Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infrastruktur Rumah Sakit merupakan sistem fisik yang dibutuhkan
untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dalam lingkup Rumah Sakit.
Fisik rumah sakit merupakan satu hal yang sangat penting bagi sebuah
rumah sakit. Bidang fisik termasuk bangunan, performansi ruang, tata
landscape dan infrastruktur pendukung mulai didekati dengan indikator
kenyamanan, keindahan, serta keberpihakan pada lingkungan yang
kesemuanya membangun citra layanan kesehatan di kelasnya. Bangunan
yang indah, fungsional, efisien, dan bersih memberikan kesan yang positif
bagi seluruh pengguna rumah sakit (MAP Organiser, 2009).
Rancangan fisik sebuah rumah sakit tanpa pertimbangan matang
tentang pihak-pihak yang nantinya beraktivitas di dalamnya akan
menghasilkan tempat kerja yang tidak berfungsi maksimal / disfungsional
(Lu dan Hignett, 2013). Sebuah pemikiran ulang tentang desain rumah
sakit dan proses kerja diperkirakan berpotensi mempengaruhi efisiensi dan
efektivitas pemberian perawatan di masa mendatang. Perubahan yang
berani di lingkungan kerja rumah sakit penting untuk menjamin
keberlanjutan dan keterjangkauan rumah sakit sebagai bagian dari sistem
pelayanan kesehatan. Penelitian terkini menunjukkan bahwa dua unsur
yang saling terkait yakni proses kerja tenaga medis dan lingkungan fisik
rumah sakit ikut berperan dalam efisiensi dan keamanan perawatan pasien
(Hendrich, Chow, Skierczynski, Lu, 2012).
Di RSU Citra BMC Padang memiliki infrastruktur rumah sakit
belum memadai karena berdasarkan pengkajian sistem internal didapatkan
bahwa kecepatan akses internet yang lambat mengganggu kenyamanan
dan sering menjadi keluhan pasien, online based system belum
dioperasionalkan, terbatasnya lahan parkir bagi karyawan dan pengunjung
dirumah sakit, fasilitas perbelanjaan belum tersedia di rumah sakit dan
jumlah teknisi alat medis dan non medis yang sesuai kualifikasi
pendidikan di rumah sakit hanya 2 orang. Dalam upaya meningkatkan
infrastruktur rumah sakit diharapkan kepemimpinan strategis yang harus
dilakukan adalah menyediakan fasilitas pendukung di RS dalam
meningkatkan kenyamanan pasien dan keluarga pasien.
Dilihat dari fenomena diatas maka peneliti tertarik untuk mengangkat
manajemen Infrastruktur di RSU Citra BMC Padang untuk di jadikan mini
project.

B. Tujuan
1. Umum :
Meningkatkan mutu pelayanan Infrastruktur di RSU Citra BMC Padang
2. Tujuan Khusus :
a. Memberikan kemudahan pelayanan maupun penunjang pemberian
akses bagi pasien.
b. Mendukung kebutuhan dan preferensi pasien dan penyedia rumah
sakit secara bersama
c. Mempengaruhi pilihan, harapan, kepuasan serta perilaku pasien
d. Menunjang kinerja yang mencakup fasilitas kesehatan, keamanan
dan pelayanan optimal kepada pengguna rumah sakit
BAB II
GAMBARAN UMUM DAN HASIL PENGKAJIAN

A. Gambaran Umum Rumah Sakit

1. Rumah Sakit Citra BMC didirikan diatas lahan seluas 4036 m2 yang
terdiri dari Blok A,B,C,D dan E serta luas bangunan seluas 9412,5 m3.
Blok A berdiri sebuah gedung lama sebagai gedung  pertama yang di
bangun  pada tahun 1988 kemudian sesuai dengan perkembangannya
menyusul dibangun gedung berikutnya. Pada akhir September 2009 terjadi
bencana besar gempa bumi yang sangat banyak menghancurkan infra
struktur di kota Padang, tidak terkecuali salah satu bangunan gedung
(gedung A) yang termasuk rusak berat dan terpaksa harus di rubuhkan.
Renovasi pasca gempa yang memakan waktu hampir satu tahun
mengakibatkan kegiatan operasional rumah sakit juga dihentikan. Pada
tanggal 8 Mei 2010 rumah sakit BMC resmi beroperasional kembali
dengan jumlah tempat tidur yang masih sangat terbatas (20 tempat tidur).
Atas kesepakatan bersama maka nama rumah sakit pun di rubah menjadi
RSU Citra BMC (C-BMC) yang disepakati pada rapat Umum Pemegang
Saham Luar Biasa (RPUS LB) tanggal 7 Mei 2010.

B. LANGKAH – LANGKAH PERUMUSAN


1. Visi
Menjadi rumah sakit terdepan di Sumatera Barat dengan Layanan
Paripurna yang berkualitas pada tahun 2019
2. Misi
1) Memberikan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan berorientasi
kepada kepuasan pelanggan.
2) Meningkatkan skills dan kompetensi SDM yang professional
3) Mengembangkan inovasi di bidang teknologi kesehatan
4) Menjadi rumah sakit yang tumbuh dan berkembang secara
berkesinambungan dan memberikan kesejahteraan bagi Stakeholder
terkait.
5) Pertumbuhan yang berkelanjutan dan kesuksesan di bidang finansial
adalah sangat ditentukan oleh konsistensi dalam hal nilai-nilai kerja
sama dengan partner kerja kita.

3. Ketenagaan (N = 403 orang)


Ketenagaan Jumlah Persentase
Tenaga Medis: 65 orang 16%
Dokter Umum 14 orang
Dokter Spesialis 48 orang
Dokter Gigi 2 orang
Dokter Gigi Spesialis 1 orang

Tenaga Keperawatan: 165 orang 40%


Perawat Spesialis 0 orang
Ners Generalis 65 orang 39%
Perawat Vokasional 100 orang 61%

Tenaga Paramedis Non 53 orang


Keperawatan 120 orang
Tenaga Non Medis

Kesimpulan:
Jumlah tenaga keperawatan di RSU C-BMC adalah 40% dari seluruh
karyawan RS. Sebanyak 39% perawat merupakan seorang ners generalis
dan 61% merupakan perawat vokasional dengan tingkat pendidikan DIII
Keperawatan.

4. Kegiatan Pelayanan Kesehatan


Pelayanan kesehatan meliputi pelayanan instalasi Rawat Jalan, Instalasi
Rawat Inap, Instalasi gawat Darurat dan Instalasi Penunjang Pelayanan

Fasilitas Pelayanan

a. Instalasi Rawat Jalan :


 Poliklinik Anak
 Poliklinik Bedah
 Poliklinik Kebidanan dan Kandungan
 Poliklinik Penyakit Dalam
 Poliklinik Gigi dan Mulut
 Poliklinik Syaraf
 Poliklinik THT
 Poliklinik Mata
 Poliklinik Paru
 Poliklinik Kulit dan Kelamin
 Poliklinik Jantung
 Poliklinik Bedah Tulang
 Poliklinik Fisioterapi
 Poliklinik Bedah Pencernaan
 Poliklinik Bedah Urologi
 Poliklinik Bedah Syaraf
 Poliklinik Bedah Mulut
 Poliklinik Orthodentist
 Poliklinik Ahli Gizi
 Morula IVF (Bayi Tabung)
b. Perawatan Rawat Inap:
 Ruang Perawatan Kelas III Pria
 Ruang Perawatan Kelas III Wanita
 Ruang Perawatan Kelas II Pria
 Ruang Perawatan Kelas II Wanita
 Ruang Perawatan Kelas I Pria
 Ruang Perawatan Kelas I Wanita
 Ruang Perawatan Ibu dan Anak
 VIP
 VIP Suite
 Presiden Suite
 HCU
 ICU
 NICU
Total keseluruhan terdapat 126 Tempat Tidur.

c. Pelayanan Penunjang :
 Laboratorium Patologi Klinik
 X-Ray
 CT Scan
 USG
 Kamar Bedah
 Hemodialisa
 Endoskopi
 ECG
 Echocardigrafi
 Treadmill
 EEG
 TUR
 Laparoskopi
 Konsultasi Gizi
 Farmasi
Metode Pemberian Asuhan Keperawatan
 Model Pemberian Asuhan Keperawatan Fungsional
 Adanya uraian tugas yang jelas untuk semua bagian keperawatan
 SOP (standar operasional prosedur) dan SAK (standar asuhan
keperawatan) belum 100 % dilaksanakan walaupun sudah di
sosialisasikan
 Metode pemberian atau penugasan dalam pemberian Asuhan
Keperawatan yaitu secara tim. Standar Operasional Prosedure
menggunakan SOP Manajemen Asuhan Keperawatan dan SOP
Manajemen Pelayanan Keperawatan.
 Pada penggantian shift antara shift pagi, siang dan malam
dilakukan timbang terima
 Adanya superfisi pada pagi dan siang hari, tetapi malam hari jarang
dilakukan
 Adanya uraian tugas perawat secara jelas dalam melakukan
superfisi keperawatan
 Adanya penanggung jawab yang ditugaskan untuk piket di sore
hari kerja. (Kepala Ruangan digilir setiap hari termasuk hari libur)
Pendokumentasian
Pendokumentasian keperawatan di Rumah Sakit Citra BMC
Padang sudah 100 % dilakukan
Pembiayaan
Sumber biaya Rumah Sakit Umum Citra BMC Padang dari pemasukan
RS
BAB III
PELAKSANAAN DAN PEMBAHASAN

Hasil analisis pengkajian serta rencana penyelesaian masalah manajemen


pelayanan keperawatan di rumah sakit RSUD H. Abdul Manap Jambi. Masih
adanya beberapa indikator pelayanan keperawatan yang belum tercapai target
salah satunyan pada indikator pasien safty, pada point manajemen resiko pasien
jatuh yang hanya tercapai 61,11% yang seharusnya capaian 100%
Untuk mengatasi hal tersebut maka mahasiswa melakukan beberapa rencana
kegiatan antara lain :
A. Planning
Membuat perencanaan kegiatan pokok dan rincian kegiatan di rung bangsal
bedah RSUD Abdul Manap Jambi.
1. Evaluasi kebijakan keselamatan pasien rumah sakit (KPRS) tentang
pasien jatuh.
2. Menyusun Standar Prosedur Operasional (SPO) dan kebijakan, sebagai
berikut:
a. Screening pasien resiko jatuh
1) Ucapkan salam
2) Perkenalkan diri dengan ramah dan sopan (sebut nama dan dari
unit mana)
3) Pastikan identitas pasien (lihat gelang identitas)
4) Petugas menyampaikan maksud dan tujuan
5) Melakukan screening
 Anak-anak (<18) tahun menggunakan Humpty Dumpy scale
(form terlampir)
 Dewasa ( ≥18-<60 tahun) menggunakan Morse Fall
Scale/MFS (form terlampir)
 Orang tua( ≥ 60 tahun) menggunakan cecklist Pengkajian
Jatuh Usia Lanjut (form terlampir)
6) Petugas mencatat hasil skor dan kesimpulan tingkat resiko di
format screening serta menandatangani
7) Ucapkan terimakasih dan salam
8) Petugas menindak lanjuti hasil screening
b. Pemasangan gelang identitas resiko jatuh
1. Persiapan
Isi dan cetak gelang resiko jatuh berwarna kuning ( nama,
tanggal lahir, nomor rekam medis, dan tingkat resiko jatuh)
sesuai berkas rekam medis pasien
2. Pelaksanaan
1) Ucapkan salam
2) Perkenalkan diri dengan ramah dan sopan (sebut nama dan
dari unit mana)
3) Pastikan identitas pasien (lihat gelang identitas)
4) Sampaikan maksud dan tujuan
5) Pasang gelang resiko jatuh berwarna kuning
6) Ucapkan terimakasih dan salam
c. Memberikan edukasi kepada pasien dan keluarga tentang resiko jatuh

1. Ucapkan salam
2. Perkenalkan diri dengan ramah dan sopan (sebut nama dan dari
unit mana)
3. Pastikan identitas pasien (lihat gelang identitas)
4. Sampaikan maksud dan tujuan
5. Berikan edukasi kepada pasien dan atau keluarga
6. Lakukan evaluasi respon pasien dan atau keluarga terhadap
edukasi yang telah diberikan
7. Berikan liflet edukasi resiko pasien jatuh pada pasien atau
keluarga
8. Minta tandatangan pada pasien atau keluarga sebagai bukti telah
dilakukan edukasi pada lembar informasi (RM 7C)
9. Ucapkan terimakasih dan salam
d. Pengelolaan pasien resiko jatuh

1. Pasien Tidak Beresiko Jatuh


a)Merawat pasien sesuai diagnosa penyakit

b) Observasi perubahan dan perilaku pasien


c) Bila ada perubahan kondisi pasien maka dilakukan screening
pasien jatuh
2. Pasien dengan tingkat Resiko Sedang

a) Pastikan pasien memakai gelang resiko jatuh warna kuning


b) Tempatkan pasien di tempat tidur yang ada pengamannya
c) Memberikan penjelasan tentang resiko jatuh kepada pasien
dan atau keluarga
d) Pasien tidak boleh beraktifitas diluar ruangan rawat inap
e) Meminta keluarga menunggui pasien
f) Pasang Restrain bila diperlukan
g) Gunakan penerangan yang cukup pada malam hari ( lampu
tidak boleh di matikan)
h) Bantu pasien dalam pemenuhan kebutuhan dasar pasien
(personal higene, eliminasi dll)
i) Observasi perubahan kondisi dan perilaku pasien, bila terjadi
perubahan lakukan screening ulang resiko jatuh
3. Pasien dengan Tingkat Resiko Jatuh tinggi
a. Pastikan pasien memakai gelang resiko jatuh warna kuning
b. Tempatkan pasien di tempat tidur yang ada pengamannya
c. Memberikan penjelasan tentang resiko jatuh kepada pasien
dan atau keluarga
d. Pasien tidak boleh beraktifitas diluar ruangan rawat inap
e. Keluarga wajib menunggui pasien
f. Pasang Restrain bila diperlukan
g. Gunakan penerangan yang cukup pada malam hari ( lampu
tidak boleh di matikan)
h. Tawarkan bantuan pemenuhan kebutuhan dasar pasien tiap
2 jam (personal higene, eliminasi dll)
i. Observasi perubahan kondisi dan perilaku pasien,
j. lakukan screening ulang resiko jatuh tiap 8 jam/ tiap shift

e. Penanganan pasien jatuh


1. Posisikan pasien pada tempat yang aman
2. Pastikan ABC pasien
3. Bila diperlukan tindakan gawat darurat bawa pasien ke Intalasi
Gawat Darurat
4. Bila tidak ada kegawatan lakukan observasi tanda-tanda vital
5. Laporkan kondisi pasien kepada dokter yang merawat
6. Laporkan insiden pasien jatuh sesuai prosedur KPRS

f. Pelaporan Insiden Kejadian Pasien (Pasien Safety) Pelayanan


Keperawatan
1. Setiap ada insiden, orang yang bersangkutan/mengetahui wajib
langsung melaporkan kepada pimpinan diatasnya (kepala jaga/ kepala
ruang/ koordinator/ perawat pengganti/ kasubag/ kasie/ kepala bidang/
bagian) pada saat kejadian
2. Penerima laporan mengisi ceklist harian dan menulis di format
laporan insiden serta menentukan Grading Risk
3. Laporan insiden diserahkan tim KPRS maksimal 2 x 24 jam
4. Tim KPRS melaporkan kepada direktur setiap tiga (3) bulan sekali

g. Penetapan Kebijakan dan Standar prosedur operasional (SPO)


h. Sosialisasi dan pelatihan Standar prosedur operasional (SPO)
i. Penerapan Standar prosedur operasional (SPO)
j. Pelaporan dan evaluasi
B. Fungsi Organizing
Fungsi manajemen yang mengalami kelemahan dalam program patient
safety di RSUD Abdu Manap Kota Jambi adalah fungsi organizing, di mana
staf unit medis dan penunjang, memiliki beban kerja tinggi yang dirasakan
staf manajemen. Pengorganisasian yang baik akan menempatkan SDM yang
sesuai dengan pekerjaan yang ada dengan beban kerja yang tepat.
Peran tenaga perawat dalam manjemen mutu pasient safty sangatlah
besar, maka perawat dilibatkan dalam pembentukan tim mutu pada pokja
SKP (Sasaran Keselamatan Pasien)atau KPRS (Keselamatan Pasien Rumah
Sakit), sosialisasi, penggalangan komitment, melakukan self assesment
bidang keperawatan, menyusun SPO, dan alur kegiatan keperawatan baik
klinik maupun manajerial.
Melakukan sosialisasi uraian tugas dan tanggung jawab untuk kegiata
peningkatan mutu pada indikator pasient safty pada unit pelayanan klinik
( rawat jalan, rawat inap, laboratorium, kamar operasi dan sebagainya).
Secara umum uraian tugas dan tanggung jawab kegiatan pasient safty ada
pada kasie mutu di RDUD Abdul Manap Kota Jambi yang bertugas
menjamin kesesuaian dan evektifitas kegiatan mutu, termaksud diunit-unit
pelayanan klinik.
Sumber Daya yang terlibat dalam penyelesaian masalah ini adalah
Bidang keperawatan, Karu, Katim, dan perawat pelaksana di ruangan di
ruang bedah RSUD Abdul Manap Kota Jambi. Sarana prasarana yang di
gunakan adalah ruang diklat beserta perlengkapannya .
Cara Melaksanakan Kegiatan
1. Perawat (kepala ruang, perawat palaksana) melakukan screening kepada
semua pasien baru yang di rawat di Rumah Sakit RSUD Abdul Manap
Kota Jambi
2. Bila teridentifikasi pasien mempunyai resiko jatuh maka dilakukan
pemasangan gelang identitas resiko jatuh
3. Pasien dan atau keluarga dengan resiko jatuh diberikan edukasi tentang
resiko jatuh
4. Pasien dengan resiko jatuh diberikan penanganan berdasarkan standar
resiko jatuh sesuai dengan tingkat resikonya.
5. Bil.a terjadi pasien jatuh dilakukan penanganan sesuai standar prosedur
operasional (SPO) Penanganan pasien jatuh
6. Bila terjadi pasien jatuh dilakukan Pelaporan sesuai standar prosedur
operasional (SPO) Pelaporan insiden pasien jatuh
7. Tim KPRS melakukan pelaporan ke direktur per tiga bulan (triwulan)
sekali
8. Tim KPRS melakukan evaluasi setiap tahun dan dilaporkan kepada
direktur untuk mendapat rekomendasi dan tindak lanjut
9. Hasil dari rekomendasi direktur disampaikan oleh tim KPRS kepada
unit keperawatan dan unit penunjang medis

C. Fungsi Actuating
Tindakan Actuating di RSUD Abdul Manap di bagi empat tahap yaitu :
1. Tindakan motivating.
Memberi semangat, motivasi, inspirasi atau dorongan sehingga timbul
kesadaran dan kemauan para petugas untuk bekerja sepenuh semangat
sesuai dengan yang diharapkan.
2. Pengembangan diri, melalui pendidikan, pelatihan dan desiminasi ilmu
3. Pengarahan ( directing atau commanding)
Yang dilakukan dengan memberikan saran atau instruksi perawat dalam
melaksanakan tugas harus jelasagar terlaksana dan terarah dengan baik
kepada tujuan yang telah ditetapkan.
4. Komunikasi secara efektif
Komunikasi kepada semua staff di lingkup rumah sakit ruang bedah
RSUD Abdul Manap kota Jambi.
a. Dilakukan komunikasi antar staf pada saat pergantian siff dalam
manajemen pasient safty.
b. Dilakukan komunikasi pada seluruh pegawai yang ada di ruang bedah
dari clening serfis, ADM, Satpras,sekurity dan lain-lain
D. Fungsi Controling
Melakukan suverpisi untuk melihat yang telah ditentukan sebelumnya, untuk
mengoreksi kesesuan antara standar dan kinerja sebenarnya.
a. Evaluasi Pelaksanaan Kegiatan dan Pelaporan
1. Pelaporan
Penanggung jawab kegiatan melaporkan hasil kegiatan setiap bulan
kepada Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS), kemudian tim
KPRS melaporkan kegiatan setiap trimester ( tiga bulan sekali) kepada
direktur Rumah Sakit RSUD Abdul Manap Kota Jambi.
2. Evaluasi
Evaluasi kegiatan dan kebijakan dilaksanakan setiap 1 tahun sekali
dan dilaporkan kepada Direktur
b. Sasaran Capaian Kegiatan

1. Angka pasien jatuh tidak ada

2. Pasien yang di rawat di Rumah Sakit RSUD Abdul Manap Kota Jambi
dilakukan screening resiko pasien jatuh
3. Pasien yang di rawat di Rumah Sakit Rumah Sakit RSUD Abdul
Manap Kota Jambi diberikan KIE tentang resiko jatuh
4. Angka cidera dan kecacatan tidak ada
5. Petugas melaksanakan Standar Prosedur Operasional (SPO) tentang
resiko pasien jatuh.

c. Sasaran pelaksana
1. Pasien dan keluarga yang di rawat di Rumah Sakit RSUD Abdul
Manap Kota Jambi
2. Karyawan Rumah Sakit RSUD Abdul Manap Kota Jambi
3. Tim Keselamatan Pasien Rumah Sakit (KPRS) Rumah Sakit RSUD
Abdul Manap Kota Jambi.

E. Fasilitas dan Sarana


Adapun sarana dan prasarana yang digunakan adalah:

1. Gelang identitas resiko pasien jatuh ( gelang berwarna kuning)


2. Restrain
3. Tempat tidur dengan pengaman
4. Leaflet edukasi
5. Form screening pasien jatuh
F. Matrix Plan Of Action (POA)
Tabel : Matrix Plan Of Action (POA) Pelaksanaan Program Pasient Safty pada Manajemen Resiko Pasien Jatuh di Rumah Sakit RSUD Abdul
Manap Kota Jambi
Penangg
N
Program Tujuan Kegiatan Sasaran Metode Indikator Pencapaian Waktu ung Ket
o
jawab
I Identifikasi Akar Masalah
Legalitas Diskusi
a. Kesepakatan
melaksanakan Program
Proposal Presentase Ada proposal 1 mei 2018 Diklat
program tersampaikan
Magang
magang
b. Analisis akar Rapat
masalah, Koordina
Mengetahui
sistem, Brain stroming POAC si Ada akar masalah 1-2 mei 2018 TIM KPRS
akar masalah
proses, plan,
produk
II Pelaksanaan Magang 2 mei-12 mei
a. Meningkatkan Dalam waktu 1.Membuat 1. Ada kebijakan Diskusi 1. Ada Kebijakan pencegahan 3 hari TIM KPRS
kewaspadaan <1 bulan kebijakan tentang pasien jatuh
petugas akan sudah ada SPO pencegahan pencegahan
risiko pasien Dishargh pasien jatuh. pasien jatuh di
jatuh Planning dan RS 2. Ada SPO tentang sekrening
terlaksananya 2. Membuat SPO 2. Terdapat SPO Obsevasi resiko pasien jatuh dan 3 hari TIM KPRS
dishrag sekrening risiko pendukung dan pencegahannya
plenning pasien jatuh dan kebijakan Diskusi
pencegahannya pencegahan 3. Petugas mampu melakukan
pasien jatuh skrening risiko pasien jatuh.
3.Melakukan 3. Petugas Diskusi Serta ada bukti sosialisasi dan 1 minggu TIM KPRS
Pelatihan mampu dan pelatihan
petugas dan melakukan Role
sosialisasi skrening risiko Play
tentang pasien jatuh
kebijakan dan melakukan
pencegahan pencegahannya
pasien jatuh dan
SPOpendukung
b.Memudahkan Pencegahan 1.Latihan 1. Terdapat tanda Role Play 1. Tersedia penanda pasien
identifikasi pasien jatuh pemberian tanda sebagai resiko jatuh dan petugas 1 Minggu TIM KPRS
dan dalam pada pasien petunjuk pada mampu melaksanakan sesuai
pencegahan perawatan dengan risiko pasien yang prosedur.
pasien jatuh rumah sakit jatuh berisiko jatuh 2. Penghalang dan pencegah
2.Merencanakan 2. Terdapat alat Diskusi pasien jatuh tersedia cukup
tersedia sarana penghalang dan (tersedia tempat tidur
pencegahan pencegah berpenghalang )
pasien jatuh pasien jatuh 3. keluarga dan pasien dengan
resiko jatuh mendapat edukasi
3.Latihan 3. Terdapat Role Play
Pemberian sarana edukasi
edukasi kepada kepada Pasien
pasien dan dan keluarga
keluarga
III Penyusunan Laporan Hasil Magang
a. Penyusunan Terlaksananya Membuat laporan Studi literatur Diskusi Ada laporan 1 Minggu Peserta
Laporan program Magang
magang
b. Presentase Penyampaian Supervisi II Ada laporan Diskusi Presentase 9 mei 2018 Diklat
Hasil hasil program
G. Gant Chart Plan Of Action (POA) Pelaksanaan Kegiatan
Kegiatan mulai dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2018, setiap periodenya dengan rincian sebagai berikut:
Tabel: Gant Chart Plan Of Action (POA) Pelaksanaan Kegiatan Pasient safty pada Manajemen Resiko Pasien Jatuh
No Kegiatan Tahun 2018 Bulan Penanggung Jawab
Mei Juni Juli
Minggu Minggu Minggu
Mei Juni Juli 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1. Evaluasi kebijakan KPRS √ TIM KPRS
2. Menyusun SPO √ TIM KPRS
3. Penetapan Kebijakan √ √ TIM KPRS
4. Sosialisasi dan pelatihan √ TIM KPRS
5. Pelaksanaan Kebijakan √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ TIM KPRS
1.) Screening pasien resiko jatuh √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keperawatan
2.) Pemasangan gelang resiko jatuh √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keperawatan
3.) Edukasi pasien dan keluarga √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keperawatan
4.) Pengelolaan pasien resiko jatuh √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keperawatan
5.) Penanganan pasien jatuh √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keperawatan
6.) Pelaporan insiden kejadian pasien jatuh √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ Keperawatan
6. Pelaporan √ √ √ KPRS dan Keperawatan
7. Evaluasi √ TIM KPRS
BAB III
PENUTUP

B. Kesimpulan
Rumah Sakit wajib melakukan penanganan pasien resiko jatuh yang dapat dimulai dari
pengkajian di awal pasien masuk maupun pengkajian ulang secara berkala, termasuk
resiko potensial yang berhubungan dengan jadwal pemberian obat serta mengambil
tindakan untuk mengurangi semua resiko yang telah diidentifikasikan tersebut.
Manajemen resiko pasien jatuh ini dapat dilaksanakan sejak pasien mendaftar hingga
pasien pulang.

C. Saran
Diharapakan untuk mahasiswa selanjutnya yang akan melakukan fieltrip di Rumah Sakit
H Abdul Manap Jambi bisa melakukan pengkajian data dan wawancara lebih mendalam lagi
sehingga data yang didapatkan lebih banyak.
DAFTAR PUSTAKA

Yulia S. Pengaruh Pelatihan Keselamata Pasien terhadap Pemahaman Perawat Pelaksana


Mengenai Penerapan Keselamatan Pasien di RS Tugu Ibu Depok. [Tesis]. Universitas
Indonesia, Depok. 2017.

Kementerian Kesehatan RI. Standar Akreditasi Rumah Sakit. Jakarta: Kementerian


Kesehatan RI; 2014.

Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Panduan Nasional Keselamatan Pasien Rumah


Sakit. Jakarta: Departemen Kesehatan RI; 2018.

Rumah Sakit Islam Unisma Malang. Laporan Tahunan Rumah Sakit Islam Unisma Malang
Tahun 2010. Malang: Rumah Sakit Islam Unisma Malang; 2014.

Rumah Sakit Islam Unisma Malang. Laporan Tahunan Rumah Sakit Islam Unisma Malang
Tahun 2011. Malang: Rumah Sakit Islam Unisma Malang; 2012.

Rumah Sakit Islam Unisma Malang. Laporan Tahunan Rumah Sakit Islam Unisma Malang
Tahun 2012. Malang: Rumah Sakit Islam Unisma Malang; 2015.

Barnett K. Reducing Patient Falls. January 2001-March 2002. Dewsbury, England: Mid
Yorkshire Hospitals NHS Trust; 2008.

Miake-Lye IM Hempel S Ganz DA, and Shekelle PG. Inpatient Fall Prevention Programs
as a Patient Safety Strategy: A Systematic Review. Annals of Internal Medicine. 2013;
158(5 ); 390-396.

Gillies DA. Nursing Management a System Approach. 3rd edition. Philadelphia: WB


Saunders; 2017.

Oliver D, Daly F, Martin FC, and McMurdo ME. Risk Factors and Risk Assessment Tools
for Falls in Hospital In-Patients: A Systematic Review. Age and Ageing. 2004; 33(2):
122-130.

Setyarini EA dan Herlina LL. Kepatuhan Perawat Melaksanakan Standar Prosedur


Operasional Pencegahan Pasien Jatuh di Gedung Yosep 3 Dago dan Surya Kencana
Rumah Sakit Borromeus. Jurnal Kesehatan STIKes Santo Borromeus. 2013; 94-105
LAMPIRAN
Scoring Resiko Pasien Jatuh

No Keterangan Kriteria Score


1 Usia 60-70 Tahun 2
>70 Tahun 1
2 Status Mental Bingung terus menerus 2
Kadang-kadang bingung 4
Penurunan Tingkat Koperatif 2

3 Riwayat jatuh Dalam 1-2 kali 2


1(satu) bulan terakhir Berulang 3
4 Eliminasi Pakai kateter/ostomi 1
Kebutuhan eliminasi di bantu 3
Incontinensia/urgency 5
5 Gangguan penglihatan 1

6 Mobilisasi Tidur berbaring di tempat tidur/duduk 3


dikursi 1
Gaya berjalan melangkah melebar 1
Kehilangan keseimbangan berdiri/berjalan 1
Penurunan koordinasi otot 1
Kesukaran berjalan, sempoyongan 1
Menggunakan alat bantu : Kruk,walker
7 Obat beresiko Menggunakan 1 obat 1
Menggunakan 2 atau lebih 2
8 Hospitalisasi 3 hari dirawat sejak masuk dan di rujuk 1
2 hari pembedahan atau melahirkan 2
9 Menggunakan alat IV line 1
Therapy anti embiolitik 1
Total score 43

Untuk pasien anak digunakan skala humpty Dumpty


NO Parameter kriteria Nilai Scor
1 Usia <3 tahun 4
3-7 tahun 3
7-13 tahun 2
> 13 tahun 1
2 Jenis Kelamin Laki-laki 2
perempuan 1
3 Diagnosis Diagnosis neurologi 4
Perubahan oksigenisasi ( diagnosis, 3
respiratorik, dehidrasi, anemia,
anoreksia, sindop, pusing dsb)
Gangguan prilaku/psikiatrik 2
Diagnosis lain 1
Gangguan kognitif Tidak menyadari keterbatasan dirinya 3
Lupa adanya keterbatasan 2
Orientasi baik terhadap diri sendiri 1
Factor lingkungan Riwayat jatuh/bayi diletakkan di tempat 4
tidur dewasa
Pasien menggunakan alat bantu/bayi 3
diletakkan dalam tempat tidur
bayi/perabot rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur 2
Area diluar rumah sakit 1
Pembedahan/sedasi/anastesi Dalam 24 jam 3
Dalam 48 jam 2
>48 jam atau tidak menjalani 1
pembedahan/sedasi/anastesi
Penggunaan medika mentosa Penggunaan multiple: sedative, obat, 3
hpnosisi, barbiturate,
finotoazin,antidepresi, pencahar,
diuretic, nakose.
Penggunaan salah satu obat diatas 2
Penggunaan medikasi lainnya/tidak ada 1
medikasi
Jumlah skor Humpty Dumpty

Skor assessment resiko jatuh (skor minimum 7, skor maksimum 23


- Skor 7-11 resiko rendah
- Skor > 12 resiko tinggi
Protokol Pencegahan Pasien Jatuh Pada Anak
Standar resiko rendah (skcor 7-11)
1. Orientasi ruangan
2. Posisi tempat tidur rendah da nada remnya
3. Ada pengaman samping tempat tidur dengan 2 atau 4 sisi pengaman. Mempunyai luas
tempat tidur yang cukup untuk mencegah tangan dan kaki atau bagian lain terjepit
4. Menggunakan alas kaki yang tidak licin untuk pasien yang dapat berjalan.
5. Nilai kemampuan untuk kekamar mandi dan bantu bila dibutuhkan
6. Akses untuk menghubungi petugas kesehatan mudah dijangkau, jelaskan kepada
pasien fungsi alat tersebut
7. Lingkungan harus bebas dari peralatan yang mengandung resiko
8. Penerangan lampu harus cukup
9. Penjelasan pada pasien dan keluarga harus tersedia
10. Dokumen pencegahan pasien jatuh harus berada pada tempatnya

Standar resiko tinggi (skcor > 12)


1. Pakailah gelang resiko jatuh berwarna kuning
2. Terdapat tanda peringatan pasien resiko jatuh
3. Penjelasan pada pasien atau orangtuanya tentang protocol pencegahan pasien jatuh
4. Cek pasien minimal setiap satu jam
5. Temani pasien pada saat mobilisasi
6. Tempat tidur pasien harus disesuaikan dengan perkembanagan tubuh pasien
7. Pertimbangakan penempatan pasien, yang perlu diperhatikan diletakkan di dekat
nurse station
8. Perbandingan pasien dengan perawat 1:3, libatkan keluarga pasien sementara
perbandingan belum memadai
9. Evaluasi terapi sesuai. Pindahkan semua peralatan yang tidak dibutuhkan keluar
ruangan
10. Pencegahan pengamanan yang cukup, batasi di tempat tidur.
SPO Pemasangan Gelang Resiko Jatuh
RSUD ABDUL MANAP
KOTA JAMBI
No.Dokumen No. Revisi Halaman 1
Ditetapkan Direktur
SPO Utama
Tanggal terbit

1. Pengertian Proses kegiatan identifikasi pasien resiko jatuh dengan memasang


gelang yang berwarna kuning identitas resiko jatuh pada pergelangan
tangan pasien

II. Tujuan 1. Memastikan identitas pasien resiko jatuh dengan benar selama
pasien dirawat
2. Mencegah insiden pasien jatuh selama dirawat

III. Kebijakan
IV. Prosedur A. Persiapan alat
1. Gelang identifikasi pasien resiko jatuh
2. Rekam medic pasien
3. Pengkajian resiko jatuh
B. Pelaksanaan
1. Siapkan gelang identifikasi pada pasien, pemasang gelang
dilakukan di IGD,oleh perawat IGD/poli rawat jalan
2. Mengucapkan salam
“selamat pagi/siang/malam bapak/ibu”
3. Sebutkan nama dan peran anda
“ Saya suster (sebutkan Nama), saya perawat penanggung
jawab diruangan ini.
4. Jelaskan maksud dan tujuan pemasangan gelang
5. Identifikasi resiko jatuh pada pasien
“ Bapak/ibu sesuai prosedur keselamatan pasien, saya akan
memasang gelang identifikasi bapak/ibu yang menandakan
bapak/ibu beresiko jatuh, dan perawat yang akan merawat
bapak/ibu nanti mengetahui bahwa bapak/ibu beresiko
jatuh dan dapat lebih waspada dalam memberikan
pelayanan yang sesuai dengan keterbatasan mobilisasi
bapak/ibu sehingga dapat mencegah jatuh selama di rawat
di RS “. Petugas meminta pasien untuk menyebut nama,
medical record dan tanggal lahir sebelum melakukan
prosedur dengan pertanyaan terbuka, contoh: nama
bapak/ibu siapa?” tolong sebutkan tanggal lahir bapak?.
Perawat IGD/poli rawat inap menuliskan Medical Record.
6. Pasangkan gelang identifikasi pada pergelangan tangan
pasien
7. Informasikan kepada pasien/keluarga pasien, bahwa gelang
identifikasi ini harus selalu dipakai hingga pasien tidak
untuk jatuh.
“Bapak/ibu, mohon agar gelang identifikasi resiko jatuh ini
jangan dilepaskan selama masih dalam perawatan dirumah
sakit ini sampai kondisi membaik dan tidak beresiko untuk
jatuh”
8. Ucapan terimakasih dan sampaikan salam
9. Dokumentasikan pemasangan gelang beresiko pada catatan
keperawatan
10. Hal-hal yang perlu disampaikan
a. Pemasanagan gelang tidak boleh terlalu kencang
b. Gelang dilepas apabila pasien sudah tidak beresiko jatuh
V. Unit terkait Instalasi Perawat Intensif
Rawat inap
Rawat jalan
IGD

Anda mungkin juga menyukai