Oleh :
ARIFFALDY ASDAFI
No. BP. 1511211061
Oleh :
ARIFFALDY ASDAFI
No. BP. 1511211061
E-mail : asdafifaldy@yahoo.com
Riwayat Pendidikan :
"Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada
berputus asa dari rahmat Allah melainkan orang-orang kufur"
(QS Yusuf : 87)
...”Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman diantaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan allah maha mengetahui apa yang kamu kerjakan”
(QS.AL Mujadila : 11)
Teruntuk Mama
Teruntuk wanita pertama yang Faldy cintai di dunia ini. Terimakasih untuk segala kasih dan
sayang yang telah mama berikan untuk dy. Karena usaha dan doa mama, hari ini Faldy bisa
mendapatkan gelar sarjana ini. Terimakasih ma, untuk kesabaran dalam mendidik dan
membesarkandy dari dy kecil sampai sekarang. Yang berjuang sendirian mendidik kedua jagoan
hebatnya dari Papa sudah tiada. Dy mohon maaf sampai sekarang belum ada yang bisa dy
berikan kecuali gelar ini dan kebaikan faldy untuk mama. Dy selalu berdoa semoga bisa terus
membahagiakan mama lepas dari awal dy dapatkan gelar ini dan selanjutnya. Semoga dy bisa
terus buat ma bangga akan pencapaian dy di dunia dan akhirat kelak. Faldy Sayang Mama
Teruntuk Papa
Teruntuk Lelaki terhebat dihidup Faldy, Papa. Terimakasih pa, untuk segala usaha dan do’anya
selama Papa masih bisa melihat dy dulu, tapi dy yakin sekarang Papa masih melihat dy memakai
Toga waktu wisuda esok. Faldy berterimakasih sekali pa karena papa faldy belajar apa arti kerja
keras, dari papa faldy juga belajar betapa kita harus bahagia akan pertemuan sebelum menangis
akan kehilangan. Gelar ini untuk papa, untuk kerja keras papa yang bermimpi melihat anaknya
memakai toga dan berhasil menjadi seorang yang sukses. Pa, faldy janji akan jaga mama dan
fatur, faldy akan terus pegang pesan papa untuk jadi anak yang selalu berikan kebaikan dan
senyuman dimanapun berada. Terimakasih selama papa hidup telah menegur ketika faldy salah,
selalu mengapresiasi ketika faldy benar dan selalu menjadi orang yang faldy tangisi kepergiannya
di sepertiga malam terakhir. Do’a faldy selalu untuk papa pa, tenang disana pa. Terimakasih dan
Mohon Maaf pa atas semuanya.
Teruntuk Abah
Terimakasih bah. Karena abah Faldy bisa berkuliah dan memakai toga dan menyandang sarjana
ini. Terimakasih bah sudah berikan yang terbaik untuk dy, cucu pertama bah. Si jolong yang
dibanggakan dikeluarganya ini sudah sarjana bah. Abah yang membiayai sekolah dy dan fatur
dari SMA hingga S1 ini bah. Terimakasih sudah sabar dalam menghadapi dy bah. Kita sering
i
berdebat akan kehidupan tapi untuk segala pelajaran hidupnya, terimakasih bah. Panjang umur
terus bah, faldy akan erusaha bahagiakan bah. InsyaAllah.
Teruntuk Fatur
Tur, adik abang satu satunya.Kita selalu tak sejalan, jarang kita beriringan. Tapi ketahiulah,
abang sayang samo tur. Semoga lekas tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang baik dan
sholeh. Yang, selalu menanyakan, “baa kok lamo bana pulang bang, sibuk bana dikampus yo”.
Kini abang ndak sibuk lai tur. Kini abang lah bisa diajak diskusi masalah kampus. Semoga yang
terbaik selalu menyertaimu dik. InsyaAllah kita akan bahagiakan mama dan keluarga. Abang
yakin. Abang sayang Fatur.
Teruntuk Bapak dan Ibuu Pembimbing, Bapak Edi dan Buu Hesti
Terimakasih pak Edi yang senantiasa membimbing Faldy dan kawan yang lainnya dalam proses
kehidupan dikampus FKM. Bapak yang pertam faldy temui sewaktu masuk di Organisasi
SAFE masih kenal dan ingat sama faldy sampai sekarang. Terimakasih atas kemudahan yang
bapak berikan kepada Faldy hingga saat ini faldy bisa memakai toga dan mendapat gelar sarjana.
Terimakasih kepada buu Hesti yang telah bersedia menjadi pembimbing faldy buk . Faldy
sangat bersyukur bisa ibuu masukkan kekelompok payung ibuu, padahal sebelumnya faldy masih
ragu dengan judul yang akan faldy bawa. Terimakasih buu akan kesabaran membimbing faldy
yang banyak masalah ini buu, satu satunya anak bimbingan payung ibu yang telat wisuda
karena ego organisasi dan kehidupannya. Jangan sungkan- sungkan marahi faldy buu. Faldy
senang dibimbing dan kenal sama Ibuu.
Teruntuk Bapak dan Ibuu Penguji, Bapak Arya dan Buu Putri
Terimakasih untuk pak Arya, selaku penguji 1 faldy yang sangat baik dan bijak dalam menguji
faldy. Terimakasih telah mengingatkan dan mengoreksi segala kesalahan faldy selama ini dalam
proses skripsi pak. Bapak sangat baik dengan faldy bahkan dikala faldy sering merepotkan dalam
pengulangan tanda tangan kemarin pak hehe. Terimakasih pak, faldy akan selalu ingat yang
bapak bilang soal perjuangan proses lebih manis dari hasil indah yang dicapai.
Terimakasih buu Putri, selaku penguji 2 faldy yang kritis dan baikkk sekali. Karena ibu detail
faldy jadi terbantu dari penyusunan bahkan sampai akhir ibuu masih bersedia memberikan yang
terbaik untuk faldy . Terimakasih buu dan maaf faldy telat di wisudanya hehe. Faldy
Bangga pernah kenal dan diskusi dengan ibuu.
Yang Terakhir terimakasih unuk teman sahabat dan keluarga yang pernah Faldy temui yaitu
K3KESLING 2015, IKM A1 2015, Seluruh Pejuang Generasi PERISAI 2015, Keluarga KKN
Saok Laweh, Kastrat KEBERS, Kastrat KABATAKU, UKM SAFE, Klub Olahraga FKM
Unand, Kementrian Sosial Politik Kabinet Akselarasi Padu , Kementrian Sosial Politik Kabinet
Tekad Juang, Keluarga tapi danau PBL Singkarak, Kerabat Magang di Dinas Kesehatan Kota
Padang, Laki-laki di Kos-Kosan Nenek, Kawan Sepayung serta teman - teman lainnya yang
tidak bisa Faldy sebutkan satu persatu.
Terimakasih untuk segenap manusia baik yang telah Faldy temui yang tak dapat dieja semuanya
dimana cinta dan benci bersatu, dimana suka dan duka teraduk, dimana segala peluang dan
resiko telah dipilih sehingahari ini semuanya berubah menjadi air mata kebahagiaan oleh segala
penantian dan perjuangan. Dalam sendiri dan tenang Faldy selalu berdo’a agar diberikan
kebaikan dan kemudahan kepada kita semua dalam menjalani kehidupan yang fana ini. Semoga
kita termasuk hamba hamba yang pandai mensyukuri nikmat yang telah diberikan oleh Allah
SWT.
“Kita adalah kita dengansegala kelebihan dan keterbatasan, jangan mudah melihat keatas dan
kebawah, sesekali lihatlah kedalam. Kita bisa”
Saudaramu,
Ariffaldy Asdafi,
SKM
FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS ANDALAS
ABSTRAK
Tujuan
Penggunaan pestisida dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang harus dilakukan
karena pestisida dapat menyebabkan keracunan. Menurut data dari WHO (World
Health Organization) pada tahun 2009 memperkirakan bahwa 300.000 orang
meninggal setiap tahun karena keracunan pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan tingkat pendidikan, tindakan penyemprotan, cara
penyimpanan pestisida dan waktu penyemprotan pestisida dengan aktivitas enzim
cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok tahun 2018.
Metode
Penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif. Populasi terdiri dari 80 orang
dan sampel sebanyak 44 responden dengan teknik accidental sampling. Sampel
darah diambil untuk dilakukan pemeriksaan di Laboratorium dengan menggunakan
alat spektrofotometer.
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur
diperoleh hasil rata-rata responden memiliki kadar enzim cholinesterase sebanyak
8285,7025 U/L, dengan kadar enzim cholinesterase terendah 3561,10 U/L dan
tertinggi 14624,75 U/L. . Hasil penelitian ini adalah ada yang berhubungan antara
tindakan penyemprotan p value (p=0,033), dan waktu penyemprotan pestisida p
value (p=0,048) dengan cholinesterase, tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan p value (p=0,121), cara penyimpanan pestisida p value (p=0,188) dengan
cholinesterase.
Kesimpulan
Adanya hubungan antara tindakan penyemprotan dan waktu penyemprotan pestisida
dengan aktivitas enzim cholinesterase. Upaya yang perlu dilakukan petani adalah
memperhatikan tindakan dalam pengelolaan yaitu penyimpanan pestisida, cara
pencampuran pestisida, dan waktu penyemprotan pestisida.
ABSTRACT
Objective
The use of pesticides in the right way is an absolute thing to do because pesticides
can cause poisoning. According to data from the WHO (World Health Organization)
in 2009 estimated that 300,000 people die every year due to pesticide poisoning. This
study aims to analyze the relationship of education level, protection action, storage
methode pesticide and spraying time of pesticides with cholinesterse enzyme activity
in vegetable farmers in Alahan Panjang Solok District 2018.
Method
The research used quantitative design. The population consist of 80 peoples and
sample of 44 respondents with accidental sampling technique. Blood samples are
taken for examination in the laboratory using a spectrophotometer.
Result
Based on the results of the study, the average cholinesterase enzyme activity in
vegetable farmers levels 8285.7025 U / L, with the lowest cholinesterase enzyme
levels 3561.10 U / L and the highest 14624.75 U / L. The results of this study there
are relationship to protection action p value (p = 0.033), and spraying time of
pesticide p value (p = 0.048) with cholinesterase, no relationship between education
level p value (p = 0.121), storage methode pesticide p value (p = 0.850) with
cholinesterase.
Conclusion
There are relationship between the protection action and the spraying time pesticides
with cholinesterase enzyme activity. Efforts need to do is pay attention to the actions
of farmers in the management of that storage of pesticides, how mixing pesticides,
and pesticide spraying time.
Reference : 66 (1983-2018)
Key Word : Pesticide, Cholinesterase, Action, Storage, Spraying
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Allah SWT berkat rahmat, hidayah dan karunia-Nya
kepada kita semua sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul
2018 “. Penyusunan dan penulisan skripsi ini merupakan rangkaian dari proses
Penulis menyadari dalam penyusunan skripsi ini tidak akan selesai tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Karena itu pada kesempatan ini penulis ingin
Andalas.
3. Ibu Ade Suzana Eka Putri PhD selaku Ketua Program Studi Ilmu
skripsi ini.
iii
6. Dr. Aria Gusti, SKM, M.Kes selaku penguji I yang telah memberikan
masukan dan saran kepada penulis selama penyelesaian hasil skripsi ini.
7. Ibu Putri Nilam Sari, SKM, M.Kes selaku penguji II yang telah
8. Ibu Dr. dr, Dien Gusta Anggraini Nursal, MKM selaku Pembimbing
9. Keluarga yang telah memberikan doa dan dukungan baik dari segi
10. Sahabat, teman-teman, dan semua pihak yang secara langsung maupun
ini, baik dari materi maupun teknik penyajian, mengingat kurangnya pengetahuan
dan pengalaman penulis.Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran
skripsi ini dapat bermanfaat bagi perkembangan ilmu pengetahuan di masa yang
akan datang. Semoga semua bantuan, bimbingan, semangat, dan amal kebaikan yang
telah diberikan dijadikan amal shaleh dan diridhai Allah SWT. Aamiin.
Penulis
DAFTAR ISI
6.1 Kesimpulan.......................................................................................................76
6.2 Saran.................................................................................................................77
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................79
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia dan Masa Kerja Responden.57
Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Pada Petani Sayur Di Alahan
Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018..............................................60
Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Cara Penyimpanan Pestisida Pada Petani Sayur
Di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018..............................62
Tabel 4.9 Uraian Distribusi Cara Penyimpanan Pestisida Petani Sayur di Alahan
Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018..............................................62
4. DDT : Dichloro-Diphenyl-Trichloroethane
8. PCP : Pentachlorofenol
masyarakat. Hasil dari pertanian dapat digunakan untuk pemenuhan hidup seperti
bahan pokok dan bahan pelengkap seperti sayur, buah-buahan dll. Indonesia sebagai
negara agraris yang sebagian besar penduduknya hidup dari hasil bercocok tanam
atau bertani, sehingga pertanian merupakan sektor yang memegang peranan penting
Petani adalah kelompok kerja terbesar di Indonesia. (2) Indonesia dengan 38,97
juta penduduk atau sekitar 34% penduduk Indonesia, bekerja pada sektor pertanian.
Hal ni menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara yang penduduknya bekerja di
sektor pertanian.(3) Berdasarkan data dari Biro Pusat Statistik (BPS) tahun 2015
menunjukkan bahwa sekitar 40 juta orang bekerja di sektor pertanian dari sekitar 90
juta angkatan kerja yang berusia 15 tahun keatas.(4) Faktor tersebutlah yang membuat
pada hari ini sektor pertanian sangat memerlukan bantuan pestisida sebagai bahan
menarik atau merusak organisme pengganggu. Pestisdia adalah maha karya dari
hasil teknologi modern dan mempunyai fungsi penting untuk kesejahteraan rakyat. (6)
Pada negara maju dan negara berkembang pestisida berhasil meningkatkan hasil
produksi pertanian dan dapat mengendalikan hama atau serangga pembawa masalah
Pestisida adalah zat kimia yang dipakai pada saat ini untuk membasmi hama.
(7)
Penggunaan pestisida dengan cara yang tepat dan aman adalah hal mutlak
1
2
yang harus dilakukan karena pestisida termasuk salah satu bahan beracun.(6)
Penggunaan pestisida di negara-negara berkembang pada saat ini adalah 25% dari
seluruh dunia tetapi angka kematian akibat pestisida 99% dialami oleh wilayah
petani sehingga cara penggunaannya sangat tidak aman dan cenderung berlebihan
Menurut data dari WHO (World Health Organization) pada tahun 2009
pestisida.(9) Data dari PAN (Pesticide Action Network) Internasional pada tahun 2007
pestisida yang tidak sesuai dengan anjuran yaitu iritasi pada kulit, pandangan kabur,
diare, pusing , keringat berlebihan, sakit kepala, sakit otot, mual mual, sesak nafas,
kulit dan 27 orang (28%) mengalami sakit kepala dan pusing. (11) Gejala lain dari
(12)
keracunan pestisida menimbulkan paresthesia dan bicara cadel. Studi di India
pada tahun 2010 mengatakan bahwa gejala neurologis akibat paparan pestisida
organofosfat pada anak-anak pekerja pertanian menyebabkan tremor 9,3% kasus dan
Pada saat ini penggunaan pestisida adalah zat yang paling banyak dipakai
oleh petani di Indonesia.(14) Pada tahun 2016 terdapat 3207 pestisida yang terdaftar
sebagai jenis pestisida yang aktif yang ada pada masyarakat saat ini. Pestisida yang
3
mengetahui bahaya pestisida, akan tetapi mereka tidak perduli akan dampak yang
menggunakan pengaman seperti masker, topi, pakaian yang menutupi tubuh dan lain
sebagainya. Lebih parah lagi ketika diingatkan untuk menggunakan alat pelindung
diri, petani dengan bangganya menyebutkan bahwasanya mereka sudah kebal dengan
menggunakan alat pelindung diri saat menangani pestisida adalah hal yang tidak
praktis dan dianggap merepotkan. Apabila alat tersebut tidak digunakan, maka
pestisida ini dapat masuk ke dalam tubuh melalui kulit dan saluran pernapasan.(17)
menyerap informasi serta mengimplementasikan dalam perilaku dan gaya hidup. (18)
Menurut Cinta dalam hasil penelitiannya menunjukkan hasil uji statistik antara
tingkat pendidikan dengan kejadian keracunan pestisida bahwa tidak ada hubungan
ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dkk pada tahun 2014
tamat SMP tergolong banyak yaitu 71,1% responden. Hal tersebut menunjukkan
pendidikan yang lebih tinggi diharapkan pengetahuan tentang pestisida dan bahaya
yang dapat ditimbulkan oleh pestisida lebih baik dari pada pengetahuan yang rendah.
dengan keracunan sedang memiliki tindakan yang cukup, sedangkan pada keracunan
berat 3 responden (100%) memiliki tindakan yang kurang. Hasil perhitungan statistik
korelasi Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,820 dan p = 0,001 yang menunjukkan
Cholinesterase darah. Hasil uji statistik sesuai dengan kenyataan dilapangan bahwa
alat pelindung diri (APD) yang kurang pada saat mencampur dan menyemprot , serta
adanya kebiasaan menyemprot lebih dari 5 jam dalam satu hari, kondisi tersebut
paling tinggi pada PUS dengan cara penyimpanan pestisida buruk, sedangkan
persentase PUS yang kadar kolinesterasenya normal paling tinggi pada PUS dengan
cara penyimpanan pestisida baik, namun berdasarkan hasil uji Chi-square diperoleh
nilai p =0,162 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada hubungan antara cara
Kabupaten Brebes.(22)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Sri Suparti dkk bahwa kebiasaan
waktu menyemprot yang dilakukan petani terbukti sebagai faktor risiko terjadinya
dan OR 3,535. Hal tersebut berarti bahwa kebiasaan waktu menyemprot setelah jam
11.00 dan sore sebelum pukul 15.00 berisiko terjadi keracunan pestisida organofosfat
sebesar 3,535 kali dibanding dengan waktu menyemprot sesuai anjuran yaitu pagi
sebelum pukul jam 11.00 dan sore sesudah pukul 15.00. Hasil penelitian waktu
11.00 sebesar 22 (26,83%) dan menyemprot sore hari diatas pukul 13.00-15.00
dilakukan pada pagi hari dengan alasan masalah cuaca yang dianggap sesuai, dan
melakukan aktifitas menyemprot nyaman di pagi hari karena tidak ada angin kencang
hari saat matahari terik akan mengakibatkan pestisida akan menguap dan mengurai,
serta akan berdampak negatif terhadap petani yaitu akan mengakibatkan keracunan
pestisida di tangan dan punggung yang banyak paparan yang masuk lewat kulit serta
6
akan merugikan petani karena pestisida banyak yang hilang karena menguap.
Menyemprot terlalu pagi atau terlalu sore akan mengakibatkan pestisida menempel
pada bagian tanaman, pestisida yang menempel pada tanaman jika berama-lama
maka akan mengakibatkan atau berdampak tidak baik yaitu akan membuat tanaman
mengering.(24)
Sumatera Barat merupakan salah satu dari provinsi di Indonesia yang struktur
perekonomiannya banyak dibantu oleh sektor pertanian. Sehingga tidak heran kalau
provinsi berpenduduk lebih dari 4,8 juta jiwa ini mampu menjadi salah satu produsen
buahan.(25) Salah satu daerah di Sumatera Barat adalah di Nagari Alahan Panjang.
Nagari Alahan Panjang terkenal sebagai daerah sentra sayuran terbesar di Sumatera
Barat karena melimpahnya hasil dari pertanian yaitu sayur-sayuran serta buah-
buahan. Alahan panjang berada pada lereng timur di kawasan Taman Nasional
Kerinci Seblat. Namun daerah ini berisiko tinggi terhadap pencemaran yang
dari petani bawang merah di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok bahwasanya
didapatkan dari 5 sampel darah petani bawang merah kadar cholinesterase antara
(5.281,2u/l) dan sampel E (6.852,2u/l). Dari kelima sampel didapatkan satu orang
yang kadar cholinesterase dibawah batas normal atau terpapar pestisida yaitu sampel
C.(17)
petani sayur di Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok diperoleh hasil bahwa ada
7 dari 10 orang petani di Nagari Alahan Panjang yang berpendidikan rendah, tingkat
7
kecendrungan untuk terkena toksik lebih banyak. Pada studi pendahuluan yang
pestisida pada tanaman kurang baik, ini dapat menimbulkan adanya efek toksikologi
ditemukan 4 dari 10 responden menyimpan pestisida dengan kurang baik , ini juga
dalam darah. Pada variabel terakhir, yaitu waktu penyemprotan pestisida , ditemukan
dikarenakan petani sayur tidak menargetkan waktu sesuai dengan seharusnya, waktu
penyemprotan yang tidak terstandar dapat mengakibatkan efek toksik terhadap tubuh
ditemukan gejala keracunan pestisida subjektif pada petani sayur di Nagari Alahan
Panjang Kabupaten Solok. Para petani merasakan gejala keracunan seperti pusing
penyemprotan, nafsu makan yang berkurang, tangan gemetar, sering mengantuk pada
siang hari dan sulitnya tidur ketika malam hari. Hal itu berkaitan dengan efek yang
ditimbulkan oleh pestisida yang digunakan oleh petani pada saat penyemprotan
Cholinesterase Pada Petani Sayur Di Alahan Panjang Kabupaten Solok Tahun 2018.
8
2018”?
Tahun 2018.
rujukan dan bahan bacaan untuk penelitian selanjutnya serta menjadi salah
petani
permasalahan.
cross sectional. Penelitian ini berlokasi di Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok.
Penelitian ini dilakukan pada bulan Agustus 2018 sampai Maret 2019. Sasaran
responden pada penelitian ini adalah para petani sayur di Nagari Alahan Panjang,
Kabupaten Solok.
penelitian ini adalah darah petani sayur di Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok.
Penelitian ini adalah penelitian payung dengan 5 jenis penelitian yang terlibat di
dalamnya.
BAB 2 : TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pestisida
2.1.1 Pengertian
Pestisida atau pembasmi hama adalah bahan yang digunakan untuk
dari pest yang berarti hama dan diberi akhiran -cide yang berarti pembasmi(27).
Menurut Permentan No. 24 Tahun 2011 yang dikatakan Pestisida adalah semua zat
kimia dan bahan lain serta jasad renik dan virus untuk mengendalikan atau
menghabisakan atau mengurangi hama-hama luar pada hewan peliharaan dan ternak,
pengangkutan.(28)
12
13
2. Organofosfat, insektisida ini merupakan ester asam fosfat atau asam tiosulfat.
paling toksik akut terhadap binatang bertulang belakang seperti burung, ikan,
cicak dan mamalia. Pestisida ini juga memblokade penyaluran implus saraf
bersifat karsinogenik.
cepat kembali normal. Pada umumnya, kelompok ini dapat bertahan dalam
2. Herbisida
Ada beberapa jenis herbisida yang toksisitasnya pada hewan belum diketahui
dengan pasti.
rendah, akan tetapi klorakne yang mempunyai efek yang disebabkan oleh
pencemar 2,3,7,8-tetraklorobenzo-p-dioksin.
oleh efek paru-paru melalui paparan oral dan inhalasi. Keracunan pada
4. Fungisida
1. Senyawa merkuri, misalnya metil dan etil merkuri yang digunakan secara
digunakan lagi.
ziram) dan etilenbisdiotikar (maneb, nabam, dan zineb). Senyawa ini relatif
3. Derifat ftalimida misalnya kaptan dan folpet, yang mempunyai toksisitas akut
kayu. Senyawa ini dipergunakan dalam mengolah tanah yang secara akutnya
5. Rodentisida
2. Tiourea yang sangat toksik pada tikus tetapi tidak pada manusia.
15
ini mempunyai efek kardiotonik dan emesis sentral dimana zat ini relatif tidak
beracun bagi mamalia dan sangat beracun bagi tikus. Rodentisida anorganik
antara lain seng fosfid, talium sulfat, arsen trioksida dan unsur fosfor.
5. Fumigan
Sesuai dengan namanya, kelompok pestisida ini mencakup beberapa gas, dan
cairan yang mudah menguap serta zat padat yang dapat melepaskan berbagai gas
nematoda tanah zat dalam bentuk gas dapat menembus tanah sebagai proses
pengendalian. Kloropikrin dan etilen bromida merupakan zat kimia yang reaktif dan
dapat dipergunakan secara luas dalam industri kimia yang sifatnya karsinogenik
Keuntungan yang diperoleh dari suatu jenis pestisida antara lain:(30) Dapat
a. Tahan terhadap suhu maupun cuaca dan tahan lama tanpa mudah rusak
dalam pelarut, akan tetapi tidak larut dalam air, emulsi ini akan membentuk
emulsi pekat apabila bercampur dengan air. Ada dua jenis formulasi yaitu
cairan dengan kepekatan rendah (1-10% bahan aktif) yang digunakan untuk
tinggi. Apabila bercampur dengan air, maka akan terbentu dua lapisan yang
terpisah yaitu pada bagian atasnya serbuk dari pestisidanya terapung. Untuk
menghindari hal ini, bahan pembasah (wetting agent) perlu dicampur, karena
mengandung 50-75% tanah liat atau bedak. Pada saat menyiapkan bahan akan
perata dan bahan pembasah jika digunakan untuk menyemprot tanaman yang
batang/daunnya.
4. Suspensi
dan sedikit air sehingga akan terbentuk serbuh halus dan basah.
17
5. Debu (Dust)
kering yang mengandung bahan aktif rendah 1-10%. Formulasi ini digunakan
dalam keadaan kering tanpa perlu dicampuri air atau zat pelarut lainnya.
6. Butiran (Granules)
Formulasi ini menyerupai debu dengan ukuran yang lebih besar 20-80
mesh dan dapat digunakan langsung tanpa perlu dicairkan atau dicampur
dengan pelarut lain. Pada umumnya akan berbentuk cair setelah dicampurkan
dengan butiran, bahan aktifnya akan menyerap atau melekat pada butiran
7. Aerosol
Bahan aktif dari pestisida ini mudah menguap dan harus dilautkan
dengan ukuran butiran yang kurang dari 10 mikron sehingga mudah terhisap
residu yang sangat rendah hanya efektif terhadap serangga yang terbang atau
merayap.
8. Umpan
racun. Untuk mengganggu sasaran maka bahan makanan ini berperan sebagai
daya penarik jasad. Pestisida dengan formulasi ini sangat mudah digunakan
ternak.
18
9. Fumigansia (Fumigant)
Fumigant adalah formulasi yang berada dalam bentuk cairan atau gas
yang mudah menguap. Gas ini sangat beracun terhadap manusia dan dapat
namun penggunaan pestisida lebih banyak memberikan dampak negatif, oleh karena
1. Tepat Sasaran
2. Tepat Mutu
baik.Untuk itu agar dipilih pestisida yang terdaftar dan diijinkan oleh
3. Tepat Jenis
rodentisida.
ditetapkan sesuai pilihan tersebut dengan alat aplikasi yang dimiliki atau
akan dimiliki.
4. Tepat Waktu
Ekonomi.
5. Tepat Dosis/konsentrasi
20
6. Tepat Cara
dengan disemprot. Pada jenis OPT dapat tertentu dan tanaman tertentu,
seluruhnya tak berakhr dengan kearacunan kut. Lebh dar 90% kercunan di
melalui kulit ini dipengaruhi oleh daya racun kulit, konsentrasi, formulasi,
bagian kulit yang terpapar dan luasannya, serta kondisi fisik individu yang
terpapar.Risiko dar keracunan akan semakin besar jika nilai lethal dose 50
semakin pekat, formulasi pestisida dalam bentuk yang mudah diserap, kulit
21
yang terpapar lebih mudah menyerap seperti punggung tangan, area yang
adalah petani penyemprot, pencampur pestisida, dan proses pencucian lat alat
pestisda.(32)
Adsorbsi. Gas dan partikel semprot yang sangat halus masuk kedalam paru-
paru, sedangkan partikel yang besar akan menempel diselaput lendir dihidung
partikel dan bentuk fisik pestisida.(33) Partikel gas yang masuk kedalam paru-
paru sangatlah berbahaya. Partikel atau droplet yang berukuran kurang dari
ruangan atau di udara, lamanya paparan dan kondisi fisik individu yang
terpapar.(34)
sesering yang terjadi lewat kulit dan saluran pernafasan.Contoh oral intake
misalnya kasus bunuh diri, makan minum merokok ketika bekerja dengan
masuk ke mulut, meniup nozzle yang tersumbat dengan mulut, makanan dan
Diagnosis melalui medis baku , dan dilakukan di laboratorium. Jika seseorang yang
mula-mula sehat kemudian setelah bekerja atau selama bekerja mersakan gejala
penurunan kesehatan ringan seperti seperti pusing, sesak nafas, diare, muntah, reaksi
alergi hingga gejala berat seperti pingsan atau koma, dapat di tetapkan orang tersebut
pestisdia golongan organopospat dan karbamat dapat didiagnosis melalui uji (test)
organopospat dan karbamat akan terlihat jika aktivitas Cholinestrase darah turun
hingga 30%, tetapi penurunan sampai 50% pada penggunaan pestisdia diambil
sebagai batas aman, dan jika sudah dibatas diharapkan pekerja menghentikan
inhalasi dan ingesti. Absorbsi lewat kulit atau subkutan dapat terjadi jika substansi
toksik menetap di kulit dalam waktu lama. Intake melalui saluran pernafasan terjadi
jika pemaparan berasal dari droplet, uap atau serbuk halus. Pestisida meracuni
sehingga enzim atau hormon tidak dapat bekerja.(38) Pestisida tergolong sebagai
endocrine disrupting chemicals (EDCs), yaitu bahan kimia yang dapat mengganggu
dalam tubuh yang berfungsi menjaga homeostasis, reproduksi dan proses tumbuh
kembang.(39)
b. Merusak jaringan.
memicu reaksi alergi dan dapat menimbulkan senyawa baru yang lebih toksik.(38)
sebentar ada 2 yaitu kronis dan akut. Efek ini disebabkan oleh racun yang ada pada
pestisida itu sendiri, akibatnya bisa menjadi 2, kanker keracunan kronis ataupun
dampak toksisitas. Pemaparan kadar rendah dalam jangka panjang atau pemaparan
dalam waktu yang singkat dengan akibat kronis. Keracunan akut terjadi apabila efek
keracunan pestisida langsung pada saat dilakukan aplikasi atau seketika setelah
aplikasi pestisida:
24
a. Keracunan Kronis
Keracunan kronis dapat ditemukan dalam bentuk kelainan syaraf dan perilaku
(bersifat neuro toksik) atau mutagenitas. Selain itu ada beberapa dampak kronis
keracunan pestisida pada organ paru-paru, hati, lambung dan usus(37), serta
mempengaruhi kerja sistem organ seperti sistem syaraf, sistem hormonal, sistem
kekebalan tubuh.(40) Individu yang terpapar oleh pestisida bisa mengalami batuk yang
tidak juga sembuh, atau merasa sesak di dada . Ini merupakan manifestasi gejala
penyakit bronkitis, asma, atau penyakit paru-paru lainnya. Kerusakan paru-paru yang
sudah berlangsung lama dapat mengarah pada kanker paru-paru.(41) Individu yang
Tapi ini bukan berarti individu yang bekerja dengan pestisida pasti akan menderita
diketahui sebagai penyebab kanker. Penyakit kanker yang paling banyak terjadi
akibat pestisida adalah kanker darah (leukemia), limfoma non-Hodgkins, dan kanker
otak.(42) Gangguan otak dan syaraf yang paling sering terjadi akibat terpapar pestisida
kimia beracun. Pestisida yang masuk ketubuh akan mengalami proses detoksikasi
oleh organ hati. Senyawa racun ini akan diubah menjadi senyawa lain yang sifatnya
tidak lagi beracun terhadap tubuh. Meskipun demikian hati itu sendiri sering kali
dirusak oleh pestisida apabila terpapar selama bertahuntahun. Hal ini dapat
menyebabkan penyakit seperti hepatitis, sirosis bahkan kanker.(37) Lambung dan usus
yang terpapar pestisida akan menunjukkan respon mulai dari yang sederhana seperti
iritasi, rasa panas, mual. muntah hingga respon fatal yang dapat menyebabkan
25
perut dan diare adalah gejala umum dari keracunan pestisida. Banyak orang yang
mengalami masalah sulit makan. Orang yang menelan pestisida, baik sengaja atau
tidak, efeknya sangat buruk pada perut dan tubuh secara umum. Pestisida merusak
tubuh manusia dengan cara yang lebih berbahaya. Beberapa jenis pestisida dapat
melemahkan kemampuan tubuh untuk menahan dan melawan infeksi. Ini berarti
tubuh menjadi lebih mudah terkena infeksi, atau jika telah terjadi infeksi penyakit ini
menjadi lebih serius dan makin sulit untuk disembuhkan. (40) Hormon adalah bahan
kimia yang diproduksi oleh organ-organ seperti otak, tiroid, paratiroid, ginjal,
adrenalin, testis dan ovarium untuk mengontrol fungsi-fungsi tubuh yang penting.
penurunan produksi sperma pada pria atau pertumbuhan telur yang tidak normal
b. Keracunan Akut
Keracunan akut terjadi apabila efek keracunan pestisida langsung pada saat
dilakukan aplikasi atau seketika setelah aplikasi pestisida. Efek keracunan akut
(29)
terbagi menjadi efek akut lokal dan efek akut sistemik Efek akut lokal jika hanya
biasanya bersifat iritasi mata, hidung, tenggorokan dan kulit. Efek sistemik jika
pestisida masuk kedalam tubuh manusia dan mengganggu sistem tubuh. Darah akan
otot secara tidak sadar dengan gerakan halus maupun kasar dan pengeluaran air mata
serta pengeluaran air ludah secara berlebihan, pernafasan menjadi lemah/cepat (tidak
normal).
dalam jaringan tubuh berperan sebagai menjaga agar otot-otot, kelenjar-kelenjar dan
saraf yang bekerja secara harmonis dan terorganisir. Cholinesterase disentesis pada
hati (liver) yang berfungsi menghentikan implus syaraf dengan cara memecahkan
20% dari keadaan normal maka gejala keracunan akan terlihat, seperti pupil mata
atau celah iris mata menyempit sehingga penglihatan kabur. mengeluarkan air mata
yang diakibatkan dari gerakan otot yang melemah, mengeluarkan air liur yang
sesak napas, otot tidak dapat digerakkan sehingga pingsan dan otot pernapasan mulai
agar sistem saraf pusat berfungsi denan baik. Enzim ini digunakan sebagai katalis
untuk mengidrolisa asetilcholin dan mengubahnya menjadi cholin dan asam asetat
terutama di terminal saraf. Ada tiga jenis Cholinesterase utama, yaitu enzim
kolinesterase dalam sel darah merah. Cholinesterase sel darah merah merupakan
indikator keracunan pestisida dimana enzim ini ditemukan dalam sistem saraf.(46)
Tintometer kit.(29)
yaitu kelompok normal dan abnormal. Selain itu terdapat perbedaan kelompok
kelompok keracunan (<75%) dan tidak keracunan atau normal (≥75%). Kadar enzim
28
cholinesterase normal yaitu 5400-13200 U/L, sedangkan abnormal yaitu kurang dari
dengan agen kimia dan adanya faktor pendukung dari lingkungan. Aktivitas enzim
Cholinesterase dapat menurun disebabkan oleh beberapa faktor. Faktor yang dapat
mengatasi tingkat toksisitas suatu zat, semakin tua umur seseorang maka
(48)
efektifitas sistem kekebalan di dalam tubuh akan semakin berkurang Pada
pestisida.(48)
2. Jenis kelamin
plasma hingga menjadi konstan baik setelah makan maupun pada saat
jenis kelamin.
3. Tingkat pendidikan
racun serta cara penggunaan dan penanganan racun yang aman dan tepat
4. Status Gizi
Penurunan daya tahan tubuh dapat disebabkan oleh buruknya status gizi
keracunannya, semakin buruk status gizi mka akan semakin mudah terjadinya
keacunan, oleh karena itu petani yang mempunyai status gizi yang baik
keadaan gizi seseorang juga akan berakibat menurunnya daya tahan tubuh
5. Status kesehatan
30
Jika seseorang telah setuju dengan suatu objek, maka akan terbentuk
sikap positif terhadap objek yang sama. Apabila sikap positif terhadap suatu
program atau objek terbentuk, maka adanya niat untuk melakukan program
hendaknya memperhatikan takaran atau dosis yang tertera pada label. Dosis atau
takaran yang melebihi aturan akan membahayakan penyemprot itu sendiri. Setiap
zat kimia pada dasarnya bersifat racun dan terjadinya keracunan ditentukan oleh
dosis dan cara pemberian.(48) Paracelsus pada tahun 1564 telah meletakkan dasar
menentukan suatu zat kimia adalah racun). Untuk setiap zat kimia, termasuk air,
31
dapat ditentukan dosis kecil yang tidak berefek samasekali, atau dosis besar sekali
2. Masa kerja
Merupakan masa waktu berapa lama petani mulai bekerja sebagai petani.
Semakin lama petani bekerja maka smakin banyak pula kemungkinan terjadi
tidak sesuai dengan aturan pemakaian. Bahaya dari keracunan pestisida dapat
diatur oleh pihak pembuat pestisida maupun lembaga penelitian yang memliki
wewenang dan telah melakukan penelitian serta aturan ini harus dipatuhi oleh
pengguna pestisida.(55)
4. Waktu Penyemprotan
pestisida, hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat menyebabkan
keluarnya keringat lebih banyak terutama pada siang hari. Sehingga waktu
dilakukan yaitu pada jam 08.00 WIB sampai jam 11.00 WIB dengan jam istirahat
menempel pada tanaman akan terlalu lama mengering dan menyebabkan tanaman
yang disemprot keracunan. Pada pagi hari biasanya daun masih berembun sehigga
matahari terik akan mengakibatkan pestisida mudah menguap dan menguai oleh
kemungkinannya terjadi apabila penggunaannya lebih dari satu jenis pestisida. Hal
ini terjadi karena semakin kuatnya daya racun atau konsentrasi pestisida.(55)
Apabila pestisida yang dipakai tidak menggunakan wadah aslinya maka akan
yArah penyemprotan yang benar adalah searah dengan arah angin, jika
8. Lama Penyemprotan
Semakin lama melakukan penyemprotan per hari maka akan semakin tinggi
9. Frekuensi penyemprotan
lebih dari 4 jam per hari hal ini berguna untuk mencegah terjadinya efek yang
tidak diinginkan, hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja No. Per-
Hasil uji statistik menunjukkan bahwa ada hubungan antara personal hygiene
dengan gejala keracunan akut. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan Zuraida,
melakukan semua proses dengan lengkap dan benar agar residu dari pestisida
bahwa untuk mengurangi risiko gejala keracunan akut harus melakukan step
dengan lengkap baik dari mencuci tangan sebelum dan sesudah meracik dengan
Alat pelindung diri sangat penting digunakan karena pada umumnya racun
pestisida bersifat kontak hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Tenaga Kerja
kesehatan kerja di tempat kerja pada pasal 2 ayat 2. Alat pelindung diri ini harus
rambut, topi yang tebuat dari berbagai bahan, dan pengikat rambut.
b. Alat untuk melindungi mata. Alat ini berupa googles, masker wajah
yang berguna untuk melindungi bagian mata dari paparan pestisida berupa
dengan pestisida. Ada dua jenis alat untuk melindungi pernafasan, yaitu :
1. Masker
34
Terbuat dari bahan kain yang memiliki pori-pori dengan ukuran tertentu
yang berguna untuk menghalangi partikel yang lebih besar masuk saat
bernafas.
2. Respirator
Debu, uap logam, kabut, gas serta asap dapat dihalangi dengan respirator
menjadi :
berguna untuk menangkap debu yang ada diudara serta tabung kimianya
a. Alat ini biasa digunakan oleh pekerja yang bekerja di tempat yang
terpapar gas beracun. Dengan selang yang bertekanan udara maka alat
b) Alat untuk melindungi tubuh. Alat ini berupa pakaian yang berguna untuk
c) Alat untuk melindungi tangan. Alat ini terbuat dari bahan kedap air yang
e) Alat ini berupa sepatu yang panjangnya dari bawah lutut dsn bahannya
terbuat dari bahan kedap ari, tahan terhadap asam, basa maupun bahan
korosiflainnya.
2.3 Telaah Sistematis
Tabel 2.2 Telaah Sistematis
1 Ais Regi Osang , Hubungan antara Mongondow Cross Sectional 1. Masa Kerja
Benedictus S. masa kerja dan 2. Arah Angin
Lampus, Audy D. arah angin
Wuntu - ari hasil uji statistik yang didapat adalah
dengan kadar nilai r = -0,891 dan p = 0,000 dengan (α<0,05)
Choinesterase maka dapat disimpulkan bahwa terdapat
darah pada petani hubungan yang signifikan antara masa kerja
padi pengguna dengan kadar kolinesterase darah.
pestisdia di desa - Didapatkan hasil dari uji statistik dengan r
Pangian Tengah = -0,479 dan p = 0,004 dengan α<0,05 maka
Kecamatan Passi dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan
Timur Kabupaten yang signifikan antara arah angin dengan
Bolaang kadar kolinesterase darah.
2 Marisa, Akbar Pemeriksaan Cross Sectional 1. Lama Bekerja - Penelitian yang telah dilakukan dengan 5
Septian Arrasyid Kadar Pestisida 2. Pengetahuan sampel darah petani bawang merah didapatkan
Dalam Darah 3. APD hasil kadar kholinesterase Sampel A: 91.652 U/L,
Petani Bawang Sampel B: 10.154 U/L, Sampel C: 2.835,6 U/L,
Merah Di Nagari Sampel D: 5.281,2 U/L, dan Sampel E: 6.862,2
Alahan Panjang U/L.
Tahun 2017 - Dari kelima sampel di dapatkan satu orang
yang kadar cholinesterase dibawah batas normal
atau dapat dikatakan petani tersebut terpapar
36
37
3 Berlian Kando, Gambaran Kadar Deskriptif dengan Distribusi frekuensi - Hampir seluruh responden wanita usia subur
Jon Farizal, Enzim pendekatan kadar enzim (87,5%) dengan k777adar enzim
Susiwati Cholinesterase Laboratorium kholinesterase pada Cholinesterase abnormal dan sebagian kecil
Pada Wanita Usia wanita usia subur responden (12,5%) yang memiliki kadar
Subur yang Aktif yang aktif membantu enzim normal.
Membantu aktivitas pertanian.
Aktivitas
Pertanian Di
Kecamatan
Sukaraja
Kabupaten
38
Seluma Tahun
2017
4. Putri Arida Analisis Faktor- Cross Sectional 1. Frekuensi - Dari hasil uji chi square didapatkan nilai p
Ipmawati, Onny Faktor Risiko karakteristik sebesar 0,369 yang artinya tidak ada
Setiani, Yusniar yang responden hubungan antara umur responden dengan
Hanani Mempengaruhi 2. Frekuensi kejadian keracunan pestisida pada petani.
Darundianti Tingkat responden - Nilai p sebesar 0,001 yang artinya terdapat
Keracunan berdasarkan hubungan antara frekuensi menyemprot
Pestisida Pada tingkat keracunan dengan keracunan pestisida dengan nilai RP=
Petani Di Desa pestisida 13,791 ; 95% CI= 3,551-53,557 berarti petani
Jati, Kecamatan 3. Kejadian menyemprot >2 kali dalam seminggu yang
Sawangan, keracunan hampir mempunyai risiko 14 kali
Kabupaten pestisida pada dibandingkan petani yang menyemprot <2 kali
Magelang, Jawa petani menurut dalam seminggu.
Tengah Tahun umur - Responden yang berpengetahuan kurang
2016 4. Kejadian sebanyak 44 orang dengan angka kejadian
keracunan keracunan sebanyak 26 orang (59,1%) dan
pestisida pada berpengetahuan baik sebanyak 17 orang
petani menurut (35,4%)
frekuensi - Masa lama kerja >1 tahun mempunyai risiko
menyemprot 5 kali lebih besar dibanding yang masa lama
5. Keajadian kerja <1 tahun.
keracunan - Lama kerja yang buruk mempunyai risiko 11
pestisida pada kali terjadi keracunan pestisida.
petani menurut - Hampir semua responden tidak menggunakan
tingkat APD.
pengetahuan
39
6. Kejadian
keracunan
pestisida pada
petani menurut
masa kerja
7. Keracunan
pestisida pada
petani
menurut lama
kerja
8. Frekuensi
kelengkapan Alat
Pelindung Diri
5 Cinta Nur Trya, Faktor-Faktor Cross sectional - Usia - Di Desa Batur terdapat 91,1 % responden
MG. Catur Yang - Tingkat dengan usia produktif, untuk usia paling muda
Yuantari Berhubungan Pendidikan yaitu 22 tahun dan paling tua 82 tahun.
Dengan Kejadian - Masa Kerja Adanya pertambahan usia dapat
Keracunan - Jumlah mempengaruhi penurunan kadar
Pestisida Pestisida Cholinesterase yang iakibatkan adanya
Anorganik - Dosis penurunan fungsi organ dalam tubuh sehingga
Terhadap Enzim - Cara menyebabkan penimbunan racun dan bahan
Cholinesterase Pengelolaan kimia yang berbahaya bagi tubuh.
Dalam Darah - Kelengkapan - Petani di Desa Batur memiliki tingkat
Pada Petani APD pendidikan tidak tamat SMP tergolong banyak
Holtikultura Di yaitu 71,1% responden. Hal tersebut
Desa Batur, enunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani
Kecamatan di Desa tersebut tergolong rendah.
Getasan, - Masa kerja petani di Desa Batur menunjukkan
40
Beberapa hal yang membedakan penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya adalah :
Variabel : Tingkat Pendidikan, Tindakan Penyemprotan, Cara Penyimpanan Pestisida, dan Waktu Penyemprotan Pestisida
Penelitian yang dilakukan bertujuan untuk mengetahui distribusi frekuensi kadar Enzim Cholinesterase, Tingkat Pendidikan, Tindakan
Penyemprotan, Cara Penyimpanan Pestisida, dan Waktu Penyemprotan Pestisida pada petani sayur di Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok
Tahun 2018, serta menganalisis Tingkat Pendidikan, Tindakan Penyemprotan, Cara Penyimpanan Pestisida, dan Waktu Penyemprotan Pestisida
Kronis Kanker
Dosis APD Arah Angin Masa Kerja Tata Cara Pencampuran
Akut Kematian
Cara
Waktu Lama Penyimpanan
Personal
Penyemprotan
Penyemprotan Hygiene
Frekuensi Jumlah
Pestisida
Penyemprotan
Gambar 2.1 Kerangka Teori
42
2.5 Kerangka Konsep
Berdasarkan kerangka teori yang merupakan hasil penelitian didapatkan
Tingkat Pendidikan
Tindakan Penyemprotan
Enzim
Cara Penyimpanan Pestisida Cholinesterase
Waktu Penyemprotan
Pestisida
2.6 Hipotesis
Berdasarkan teori dari tinjauan pustaka diatas hipotesis penelitian ini adalah:
1. Ada hubungan antara tingkat pendidikan petani sayur dengan aktivitas enzim
2018.
2018.
43
BAB 3 : METODE PENELITIAN
desain penelitian Cross Sectional, yaitu suatu penelitian yang mempelajari dinamika
korelasi antara faktor resiko dengan efek dengan cara pendekatan, observasi, atau
pengumpulan data sekaligus pada suatu waktu tertentu. Studi Cross Sectional
mengambil data pada satu waktu dimana variabel dependen serta independen
dilakukan pada waktu yang bersamaan, sehingga penelitian dengan studi Cross
Sectional dilakukan dalam waktu yang singkat dan biaya yang dibutuhkan relatif
tidak mahal.(60) Studi Cross Sectional pada penelitian ini bertujuan untuk melihat
Nagari Alahan Panjang Kabupaten Solok tahun 2018. Penelitian ini menggunakan
Uji T-Test
Penelitian dimulai dari bulan Agustus 2018 sampai Maret 2019. Penelitian ini
44
45
3.3.2 Sampel
Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan obyek yang diteliti
Kabupaten Solok.
Belimbing Kuranji.
Nagari Alahan Panjang, Kabupaten Solok. Besar sampel yang ditetapkan dihitung
n =𝑍2.𝑁.𝑝.𝑞
𝑑2(𝑁−1) + 𝑍2.𝑝.𝑞
keterangan :
N = Jumlah populasi
Untuk antisipasi terjadinya drop out dalam pengambilan data, maka jumlah
sampel ditambah 10% dari jumlah sebenarnya sehingga jumlah sampel menjadi 48
orang.
yaitu teknik pengambilan sampelnya secara acak dengan sampel diambil atas dasar
seandainya saja, tanpa direncanakan terlebih dahulu, juga jumlah sampel yang
asal memenuhi keperluan saja. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan
sementara saja.(60)
Solok.
Alahan Panjang.
1. Petani yang mengalami sakit pada saat akan diambil sampel darah.
47
sampel darah.
48
penyimpanan
pestisida pada
tempat yang aman,
cara pencampuran
pestisida yang baik
dan benar,
penangan ketika
terjadi keracunan
akibat pestisida,
serta tindakan pada
saat petani
melakukan
kegiatan
penyemprotan pada
tanaman sayur.
Cholinesterase.
4. Kuesioner yang digunakan untuk mengetahui data diri dari responden dan
1. Cuvette
2. Spektrofotometer
3. Centrifuge
4. Tabung reaksi
7. Stopwatch
9. Vortex Mixed
3.7.3 Bahan
Adapun bahan yang digunakan:(61)
2. Cholinesterase Kit
3. Aquades
a. Pengujian Sampel(61)
3. Homogenkan dengan alat vortex mixed selama 10 detik dan tunggu selama 3
menit.
7. Catat hasil yang tertera pada layar spektrofotometer dalam satuan U/L.
Nilai normal
diambil dengan menggunakan alat yaitu Spektrofotometer. Selain itu data primer
melakukan pengukuran langsung pada responden untuk mendapatkan data serta pola
aktivitas responden. Pengambilan serum darah pada data primer ini dibantu oleh
lahan pertanian di Alahan Panjang dari penelitian sebelumnya dan data status
kesehatan serta gangguan kesehatan petani akibat paparan pestisida yang terjadi di
wilayah sehingga dijadikan sebagai lokasi penelitian dan data status kesehatan serta
gangguan kesehatan petani akibat paparan pestisida yang terjadi di wilayah sehingga
data. Pengolahan data pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan program
Tahap pertama Coding yaitu pemberian data pada setiap variable yang telah
Tahap kedua adalah Editing yaitu pemerikasaan kebenaran dan lengkap atau
tidaknya data dilakukan pada tahap ini. Hal yang dilakukan pada tahap ini
pengisian. Data ini adalah data awal atau input yang utama pada penelitian.
Tahap ketiga yaitu Entry di aplikasi SPSS digunakan untuk memasukkan data
yang sudah dimasukkan dan memastikan tidak ada kesalahan pada data yang
distribusi frekuensi dari variable yang akan diteliti, yaitu dengan cara melakukan
sehingga kumpulan dari data tersebut menjadi informasi yang berguna. Data yang
telah diringkas tersebut dapat berupa grafik, tabel dan ukuran-ukuran statistik.(63)
54
maka dilakukam analisis bivariat. Variabel independen pada penelitian ini ialah
Pada data numerik yaitu aktivitas enzim Cholinesterase dan data kategorik
waktu penyemprotan pestisida dengan uji T-Test. Derajat kemaknaan pada penelitian
aktivitas kadar enzim Cholinesterase ditandai dengan nilai P value < 0,05 sedangkan
untuk nilai P value ≥ 0,05 berarti menunjukkan bahwa tidak adanya hubungan antara
Kabupaten Solok, Sumatera Barat, Indonesia. Nagari Alahan Panjang adalah salah
satu dari empat nagari yang berada dalam wilayah Kecamatan Lembah Gumanti,
Kabupaten Solok, yang mempunyai luas 88,76 km2. Nagari yang berjarak sekitar 65
km dari Kota Padang ini berada di atas Bukit Barisan tepatnya di lereng bagian
mdpl.(64)
Secara administratif,pemerintahaniNagariiAlahaniPanjangiberbatasan
dengan:(64)
1. Sebelah utara berbatasan dengan Nagari Simpang Tanjung nan IV, Kecamatan
Danau Kembar.
Jumlah penduduk pada tahun 2017 adalah sebanyak 20.006 jiwa dengan
kepadatan 225,39 per km2. Tinggi daerah dari permukaan laut adalah 1.450 m,
dengan curah hujan rata-rata 212 hari per tahun.(64) Nagari Alahan Panjang terdiri
dari 10 (sepuluh) jorong yaitu: Alahan Panjang, Pangalian Kayu, Galagah, Taluak
Dalam, Taratak Tangah, Batu Putiah, Taratak Galundi, Batng Hari, Usak, Padang
Nagari Alahan Panjang mempunyai potensi wilayah dengan lahan subur yang
luas yaitu sekitar 500 Ha. Saat ini sebagian besar merupakan wilayah
55
56
untuk lahan pertanian yaitu sekitar 15 Ha, ladang/tegalan sebesar 1.704 Ha,
perkebunan sebesar 10 Ha, lahan tidur sebesar 922 Ha, hutan sebesar 1.224 Ha,
perikanan sebesar 300 Ha, sisanya digunakan untuk bangunan sebesar 26,5 Ha,
Sumatera Barat karena melimpahnya hasil dari pertanian yaitu sayur-sayuran serta
buah-buahan. Nagari Alahan Panjang berada pada lereng timur di kawasan Taman
Nasional Kerinci Seblat.(26) Nagari Alahan Panjang terdapat tiga kelompok tani.
Ketiga kelompok tani tersebut tersebut ialah Kelompok Tani Tanjung Harapan,
Kelompok Tani Tuah Sepakat, dan Kelompok Tani Kembali Jaya. Kelompok Tani
serta adanya pelatihan-pelatihan tentang pertanian, serta di dalam Kelompok Tani ini
terdapat ketua Kelompok Tani yang berperan dalam mengatur serta mengkoordinir
anggota-anggota petaninya.
yang digunakan oleh petani di Alahan Panjang adalah pestisida yang terdaftar serta
memiliki ijin dari Dinas Pertanian Kabupaten Solok. Penggunaan pestisida yang
digunakan petani di Alahan Panjang tidak mendapat perhatian khusus dari pihak
aturan pemakaian yang berlaku. Petani menyebutkan pihak Dinas Kesehatan dan
rutinnya sosialisasi yang dilakukan oleh pemerintah kepada petani sayur di Alahan
Panjang, membuat keracunan terhadap pestisida dapat terjadi yang karenakan tidak
at Pendidikan:
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.1 diketahui bahwa sebagian besar
responden berjenis kelamin laki-laki (61,4%) dan sebagian kecil responden berjenis
Berikut hasil dari distribusi karakteristik responden Usia dan Masa Kerja:
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Karakteristik Usia dan Masa Kerja Responden
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 rata-rata responden berusia 34,61
tahun, dengan usia termuda 19 tahun dan tertua 63 tahun serta responden yang paling
banyak berada pada berusia 35 tahun. Sedangkan berdasarkan masa kerja, rata-rata
lama bertani responden selama 14,23 tahun, dengan lama bertani paling singkat
adalah 3 tahun dan terlama 43 tahun serta responden yang lama bertani paling
Biokimia Fakultas Kedokteran Unand yang mana sampel darah diambil dilokasi
penelitian oleh Analis Puskesmas Belimbing Kuranji, dengan hasil aktivitas enzim
10487.35 Normal
4 Perempuan
5 Laki-laki 8726.9 Normal
8665.25 Normal
6 Laki-laki
7 Laki-laki 7699.4 Normal
8829.65 Normal
29 Laki-laki
30 Laki-laki 6877.4 Normal
31 Laki-laki 7262.52 Normal
3930-10800 U/L dan pada laki-laki yaitu 4620-11500 U/L. Berdasarkan tabel 4.4
enzim cholinesterase tidak normal, yaitu pada petani dengan nomor responden 13,
60
jenis kelamin laki-laki dengan jumlah enzim cholinesterase melebihi batas normal
yaitu11.679,25 U/L, petani dengan nomor responden 15, jenis kelamin perempuan
dengan jumlah enzim cholinesterase melebihi batas normal yaitu 14.624,75 U/L,
petani dengan nomor responden 18, jenis kelamin perempuan dengan jumlah enzim
cholinesterase melebihi batas normal yaitu 11.692,95 U/L, dan petani dengan nomor
responden 27, jenis kelamin perempuan dengan jumlah enzim cholinesterase kurang
pendidikan responden seimbang dan sama banyak antara pendidikan rendah dan
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.6 diketahui bahwasanya lebih dari
f % f % f %
1 Semua pestisida yang Bapak/ibu 16 36,4 1 2,3 27 61,4
pergunakan terdaftar atau
memperoleh ijin dari Menteri
Pertanian
2 Bapak/Ibu menyimpan pestisida 34 77,3 8 18,2 2 4,5
setelah selesai melakukan
penyemprotan di
3 Pedoman Bapak/Ibu dalam 37 84,1 5 11,4 2 4,5
melakukan pengenceran lebih dari
1 jenis pestisida
4 Jarak waktu penyemprotan yang 5 11,4 22 50,0 17 38,6
Bapak/Ibu lakukan sesuai dengan
label kemasan pestisida
5 Setelah selesai penyemprotan 38 86,4 5 11,4 1 2,3
biasanya apa yang Bapak/Ibu
lakukan
6 Pada saat penyemprotan terkena 41 93,2 2 4,5 1 2,3
bagian wajah, tindakan yang
Bapak/Ibu lakukan
7 Bapak/Ibu lakukan jika pada saat 28 63,6 16 36,4 - -
penyemprotan tiba-tiba angin
bertiup kencang
8 Tatacara penggunaan pestisida 38 86,4 2 4,5 4 9,1
yang Bapak/Ibu lakukan
didapatkan hasil bahwa lebih dari setengah responden tidak menggunakan pestisida
yang memperoleh izin dari Mentri Pertanian (61,4%) dan hampir setengah responden
(38,6%).
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.8 diketahui bahwasanya lebih dari
separuh responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang kurang baik
Ya Tidak
No Pertanyaan
f % f %
1 Pestisida diletakkan dalam 42 95,5 2 4,5
ruangan dengan ventilasi
cukup 8 18,2 36 81,8
2 Disediakan pasir atau serbuk
untuk menyerap pestisida yang
tumpah 42 95,5 2 4,5
3 Ruangan penyimpanan
pestisida terkunci dan tidak
mudah dijangkau anak-anak 15 34,1 29 65,9
4 Pestisida diberi tanda peringatan
bahaya
didapatkan hasil bahwa kebanyakan responden tidak menggunakan pasir atau serbuk
untuk menyerap pestisida yang tumpah (81,8%) dan tempat penyimpan pestisida
tidak diberikan label bahaya (65,9%). Hal ini mengakibatkan keracunan pestisida
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.10 diketahui bahwasanya lebih dari
Artinya adalah waktu penyemprotan petani sayur yang tidak dijadwalkan dari pukul
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.11 diketahui bahwa pada kelompok
pendidikan rendah memiliki nilai rata-rata 25,50 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata
kelompok pendidikan tinggi yaitu 19.50. Hasil uji statistik didapatkan p value >0,05
(p=0,121) hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan
pada petani sayur di Alahan Panjang dapat dilihat pada tabel berikut:
64
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.12 diketahui bahwa pada kelompok
tindakan penyemprotan kurang baik nilai rata-ratanya 25,78 lebih tinggi dari pada
nilai rata-rata kelompok tindakan penyemprotan baik yaitu 17,29. Hasil uji statistik
didapatkan p value <0,05 (p=0,033) hal ini berarti terdapat hubungan antara tindakan
pada petani sayur di Alahan Panjang dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.13 diketahui bahwa pada kelompok
cara penyimpanan pestisida kurang baik nilai rata-ratanya 20,57 lebih rendah dari
pada nilai rata-rata kelompok cara penyimpanan pestisida “baik” yaitu 25,88. Hasil
uji statistik didapatkan p value >0,05 (p=0,188) hal ini berarti tidak terdapat
cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang dapat dilihat pada tabel berikut:
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.14 diketahui bahwa pada kelompok
waktu penyemprotan pestisida kurang baik nilai rata-ratanya 25,69 lebih tinggi dari
pada nilai rata-rata kelompok waktu penyemprotan pestisida baik yaitu 17,89. Hasil
uji statistik didapatkan p value <0,05 (p=0,048) hal ini berarti terdapat hubungan
pertanyaan melalui kuesioner yang dilakukan dalam jangka waktu yang singkat, hal
ini terjadi karena keterbatasan dalam dana, tenaga, waktu serta lokasi penelitian yang
berada di luar Kota Padang yaitu di Alahan Panjang. Pada penelitian dilapangan
masyarakat banyak yang menolak untuk menjadi responden untuk diambil sampel
darahnya dikarenakan takut dengan jarum suntik sehingga peneliti mengubah teknik
pengambilan sampel menjadi accidental. Pada penelitian ini petani banyak yang
tidak memakai pestisida yang emmperoleh izin Kementrian Pertanian tapi mengakui
memakai pestisida yang telah mendapatkan izin dari Dinas Pertanian Kabupaten
Solok.
apabila pada laki-laki bernilai adalah 4620-11500 U/L sedangkan pada perempuan
terendah 3561,10 U/L dan tertinggi 14624,75 U/L, sedangkan pada 4 responden tidak
66
67
cholinesterase yang aktif dalam plasma darah dan sel darah merah yang berperan
dalam menjaga keseimbangan sistem saraf. Aktivitas enzim cholinesterase ini dapat
(DITAMBAH)
berjumlah 22 orang (50%) serta rincian variasi tingkat pendidikan responden adalah
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin kecil peluang terjadinya
penanganan racun yang aman dan tepat sasaran maka kejadian keracunan pun akan
lebih tinggi sehingga untuk menerima informasi dan menyerap informasi lebih cepat
penyemprotan kurang baik yang paling banyak yaitu lebih dari setengah respoden
tidak menggunakan pestisida yang memperoleh izin dari Mentri Pertanian (61,4%)
68
dan hampir setengah responden tidak melakukan waktu penyemprotan sesuai dengan
label kemasan pestisida (38,6). Tindakan yang kurang baik akan menghasilkan
responden atau petani dalam bertindak sesuai pengetahuan dan sikap terhadap
wujud praktik dari sikap seorang petani dalam penggunaan pestisida seperti tindakan
dalam penggunaan alat pelindung diri pada saat petani melakukan kegiatan
pestisida yang baik dan benar, penangan ketika terjadi keracunan akibat pestisida,
serta tindakan pada saat petani melakukan kegiatan penyemprotan pada tanaman
sayur.
untuk kesehatan petani kedepannya. Tindakan petani yang kurang baik berakibat
akan terjadinya tingkat keracunan pada petani di kemudian hari sehingga dibutuhkan
tindakan yang baik dari petani dalam pengelolaan penyemprotan pestisida yang
responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang kurang baik (63,6%).
Penyimpanan pestisida yang kurang baik terdiri dari bahwasanya responden tidak
menggunakan pasir atau serbuk untuk menyerap pestisida yang tumpah (81,8%) dan
tempat penyimpanan pestisida yang tidak diberikan label bahaya (65,9%) Cara
keracunan akibat pestisida sangatlah mungkin terjadi karena apabila pestisida yang
dipakai tidak menggunakan wadah aslinya maka akan bersiko terjadinya keracunan.
terdiri dari pestisida pestisida diletakkan dalam ruangan dengan ventilasi cukup,
pestisida yang tumpah, ruangan penyimpanan pestisida terkunci dan tidak mudah
dijangkau oleh anak-anak dan pestisida harus diberi tanda peringatan bahaya agar
tidak disentuh oleh orang yang tidak memakai alat pelindung iri yang baik dan benar.
adalah waktu penyemprotan petani sayur yang tidak sesuai jadwal yaitu dari pukul
pestisida tidak sesuai dengan waktu yang ditetepkan sehingga tidak menargetkan
waktu pasti berhenti dan memulai penyemprotan. Hal itu yang dapat mempengaruhi
pestisida, hal ini berkaitan dengan suhu lingkungan yang dapat menyebabkan
keluarnya keringat lebih banyak terutama pada siang hari. Sehingga waktu
dilakukan yaitu pada jam 08.00 WIB sampai jam 11.00 WIB dengan jam istirahat
menempel pada tanaman akan terlalu lama mengering dan menyebabkan tanaman
yang disemprot keracunan. Pada pagi hari biasanya daun masih berembun sehigga
matahari terik akan mengakibatkan pestisida mudah menguap dan menguai oleh
bahwa tingkat pendidikan responden sama banyak antara ttingkat pendidikan rendah
yang berarti tidak ada hubungan antara tingkat pendidikan dengan aktivitas enzim
cholinesterase. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini kategori
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan Cinta dalam hasil
kejadian keracunan pestisida bahwa tidak ada hubungan tingkat pendidikan dengan
penelitian yang dilakukan oleh Rahmawati dkk pada tahun 2014 yang mengatakan
tidak ada hubungan tingkat pendidikan terhadap kadar cholinesterase pada petani
Petani di Desa Batur memiliki tingkat pendidikan tidak tamat SMP tergolong banyak
71
yaitu 71,1% responden. Hal tersebut menunjukkan bahwa tingkat pendidikan petani
pestisida dan bahaya yang dapat ditimbulkan oleh pestisida lebih baik dari pada
(p=0.033) yang berarti ada hubungan antara tindakan penyemprotan dengan aktivitas
enzim cholinesterase. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini responden
pada darah pada petani cabe di Desa Santana Mekar, Kecamatan Cisayong,
kurang. Hasil perhitungan statistik korelasi Rank Spearman diperoleh nilai r = 0,820
72
dan p = 0,001 yang menunjukkan ada hubungan bermakna antara tindakan praktek
penyemprotan pestisida masih kurang baik contohnya lebih dari setengah responden
tidak menggunakan pestisida yang memperoleh izin dari Mentri Pertanian (61,4%)
dan hampir setengah responden tidak melakukan waktu penyemprotan sesuai dengan
label kemasan pestisida (38,6%). Tindakan yang buruk dihasilkan oleh seseorang
yang tidak setuju dengan suatu objek, maka akan terbentuk sikap negatif terhadap
objek yang sama. Apabila sikap negatif terhadap suatu program atau objek terbentuk,
maka tidak adanya niat untuk melakukan program tersebut.(52) Niat untuk melakukan
seharusnya sudah ada hal yang praktis sehingga petani mau menggunakannya. Hal
ini merupakan dorongan untuk tidak melakukan tindakan secara tepat sesuai aturan
Kabupaten Solok menunjukan bahwa hasil uji T-test diperoleh hasil p value>0,05
(p=0,188) yang berarti tidak ada hubungan antara tindakan penyemprotan dengan
aktivitas enzim cholinesterase. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini
lebih dari setengah responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang
kolinesterasenya rendah paling tinggi pada PUS dengan cara penyimpanan pestisida
buruk, sedangkan persentase PUS yang kadar kolinesterasenya normal paling tinggi
pada PUS dengan cara penyimpanan pestisida baik, namun berdasarkan hasil uji Chi-
square diperoleh nilai p =0,162 sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak ada
hubungan antara cara penyimpanan pestisida dengan kadar kolinesterase pada PUS
responden tidak menggunakan pasir atau serbuk untuk menyerap pestisida yang
tumpah dibiarkan begitu saja lalu tidak ada antisipasi setelahnya dan tempat
penyimpan pestisida tidak diberikan label bahaya (65,9%) ini juga salah satu
kesalahan dari petani sayur dalam menyimpan pestisida yang tidak digunakan,
penyimpanan agar tidak didekati atau dimasuki anak-anak dan orang yang tidak
paham akan bahaya pestisida lainnya. Hal ini mengakibatkan keracunan pestisida
aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok
menunjukan bahwa hasil uji T-test diperoleh hasil p value<0,05 (p=0,048) yang
cholinesterase. Hal ini dapat dijelaskan karena dalam penelitian ini lebih dari
Artinya adalah waktu penyemprotan petani sayur yang tidak dijadwalkan dari pukul
Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Sri Suparti dkk
bahwa kebiasaan waktu menyemprot yang dilakukan petani terbukti sebagai faktor
1,083 – 11,541) dan OR 3,535. Hal tersebut berarti bahwa kebiasaan waktu
menyemprot setelah jam 11.00 dan sore sebelum pukul 15.00 berisiko terjadi
menyemprot sesuai anjuran yaitu pagi sebelum pukul jam 11.00 dan sore sesudah
pukul 15.00. Hasil penelitian waktu menyemprot yang dilakukan mulai pukul 05.30-
petani sebagian besar dilakukan pada pagi hari dengan alasan masalah cuaca yang
dianggap sesuai, dan melakukan aktifitas menyemprot nyaman di pagi hari karena
Hasil dari penelitian yang dilakukan adalah responden petani seringkali tidak
disiang hari saat matahari terik akan mengakibatkan pestisida akan menguap dan
mengurai, serta akan berdampak negatif terhadap petani yaitu akan mengakibatkan
keracunan pestisida di tangan dan punggung yang banyak paparan yang masuk lewat
kulit serta akan merugikan petani karena pestisida banyak yang hilang karena
menguap. Para petani juga ada menyemprot terlalu pagi atau terlalu sore akan
pada tanaman jika berama-lama maka akan mengakibatkan atau berdampak tidak
75
dianjurkan yaitu jam 08:00-11:00 dan jam 15:00-18:00 agar waktu yang rutin
tersebut pas dan tidak menimbulkan keracunan terhadap petani apabila terlalu siang
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan penelitian hubungan tingkat pendidikan, tindakan
dengan aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur di nagar Alahan Panjang
14624,75 U/L.
2. Tingkat pendidikan reponden sebanding atau sama besar antara rendah dan
tinggi (50%) yaitu jumlah Diploma dan SMA berjumlah 22 orang lalu SMP,
baik (61,4%)
4. Lebih dari setengah responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang
kurang baik (63,6%) yaitu tidak terpenuhinya 75% standar cara penyimpanan
76
77
6.2 Saran
Berdasarkan penelitian hubungan tingkat pendidikan, tindakan
1. Bagi Petani
pestisida mulai dari saat membeli pestisida yang terdaftar pada kementrian
didekati atau dimasuki anak-anak dan orang yang tidak paham akan
masker, topi, sarung tangan, baju lengan panjang, celana panjang serta
78
penyemprotan tanaman.
dari Dinas Pertanian kepada petani agar petani mengetahui bahaya dari
para pembaca.
KUESIONER PENELITIAN
Pewawancara Responden
( ) ( )
KUESIONER
Identitas Responden
Nomor Responden (diisi peneliti) :
Nama :
JenisKelamin : 1. Laki-laki 2. Perempuan
Umur : tahun
PendidikanTerakhir : 1. SD
2. SMP
3. SMA
4.Perguruan Tinggi
Lama menggunakan pestisida : 1. 1-5 tahun
2. 5-10 tahun
3. > 10 tahun
Sudah berapa lama Bapak/Ibu berani :
Hasil
Pengukuran BB
:
TB :
Tensi :
TINDAKAN
1. Semua pestisida yang Bapak/ibu pergunakan terdaftar atau memperoleh ijin
dari Menteri Pertanian
a. Semua c. Sebagian. e.Hanya beberapa
saja.
b. Tidak ada yang terdaftar. d. Tidak tahu.
Tingkat Pendidikan
Frequencies
Tingkat Pendidikan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Tingkat
Pendidikan
Kat N Mean Rank Sum of Ranks
Total 44
Test Statisticsa
Cholinesterase
Mann-Whitney U 176.000
Wilcoxon W 429.000
Z -1.549
Frequencies
Statistics
Tindakan Kat
N Valid 44
Missing 0
Tindakan Kat
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Total 44
Test Statisticsa
Cholinesterase
Mann-Whitney U 141.000
Wilcoxon W 294.000
Z -2.133
Frequencies
Waktu Penyemprotan
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Waktu
Penyemprotan
N Mean Rank Sum of Ranks
Total 44
Test Statisticsa
Cholinesterase
Mann-Whitney U 151.000
Wilcoxon W 322.000
Z -1.981
Frequencies
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent Percent
NPar Tests
Mann-Whitney Test
Ranks
Penyimpanan
Pestisida Kat N Mean Rank Sum of Ranks
Total 44
Test Statisticsa
Cholinesterase
Mann-Whitney U 170.000
Wilcoxon W 576.000
Z -1.317
Dokumentasi
Lampiran 12 : Manuskrip
ABSTRAK
Tujuan Penelitian
Penggunaan pestisida dengan cara yang tepat adalah hal mutlak yang harus dilakukan
karena pestisida dapat menyebabkan keracunan. Menurut data dari WHO (World
Health Organization) pada tahun 2009 memperkirakan bahwa 300.000 orang
meninggal setiap tahun karena keracunan pestisida. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan tingkat pendidikan, tindakan penyemprotan, cara
penyimpanan pestisida dan waktu penyemprotan pestisida dengan aktivitas enzim
cholinesterase pada petani sayur di Alahan Panjang Kabupaten Solok tahun 2018.
Metode
Penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif. Populasi terdiri dari 80 orang
dan sampel sebanyak 44 responden dengan teknik accidental sampling. Sampel
darah diambil untuk dilakukan pemeriksaan di Laboratorium dengan menggunakan
alat spektrofotometer.
Hasil
Berdasarkan hasil penelitian, aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur
diperoleh hasil rata-rata responden memiliki kadar enzim cholinesterase sebanyak
8285,7025 U/L, dengan kadar enzim cholinesterase terendah 3561,10 U/L dan
tertinggi 14624,75 U/L. . Hasil penelitian ini adalah ada yang berhubungan antara
tindakan penyemprotan p value (p=0,033), dan waktu penyemprotan pestisida p
value (p=0,048) dengan cholinesterase, tidak ada hubungan antara tingkat
pendidikan p value (p=0,121), cara penyimpanan pestisida p value (p=0,188) dengan
cholinesterase.
Kesimpulan
Adanya hubungan antara tindakan penyemprotan dan waktu penyemprotan pestisida
dengan aktivitas enzim cholinesterase. Upaya yang perlu dilakukan petani adalah
memperhatikan tindakan dalam pengelolaan yaitu penyimpanan pestisida, cara
pencampuran pestisida, dan waktu penyemprotan pestisida.
Objectives
The use of pesticides in the right way is an absolute thing to do because pesticides
can cause poisoning. According to data from the WHO (World Health Organization)
in 2009 estimated that 300,000 people die every year due to pesticide poisoning. This
study aims to analyze the relationship of education level, protection action, storage
methode pesticide and spraying time of pesticides with cholinesterse enzyme activity
in vegetable farmers in Alahan Panjang Solok District 2018.
Method
The research used quantitative design. The population consist of 80 peoples and
sample of 44 respondents with accidental sampling technique. Blood samples are
taken for examination in the laboratory using a spectrophotometer.
Result
Based on the results of the study, the average cholinesterase enzyme activity in
vegetable farmers levels 8285.7025 U / L, with the lowest cholinesterase enzyme
levels 3561.10 U / L and the highest 14624.75 U / L. The results of this study there
are relationship to protection action p value (p = 0.033), and spraying time of
pesticide p value (p = 0.048) with cholinesterase, no relationship between education
level p value (p = 0.121), storage methode pesticide p value (p = 0.850) with
cholinesterase.
Conclusion
There are relationship between the protection action and the spraying time pesticides
with cholinesterase enzyme activity. Efforts need to do is pay attention to the actions
of farmers in the management of that storage of pesticides, how mixing pesticides,
and pesticide spraying time.
Metode
Penelitian menggunakan desain penelitian kuantitatif. Populasi terdiri dari 80
orang dan sampel sebanyak 44 responden dengan teknik accidental sampling.
Sampel darah diambil untuk dilakukan pemeriksaan di Laboratorium dengan
menggunakan alat spektrofotometer. Penelitian di lakukan dari bulan Agustus 2018
hingga Maret 2019. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder.
Analisis data dalam penelitian ini adalah analisis univariat dan analisis bivariat.
Hasil
Berdasarkan tabel 1, menggambarkan rata-rata responden memiliki kadar
enzim cholinesterase sebanyak 8285,7025 U/L, dengan kadar enzim cholinesterase
terendah 3561,1 U/L dan tertinggi 14624,75 U/L.Dari 44 responden terdapat 4
responden yang memiliki kadar cholinesterase yang tidak normal yaitu sampel 13
(11679,25 U/L), sampel 15 (14624,75 U/L), sampel 18 (11692,95 U/L) dan sampel
27 (3561,10 U/L).
Tabel 2 menjelaskan bahwa sebagian besar responden berjenis kelamin laki-
laki (61,4%) dan sebagian kecil responden berjenis kelamin perempuan (38,6%).
Tabel 3 menunjukkan tingkat pendidikan responden seimbang dan sama
banyak antara pendidikan rendah dan pendidikan tinggi (50%).
Tabel 4 diketahui bahwasanya lebih dari setengah responden yang memiliki
tindakan penyemprotan yang kurang baik (61,4%).
Tabel 5 diketahui bahwasanya lebih dari separuh responden yang memiliki
cara penyimpanan pestisida yang kurang baik (63,6%).
Tabel 6 diketahui bahwasanya lebih dari separuh responden melakukan
waktu penyemprotan yang kurang baik (59,1%). Artinya adalah waktu penyemprotan
petani sayur yang tidak dijadwalkan dari pukul 08:00-11:00 dan pukul 15:00-18:00.
Tabel 7 diketahui bahwa pada kelompok pendidikan rendah memiliki nilai
rata-rata 25,50 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok pendidikan tinggi yaitu
19.50. Hasil uji statistik didapatkan p value >0,05 (p=0,121) hal ini berarti tidak
terdapat hubungan antara tingkat pendidikan dengan aktivitas enzim cholinesterase.
Tabel 8 diketahui bahwa pada kelompok tindakan penyemprotan kurang baik
nilai rata-ratanya 25,78 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok tindakan
penyemprotan baik yaitu 17,29. Hasil uji statistik didapatkan p value <0,05
(p=0,033) hal ini berarti terdapat hubungan antara tindakan penyemprotan dengan
aktivitas enzim cholinesterase.
Tabel 9 diketahui bahwa pada kelompok cara penyimpanan pestisida kurang
baik nilai rata-ratanya 20,57 lebih rendah dari pada nilai rata-rata kelompok cara
penyimpanan pestisida “baik” yaitu 25,88. Hasil uji statistik didapatkan p value
>0,05 (p=0,188) hal ini berarti tidak terdapat hubungan antara cara penyimpanan
pestisida dengan aktivitas enzim cholinesterase.
Tabel 10 diketahui bahwa pada kelompok waktu penyemprotan pestisida
kurang baik nilai rata-ratanya 25,69 lebih tinggi dari pada nilai rata-rata kelompok
waktu penyemprotan pestisida baik yaitu 17,89. Hasil uji statistik didapatkan p
value <0,05 (p=0,048) hal ini berarti terdapat hubungan antara waktu penyemprotan
pestisida dengan aktivitas enzim cholinesterase
Pembahasan
Tingkat
Pendidikan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan diketahui bahwa responden
berpendidikan rendah adalah 22 orang (50%) dan responden berpendidikan tinggi
berjumlah 22 orang (50%) serta rincian variasi tingkat pendidikan responden adalah
diploma berjumlah 8 orang (18,2%) , SMA berjumlah 14 orang (31,8%) , SMP
berjumlah 11orang (25,0%) , SD berjumlah 8 orang (18,2%) dan tidak sekolah
berjumlah 3 orang (6,8%).
Tingkat pendidikan dapat menambah pengetahuan mengenai pestisida.(17)
Peluang terjadinya keracunan dilihat dari tingkat pendidikan seseorang. Semakin
tinggi tingkat pendidikan seseorang maka akan semakin kecil peluang terjadinya
keracunan dikakarenakan pengetahuan mengenai racun serta cara penggunaan dan
penanganan racun yang aman dan tepat sasaran maka kejadian keracunan pun akan
dapat dihindari. Kejadian keracunan pada tingkat pendidikan rendah cendrung lebih
tinggi dibandingkan tingkat pendidikan tinggi. Hal itu dikarenakan pengetahuan
seseorang akan lebih meningkat ketika pendidikan yang didudukinya lebih tinggi
sehingga untuk menerima informasi dan menyerap informasi lebih cepat dan tepat
dibanding seseorang yang berpendidikan rendah.
Tindakan Penyemprotan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan lebih dari setengah responden
yang memiliki tindakan penyemprotan yang kurang baik (61,4%). Tindakan
penyemprotan kurang baik yang paling banyak yaitu lebih dari setengah respoden
tidak menggunakan pestisida yang memperoleh izin dari Mentri Pertanian (61,4%)
dan hampir setengah responden tidak melakukan waktu penyemprotan sesuai dengan
label kemasan pestisida (38,6). Tindakan yang kurang baik akan menghasilkan
pengaruh terhadap paparan pestisida yaitu bisa menjadi keracunan. Ketidakmampuan
responden atau petani dalam bertindak sesuai pengetahuan dan sikap terhadap
tindakan yang dilakukan akan berdampak terhadap kedepannya.
Tindakan penyemprotan yang dimaksud adalah tindakan responden terhadap
wujud praktik dari sikap seorang petani dalam penggunaan pestisida seperti tindakan
dalam penggunaan alat pelindung diri pada saat petani melakukan kegiatan
penyemprotan, penyimpanan pestisida pada tempat yang aman, cara pencampuran
pestisida yang baik dan benar, penangan ketika terjadi keracunan akibat pestisida,
serta tindakan pada saat petani melakukan kegiatan penyemprotan pada tanaman
sayur.
Tindakan penyemprotan petani yang kurang baik akan menjadi masalah
untuk kesehatan petani kedepannya. Tindakan petani yang kurang baik berakibat
akan terjadinya tingkat keracunan pada petani di kemudian hari sehingga dibutuhkan
tindakan yang baik dari petani dalam pengelolaan penyemprotan pestisida yang
berakibat keracunan bisa lebih diatasi.
Cara PenyimpananPestisida
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwasanya lebih dari setengah
responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang kurang baik (63,6%).
Penyimpanan pestisida yang kurang baik terdiri dari bahwasanya responden tidak
menggunakan pasir atau serbuk untuk menyerap pestisida yang tumpah (81,8%) dan
tempat penyimpanan pestisida yang tidak diberikan label bahaya (65,9%) Cara
penyimpanan pestisida yang kurang baik berpengaruh terhadap paparan pestisida
terhadap tubuh dari petani yang menggunakannya sehingga menimbulkan keracunan.
Akibatnnya penyimpanan pestisida yang kurang baik menyebabkan
keracunan akibat pestisida sangatlah mungkin terjadi karena apabila pestisida yang
dipakai tidak menggunakan wadah aslinya maka akan bersiko terjadinya keracunan.
Pada proses pembelian, penyimpanan sampai dengan pencampuran dan
penyemprotan perlu penanganan yang benar.(18) Kriteria penyimpanan yang baik
terdiri dari pestisida pestisida diletakkan dalam ruangan dengan ventilasi cukup,
tempat penyimpanan pestisida disediakan pasir atau serbuk untuk menyerap
pestisida yang tumpah, ruangan penyimpanan pestisida terkunci dan tidak mudah
dijangkau oleh anak-anak dan pestisida harus diberi tanda peringatan bahaya agar
tidak disentuh oleh orang yang tidak memakai alat pelindung iri yang baik dan benar.
Kesimpulan
Berdasarkan penelitian hubungan tingkat pendidikan, tindakan
penyemprotan, cara penyimpanan pestisida dan waktu penyemprotan pestisida
dengan aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur di nagar Alahan Panjang
Kabupaten Solok tahun 2018 dapat disimpulkan sebagai berikut:
10. Aktivitas enzim cholinesterase pada petani sayur diperoleh hasil rata-rata
responden memiliki kadar enzim cholinesterase sebanyak 8285,7025 U/L,
dengan kadar enzim cholinesterase terendah 3561,10 U/L dan tertinggi
14624,75 U/L.
11. Tingkat pendidikan reponden sebanding atau sama besar antara rendah dan
tinggi (50%) yaitu jumlah Diploma dan SMA berjumlah 22 orang lalu SMP,
SD dan tidak sekolah berjumlah 22 orang.
12. Lebih dari setengah responden memiliki tindakan penyemprotan yang kurang
baik (61,4%)
13. Lebih dari setengah responden yang memiliki cara penyimpanan pestisida yang
kurang baik (63,6%) yaitu tidak terpenuhinya 75% standar cara penyimpanan
pestisida yang ditentukan.
14. Lebih dari setengah responden melakukan waktu penyemprotan yang kurang
baik (59,1%) dikarenakan waktu penyemprotan petani sayur yang tidak
dijadwalkan semestinya yaitu dari pukul 08:00-11:00 dan pukul 15:00-18:00.
15. Tidak terdapat hubungan antara Tingkat Pendidikan dengan Aktivitas Enzim
Cholinesterase pada petani sayur (p value = 0,121)
16. Adanya hubungan antara Tindakan Penyemprotan dengan Aktivitas Enzim
Cholinesterase pada petani sayur (p value = 0,033)
17. Tidak terdapat hubungan antara Cara Penyimpanan Pestisida dengan Aktivitas
Enzim Cholinesterase pada petani sayur (p value = 0,188)
18. Adanya hubungan antara Waktu Penyemprotan Pestisida dengan Aktivitas
Enzim Cholinesterase pada petani sayur (p value = 0,048)
Penghargaan
Studi ini merupakan bagian dari skripsi TA. Ucapan terimakasih disampaikan
kepada Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, kepada dosen
pembimbing dan penguji skripsi, kepada seluruh dosen dan staf akademik Fakultas
Kesehatan Masyarakat Universitas Andalas, dan kepada petani sayur di Alahan
Panjang Kabupaten Solok yang turut berpartisipasi dan membantu dalam penelitian
ini.
DAFTAR PUSTAKA