Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

ETIKA KEPERAWATAN

Disusun Oleh :
 Firdah harun
 Haryanti aribi
 Andi muh.alwi
 Ridzwan

AKADEMI KEPERAWATAN PUTRA


PERTIWI WATANSOPPENG
TAHUN AKADEMIK 2018 / 2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan yang Maha Esa, atas
berkat dan rahmat-Nya, penulis dapat menyelesaikan penyusunan Makalah tugas
mata kuliah etika keperawatan yang berjudul “Etika Keperawatan” tepat waktu.
Makalah ini tidak akan selesai tepat waktu tanpa bantuan dari berbagai pihak.
Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Musdalifah,S.kep.Ns,M.M.Kep, dosen mata kuliah Etika Keperawatan.
2. Semua pihak yang turut membantu pembuatan makalah ini yang tidak bisa
penyusun sebutkan satu persatu.
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kemajuan makalah ini di masa
mendatang.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pembaca.

Watansoppeng, 18 Oktober 2018


DAFTAR ISI

Kata Pengantar......................................................................................................ii

Daftar Isi................................................................................................................ iii

BAB I PENDAHULUAN

1. Latar Belakang............................................................................................1

2. Rumusan Masalah.......................................................................................2

3. Tujuan..........................................................................................................2

BAB II PEMBAHASAN

A. Definisi Etika Keperawatan..........................................................................3

B. Tujuan Etika Keperawatan...........................................................................4

C. Pendekatan dalam Etika Keperawatan........................................................7

D. Tipe-tipe Etika Keperawatan........................................................................8

E. Teori-teori dalam Etika Keperawatan...........................................................9

F. Prinsip-prinsip Etika Keperawatan..............................................................12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................20

B. Saran...........................................................................................................21

Daftar Pustaka…………………………………………………………………………...22
BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Etika Keperawatan adalah Etika (Yunani kuno: “ethikos“, berarti “timbul

dari kebiasaan”) adalah cabang utama filsafat yang mempelajari nilai atau

kualitas yang menjadi studi mengenai standar dan penilaian moral. Etika

mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik, buruk,

dan tanggung jawab. Praktek keperawatan sebagai suatu pelayanan

profesional diberikan berdasarkan ilmu pengetahuan, menggunakan

metodologi keperawatan dan dilandasi kode etik keperawatan. Kode etik

keperawatan mengatur hubungan antara perawat dan pasien, perawat

terhadap petugas, perawat terhadap sesama anggota tim kesehatan, perawat

terhadap profesi dan perawat terhadap pemerintah, bangsa dan tanah air.

Pada hakikatnya keperawatan sebagai profesi senantiasa mangabdi

kepada kemanusiaan, mendahulukan kepentingan masyarakat diatas

kepentingan pribadi, bentuk pelayanannya bersifat humanistik, menggunakan

pendekatan secara holistik, dilaksanakan berdasarkan pada ilmu dan kiat

keperawatan serta menggunakan kode etik sebagai tuntutan utama dalam

melaksanakan pelayanan/asuhan keperawatan. Dengan memahami konsep

etik, setiap perawat akan memperoleh arahan dalam melaksanakan asuhan

keperawatan yang merupakan tanggung jawab moralnya dan tidak akan

membuat keputusan secara sembarangan.


2. Rumusan Masalah

A. Apakah yang dimaksud dengan etika keperawatan?

B. Apakah tujuan dari etika keperawatan?

C. Bagaimana pendekatan dalam etika keperawatan?

D. Apa sajakah tipe-tipe etika keperawatan?

E. Bagaimana teori-teori dalam etika keperawatan ?

F. Apasajakah prinsip-prinsip etika keperawatan?

3. Tujuan
A. Agar mengetahui apa yang dimaksud dengan etika keperawatan

B. Agar mengetahui tujuan dari etika keperawatan

C. Agar mengetahui bagaimana penedekatan dalam etika keperawatan

D. Agar mengetahui tipe-tipe etika keperawatan

E. Agar mengetahui prinsip-prinsip etika keperawatan


BAB II

PEMBAHASAN

A. Definisi Etika Keperawatan

Etik atau ethics berasal dari bahasa Yunani : “ethos” yg berarti adat,

kebiasaan, perilaku atau karakter. Sedangkan menurut kamus Webster etik

adalah suatu ilmu yg mempelajari tentang apa yang baik dan buruk secara

moral. Sebagai suatu subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang

dimiliki oleh individu ataupun kelompok untuk menilai apakah tindakan-

tindakan yang telah dikerjakannya itu salah atau benar, buruk atau baik.

Menurut para ahli maka etika tidak lain adalah aturan prilaku, adat kebiasaan

manusia dalam pergaulan antara sesamanya dan menegaskan mana yang

benar dan mana yang buruk.

Etika biasanya berkaitan erat dengan perkataan moral yang

merupakan istilah dari bahasa Latin, yaitu “Mos” dan dalam bentuk jamaknya

“Mores”, yang berarti juga adat kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan

melakukan perbuatan yang baik (kesusilaan), dan menghindari hal-hal

tindakan yang buruk. Etika dan moral lebih kurang sama pengertiannya, tetapi

dalam kegiatan sehari-hari terdapat perbedaan, yaitu moral atau moralitas

untuk penilaian perbuatan yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk

pengkajian sistem nilai-nilai yang berlaku.

Etika adalah ilmu tentang kesusilaan yg menentukan bagaimana

sepatutnya manusia hidup di dalam masyarakat yang menyangkut aturan-

aturan atau prinsip-prinsip yang menentukan tingkah laku yang benar, yaitu :

Baik & buruk, Kewajiban & tanggungjawab. Pandangan etika menurut


Perawat : etika adalah suatu pedoman yg digunakan dalam pemecahan

masalah/ pengambilan keputusan etis baik dalam area praktik, pendidikan,

administrasi maupun penelitian.Etika adalah penerapan dari proses dan teori

filsafat moral pada situasi nyata. Etika berpusat pada prinsip dasar dan

konsep bahwa manusia dalam berfikir dan tindakannya didasari nilai-nilai

(Wahyuningsih, 2006).

Etiket atau adat merupakan sesuatu yg dikenal, diketahui, diulang

serta menjadi suatu kebiasaan didalam suatu masyarakat, berupa kata-kata

atau suatu bentuk perbuatan yang nyata.Etika keperawatan adalah Suatu

ungkapan tentang bagaimana perawat wajib bertingkah laku: Jujur terhadap

pasien, menghargai pasien, serta beradvokasi atas nama pasien.

B. Tujuan Etika Keperawatan

Menurut Suhaemi, (2010), Etika profesi keperawatan merupakan alat

untuk mengukur perilaku moral dalam keperawatan. Dalam penyusunan alat

pengukur ini, keputusan diambil berdasarkan kode etik sebagai standar yang

mengukur dan mengevaluasi perilaku moral perawat.Dengan menggunakan

kode etik keperawatan, organisasi profesi keperawatan dapat dapat

meletakkan kerangka berpikir perawat untuk mengambil keputusan dan

bertanggung jawab kepada masyarakat, anggota tim kesehatan yang lain,

dan kepada profesi (ANA, 1976 dalam buku Suhaemi, 2010). Secara umum

tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan mempertahankan

kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara sesama perawat,

dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.

Sesuai dengan tujuan di atas, perawat ditantanng untuk

mengembangkan etika profesi secara terus-menerus agar dapat menampung


keinginan dan masalah baru; dan mampu menurunkan etika profesi

keperawatan kepada perawat generasi muda, secara terus-menerus juga

meletakkan landasan filsafat keperawatan agar setiap perawat tetap

menyenangi profesinya. Selain itu pula, agar perawat dapat menjadi wasit

untuk anggota profesi yang bertindak kurang profesional karena melakukan

tindakan “di bawah” standar profesional atau merusak kepercayaan

masyarakat terhadap profesi keperawatan.

 Menurut American Ethics Commission Bureau on Teaching dalam

buku Suhaemi 2010, tujuan etika profesi keperawatan adalah mampu :

a) Mengenal dan mengidentifikasi unsur moral dalam praktik

keperawatan

b) Membentuk strategi atau cara dan menganalisis masalah moral

yang terjadi dalam praktik keperawatan

c) Menghubungkan prinsip moral/pelajaran yang baik dan dapat di

pertanggungjawabkan pada diri sendiri, keluarga, masyarakat

dan kepada Tuhan, sesuai dengan kepercayaannya

 Perawat membutuhkan kemampuan untuk menghubungkan dan

mempertimbangkan peran prinsip moralitas, yaitu keyakinannya

terhadap tindakan yang dihubungkan dengan ajaran agama dan

perintah Tuhan dalam:

a) Pelaksanaan kode perilaku yang disepakati oleh kelompok

profesi, perawat sendiri, maupun masyarakat


b) Cara mengambil keputusan yang didasari oleh sikap kebiasaan

dan pandangan (hal yang dianggap benar).

 Menurut Veatch, yang mengambil keputusan tentang etika profesi

keperawatan adalah perawat sendiri, tenaga kesehatan lainnya; dan

etika yang berhubunngan dengan pelayanan keperawatan ialah

masyarakat/orang awam yang menggunakan ukuran dan nilai umum

sesuai dengan tuntutan masyarakat.

 Menurut National League for Nursing (NLN [Pusat pendidikan

keperawatan milik perhimpunan perawat Amerika]) dalam buku

Suhaemi, 2010, pendidikan etika keperawatan bertujuan :

a) Meningkatkan pengertian peserta didik tentang hubungan antar

profesi kesehatan lain dan mengerti tentang peran dan fungsi

anggota tim kesehatan tersebut.

b) Mengembangkan potensi pengambilan keputusan yang bersifat

moraliltas, keputusan tentang baik dan buruk yang akan

dipertanggungjawabkan kepada Tuhan sesuai dengan

kepercayaannya

c) Mengembangkan sifat pribadi dan sikap profesional peserta

didik

d) Mengembangkan pengetahuan dan keterampilan yang penting

untuk dasar praktik keperawatan profesional. Diakui bahwa

pengembangan keterampilan ini melalui dilemma etika, artinya

konflik yang dialami, yang memerlukan pengambilan keputusan


yang baik dan benar dipandang dari sudut profesi,

kemanusiaan, kemasyarakatan, kesehatan dan keperawatan.

e) Memberi kesempatan kepada peserta didik menerapkan ilmu

dan prinsip etika keperawatan dalam praktik dan dalam situasi

nyata.

 Pendidikan etika sangat penting dalam pendidikan keparawatan yang

berfungsi untuk meningkatkan kemampuan peserta didik tentang

perbedaan nilai, norma yang timbul dalam keputusan keperawatan.

Namun, etika keperawatan tidak cukup hanya diajarkan, tetapi harus

ditanamkan dan diyakini oleh peserta didik melalui pembinaan, tidak

saja di pendidikan, tetapi dalam lingkungan pekerjaan dan lingkungan

profesi.

C. Pendekatan dalam Etika Keperawatan

Sebelum membahas tentang masalah etika, perawat penting

memahami metode pendekatan yang digunakan dalam diskusi permasalahan

etika. Ladd.J (1978 dikutip oleh Frell; lih. McCloskey, 1990 dalam buku

Suhaemi, 2010) menyatakan ada empat metode utama; otoritas, consensus

hominum, pendekatan intuisi atau self-evidence, dan metode argumentasi :

1. Metode otoritas

Menyatakan bahwa dasar setiap tindakan atau keputusan berdasarkan

pada otoritas. Otoritas dapat berasal dari manusia atau kepercayaan

supernatural, kelompok manusia, atau institusi seperti majelis ulama,

dewan gereja, atau pemerintah. Penggunaan metode ini terbatas hanya

pada penganut yang percaya.

2. Metode consensum hominum


Menggunakan pendekatan berdasarkan pada persetujuan masyarakat

luas atau peda sekelompok manusia yang terlibat dalam pengkajian suatu

masalah. Segala sesuatu yang diyakini bijak, dan secara etika dapat

diterima, dimasukkan dalam keyakinan.

3. Metode pendekatan intuisi atau self-evidence –

Dinyatakan oleh para ahli filsafat-- berdasarkan pada apa yang mereka

kenal sebagai konsep teknikintuisi. Metode initerbatas hanya pada orang-

orang yang mempunyaiintuisi tajam.

4. Metode argumentasi atau metide sokratik

Menggunakan pendekatan dengan mengajukan pertanyaan atau

mencari jawaban yang mempunyai alasan tepat. Metode analitik ini

digunakan untuk memahami fenomena etika.

D. Tipe-tipe Etika Keperawatan

Menurut Dalami (2010), tipe-tipe etika keperawatan terbagi menjadi

tiga, yaitu:

1. Bioetik

Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang

kontroversi dalam etik,menyangkut masalah biologi dan

pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan etik

yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan,

bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theologi.

Pada lingkup yang lebih sempit,bioetik merupakan evaluasi etik

pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu

pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih


luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang

mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan

organisme terhadap pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik

antara lain: peningkatan mutu genetik, etika lingkungan,

pemberiaan pelayanan kesehatan.

Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema

yang menyangkut perawatan kesehatan,kesehatan modern,aplikasi

teori etik,dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan

kesehatan

2. Clinical Ethics/Etik Klinik

Etik klinik merupakan bagian dari bioetik yang lebih

memperhatikan pada masalah etik selama pemberian pelayanan

pada klien.

Contoh clinical ethics: adanya persetujuan atau penolakan,dan

bagaimana seseorang sebaiknya merespons permintaan medis

yang kurang bermanfaat (sia-sia).

3. Nursing Ethics/Etik Keperawatan

Bagian dari bioetik,yang merupakan studi formal tentang isu etik

dan dikembangkan dalam tindakan serta dianalisis untuk

mendapatkan keputusan etik.

E. Teori-teori dalam Etika Keperawatan

Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis

praktik professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik

digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan
aturan. Ahli filsafat moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang

secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan

deontology :

1. Teleologi

Teleologi (berasal dari bahasa Yunani, darin kata telos, berarti akhir).

Istilah teleologi dan utilitarianisme sering digunakkan saling bergantian.

Teleologi merupakan suatu doktrin yang menjelaskan fenomena

berdasarkan akibat yang dihasilkan atau konsekuensi yang dapat terjadi.

Pendekatan ini sering disebut dengan ungkapan the end justifies the

means atau makna dari suatu tindakan ditentukan oleh hasil akhir yang

terjadi. Teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi.

Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal dan

ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kellly, 1987 dalam buku

Suhaemi, 2010).

Teori teleologi atau utilitarianisme dapat dibedakan menjadi rule

utilitarienisme dan act utilitarianisme. Rule utilitarianisme berprinsip bahwa

manfaat atau niiali suatu tindakan bergantung pada sejauh mana tindakan

tersebut memberikan kebaikan atau kebahagiaan kepada manusia.

Utilitarianisme bersifat lebih terbatas; tidak melibatkan aturan umum, tetapi

berupaya menjelaskan pada suatu situasi tertentu dengan pertimbangan

terhadap tindakan apa yang dapat memberikan kebaikan sebanyak-

banyaknya atau ketidakbaikan sekecil-kecilnya pada individu. Contoh

penerapan teori ini; bayi yang lahir cacat lebih baik diizinkan meninggal

daripada nantinya menjadi beban masyarakat.


2. Deontologi

Deontologi (berasal dari bahasa Yunani, Deon, berarti tugas)

berprinsip pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau salah bukan

ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu tindakan,

melainkan oleh nilai moralnya. Dalam konteks ini, perhatian difokuskan

pada tindakann melakukan tanggung jawab moral yang dapat memberikan

penentu apakah tindakan tersebut secara moral benar atau salah.

Kant berpendapat bahwa prinsip moral atau yang terkait dengan tugas

harus bersifat universal, tidak kondisional, dan imperative :

Contoh penerapan deontologi adalah seorang perawat yang yakin

bahwa klien harus diberi tahu tentang yang sebenarnya terjadi walaupun

kenyataan tersebut sangat menyakitkan. Contoh lain: seorang perawat

menolak membantu pelaksanaan abortus karena keyakinan agamanya

yang melarang tindakan membunuh. Dalam menggunakan pendekatan

teori ini, perawat tidak menggunakan pertimbangan, misalnya tindakan

abortus dilakukan untuk menyelamatkan nyawa ibunya karena setiap

tindakan yang mengakhiri hidup (dalam hal ini calon bayi) merupakan

tindakan buruk secara moral. Secara lebih luas, teori deontologi

dikembangkan menjadi lima prinsip penting, yaitu kemurahan hati,

keadilan, otonomi, kejujuran dan ketaatan (Fry, 1991 dalam buku

Suhaemi, 2010).
F. Prinsip- prinsip Etika Keperawatan

Prinsip bahwa dasar kode etik adalah menghargai hak dan martabat

manusia, tidak akan pernah berubah. Prinsip ini juga diterapkan baik dalam

bidang pendidikan maupun pekerjaan. Juga dalam hak-haknya memperoleh

pelayanan kesehatan (Suhami,2010).

Apabila menghadapi suatu situasi yang melibatkan keputusan yang bersifat

etis dan moralitas, perawat hendaknya bertanya kepada dirinya sendiri:

a. Bagaimana pengaruh tindakan saya kepada pasien?

b. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap atasan dan orang-orang

yang bekerja sama dengan saya?

c. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap diri saya sendiri?

d. Bagaimana pengaruh tindakan saya terhadap profesi?

Bila jawaban atas pertanyaan diatas positif berdasarkan ukuran yang

seharusnya, perilaku yang ditampilkan akan berkenan dan sesuai dengan

hak-hak pasien, dan haknya sendiri untuk mempertahankan kewibawaan.

Fungsi kode etik menurut Hipocrates :

a. Menghindari ketegangan antar-manusia

b. Memperbaiki status kepribadian

c. Menopang pertumbuhan dan perkembangan kehidupan


Kode etik penting dalam sistem pelayanan kesehatan dan dalam praktik

keperawatan menurut Kozier & Erb (1990) dalam Suhaemi, (2010):

a. Etika akan menunjukkan standar profesi untuk kegiatan keperawatan.

Standar ini akan melindungi perawat dan pasien

b. Kode etik menjadi alat untuk menyusun standar praktik profesional,

memperbaiki, dan memelihara standar tersebut

c. Kode etik adalah pedoman resmi untuk tindakan profesional, akan

diikuti orang-orang dalam profesi dan harus diterima sebagai nilai

pribadi bagi anggota professional

d. Kode etik memberi kerangka pikir kepada anggota profesi untuk

membuat keputusan dalam situasi keperawatan

Jadi, kode etik mengimbau perawat tentang hal yang boleh dilakukan dan

yang tidak boleh dilakukan.Sebetulnya bukan soal paksaan, semuanya

bergantung pada perawat sendiri. Perawat bebas mendengarkan kata hatinya

bila telah menerima nilai yang baik, kata hati akan menuntunnya, dan akan

tertanam nilai moral.Prinsip moral mempunyai peran yang penting dalam

menentukan perilaku yang etis dan dalam pemecahan masalah etik.

Prinsip moral merupakan standar umum dalam melakukan sesuatu

sehingga membentuk suatu sistem etik.Prinsip moral berfungsi untuk

membuat secara spesifik apakah suatu tindakan dilarang, diperlukan, atau

diizinkan dalam suatu keadaan.Terdapat tiga prinsip moral yang sering

digunakan dalam diskusi moral, yaitu autonomy, non-maleficience, dan justice

(Johnstone, 1989 dalam buku Suhaemi, 2010).

1. Otonomi
Otonomi berasal dari bahasa Latin, yaitu autos, yang berarti sendiri

dan nomos, artinya aturan.Otonomi berarti kemampuan untuk menentukan

sendiri atau mengatur diri sendiri.Menghargai otonomi berarti menghargai

manusia sebagai sebagai seseorang yang mempunyai harga diri dan

martabat yang mampu menentukan sesuatu bagi dirinya.Prinsip otonomi

sangat penting dalam keperawatan.Perawat harus menghargai harkat dan

martabat manusia sebagai individu yang dapat memutuskan hal yang

terbaik bagi dirinya. Perawat harus melibatkan klien untuk berpartisipasi

dalam membuat keputusan yang berhubungan dengan asuhan

keperawatan klien tersebut.

Beberapa tindakan yang tidak memperhatikan otonomi adalah :

a. Melakukan sesuatu bagi klien tanpa mereka diberitahu sebelumnya

b. Melakukan sesuatu tanpa memberi informasi relevan yang penting

diketahui klien dalam membuat suatu pilihan

c. Memberitahukan klien bahwa keadaanya baik, padahal terdapat

gangguan atau penyimpangan

d. Tidak memberikan informasi yang lengkap walaupun klien

menghendaki informasi tersebut

e. Memaksa klien memberi informasi tentang hal-hal yang mereka

sudah tidak bersedia menjelaskannya

Perawat yang menghargai manusia dalam penerapan otonomi,

termasuk juga menghargai profesi lain dalam lingkup tugas perawat,

misalnya dokter, ahli farmasi, dan sebagainya.

2. Non-maleficience
Non-maleficience berarti tidak melukai atau tidak menimbulkan

bahaya/cedera bagi orang lain. Johnson (1989) dalam buku Suhaemi

(2010) menyatakan bahwa prinsip untuk tidak melukai orang lain berbeda

dan lebih keras daripada prinsip untuk melakukan yang baik.

Beneficience merupakan prinsip untuk melakukan yang baik dan tidak

merugikan orang lailn.Contoh : seorang klien yang mempunyai

kepercayaan bahwa pemberian transfusi darah bertentangan dengan

keyakinannya, mengalami pendarahan hebat akibat penyakit hati yang

kronis. Sebelum kondisi klien bertambah berat, klien sudah memberikan

pernyataan tertulis kepada dokter bahwa ia tidak mau dilakukan transfuse

darah. Pada suatu saat, ketika kondisi klien bertambah buruk dan terjadi

pendarahan hebat, dokter seharusnya mengintruksikan untuk memberikan

transfusi darah.Dalam hal ini, akhirnya transfusi darah tidak diberikan

karena prinsip beneficience, walaupun sebenarnya pada saat yang

bersamaan terjadi penyalahgunaan prinsip maleficienc.

3. Keadilan

Keadilan (justice) merupakan prinsip moral berlaku adil untuk semua

individu. Tindakan yang dilakukan untuk semua orang sama. Tindakan

yang sama tidak selalu identic, tetapi dalam hal ini persamaan mempunyai

kontribusi yang relative sama untuk kebaikan kehidupan seseorang.

Dalam aplikasinya, prinsip moral ini tidak berdiri sendiri, tetapi bersifat

komplementer sehingga kadang-kadang menimbulkan masalah dalam

berbagai situasi.
Hubungan perawat-klien.Kontak yang terus-menerus antara perawat

dengan klien membutuhkan suatu hubungan perawat-klien yang spesiifik,

yang dibina atas dasar saling percaya.Hubungan yang spesifik ini

merupakan dasar dalam etika keperawatan. Hubungan perawat klien

didasarkan pada penghargaan atas harkat dan martabak manusia,

penumbuhan rasa saling percaya, cara pemecahan masalah, dan

kolaborasi. Dalam hubungan perawat-klien, perawat dapat berfungsi

sebagai narasumber dalam memberi informasi yang relevan dengan

masalah klien.Perawat juga dapat berfungsi sebagai konselor, yaitu ketika

klien menjelaskan perasaannya dan hal-hal yang berkaitan dengan

keadaan sakitnya.

Disamping itu, perawat juga dapat berfungsi sebagai pengganti orang

tua, saudara kandung, atau orang yang paling dekat dengan klien

sehingga memungkinkan klien mengeksplorasi perasaanya sesuai dengan

sifat hubungan tersebut. Fungsi lain yang dilaksanakan perawat adalah

sebagai seorang ahli yang mempunyai pengetahuan dan keterampilan

dalam mengatasi masalah dalam kebutuhan kllien. Pada proses hubungan

perawat-klien, klien mengutarakan masalahnya dalam rangka

mendapatkan pertolongan, artinya klien mempercayakan dirinya terhadap

asuhan keperawatan yang diberikan, untuk ini perawat mempunyai

kewajiban menghargai kepercayaan klien dengan memberikan asuhan

secara kompeten, melindungi harkat dan martabat klien, dan menjaga

kerahasian klien. Hubungan ini memerlukan perlakuan yang adil dan

penghargaan atats hak dan kewajiban kedua belah pihak.


Dalam hubungan saling percaya terdapat kewajiban untuk mengatakan

kebenaran dan kewajiban untuk tidak menipu. Perawat diharapkan

berinteraksi dengan klien dengan cara selalu mengatakan yang

sebenarya. Kepercayaan ini dibutuhkan klien dalam menghadapi keadaan

sakitnya dan hal ini sangat penting dalam menjamin kolaborasi perawat-

klien yang optimal.Hubungan perawat-klien ini menjadi dasar dalam peran

perawat sebagai pembela klien.

Menurut Dalami (2010), prinsip-prinsip etika keperawatan adalah

sebagai berikut:

a. Otonomy (Autonomy)

Prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu

mampu berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri.Orang

dewasa dianggap kompeten dan memiliki kekuatan membuat

sendiri,memilih dan memiliki berbagai keputusan atau pilihan yang

harus dihargai oleh orang lain.Prinsip otonomi merupakan bentuk

respek terhadap seseorang,atau dipandang sebagai persetujuan tidak

memaksa dan bertindak secara rasional. Otonomi merupakan hak

kemandirian dan kebebasan individu yang menuntut pembedaan diri.

Praktik profesional merefleksikan otonomi saat perawat menghargai

hak-hak klien dalam membuat keputusan tentang perawatan dirinya.

b. Berbuat Baik (Beneficience)

Beneficience berarti,hanya melakukan sesuatu yang baik.

Kebaikan, memerlukan pencegahan dari kesalahan atau kejahatan,

penghapusan kesalahan atau kejahatan dan peningkatan kebaikan


oleh diri dan orang lain. Terkadang dalam situasi pelayanan

kesehatan, terjadi konflik antara prinsip ini dengan otonomi.

c. Keadilan (Justice)

Prinsip keadilan dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang

sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip

moral,legal,dan kemanusiaan.Nilai ini Direfleksikan dalam praktik

profesional ketika perawat bekerja untuk terapi yang benar sesuai

hukum,standar praktik dan keyakinan yang benar untuk memperoleh

kualitas pelayanan kesehatan.

d. Tidak Merugikan (Non Maleficienci)

Prinsip ini berarti tidak menimbulkan bahaya/cedera fisik dan

psikologis selama perawat memberikan asuhan keperawatan pada

klien dan keluarga.

e. Kejujuran (Veracity)

Prinsip veracity berarti penuh dengan kebenaran.Nilai

diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan

kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien

sangat mengerti. Prinsip veracity berhubungan dengan kemampuan

seseorang untuk mengatakan kebenaran.Informasi harus ada agar

menjadi akurat,komprehensif,dan objektif untuk memfasilitasi

pemahaman dan penerimaan materi yang ada,dan mengatakan yang

sebenarnya kepada klien tentang segala sesuatu yang berhubungan

dengan keadaan dirinya selama menjalani perawatan.Walaupun

demikian,terdapat beberapa argumen mengatakan adanya batasan


untuk kejujuran seperti jika kebenaran akan kesalahan prognosis klien

untuk pemulihan atau adanya hubungan paternalistik bahwa “doctors

know best” sebab individu memiliki otonomi,mereka memiliki hak untuk

mendapatkan informasi penuh tentang kondisinya. Kebenaran

merupakan dasar dalam membangun hubungan saling percaya.

f. Menepati Janji (Fidelity)

Prinsip fidelity dibutuhkan individu untuk menghargai janji dan

komitmennya terhadap orang lain.Perawat setia pada komitmennya

dan menepati janji serta menyimpan rahasia klien.

Ketaatan,kesetiaan,adalah kewajiban seseorang untuk

mempertahankan komitmennya yang dibuatnya.

Kesetiaan,menggambarkan kepatuhan perawat terhadap kode etik

yang menyatakan bahwa tanggung jawab dasar dari perawat adalah

untuk meningkatkan kesehatan,mencegah penyakit,memulihkan

kesehatan,dan meminimalkan penderitaan.

g. Kerahasian (Confidentiality)

Aturan dalam prinsip kerahasiaan adalah informasi tentang klien

harus dijaga privasi klien.Segala sesuatu yang terdapat dalam

dokumen catatan kesehatan klien hanya boleh dibaca dalam rangka

pengobatan klien. Tidak ada seorangpun dapat memperoleh informasi

tersebut kecuali jika diijinkan oleh klien diluar area pelayanan,

menyampaikan pada teman atau keluarga tentang klien dengan tenaga

kesehatan lain harus dihindari.

h. Akuntabilitas (Accountability)
Akuntabilitas merupakan standar yang pasti bahwa tindakan

seorang profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau

tanpa terkecuali

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung
jawab moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi
keperawatan adalah milik dan dilaksanakan oleh semua anggota profesi
keperawatan, yaitu perawat.
Secara umum tujuan etika profesi keperawatan adalah menciptakan dan
mempertahankan kepercayaan klien kepada perawat, kepercayaan diantara
sesama perawat, dan kepercayaan masyarakat kepada profesi keperawatan.
Sebelum membahas tentang masalah etika, perawat penting memahami
metode pendekatan yang digunakan dalam diskusi permasalahan etika.
Ladd.J (1978 dikutip oleh Frell; lih. McCloskey, 1990 dalam buku Suhaemi,
2010) menyatakan ada empat metode utama; otoritas, consensus hominum,
pendekatan intuisi atau self-evidence, dan metode argumentasi.Ada
beberapa etika keperawatan, yaitu bioetik, clinical ethics/etik klinik, nursing
ethics/etik keperawatan.
Teori dasar etika merupakan penuntun untuk membuat keputusan etis
praktik professional (Fry,1991 dalam buku Suhaemi, 2010). Teori etik
digunakan dalam pembuatan keputusan bila terjadi konflik antara prinsip dan
aturan. Ahli filsafat moral telah mengembangkan beberapa teori etik, yang
secara garis besar dapat diklasifikasikan menjadi teori teleologi dan
deontology.
a. Teleologi, teori ini menekankan pada pencapaian hasil akhir yang terjadi.
Pencapaian hasil akhir dengan kebaikan yang maksimal dan
ketidakbaikan sekecil mungkin bagi manusia (Kellly, 1987 dalam buku
Suhaemi, 2010).
b. Deontologi berprinsip pada aksi atau tindakan. Menurut Kant, benar atau
salah bukan ditentukan oleh hasil akhir atau konsekuensi dari suatu
tindakan, melainkan oleh nilai moralnya.
Prinsip-prinsip dalam etika keperawatan yaitu: Otonomy (Autonomy)
dimana prinsip otonomi didasarkan pada keyakinan bahwa individu mampu
berpikir logis dan mampu membuat keputusan sendiri; Berbuat Baik
(Beneficience); Keadilan (Justice) dibutuhkan untuk tercapainya sesuatu yang
sama dan adil terhadap orang lain yang menjunjung prinsip-prinsip moral,
legal, dan kemanusiaan; Tidak Merugikan (Non Maleficienci), berarti tidak
menimbulkan bahaya/cedera fisik dan psikologis selama perawat memberikan
asuhan keperawatan pada klien dan keluarga; Kejujuran (Veracity),
diperlukan oleh pemberi pelayanan kesehatan untuk menyampaikan
kebenaran pada setiap klien dan untuk meyakinkan bahwa klien sangat
mengerti; Menepati Janji (Fidelity); Karahasian (Confidentiality), yaitu
informasi tentang klien harus dijaga privasi klien; serta Akuntabilitas
(Accountability) merupakan standar yang pasti bahwa tindakan seorang
profesional dapat dinilai dalam situasi yang tidak jelas atau tanpa terkecuali.

B. Saran
Sebagai seorang calon perawat, hendaknya dapat memahami konsep
dari etika keperawatan agar dapat mengarahkan tanggung jawab moral yang
mendasari pelaksanaan praktik keperawatan nantinya.
DAFTAR PUSTAKA

Dalami, E, dkk. 2010. Etika Keperawatan. Jakarta: TIM

Nisya, R. 2013. Prinsip-prinsip Dasar Keperawatan. Jakarta: Dunia Cerdas

Suhaemi, M. 2010. Etika Keperawatan Aplikasi pada Praktik. Jakarta: EGC

Wulan,K. 2011. Pengantar Etika Keperawatan. Jakarta: PT Prestasi Pustaka


Raya

Hendrik. 2013. Etika dan Hukum Kesehatan. Jakarta:EGC

Anda mungkin juga menyukai