PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infrastruktur Rumah Sakit merupakan sistem fisik yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup Rumah Sakit.
Fisik rumah sakit merupakan satu hal yang sangat penting bagi sebuah
rumah sakit. Bidang fisik termasuk bangunan, performansi ruang, tata
landscape dan infrastruktur pendukung mulai didekati dengan indikator
kenyamanan, keindahan, serta keberpihakan pada lingkungan yang
kesemuanya membangun citra layanan kesehatan di kelasnya. Bangunan
yang indah, fungsional, efisien, dan bersih memberikan kesan yang positif
bagi seluruh pengguna rumah sakit (MAP Organiser, 2009).
Rancangan fisik sebuah rumah sakit tanpa pertimbangan matang
tentang pihak-pihak yang nantinya beraktivitas di dalamnya akan
menghasilkan tempat kerja yang tidak berfungsi maksimal / disfungsional
(Lu dan Hignett, 2013). Sebuah pemikiran ulang tentang desain rumah
sakit dan proses kerja diperkirakan berpotensi mempengaruhi efisiensi dan
efektivitas pemberian perawatan di masa mendatang. Perubahan yang
berani di lingkungan kerja rumah sakit penting untuk menjamin
keberlanjutan dan keterjangkauan rumah sakit sebagai bagian dari sistem
pelayanan kesehatan. Penelitian terkini menunjukkan bahwa dua unsur
yang saling terkait yakni proses kerja tenaga medis dan lingkungan fisik
rumah sakit ikut berperan dalam efisiensi dan keamanan perawatan pasien
(Hendrich, Chow, Skierczynski, Lu, 2012).
Di RSU Citra BMC Padang memiliki infrastruktur rumah sakit
belum memadai karena berdasarkan pengkajian sistem internal didapatkan
bahwa kecepatan akses internet yang lambat mengganggu kenyamanan
dan sering menjadi keluhan pasien, online based system belum
dioperasionalkan, terbatasnya lahan parkir bagi karyawan dan pengunjung
dirumah sakit, fasilitas perbelanjaan belum tersedia di rumah sakit dan
jumlah teknisi alat medis dan non medis yang sesuai kualifikasi
pendidikan di rumah sakit hanya 2 orang. Dalam upaya meningkatkan
infrastruktur rumah sakit diharapkan kepemimpinan strategis yang harus
dilakukan adalah menyediakan fasilitas pendukung di RS dalam
meningkatkan kenyamanan pasien dan keluarga pasien.
Dilihat dari fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat
manajemen Infrastruktur di RSU Citra BMC Padang untuk di jadikan mini
project.
B. Tujuan
1. Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan Infrastruktur di RSU Citra BMC Padang
2. Tujuan Khusus :
a. Memberikan kemudahan pelayanan maupun penunjang pemberian
akses bagi pasien.
b. Mendukung kebutuhan dan preferensi pasien dan penyedia rumah
sakit secara bersama
c. Mempengaruhi pilihan, harapan, kepuasan serta perilaku pasien
d. Menunjang kinerja yang mencakup fasilitas kesehatan, keamanan
dan pelayanan optimal kepada pengguna rumah sakit
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENGKAJIAN
1. Rumah Sakit Citra BMC didirikan diatas lahan seluas 4036 m2 yang
terdiri dari Blok A,B,C,D dan E serta luas bangunan seluas 9412,5 m3.
Blok A berdiri sebuah gedung lama sebagai gedung pertama yang di
bangun pada tahun 1988 kemudian sesuai dengan perkembangannya
menyusul dibangun gedung berikutnya. Pada akhir September 2009 terjadi
bencana besar gempa bumi yang sangat banyak menghancurkan infra
struktur di kota Padang, tidak terkecuali salah satu bangunan gedung
(gedung A) yang termasuk rusak berat dan terpaksa harus di rubuhkan.
Renovasi pasca gempa yang memakan waktu hampir satu tahun
mengakibatkan kegiatan operasional rumah sakit juga dihentikan. Pada
tanggal 8 Mei 2010 rumah sakit BMC resmi beroperasional kembali
dengan jumlah tempat tidur yang masih sangat terbatas (20 tempat tidur).
Atas kesepakatan bersama maka nama rumah sakit pun di rubah menjadi
RSU Citra BMC (C-BMC) yang disepakati pada rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa (RPUS LB) tanggal 7 Mei 2010.
Kesimpulan:
Jumlah tenaga keperawatan di RSU C-BMC adalah 40% dari seluruh
karyawan RS. Sebanyak 39% perawat merupakan seorang ners generalis
dan 61% merupakan perawat vokasional dengan tingkat pendidikan DIII
Keperawatan.
Fasilitas Pelayanan
c. Pelayanan Penunjang :
Laboratorium Patologi Klinik
X-Ray
CT Scan
USG
Kamar Bedah
Hemodialisa
Endoskopi
ECG
Echocardigrafi
Treadmill
EEG
TUR
Laparoskopi
Konsultasi Gizi
Farmasi
Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
Model Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional
Adanya uraian tugas yang jelas untuk semua bagian keperawatan
SOP (standar operasional prosedur) dan SAK (standar asuhan
keperawatan) belum 100 % dilaksanakan walaupun sudah di
sosialisasikan
Metode pemberian atau penugasan dalam pemberian Asuhan
Keperawatan yaitu secara tim. Standar Operasional Prosedure
menggunakan SOP Manajemen Asuhan Keperawatan dan SOP
Manajemen Pelayanan Keperawatan.
Pada penggantian shift antara shift pagi, siang dan malam
dilakukan timbang terima
Adanya superfisi pada pagi dan siang hari, tetapi malam hari jarang
dilakukan
Adanya uraian tugas perawat secara jelas dalam melakukan
superfisi keperawatan
Adanya penanggung jawab yang ditugaskan untuk piket di sore
hari kerja. (Kepala Ruangan digilir setiap hari termasuk hari libur)
Pendokumentasian
Pendokumentasian keperawatan di Rumah Sakit Citra BMC
Padang sudah 100 % dilakukan
Pembiayaan
Sumber biaya Rumah Sakit Umum Citra BMC Padang dari pemasukan
RS
BAB III
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN
1. Ucapkan salam
2. Perkenalkan diri dengan ramah dan sopan (sebut nama dan dari
unit mana)
3. Pastikan identitas pasien (lihat gelang identitas)
4. Sampaikan maksud dan tujuan
5. Berikan edukasi kepada pasien dan atau keluarga
6. Lakukan evaluasi respon pasien dan atau keluarga terhadap
edukasi yang telah diberikan
7. Berikan liflet edukasi resiko pasien jatuh pada pasien atau
keluarga
8. Minta tandatangan pada pasien atau keluarga sebagai bukti telah
dilakukan edukasi pada lembar informasi (RM 7C)
9. Ucapkan terimakasih dan salam
d. Pengelolaan pasien resiko jatuh
C. Fungsi Actuating
Tindakan Actuating di RSUD Abdul Manap di bagi empat tahap yaitu :
1. Tindakan motivating.
Memberi semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga timbul
kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja sepenuh semangat
sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pengembangan diri, melalui pendidikan, pelatihan dan desiminasi ilmu
3. Pengarahan ( directing atau commanding)
Yang dilakukan dengan memberikan saran atau instruksi perawat dalam
melaksanakan tugas harus jelasagar terlaksana dan terarah dengan baik
kepada tujuan yang telah ditetapkan.
4. Komunikasi secara efektif
Komunikasi kepada semua staff di lingkup rumah sakit ruang bedah
RSUD Abdul Manap kota Jambi.
a. Dilakukan komunikasi antar staf pada saat pergantian siff dalam
manajemen pasient safty.
b. Dilakukan komunikasi pada seluruh pegawai yang ada di ruang bedah
dari clening serfis, ADM, Satpras,sekurity dan lain-lain
D. Fungsi Controling
Melakukan suverpisi untuk melihat yang telah ditentukan sebelumnya, untuk
mengoreksi kesesuan antara standar dan kinerja sebenarnya.
a. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
1. Pelaporan
Penanggung jawab kegiatan melaporkan hasil kegiatan setiap bulan
kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS), kemudian tim
KPRS melaporkan kegiatan setiap trimester ( tiga bulan sekali) kepada
direktur Rumah Sakit RSUD Abdul Manap Kota Jambi.
2. Evaluasi
Evaluasi kegiatan dan kebijakan dilaksanakan setiap 1 tahun sekali
dan dilaporkan kepada Direktur
b. Sasaran Capaian Kegiatan
2. Pasien yang di rawat di Rumah Sakit RSUD Abdul Manap Kota Jambi
dilakukan screening resiko pasien jatuh
3. Pasien yang di rawat di Rumah Sakit Rumah Sakit RSUD Abdul
Manap Kota Jambi diberikan KIE tentang resiko jatuh
4. Angka cidera dan kecacatan tidak ada
5. Petugas melaksanakan Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang
resiko pasien jatuh.
c. Sasaran pelaksana
1. Pasien dan keluarga yang di rawat di Rumah Sakit RSUD Abdul
Manap Kota Jambi
2. Karyawan Rumah Sakit RSUD Abdul Manap Kota Jambi
3. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) Rumah Sakit RSUD
Abdul Manap Kota Jambi.
B. Kesimpulan
Rumah Sakit wajib melakukan penanganan pasien resiko jatuh yang dapat dimulai dari
pengkajian di awal pasien masuk maupun pengkajian ulang secara berkala, termasuk
resiko potensial yang berhubungan dengan jadwal pemberian obat serta mengambil
tindakan untuk mengurangi semua resiko yang telah diidentifikasikan tersebut.
Manajemen resiko pasien jatuh ini dapat dilaksanakan sejak pasien mendaftar hingga
pasien pulang.
C. Saran
Diharapakan untuk mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan fieltrip di Rumah Sakit
H Abdul Manap Jambi bisa melakukan pengkajian data dan wawancara lebih mendalam lagi
sehingga data yang didapatkan lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA
Rumah Sakit Islam Unisma Malang. Laporan Tahunan Rumah Sakit Islam Unisma Malang
Tahun 2010. Malang: Rumah Sakit Islam Unisma Malang; 2014.
Rumah Sakit Islam Unisma Malang. Laporan Tahunan Rumah Sakit Islam Unisma Malang
Tahun 2011. Malang: Rumah Sakit Islam Unisma Malang; 2012.
Rumah Sakit Islam Unisma Malang. Laporan Tahunan Rumah Sakit Islam Unisma Malang
Tahun 2012. Malang: Rumah Sakit Islam Unisma Malang; 2015.
Barnett K. Reducing Patient Falls. January 2001-March 2002. Dewsbury, England: Mid
Yorkshire Hospitals NHS Trust; 2008.
Miake-Lye IM Hempel S Ganz DA, and Shekelle PG. Inpatient Fall Prevention Programs
as a Patient Safety Strategy: A Systematic Review. Annals of Internal Medicine. 2013;
158(5 ); 390-396.
Oliver D, Daly F, Martin FC, and McMurdo ME. Risk Factors and Risk Assessment Tools
for Falls in Hospital In-Patients: A Systematic Review. Age and Ageing. 2004; 33(2):
122-130.
II. Tujuan 1. Memastikan identitas pasien resiko jatuh dengan benar selama
pasien dirawat
2. Mencegah insiden pasien jatuh selama dirawat
III. Kebijakan
IV. Prosedur A. Persiapan alat
1. Gelang identifikasi pasien resiko jatuh
2. Rekam medic pasien
3. Pengkajian resiko jatuh
B. Pelaksanaan
1. Siapkan gelang identifikasi pada pasien, pemasang gelang
dilakukan di IGD,oleh perawat IGD/poli rawat jalan
2. Mengucapkan salam
“selamat pagi/siang/malam bapak/ibu”
3. Sebutkan nama dan peran anda
“ Saya suster (sebutkan Nama), saya perawat penanggung
jawab diruangan ini.
4. Jelaskan maksud dan tujuan pemasangan gelang
5. Identifikasi resiko jatuh pada pasien
“ Bapak/ibu sesuai prosedur keselamatan pasien, saya akan
memasang gelang identifikasi bapak/ibu yang menandakan
bapak/ibu beresiko jatuh, dan perawat yang akan merawat
bapak/ibu nanti mengetahui bahwa bapak/ibu beresiko
jatuh dan dapat lebih waspada dalam memberikan
pelayanan yang sesuai dengan keterbatasan mobilisasi
bapak/ibu sehingga dapat mencegah jatuh selama di rawat
di RS “. Petugas meminta pasien untuk menyebut nama,
medical record dan tanggal lahir sebelum melakukan
prosedur dengan pertanyaan terbuka, contoh: nama
bapak/ibu siapa?” tolong sebutkan tanggal lahir bapak?.
Perawat IGD/poli rawat inap menuliskan Medical Record.
6. Pasangkan gelang identifikasi pada pergelangan tangan
pasien
7. Informasikan kepada pasien/keluarga pasien, bahwa gelang
identifikasi ini harus selalu dipakai hingga pasien tidak
untuk jatuh.
“Bapak/ibu, mohon agar gelang identifikasi resiko jatuh ini
jangan dilepaskan selama masih dalam perawatan dirumah
sakit ini sampai kondisi membaik dan tidak beresiko untuk
jatuh”
8. Ucapan terimakasih dan sampaikan salam
9. Dokumentasikan pemasangan gelang beresiko pada catatan
keperawatan
10. Hal-hal yang perlu disampaikan
a. Pemasanagan gelang tidak boleh terlalu kencang
b. Gelang dilepas apabila pasien sudah tidak beresiko jatuh
V. Unit terkait Instalasi Perawat Intensif
Rawat inap
Rawat jalan
IGD