Asymp. Sig. (2-tailed) .188

a. Grouping Variable: Penyimpanan Pestisida Kat


Lampiran 8 :Hasil Uji Laboratorium Enzim
Cholinesterase
Lampiran 9 :Hasil Uji Etik
Lampiran 10 : Hasil Cek Similariti
Lampiran 11 : Dokumentasi Penelitian

Dokumentasi
Lampiran 12 : Manuskrip
ABSTRAK

Tujuan Penelitian
Penggunaan pestisida dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang harus dilakukan
karena pestisida dapat menyebabkan keracunan. Menurut data dari WHO (World
Health Organization) pada tahun 2009 memperkirakan bahwa 300.000 orang
meninggal setiap tahun karena keracunan pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan tingkat pendidikan, tindakan penyemprotan, cara
penyimpanan pestisida dan waktu penyemprotan pestisida dengan aktivitas enzim
cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok tahun 2018.

Metode
Penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif. Populasi terdiri dari 80 orang
dan sampel sebanyak 44 responden dengan teknik accidental sampling. Sampel
darah diambil untuk dilakukan pemeriksaan di Laboratorium dengan menggunakan
alat spektrofotometer.

Hasil
Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur
diperoleh hasil rata-rata responden memiliki kadar enzim cholinesterase sebanyak
8285,7025 U/L, dengan kadar enzim cholinesterase terendah 3561,10 U/L dan
tertinggi 14624,75 U/L. . Hasil penelitian ini adalah ada yang berhubungan antara
tindakan penyemprotan p value (p=0,033), dan waktu penyemprotan pestisida p
value (p=0,048) dengan cholinesterase, tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan p value (p=0,121), cara penyimpanan pestisida p value (p=0,188) dengan
cholinesterase.

Kesimpulan
Adanya hubungan antara tindakan penyemprotan dan waktu penyemprotan pestisida
dengan aktivitas enzim cholinesterase. Upaya yang perlu dilakukan petani adalah
memperhatikan tindakan dalam pengelolaan yaitu penyimpanan pestisida, cara
pencampuran pestisida, dan waktu penyemprotan pestisida.

Kata Kunci : Pestisida, Cholinesterase, Tindakan, Penyimpanan, Penyemprotan


ABSTRACT

Objectives
The use of pesticides in the right way is an absolute thing to do because pesticides
can cause poisoning. According to data from the WHO (World Health Organization)
in 2009 estimated that 300,000 people die every year due to pesticide poisoning. This
study aims to analyze the relationship of education level, protection action, storage
methode pesticide and spraying time of pesticides with cholinesterse enzyme activity
in vegetable farmers in Alahan Panjang Solok District 2018.

Method
The research used quantitative design. The population consist of 80 peoples and
sample of 44 respondents with accidental sampling technique. Blood samples are
taken for examination in the laboratory using a spectrophotometer.

Result
Based on the results of the study, the average cholinesterase enzyme activity in
vegetable farmers levels 8285.7025 U / L, with the lowest cholinesterase enzyme
levels 3561.10 U / L and the highest 14624.75 U / L. The results of this study there
are relationship to protection action p value (p = 0.033), and spraying time of
pesticide p value (p = 0.048) with cholinesterase, no relationship between education
level p value (p = 0.121), storage methode pesticide p value (p = 0.850) with
cholinesterase.

Conclusion
There are relationship between the protection action and the spraying time pesticides
with cholinesterase enzyme activity. Efforts need to do is pay attention to the actions
of farmers in the management of that storage of pesticides, how mixing pesticides,
and pesticide spraying time.

Keyword : Pesticide, Cholinesterase, Action, Storage, Spraying


Pendahuluan
Pertanian adalah salah satu bidang strategis dalam pemenuhan hidup
masyarakat. Hasil dari pertanian dapat digunakan untuk pemenuhan hidup seperti
bahan pokok dan bahan pelengkap seperti sayur, buah-buahan dll. Indonesia sebagai
negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam
atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting
dalam kesejahteraan kehidupan penduduk Indonesia.(1) Indonesia dengan 38,97 juta
penduduk atau sekitar 34% penduduk Indonesia, bekerja pada sektor pertanian. Hal
ni menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang penduduknya bekerja di
sektor pertanian.(2) Faktor tersebutlah yang membuat pada hari ini sektor pertanian
sangat memerlukan bantuan pestisida sebagai bahan penting dalam membantu
meningkatkan hasil pertanian. Sehingga, tanpa menggunakan pestisida dapat
menimbulkan penurunan terhadap hasil pertanian.(3)
Menurut data dari WHO (World Health Organization) pada tahun 2009
memperkirakan bahwa 300.000 orang meninggal setiap tahun karena keracunan
pestisida. Data dari PAN (Pesticide Action Network) Internasional pada tahun 2007
memperkirakan ada 1 sampai 41 juta orang didunia mengalami dampak kesehatan
akibat pestisida.(4) Pada saat ini penggunaan pestisida adalah zat yang paling banyak
dipakai oleh petani di Indonesia. Pada tahun 2016 terdapat 3207 pestisida yang
terdaftar sebagai jenis pestisida yang aktif yang ada pada masyarakat saat ini.
Pestisida yang terdaftar tersebut ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian
Nomor.24/Permentan/ SR.140/4/2011 tentang syarat dan Tata Cara Pendaftaran
Pestisida.(3) Petani yang paling banyak menggunakan berbagai pestisida adalah
petani sayuran, tanaman pangan, dan tanaman hortikultura buah-buahan.(5) Di antara
berbagai jenis pestisida, golongan organophosphate dan karbamat adalah yang
paling umum digunakan oleh petani.(6)
Tingkat pendidikan merupakan tahapan pendidikan yang ditetapkan
berdasarkan tingkat perkembangaan yang berpengaruh terhadap sikap dan perilaku,
sehinggan tingkat pendidikan yang lebih tinggi memudahkan masyarakat untuk
menyerap informasi serta mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup.(7)
Menurut Cinta dalam hasil penelitiannya menunjukkan hasil uji statistik antara
tingkat pendidikan dengan kejadian keracunan pestisida bahwa tidak ada hubungan
tingkat pendidikan dengan kejadian keracunan pestisida pada petani holtikultura
anorganik di Desa Batur, Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dkk pada tahun 2014
yang mengatakan tidak ada hubungan tingkat pendidikan terhadap kadar
cholinesterase pada petani penyemprot padi di Desa Samberejo, Kecamatan Balong,
Kabupaten Ponorogo.(8) Petani di Desa Batur memiliki tingkat pendidikan tidak tamat
SMP tergolong banyak yaitu 71,1% responden. Hal tersebut menunjukkan bahwa
tingkat pendidikan petani di Desa tersebut tergolong rendah. Tingkat pendidikan
yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan tentang pestisida dan bahaya yang dapat
ditimbulkan oleh pestisida lebih baik dari pada pengetahuan yang rendah. Pentingnya
pendidikan formal akan memberikan seseorang tambahan pengetahuan serta
wawasan sehingga dapat menerima informasi perkembangan pestisida atau
perkembangan teknologi baru dibidang pertanian.(9)
Penelitian yang dilakukan oleh Ai Sukmawati tentang hubungan antara
tindakan praktek penyemprotan dengan aktivitas Cholinesterase pada darah pada
petani cabe di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong, Kabupaten Tasikmalaya
didapatkan hasil bahwa 18 responden (85,7%) dengan aktivitas Cholinesterase
normal, 13 responden (76,5%) dengan keracunan ringan dan 13 responden (65%)
dengan keracunan sedang memiliki tindakan yang cukup, sedangkan pada keracunan
berat 3 responden (100%) memiliki tindakan yang kurang. Hasil perhitungan statistik
korelasi Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,820 dan p = 0,001 yang menunjukkan
ada hubungan bermakna antara tindakan praktek penyemprotan dengan aktivitas
Cholinesterase darah. Hasil uji statistik sesuai dengan kenyataan dilapangan bahwa
tindakan praktek penyemprotan pestisida masih kurang baik contohnya penggunaan
alat pelindung diri (APD) yang kurang pada saat mencampur dan menyemprot , serta
adanya kebiasaan menyemprot lebih dari 5 jam dalam satu hari, kondisi tersebut
sangat mempengaruhi terjadinya keracunan pestisida pada petani.(10)
Menurut Imelda dalam penelitiannya mengenai analisis faktor-faktor yang
berhubungan dengan kadar kolinesterase pada perempuan usia subur di daerah
pertanian didapatkan hasil adanya hubungan cara penyimpanan pestisida dengan
kadar kolinesterase, dimana persentase PUS yang kadar kolinesterasenya rendah
paling tinggi pada PUS dengan cara penyimpanan pestisida buruk, sedangkan
persentase PUS yang kadar kolinesterasenya normal paling tinggi pada PUS dengan
cara penyimpanan pestisida baik, namun berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh
nilai p =0,162 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara cara
penyimpanan pestisida dengan kadar kolinesterase pada PUS di Kecamatan Kersana
Kabupaten Brebes.(11)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sri Suparti dkk bahwa kebiasaan
waktu menyemprot yang dilakukan petani terbukti sebagai faktor risiko terjadinya
keracunan pestisida organofosfat, dengan nilai p = 0,036 (95% CI = 1,083 – 11,541)
dan OR 3,535. Hal tersebut berarti bahwa kebiasaan waktu menyemprot setelah jam
11.00 dan sore sebelum pukul 15.00 berisiko terjadi keracunan pestisida organofosfat
sebesar 3,535 kali dibanding dengan waktu menyemprot sesuai anjuran yaitu pagi
sebelum pukul jam 11.00 dan sore sesudah pukul 15.00. Hasil penelitian waktu
menyemprot yang dilakukan mulai pukul 05.30- 08.00 sebesar 20 (24,39%),
menyemprot pukul 08.30-09.30 sebesar 23 (28,05%), menyemprot pukul 10.00-
11.00 sebesar 22 (26,83%) dan menyemprot sore hari diatas pukul 13.00-15.00
sebesar 17 (20,73%), menyemprot pestisida yang dilakukan petani sebagian besar
dilakukan pada pagi hari dengan alasan masalah cuaca yang dianggap sesuai, dan
melakukan aktifitas menyemprot nyaman di pagi hari karena tidak ada angin kencang
supaya banyak pestisida terbawa angin(12), dengan kebiasaan menyemprot disiang
hari saat matahari terik akan mengakibatkan pestisida akan menguap dan mengurai,
serta akan berdampak negatif terhadap petani yaitu akan mengakibatkan keracunan
pestisida di tangan dan punggung yang banyak paparan yang masuk lewat kulit serta
akan merugikan petani karena pestisida banyak yang hilang karena menguap.
Menyemprot terlalu pagi atau terlalu sore akan mengakibatkan pestisida menempel
pada bagian tanaman, pestisida yang menempel pada tanaman jika berama-lama
maka akan mengakibatkan atau berdampak tidak baik yaitu akan membuat tanaman
mengering.(13)
Sumatera Barat merupakan salah satu dari provinsi di Indonesia yang struktur
perekonomiannya banyak dibantu oleh sektor pertanian. Sehingga tidak heran kalau
provinsi berpenduduk lebih dari 4,8 juta jiwa ini mampu menjadi salah satu produsen
utama komoditas pertanian di pulau Sumatera, terutama sayur-sayuran dan buah-
buahan.(14) Salah satu daerah di Sumatera Barat adalah di Nagari Alahan Panjang.
Nagari Alahan Panjang terkenal sebagai daerah sentra sayuran terbesar di Sumatera
Barat karena melimpahnya hasil dari pertanian yaitu sayur-sayuran serta buah-
buahan. Alahan panjang berada pada lereng timur di kawasan Taman Nasional
Kerinci Seblat. Namun daerah ini berisiko tinggi terhadap pencemaran yang
disebabkan oleh pestisida.(15)
Berdasarkan penelitian cholinesterase yang dilakukan pada tahun 2017 di
Laboratorium Kesehatan Daerah (LABKESDA), sampel diambil dari petani bawang
merah di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok bahwasanya didapatkan dari 5
sampel darah petani bawang merah kadar cholinesterase antara lain: sampel A
(9.165,2u/l), sampel B (10.154u/l), sampel C (2.835,6u/l), sampel D (5.281,2u/l) dan
sampel E (6.852,2u/l). Dari kelima sampel didapatkan satu orang yang kadar
cholinesterase dibawah batas normal atau terpapar pestisida yaitu sampel C.(16)

Metode
Penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif. Populasi terdiri dari 80
orang dan sampel sebanyak 44 responden dengan teknik accidental sampling.
Sampel darah diambil untuk dilakukan pemeriksaan di Laboratorium dengan
menggunakan alat spektrofotometer. Penelitian di lakukan dari bulan Agustus 2018
hingga Maret 2019. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat.

Hasil
Berdasarkan tabel 1, menggambarkan rata-rata responden memiliki kadar
enzim cholinesterase sebanyak 8285,7025 U/L, dengan kadar enzim cholinesterase
terendah 3561,1 U/L dan tertinggi 14624,75 U/L.Dari 44 responden terdapat 4
responden yang memiliki kadar cholinesterase yang tidak normal yaitu sampel 13
(11679,25 U/L), sampel 15 (14624,75 U/L), sampel 18 (11692,95 U/L) dan sampel
27 (3561,10 U/L).
Tabel 2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-
laki (61,4%) dan sebagian kecil responden berjenis kelamin perempuan (38,6%).
Tabel 3 menunjukkan tingkat pendidikan responden seimbang dan sama
banyak antara pendidikan rendah dan pendidikan tinggi (50%).
Tabel 4 diketahui bahwasanya lebih dari setengah responden yang memiliki
tindakan penyemprotan yang kurang baik (61,4%).
Tabel 5 diketahui bahwasanya lebih dari separuh responden yang memiliki
cara penyimpanan pestisida yang kurang baik (63,6%).
Tabel 6 diketahui bahwasanya lebih dari separuh responden melakukan
waktu penyemprotan yang kurang baik (59,1%). Artinya adalah waktu penyemprotan
petani sayur yang tidak dijadwalkan dari pukul 08:00-11:00 dan pukul 15:00-18:00.
Tabel 7 diketahui bahwa pada kelompok pendidikan rendah memiliki nilai
rata-rata 25,50 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok pendidikan tinggi yaitu
19.50. Hasil uji statistik didapatkan p value >0,05 (p=0,121) hal ini berarti tidak
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan aktivitas enzim cholinesterase.
Tabel 8 diketahui bahwa pada kelompok tindakan penyemprotan kurang baik
nilai rata-ratanya 25,78 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok tindakan
penyemprotan baik yaitu 17,29. Hasil uji statistik didapatkan p value <0,05
(p=0,033) hal ini berarti terdapat hubungan antara tindakan penyemprotan dengan
aktivitas enzim cholinesterase.
Tabel 9 diketahui bahwa pada kelompok cara penyimpanan pestisida kurang
baik nilai rata-ratanya 20,57 lebih rendah dari pada nilai rata-rata kelompok cara
penyimpanan pestisida “baik” yaitu 25,88. Hasil uji statistik didapatkan p value
>0,05 (p=0,188) hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara cara penyimpanan
pestisida dengan aktivitas enzim cholinesterase.
Tabel 10 diketahui bahwa pada kelompok waktu penyemprotan pestisida
kurang baik nilai rata-ratanya 25,69 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok
waktu penyemprotan pestisida baik yaitu 17,89. Hasil uji statistik didapatkan p
value <0,05 (p=0,048) hal ini berarti terdapat hubungan antara waktu penyemprotan
pestisida dengan aktivitas enzim cholinesterase

Pembahasan
Tingkat
Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa responden
berpendidikan rendah adalah 22 orang (50%) dan responden berpendidikan tinggi
berjumlah 22 orang (50%) serta rincian variasi tingkat pendidikan responden adalah
diploma berjumlah 8 orang (18,2%) , SMA berjumlah 14 orang (31,8%) , SMP
berjumlah 11orang (25,0%) , SD berjumlah 8 orang (18,2%) dan tidak sekolah
berjumlah 3 orang (6,8%).
Tingkat pendidikan dapat menambah pengetahuan mengenai pestisida.(17)
Peluang terjadinya keracunan dilihat dari tingkat pendidikan seseorang. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin kecil peluang terjadinya
keracunan dikakarenakan pengetahuan mengenai racun serta cara penggunaan dan
penanganan racun yang aman dan tepat sasaran maka kejadian keracunan pun akan
dapat dihindari. Kejadian keracunan pada tingkat pendidikan rendah cendrung lebih
tinggi dibandingkan tingkat pendidikan tinggi. Hal itu dikarenakan pengetahuan
seseorang akan lebih meningkat ketika pendidikan yang didudukinya lebih tinggi
sehingga untuk menerima informasi dan menyerap informasi lebih cepat dan tepat
dibanding seseorang yang berpendidikan rendah.

Tindakan Penyemprotan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan lebih dari setengah responden
yang memiliki tindakan penyemprotan yang kurang baik (61,4%). Tindakan
penyemprotan kurang baik yang paling banyak yaitu lebih dari setengah respoden
tidak menggunakan pestisida yang memperoleh izin dari Mentri Pertanian (61,4%)
dan hampir setengah responden tidak melakukan waktu penyemprotan sesuai dengan
label kemasan pestisida (38,6). Tindakan yang kurang baik akan menghasilkan
pengaruh terhadap paparan pestisida yaitu bisa menjadi keracunan. Ketidakmampuan
responden atau petani dalam bertindak sesuai pengetahuan dan sikap terhadap
tindakan yang dilakukan akan berdampak terhadap kedepannya.
Tindakan penyemprotan yang dimaksud adalah tindakan responden terhadap
wujud praktik dari sikap seorang petani dalam penggunaan pestisida seperti tindakan
dalam penggunaan alat pelindung diri pada saat petani melakukan kegiatan
penyemprotan, penyimpanan pestisida pada tempat yang aman, cara pencampuran
pestisida yang baik dan benar, penangan ketika terjadi keracunan akibat pestisida,
serta tindakan pada saat petani melakukan kegiatan penyemprotan pada tanaman
sayur.
Tindakan penyemprotan petani yang kurang baik akan menjadi masalah
untuk kesehatan petani kedepannya. Tindakan petani yang kurang baik berakibat
akan terjadinya tingkat keracunan pada petani di kemudian hari sehingga dibutuhkan
tindakan yang baik dari petani dalam pengelolaan penyemprotan pestisida yang
berakibat keracunan bisa lebih diatasi.

Cara PenyimpananPestisida
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwasanya lebih dari setengah
responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang kurang baik (63,6%).
Penyimpanan pestisida yang kurang baik terdiri dari bahwasanya responden tidak
menggunakan pasir atau serbuk untuk menyerap pestisida yang tumpah (81,8%) dan
tempat penyimpanan pestisida yang tidak diberikan label bahaya (65,9%) Cara
penyimpanan pestisida yang kurang baik berpengaruh terhadap paparan pestisida
terhadap tubuh dari petani yang menggunakannya sehingga menimbulkan keracunan.
Akibatnnya penyimpanan pestisida yang kurang baik menyebabkan
keracunan akibat pestisida sangatlah mungkin terjadi karena apabila pestisida yang
dipakai tidak menggunakan wadah aslinya maka akan bersiko terjadinya keracunan.
Pada proses pembelian, penyimpanan sampai dengan pencampuran dan
penyemprotan perlu penanganan yang benar.(18) Kriteria penyimpanan yang baik
terdiri dari pestisida pestisida diletakkan dalam ruangan dengan ventilasi cukup,
tempat penyimpanan pestisida disediakan pasir atau serbuk untuk menyerap
pestisida yang tumpah, ruangan penyimpanan pestisida terkunci dan tidak mudah
dijangkau oleh anak-anak dan pestisida harus diberi tanda peringatan bahaya agar
tidak disentuh oleh orang yang tidak memakai alat pelindung iri yang baik dan benar.

Waktu Penyemprotan Pestisida


Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwasanya lebih dari setengah
responden melakukan waktu penyemprotan yang kurang baik (59,1%). Artinya
adalah waktu penyemprotan petani sayur yang tidak sesuai jadwal yaitu dari pukul
08:00-11:00 dan pukul 15:00-18:00. Petani di Alahan Panjang dalam menyemprot
pestisida tidak sesuai dengan waktu yang ditetepkan sehingga tidak menargetkan
waktu pasti berhenti dan memulai penyemprotan. Hal itu yang dapat mempengaruhi
keracunan akibat paparan pestisida terhadap tubuh.
Waktu penyemprotan, perlu diperhatikan dalam melakukan penyemprotan
pestisida, hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat menyebabkan
keluarnya keringat lebih banyak terutama pada siang hari. Sehingga waktu
penyemprotan semakin siang akan mudah terjadi keracunan pestisida terutama
penyerapan melalui kulit.(19) Waktu dalam melakukan penyemprotan yang baik
dilakukan yaitu pada jam 08.00 WIB sampai jam 11.00 WIB dengan jam istirahat
pada jam 09.00 WIB sampai 09.30 WIB.(20)
Penyemprotan terlalu pagi atau terlalu sore mengakibatkan pestisida yang
menempel pada tanaman akan terlalu lama mengering dan menyebabkan tanaman
yang disemprot keracunan. Pada pagi hari biasanya daun masih berembun sehigga
pestisida tidak merata keseluruh permukaan daun, sedangkan menyemprot pada
matahari terik akan mengakibatkan pestisida mudah menguap dan menguai oleh
sinar ultra violet.
Hubungan Tingkat Pendidikan dengan Aktivitas Enzim Cholinesterase
Hasil penelitian hubungan antara tingkat pendiikan dengan aktivitas enzim
cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok menunjukan
bahwa tingkat pendidikan responden sama banyak antara ttingkat pendidikan rendah
responden sebanyak 22 orang sedangkan tingkat pendidikan tinggi responden
sebanyak 22 orang. Berdasarkan uji T-test diperoleh hasil p value>0,05 (p=0.121)
yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan aktivitas enzim
cholinesterase. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini kategori
responden yang yang berpendidikan rendah dan kategori responden berpendidikan
tinggi sama banyak yaitu 50% .
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Cinta dalam hasil
penelitiannya menunjukkan hasil uji statistik antara tingkat pendidikan dengan
kejadian keracunan pestisida bahwa tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan
kejadian keracunan pestisida pada petani holtikultura anorganik di Desa Batur,
Kecamatan Getasan, Kabupaten Semarang. Hasil penelitian ini diperkuat dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dkk pada tahun 2014 yang mengatakan
tidak ada hubungan tingkat pendidikan terhadap kadar cholinesterase pada petani
penyemprot padi di Desa Samberejo, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo. (8)
Petani di Desa Batur memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SMP tergolong banyak
yaitu 71,1% responden. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani
di Desa tersebut tergolong rendah.
Tingkat pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan tentang
pestisida dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pestisida lebih baik dari pada
pengetahuan yang rendah. Pentingnya pendidikan formal akan memberikan
seseorang tambahan pengetahuan serta wawasan sehingga dapat menerima informasi
perkembangan pestisida atau perkembangan teknologi baru dibidang pertanian.

Hubungan Tindakan Penyemprotan dengan Aktivitas Enzim Cholinesterase


Hasil penelitian hubungan antara tindakan penyemprotan dengan aktivitas
enzim cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok
menunjukan bahwa tindakan penyemprotan berhubungan dengan aktivitas enzim
cholinesterase dibuktikan dengan hasil uji T-test diperoleh hasil p value<0,05
(p=0.033) yang berarti ada hubungan antara tindakan penyemprotan dengan aktivitas
enzim cholinesterase. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini responden
yang kategori tindakan penyemprotan kurang baik mendominasi melebihi setengah
daripada kategori tindakan penyemprotan yang baik(61,4%).
Penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Ai Sukmawati tentang
hubungan antara tindakan praktek penyemprotan dengan aktivitas Cholinesterase
pada darah pada petani cabe di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong,
Kabupaten Tasikmalaya didapatkan hasil bahwa 18 responden (85,7%) dengan
aktivitas Cholinesterase normal, 13 responden (76,5%) dengan keracunan ringan dan
13 responden (65%) dengan keracunan sedang memiliki tindakan yang cukup,
sedangkan pada keracunan berat 3 responden (100%) memiliki tindakan yang
kurang. Hasil perhitungan statistik korelasi Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,820
dan p = 0,001 yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara tindakan praktek
penyemprotan dengan aktivitas Cholinesterase darah.(10)
Hasil uji statistik sesuai dengan kenyataan dilapangan bahwa tindakan
penyemprotan pestisida masih kurang baik contohnya lebih dari setengah responden
tidak menggunakan pestisida yang memperoleh izin dari Mentri Pertanian (61,4%)
dan hampir setengah responden tidak melakukan waktu penyemprotan sesuai dengan
label kemasan pestisida (38,6%). Tindakan yang buruk dihasilkan oleh seseorang
yang tidak setuju dengan suatu objek, maka akan terbentuk sikap negatif terhadap
objek yang sama. Apabila sikap negatif terhadap suatu program atau objek terbentuk,
maka tidak adanya niat untuk melakukan program tersebut. Niat untuk melakukan
tindakan misalnya pengguanaan APD pada saat melakukan penyemprotan pestisida,
seharusnya sudah ada hal yang praktis sehingga petani mau menggunakannya. Hal
ini merupakan dorongan untuk tidak melakukan tindakan secara tepat sesuai aturan
kesehatan sehingga risiko terjadinya keracunan dapat dikurangi atau dicegah

Hubungan Cara Penyimpanan Pestisida dengan Aktivitas Enzim Cholinesterase


Berdasarkan hasil penelitian hubungan antara cara penyimpanan pestisida
dengan aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang
Kabupaten Solok menunjukan bahwa hasil uji T-test diperoleh hasil p value>0,05
(p=0,188) yang berarti tidak ada hubungan antara tindakan penyemprotan dengan
aktivitas enzim cholinesterase. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini
lebih dari setengah responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang
kurang baik (63,6%).
Penelitian ini sejalan dengan Imelda dalam penelitiannya mengenai analisis
faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar kolinesterase pada perempuan usia
subur di daerah pertanian didapatkan hasil adanya hubungan cara penyimpanan
pestisida dengan kadar kolinesterase, dimana persentase PUS yang kadar
kolinesterasenya rendah paling tinggi pada PUS dengan cara penyimpanan pestisida
buruk, sedangkan persentase PUS yang kadar kolinesterasenya normal paling tinggi
pada PUS dengan cara penyimpanan pestisida baik, namun berdasarkan hasil uji Chi-
square diperoleh nilai p =0,162 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara cara penyimpanan pestisida dengan kadar kolinesterase pada PUS
di Kecamatan Kersana Kabupaten Brebes.(11)
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dilapangan bahwa kebanyakan
responden tidak menggunakan pasir atau serbuk untuk menyerap pestisida yang
tumpah dalam sistem penyimpanannya(81,8%) sehingga membuat pestisida yang
tumpah dibiarkan begitu saja lalu tidak ada antisipasi setelahnya dan tempat
penyimpan pestisida tidak diberikan label bahaya (65,9%) ini juga salah satu
kesalahan dari petani sayur dalam menyimpan pestisida yang tidak digunakan,
seharusnya dalam pelaksanaan pengelolaan diberikan label bahaya diempat
penyimpanan agar tidak didekati atau dimasuki anak-anak dan orang yang tidak
paham akan bahaya pestisida lainnya. Hal ini mengakibatkan keracunan pestisida
karena cara penyimpanan pestisida yang kurang baik.

Hubungan Waktu Penyemprotan Pestisida dengan Aktivitas Enzim


Cholinesterase
Hasil penelitian hubungan antara waktu penyemprotan pestisida dengan
aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok
menunjukan bahwa hasil uji T-test diperoleh hasil p value<0,05 (p=0,048) yang
berarti adanya hubungan antara tindakan penyemprotan dengan aktivitas enzim
cholinesterase. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini lebih dari
setengah responden melakukan waktu penyemprotan yang kurang baik (59,1%).
Artinya adalah waktu penyemprotan petani sayur yang tidak dijadwalkan dari pukul
08:00-11:00 dan pukul 15:00-18:00.
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Suparti dkk
bahwa kebiasaan waktu menyemprot yang dilakukan petani terbukti sebagai faktor
risiko terjadinya keracunan pestisida organofosfat, dengan nilai p = 0,036 (95% CI =
1,083 – 11,541) dan OR 3,535. Hal tersebut berarti bahwa kebiasaan waktu
menyemprot setelah jam 11.00 dan sore sebelum pukul 15.00 berisiko terjadi
keracunan pestisida organofosfat sebesar 3,535 kali dibanding dengan waktu
menyemprot sesuai anjuran yaitu pagi sebelum pukul jam 11.00 dan sore sesudah
pukul 15.00. Hasil penelitian waktu menyemprot yang dilakukan mulai pukul 05.30-
08.00 sebesar 20 (24,39%), menyemprot pukul 08.30-09.30 sebesar 23 (28,05%),
menyemprot pukul 10.00-11.00 sebesar 22 (26,83%) dan menyemprot sore hari
diatas pukul 13.00-15.00 sebesar 17 (20,73%), menyemprot pestisida yang dilakukan
petani sebagian besar dilakukan pada pagi hari dengan alasan masalah cuaca yang
dianggap sesuai, dan melakukan aktifitas menyemprot nyaman di pagi hari karena
tidak ada angin kencang supaya banyak pestisida terbawa angin(12).
Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah responden petani seringkali tidak
memperhatikan jam waktu penyemprotan, petani dengan kebiasaan menyemprot
disiang hari saat matahari terik akan mengakibatkan pestisida akan menguap dan
mengurai, serta akan berdampak negatif terhadap petani yaitu akan mengakibatkan
keracunan pestisida di tangan dan punggung yang banyak paparan yang masuk lewat
kulit serta akan merugikan petani karena pestisida banyak yang hilang karena
menguap. Para petani juga ada menyemprot terlalu pagi atau terlalu sore akan
mengakibatkan pestisida menempel pada bagian tanaman, pestisida yang menempel
pada tanaman jika berama-lama maka akan mengakibatkan atau berdampak tidak
baik yaitu akan membuat tanaman mengering.(24) Sebaiknya petani dalam
menyemprot pestisida terhadap tanaman memperhatikan waktu penyemprotan yang
dianjurkan yaitu jam 08:00-11:00 dan jam 15:00-18:00 agar waktu yang rutin
tersebut pas dan tidak menimbulkan keracunan terhadap petani apabila terlalu siang
sekali menyemprot atau terlalu sore sekali menyemprotnya.

Kesimpulan
Berdasarkan penelitian hubungan tingkat pendidikan, tindakan
penyemprotan, cara penyimpanan pestisida dan waktu penyemprotan pestisida
dengan aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur di nagar Alahan Panjang
Kabupaten Solok tahun 2018 dapat disimpulkan sebagai berikut:
10. Aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur diperoleh hasil rata-rata
responden memiliki kadar enzim cholinesterase sebanyak 8285,7025 U/L,
dengan kadar enzim cholinesterase terendah 3561,10 U/L dan tertinggi
14624,75 U/L.
11. Tingkat pendidikan reponden sebanding atau sama besar antara rendah dan
tinggi (50%) yaitu jumlah Diploma dan SMA berjumlah 22 orang lalu SMP,
SD dan tidak sekolah berjumlah 22 orang.
12. Lebih dari setengah responden memiliki tindakan penyemprotan yang kurang
baik (61,4%)
13. Lebih dari setengah responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang
kurang baik (63,6%) yaitu tidak terpenuhinya 75% standar cara penyimpanan
pestisida yang ditentukan.
14. Lebih dari setengah responden melakukan waktu penyemprotan yang kurang
baik (59,1%) dikarenakan waktu penyemprotan petani sayur yang tidak
dijadwalkan semestinya yaitu dari pukul 08:00-11:00 dan pukul 15:00-18:00.
15. Tidak terdapat hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Aktivitas Enzim
Cholinesterase pada petani sayur (p value = 0,121)
16. Adanya hubungan antara Tindakan Penyemprotan dengan Aktivitas Enzim
Cholinesterase pada petani sayur (p value = 0,033)
17. Tidak terdapat hubungan antara Cara Penyimpanan Pestisida dengan Aktivitas
Enzim Cholinesterase pada petani sayur (p value = 0,188)
18. Adanya hubungan antara Waktu Penyemprotan Pestisida dengan Aktivitas
Enzim Cholinesterase pada petani sayur (p value = 0,048)

Penghargaan
Studi ini merupakan bagian dari skripsi TA. Ucapan terimakasih disampaikan
kepada Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, kepada dosen
pembimbing dan penguji skripsi, kepada seluruh dosen dan staf akademik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, dan kepada petani sayur di Alahan
Panjang Kabupaten Solok yang turut berpartisipasi dan membantu dalam penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA

1. Dewi, Ni Luh Prima Kemala. Dampak Kebijakan Subsidi Pupuk terhadap


Keunggulan Kompetitif dan Tingkat Keuntungan Usahatani Padi di
Kabupaten Tabanan. Universitas Udayana, Bali. 2011.
2. Statistik, Badan Pusat. http://bps.go.id. (Diakses 06 September 2018)
3. Direktorat Prasarana dan Sarana Pertanian Kementerian Republik Indonesia.
Pestisida Pertanian dan Kehutanan Tahun 2016
4. Bella, Witle, 2010, Communities in Peril: Asian Regional Report on
Community Monitoring of Highly Hazardous Pesticide Use, Penang: Jothee
Printers.
5. Girsang, Warlinson/Dampak Negatif Penggunaan Pestisida. http://usitani.
wordpress.com/2009/02/26/dampak-negatif-penggunaan-pestisida
6. Dirjen PPM dan PLP. Peraturan PerUndang-Undangan Tentang Pestisida.
Depkes RI; 1992.
7. Drajat, Suhardjo. Definisi Tingkat Pendidikan. 2007
8. Pengaruh Faktor Karakteristik Petani dan Metode Penyemprotan Terhadap
Kadar Kolinesterase. Rahmawati, Yeviana Dwi dan Martiana, Tri. s.l. : The
Indonesian Journal of Occupational Safety, Health and Environment, 2014,
Vol. 1.
9. Nur Trya,Cinta.Yuantari. Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan
Kejadian Keracunan Pestisida Anorganik Terhadap Enzim Cholinesterase
Dalam Darah Pada Petani Holtikultura Di Desa Batur, Kecamatan Getasan,
Kabupaten Semarang.2017.
10. Sukmawati. Hubungan Antara Perilaku Dalam Pengelolaan Pestisida
Dengan Aktivitas Enzim Cholinesterase Darah Pada Petani Cabe di Desa
Santana Mekar Kecamatan Cisayong Kabupaten Tasikmalaya.2003.
11. Imelda GP. Analisis Faktor-Faktor Yang Berhubungan Dengan Kadar
Kolinesterase Pada Perempuan Usia Subur Di Daerah Pertanian.2010
12. Sri Suparti.Anies.Onny. Beberapa Faktor Resiko Yang Mempengaruhi
Terhadap Kejadian Keracujnan Pestisida Pada Petani. Jurnal PENA
MEDIKA Vol. 6, No.2.2016
13. Wudianto, R. Petunjuk Penggunaan Pestisida Swadaya . Jakarta: Anggota
Ikapi. XVII ed. Penerbit ,2008.
14. www.SumbarProv.go.id. Masa Depan pertanian Sumatera Barat. Diakses
kamis, 8 September 2018 pukul 11.00 Wib
15. Aria Gusti, Ira Desnizar. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dengan Gejala
Neurotoksik Akibat Paparan Pestisida pada Petani Sayuran di Kenagarian
Alahan Panjang Kabupaten Solok. Jurnal.2016
16. Marisa, Arrasyid, A.S. Pemeriksaan Kadar Pestisida dalam Darah Petani
Bawang Merah di Nagari Alahan Panjang. Jurnal Saintek. 2017;9(1):14-18.
17. Notoadmodjo. Soekidjo. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta.
Rineka Cipta.
18. Afriyanto. Kajian Keracunan Pestisida Pada Petani Penyemprot Cabe di
Desa Candi Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang. Tesis.
Universitas Indonesia. 2008
19. Priyanto, 2009, Farmakoterapi Dan Terminologi Medis, Halaman
150,Diterbitkan oleh: Lembaga Studi dan Konsultasi Farmakologi
(Leskonfi),Jakarta
20. Djojosumarto, Panut. 2008. Teknik Aplikasi Pestisida Pertanian Edisi
Revisi, Kanisius. Yogyakarta.
TABEL

Tabel 2 Distribusi Frekuensi Aktivitas Enzim Cholinesterase Pada Petani


Sayur di Alahan Panjang

Variabel Frekuensi Mean Median Std Min Max


(f) Deviasi
Enzim 44 8285 7915,17 1829,1 3561,1 14624,75
Cholinesterase ,7025

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis


Kelamin
Variabel Frekuensi (f) Persentase (%)
Jenis Kelamin:
a. Laki-Laki 27 61,4
b.Perempuan 17 38,6

Tabel 4 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Petani Sayur di Alahan


Panjang
Tingkat Pendidikan Frekuensi (f) Persentase (%)
Pendidikan Rendah 22 50,0
Pendidikan Tinggi 22 50,0
Jumlah 44 100,0

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Tindakan Penyemprotan Petani Sayur di


Alahan Panjang
Tindakan Penyemprotan Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang Baik 27 61,4
Baik 17 38,6
Jumlah 44 100,0

Tabel 6 Distribusi Cara Penyimpanan Pestisida Petani Sayur di Alahan


Panjang
Cara Penyimpanan Pestisida Frekuensi (f) Persentase (%)
Kurang Baik 28 63,6
Baik 16 36,4
Jumlah 44 100.0
Tabel 6 Distribusi Waktu Penyemprotan Pestisida Petani Sayur di Alahan
Panjang

Waktu Penyemprotan Pestisida Frekuensi (f) Persentase (%)


Kurang Baik 26 59,1
Baik 18 40,9
Jumlah 44 100,0

Tabel 7 Analisis T-test Tingkat Pendidikan dengan Aktivitas Enzim

Cholinesterase Pada Petani Sayur

Tingkat N Nilai Rata-Rata p-Value


Pendidikan
Rendah 22 25,50 0,121
Tinggi 22 19,50

Tabel 8 Analisis T-test Tindakan Penyemprotan dengan Aktivitas Enzim

Cholinesterase Pada Petani Sayur

Tindakan N Nilai Rata-Rata p-Value


Penyemprotan
Kurang Baik 27 25,78 0,033
Baik 17 17,29

Tabel 9 Analisis T-test Cara Penyimpanan Pestisida dengan Aktivitas Enzim

Cholinesterase Pada Petani Sayur

Cara N Nilai Rata-Rata p-Value


Penyimpanan
Kurang Baik 28 20,57 0,188
Baik 16 25,88

Tabel 10 Analisis T-test Waktu Penyemprotan Pestisida dengan Aktivitas

Enzim Cholinesterase Pada Petani Sayur

Waktu N Nilai Rata-Rata p-Value


Penyemprotan
Kurang Baik 26 25,69 0,048
Baik 18 17,89

Anda mungkin juga menyukai